You are on page 1of 16

Judul Jurnal : PENGEMBANGAN EKOWISATA BUMI PERKEMAHAN

IPUKAN TINJAUAN PERATURAN MENTERI DALAM


NEGERI NO. 33 TAHUN 2009 TERHADAP
PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA CISANTANA

Judul Skripsi : Pengembangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan


Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Desa
Cisantana Kabupaten Kuningan Dan Implikasinya Terhadap
Masyarakat Sekitar (Studi Analisis Perspektif Hukum Positif
Dan Maqasid Syariah)

Weli Anggraeni
(Pembimbing I: Afif Muamar, M.H.I & Pembimbing II: Akhmad Shodikin, M.H.I)
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekhnurjati Cirebon
E-Mail: Halnaf13@gmail.com

Abstract
Ecotourism development has a very important role for the local economy. This is
because Ecotourism has its own specialties in the form of tourism, nemely
proritizing enviromental conservation, education, the welfare of local residents
and respecting local culture. One of the ecotourism in Taman Nasional Gunung
Ciremai (TNGC) area, namely The Bumi Perkemahan Ipukan Ecotourism, has an
important role for the people of Cisantana Village, especially the local people in
Palutungan Hamlet. With the existence of Ecotourism, of course, has a positive
impact and a negative impact on the local community. Seeing these problems, the
author feels the need to examine more deeply based on the review of the
Regulation of the Minister of Home Affairs No. 33 of 2009 concerning Guidelines
for Ecotourism Development in the Regons. The method used in this research is
qualitative by utilizing a qualitative descriptive apporoach. Data collaction
techniques used are interviews, observation and documentation. Form the results
of the study, it was found that the Ecotourism Development of the Bumi
Perkemahan Ipukan was in accordance with the Regulation of the Minister of
Home Affairs No. 33 of 2009 concerning Management, the form of Ecotourism,
and its implications for the surrounding community.

Keyword: Ecotourism, Positive Law and Community Economy

Abstrak
Pengembangan Ekowisata memiliki peran sangat penting untuk perekonomian
masyarakat lokal. Dikarenakan Ekowisata mempunyai kekhususan tersendiri dari
bentuk wisata yaitu mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan,
kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya lokal. Salah satu
Ekowisata yang berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yaitu
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan memiliki peran penting untuk masyarakat
Desa Cisantana khususnya masyarakat lokal di Dusun Palutungan. Dengan
adanya Ekowisata tersebut tentunya memiliki dampak positif dan dampak negatif
bagi masyarakat lokal. Melihat dari permasalahan tersebut, Penulis merasa perlu
mengkaji lebih dalam lagi berdasarkan tinjuan Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 33 Tahun 2009 mengenai Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif dengan
memanfaatkan pendekataan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa Pengembangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 terkait
mengenai Pengelolaan, bentuk Ekowisata, dan implikasi terhadap masyarakat
sekitar.

Kata Kunci: Ekowisata, Hukum Positif dan Perekonomian Masyarakat

LATAR BELAKANG MASALAH


Pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan yang dapat berpengaruh dan
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah setelah Infrastruktur,
Maritim, Energi dan Pangan yang termasuk kedalam Sektor Pembangunan
Kabinet Kerja Joko Widodo dan Yusuf Kalla. Pariwisata memiliki aspek pengaruh
yaitu aspek ekonomis (sumber devisa dan pajak), aspek sosial (penciptakan
lapangan pekerjaan) dan aspek budaya. Makna Pariwisata mengalami pergeseran
yang lebih kepada pariwisata khusus atau dikenal dengan Ekowisata. Negara
Indonesia memiliki potensi keindahan alam dan kekayaan budaya yang bernilai
tinggi dalam pasar industri Ekowisata. Potensi alam tersebut dapat berupa
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, keanekaragaman flora dan fauna serta
gejala alam dengan keindahan pemandangan yang masih alami.1
Ekowisata mempunyai kekhususan tersendiri dari bentuk wisata yaitu
mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan, kesejahteraan penduduk lokal
dan menghargai budaya lokal. Sehinga Ekowisata menjadi daya tarik sendiri dan
banyak diminati oleh wisatawan karena adanya pergesaran paradigma
kepariwisataan Internasional dari bentuk pariwisata ke wisata khusus yaitu
Ekowisata.2 Hal tersebut juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.
Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di Daerah yang di dalamnya terdapat aspek
yang saling terkait yaitu pendidikan, pemahaman dan perlindungan terhadap
usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan
masyarakat lokal.
Menurut Kementerian dan Kebudayaan Pariwisata, tolak ukur keberhasilan
pembangunan pariwisata untuk memperoleh pemasukan adalah jumlah kunjungan,
pengeluaran dan lama kunjungan wisatawan. Oleh karena itu tentu sangat
diperlukan manajemen pengelolaan Ekowisata yang baik dan benar. Peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan, mampu menggerakkan ekonomi yang dapat
berdampak pada peningkatan ekonomi dan pendapatan Daerah tujuan wisata yang
bersangkutan.3 Kabupaten Kuningan menjadi salah satu kawasan konservasi
Taman Nasional Gunung Ciremai yang merupakan Taman nasional termuda di
1
Dias Satria, “Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal Dalam Rangka
Program Pengentasan Kemiskinan Di Wilayah Kabupaten Malang”, Journal of Indonesian Applied
Economic, Vol. 3, No. 1 (Mei 2009): 37-47.
2
Emma Hijriati dan Rina Mardiana, “Pengaruh Ekowisata Basis Masyarakat Terhadap
Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi Di Kampung Batusuhunan Sukabumi”, Jurnal
Sosiologi Pedesaan, Vol, 02 No. 03 (Desember 2014): 146.
Indonesia. Kawasan konservasi ini memiliki potensi Ekowisata yang tinggi salah
satunya yaitu Bumi Perkemahan Ipukan yang berdekatan dengan Desa Cisantana.
Tentu dengan adanya Ekowisata Bumi Perkemahan tersebut akan berdampak
terhadap masyarakat sekitar baik berdampak positif maupun negatif. Untuk itu
maka penulis merasa perlu mengkaji lebih dalam mengenai 1) Bagaimana
Pengembangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan dalam Tinjauan Permendagri
No. 33 Tahun 2009? 2) Bagaimana Sistem Pengelolaan Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan? 3) Bagaimana Dampak Pengembangan Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan Terhadap Masyarakat Sekitar?

LITERATUR REVIEW
Penelitian tentang Pengembangan Ekowisata dalam tinjauan Hukum Positif
bukanlah suatu yang baru. Meskipun demikian, nampaknya belum ditemukan
penelitan mengenai pengembangan Ekowisata yang secara spesifik dikaji Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata di Daerah. Berikut beberapa karya yang
terdokumentasikan terkait permasalahan yang dikaji, yaitu pertama, Penelitian
yang dilakukan oleh Selma Purnamasari yang berjudul “Pengaruh Potensi
Ekowisata Bahari Terhadap Perekonomian Masyarakat Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Pada Dermaga Ketapang Teluk Rantai Pasawaran)”. Ekowisata Bahari
mempunyai pengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat Teluk Ratai
sebesar 39,9 %. Ekowisata Bahari ini memberikan dampak positif bagi masyarakat
dan telah sesuai dengan nilai dan prinsip dasar Islam yaitu: kerja, pemerataan
kesempatan, persaingan dan solidaritas. Dan masih terdapat dampak negatif
diantaranya masih terdapat salah satu penyewaan penginapan yang
disalahgunakan.4
Dan kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Hajarani Nur Shadrina yang
berjudul “Analasis Multiplier Effect Potensi Ekowisata Bahari Islam Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Pulau Pahawang.” Kegiatan wisata yang ada
di Pulau Pahawang mampu memberikan dampak ekonomi (multiplier effect)
kepada masyarakat sekitar walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup
kecil. Dampak ekonomi tersebut terjadi karena adanya perputaran uang antara
wisatawan, unit usaha dan tenaga kerja. Dalam Islam manusia dikatakan sekahtera
apabila telah memenuhi kebutuhan primer (al-daruriyyah), kebutuhan sekunder
(al-Hajiyyah) dan kebutuhan pelengkap (al-tahsiniyyah). Masayakat Pulai
Pahawang telah memenuhi kebutuhan tersebut sehingga menurut pandangan Islam
potensi Ekowisata Pulau Pahawang memberikan peran terhadap pertumbuhan
ekonomi masyarakat dengan bertambahnya lapangan pekerjaan dan pendapatan
masyarakat.5
Dari kedua topik penelitian yang telah dipaparkan di atas, belum terdapat
tinjauan secara khusus dan komprehansif tentang Pengembangan Ekowisata dalam
3
Eko Cahyono dan Tim Kajian KSPN, “Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN): Antara Demi Pertumbuhan Ekonomi dan Praktik Green Grabbin (Right Resourse
Initiative (RRI), 2017)
4
Selma Purnamasari, “Pengaruh Potensi Ekowisata Bahari Terhadap Perekonomian Masyarakat
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Dermaga Ketapang Teluk Ratai Pasawaran)”, Skripsi
(Lampung: UIN Raden Intan, 2017).
5
Hajarani Nur Shadrina, “Analisis Multiplier Effect Potensi Ekowisata Bahari Islam Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Pulau Pahawang”, Skripsi (Lampung: UIN Raden Intan, 2018).
tinjauan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata di Daerah. Dengan menggunakan tinjauan Peraturan
Menteri Dalam Negeri ini, selain akan tergambar karakteristik pengembangan
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan, diharapkan juga penelitian ini akan
menggungkapkan nuansa pembaruan pemikiran hukum positif terhadap Ekowisata
sesuai dengan perkembangan saat ini. Di sinilah letak perbedaan studi ini dengan
studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research).
Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari atau kehidupan yang sebenarnya terjadi. Ide penting dalam penelitian
lapangan adalah peneliti berangkat untuk mengadakan pengamatan terhadap
fenomena dalam suatu keadaan alamiah.6 Pada penelitian lapangan ini peneliti
mengamati fenomena yang terjadi dalam pengembangan Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan dengan tinjauan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33
Tahun 2009 Terhadap Perekonomian Masyarakat tepatnya Masyarakat Desa
Cisantana yang berada di Dusun Palutungan. Penelitian dilakukan pada bulan
Desember-Februari 2021 dengan membat catatan yang ekstensif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif adalah suatu metode yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan laiannya secara holistik dan dengan suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah pula. 7
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual
melalui pengumpulan data dari latar ilmiah dengan memanfaatkan peneliti sebagai
instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan menggunakan pendekatan induktif. Dalam
penelitian ini peneliti akan melakukan observasi langsung terkait perilaku
partisipan dan terlibat langsung dengan aktivitas mereka. Sehingga peneliti akan
mendapatkan informasi terkait Pengembangan Ekowista Bumi Perkemahan Ipukan
dalam Tinjauan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 Terhadap
Perekonomian Masyarakat Desa Cisantana khususnya masyarakat Dusun
Palutungan.
Sumber data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan melalui wawancara dengan informan diantaranya Kepala
Bagian Resor Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam (TNGC), Salah satu
Pengelola Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan, Pemilik Warung makanan di
Ekowisata tersebut, Barista Kopi Lembah di Ekowisata tersebut, juru parkir,
wisatawan, dan masyarakat Dusun Palutungan. Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skripsi, jurnal ilmiah, website, buku yang
berkaitan dengan Pengembagan Ekowisata serta data dari Kantor Balai Desa
Cisantana.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi. Pertama, wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data
6
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 26.
7
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualtatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 4-5.
yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data melalui
dialog (tanya jawab) secara lisan dengan menggunakan alat yang dinamakan
panduan wawancara. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam.8 Dalam hal ini peneliti mewawancarai beberapa
informan yang aktif yang berhubungan dengan pengembangan Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Cisantana
khususnya masyarakat Dusun Palutungan.
Kedua, peneliti melakukan pengamatan atau observasi untuk mendapatkan
informasi terkait dengan penelitian. Pengamatan (observasi) diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek
dalam fenomena tersebut.9 Dan ketiga, dalam melengkapi data peneliti
melaksanakan dokumentasi, yang dimana dokumentasi dipakai guna melengkapi
data-data yang diperlukan dan guna untuk mengetahui segala sesuatu yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, antara lain mencari data berupa buku,
majalah, catatan, transkip, surat kabar dan sebagainya. 10
Penelitian ini menggunakan teknis analisis data dengan menggunakan tiga
alur kegiatan yaitu mereduksi data atau proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kemudian Penyajian data atau kegiatan
ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga kemungkinan ada penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dan verifikasi atau penyimpulan data,
upaya ini dilakukan oleh peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan
apakah sudah sesuai atau tidak berdasarkan data yang sudah terkumpul. Apabila
data yang dikumpulkan ternyata diterima maka kesimpulan tersebut berkembang
menjadi teori.

KONSEP DASAR
Pariwisata dimaknai sebagai segala aktifitas yang memberikan hiburan atau
rekreasi, kesenangan, kegembiraan, keteduhan, kedamaian, kenikmatan,
kenyamanan dan keuntungan kepada orang yang terlibat didalamnya.
Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, Pemerintah Daerah dan Pengusaha. Makna Pariwisata
mengalami pergeseran yang lebih kepada pariwisata khusus atau dikenal dengan
Ekowisata.
Sektor Pariwisata adalah Prioritas kelima setelah Infrastruktur, Maritim,
Energi dan Pangan. Secara Normatif, berdasarkan Lampiran III, dalam Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

8
Sugiyono, Metode Penelitian (Pendekata Kuantitatif, Kualitatif, dan RAD) (Bandung:
Alfabeta, 2013), 317.
9
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik ( Jakarta: Bumi Akasara,
2015), 160
10
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 80.
Kepariwisataan Nasional 2010-2025, ditetapkan 88 Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) di Indonesia. Dari 88 lokasi tersebut ditetapkan 10 destinasi
prioritas dengan jargon kampanye: “Menciptakan 10 Bali Baru”.
Dalam Sidang Kabinet Awal Tahun, 4 Januari 2016 terdapat delapan arahan
Presiden Joko Widodo dalam menandai Tahun Percepatan 2016, agenda KSPN
(Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) adalah bagian No. 5 yaitu “Pastikan
kemajuan dilapangan pada 10 Destinasi Nasional”. Dengan dasar di atas nyata
bahwa KSPN merupakan program nasional yang menjadi prioritas kabinet kerja
Jokowi-JK. Strategi pembangunan wilayah-wilayah KSPN ini adalah dengan
konsep pengembangan Ekowisata.11
Konsep pengembangan Ekowisata menjadi Srategi Pembangunan
wilayahwilayah KSPN. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun
2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata Di Daerah menyebutkan
bahwasannya Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang
bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan
dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan
masyarakat lokal. Konsep dan implementasi pengembangan Ekowisata tidak dapat
terlepaskan dari pengembangan kawasan konservasi (protected area). Jasa
Ekowisata adalah sektor yang mengemas jasa lingkungan dan budaya sehingga
menghasilkan manfaat bagi banyak kepentingan untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan. Jasa Ekowisata dianggap sebagai salah satu pintu masuk dan
sebagai suatu pendekatan ekonomi yang menelaah dan mengkaji manfaat sumber
daya alam dan lingkungan dalam kaidah konservasi.
Menurut The Internasional Ecotourism Society atau TIES yang dikutip dari
buku karya I Nyoman Sukma Arida yang berjudul Ekowisata Pengembangan,
Partisipasi Lokal, dan Tantangan Ekowisata, mengebutkan bahwa Ekowisata
adalah perjalanan wisata ke wilayahwilayah dalam rangka menyelamatkan
lingkungan atau dapat dikenal dengan konservasi dan memberi penghidupan
penduduk lokal. Dan disebutkan pula bahwa Ekowisata merupakan wisata berbasis
alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam,
dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberikan dampak negatif
paling rendah terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada
lokal (dapat mengontrol terhadap manfaat yang dapat diambil dari kegiatan
usaha.12
Menurut World Conservation Union (WCU) yang dikutip dari buku karya
Iwan Nugroho yang berjudul Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan,
Ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya
masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-
upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif dan memberikan
keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal.13
Maka dapat disimpulkan dari pemaparan diatas mengenai Ekowisata adalah
kegiatan wisata yang mengedepankan penyelamatan lingkungan atau konservasi
11
Eko Cahyono dan Tim Kajian KSPN, “Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN): Antara Demi Pertumbuhan Ekonomi dan Praktik Green Grabbin (Right Resourse
Initiative (RRI), 2017)
12
I Nyoman Sukma Arida, Ekowisata Pengembangan, Partisipasi Lokal, Dan Tantangan
Ekowisata(Bali: Cakra Press, 2017), 15.
13
Iwan Nugroho, Ekowisata dan Pembangunan Berjelanjutan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2019), 15-16
terhadap lingkungan. Dimana Ekowisata akan berpengaruh terhadap Ekologi atau
lingkungan, ekonomi masyarakat dan sosial budaya yang berada di lingkungan
Ekowisata.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Ekowisata


Pengembangan Ekowisata menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33
Tahun 2009 bahwasannya pengembangan Ekowisata adalah kegiatan perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian Ekowisata. Prinsip pengembangan Ekowisata
menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 yaitu sebagai
berikut:
a. Kesesuaian antara jenis dan karakteristik Ekowisata.
b. Konservasi yaitu melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan secara
lestari sumberdaya alam yang digunakan untuk Ekowisata.
c. Ekonomis yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan
menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta
memastikan usaha Ekowisata dapat berkelanjutan.
d. Edukasi yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi
seseorang agar memiliki kepedulian, tanggungjawab dan komitmen
pelestarian lingkungan dan budaya.
e. Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung.
f. Partisipasi masyarakat yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian Ekowisata dengan
menghormati nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar
kawasan.
g. Menampung kearifan lokal.
Tahun 2002 adalah tahun dimana dirancangnya Tahun Ekowisata dan
Pegunungan di Indonesia. Dari berbagai workshop dan diskusi yang
diselenggarakan pada tahun tersebut di berbagai daerah di Indonesia baik oleh
Pemerintahan pusat maupun daerah, dirumuskan 5 (lima) prinsip dasar
pengembangan Ekowisata di Indonesia yaitu:
a. Pelestarian
Prinsip kelestarian pada Ekowisata adalah kegiatan Ekosiata tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan dan budaya setempat. Salah satu
contoh implimentasi dari prinsip ini adalah kesadaran untuk membuang
sampah harus pada tempatnya yang dapat diterapkan oleh masyarakat
sekitar, wisatawan dan pihak dari Ekowisata sendiri agar membuat
peraturan dalam menjaga kelastarian lingkungan.
b. Pariwisata
Pariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan dengan
berbagai motivasi pengunjung untuk mengunjungi suatu lokasi.
Ekowisata juga harus mengandung unsur ini, karena akan berpengaruh
terhadap promosi wisata.
c. Pendidikan
Pendidikan bagi pengunjung ini akan mendorong upaya pelestarian alam
maupun budaya di sekitar tempat wisata. Cara yang digunakan yaitu
memberikan informasi terkait nama dan manfaat tumbuhan dan hewan
di sekitar daerah wisata, mengenalkan budaya dan adat istiadat
masyarakat lokal.
d. Partisipasi Masyarakat Setempat
Partisipasi masyarakat akan timbuk ketika alam dan budaya itu dapat
memberikan manfaat langsung atau tidak langsung bagi masyarakat,
baik untuk pelestarian alam dan ekonomi. Jika masyarakat dapat
menjaga alam tetap bersih dan lestari maka masyarakat sendiri akan
menikmati kelestarian alam tersebut, bila masyarakat berperan dalam
kegiatan pariwisata, maka masyarakat akan mendapatkan manfaatnya
secara ekonomi.
e. Perekonomian
Ekowisata yang dijalankan harus memberikan pendapatan dan
keuntungan sehingga akan terus berkelanjutan. Untuk mewujudkan hal
itu, yang terpenting yang harus dilakukan adalah memberikan pelayanan
dan produk wisata terbaik dan berkualitas.

Jenis-Jenis Ekowisata
Jenis-jenis Ekowisata berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun
2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah Pasal 2 yaitu:
a. Ekowisata Bahari Yaitu Ekowisata berbasis lingkungan yang
berlandaskan daya tarik bahari di lokasi atau kawasan yang didominasi
perairan atau kelautan.
b. Ekowisata Hutan Yaitu Ekowisata yang memanfaatkan sumberdaya
kawasan hutan khususnya hutan tropika. Kawasan hutan yang dapat
berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan adalah
Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
Taman Wisata Alam), Kawasan Suaka Alam dan Hutan Lindung.
c. Ekowisata Pegunungan Yaitu suatu kegiatan perjalanan wisata yang
dilakukan secara sukarela yang bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata yang berada di lingkungan dataran tinggi.
d. Ekowisata Karst Yaitu Ekowisata yang memanfaatkan sumberdaya
suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang
khas, yang disebabkan oleh tingginya keterlarutan batuan didalam air.

Kebijakan Ekowisata dalam Perspektif Hukum Positif


Kebijakan pengembangan Ekowisata adalah implementasi yang melekat kepada
sistem kelembagaan yang sedang berlaku. Kelembagaan pemerintah dalam wujud
peraturan dan perundang-undangan menjadi landasan langsung maupun tidak
langsung pengembangan dan operasional Ekowisata. Pengelolaan industri jasa
pariwisata secara langsung berada dalam wewenang Kementerian Kehutanan
(Kemenhut), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) dan
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Ketiganya merupakan unsur pelaksana
(TLP) yang mengoperasionakan ke dalam rambu-rambu pengelolaan Ekowisata
secara berlanjutan. Pemda (Kemendagri) berperan di dalam supaya
mengkoordinasikan dan mengendalikan peran dan aliran manfaat kepada
masyarakat, penduduk lokal dan swasta melalui kebijakan penataan ruang,
prosedur investasi dan perihal teknis lainnya.
Peran pemerintah daerah sangat penting untuk mengoperasionalkan
pengembangan Ekowisata dilandasi prinsip-prinsip (Permendagri No. 33 Tahun
2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah pada Pasal 2) yaitu:
a. Kesesuaian antara jenis dan karakteristik Ekowisata.
b. Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan secara
lestari sumber daya alam yang digunakan untuk Ekowisata.
c. Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan
menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta
memastikan usaha Ekowisata dapat berkelanjutan.
d. Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi
seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen
terhadap pelestarian lingkungan dan budaya.
e. Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung.
f. Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian Ekowisata menghormati
nilai-nilai sosial budaya dan keagamaan masyarakat setempat.
g. Menampung kearifan lokal.14
Melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Pengembangan Ekowisata Di Daerah, dapat menjamin tercapainya
sasaran antara lain: pertumbuhan Ekonomi wilayah, pengunjung memperoleh
kesempatan kerja dan penghasilan. Swasta memperoleh nilai tambah dan Pemda
memeroleh pajak atau retribusi untuk kembalikan ke upaya-upaya konservasi.
Ekowisata memerlukan fungsi pengendalian dan monitoring untuk terpelihara
kualitas aliran manfaat. Manfaat dari aspek lingkungan terukur melalui baku mutu
lingkungan seperti digariskan dalam kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup.
Pendekatan aspek sosial dapat menggunakan tata-nilai dan perilaku sosial
masyarakat yang substansinya melekat kepada tanggungjawab pemerintah
daerah.15

PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Bagaimana Pengembangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan dalam
Tinjauan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009
Desa Cisantana Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan merupakan salah satu
kawasan pemukiman yang terletak di lereng Ciremai yang memiliki luas 1.199,5
Hektar. Secara Geografis Desa Cisantana merupakan wilayah dataran tinggi atau
termasuk wilayah pegunungan yang didukung dengan tanah yang subur sehingga
sangat cocok untuk pertanian. Desa Cisantana memiliki potensi yang sangat baik
dalam sektor pariwisata salah satu pariwisata berbasis alam atau Ekowisata yaitu
Bumi Perkemahan Ipukan yang berada di Kawasan Taman Nasional Gunung
Ciremai (TNGC). Dari Ekowisata tersebut menjadi salah satu sektor untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Cisantana khususnya masyarakat
Dusun Palutungan.
Bumi Perkemahan Ipukan terdapat hewan endemik yaitu Kodok Merah dan
Surili (semacam lutung dengan warna putih dibagian lehernya) yang bisa dijadikan
sebuah penelitian mengenai satwa endemik. Bumi Perkemahan Ipukan memiliki
dua curug yaitu Curug Cisarua dan Curug Cipayung. Sumber mata air yang
mengalir ke Ekowisata Bumi Perkemahan yaitu dari sumber mata air Cigowong.
Harga tiket untuk memasuki wilayah Ekowisata Bumi perkemahan Ipukan dan
menikmati Ekowista terssebut yaitu sebesar Rp. 15.000 di hari biasa maupun hari
14
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 33 Tahun 2009
15
Iwan Nugroho, Ekowisata dan Pembangunan BerjelanjutanI, 224-230.
libur. Harga tiket parkir motor sebesar Rp. 3.000 dan untuk kendaraan beroda
empat atau mobil sebesar Rp. 5.000.
Pengembangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan merupakan suatu solusi
bagi masyarakat untuk mendapatkan penghasilan yang berwadah dalam program
pemberdayaan masyarakat oleh Taman Nasional Gunung Ciremai. Masyarakat
sekitar khususnya yang berada di Dusun Palutungan Desa Cisantana mendapatkan
pendapatan dengan adanya peluang dan kesempatan kerja yang ditawarkan
sehingga masyarakat dapat membuka usaha di dalam Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan seperti membuka warung makanan ataupun kedai kopi,
bekerja menjadi Pengelola wisata, menjadi Juru Parkir dan Pemandu Wisata.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 dalam
Pasal 9 Pemanfaatan Ekowisata yang mencakup Pengelolaan Kawasan Ekowisata,
Pemeliharaan Kawasan Ekowisata, Pengamanan Kawasan Ekowisata dan
Pengendalian Potensi Kawasan. Pemanfaatan Ekowisata dilakukan oleh
perseorangan ada/atau Badan Hukum atau Pemerintahan daerah dan harus
dikerjasamakan pemerintah daerah dan/atau pemerintah sesuai dengan ketentuan
Perundang-undangan. Oleh karena itu Bumi Perkemahan Ipukan dibentuk Badan
Hukum yaitu Koperasi Alam Rimba Lestari pada Tahun 2018 yang beranggotakan
Pengelola, karyawan dan pemilik warung di Bumi Perkemahan Ipukan, yang
dimana sebelumnya belum berbadan Hukum dan ada anjuran dari Taman Nasional
Gunung Ciremai untuk diberbentuk berbadan hukum maka Pengelola Ekowisata
membentuk koperasi tersebut.
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan telah memenuhi IUPJWA (Izin Jasa
Usaha Pengelolan Wisata Alam) sehingga mereka sudah melaksanakan syarat
administrasi membangun Ekowisata. Dengan tetap memperhatikan kewajibannya
yaitu membayar pungutan hasil usaha penyediaan jasa wisata alam, ikut serta
menjaga kelestarian alam, melaksanakan pengamanan terhadap kawasan beserta
potensinya, melaksanakan pengamanan setiap pengunjung, merehabilitasi
kerusakan yang timbul akibat dari pelaksanaan kegiatan usahanya, menjaga
kebersihan lingkungan dan menyampaikan laporan kehiatan usaha kepada pemberi
IUPJWA. Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan sudah memiliki legalitas hukum
karena telah memenuhi syarat administrasi dan sudah sesuai dengan perundang-
undangan.
Bumi Perkemahan Ipukan tetap memperhatikan ekowistem dan Ekologi di
sekitar Ekowisata yaitu dengan tetap memberikan perhatian menjaga kebersihan,
menjaga Ekowistem yang ada di sekitar Ekowisata salah satunya hewan endemik
kodok merah dan surili, memperhatikan aturan dalam berinteraksi dengan alam.
Sehingga banyak sekali papan-papan aturan yang mesti diperhatikan oleh
wisatawan untuk memperhatikan faktor lingkungan dan ekowistem yang ada
disana. Seperti kata-kata jagalah kebersihan, jangan berbuat zina, cintai alam dan
sebagainya. Tidak hanya memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat Dusun
Palutungan khususnya pengelola tetapi Ekowisata tersebut memperhatikan
Ekologi dan ekosistem yang ada.

Bagaimana Sistem Pengelolaan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan


Bumi Perkemahan Ipukan memiliki 4 (empat) Pengelola dan 9 (sembilan)
Karyawan. Pengelola memiliki gaji setiap bulannya sesuai dengan UMR
Kabupaten Kuningan yaitu sekitar Rp.1.882.000 sedangkan karyawan ± 1.000.000.
Sistem pendapatan yang digunakan bukan seperti sistem gaji tetapi lebih ke sistem
upah dan memiliki ketergantungan dengan jumlah pengunjung. Tetapi sebagai
pekiraan bisa dilihat dari UMR Kabupaten. Pada Tahun 2018 Bumi Perkemahan
Ipukan sudah berbadan hukum dengan berbentuk Koperasi yang bernama
Koperasi Alam Rimba Lestari sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
33 Tahun 2009 Pasal 9 bahwa Pemanfaatan Ekowisata dapat dilakukan oleh a.
Perseorangan dan/atau berbadan hukum atau b. Pemerintah Daerah.
Bumi Perkemahan Ipukan merupakan Ekowisata di Kawasan Taman
Nasional Gunung Ciremai ada kebijakan dari TNGC sesuai dengan Permenhut
Nomor: P.48/Menhut-II/2010 Pasal 9 yaitu Perusahaan Pariwisata alam diberikan
dalam bentuk IUPJWA (Izin Jasa Usaha Pengelolaan Wisata Alam) dan/atau
IUPSWA (Izin Usaha Pengelolaan Sarana Wisata Alam) pada wilayah yang telah
dimanfaatkan oleh masyarakat, Izin tersebut diprioritaskan diberikan kepada
masyarakat setempat. Izin tersebut berlaku untuk Ekowisata Bumi Perkemahan
Ipukan dimana Ekowisata tersebut harus berbadan hukum maka terbentuklah
koperasi dengan nama Koperasi Alam Rimba Lestari.

Daftar Nama Pengelola dan Karyawan

No. Nama Pekerjaan Alamat


1 Edi Ketua Pengelola
Dusun Palutungan Rt/Rw
Kusnadi 02/10 Desa Cisantana
2 Ajat Pengelola Dusun Palutungan Rt/Rw
Sudrajat 02/10 Desa Cisantana
3 Saepudin Pengelola Dusun Palutungan Rt/Rw
06/10 Desa Cisantana
4 Suhyono Pengelola Dusun Palutungan Rt/Rw
05/10 Desa Cisantana
5 Mita Karyawan Dusun Palutungan Rt/Rw
Amaliah 01/10 Desa Cisantana
6 Rusna Karyawan Dusun Palutungan Rt/Rw
01/10 Desa Cisantana
7 Nana Karyawan Dusun Palutungan Rt/Rw
01/10 Desa Cisantana
8 Dewi Ayu Karyawan Dusun Palutungan Rt/Rw
Wulandari 02/10 Desa Cisantana
9 Tia Karyawan Dusun Palutungan Rt/Rw
Pramulyani 03/10 Desa Cisantana
10 Titin Karyawan Dusun Palutungan Rt/Rw
Suprihatini 06/10 Desa Cisantana
11 Rini Karyawan Dusun Palutungan Rt/Rw
Andriani 01/10 Desa Cisantana
12 Nana Karyawan Dusun Palutungan Rt/Rw
Suhana 06/10 Desa Cisantana
13 Tia Karyawan Dusun Palutungan Rt/Rw
Setiawan 03/10 Desa Cisantana
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan memiliki 4 (empat) orang pengelola
yang dimana Bapak Edi Kusnadi, Bapak Saepudin dan Bapak Cuhyono adalah
pendiri awal Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan. Ekowisata Bumi Perkemahan
Ipukan memiliki 9 (sembilan) orang karyawan. Pengelola dan Karyawan
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan merupakan masyarakat lokal Dusun
Palutungan yang memiliki pengaruh langsung terhadap Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan.
Tarif memasuki Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan perorang sebesar Rp.
15.000 untuk hari biasa dan hari libur. Pembayaran parkir motor sebesar Rp. 3.000
dan mobil sebesar Rp. 5.000. Pembagian karcis tersebut untuk beberapa
pengeluaran yaitu:
a. PNBP/karcis : Rp. 5.000,00.
b. Asuransi/karcis : Rp. 500,00.
c. Kontribusi/karcis : Rp. 500,00.
d. Gaji Pengelola : Rp. 1.882.000,00.
e. Gaji karyawan : Rp. 1.000.000,00.
Berdasarkan data wisatawan yang berkunjung pada Tahun 2018 di Bumi
Perkemahan Ipukan tidak begitu meningkat dikarenakan selain faktor banyak
wisata di Desa Cisantana menurut kang jawil mengenai wisatawan yang
berkunjung tidak tentu karena setiap tahun itu ada tiga momen sepi, yaitu hari
imlek pengaruhnya sampai awal april, kedua bulan Ramadhan dan ketiga bulan
Kapit. Banyak pengunjung diperkirakan pada malam taun baru dan hari libur
sekolah. Pada bulan Januari terdapat 13.000 wiatawan pada bulan ini paling ramai
karena terjadi pergantian taun. Pada bulan Februari sekitar 4.400 wisatawan, pada
bulan Maret 3.000, pada bulan April sekitar 6.900 wisatawan, pada bulan Mei
sekitar 2.000 dan pada bulan Mei mengalami penurunan karena terdapat bulan
Ramadhan. Pada bulan Juni sekitar 14.700 wisatawan yang yang datang dan pada
bulan ini merupakan bulan paling ramai sekali karena terjadi di hari cuti bersama
hari Raya Idul Fitri sekaligus hari libur bagi anak sekolah. Pada bulan Juli sekitar
9.000 wisatawan yang datang. Pada bulan Agustus sekitar 5.300 wisatawan yang
datang, pada bulan September sekitar 5.100 wisatawan yang datang, bulan
Oktober sekitar 6.400 wisatawan yang datang, bulan November sekitar 4.400
wisatawan yang datang dan pada bulan Desember sekitar 7.200 wisatawan yang
datang.16

Bagaimana Dampak Pengembangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan


Terhadap Masyarakat Sekitar
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan berada di Kawasan Taman Nasional Gunung
Ciremai dan berbatasan dengan Dusun Palutungan Desa Cisantana. Sehingga
Ekowisata Bumi Perkemahan ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar
khususnya Dusun Palutungan. Dengan dijadikannya Ekowisata dikarenakan
sebagai solusi yang diberikan TNGC untuk memberdayakan masyarakat,
dikarenakan regulasi TNGC yang tidak memperbolehkan menggarap lahan
dikawasan TNGC. Dimana sebelum peralihan tersebut ketika masa Perum
Perhutani masyarakat boleh untuk mengakses hutan dengan ditanami berbagai
macam sayuran atau dapat diketahui dengan tumpang sari, dan sekarang
16
Laporan Jumlah Pengunjung Bumi Perkemahan Ipukan Kuningan 2018
masyarakat khususnya Dusun Palutungan tidak diperbolehkan menggarap lahan.
Namun tidak semua masyarakat merasakan program pemberdayaan masyarakat
yang dijadikan solusi oleh Taman Nasional karena tidak semua masyarakat
mendapatkan penghasilan dari Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan. Dampak
terkait dengan Pengembangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan penulis
membaginya terdiri dari berbagai aspek yaitu:
a. Dampak Terhadap Perekonomian Masyarakat
Prinsip Pengembangan Ekowisata salah satunya yaitu memberikan
manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi pembangunan
Ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha Ekowisata dapat
berkelanjutan. Tidak hanya memberikan keuntungan finansial atau
dalam bentuk pendapatan tetapi bentuk pemberdayaan bagi masyarakat
lokal yaitu upaya untuk membangun masyarakat agar memiliki inisiatif
melakukan aktivitas sosial untuk membenahi situasi dan kondisi mereka
salah satunya dalam bidang perekonomian.
Bumi Perkemahan Ipukan menjadi akses untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat khususnya untuk pengelola. Menurut Kang
Ajat dengan gaji setara dengan UMR Kabupaten Kuningan yaitu
1.882.000 itu tidak mencukupi kehidupan mereka karena sudah
memiliki tanggungan yaitu anak dan istri tetapi untuk pengelola atau
karyawan yang belum menikah gaji segitu cukup sekali untuk
memenuhi kehidupan. Sehingga Kang Ajat membangun kedai kopi
untuk menjadi solusi dalam penambah pemasukan.17
Seperti halnya dengan Kang Ari yang menjadi Barista di Kedai
Kopi menurut beliau dengan adanya Ekowisata dapat memenuhi
kebutuhan dan itu sudah lebih dari cukup karena memang saya belum
mempunyai tanggungan. Dengan adanya Kedai Kopi di Bumi
Perkemahan Ipukan bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk
berkunjung karena bisa menikmati alam sambil ngopi. 18 Dan menurut
Faisal sebagai salah satu pemilik warung di Bumi Perkemahan Ipukan
dengan adanya Ekowisata tersebut dapat menambah penghasilan
keluarga, pada hari sabtu sampai minggu bisa mencapai Rp. 2.000.000
jika ada yang camping. Dengan pendapatan tersebut Faisal dapat
menabung di Bank. Faisal pun mengatakan bahwasannya beliau adalah
salah satu anak dari Pengelola Ekowisata tersebut, Kakaknya Faisal pun
bekerja di Pos Karcis memasuki Ekowisata.19 Namun lain halnya dengan
masyarakat sekitar yang tidak memiliki akses untuk menyambung hidup
dalam mencukupi kebutuhan, mereka tidak bisa mendapatkan
penghasilan dari Ekowisata sehingga mereka beralih profesi menjadi
berbagai profesi seperti Peternak Sapi Perah, Wiraswasta, berdagang
klontongan, bertani dengan lahan milik pribadi dan lain sebagainya.
Namun tetap Pengelola Bumi Perkemahan Ipukan memberi bantuan
dalam bentuk donasi terhadap pembangunan fasilitas umum di

17
Wawancara dengan Kang Ajat salah satu Pengelola Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan
Pada 14 Februari 2021.
18
Wawancara dengan Kang Ari seorang Barista di Lembah Kopi pada 14 Februari 2021.
19
Wawancara dengan Faisal salah satu penjaga Warung di Ekowisata Bumi Perkemahan
Ipukan, 14 Februari 2021.
lingkungan masyarakat dan memberi bantuan kepada masyarakat yang
tidak mampu.20
b. Dampak Terhadap Sosial Masyarakat
Bumi perkemahan Ipukan menjadi lahan pendapatan bagi pengelola
Ekowisata atau mereka yang memiliki akses dalam mendapatkan
penghasilan namun bagi masyarakat sekitar yang tidak memiliki aksses
tersebut hanya tahu Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan itu memang
terdapat di Kawasan Taman Nasional dan bebatasan dengan Dusun
Palutungan. Sehingga terjadi kesenjangan sosial khususnya di Dusun
Palutungan perihal kesempatan kerja dan peluang memiliki usaha.
Namun pengelola Bumi Perkemahan Ipukan tetap memberikan sebagian
penghasilannya untuk bersedekah ke masjid dan menyantuni kaum
duafa. Oleh karena itu, masyarakat yang tidak memiliki akses
pendapatan dari Bumi Perkemahan Ipukan mendapatkan penghasilan
dengan berternak sapi, menggarap lahan milik pribadi, berdagang dan
lain sebagainya.
c. Dampak Terhadap Ekologi/Lingkungan Sekitar
Ekowisata memiliki prinsip dalam pelestarian lingkungan, sehingga
kegiatan Ekowisata tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan
budaya setempat. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan
menghargaan atas lingkungan sekitar. Ekowisata Bumi perkemahan
Ipukan telah menetapkan mengenai aturan dalam berwisata yaitu harus
menjaga kebersihan, menjaga ekosistem, tidak boleh merusak
lingkungan dan ekosistem satwa yang ada disana sebagai perwujudan
untuk mengurangi kerusakan pada lingkungan.
Dikutip dari hasil wawancara dengan salah satu pengelola yaitu
Kang Ajat pada 14 Februari 2021 bahwasannya masih banyak
wisatawan yang kurang memperhatikan memperhatikan peraturan
bahwa sampah harus dibuang pada tempatnya dan memperhatikan
peraturan dilarang berbuat zina. Tetap pengelola melakukan upaya
pengecekan dan jika ada terjadi hal yang mestinya tidak terjadi tetap
akan mempengeringati wisatawan. 21 Tidak hanya itu menurut Pak
Ahmad Fuad sebagai Kepala Bagian Resor Pemanfaatan Jasa
Lingkungan dan Wisata Alam (TNGC), Pada 15 Februari 2021
menjelaskan masih banyak wistawan yang kurang kesadaran untuk
menjaga kelestarian alam atau ekosistem yang ada di Bumi Perkemahan
Ipukan seperti mandi di curug menggunakan sabun atau shampo yang
bisa mencemari air.
Mengenai menjaga Ekologi Ekowisata masyarakat sekitar pun
merasakan dampak adanya Ekowisata seperti hal yang dijelaskan oleh
Pak Opang bahwasannya Ekowista dapat berdampak pada lingkungan
salah satunya yaitu polusi suara dan polusi udara yang disebabkan oleh
kendaraan para wisatawan yang mengganggu masyarakat sekitar.
Apalagi ketika malam minggu bagi masyarakat yang rumahnya

20
Wawancara dengan Pak Opang Sopandi salah satu warga Dusun Palutungan Pada 14
Februari 2021.
21
Wawancara dengan Kang Ajat salah satu pengelola Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan
Pada 14 Februari 2021.
dipinggir jalan akan merasa terganggu dengan suara dan udara tersebut.
Dan berdampak pula untuk para petani didekat kawasan Ekowisata
Bumi Perkemahan Ipukan seperti yang dijelaskan oleh Pak Endoy
bahwanya menurut beliau Wisata-wisata yang di kawasan TNGC ini
berdampak buruk bagi pertanian yang ada di sekitar wisata tersebut,
terkhusus dalam persoalan pengairan lahan yang ada. Di atas (Ladang
garapan sekitar Ipukan) pengairan lahannya dengan menggunakan
sistem irigasi yang dengan cara dijadwal aliran airnya, air tersebut
bersumber dari Cigowong, konfliknya peran pariwisata disini seringkali
mengubah-ubah aliran air yang dijadikan sebagai pengairan lahan.
Sumber air Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan yaitu bersumber dari
Mata air Cigowong yang dimana air tersebut menalir tidak hanya ke
Ekowisata tetapi ke pertanian masyarakat pula sehingga sering terjadi
konflik mengenai air.
Di musim penghujan, memang persoalan itu tidaklah menjadi
masalah bagi para penggarap lahan di sekitar Kawasan Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan, aliran air yang ada di Bumi Perkemahan Ipukan
pun di alirkan ke bawah (karena di sektor pertanian kebutuhan airnya
sudah tertutupi oleh air hujan) masalah muncul ketika musim panas, di
mana pertanian sangat bergantung pada irigasi yang tadi akan tetapi
ipukan mempunyai kebutuhan akan kuantitas air (karena air terjun
sendiri yang menjadi daya tarik, maka menuntut adanya air secara terus
menerus).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan 3 (tiga) macam, yaitu
pertama, Pengambangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan dalam Tinjauan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009. Pengembangan Bumi
Perkemahan Ipukan telah sesuai dengan perundang-undangan khususnya
Permendagri No. 33 Tahun 2009. Bumi Perkemahan Ipukan berusaha untuk tetap
menjaga ekosistem dan hewan endemik yang ada di wilayah Ekowisata,
memperhatikan kebersihan lingkungan dan membuat peraturan untuk wisatawan
terkait menjaga alam dan menjaga lingkungan. Ekowisata Bumi Perkemahan
Ipukan memberikan kesmepatan kerja bagi masyarakat lokal khususnya
masyarakat di Dusun Palutungan sehingga bisa membantu pemenuhan kebutuhan
hidup masyarakat. Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan berbentuk Badan Hukum,
yaitu Koperasi Alam Rimba Lestari dan telah memiliki IUPJWA (Izin Jasa Usaha
Pengelolan Wisata Alam) sehingga mereka sudah melaksanakan syarat
administrasi membangun Ekowisata.
Kedua, Sistem Pengelolaan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan, Ekowisata
Bumi Perkemahan Ipukan Memiliki 4 (empat) Pengelola dan 9 (sembilan)
Karyawan yang merupakan masyarakat lokal dari Desa Cisantana di Dusun
Palutungan. Tarif memasuki Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan perorang
sebesar Rp. 15.000 untuk hari biasa dan hari libur. Pembayaran parkir motor
sebesar Rp. 3.000 dan mobil sebesar Rp. 5.000. Sistem pendapatan yang
digunakan bukan seperti sistem gaji tetapi lebih ke sistem upah dan memiliki
ketergantungan dengan jumlah pengunjung.
Dan ketiga, Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan memiliki Dampak Poitif
dan Negatif bagi masyarakat sekitar sebagai salah satunya dampak positif dari
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan yaitu membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar, membuka peluang usaha dan sebagainya sedangkan dampak
negatif dari Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan yaitu wisatawan kurang sadar
akan menjaga kebersihan lingkungan Ekowisata dan menjaga ekosistem yang ada
di Ekowisata, banyaknya polusi udara diakibatkan oleh kendaraan wisatawan dan
lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Arida, I Nyoman Sukma. Ekowisata Pengembangan, Partisipasi Lokal, dan
Tantangan Ekowisata. Bali: Cakra Press. 2017.
Cahyono, Eko dan Tim Kajian KSPN. “Pembangunan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN): Antara Demi Pertumbuhan Ekonomi dan
Praktik Green Grabbin”. (Right Resourse Initiative (RRI). 2017.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Akasara. 2015.
Hijriati, Emma dan Rina Mardiana. “Pengaruh Ekowisata Basis Masyarakat
Terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi Di Kampung
Batusuhunan, Sukabumi”. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Vol. 02, No. 03.
Desember 2014.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualtatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarta.
2013.
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
2009.
Nugroho, Iwan. Ekowisata dan Pembangunan Berjelanjutan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2019.
Nur Shadrina, Hajarani. “Analsis Multiplier Effect Potensi Ekowisata Bahari Islam
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Pulau Pahawang”. Skripsi.
Lampung: UIN Raden Intan, 2018.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 33 Tahun 2009
Purnamasari. Selma “Pengaruh Potensi Ekowisata Bahari Terhadap Perekonomian
Masyarakat Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Dermaga Ketapang
Teluk Ratai Pasawaran”. Skripsi. Lampung: UIN Raden Intan. 2017.
Satria, Dias. “Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal dalam
Rangka Program Pengentasan Kemiskinan Di Wilayah Kabupaten
Malang”. Journal of Indonesian Applied Economics. Vol. 3, No. 1 Mei
2009.
Sugiyono. Metode Penelitian (Pendekata Kuantitatif, Kualitatif, dan RAD).
Bandung: Alfabeta. 2013.

You might also like