Professional Documents
Culture Documents
Weli Anggraeni
(Pembimbing I: Afif Muamar, M.H.I & Pembimbing II: Akhmad Shodikin, M.H.I)
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekhnurjati Cirebon
E-Mail: Halnaf13@gmail.com
Abstract
Ecotourism development has a very important role for the local economy. This is
because Ecotourism has its own specialties in the form of tourism, nemely
proritizing enviromental conservation, education, the welfare of local residents
and respecting local culture. One of the ecotourism in Taman Nasional Gunung
Ciremai (TNGC) area, namely The Bumi Perkemahan Ipukan Ecotourism, has an
important role for the people of Cisantana Village, especially the local people in
Palutungan Hamlet. With the existence of Ecotourism, of course, has a positive
impact and a negative impact on the local community. Seeing these problems, the
author feels the need to examine more deeply based on the review of the
Regulation of the Minister of Home Affairs No. 33 of 2009 concerning Guidelines
for Ecotourism Development in the Regons. The method used in this research is
qualitative by utilizing a qualitative descriptive apporoach. Data collaction
techniques used are interviews, observation and documentation. Form the results
of the study, it was found that the Ecotourism Development of the Bumi
Perkemahan Ipukan was in accordance with the Regulation of the Minister of
Home Affairs No. 33 of 2009 concerning Management, the form of Ecotourism,
and its implications for the surrounding community.
Abstrak
Pengembangan Ekowisata memiliki peran sangat penting untuk perekonomian
masyarakat lokal. Dikarenakan Ekowisata mempunyai kekhususan tersendiri dari
bentuk wisata yaitu mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan,
kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya lokal. Salah satu
Ekowisata yang berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yaitu
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan memiliki peran penting untuk masyarakat
Desa Cisantana khususnya masyarakat lokal di Dusun Palutungan. Dengan
adanya Ekowisata tersebut tentunya memiliki dampak positif dan dampak negatif
bagi masyarakat lokal. Melihat dari permasalahan tersebut, Penulis merasa perlu
mengkaji lebih dalam lagi berdasarkan tinjuan Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 33 Tahun 2009 mengenai Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif dengan
memanfaatkan pendekataan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa Pengembangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 terkait
mengenai Pengelolaan, bentuk Ekowisata, dan implikasi terhadap masyarakat
sekitar.
LITERATUR REVIEW
Penelitian tentang Pengembangan Ekowisata dalam tinjauan Hukum Positif
bukanlah suatu yang baru. Meskipun demikian, nampaknya belum ditemukan
penelitan mengenai pengembangan Ekowisata yang secara spesifik dikaji Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata di Daerah. Berikut beberapa karya yang
terdokumentasikan terkait permasalahan yang dikaji, yaitu pertama, Penelitian
yang dilakukan oleh Selma Purnamasari yang berjudul “Pengaruh Potensi
Ekowisata Bahari Terhadap Perekonomian Masyarakat Perspektif Ekonomi Islam
(Studi Pada Dermaga Ketapang Teluk Rantai Pasawaran)”. Ekowisata Bahari
mempunyai pengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat Teluk Ratai
sebesar 39,9 %. Ekowisata Bahari ini memberikan dampak positif bagi masyarakat
dan telah sesuai dengan nilai dan prinsip dasar Islam yaitu: kerja, pemerataan
kesempatan, persaingan dan solidaritas. Dan masih terdapat dampak negatif
diantaranya masih terdapat salah satu penyewaan penginapan yang
disalahgunakan.4
Dan kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Hajarani Nur Shadrina yang
berjudul “Analasis Multiplier Effect Potensi Ekowisata Bahari Islam Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Pulau Pahawang.” Kegiatan wisata yang ada
di Pulau Pahawang mampu memberikan dampak ekonomi (multiplier effect)
kepada masyarakat sekitar walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup
kecil. Dampak ekonomi tersebut terjadi karena adanya perputaran uang antara
wisatawan, unit usaha dan tenaga kerja. Dalam Islam manusia dikatakan sekahtera
apabila telah memenuhi kebutuhan primer (al-daruriyyah), kebutuhan sekunder
(al-Hajiyyah) dan kebutuhan pelengkap (al-tahsiniyyah). Masayakat Pulai
Pahawang telah memenuhi kebutuhan tersebut sehingga menurut pandangan Islam
potensi Ekowisata Pulau Pahawang memberikan peran terhadap pertumbuhan
ekonomi masyarakat dengan bertambahnya lapangan pekerjaan dan pendapatan
masyarakat.5
Dari kedua topik penelitian yang telah dipaparkan di atas, belum terdapat
tinjauan secara khusus dan komprehansif tentang Pengembangan Ekowisata dalam
3
Eko Cahyono dan Tim Kajian KSPN, “Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN): Antara Demi Pertumbuhan Ekonomi dan Praktik Green Grabbin (Right Resourse
Initiative (RRI), 2017)
4
Selma Purnamasari, “Pengaruh Potensi Ekowisata Bahari Terhadap Perekonomian Masyarakat
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Dermaga Ketapang Teluk Ratai Pasawaran)”, Skripsi
(Lampung: UIN Raden Intan, 2017).
5
Hajarani Nur Shadrina, “Analisis Multiplier Effect Potensi Ekowisata Bahari Islam Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Pulau Pahawang”, Skripsi (Lampung: UIN Raden Intan, 2018).
tinjauan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata di Daerah. Dengan menggunakan tinjauan Peraturan
Menteri Dalam Negeri ini, selain akan tergambar karakteristik pengembangan
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan, diharapkan juga penelitian ini akan
menggungkapkan nuansa pembaruan pemikiran hukum positif terhadap Ekowisata
sesuai dengan perkembangan saat ini. Di sinilah letak perbedaan studi ini dengan
studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research).
Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari atau kehidupan yang sebenarnya terjadi. Ide penting dalam penelitian
lapangan adalah peneliti berangkat untuk mengadakan pengamatan terhadap
fenomena dalam suatu keadaan alamiah.6 Pada penelitian lapangan ini peneliti
mengamati fenomena yang terjadi dalam pengembangan Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan dengan tinjauan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33
Tahun 2009 Terhadap Perekonomian Masyarakat tepatnya Masyarakat Desa
Cisantana yang berada di Dusun Palutungan. Penelitian dilakukan pada bulan
Desember-Februari 2021 dengan membat catatan yang ekstensif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif adalah suatu metode yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan laiannya secara holistik dan dengan suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah pula. 7
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual
melalui pengumpulan data dari latar ilmiah dengan memanfaatkan peneliti sebagai
instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan menggunakan pendekatan induktif. Dalam
penelitian ini peneliti akan melakukan observasi langsung terkait perilaku
partisipan dan terlibat langsung dengan aktivitas mereka. Sehingga peneliti akan
mendapatkan informasi terkait Pengembangan Ekowista Bumi Perkemahan Ipukan
dalam Tinjauan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 Terhadap
Perekonomian Masyarakat Desa Cisantana khususnya masyarakat Dusun
Palutungan.
Sumber data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan melalui wawancara dengan informan diantaranya Kepala
Bagian Resor Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam (TNGC), Salah satu
Pengelola Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan, Pemilik Warung makanan di
Ekowisata tersebut, Barista Kopi Lembah di Ekowisata tersebut, juru parkir,
wisatawan, dan masyarakat Dusun Palutungan. Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skripsi, jurnal ilmiah, website, buku yang
berkaitan dengan Pengembagan Ekowisata serta data dari Kantor Balai Desa
Cisantana.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi. Pertama, wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data
6
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 26.
7
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualtatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 4-5.
yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data melalui
dialog (tanya jawab) secara lisan dengan menggunakan alat yang dinamakan
panduan wawancara. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam.8 Dalam hal ini peneliti mewawancarai beberapa
informan yang aktif yang berhubungan dengan pengembangan Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Cisantana
khususnya masyarakat Dusun Palutungan.
Kedua, peneliti melakukan pengamatan atau observasi untuk mendapatkan
informasi terkait dengan penelitian. Pengamatan (observasi) diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek
dalam fenomena tersebut.9 Dan ketiga, dalam melengkapi data peneliti
melaksanakan dokumentasi, yang dimana dokumentasi dipakai guna melengkapi
data-data yang diperlukan dan guna untuk mengetahui segala sesuatu yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, antara lain mencari data berupa buku,
majalah, catatan, transkip, surat kabar dan sebagainya. 10
Penelitian ini menggunakan teknis analisis data dengan menggunakan tiga
alur kegiatan yaitu mereduksi data atau proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kemudian Penyajian data atau kegiatan
ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga kemungkinan ada penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dan verifikasi atau penyimpulan data,
upaya ini dilakukan oleh peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan
apakah sudah sesuai atau tidak berdasarkan data yang sudah terkumpul. Apabila
data yang dikumpulkan ternyata diterima maka kesimpulan tersebut berkembang
menjadi teori.
KONSEP DASAR
Pariwisata dimaknai sebagai segala aktifitas yang memberikan hiburan atau
rekreasi, kesenangan, kegembiraan, keteduhan, kedamaian, kenikmatan,
kenyamanan dan keuntungan kepada orang yang terlibat didalamnya.
Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, Pemerintah Daerah dan Pengusaha. Makna Pariwisata
mengalami pergeseran yang lebih kepada pariwisata khusus atau dikenal dengan
Ekowisata.
Sektor Pariwisata adalah Prioritas kelima setelah Infrastruktur, Maritim,
Energi dan Pangan. Secara Normatif, berdasarkan Lampiran III, dalam Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
8
Sugiyono, Metode Penelitian (Pendekata Kuantitatif, Kualitatif, dan RAD) (Bandung:
Alfabeta, 2013), 317.
9
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik ( Jakarta: Bumi Akasara,
2015), 160
10
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 80.
Kepariwisataan Nasional 2010-2025, ditetapkan 88 Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) di Indonesia. Dari 88 lokasi tersebut ditetapkan 10 destinasi
prioritas dengan jargon kampanye: “Menciptakan 10 Bali Baru”.
Dalam Sidang Kabinet Awal Tahun, 4 Januari 2016 terdapat delapan arahan
Presiden Joko Widodo dalam menandai Tahun Percepatan 2016, agenda KSPN
(Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) adalah bagian No. 5 yaitu “Pastikan
kemajuan dilapangan pada 10 Destinasi Nasional”. Dengan dasar di atas nyata
bahwa KSPN merupakan program nasional yang menjadi prioritas kabinet kerja
Jokowi-JK. Strategi pembangunan wilayah-wilayah KSPN ini adalah dengan
konsep pengembangan Ekowisata.11
Konsep pengembangan Ekowisata menjadi Srategi Pembangunan
wilayahwilayah KSPN. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun
2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata Di Daerah menyebutkan
bahwasannya Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang
bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan
dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan
masyarakat lokal. Konsep dan implementasi pengembangan Ekowisata tidak dapat
terlepaskan dari pengembangan kawasan konservasi (protected area). Jasa
Ekowisata adalah sektor yang mengemas jasa lingkungan dan budaya sehingga
menghasilkan manfaat bagi banyak kepentingan untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan. Jasa Ekowisata dianggap sebagai salah satu pintu masuk dan
sebagai suatu pendekatan ekonomi yang menelaah dan mengkaji manfaat sumber
daya alam dan lingkungan dalam kaidah konservasi.
Menurut The Internasional Ecotourism Society atau TIES yang dikutip dari
buku karya I Nyoman Sukma Arida yang berjudul Ekowisata Pengembangan,
Partisipasi Lokal, dan Tantangan Ekowisata, mengebutkan bahwa Ekowisata
adalah perjalanan wisata ke wilayahwilayah dalam rangka menyelamatkan
lingkungan atau dapat dikenal dengan konservasi dan memberi penghidupan
penduduk lokal. Dan disebutkan pula bahwa Ekowisata merupakan wisata berbasis
alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam,
dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberikan dampak negatif
paling rendah terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada
lokal (dapat mengontrol terhadap manfaat yang dapat diambil dari kegiatan
usaha.12
Menurut World Conservation Union (WCU) yang dikutip dari buku karya
Iwan Nugroho yang berjudul Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan,
Ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya
masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-
upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif dan memberikan
keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal.13
Maka dapat disimpulkan dari pemaparan diatas mengenai Ekowisata adalah
kegiatan wisata yang mengedepankan penyelamatan lingkungan atau konservasi
11
Eko Cahyono dan Tim Kajian KSPN, “Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN): Antara Demi Pertumbuhan Ekonomi dan Praktik Green Grabbin (Right Resourse
Initiative (RRI), 2017)
12
I Nyoman Sukma Arida, Ekowisata Pengembangan, Partisipasi Lokal, Dan Tantangan
Ekowisata(Bali: Cakra Press, 2017), 15.
13
Iwan Nugroho, Ekowisata dan Pembangunan Berjelanjutan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2019), 15-16
terhadap lingkungan. Dimana Ekowisata akan berpengaruh terhadap Ekologi atau
lingkungan, ekonomi masyarakat dan sosial budaya yang berada di lingkungan
Ekowisata.
Jenis-Jenis Ekowisata
Jenis-jenis Ekowisata berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun
2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah Pasal 2 yaitu:
a. Ekowisata Bahari Yaitu Ekowisata berbasis lingkungan yang
berlandaskan daya tarik bahari di lokasi atau kawasan yang didominasi
perairan atau kelautan.
b. Ekowisata Hutan Yaitu Ekowisata yang memanfaatkan sumberdaya
kawasan hutan khususnya hutan tropika. Kawasan hutan yang dapat
berfungsi sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan adalah
Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
Taman Wisata Alam), Kawasan Suaka Alam dan Hutan Lindung.
c. Ekowisata Pegunungan Yaitu suatu kegiatan perjalanan wisata yang
dilakukan secara sukarela yang bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata yang berada di lingkungan dataran tinggi.
d. Ekowisata Karst Yaitu Ekowisata yang memanfaatkan sumberdaya
suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang
khas, yang disebabkan oleh tingginya keterlarutan batuan didalam air.
17
Wawancara dengan Kang Ajat salah satu Pengelola Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan
Pada 14 Februari 2021.
18
Wawancara dengan Kang Ari seorang Barista di Lembah Kopi pada 14 Februari 2021.
19
Wawancara dengan Faisal salah satu penjaga Warung di Ekowisata Bumi Perkemahan
Ipukan, 14 Februari 2021.
lingkungan masyarakat dan memberi bantuan kepada masyarakat yang
tidak mampu.20
b. Dampak Terhadap Sosial Masyarakat
Bumi perkemahan Ipukan menjadi lahan pendapatan bagi pengelola
Ekowisata atau mereka yang memiliki akses dalam mendapatkan
penghasilan namun bagi masyarakat sekitar yang tidak memiliki aksses
tersebut hanya tahu Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan itu memang
terdapat di Kawasan Taman Nasional dan bebatasan dengan Dusun
Palutungan. Sehingga terjadi kesenjangan sosial khususnya di Dusun
Palutungan perihal kesempatan kerja dan peluang memiliki usaha.
Namun pengelola Bumi Perkemahan Ipukan tetap memberikan sebagian
penghasilannya untuk bersedekah ke masjid dan menyantuni kaum
duafa. Oleh karena itu, masyarakat yang tidak memiliki akses
pendapatan dari Bumi Perkemahan Ipukan mendapatkan penghasilan
dengan berternak sapi, menggarap lahan milik pribadi, berdagang dan
lain sebagainya.
c. Dampak Terhadap Ekologi/Lingkungan Sekitar
Ekowisata memiliki prinsip dalam pelestarian lingkungan, sehingga
kegiatan Ekowisata tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan
budaya setempat. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan
menghargaan atas lingkungan sekitar. Ekowisata Bumi perkemahan
Ipukan telah menetapkan mengenai aturan dalam berwisata yaitu harus
menjaga kebersihan, menjaga ekosistem, tidak boleh merusak
lingkungan dan ekosistem satwa yang ada disana sebagai perwujudan
untuk mengurangi kerusakan pada lingkungan.
Dikutip dari hasil wawancara dengan salah satu pengelola yaitu
Kang Ajat pada 14 Februari 2021 bahwasannya masih banyak
wisatawan yang kurang memperhatikan memperhatikan peraturan
bahwa sampah harus dibuang pada tempatnya dan memperhatikan
peraturan dilarang berbuat zina. Tetap pengelola melakukan upaya
pengecekan dan jika ada terjadi hal yang mestinya tidak terjadi tetap
akan mempengeringati wisatawan. 21 Tidak hanya itu menurut Pak
Ahmad Fuad sebagai Kepala Bagian Resor Pemanfaatan Jasa
Lingkungan dan Wisata Alam (TNGC), Pada 15 Februari 2021
menjelaskan masih banyak wistawan yang kurang kesadaran untuk
menjaga kelestarian alam atau ekosistem yang ada di Bumi Perkemahan
Ipukan seperti mandi di curug menggunakan sabun atau shampo yang
bisa mencemari air.
Mengenai menjaga Ekologi Ekowisata masyarakat sekitar pun
merasakan dampak adanya Ekowisata seperti hal yang dijelaskan oleh
Pak Opang bahwasannya Ekowista dapat berdampak pada lingkungan
salah satunya yaitu polusi suara dan polusi udara yang disebabkan oleh
kendaraan para wisatawan yang mengganggu masyarakat sekitar.
Apalagi ketika malam minggu bagi masyarakat yang rumahnya
20
Wawancara dengan Pak Opang Sopandi salah satu warga Dusun Palutungan Pada 14
Februari 2021.
21
Wawancara dengan Kang Ajat salah satu pengelola Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan
Pada 14 Februari 2021.
dipinggir jalan akan merasa terganggu dengan suara dan udara tersebut.
Dan berdampak pula untuk para petani didekat kawasan Ekowisata
Bumi Perkemahan Ipukan seperti yang dijelaskan oleh Pak Endoy
bahwanya menurut beliau Wisata-wisata yang di kawasan TNGC ini
berdampak buruk bagi pertanian yang ada di sekitar wisata tersebut,
terkhusus dalam persoalan pengairan lahan yang ada. Di atas (Ladang
garapan sekitar Ipukan) pengairan lahannya dengan menggunakan
sistem irigasi yang dengan cara dijadwal aliran airnya, air tersebut
bersumber dari Cigowong, konfliknya peran pariwisata disini seringkali
mengubah-ubah aliran air yang dijadikan sebagai pengairan lahan.
Sumber air Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan yaitu bersumber dari
Mata air Cigowong yang dimana air tersebut menalir tidak hanya ke
Ekowisata tetapi ke pertanian masyarakat pula sehingga sering terjadi
konflik mengenai air.
Di musim penghujan, memang persoalan itu tidaklah menjadi
masalah bagi para penggarap lahan di sekitar Kawasan Ekowisata Bumi
Perkemahan Ipukan, aliran air yang ada di Bumi Perkemahan Ipukan
pun di alirkan ke bawah (karena di sektor pertanian kebutuhan airnya
sudah tertutupi oleh air hujan) masalah muncul ketika musim panas, di
mana pertanian sangat bergantung pada irigasi yang tadi akan tetapi
ipukan mempunyai kebutuhan akan kuantitas air (karena air terjun
sendiri yang menjadi daya tarik, maka menuntut adanya air secara terus
menerus).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan 3 (tiga) macam, yaitu
pertama, Pengambangan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan dalam Tinjauan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009. Pengembangan Bumi
Perkemahan Ipukan telah sesuai dengan perundang-undangan khususnya
Permendagri No. 33 Tahun 2009. Bumi Perkemahan Ipukan berusaha untuk tetap
menjaga ekosistem dan hewan endemik yang ada di wilayah Ekowisata,
memperhatikan kebersihan lingkungan dan membuat peraturan untuk wisatawan
terkait menjaga alam dan menjaga lingkungan. Ekowisata Bumi Perkemahan
Ipukan memberikan kesmepatan kerja bagi masyarakat lokal khususnya
masyarakat di Dusun Palutungan sehingga bisa membantu pemenuhan kebutuhan
hidup masyarakat. Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan berbentuk Badan Hukum,
yaitu Koperasi Alam Rimba Lestari dan telah memiliki IUPJWA (Izin Jasa Usaha
Pengelolan Wisata Alam) sehingga mereka sudah melaksanakan syarat
administrasi membangun Ekowisata.
Kedua, Sistem Pengelolaan Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan, Ekowisata
Bumi Perkemahan Ipukan Memiliki 4 (empat) Pengelola dan 9 (sembilan)
Karyawan yang merupakan masyarakat lokal dari Desa Cisantana di Dusun
Palutungan. Tarif memasuki Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan perorang
sebesar Rp. 15.000 untuk hari biasa dan hari libur. Pembayaran parkir motor
sebesar Rp. 3.000 dan mobil sebesar Rp. 5.000. Sistem pendapatan yang
digunakan bukan seperti sistem gaji tetapi lebih ke sistem upah dan memiliki
ketergantungan dengan jumlah pengunjung.
Dan ketiga, Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan memiliki Dampak Poitif
dan Negatif bagi masyarakat sekitar sebagai salah satunya dampak positif dari
Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan yaitu membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar, membuka peluang usaha dan sebagainya sedangkan dampak
negatif dari Ekowisata Bumi Perkemahan Ipukan yaitu wisatawan kurang sadar
akan menjaga kebersihan lingkungan Ekowisata dan menjaga ekosistem yang ada
di Ekowisata, banyaknya polusi udara diakibatkan oleh kendaraan wisatawan dan
lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Arida, I Nyoman Sukma. Ekowisata Pengembangan, Partisipasi Lokal, dan
Tantangan Ekowisata. Bali: Cakra Press. 2017.
Cahyono, Eko dan Tim Kajian KSPN. “Pembangunan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN): Antara Demi Pertumbuhan Ekonomi dan
Praktik Green Grabbin”. (Right Resourse Initiative (RRI). 2017.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Akasara. 2015.
Hijriati, Emma dan Rina Mardiana. “Pengaruh Ekowisata Basis Masyarakat
Terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi Di Kampung
Batusuhunan, Sukabumi”. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Vol. 02, No. 03.
Desember 2014.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualtatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarta.
2013.
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
2009.
Nugroho, Iwan. Ekowisata dan Pembangunan Berjelanjutan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2019.
Nur Shadrina, Hajarani. “Analsis Multiplier Effect Potensi Ekowisata Bahari Islam
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Pulau Pahawang”. Skripsi.
Lampung: UIN Raden Intan, 2018.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 33 Tahun 2009
Purnamasari. Selma “Pengaruh Potensi Ekowisata Bahari Terhadap Perekonomian
Masyarakat Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Dermaga Ketapang
Teluk Ratai Pasawaran”. Skripsi. Lampung: UIN Raden Intan. 2017.
Satria, Dias. “Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal dalam
Rangka Program Pengentasan Kemiskinan Di Wilayah Kabupaten
Malang”. Journal of Indonesian Applied Economics. Vol. 3, No. 1 Mei
2009.
Sugiyono. Metode Penelitian (Pendekata Kuantitatif, Kualitatif, dan RAD).
Bandung: Alfabeta. 2013.