You are on page 1of 8

VAKSINASI BCG MENINGKATKAN AKTIVITAS FAGOSITOSIS DAN SEKRESI

REACTIVE OXYGEN INTERMEDIATE (ROI) PADA MAKROFAG PERITONEUM KUCING


YANG DIINFEKSI DENGAN Mycobacterium tuberculosis

BCG VACINATION INCREASED PHAGOSISTOCYTE ACTIVITIES AND REACTIVE


OXYGEN INTERMEDIATE (ROI) SECRETION IN CAT PERITONEUM MACROPHAGES
WHICH INFECTED BY Mycobacterium tuberculosis

Ida Tjahajati
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,

ABSTRACT
The aim of this experiment is to study the effect of BCG vaccination on phagocyte activity and ROI secretion in cat
peritoneum macrophages which infected with M.tuberculosis. The experiment used twenty four healthy cats. The animals
were divided in 2 groups, 12 cats in each group. Group I were vaccinated with BCG, group II were control group which
unvaccinated. BCG vaccination was done twice in two weeks interval. Two days after vaccination each cat was infected
by 105 cfu M.tuberculosis intraperitoneally. The activity of macrophages were measured at 1st, 2nd, 12th, and 24th, after
infection using in vitro latex bead phagocyte and NBT reduction assay. Three cats were used to measure the macrophage
activity in each period, using triplicate sample for each cat. The results of the experiment showed that the phagocyte
activity and ROI secretion increased significantly in vaccination group (P<0.01) compared with the control group, and
these activities reached to the plateau level at 2 weeks after infection. Although these enhanced activities were gradually
diminished thereafter, higher levels of these activities were consistently observed until the end of experiment compared
with control group. BCG vaccination increased the cellular immunity especially phagocyte and ROI secretion activities of
peritoneual macrophages in cat infected with M.tuberculosis
Key words: BCG, phagocyte, ROI, M.tuberculosis, cat

PENDAHULUAN penyakit infeksi (3). Mycobacterium dari M.tuberculosis


Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) meru- complex yang menyerang manusia telah diketahui juga
pakan kuman tahan asam penyebab kematian hampir 3 juta dapat menyebabkan tuberkulosis bentuk pulmonari, gas-
manusia, dan terdapat 8-12 juta kasus baru setiap tahunnya trointestinal, atau bentuk menyebar pada hewan piaraan
(1). Penyakit yang berlangsung secara menahun (kronik) termasuk kucing (4, 5, 6, 7).
tersebut, oleh World Health Organization (WHO) diperkira- Usaha pencegahan terhadap tuberkulosis telah lama
kan telah menyerang sepertiga penduduk dunia, dan mem- diupayakan yaitu dengan melakukan vaksinasi mengguna-
punyai potensi berkembang ke arah penyakit reaktif (2). kan M.bovis galur Bacillus Calmette-Guerin (BCG) yang
Dengan berkembangnya human immunodeficiency virus/ telah dilemahkan. Vaksin ini pertama kali digunakan pada
acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) serta manusia tahun 1921, selanjutnya aplikasi penggunaannya
adanya masalah kekebalan kuman terhadap berbagai obat meluas ke berbagai negara di dunia dengan tingkat
tuberkulosis (multi-drugs resistant M.tuberculosis, MDR- protektivitas yang bervariasi (8, 9). Sifat imunopotensiator
TB), menyebabkan tuberkulosis menjadi masalah kesehat- BCG pada hewan percobaan telah banyak dipelajari dan
an dunia. Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah terbukti dapat meningkatkan reaktivitas imunologis dengan
Tangga Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada berbagai mekanisme. Bacillus Calmette-Guerin dapat meru-
tahun 1992, diperkirakan 175.000 orang meninggal setiap bah beberapa komponen respon imun, mengubah beberapa
tahunnya, dan terdapat sekitar 500.000 kasus baru. tipe sel, dan dapat mendorong terjadinya efek stimulasi atau
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor dua penghambatan pada sistem imun tergantung pada bagai-
terbesar di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler, dan mana cara menggunakannya (10). Selain memacu respon
merupakan penyebab kematian nomor satu dari kelompok imun yang diperantarai sel T, BCG juga diketahui dapat
meningkatkan jumlah limfosit. Secara in vitro pemberian
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXI, No.2, Agustus 2005 BCG dapat meningkatkan jumlah limfosit CD4+ yang ter-
Korespondensi: Ida Tjahajati; Bagian Ilmu Penyakit Dalam, bukti dengan meningkatnya jumlah sel-sel blast CD4+ da-
FKH Universitas Gadjah Mada Yogyakarta; Email: lam kultur (11). Puncak proliferasi limfosit terjadi 2 minggu
ida_tjahajati@yahoo.com atau itjah@plasa.com
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXI, No. 2, Agustus 2005

setelah infeksi pada hewan coba yang diinfeksi dengan infeksi. Pada masing-masing periode pengukuran aktivitas
BCG (12). makrofag digunakan 3 ekor kucing, dan masing-masing
Pengaruh BCG terhadap kemampuan fagositosis kucing dibuat replikasi 3 kali.
dan daya bunuh makrofag pada infeksi Staphylococcus Isolasi dan kultur makrofag peritoneum
aureus dan efeknya dalam meningkatkan produksi tumor Pada jadwal waktu yang telah ditentukan kucing dia-
necrosis factor alpha (TNF-α) oleh makrofag telah dilapor nastesi dengan menggunakan AnesjectR (kethamine) deng-
kan oleh Djamiatun et al. (13). Peningkatan aktivitas pem- an dosis 0,1 mg/kg BB, disuntikkan secara intramuskuler.
bunuhan terhadap intraerythrocytic Plasmodium yoelii se- Setelah kucing tertidur, kemudian diletakkan pada posisi
cara in vitro karena efek BCG juga telah dilaporkan oleh terlentang (dorso lateral) pada gabus yang telah dilapisi
Supargiono (14). Laporan lain mengenai efek BCG terha- dengan aluminium foil steril, kemudian kulit bagian perut
dap pembunuhan Plasmodium berghei oleh makrofag dide- didesinfeksi dengan alkohol 70%, selanjutnya kulit abdomen
montrasikan oleh Wijayanti (15). Hasil penelitian terdahulu dibuka dengan gunting steril, sehingga tampak lapisan
menunjukkan bahwa infeksi tuberkulosis pada kucing juga mesenterium dan cavum peritoneum beserta isinya dapat
mengikuti paradigma Th1 dan Th2 yang melibatkan aktivitas terlihat dengan jelas.
makrofag dan T helper (16). Meskipun BCG sampai saat ini Medium RPMI dingin kurang lebih 100 ml diinjek-
digunakan di lapangan dan telah diketahui bersifat imuno- sikan ke dalam rongga peritoneum dan di-massage kurang
potensiator, namun bagaimana pengaruhnya terhadap imu- lebih 3 menit, kemudian medium diaspirasi kembali. Aspirat
nitas seluler khususnya aktivitas makrofag dalam fagosito- yang telah diperoleh ditampung dalam tabung sentrifus
sis dan sekresi ROI pada kucing belum pernah dilaporkan. steril, kemudian disentrifus pada kecepatan 1200 rpm, 4oC
Pada penelitian ini dipelajari bagaimana pengaruh selama 10 menit. Supernatan dibuang kemudian ditambah-
vaksinasi BCG terhadap aktivitas makrofag yang meliputi kan 3 ml medium RPMI lengkap (mengandung FCS 10%)
aktivitas fagositosis dan sekresi ROI pada kucing yang pada pelet yang telah diperoleh (20).
diinfeksi M.tuberculosis. Telah diketahui mekanisme respon Jumlah makrofag dihitung dengan menggunakan he-
imun terhadap infeksi M.tuberculosis diperankan oleh imu- mositometer kemudian diresuspensikan lagi dengan medi-
nitas seluler yaitu sel makrofag dan sel T (T-cell mediated um RPMI lengkap sehingga didapat sel dengan kepadatan
immunity), dengan mekanisme utama meningkatnya aktifi- 2,5 x 106 sel/ml. Suspensi sel yang telah dihitung, kemudian
tas sel T dan makrofag (17,18,19). Didasarkan pada BCG dikultur pada sumuran microplate 24 yang telah diberi cover
yang bersifat imunopotensiator, maka hipothesis dalam slips bulat, setiap sumuran 200 µl (5 x 105 sel), kemudian
penelitian ini adalah ”Apakah kucing yang divaksin dengan diinkubasi dalam inkubator CO2 5%, 37oC selama 30 menit.
BCG setelah diinfeksi dengan M.tuberculosis akan menun- Setelah itu ditambahkan medium RPMI lengkap sebanyak
jukkan aktivitas makrofag (baik dalam fagositosis maupun 1ml pada setiap sumuran kemudian diinkubasikan lagi sela-
sekresi ROI) yang lebih tinggi dalam usahanya memberikan ma 2 jam. Selanjutnya sel dicuci dengan RPMI sebanyak 2
proteksi untuk memusnahkan M.tuberculosis yang masuk kali, kemudian ditambahkan medium RPMI lengkap 1 ml
dalam tubuh kucing?” pada tiap sumuran dan selanjutnya diinkubasikan selama
24 jam (20).
METODE
Uji Aktivitas fagositosis
Hewan Percobaan Untuk mengukur kemampuan fagositosis makrofag
Dua puluh empat kucing sehat (jenis kelamin jantan peritoneum kucing dilakukan dengan uji fagositosis non-
dan betina, umur 1-2 tahun, berat badan 1-2 kg) dibagi spesifik secara in vitro menurut Leijh et al. (20) dengan
secara acak dalam 2 kelompok masing-masing 12 ekor. menggunakan latex bead diameter 3 µm (Sigma Chem.
Kelompok I yaitu kelompok yang divaksinasi dengan BCG Co). Latex bead diresuspensikan dalam PBS sehingga
dan kelompok II adalah kelompok kontrol yaitu kelompok didapat konsentrasi 2,5 x 107/ml.
yang tidak divaksin BCG. Stimulasi BCG dilakukan secara Setelah makrofag peritoneum kucing dikultur selama
intraperitoneal, sebanyak 2 kali dengan interval 2 minggu sehari (24 jam), kemudian dicuci 2 kali dengan RPMI,
dengan dosis 0,1 ml. Dua hari setelah vaksinasi semua selanjutnya ditambahkan suspensi latex 200 µl/sumuran,
kucing diinfeksi M.tuberculosis dengan dosis 105 cfu secara dan diinkubasikan selama 60 menit pada suhu 37oC, CO2
intraperitoneal. Mycobacterium yang digunakan dalam pe- 5%. Kultur dikeluarkan dari inkubator kemudian dicuci
nelitian ini adalah M.tuberculosis galur H37Rv yang dipero- dengan PBS 3 kali untuk menghilangkan partikel yang tidak
leh dari Balai Laboratorium Kesehatan Daerah, Daerah difagositosis, dan kemudian dikeringkan pada suhu ruangan
Istimewa Yogyakarta. dan difiksasi dengan methanol absolute selama 30 detik,
Periode waktu pemeriksaan aktivitas makrofag selanjutnya methanol dibuang dan dikeringkan pada suhu
Aktifitas fagositosis makrofag peritoneum kucing kamar. Setelah preparat kering, dilakukan pengecatan
diukur pada minggu ke-1, 2, 12, 24 setelah dilakukan dengan Giemsa 20% selama 30 menit. Selanjutnya hasil
Prayitnaningsih, dkk., Perbandingan Antara Pemberian Asam Folat, ........

pengecatan dicuci dengan aquades, dan setelah kering Setelah kering dipulas dengan 2% Neutral Red Solution
cover slips diangkat dari sumuran kultur dan dikeringkan selama 15 menit, kemudian dicuci dengan aquades.
pada suhu kamar. Setelah kering ditaruh pada obyek gelas Setelah kering cover slips diangkat dari sumuran microplate
untuk dilihat di bawah mikroskop cahaya (20). untuk dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan per-
Aktivitas fagositosis makrofag dinilai dari persentase besaran 400 kali (20).
makrofag yang memfagositosis partikel latex, dihitung dari Aktivitas makrofag untuk mensekresi ROI diukur
100 makrofag yang terlihat di bawah mikroskop cahaya, dan dengan menghitung persentase makrofag yang mensekresi
rerata jumlah partikel latex yang difagositosis oleh setiap ROI yaitu yang menunjukkan pembentukan formazan
makrofag. Rerata jumlah partikel latex yang difagositosis (warna gelap), dihitung 100 makrofag yang terlihat dibawah
oleh setiap makrofag dihitung dengan cara membagi jumlah mikroskop cahaya, dan skor derajat pembentukan formazan
partikel latex yang difagositosis dengan jumlah makrofag oleh tiap 100 makrofag, dihitung dengan cara menjum-
yang memfagositosis partikel latex. Sebagai contoh, bila lahkan besarnya skor yang dicapai oleh 100 makrofag. Skor
pada saat membaca persentase makrofag yang memfagosi- 0 jika pada makrofag tidak terbentuk formazan, skor 1 jika
tosis partikel latex (yang dihitung dari 100 makrofag) ter- pada makrofag terbentuk formazan tetapi tidak memenuhi
dapat 10 sel yang memfagositosis partikel latex dan jumlah seluruh sel, dan skor 2 jika formazan yang terbentuk meme-
partikel latex yang difagositosis sebanyak 30 partikel, maka nuhi seluruh sel. Sebagai contoh perhitungan skor, misal-
rerata jumlah partikel latex yang difagositosis oleh tiap nya dari 100 makrofag terdapat 20 sel yang tidak mem-
makrofag adalah 30:10 = 3 partikel (20) bentuk formazan (besarnya skor 0), 40 sel membentuk
Uji Sekresi ROI formazan tetapi tidak seluruh sel (besarnya skor 40) dan 40
Kemampuan makrofag peritoneum kucing dalam sel membentuk formazan (besarnya skor 80), maka skor
mensekresi reactive oxygen reactive (ROI) diukur dengan pada 100 sel makrofag adalah 0 + 40 + 80 = 120 (20).
nitroblue tetrazolium (NBT) reduction assay. Pada assay ini Analisis Data
Phorbol 12-Myristate 13-Acetate (PMA) akan menstimulasi Untuk mengetahui efek BCG terhadap aktivitas ma-
makrofag untuk mensekresi ROI, dan adanya ROI (anion krofag dalam memfagositosis latex dan sekresi ROI antara
superoksida, O2-) akan menyebabkan NBT tereduksi se- kelompok perlakuan dan kontrol, data hasil penghitungan
hingga membentuk presipitat formazan yang tidak terlarut yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji T (21).
(20). Dalam interprestasi dan penghitungan jumlah sel, se-
Untuk menstimulasi sekresi anion superoksida, kultur lalu menyertakan orang kedua untuk dapat diperoleh kon-
sel distimulasi dengan PMA dengan konsentrasi akhir firmasi penghitungan dan interpretasi hasil yang obyektif.
125ng/ml. Urutan cara kerja adalah sebagai berikut. Kultur
makrofag dicuci 2 kali dengan RPMI, kemudian ditambah- HASIL PENELITIAN
kan 500 µl larutan NBT (1mg/ml PBS) yang mengandung Hasil foto mikroskopis aktivitas makrofag peritoneum
125 ng/ml PMA untuk tiap sumuran dan diinkubasikan pada kucing yang memfagositosis partikel latex secara in vitro
incubator CO2 5%, 37oC selama 1 jam. Sel kemudian dicuci pada kelompok kucing yang divaksin BCG dan kontrol (tidak
dengan PBS 3 kali, dikeringkan pada suhu kamar dan divaksin) disajikan pada Gambar 1.
difiksasi dengan methanol absolute selama 30 detik.

a b
Gambar 1. Foto mikroskopik makrofag peritoneum kucing yang memfagositosis partikel latex secara in vitro setelah
infeksi M.tuberculosis dosis 1x105 cfu per ekor kucing (Pewarnaan Giemsa, 400x).
Terlihat makrofag yang memfagositosis latex (a): Kelompok yang divaksin BCG (b): Kelompok kontrol. Tanda panah menunjukkan
partikel latex yang difagositosis oleh makrofag.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXI, No. 2, Agustus 2005

Hasil kemampuan aktivitas fagositosis makrofag pada minggu pertama dan mencapai puncaknya pada
kelompok kucing yang divaksin BCG dan kelompok kucing minggu kedua, kemudian diikuti penurunan aktivitas sesuai
kontrol setelah diinfeksi dengan M.tuberculosis disajikan dengan berjalannya waktu sampai akhir penelitian. Hal yang
pada Gambar 2 dan 3. Seperti terlihat pada Gambar 2 serupa nampaknya juga terlihat pada pola hasil penghitung-
aktivitas fagositosis yang dinilai dari persentase makrofag an rata-rata latex yang difagositosis oleh setiap makrofag
yang memfagositosis latex, menunjukkan bahwa persen- (Gambar 3). Rata-rata latex yang difagositosis lebih tinggi
tase fagositosis kelompok kucing yang divaksin BCG lebih pada kelompok kucing yang divaksin BCG dibanding
tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Gambaran dengan kelompok kontrol, dan puncak rata-rata tertinggi
pola presentase makrofag yang memfagositosis latex bead latex yang difagositosis makrofag mencapai puncaknya
menunjukkan adanya kecenderungan adanya peningkatan pada minggu kedua setelah infeksi.
Persentase fagositosis (%)
180
160
140
120
100 Vaksin BCG
80 Kontrol
60
40
20
0
Mgg-1 Mgg-2 Mgg-12 Mgg-24
Waktu

Gambar 2. Rata-rata persentase makrofag yang memfagositosis latex kelompok kucing yang divaksin BCG dan
kelompok kontrol, setelah diinfeksi M.tuberculosis dosis 105 cfu

Latex yang difagositosis makrofag

10
9
8
7
6
Vaksin BCG
5
Kontrol
4
3
2
1
0
Mgg-1 Mgg-2 Mgg-12 Mgg-24
Waktu

Gambar 3. Rata-rata latex yang difagositosis oleh makrofag kelompok kucing yang divaksin BCG dan kelompok
kontrol, setelah diinfeksi M.tuberculosis dosis 105 cfu
Aktivitas makrofag peritoneum kucing yang formazan. Hasil foto mikroskopis aktivitas makrofag
mensekresi ROI diukur dengan NBT reduction assay, dan peritoneum kucing yang mensekresi ROI pada kelompok
diukur dari dua aspek yaitu persentase makrofag yang kucing yang divaksin BCG dan kontrol (tidak divaksin)
mensekresi ROI dan dari skor derajat pembentukan disajikan pada Gambar 4.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXI, No. 2, Agustus 2005

a b

Gambar 4. Foto mikroskopik makrofag peritoneum kucing yang mensekresi ROI setelah infeksi M.tuberculosis
dosis 1x105 cfu per ekor kucing (Pewarnaan Neutral Red, 400x).
Terlihat makrofag yang mensekresi ROI (a): Kelompok yang divaksin BCG (b): Kelompok kontrol. Tanda panah menunjukkan formazan
pada makrofag yang mensekresi ROI.
Hasil kemampuan aktivitas sekresi ROI makrofag divaksin BCG lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kelompok kucing yang divaksin BCG dan kelompok kucing kontrol. Gambaran pola presentase makrofag yang
kontrol setelah diinfeksi dengan M.tuberculosis disajikan mensekresi ROI menunjukkan adanya kecenderungan
pada Gambar 5 dan 6. Seperti terlihat pada Gambar 5 adanya peningkatan pada minggu pertama dan mencapai
aktivitas sekresi ROI yang dinilai dari persentase makrofag puncaknya pada minggu kedua, kemudian diikuti penurunan
yang mensekresi ROI, menunjukkan bahwa persentase aktivitas sekresi sesuai dengan berjalannya waktu sampai
makrofag yang mensekresi ROI kelompok kucing yang akhir penelitian.

Persentase sekresi ROi (%)


200
180
160
140
120
Vaksin BCG
100
Kontrol
80
60
40
20
0
Mgg-1 Mgg-2 Mgg-12 Mgg-24
Waktu

Gambar 3. Rata-rata persentase makrofag yang mensekresi ROI kelompok kucing yang divaksin BCG dan
kelompok kontrol, setelah diinfeksi M.tuberculosis dosis 105 cfu
Hasil penghitungan skor ROI nampaknya tertinggi skor ROI pada minggu kedua setelah infeksi.
memberikan gambaran yang serupa dengan persentase Setelah minggu kedua, skor ROI berangsur-angsur
makrofag yang mensekresi ROI (Gambar 6). Skor ROI yang menurun sesuai berjalannya waktu dan tetap lebih tinggi
disekresi oleh makrofag (formazan yang terbentuk) dibanding dengan kelompok kontrol sampai akhir penelitian.
diperoleh lebih tinggi pada kelompok kucing yang divaksin
BCG dibanding dengan kelompok kontrol, dengan puncak
Prayitnaningsih, dkk., Perbandingan Antara Pemberian Asam Folat, ........

Skor ROI
350

300

250

200 Vaksin BCG


150 Kontrol

100

50

0
Mgg-1 Mgg-2 Mgg-12 Mgg-24
Waktu

Gambar 4. Rata-rata skor ROI makrofag kelompok kucing yang divaksin BCG dan kelompok kontrol, setelah
diinfeksi M.tuberculosis dosis 105 cfu
DISKUSI an yang bermakna (P<0,01) antara persentase makrofag
Hasil analisis dengan uji T terhadap aktivitas yang mensekresi ROI pada kelompok yang divaksin BCG
fagositosis oleh makrofag menunjukkan bahwa terdapat dan kelompok kontrol yang tidak divaksinasi BCG. Demikian
perbedaan yang bermakna (P < 0,01) antara persentase juga hasil analisis terhadap skor ROI yang disekresi oleh
makrofag yang memfagositosis latex pada kelompok yang makrofag, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
divaksin BCG dan kelompok kontrol yang tidak divaksin (P<0,01) antara kelompok kucing yang divaksin dan yang
BCG. Demikian juga hasil analisis terhadap rata-rata latex tidak divaksin BCG.
yang difagositosis oleh tiap makrofag, menunjukkan adanya Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa vaksinasi
perbedaan yang bermakna (P < 0,01) antara kelompok BCG pada kucing dapat meningkatkan aktivitas makrofag
kucing yang divaksin dan yang tidak divaksin BCG. dalam sekresi ROI dalam usahanya untuk memusnahkan
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya M.tuburculosis yang masuk pada tubuh kucing. Hasil pene-
vaksinasi BCG dapat meningkatkan aktivitas fagositosis litian terdahulu menunjukkan bahwa adanya infeksi M.
makrofag peritoneum kucing secara signifikan. Menurut tuberculosis pada kucing meningkatkan sekresi ROI oleh
Hennesey (10) BCG merupakan imunopotensiator yang makrofag dan mencapai puncaknya pada minggu kedua
dapat menstimulasi imunitas seluler dengan mengaktifkan setelah infeksi, yang dihubungkan dengan mekanisme
aktivitas sel T dan makrofag dengan berbagai mekanisme. pembunuhan efektif terhadap M.tuberculosis (23). Pening-
Demangel et al. (l2) membuktikan bahwa pemberian BCG katan aktivitas makrofag dalam sekresi ROI yang mencapai
secara in vitro dapat memacu maturasi sel-sel dendritik puncaknya pada minggu kedua setelah infeksi, juga di-
(APC, antigen precenting cell) yang ditunjukkan dengan dukung dengan hasil penelitian berikutnya yang menunjuk-
adanya peningkatan ekspresi antigen MHC II, dan molekul kan bahwa pada minggu kedua setelah infeksi selain
kostimulator CD80 dan CD86. Hasil penelitian mengenai aktivitas sekresi ROI yang mencapai puncak, aktivitas
efek BCG pada aktivitas makrofag pada tikus BAL/c yang makrofag dalam fagositosis juga mencapai puncaknya pada
diinfeksi dengan Sthaphylococcus aureus telah dilaporkan waktu yang sama (24). Reactive oxygen intermediate
oleh Djamiatun et al. (13). Demikian juga efek BCG dapat merupakan produk oksidatif makrofag yang memainkan
meningkatkan daya bunuh terhadap infeksi Toxoplasma peranan penting dalam mekanisme pembunuhan M.
gondii pada mencit telah dilaporkan oleh Muthmainah (22). tuberculosis, yang aktivitasnya diinduksi oleh sitokin IFN-γ
Data aktivitas fagositosis makrofag peritoneum kucing dan TNF-α (25, 26). Kemampuan BCG dalam menstimulasi
penelitian yang diperoleh membuktikan bahwa vaksinasi respon imun seluler khususnya dalam mekanisme sebagai
BCG pada kucing dapat meningkatkan aktivitas fagositosis efektor oksidatif pada mencit telah banyak dilaporkan.
makrofag. Atau dengan kata lain BCG dapat bertindak Supargiono (l4) mendemontrasikan peningkatan aktivitas
sebagai imunopotensiator yaitu dengan meningkatkan oksidatif makrofag mencit dalam membunuh intraery-
secara bermakna kemampuan fagositosis makrofag dalam throcytic Plasmodium yoelli secara in vitro. Percobaan
usahanya untuk memuskahkan M.tuberculosis yang masuk serupa juga telah dilakukan oleh Shear cit Wijayanti (l5)
pada tubuh kucing. dalam pembunuhan Plasmodium knolesi, dan dalam
Hasil analisis dengan uji T terhadap aktivitas sekresi pembunuhan Plasmodium berghei (15). Aktivitas pembu-
ROI oleh makrofag menunjukkan bahwa terdapat perbeda- nuhan oksidatif terhadap Toxoplasma gondii juga telah dila-
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXI, No. 2, Agustus 2005

porkan oleh Muthmainah (22). Dari data hasil aktivitas UCAPAN TERIMAKASIH
makrofag peritoneum kucing yang diperoleh, membuktikan Penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
bahwa BCG juga mampu meningkatkan respon imun pada terhormat Prof. Dr. Marsetyawan HNE, Prof. Dr.
kucing melalui peningkatan aktivitas sekresi ROI dalam Supargiono, dan dr.Yanri Wijayanti Subronto, Ph.D.
usahanya memproteksi untuk memusnahkan M.tuberculosis Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, yang telah
yang masuk dalam tubuh kucing. banyak memberikan petunjuk, masukan, dan saran, selama
melakukan penelitian, sehingga beberapa kendala selama
KESIMPULAN penelitian dapat teratasi. Ucapan terimakasih juga penulis
Dari hasil dan diskusi tersebut di atas maka dapat haturkan kepada Kepala Laboratorium Hayati, Universitas
disimpulkan bahwa vaksinasi BCG pada kucing dapat Gadjah Mada, yang telah memberikan ijin dan fasilitas
meningkatkan secara bermakna respon imun seluler, yaitu selama penelitian, dan Drh. Wieklati, MS., selaku Kepala
melalui peningkatan aktivitas makrofag baik dalam aktifitas Bagian Mikrobiologi, Balai Laboratorium Kesehatan Daerah,
fagositosis maupun sekresi ROI. Pengaruh peningkatan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang telah memberikan
aktivitas makrofag terlihat sejak awal infeksi M.tuberculosis bantuan untuk memperoleh isolat dan fasilitas selama
sampai akhir penelitian, hal ini dapat diartikan bahwa dam- penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
pak perlindungan pengaruh vaksinasi BCG yang diberikan Sdr. Suprihatin yang telah membantu selama penelitian
dapat dipertahankan dalam waktu yang lama, yang diha- berlangsung, dan semua pihak yang tidak dapat penulis
rapkan dalam aplikasinya di lapangan dapat memberikan sebutkan satu persatu, sehingga selesainya penelitian ini.
perlidungan yang efektif terhadap infeksi kuman tersebut.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Raviglione MC, Snider Jr DE, and Kochi A. Global Epidemiologu of Tuberculosis: Morbidity and Mortality of a Wordwide
Epidemic. JAVMA 1999; 273; 220-226.
2. Dolin JP. Global Tuberculosis Incidencs and Mortality during 1990-2000. Buletin World Health Organization 1994; 72:
(2): 213-220.
3. Manaf A. Permasalahan Pemberantasan Tuberkulosis di Indonesia. Seminar Nasional Tuberkulosis dan Lepra.
Yogyakarta: Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada; 1997.
4. Snider WR. Tuberculosis in Canine and Feline: Review of the literature. American Review Respiratory 1971; 104: 877-
887.
5. Anonim. The Merck Veterinary Manual. A Handbook of Diagnosis, Therapy, and Disease Prevention and Control for the
Veterinarian. 8th Ed. USA: Merck and Co., Inc. Rhaway NJ; 1998; 492.
6. Bennet M and Gaskell RM. Feline and Canine Infectious Diseases. Berlin, Germany: Blackwell Wissenschafts-verlag
GmbH kurfurstendamm; 1996; 130-132.
7. Montali RJ, Mikota SK, and Cheng lI. Mycobacterium Tuberculosis in Zoo and Wildlife Species. Rev. sci Tech., 2001;
291-303.
8. Huebner RE dan Comstock GW. BCG Vaccine. In: Friedman, L.N. Ed. Tuberculosis Current Concepts and Treatment.
Florida: CRS Press; l994; 335-344.
9. Huebner RE. BCG Vaccination in the Control of Tuberculosis. In: Shinnick, T.M. Ed. Tuberculosis. Berlin: Springer;
1996; 263-279.
10. Hennesey LR dan Baker JR. Immunomodulator dalam Basic and Clinical Immunology. Ed. Stites DP, Terr Al, 8th Ed.
Conecticut: Appleton and Lange; l994; 781-785.
11. Yaqoob P dan Calder PC. The Effect of Dietary Lipid Manipulation on The Production of murine T-cell Derived Cytokine.
Cytokine; 1995; 7: 548-553.
12. Demangel C, Bean AG, Martin E, Feng CG. Protection Against Aerosol Mycobacterium tuberculosis using
Mycobacterium bovis Bacillus Calmette-Guerin infected dendritic cell. Eur. J. Immunol 1999; 29 (6): 1972-1979.
13. Djamiatun K, Dharmana E, Kristina T, Indar R. Pengaruh vitamin A dan BCG pada produksi TNF-α dan aktivitas
fagositosis makrofag terhadap Staphylococcus aureus. Laporan Akhir Tahun I Risbin Iptekdok. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran, Univesitas Gadjah Mada. l998.
14. Supargiono. Production, Proliferation and Functional Activities of Mononuclear Phagocytes during Plasmodium vinkei
petteri Infection in Mice. [PhD Thesis] London, UK: King’s College; l993; 37.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXI, No. 2, Agustus 2005

15. Wijayanti MA. Peranan makrofag dalam imunitas terhadap infeksi malaria: Kajian kemampuan fagositosis dan sekresi
ROI makrofag peritoneum mencit yang diimunisasi dan tidak diimnisasi in vitro. [Thesis]. Yogyakarta: Program Studi
Ilmu Kedokteran Tropis, Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. l996.
16. Tjahajati I, Prodjoharjono S, Soebono H, Asmara W, Subronto YW dan Harada N. Profil Sitokin Th1-Th2 Terhadap
Infeksi M.tuberculosis pada Kucing. Media Medika Indonesiana 2004; 39(3):137-145.
17. Graham A, Rook W, dan Bloom BR. Mechanism of Phathogenesis in Tuberculosis. In: Tuberculosis Pathogenesis and
Control. Bloom, B.R. Editor. Washington, DC: American Society for Microbiology; l994; 485-502.
18. Ryan JL. Bacterial Disease in Medical Immunology, 9th Ed. Stites DP, Terr AI, Parslow TG. London: Prentice-Hall
International Inc; l997; 627-636.
19. Flyn JL, and Chan J. Immunology of Tuberculosis. Annu.Rev.Immunol 2001; 19: 93-129.
20. Leijh PCJ, Furh RV, dan Zwet TLV. In Vitro Determination of Phagocyte and Intracellular Killing by Polymorphonuclear
and Mononuclear Phagocyte. In: Weir DM Ed., Cellular Immunology. London: Blackwell Scientific Publication; l986; 46.1
- 46.21.
21. Kinnear PR and Gray CD. SPSS for Window Made Simple, 3rd Ed. Lawrence Erbaum, l999.
22. Muthmainah. Studi tentang aktivitas makrofag mencit yang distimulasi dengan protein soluble Toxoplasma dan BCG
selama infeksi Toxoplasma gondii. [Thesis]. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Kedokteran Tropis, Pascasarjana,
Universitas Gadjah Mada. 2002.
23. Tjahajati I, Prodjoharjono S, Soebono H, Asmara W, dan Harada N. Aktivitas Sekresi Reactive Oxygen Intermediate
(ROI) pada Makrofag Peritoneum Kucing yang Diinfeksi dengan M.tuberculosis. Yogyakarta: Journal Sain Veteriner
2004b, Vol XXII (1):46-53.
24. Tjahajati I, Prodjoharjono S, Soebono H, Asmara W, dan Harada N. Peningkatan Aktivitas Fagositosis pada Makrofag
Peritoneum Kucing yang Diinfeksi dengan M.tuberculosis. Yogyakarta: Journal Sain Veteriner 2004c, Vol XXII (2):61-65.
25. Barnes P, Modlin RL and Ellner JJ. T-cell responses and cytokines. In: B Bloom, editor. Tuberculosis: Pathogenesis,
Protection, and Control. Washington, DC: ASM Press; 1994, 417-435.
26. Akaki T, Tomioka H, Shimizu, Dekio S, dan Sato K. Comparative Roles of Free Fatty Acids with Reactive Nitrogen
Intermediates and Reactive Oxygen Intermediates in Expression of the Anti-Microbial Activity of Macrophages Agains
Mycobacterium tuberculosis. Clinical & Experimental Immunology 2000; 121: 320-332.

You might also like