You are on page 1of 11

Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.

01/Maret/2017

HUBUNGAN PELAKSANAAN PERAWATAN INDWELLING KATETER


DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH

ASSOCIATION BETWEEN INDWELLING CATHETER CARE


AND URINARY TRACT INFECTIONS

Melyza Perdana, Haryani, Khudazi Aulawi


Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Korespondensi: melyza.perdana@ugm.ac.id

ABSTRACT

Background: Nosocomial infection is the most common problem occurs among 9% of 1,4
million hospitalized patients in the world. Urinary tract infections (UTIs) account for up to 40%
of nosocomial infections which are reported by acute-care hospitals every year.
Objective: The objective of this study was to identify the association between indwelling
catheter care and urinary tract infections in internal ward of Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta.
Methods: This was a non experimental study with cross-sectional design. The subjects of this
study were 27 patients who had indwelling catheter inserted in internal ward of Dr. Sardjito Hospital,
Yogyakarta chosen by total sampling technique. Data were obtained from checklist that was
arranged based on literature and catheter care procedures in Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta.
Results: The results of the study showed that 18 of 27 patients who had indwelling catheter
inserted had UTIs. The p value resulted from chi-square test was 0,023 (p<0,05). Statistically,
this study showed that there was an association between indwelling catheter care and UTIs.
There were some of catheter care procedures that had not well-implemented yet by the nurses,
such as daily catheter care procedure (37%), hand washing before and after the procedure
(49,4%), using gloves in every catheter contact (39,5%), cleaning the meatus and catheter
with antiseptic (40,7%), and ensuring the catheter bag did not touch the floor (18,5%).
Conclusion: There was an association between indwelling catheter care and UTIs in internal
ward of Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta.

Key words: catheter, indwelling catheter care, urinary tract infections

INTISARI

Latar Belakang: Infeksi nosokomial merupakan masalah global dan menjangkau sekitar 9%
lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia. Infeksi saluran kemih
merupakan penyebab 40% dari semua infeksi nosokomial yang dilaporkan oleh rumah sakit
perawatan akut tiap tahunnya. Kira-kira 10% dari pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit
terpasang kateter, memberikan populasi besar yang beresiko terhadap infeksi saluran kemih
yang berhubungan dengan kateter.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan perawatan kateter dengan kejadian infeksi
saluran kemih di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan rancangan
cross sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien yang dipasang kateter di Bangsal
Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta yang diambil dengan teknik total sampling.
Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi pelaksanaan perawatan yang
disusun berdasarkan prosedur tetap dan dimodifikasi dengan teori yang ada.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 dari 27 pasien yang diobservasi mengalami
infeksi saluran kemih. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p sebesar 0,023 (p<0,05).
Secara statistik diketahui bahwa ada hubungan antara pelaksanaan perawatan kateter
dengan kejadian infeksi saluran kemih. Belum semua tindakan perawatan kateter dilakukan
100% oleh perawat. Tindakan ini meliputi melakukan perawatan kateter satu kali setiap hari
(37%), mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan (49,4%), menggunakan sarung
tangan (39,5%), membersihkan daerah meatus dan ujung kateter dekat meatus dengan
cairan antiseptik (40,7%), kantung penampung urin tidak menyentuh lantai (18,5%).
Kesimpulan: Ada hubungan antara pelaksanaan perawatan indwelling kateter dengan
kejadian infeksi saluran kemih di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Kata kunci: kateter, perawatan indwelling kateter, infeksi saluran

17
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

PENDAHULUAN Baik pemakaian kateter yang bersifat


Infeksi nosokomial merupakan masalah sementara maupun menetap apabila prosedur
global dan menjangkau sekitar 9% (variasi 3%- pemasangan, perawatan, dan pemilihan baik
21%) lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di ukuran kateter bahannya tidak sesuai akan
rumah sakit di seluruh dunia. Angka ini dilaporkan menimbulkan infeksi. Pemasangan kateter
oleh World Health Organization (WHO) dari hasil menetap dapat menyebabkan infeksi pada saluran
surveinya di 14 negara, meliputi 28.861 pasien di kencing melalui lumen kateter dan dinding uretra,
47 rumah sakit yang berada di 14 wilayah WHO sehingga perlu teknik perawatan kateter yaitu
pada tahun 1986. Kerugian yang ditimbulkan perawatan drainase tertutup.3
akibat infeksi nosokomial sangat membebani Tingginya infeksi setelah pemasangan
rumah sakit maupun pasien. Beberapa kejadian kateter juga sebagai akibat sulitnya pengontrolan,
infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian perawatan dan penggantian kateter pada
tetapi dapat menjadi penyebab pasien tinggal lebih penderita yang memerlukan pemasangan kateter
lama di rumah sakit. Hal ini berarti pasien harus menetap.8 Sesuai petunjuk penyusunan pedoman
membayar lebih mahal dan dalam kondisi yang pengendalian infeksi nosokomial rumah sakit,
tidak produktif.1 Menurut survei yang dilakukan bahwa perawat juga berperan dalam pencegahan
California Departement of Health Service infeksi nosokomial, terutama melalui perawatan
mengindikasikan sejumlah 240.000 pasien yang kateter.1
mendapatkan infeksi nosokomial yang terdaftar di Mengingat risiko dari tindakan invasif, maka
seluruh rumah sakit di California setiap tahunnya pencegahan menjadi sangat penting mulai dari
meningkatkan pengeluaran rumah sakit sekitar pemasangan, perawatan, dan penggantian
3,1 miliar.2 kateter harus dikerjakan baik oleh perawat karena
Infeksi nosokomial yang paling sering terjadi tindakan tersebut adalah tanggung jawab perawat.
adalah akibat pemasangan kateter. Kateter Berawal dari latar belakang ini peneliti termotivasi
merupakan alat kesehatan yang sangat akrab baik untuk mengurangi kejadian infeksi saluran kemih
kegunaannya maupun cara-cara perawatannya khususnya melalui cara perawatan kateter dengan
bagi tenaga kesehatan baik yang bertugas di melakukan penelitian “Hubungan pelaksanaan
rumah sakit maupun di luar rumah sakit.3 Katerisasi perawatan indwelling kateter dengan kejadian
merupakan salah satu intervensi kesehatan yang infeksi saluran kemih di Ruang Penyakit Dalam
sangat sering dilakukan. Kateterisasi kandung RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.”
kemih membawa risiko tinggi terhadap infeksi
saluran kemih (ISK) dan dianggap sebagai salah METODE PENELITIAN
satu penyebab utama infeksi nosokomial.4 Infeksi Penelitian ini merupakan jenis penelitian
saluran kemih (ISK) merupakan penyebab 40% non-eksperimental yang bersifat kuantitatif
dari semua infeksi nosokomial yang dilaporkan oleh dengan menggunakan rancangan cross sectional.
rumah sakit perawatan akut tiap tahunnya. Kira-kira Penelitian ini dilaksanakan di Bangsal Penyakit
10% dari pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit Dalam RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Sampel
terpasang kateter, memberikan populasi besar penelitian ini diambil dengan teknik total sampling,
yang berisiko terhadap infeksi saluran kemih yang yaitu pasien yang dipasang kateter di Bangsal
berhubungan dengan kateter.5 Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Insidensi infeksi nosokomial akibat pemakaian Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini
kateter yang terjadi di unit penyakit dalam RSUP adalah adalah pasien yang terpasang kateter
Dr. Sardjito adalah 11,21% dan waktu terjadinya dengan diagnosa penyakit infeksi saluran kemih.
infeksi saluran kemih yaitu setelah dipasang kateter Instrumen penelitian ini merupakan instrumen
dari 3 hari sampai 21 hari.6 Sarim7 mendapatkan dalam bentuk checklist atau lembar observasi
angka infeksi sebesar 92% dalam waktu tiga hari. pelaksanaan perawatan kateter yang disusun

18
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

peneliti berdasarkan prosedur tetap yang telah Tabel 1. Karakteristik Pasien Yang Terpasang Kateter
di Bangsal Penyakit Dalam RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta
dimodifikasi dengan teori-teori yang ada. (n=27)
Pengumpulan data dilakukan dengan Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
mengobservasi perawatan kateter yang dilakukan Jenis kelamin
Laki-laki 4 14,8
oleh perawat. Pasien rawat inap yang akan
Perempuan 23 85,2
dipasang kateter dilakukan pemeriksaan urin rutin Umur
dengan mengunakan urin tampung sebanyak 5cc– < 40 tahun 5 18,5
10cc. Jika hasil urin rutin mengindikasikan negatif 40-60 tahun 16 59,3
> 60 tahun 6 22,2
infeksi saluran kemih dimasukkan sebagai subyek
Diagnosis Medis
penelitian. Subyek penelitian diobservasi cara Ca Paru 3 11,1
perawatan kateternya selama tiga hari. Observasi Hematemesis Melena 4 14,8
dilakukan oleh asisten penelitian setiap harinya Ca mamae 3 11,1
Chronic kidney disease 2 7,4
selama tiga hari saat dilakukan perawatan kateter
Diabetes mellitus 6 22,2
dengan cara mengobservasi tindakan perawatan Renal failure 1 3,7
kateter yang dilakukan perawat. Asisten penelitian Tetanus 1 3,7
berjumlah dua orang yang merupakan mahasiswa Multiple melanoma 1 3,7
Anemia 4 14,8
tingkat akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan,
Effusi pleura 1 3,7
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Chronic heart failure 1 3,7
Yogyakarta (PSIK FK UGM). Pada hari keempat
dilakukan pemeriksaan urin kembali untuk Responden terbanyak pada penelitian ini
mengetahui kejadian infeksi nosokomial saluran adalah pada rentang umur 40 – 60 tahun (59,2%).
kemihnya. Jika sebelum hari keempat kateter Hal ini berbeda dengan penelitian yang pernah
pasien dilepas, pasien pulang atas permintaan dilakukan di Inggris bahwa hampir sepertiga dari
sendiri, dan pasien meninggal maka pasien tempat tidur di rumah sakit diisi oleh pasien berusia
dikategorikan dropout dari penelitian. Analisis data 65 tahun ke atas.4
menggunakan chi square test untuk mengetahui Pasien dengan diagnosis diabetes mellitus
hubungan antara pelaksanaan perawatan kateter paling banyak dipasang kateter yaitu sebanyak
dengan kejadian infeksi saluran kemih. 6 orang (22,2%). Ada banyak alasan mengapa
pasien dengan diagnosa diabetes mellitus harus
HASIL DAN PEMBAHASAN dipasang kateter. Salah satu gejala klinis yang
Karakteristik Responden terjadi pada pasien diabetes mellitus adalah
Responden pada penelitian ini sebanyak poliuria hal ini disebabkan karena eksresi glukosa
27 orang. Mayoritas responden berjenis kelamin berlebih yang disertai pengeluaran cairan dan
perempuan (85,2%), berusia dewasa menengah elektrolit berlebihan juga.9 Sebagian besar
(59,3%). Diagnosis terbanyak adalah diabetes pasien DM di Bangsal Penyakit Dalam RSUP
melitus (22,2%). Detil karakteristik responden Dr. Sardjito, Yogyakarta harus bedrest total,
disajikan dalam Tabel 1. beberapa diantaranya juga telah mengalami

19
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

amputasi pada ekstremitas bawah, sehingga Penelitian kali ini mendapatkan sampel yang
pemasangan kateter merupakan keputusan yang mengalami positif infeksi saluran kemih setelah
tepat untuk mengurangi mobilitas pasien ke kamar dipasang kateter selama empat hari sebanyak 18
mandi karena mengalami peningkatan dalam orang (66,7%). Pasien dengan diagnosa utama
berkemih. Selain itu, salah satu komplikasi jangka diabetes mellitus paling banyak mengalami infeksi
panjang dari diabetes mellitus adalah nefropati9. saluran kemih yaitu sebanyak 5 dari 6 pasien
Di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito, DM yang dipasang kateter. Semua pasien yang
Yogyakarta pada tiga pasien yang terpasang dipasang kateter dengan diagnosa Ca Paru, CKD,
kateter dengan diagnosis diabetes mellitus telah renal failure, multiple melanoma, dan effusi pleura
mengalami chronic kidney disease, sehingga mengalami infeksi saluran kemih. Pasien dengan
diperlukan pemasangan kateter untuk memantau diagnosa tetanus dan chronic heart failure tidak
keseimbangan cairan pada pasien. mengalami infeksi saluran kemih.
Infeksi nosokomial saluran kemih pada
Kejadian Infeksi Saluran Kemih berdasarkan penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan
karakteristik responden penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
Dari tabel 2 dapat terlihat bahwa dari 4 pada tahun 1998 di Bangsal Penyakit Dalam
orang pasien laki-laki yang terpasang kateter 2 RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta yaitu insidensi
diantaranya mengalami infeksi saluran kemih, nosokomial akibat pemakaian kateter yang terjadi
sedangkan pada perempuan dari 23 pasien yang adalah 11,21%.6 Hasil penelitian ini juga lebih
terpasang kateter 16 orang pasien diantaranya tinggi dari penelitian yang pernah dilakukan di
mengalami infeksi saluran kemih. IRNA Bedah Kelas III RSUP Dr. Mohammad
Husein Palembang periode Februari sampai
Maret 2007 bahwa dari 48 orang yang dilakukan

Tabel 2. Gambaran Distribusi Infeksi Saluran Kemih


Di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Menurut Karakteristik Responden (n=27)
Kejadian ISK
Karakteristik Responden Positif Negatif
f % f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 2 7,4 2 7,4
Perempuan 16 59,3 7 25,9
Umur
<40 tahun 3 11,1 2 7,4
40 – 60 tahun 11 40,8 5 18,5
> 60 tahun 4 14,8 2 7,4
Diagnosis Medis
Ca paru 3 11,1 0 0
Hematemesis melena 1 3,7 3 11,1
Ca mamae 2 7,4 1 3,7
Chronic kidney disease 2 7,4 0 0
Diabetes mellitus 5 18,5 1 3,7
Renal failure 1 3,7 0 0
Tetanus 0 0 1 3,7
Multiple melanoma 1 3,7 0 0
Anemia 2 7,4 2 7,4
Effusi pleura 1 3,7 0 0
Chronic heart failure 0 0 1 3,7

20
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

tindakan kateterisasi urin, ditemukan 10 kasus lansia berisiko tinggi pada kejadian infeksi.
(20,83) infeksi nosokomial saluran kemih akibat Lansia lebih immunokompresi karena telah terjadi
kateterisasi urin10. Telah dilakukan juga penelitian penurunan fungsi pada semua sistem termasuk
di Ruang Paviliun Cendrawasih RSUP Dr. Sardjito, sistem traktus urinarius dan akibat perubahan
Yogyakarta pada periode Agustus 2003 sampai fisik yang fisiologis tersebut akan mengakibatkan
dengan November 2003 bahwa dari 40 pasien prevalensi ISK bertambah14. Infeksi bakteriuria
baru dengan kateterisasi urin didapatkan 10 kasus meningkat seiring penuaan dan ketidakmampuan.
infeksi saluran kemih (25%), sedangkan 30 orang Selain itu, atropi epitelium uretral akibat proses
(75%) tidak memenuhi kriteria infeksi saluran penuaan dapat mengurangi kekuatan pancaran
kemih11. urin dan keefektifan pengeluaran bakteri melalui
Billote-Domingo et al.12 meneliti delapan berkemih9.
keadaan yang diduga berhubungan erat dengan Sebagian besar responden yang mengalami
kejadian infeksi saluran kemih. Penelitian tersebut infeksi saluran kemih berjenis kelamin perempuan.
berhasil mengidentifikasikan tiga faktor risiko Penelitian ini juga memiliki hasil yang sama bahwa
terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien insidensi infeksi saluran kemih banyak terjadi
yang terpasang kateter yaitu berjenis kelamin pada perempuan yaitu 17,5% dan pada laki-
wanita, penyakit diabetes mellitus dan lamanya laki 7,5%.11 Berbeda dengan penelitian lainnya
pemakaian kateter. Faktor risiko terjadinya yang menggambarkan bahwa berdasarkan jenis
infeksi pada pemasangan indwelling kateter kelamin insidensi infeksi nosokomial saluran
berhubungan dengan metode dan lamanya kemih terjadi lebih tinggi pada pasien laki-laki
insersi kateter, kualitas perawatan kateter dan yaitu 12,5%, sedangkan pada perempuan adalah
faktor host. Beberapa pasien lebih rentan untuk 8,34%.10 Perbedaan kejadian infeksi saluran
mengalami infeksi saluran kemih. Respons individu kemih berdasarkan jenis kelamin ini disebabkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: usia, karena pasien bangsal penyakit dalam RSUP
penyakit penyerta seperti maligna, penggunaan Dr. Sardjito pada periode penelitian lebih banyak
obat-obatan seperti obat-obat imunosupresi dan yang berjenis kelamin perempuan sehingga
antimikroba sektrum luas, dan pembedahan.13 mempengaruhi hasil penelitian. Risiko infeksi pada
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa indwelling kateter jangka pendek diperkirakan 5%
sebagian besar responden yang mengalami per hari dimana pria mempunyai insidensi lebih
infeksi nosokomial saluran kemih berusia antara rendah daripada wanita15. Pada sebagian besar
40 sampai 60 tahun. Tidak jauh berbeda dengan kasus infeksi saluran kemih, mikroorganisme
penelitian yang dilakukan di Paviliun Cendrawasih memasuki saluran kemih melalui cara ascending.
mendapatkan hasil bahwa 100% infeksi saluran Kuman penyebab infeksi saluran kemih pada
kemih terjadi pada kelompok umur > 40 tahun.11 umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
Penelitian yang dilakukan di IRNA Bedah kelas normal usus dan hidup secara komensal di dalam
III RSUP Dr. Mohammad Husein Palembang introitus vagina, kulit perineum, dan di sekitar
didapatkan infeksi nosokomial saluran kemih anus16. Peningkatan risiko kejadian infeksi saluran
terjadi lebih tinggi pada kelompok umur di bawah kemih pada wanita mungkin berhubungan dengan
30 tahun dan kelompok umur 40-59 tahun yaitu anatomi genitourinari pada wanita, menyebabkan
masing-masing 4,17%.10 Perbedaan kejadian akses yang lebih mudah bagi flora perineum
infeksi saluran kemih berdasarkan usia ini menuju kandung kemih, karena uretra pada wanita
disebabkan karena pasien bangsal penyakit dalam lebih pendek dibandingkan pada pria10.
RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta pada periode Berdasarkan diagnosa medis, kejadian
penelitian lebih banyak yang berusia antara 40 infeksi saluran kemih paling banyak terjadi pada
sampai 60 tahun sehingga mempengaruhi hasil responden yang menderita diabetes mellitus
penelitian. Banyak faktor yang mempengaruhi yaitu sebesar 27,8%. Pada penelitian yang

21
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

dilakukan di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Pada Tabel 3 terlihat bahwa tidak semua
Sardjito, Yogyakarta tahun 1998 juga didapatkan prinsip perawatan kateter dalam rangka mencegah
hasil bahwa pasien dengan diagnosa diabetes terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih
mellitus lebih banyak mengalami ISK6. Dua dilakukan oleh perawat. Adapun gambaran detail
alasan mengapa pasien-pasien dengan diagnosis pelaksanaan perawatan indwellling kateter pada
DM mempunyai risiko lebih tinggi mengalami ISK pasien dengan infeksi nosokomial saluran kemih
adalah tingginya prevalensi kolonisasi patogen di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito
potensial di daerah perineum dan meningkatnya adalah sebagai berikut;
jumlah urin pada penderita diabetes mendukung
pertumbuhan bakteri12. Penyakit DM meningkatkan a. Melakukan Perawatan Kateter Minimal Sekali
kadar glukosa dalam urin, sehingga menciptakan Setiap Harinya
lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan Pada Tabel 3 didapatkan data bahwa dari 27
bakteri. Pada penderita Diabetes Mellitus tipe I pasien yang terpasang kateter pada hari pertama
terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. 6 responden (22,2%) tidak dilakukan perawatan
Respons ini merupakan respons abnormal di kateter minimal satu kali sehari, pada hari kedua
mana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dan ketiga sebanyak 12 responden (44,4%). Dari
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut data diatas terbukti bahwa tidak semua pasien
yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan yang terpasang kateter dilakukan perawatan
asing9. Dalam hal ini, imunitas pasien terganggu kateter setiap harinya. Dari wawancara yang
sehingga mudah terjadi infeksi. dilakukan peneliti, perawat mengatakan bahwa
tidak semua pasien dilakukan perawatan kateter,
Gambaran Perawatan Kateter pada Pasien ada beberapa pertiimbangan yaitu kondisi pasien.
yang Terpasang Kateter Jika pasien mampu kekamar mandi dan mampu
Gambaran pelaksanaan perawatan membersihkan kateter sendiri, maka perawat tidak
indwellling kateter pada pasien dengan infeksi perlu membersihkannya. Jika menurut perawat
nosokomial saluran kemih dapat dilihat pada Tabel area meatus belum terlihat kotor, maka pasien
3. Ada beberapa prinsip utama dalam perawatan tidak memerlukan perawatan kateter. Hal ini tentu
indwelling kateter dalam rangka pencegahan saja berbeda dengan pendapat yang menyatakan
insidensi infeksi saluran kemih yang berhubungan bahwa salah satu prinsip umum dalam perawatan
dengan kateter. kateter adalah dengan melakukan perawatan

Tabel 3. Gambaran Perawatan Kateter Pada Pasien Yang Terpasang Kateter


Di Bangsal Penyakit Dalam RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta (n= 27)
Observasi I Observasi II Observasi III
Nama Tindakan Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak
f % f % f % f % f % f %
Perawatan kateter min 1 kali 21 77,8 6 22,2 15 55,6 12 44,4 15 55,6 12 44,4
Mencuci tangan 17 63 10 37 11 40,7 16 59,3 13 48,1 14 51,9
Sarung tangan 20 74,1 7 25,9 14 51,9 13 48,1 15 55,6 12 44,4
Membersihkan meatus 20 74,1 7 25,9 14 51,9 13 48,1 14 51,9 13 48,1
Membersihkan ujung kateter 20 74,1 7 25,9 14 51,9 13 48,1 14 51,9 13 48,1
Kantung penampung urin tidak menyentuh lantai 23 85,2 4 14,8 22 81,5 5 18,5 21 77,8 6 22,2
Mengosongkan kantong urin 18 100 0 0 18 100 0 0 18 100 0 0
Selang tidak menekuk 18 100 0 0 18 100 0 0 18 100 0 0
Drainase tertutup 18 100 0 0 18 100 0 0 18 100 0 0

22
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

kateter uretra 2 kali sehari dan setelah defekasi17. tangan menggunakan cairan antiseptik dapat
Perawatan kateter yang dilakukan setiap hari mengurangi terjadinya infeksi nosokomial21. Pada
menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi penelitian kali ini perawat melakukan cuci tangan
saluran kemih dibanding dengan perawatan kateter ketika akan melakukan kegiatan perawatan rutin
yang hanya dilakukan tiap 3 – 5 hari sekali11. Pada kepada seluruh pasien dengan menggunakan
penelitian kali ini, perawat melakukan perawatan sabun antimikroba dan air mengalir. Pada saat
perineal atau perawatan penis sehari sekali pada perawatan pasien yang satu dengan pasien yang
pagi hari. Untuk pembersihan daerah perineal lainnya, perawat melakukan cuci tangan dengan
setelah defekasi diserahkan kepada keluarga. menggunakan alkohol. Setelah semua tindakan
selesai, perawat kembali mencuci tangan dengan
b. Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah sabun antimikroba dan air mengalir.
Melakukan Penanganan Kateter dan Kantong
Penampung Urin c. Menggunakan Sarung Tangan Saat Melakukan
Tindakan mencuci tangan mutlak harus Perawatan Kateter
dilakukan sebelum dan setelah penanganan Berdasarkan Tabel 3 diketahui, pada hari
kateter, selang dan kantong penampung urin. pertama, perawat tidak menggunakan sarung
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar tangan adalah 7 responden (25,9%). Pada hari
perawat tidak mencuci tangannya ketika melakukan kedua mengalami kenaikan, yaitu 13 responden
tindakan. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa perawat (48,1%), sedangkan pada hari ketiga pada 12
yang tidak mencuci tangan ketika melakukan (44,4%) responden. Sarung tangan mencegah
perawatan kateter pada 10 (37%) responden penularan patogen melalui cara kontak langsung
pada hari pertama, pada hari kedua di 16 (59,3%) maupun tidak langsung20. Penggunaan sarung
responden, dan hari ketiga mengalami penurunan tangan yang berbeda antar pasien dapat mencegah
bahwa perawat telah mencuci tangannya ketika penyebaran mikroorganisme ke pasien yang lain21.
akan melakukan penanganan kateter pada 14
(51,9%) responden. Mencuci tangan merupakan d. Membersihkan Daerah Meatus Dengan
tindakan yang sangat penting yang harus dilakukan Cairan Antiseptik
ketika beralih dari pasien yang satu ke pasien yang Membersihkan daerah meatus mengurangi
lainnya untuk memberikan perawatan pada saat risiko kejadian infeksi. Pada hari pertama, diketahui
sebelum serta sesudah menangani setiap bagian masih ada 7 (25,9%) responden yang belum
dari kateter atau sistem drainase13. Biasanya dibersihkan daerah meatusnya oleh perawat,
tangan dari petugas kesehatan merupakan jalur sedangkan pada hari kedua dan ketiga jumlah
penyebaran patogen ke pasien, karena kurangnya responden yang tidak dibersihkan meatusnya
kesadaran dari petugas kesehatan untuk mencuci meningkat menjadi 13 (48,1%) responden.
tangan18. Banyak petugas kesehatan yang Beberapa diantara keluarga pasien juga sering
mengetahui tentang pentingnya mencuci tangan membersihkan daerah meatus tetapi hanya
tetapi tindakan ini masih jarang dilakukan dalam menggunakan air saja. Membersihkan daerah
pencegahan infeksi nosokomial19. meatus mengurangi risiko terpapar infeksi selama
Penggunaan sabun antimikroba dianjurkan prosedur pemasangan indwelling kateter22. Dengan
bila perawat perlu untuk mengurangi jumlah membersihkan daerah meatus juga mengurangi
mikroba total di tangan. Di bangsal penyakit jumlah mikroorganisme di meatus20. Rasionalisasi
dalam sendiri sebagian besar perawat mencuci dari tindakan ini adalah mengurangi jumlah
tangan menggunakan alkohol. Hal ini tidak jadi mikroorganisme pada metus uretra5. Kuman
masalah karena handrubs mengandung alkohol penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
dianjurkan untuk digunakan dimana fasilitas berasal dari flora normal usus dan hidup secara
mencuci tangan tidak adekuat atau tidak dapat komensal di dalam introitus vagina, prepusium
dilakukan dan tangan tidak terlalu kotor20. Mencuci penis, kulit perineum, dan di sekitar anus16.

23
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

e. Membersihkan Ujung Kateter Dekat Meatus Tindakan mengosongkan kantung urin ketika
dengan Cairan Antiseptik kantung telah penuh ini selalu dilakukan perawat,
Rasionalisasi dari tindakan membersihkan karena perawat juga telah melaksanakan salah
ujung kateter dekat meatus adalah mengurangi satu perannya yaitu sebagai pendidik. Perawat
terdapatnya sekresi atau drainase pada permukaan melibatkan keluarga dalam perawatan pasien
luar kateter5. Hasil penelitian kali ini menunjukkan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan
bahwa sebanyak 7 responden (25,9%) pada pada keluarga untuk mengosongkan kantung
hari pertama, 13 responden (48,1%) pada hari urin setiap 8 jam sekali atau lebih sering jika
kedua dan ketiga tidak dibersihkan ujung kateter urin terdapat dalam volume besar sekaligus
dekat meatusnya. Membersihkan kateter maupun mengukur haluaran urin pasien. Tindakan ini akan
perineal care dengan antiseptik setiap hari mengurangi risiko proliferasi bakteri9.
tidak efektif untuk menurunkan angka kejadian
infeksi saluran kemih, tapi pada kenyataannya h. Selang Tidak Menekuk Atau Terpilin
membersihkan kateter setiap hari berhubungan Menghindari selang yang menekuk atau terpilin
erat dengan peningkatan risiko bakteriuri. merupakan salah satu tindakan yang tepat untuk
Kemudian mengolesi antiseptik, diruangan biasa mencegah infeksi paska pemasangan kateter20.
digunakan povidin iodine yang berguna untuk Selang yang tertekuk atau terpilin mengakibatkan
mengurangi pertumbuhan mikroorganisme lebih urin terakumulasi dalam gelungan selang
lanjut ditempat kateter15. tersebut. Urin tidak boleh dibiarkan berkumpul
dalam selang karena aliran urin yang bebas harus
f. Kantong Penampung Urin Tidak Menyentuh dipertahankan untuk mencegah infeksi9. Urin yang
Lantai terakumulasi dalam selang menyebabkan bakteri
Masih ada 4 (14,8%) responden yang kantong mudah berkembangbiak sehingga menyebabkan
penampung urinnya menyentuh lantai pada hari infeksi24. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pertama. Pada hari kedua dan ketiga jumlah perawat telah melakukan tindakan ini dengan
pasien yang kantung penampung urinnya masih sangat baik (100%).
menyentuh lantai meningkat yaitu masing-masing 5
(18,5%) dan 6 (22,2%) responden. Berbeda dengan i. Mempertahankan System Drainase Tertutup
penelitian sebelumnya yang memiliki nilai sangat Sama seperti dua tindakan diatas, tindakan
baik (100%)23 pada tindakan kantong penampung mempertahankan sistem drainase tertutup
urin tidak menyentuh lantai. Dari hasil observasi juga telah 100% dilaksanakan oleh perawat.
peneliti hal ini dikarenakan tempat penggantungan Hasil penelititan ini sama dengan penelitian
kantong urine di tempat tidur pasien sangat rendah, yang dilakukan sebelumnya bahwa di ruang
hal ini menyebabkan kantung urin digantung terlalu mempertahankan sistem drainase tertutup juga
dekat bahkan menyentuh lantai. Pada beberapa telah dilakukan sangat baik (100%) oleh perawat23.
pasien keadaan ini dimodifikasi oleh perawat Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan
dengan mengikat penggantung urin dengan kasa bahwa sistem drainase tertutup sangat diperlukan
sehingga kantong penampung tidak menyentuh ketika penggunaan indwelling kateter tidak dapat
lantai. Tetapi perawat tidak menghiraukan hal ini dihindari, sistem drainase tertutup ini merupakan
disebagian kecil pasien. sistem untuk mencegah diskoneksi, sehingga
mengurangi risiko terkontaminasi bakteri9. Peneliti
g. Mengosongkan Kantong Urin Setiap 8 Jam lain menganjurkan suatu perawatan kateter
Sekali Atau Lebih Sering Jika Urin Terdapat menentap secara drainase tertutup, artinya
Dalam Volume Besar sambungan diantara kateter dan pipa kantong air
Tindakan mengosongkan kantong urin setiap kencing tidak boleh dibuka dan pipa pembuangan
8 jam sekali atau lebih sering jika urin terdapat air kencing pada kantong air kencing hanya dibuka
dalam volume besar telah 100% dilakukan. pada saat pengosongan air kencing saja3.

24
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

Hubungan Cara Perawatan Kateter dengan mempertahankan tehnik aseptik selama perawatan,
Kejadian Infeksi Saluran Kemih seperti selalu mencuci tangan, menggunakan
Hasil observasi terhadap tindakan perawatan sarung tangan steril serta mengurangi risiko
kateter pada pasien yang terpasang kateter, paparan mikroorganisme pasien13.
dari 27 pasien yang diobservasi, ternyata 18 Selain itu ada pendapat lain yang menyatakan
pasien mengalami infeksi saluran kemih dan bahwa membersihkan kateter maupun perineal
16 diantaranya perawatan kateternya buruk. care dengan antiseptik setiap hari tidak efektif
Perawatan kateter dikategorikan baik jika semua untuk menurunkan angka kejadian infeksi saluran
jenis di checklist pelaksanaan perawatan kateter kemih, tapi pada kenyataannya semua tindakan
dilakukan 100%, dan jika kurang dari 100% perawatan kateter yang rutin berhubungan erat
dikategorikan buruk. Untuk melihat hubungan dengan peningkatan risiko bakteriuri. Hal ini
antara tindakan perawatan kateter dengan kejadian disebabkan karena tindakan manipulasi pada
infeksi saluran kemih tidak bisa menggunakan kateter15.
nilai chi square karena syaratnya tidak terpenuhi,
sehingga menggunakan nilai Fisher probability KESIMPULAN DAN SARAN
exact test. Pada Fisher probability exact test Terdapat hubungan antara pelaksanaan
kriteria hipotesis diterima adalah apabila p < α perawatan indwelling kateter dengan kejadian
(0,05), dalam uji statistik ini nilai p (0,023). Dari infeksi saluran kemih di Bangsal Penyakit Dalam
hasil tersebut hipotesis diterima, yang artinya RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
terdapat hubungan antara tindakan perawatan Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan
indwelling kateter dengan kejadian infeksi bagi penelitian yang lebih memperhitungkan jumlah
nosokomial saluran kemih.

Tabel 4. Hubungan Tindakan Perawatan Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di Bangsal Penyakit Dalam
RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta (n=27)
Kejadian Infeksi Saluran Kemih
Variabel Positif Negatif
X2 Sig (p)
f f
Pelaksanaan perawatan kateter Baik 2 5 0,023 0,023
Buruk 16 4
Total 18 9 27

Dari Tabel 4 terlihat bahwa kejadian infeksi sampel, lamanya penelitian dan faktor-faktor lain
saluran kemih lebih tinggi pada pasien yang yang menyebabkan infeksi saluran kemih yang
perawatan kateternya buruk yaitu sebanyak 16 berhubungan dengan kateter, sehingga pasien lebih
responden. Hal ini seusai dengan penelitian lain homogen, dan peneliti dapat menganalisis lebih
yang menyebutkan bahwa perawatan yang buruk lanjut faktor manakah yang paling berpengaruh
setelah pemasangan kateter yang merupakan pada kejadian infeksi saluran kemih pada pasien
salah satu dari penyebab utama kejadian infeksi yang terpasang kateter.
saluran kemih yang berhubungan dengan Bagi Petugas Kesehatan di Bangsal Penyakit
pemakaian indwelling kateter14. Dalam RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, perlu adanya
Perawatan kateter yang baik dapat menunda evaluasi lebih lanjut terkait dengan pelaksanaan
bahkan mencegah terjadinya infeksi saluran kemih perawatan indwelling kateter di Bangsal Penyakit
akibat pemasangan kateter. Tindakan perawatan Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk
kateter tersebut meliputi: 1) mengurangi mengurangi kejadian infeksi saluran kemih
faktor risiko, 2) melakukan perawatan selama berhubungan dengan kateter. Terutama untuk
dipasang kateter kateter seaman mungkin, 3) tindakan melakukan perawatan kateter minimal
mempertahankan sistem drainase tertutup, 4) sekali setiap harinya, memperhatian universal

25
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

precaution disetiap tindakan meliputi mencuci 10. Lindawati. Insidensi infeksi nosokomial
tangan sebelum dan sesudah tindakan dan saluran kemih akibat kateterisasi urin di
menggunakan sarung tangan, tidak membiarkan IRNA Bedah Kelas II RSUP Dr. Mohammad
kantong penampung urin menyentuh lantai. Hoesin Palembang. Skripsi. PSIK FK UGM,
Yogyakarta.2007.
11. Murwantini. Insidensi infeksi saluran kemih
REFERENSI pada pasien yang terpasang kateter di IRNA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. V Paviliun Cendrawasih di RSUD Dr Sardjito.
Pedoman pengendalian infeksi nosokomial di Skripsi. PSIK FK UGM, Yogyakarta.2004.
rumah sakit. Direktorat Jenderal Pelayanan 12. Karina Billote-Domingo MD, Myrna T, Mendoza
Medik Spesialistik, Jakarta.1999. MD, Tessa Tan Torres, MD. Catheter-related
2. Chavez GF, Delahanty KM, Cahill C, Eck
urinary tract infections: incidence, risk factors
E, Graham J, LaBouyer B, McDonald M,
and microbiologic profile.1998.
Mendelsohn M, Oriola S, and Rosenberg, J.
13. Mangnall J, Watterson L. Principles of aseptic
Recommendations to reducing morbidity and
technique in urinary catheterisation. Nursing
mortality related to health care associated Standard, United Kingdom. 2006;21(8).
infections in California, healthcare associated
14. Head, C. Insertion of urinary catheter. Nursing
infections advisory working group. Final
older people. United Kingdom.2006;18(10).
report to the California departement of health
15. Nicolle, LE. Catheter-related urinary tract
services. California. Available on: http://who.
infection. Drugs aging. Journal Departemens
com/sea-nurs-kars.php. Tanggal up date: 25
of Internal Medicine and Medical Microbiology,
April 2007.
University of Manitoba. Canada.2005.
3. Singodimedjo P. Peran kateter uretra pada
16. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Sagung
infeksi saluran kencing (nosokomial) di rumah
Seto, Jakarta.2003.
sakit. 1998.
17. Timby BK, Scherer JC, Smith NE. Introductory
4. Tew L, Pomfret I, King D. Infections risk
medical surgical nursing seventh edition.
assosiated with urinary catheters. Nursing
Lippincott, Philadelphia.1999.
Standard, United Kingdom.2005 . 18. Rosner F. Hand washing and infection control.
5. Schaffer SD, Garzon LS, Heroux, DL and
Journal of Medicine. 2007;74.
Korniewicz, DM. Infection prevention and
19. Corona, A and Raimondi, F. Prevention of
safe practice. ISBN 0815175930. Mosby, St.
nosocomial infection in ICU setting. Minerva
Louis.1996.
Anastesiol.2004;70(329).
6. Suhardi DA. Infeksi saluran kemih yang
20. Potter PA dan Perry AG. Buku ajar
berkaitan dengan pemakaian kateter.
fundamental keperawatan: konsep, proses
Laporan penelitian. Universitas Gadjah Mada,
dan praktik. Alih bahasa Renata Komalasari,
Yogyakarta. 1998.
Dian Evriyani, Enie Noviastari, Alfrina Hany,
7. Sarim ES. Usaha menurunkan angka sari Kurnianingsih, EGC, Jakarta.2005. Edisi
bakteriuria setelah pemasangan kateter uretra
4 Volume 2.
menetap dan perawatan terbuka dengan
21. Girou E, Loyeau S, Legrand P, Oppein F,
pemakaian salep poviodone iodine. UPF Brun-Buissonc. Efficacy of Handrubbing with
Ilmu Bedah FK UNPAD/ RS. Hasan Sadikin, alcohol based solution versus standard hand
Bandung. 1987.
washing with antiseptic: Randomized clinical
8. Furqon. Evaluasi biakan urin pada penderita trial. BMJ.2002: 325(7360):362-6.
BPH setelah pemasangan kateter uretra
22. National Health Care. Best practice statement
menetap:pertama kali dan berulang. 1999. June 2004 urinary catheterisation & catheter
9. Smeltzer SC, and Bare BG. Brunner and
care. Journal EBSCO, USA.2004.
Suddarth’s text book of medical surgical
23. Riyantinah. Evaluasi pelaksanaan perawatan
nursing. Alih bahasa H.Y. Kuncara, Andry
kateter uretra menetap di Ruang Rawat Inap
Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih, EGC, Bedah B2 RSUD Dr. Sardjito. Skripsi. PSIK
Jakarta.2002;8(2). FK UGM, Yogyakarta.1999.

26
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017

24. Tatik H. Faktor-faktor yang mempengaruhi di Bangsal Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji
perawat dalam pelaksanaan protap Tirtonegoro Klaten. Skripsi. Universitas
pemasangan dan dressing kateter uretra Gadjah Mada, Yogyakarta.2005

27

You might also like