You are on page 1of 9

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

PENGALAMAN PREHOSPITAL PASIEN DENGAN


STEMI (St Elevation Myocard Infract) PERTAMA DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
SURAKARTA

Anissa Cindy Nurul Afni1), Sri Andarini2), Septi Dewi Rachmawati3)


1,3
3URJUDP0DJLVWHU.HSHUDZDWDQ3HPLQDWDQ*DZDW'DUXUDW)DNXOWDV.HGRNWHUDQ
8QLYHUVLWDV%UDZLMD\D
2
)DNXOWDV.HGRNWHUDQ8QLYHUVLWDV%UDZLMD\D
Email: DQLVVDFLQG\#JPDLOFRP

ABSTRAK
.HWHUODPEDWDQGLDJQRVLVGDQSHQDQJDQDQELDVDQ\DWHUMDGLSDGDGXDSXOXKHPSDWMDPSHUWDPDVHWHODK
VHUDQJDQ WHUXWDPD SDGD IDVH SUHKRVSLWDO 7XMXDQ SHQHOLWLDQ DGDODK PHQJHNVSORUDVL SHQJDODPDQ
SUHKRVSLWDOSDVLHQGHQJDQ67(0,SHUWDPD3HQHOLWLDQLQLPHQJJXQDNDQGHVDLQNXDOLWDWLIIHQRPHQRORJL
GHQJDQSHQGHNDWDQLQWHUSUHWLI3DUWLVLSDQ\DQJLNXWGDODPSHQHOLWLDQLQLGHODSDQSDVLHQGHQJDQ67(0,
SHUWDPD \DQJ SHUQDK GLUDZDW GL 568' 'U 0RHZDUGL 6XUDNDUWD $QDOLVLV GDWD GHQJDQ SHQGHNDWDQ
%UDXQDQG&ODUNHPHQJKDVLONDQGHODSDQWHPD\DLWXNHWLGDNQ\DPDQDQ¿VLNNHWLGDNWHSDWDQPHQDIVLUNDQ
JHMDOD NHSXWXVDQ PHQFDUL SHUWRORQJDQ SHULODNX WHUKDGDS NHOXKDQ XQJNDSDQ SHQRODNDQ UHDNVL
SVLNRORJLV SHQDQJDQDQ DZDO GDQ SHUMDODQDQ PHQGDSDWNDQ SHOD\DQDQ NHVHKDWDQ 6HFDUD XPXP
NHOXKDQ\DQJGLUDVDNDQSDVLHQGHQJDQ67(0,SHUWDPDEHUXSDNHWLGDNQ\DPDQDQ¿VLN\DQJGLUDVDNDQ
EHUYDULDVL ROHK PDVLQJPDVLQJ SDUWLVLSDQ 0XQFXOQ\D NHWLGDNWHSDWDQ PHQDIVLUNDQ NHOXKDQ GDSDW
GLVHEDENDQNDUHQDNHWHUEDWDVDQSHQJHWDKXDQSDVLHQWHUNDLWNHOXKDQGDQJHMDOD67(0,VHKLQJJDPDPSX
PHQXQGD NHSXWXVDQ SDVLHQ GDODP PHQFDUL SHOD\DQDQ NHVHKDWDQ 3DVLHQ 67(0, SHUWDPD FHQGHUXQJ
PHQXQJJXNHOXKDQVHPDNLQPHPEHUDWXQWXNPHPXWXVNDQPHQFDULSHOD\DQDQNHVHKDWDQ'LEXWXKNDQ
KHDOWKHGXFDWLRQNHSDGDPDV\DUDNDWPHQJHQDLWDQGDGDQJHMDOD67(0,SHQDQJDQDQSUHKRVSLWDOGDQ
NHEXWXKDQPHQFDULWHQDJDNHVHKDWDQVHJHUD
Kata kunci: SDVLHQ SUHKRVSLWDO67(0,

ABSTRACT
'HOD\LQGLDJQRVLVDQGWUHDWPHQWXVXDOO\RFFXUVLQWKH¿UVWWZHQW\IRXUKRXUVDIWHUWKHDWWDFNHVSHFLDOO\
LQWKH3UHKRVSLWDOSKDVH7KHSXUSRVHRIWKLVVWXG\LVWRH[SORUHWKH3UHKRVSLWDOH[SHULHQFHSDWLHQWV
ZLWK¿UVW67(0,4XDOLWDWLYHPHWKRGVLQWKLVVWXG\XVLQJWKHDSSURDFKLQWHUSUHWLYHSKHQRPHQRORJLFDO
GHVLJQ3DUWLFLSDQWVLQWKLVVWXG\ZHUHHLJKWSDWLHQWVZLWKD¿UVW67(0,ZKRHYHUFDUHGIRULQKRVSLWDOV
'U0RHZDUGL6XUDNDUWD7KHGDWDDQDO\VLVDSSURDFK%UDXQDQG&ODUNH  UHVXOWHGLQHLJKWWKHPHV
QDPHO\SK\VLFDOGLVFRPIRUWLQDFFXUDFLHVLQWHUSUHWV\PSWRPVWKHGHFLVLRQWRKHOSVHHNWKHEHKDYLRURI
WKHFRPSODLQWWKHH[SUHVVLRQRIUHMHFWLRQSV\FKRORJLFDOUHDFWLRQVLQLWLDOWUHDWPHQWDQGWKHMRXUQH\WR
JHWKHDOWKFDUH7KHFRQFOXVLRQREWDLQHGLVWKHDSSHDUDQFHRILQDSSURSULDWHQHVVLQWHUSUHWFRPSODLQWVFDQ
EHFDXVHGGXHWRODFNRINQRZOHGJHUHODWHGWRWKHSDWLHQW¶VFRPSODLQWVDQGV\PSWRPVRI67(0,SDWLHQWV
VRDVWRGHOD\WKHGHFLVLRQWRVHHNKHDOWKFDUH1HHGHGKHDOWKHGXFDWLRQWRWKHSXEOLFDERXWWKHVLJQV
DQGV\PSWRPVRI67(0,3UHKRVSLWDOWUHDWPHQWDQGWKHQHHGWR¿QGPHGLFDOSHUVRQQHOLPPHGLDWHO\
KeywordsFOLHQWSUHKRVSLWDO67(0,

124
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

1. PENDAHULUAN 2. PELAKSANAAN
Data :RUOG +HDOWK 2UJDQL]DWLRQ (WHO) a. Lokasi Penelitian
pada tahun 2008 mencatat 7,2 juta kematian di Lokasi penelitian di RSUD Dr. Moewardi
seluruh dunia disebabkan oleh penyakit kardio- Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama
vaskuler (Priyanto Ade, 2011). Kasus kematian enam bulan.
pada STEMI menunjukkan 3,2% pasien mening- b. Populasi dan sampel penelitian
gal pada 2 jam setelah onset, 3,4% meninggal Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 8
pada 2-6 jam setelah onset dan 14,8% meninggal orang dengan diagnosa STEMI pertama dan
lebih dari 12 jam setelah onset (Ostrzyki, Sos- tercatat sebagai pasien yang mendapatkan
nowski, Borowiec, Zera, Pienkowska, Drop et penanganan STEMI di RSUD Dr. Moewardi
DO, 2008). Surakarta, pasien dalam kondisi sadar se-
STEMI merupakan bagian dari Acute Coro- lama fase SUHKRVSLWDO, bebas dari nyeri dan
nary Syndrome (ACS), yaitu suatu kondisi ber- kesulitan bernafas dan dinyatakan hemodin-
bahaya dimana iskemia miokard terjadi akibat amik dan tanda-tanda vital stabil.
penurunan mendadak aliran darah yang melalui
pembuluh koroner (Steg HWDO, 2012; Aaronson & 3. METODE PENELITIAN
Ward, 2010). Kondisi STEMI umumnya menjadi Jenis penelitian ini adalah penelitian kuali-
prioritas pertama (P1) dalam penanganan di IGD tatif dengan desain fenomenologi menggunakan
(Instalasi Gawat Darurat). Hal ini menunjukkan pendekatan interpretif. Melalui metode kualita-
betapa gawat daruratnya kejadian STEMI (Steg tif peneliti ingin melihat gambaran menyeluruh
HWDO, 2012). pengalaman SUHKRVSLWDO pasien dengan STEMI
Fase dua puluh empat jam pertama prog- pertama. Pengalaman SUHKRVSLWDO masing-masing
nosis STEMI berkembang cepat (Steg HW DO, partisipan berbeda, dan cara partisipan memak-
2012; Aaronson & Ward, 2010). Namun penata- nai pengalamannya juga berbeda sehingga desain
laksanaan STEMI selama ini menjadi tidak opti- yang paling tepat digunakan adalah fenomenolo-
mal akibat keterlambatan pasien datang ke IGD gi dengan pendekatan interpretif.
rumah sakit ataupun mencari pelayanan kesehat- Data dikumpulkan dengan metode wawan-
an. Keterlambatan pasien tersebut merupakan cara mendalam semi struktur. Wawancara dilaku-
bagian dari pengalaman fase SUHKRVSLWDOpasien. kan dalam waktu 20-40 menit dan direkam de-
Melihat perbedaan kondisi sosioekonom- ngan menggunakan Handphone Samsung Galaxy
GHPRJUD¿ ODWDU EHODNDQJ EXGD\D VHUWD NHWL- Note II.
daktersediaan EMS (Emergency Medical Ser- Hasil wawancara kemudian dijabarkan
vices) di Indonesia, menjadikan penulis tertarik dalam bentuk verbatim yang kemudian dianali-
mengeksplorasi lebih dalam pengalaman SUHKRV- sis menggunakan pendekatan Braun and Clarke
SLWDO pada pasien dengan STEMI pertama. Se- (2006). Proses analisa data dengan menggunakan
lain itu penulis ingin mengeksplorasi lebih detail Braun and Clarke terdiri atas 6 tahapan yaitu
bagaimana proses pengambilan keputusan pasien mengenali dan membiasakan diri dengan data,
untuk mencari pelayanan kesehatan dalam fase memunculkan kode awal, mencari tema, menin-
SUHKRVSLWDO. Hasil temuan tersebut diharapkan jau ulang dan menyaring tema, menjelaskan dan
dapat menjadi masukan dalam menurunkan wak- memberi nama tema, dna terakhir menghasilkan
tu keterlambatan penanganan (SUHKRVSLWDOGHOD\) laporan (SURGXFLQJWKHUHSRUW)
pada kasus STEMI.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
mengeksplorasi pengalaman SUHKRVSLWDO pasien Hasil penelitian ini mengungkapkan 8
dengan STEMI pertama. WHPD \DLWX NHWLGDNQ\DPDQDQ ¿VLN NHWLGDN
tepatan menafsirkan gejala, keputusan mencari
pertolongan, perilaku terhadap keluhan, ungkap-
an penolakan, reaksi psikologis, penanganan

125
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

awal, dan perjalanan mendapatkan pelayanan sakitnya pelan, bertahan, seperti ditusuk-tusuk
kesehatan. benda besar, seperti ditarik, dijepit, hingga ter-
Kedelapan tema tersebut dibangun oleh sub dapat partisipan yang menyebutkan keluhan ti-
tema dan kategori-kategori yang akan diperkuat dak dapat digambarkan.
dengan kutipan-kutipan hasil wawancara dengan .HSDUDKDQ.HOXKDQ
partisipan. Untuk menjaga kerahasiaan partisi-
Keparahan keluhan yang diungkapkan partisipan
pan, peneliti menggunakan pengkodean untuk
sebagian besar menyebutkan keluhan yang
masing-masing partisipan. Pengkodean itu de-
dirasakan berat dengan rentang nilai 7-10, sakit
ngan penyebutan partsipan dengan “P” di mulai
tidak dapat ditahan, sakit sekali, sakitnya luar
dari partisipan satu dengan sebutan P1 demikian
biasa dan sesak sekali.
seterusnya hingga partisipan delapan (P8).
:DNWX7LPEXOQ\D.HOXKDQ6DDW2QVHW6HUDQJDQ
Karakteristik Partisipan
Waktu timbulnya keluhan saat onset serangan
Rentang usia kedelapan partisipan dalam
berbeda-beda diantaranya saat bangun tidur,
penelitian adalah 45-60 tahun. Seluruh partisipan
VHWHODKDNWL¿WDV
berjenis kelamin laki-laki. Hampir seluruh parti-
sipan memiliki minimal satu faktor risiko penya- Keluhan dan Gejala pasien dengan STEMI
kit jantung yaitu merokok, hipertensi, diabetes Hasil penelitian menunjukkan, keluhan dan
mellitus, hiperlipidemia dan riwayat keluarga gejala yang dirasakan pasien STEMI pertama me-
dengan panyakit jantung. Q\LPSXONDQVHEXDKWHPDNHWLGDNQ\DPDQDQ¿VLN
Ketidaknyamanan Fisik .HWLGDNQ\DPDQDQ¿VLN\DQJGLUDVDNDQSDVLHQGL-
DUWLNDQVHEDJDLNHDGDDQ¿VLN\DQJWLGDNQ\DPDQ
.HWLGDNQ\DPDQDQ¿VLN\DQJGLUDVDNDQSDU-
yang timbul akibat proses penyakit. Gambaran
WLVLSDQGLDUWLNDQVHEDJDLNHDGDDQ¿VLN\DQJWLGDN
NHWLGDNQ\DPDQDQ¿VLN\DQJGLUDVDNDQSDUWLVLSDQ
nyaman yang timbul akibat proses penyakit.
dikelompokkan secara ringkas dalam variasi ke-
Variasi Keluhan luhan, radiasi nyeri,kualitas keluhan, keparahan
Partisipan mengungkapkan variasi keluhan yang keluhan, dan waktu timbulnya keluhan saat onset
mereka rasakan yaitu dada terasa sakit, dada serangan.
nyeri, dada terasa panas, lengan terasa pegal, STEMI biasanya terjadi bila suatu trombus
lengan kiri sampai rahang bawah terasa linu, dada telah menyumbat arteri koroner secara komplet
terasa sesak, kepala kencang, keluar keringat GDODPZDNWX\DQJVLJQL¿NDQGDQELDVDQ\DPH-
dingin, badan lemas, dan degup jantung keras. nyebabkan gejala yang lebih berat dibandingkan
gejala angina tak stabil dan NSTEMI (Aaron-
Radiasi Nyeri
son & Ward, 2010). Dari hasil penelitian, vari-
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa asi keluhan yang dirasakan oleh partisipan saat
keluhan yang muncul tidak hanya terlokalisir pada terjadinya serangan STEMI pertama antara lain
satu area tertentu. Partisipan mengungkapkan dada terasa sakit, dada nyeri, dada terasa panas,
adanya radiasi nyeri dimana setiap partisipan lengan terasa pegal, lengan kiri sampe rahang
berbeda-beda diantaranya nyeri cuma dirsakan bawah terasa linu, dada terasa sesak, kepala ken-
di dada kanan, nyeri terpusat, nyeri merambat, cang, keluar keringat dingin, badan lemas, dan
lokasi nyeri berpindah-pindah, nyeri dirasakan degup jantung keras.
hingga tembus ke punggung belakan sebelah kiri.
Hasil ini didukung oleh studi kualitatif yang
Kualitas Keluhan dilakukan oleh Pattenden HW DO (2002) terhadap
Dikaji lebih jauh keluhan yang dirasakan setiap 22 partisipan di Kota North Yorkshire pada kun-
partisipan berbeda-beda. Partisipan mengung- jungan ke dua, tiga dan empat. Penelitian tersebut
kapkan sakit yang dirasakan terasa panjang, le- menemukan bahwa saat onset STEMI, partisipan
bar, bukan sakit-hilang-sakit. Sakitnya juga dira- mengeluhkan timbulnya nyeri selama beberapa
sakan tidak putus-putus, tidak berhenti-berhenti, hari dengan skala nyeri sedang dan kesulitan ber-
nafas.
126
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Keluhan dada terasa sakit ataupun nyeri penelitian ditemukan lokasi nyeri hanya di dada
yang diungkapkan oleh partisipan dalam peneli- kanan, nyeri terpusat, nyeri merambat ke lengan
tian ini menunjukkan adanya perasaan tidak nya- kiri, rahang bawah kemudian dari dada tengah ke
man di tubuh atau bagian tubuh karena menderita dada kiri, lokasi nyeri berpindah-pindah, nyeri
sesuatu (demam, sakit perut,dan sebagainya). dirasakan hingga tembus ke punggung belakan
Partisipan lain mendeskripsikan nyeri dada yang sebelah kiri. Secara teori, pasien dengan STEMI
dirasakan dengan perih. Secara bahasa, perih dan umumnya mengeluhkan adanya nyeri dada di
nyeri memiliki arti yang sama yaitu perasaan atau tengah seperti ditekan, yang menjalar ke lengan,
pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan rahang, atau leher (Aaronson & Ward, 2010).
yang dapat berkisar dari ketidaknyamanan ringan Hasil penelitian tersebut didukung oleh pe-
hingga berat. Hasil penelitian juga sejalan dengan nelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Perkins
teori dimana keluhan yang sering muncul pada HWDO (2009) terhadap 228 pasien di Rumah Sakit
pasien STEMI selain nyeri dada adalah pasien London juga menemukan bahwa gejala yang di-
berkeringat dan tampak dingin serta lembab rasakan pasien adalah nyeri dada di lengan, bahu,
(Aaronson & Ward, 2010; Antman HWDO, 2004). leher, punggung belakang. Mussi HW DO (2013)
Perkins HW DO (2009) mengemukakan bah- juga menggambarkan radiasi nyeri yang dirasa-
wa gejala biasanya muncul tanpa disertai adanya kan menjalar ke lengan, leher, punggung bela-
nyeri, seperti breathlesness (kesulitan bernafas), kang dan epigastrum.
mual atau muntah, berkeringat berlebih, dan juga Dikaji lebih jauh dalam penelitian ini par-
pusing hingga membuat pingsan. Kondisi ini di- tisipan mengungkapkan kualitas keluhan yang
temukan pada partisipan tiga yang menyebutkan dirasakan setiap partisipan berbeda-beda. Partisi-
tidak adanya keluhan rasa nyeri. Partisipan hanya pan mengungkapkan sakit yang dirasakan terasa
mengeluhkan badan lemas seperti tidak memiliki panjang, lebar, bukan sakit-hilang-sakit-hilang.
tenaga dan keluar keringat dingin yang banyak. Sakitnya juga dirasakan tidak putus-putus, ti-
Partisipan juga mengeluhkan dada terasa dak berhenti-berhenti, sakitnya pelan, bertahan,
sesak. Kata sesak menurut arti bahasa adalah seperti ditusuk-tusuk benda besar, seperti di-
sempit sekali atau tidak lapang. Secara kontek- tarik, dijepit, hingga terdapat partisipan yang
stual menunjukkan adanya kesulitan pasien un- menyebutkan keluhan tidak dapat digambarkan.
WXN EHUQDSDV DWDX DGDQ\D XVDKDDNWL¿WDV SDVLHQ Keparahan keluhan yang diungkapkan partisipan
untuk bernafas. Sesak juga dapat diungkapkan dalam penelitian ini menunjukkan sebagian besar
dengan kata-kata berbeda yaitu “ampeg” atau- menyebutkan keluhan yang dirasakan berat de-
pun “menggeh-menggeh” atau mengeh-mengeh” ngan rentang nilai 7-10, sakit tidak dapat ditahan,
Kata “mengeh-mengeh” dan “ampeg” secara sakit sekali, sakitnya luar biasa dan sesak sekali.
bahasa menunjukkan perasaan sesak di dada se- Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelum-
hingga tidak dapat bernapas dengan lega. nya oleh Mussi HWDO (2013) yang menyebutkan
Hasil tersebut juga mendukung temuan se- nyeri yang dirasakan seperti tertekan benda be-
rupa dalam studi kuantitatif yang dilakukan oleh rat dan terbakar. Nyeri biasanya dirasakan lebih
Mussi HW DO (2013) pada 100 pasien di RS Sal- lebih dari 30 menit dan tidak berkurang setelah
vador. Delapan puluh satu persen pasien menga- diberi nitrogliserin (Aaronson & Ward, 2010).
lami nyeri dada saat onset serangan. Selain itu, Thuresson (2012) menggali lebih jauh ter-
67% menyatakan berkeringat, sesak nafas (47%), kait gambaran nyeri yang dirasakan pasien. Se-
mual, pusing, palpitasi. bagian pasien menyebutkan nyeri yang dirasa-
Hasil penelitian ini juga menunjukkan kan seperti perasaan diremas-remas, ditekan dan
bahwa keluhan-keluhan yang muncul biasanya disobek (tearing). Nyeri yang dirasakan dapat
tidak hanya terlokalisir pada satu area tertentu. berlangsung dalam hitungan menit maupun hi-
Radiasi nyeri secara kontekstual diartikan ada- tungan jam. Rata-rata pasien menyebutkan nyeri
nya perambatan, pemancaran ataupun persebar- berada pada skala 7.
an nyeri ke area yang lain. Radiasi nyeri dalam

127
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Ketidaktepatan Menafsirkan Gejala mengungkapkan ketidaktahuannya tentang kelu-


Tema kedua yang didapatkan dalam peneli- han dan ini pertama kalinya partisipan mendapat-
tian ini adalah ketidaktepatan menafsirkan gejala. kan informasi tentang keluhan STEMI.
Ketidaktepatan menafsirkan keluhan memperli- Penelitian di atas didukung oleh hasil yang
hatkan adanya ketidaktepatan dalam mengartikan didapatkan Alshahrani HW DO (2012) dalam pe-
keluhan dan gejala yang muncul sebagai tanda nelitiannya menunjukkan bahwa kurangnya
dan gejala STEMI. pengetahuan pasien mengenai gejala STEMI
berhubungan dengan rendahnya intrepretasi pa-
.HVDODKDQSHQDIVLUDQ
sien terhadap gejala STEMI. Selain itu, kurang-
Kesalahan penafsiran pasien terlihat dari bagai- nya pengetahuan dan kognitif yang rendah juga
mana partisipan mengungkapkan bahwa apa yang mempengaruhi kontrol diri pasien dan keputusan
mereka rasakan bukanlah keluhan dan gejala pe- dalam mencari pelayanan kesehatan.
nyakit jantung melainkan keluhan yang muncul
Hasil di atas didukung oleh penelitian yang
akibat kecapean, karena terforsir kerja, kurang ti-
dilakukan Mussi HW DO (2013). Dari 100 pasien,
dur, kegemukan, terlalu banyak merokok, masuk
15% diantaranya tidak mengetahui gejala STE-
angin, ataupun karena lambung yang sakit.
MI, 41% tidak dapat mengintrepretasikan bahwa
Keterbatasan Pengetahuan gejala yang dirasakan adalah penyakit jantung.
Kesalahan penafsiran dapat muncul akibat keter- Mereka cenderung beranggapan bahwa keluhan
batasan pengetahuan pasien tentang keluhan dan dan gejala yang diraskan adalah nyeri perut, sa-
gejala STEMI. Hampir semua partisipan meng- kit punggung, perdarahan otak, stress harian, dan
ungkapkan ketidaktahuan nya tentang keluhan efek obat yang mereka konsumsi.
dan ini pertama kalinya partisipan mendapatkan Keputusan Mencari Pertolongan
informasi tentang keluhan STEMI.
Hasil penelitian ini menunjukkan tema ke-
Persepsi Pasien terhadap Keluhan dan Gejala putusan mencari pertolongan dibangun dari
Ketidaktepatan menafsirkan keluhan mem- ungkapan partisipan yang menunggu perkemban-
perlihatkan adanya ketidaktepatan dalam mem- gan kondisi sebagai alasan bertindak dan peng-
persepsikan keluhan dan gejala yang muncul ambil keputusan.
sebagai tanda dan gejala STEMI. Kesalahan Perkembangan Kondisi Sebagai Alasan Bertin-
penafsiran pasien terlihat dari bagaimana parti- dak
sipan mengungkapkan bahwa apa yang mereka
Pasien cenderung menjadikan perkembangan
rasakan bukanlah keluhan dan gejala penyakit
kondisi sebagai alasan bertindak mencari per-
jantung melainkan keluhan yang muncul akibat
tolongan. Tadinya belum apa-apa, nyeri tidak
kecapean, karena terforsir kerja, kurang tidur,
hilang, nyeri tidak berkurang, makin bertambah
kegemukan, terlalu banyak merokok, masuk an-
sakit, lebih sakit dari yang sebelumnya, sakitnya
gin, ataupun karena lambung yang sakit.
serius, hingga keluhan terasa sakit lagi menjadi
Mendukung hasil tersebut, penelitian kuali- alasan bagi pasien untuk mencari pertolongan.
tatif yang dilakukan oleh Pattenden HWDO (2002)
menemukan bahwa partisipan sering mengala- 3HQJDPELO.HSXWXVDQ
PL NHELQJXQJDQ GDODP PHQJLGHQWL¿NDVL JHMDOD Setelah melihat perkembangan kondisi, pada
STEMI. Sebagian besar partispan menganggap akhirnya keputusan mencari pertolonganpun di-
gejala yang mereka rasakan tidak cukup berat ambil. Partisipan mengungkapkan berbeda-beda
untuk menyebabkan terjadinya serangan jantung. mengenai orang yang mengambil keputusan saat
Mereka beranggapan nyeri dada yang dirasakan itu.
sama seperti nyeri pada gangguan pencernaan.
Proses Pengambilan Keputusan Mencari
Kesalahan penafsiran dapat muncul akibat Pelayanan Kesehatan
keterbatasan pengetahuan pasien tentang kelu-
Keputusan mencari pertolongan dari hasil
han dan gejala STEMI. Hampir semua partisipan
penelitian menunjukkan bahwa partisipan cen-

128
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

derung melihat perkembangan kondisi sebagai ke sana ke sini, memegangi dada, istirahat, tidur-
alasan bertindak mencari pertolongan. Tadinya an, menyampaikan kepada pasangan, diam dan
belum apa-apa, nyeri tidak hilang, nyeri tidak menahan.
berkurang, makin bertambah sakit, lebih sakit
Perilaku Religius
dari yang sebelumnya, sakitnya serius, hingga
keluhan terasa sakit lagi menjadi alasan bagi Perilaku religius juga tergambar dari respon
pasien untuk mencari pertolongan. pasien saat terjadinya serangan STEMI, dianta-
ranya istgifar, sholat, dan dzikir.
Dalam penelitiannya Perkins HW DO (2009)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang Ungkapan Penolakan
VLJQL¿NDQ DQWDUD NRQGLVL NOLQLV SDVLHQ GHQJDQ Ungkapan penolakan partisipan diketahui
keterlamabatan SUHKRVSLWDO pasien. Hal di atas dibangun dari ketidakpercayaan dan ketidak-
didukung oleh studi kualitatif yang dilakukan pedulian partisipan terhadap keluhan dan gejala
oleh Pitsavos HWDO (2006) menunjukkan bahwa yang muncul sebagai keluhan STEMI.
NRQGLVLNOLQLVPHPLOLNLSHQJDUXK\DQJVLJQL¿NDQ
pada lamanya SUHKRVSLWDO pasien. Pasien yang .HWLGDNSHUFD\DDQ
memiliki riwayat gejala nyeri yang hebat dan ri- Gambaran ketidakpercayaan pasien bahwa keluh-
wayat penyakit lain sebelumnya akan memiliki an yang dirasakan adalah tanda dan gejala STE-
masa SUHKRVSLWDO yang lebih singkat. MI ditunjukkan dalam bentuk ungkapan-ungkap-
Setelah melihat perkembangan kondisi, pada an bahwa partisipan tidak memiliki pemikiran
akhirnya keputusan mencari pertolonganpun di- memiliki penyakit jantung, tidak menduga punya
ambil. Partisipan mengungkapkan berbeda-beda penyakit jantung, tidak yakin memiliki penyakit
mengenai orang yang mengambil keputusan saat jantung, dan partisipan tidak merasa sakit.
itu. Beberapa partisipan mengungkapkan saat itu .HWLGDNSHGXOLDQ
diri sendirilah yang mengambil keputusan men-
Ketidakpercayaan partisipan bahwa dirinya
cari pertolongan selain istri, anak dan lingkungan
mengalami penyakit jantung (STEMI) menjadi-
sosial seperti teman.
kan partisipan bersikap tidak peduli pada keluhan
Dalam kasus STEMI, sangat dibutuhkan yang dirasakan.
kepedulian individu, keluarga ataupun publik
untuk dapat mengenali tanda dan gejala awal Reaksi Psikologis
STEMI (O’Gara, 2013; Steg HW DO, 2012). Ti- Selain tema di atas, tema lain yang didapat-
dak pekanya individu dan publik terhadap ge- kan dari penelitian ini adalah adanya reaksi
jala STEMI dapat memperlama fase SUHKRVSLWDO psikologis yang dialami pasien terkait respon
pasien. Sebagai penemu pertama, memberikan SUHKRVSLWDO terhadap keluhan STEMI. Reaksi
pertolongan dengan memanggil bantuan ke- psikologis partisipan muncul dari adanya pe-
sehatan adalah tugas utama selain memindahkan ngelompokan sub tema pemikiran akan kema-
pasien ketempat yang aman (WHO, 2005). tian, eskpresi emosional pasien dan harapan
pasien terhadap penanganan yang membangun.
Perilaku Terhadap Keluhan
Salah satu tema yang kemudian muncul dari Pemikiran Akan Kematian
penelitian ini adalah perilaku terhadap keluhan. Sub tema pemikiran akan kematian muncul dari
Perilaku terhadap keluhan ditunjukkan dengan beberapa ungkapan partisipan seperti hampir
sikap reaktif terhadap keluhan dan perilaku re- kehilangan nyawa dan ungkapan mungkin mau
ligius yang dilakukan partisipan saat terjadinya meninggal.
serangan.
(NVSUHVL(PRVLRQDO
5HDNWLI7HUKDGDS.HOXKDQ Ekspresi takut, menangis, tidak mau membebani
Respon reaktif terhadap keluhan digambarkan hingga pasrah muncul dari hasil ungkapan
berbeda-beda oleh partisipan, diantaranya jalan partisipan.

129
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

+DUDSDQ7HUKDGDS3HQDQJDQDQ Respon terhadap Keluhan dan Gejala STEMI


Hal ini terlihat dari ungkapan partisipan yang Pada topik ini, banyak respon yang muncul
ingin agar sakit yang dirasakan cepat hilang dan terhadap keluhan dan gejala STEMI yang di-
cepat mendapatkan penanganan. rasakan pasien yaitu, perilaku terhadap keluhan,
adanya ungkapan penolakan, reaksi psikologis,
Penanganan Awal
dan penanganan awal yang dilakukan terhadap
Berdasarkan pengelompokan hasil wawan- keluhan dan gejala.
cara dan proses berpikir induksi dalam pene-
Ungkapan penolakan tercermin dari ketidak-
litian ini, tema yang kemudian ditemukan dari
percayaan dan ketidakpedulian partisipan ter-
pengalaman SUHKRVSLWDO pasien dengan STEMI
hadap keluhan dan gejala yang muncul sebagai
pertama adalah pengalaman pasien dalam pena-
keluhan STEMI. Banyak individu yang tidak
nganan awal. Penanganan awal secara konteks-
ingin percaya bahwa mereka memiliki risiko
tual diartikan sebagai proses atau cara awal
mengalami serangan jantung. Mereka cenderung
menangani keluhan dan gejala yang dirasakan
menolak fakta keluhan yang mereka rasakan se-
partisipan.
bagai gejala infark miokard akut hingga kondisi
Pengobatan Mandiri menjadi lebih buruk (Pattenden HWDO, 2002).
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa Pateenden HWDO (2002) menemukan bahwa
langkah awal yang dilakukan partisipan saat decision time pada pasien berlangsung selama
muncul keluhan dan gejala adalah melakukan tujuh jam hanya untuk mengakui bahwa keluh-
pengobatan mandiri. Pengobatan mandiri yang an yang mereka rasakan adalah gejala STEMI.
dilakukan partisipan pun berbeda-beda, diantara- Sebagian besar pasien mengakui bahwa mereka
nya mengurangi keluhan dengan minum anta- berharap keluhan yang mereka rasakan akan se-
ngin, air kelapa muda, air putih hingga kerokan. gera pergi berlalu sehingga mereka menunggu
dan tidak pergi ke rumah sakit atau mencari pela-
0HQJXQMXQJL3HOD\DQDQ.HVHKDWDQ yanan kesehatan.
Setelah pengobatan mandiri yang dilakukan tidak Selain itu, dalam penelitian ini ekspresi
berhasil partisipan cenderung segera mengun- emosional pasien juga muncul seperti takut,
jungi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas menangis, tidak mau membebani hingga pasrah
atau Polindes, dokter praktik umum, dan rumah terhadap keluhan yang dirasakan. Studi kuan-
sakit terdekat yang dapat dijangkau oleh partisi- titatif yang dilakukan oleh Walsh HW DO (2004)
pan dan keluarga dengan cepat. terhadap 61 pasien STEMI bahwa respon emo-
7DWDODNVDQD\DQJ'LGDSDWNDQ3DVLHQ VLRQDOPHPLOLNLKXEXQJDQ\DQJVLJQL¿NDQXQWXN
Dari hasil wawancara dengan pasien, tatalak- mempengaruhi lamanya fase SUHKRVSLWDO pasien.
sana awal yang didapatkan dari pelayanan kes- Respon emosional yang tampak biasanya kece-
ehatan yang dikunjungi oleh partisipan, secara masan, khawatir, gelisah, tegang, kaget, terkejut
umum hampir sama yaitu diperiksa, dikasih obat atas kondisi yang mereka rasakan. Pasien yang
di bawah lidah, ditensi, diberikan informasi, di- memiliki kecemasan/ketegangan dan khawtir
pasang infuse, diberikan oksigen, dilakukan pe- tinggi akan memiliki masa SUHKRVSLWDO yang le-
rekaman jantung dan saran rujukan. bih pendek.
Dengan melewati banyak tahapan dimulai
.HVDQ7HUKDGDS3HOD\DQDQ.HVHKDWDQ dari penolokan hingga menerima kondisinya pada
Berdasarkan pengalaman mendapatkan pena- akhirnya partisipan juga melakukan penanganan
nganan di pelayanan kesehatan, beberapa parti- awal untuk mengurangi keluhan dan gejala yang
sipan mengungkapkan kesan terhadap pelayanan dirasakannya. Penanganan awal yang dilakukan
kesehatan yang diterima diantaranya pasien lang- oleh partisipan antara lain pengobatan mandiri,
sung mendapatkan penanganan, pasien langsung mengunjungi pelayanan kesehatan, tatalaksana
dirujuk hingga kesan pasien tidak tahu proses yang didapatkan pasien dan terakhir kesan pasien
yang dilaluinya. terhadap pelayanan kesehatan yang diterima.

130
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

Dalam penelitiannya Thuresson HWDO (2012) jalanan lancar, tidak ada masalah dalam perjalan-
juga menjelaskan bahwa partisipan cenderung an dan alat transportasi yang cepat.
mengalihkan perhatian mereka dengan melaku-
/DPDQ\D3URVHV7UDQVSRUWDVL
kan aktivitas lain seperti meregangkan otot-otot
lengan dan anggota tubuh bagian atas, selain itu Selain kemudahan akses, lamanya proses trans-
mereka mencoba memijatnya. Partisipan cende- portasi juga diungkapkan oleh partisipan dianta-
rung menjadikan keluhan yang mereka rasakan ranya proses transport yang cepat, setengah jam,
seperti keluhan sakit biasa pada umumnya. Men- dan satu jam.
dukung hal tersebut, Mussi HW DO (2013) dalam .HQGDOD6HODPD7UDQVSRUWDVL
penelitiannya menemukan bahwa dari 100 pasien
Selain itu salah satu partisipan juga menyebutkan
didapatkan 20 pasien memutuskan mencari pela-
adanya kendala selama proses transportasi.
yanan kesehatan karena status nyeri yang mereka
rasakan meningkat. Perjalanan mendapatkan pelayanan kesehat-
an digambarkan dari kemudahan akses, lamanya
Setelah pengobatan mandiri yang dilaku-
waktu transport, dan kendala selama proses trans-
kan tidak berhasil partisipan cenderung segera
portasi. Kemudahan akses yang mereka rasakan
mengunjungi pelayanan kesehatan seperti Pus-
selama proses transportasi diantaranya diungkap-
kesmas atau Polindes, dokter praktik umum, dan
kan dalam bentuk jarak ke pelayanan kesehatan,
rumah sakit terdekat yang dapat dijangkau oleh
perjalanan lancar, tidak ada masalah dalam per-
partisipan dan keluarga dengan cepat.
jalanan dan alat transportasi yang cepat. Di nega-
Di Indonesia, terbatasnya EMS serta am- ra maju sejak dulu telah banyak diaktifkan EMS.
bulan 118 menjadi masalah tersendiri dalam EMS merupakan sistem layanan prehospital yang
peningkatan mutu layanan SUHKRVSLWDO. Sedang- diaktifkan dengan adanya nomor telepon yang
kan tingginya mortalitas dan morbiditas pada mudah diingat dan dihubungi. Selain itu, ambu-
kasus STEMI tidak hanya ada pada kelas sosial lan yang tersedia tidak hanya menjadi alternatif
menengah hingga tinggi, tetapi juga pada kelas alat transportasi tetapi juga dapat melakukan
sosial menengah ke bawah. Pada situasi tersebut initial diagnosis, triage dan juga treatment pada
Puskesmas dengan Unit Gawat Darurat 24 jam pasien STEMI. Initial diagnosis, triage dan juga
dapat mengoptimalkan pelayanan kesehatan bagi treatment pada pasien STEMI berhubungan erat
masyarakat di area pinggiran kota/wilayah kota dengan keputusan penggunaan reperfusi terapi
yang daya jangkauan ke pusat layanan kesehatan yang tepat. Penurunan keterlambatan dapat mem-
lainnya cukup jauh. Puskesmas dapat menjadi berikan hasil akhir yang maksimal dalam penan-
pilihan pertama bagi penderita dengan tanda dan ganan STEMI (O’Gara, 2013; Steg HWDO, 2012).
gejala STEMI.
Keterbatasan dalam penelitian ini dalah Eksplora-
Perjalanan Mendapatkan Pelayanan Kesehat- si pengalaman pasien dalam proses transportasi
an terkait layanan ambulan yang digunakan selama
Berdasarkan analisa data hasil wawancara proses rujukan kurang detail. Sesungguhnya hal
tema akhir yang kemudian muncul adalah per- ini telah dilakukan oleh peneliti dengan meng-
jalanan mendapatkan pelayanan kesehatan. Per- gali lebih dalam pengalaman pasien dalam pro-
jalanan mendapatkan pelayanan dapat diartikan ses transportasi menggunakan ambulan, namun
sebagai cara, jarak atau jauh, dan juga perbuatan karena kurang kayanya data dari partisipan dan
yang dilakukan oleh partisipan dalam mendapat- jumlah partisipan yang menggunakan ambulan
kan pelayanan kesehatan (www.kbbi.wed.id). hanya sedikit sehingga eksplorasi pada poin ini
kurang detail.
Kemudahan Akses
,PSOLNDVL.HSDUDZDWDQ
Partisipan mengungkapkan adanya kemudahan
akses yang mereka rasakan selama proses trans- Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujuk-
portasi. Kemudahan itu diantaranya diungkapkan DQ EDJL WHQDJD NHVHKDWDQ GDODP PHQJLGHQWL¿-
dalam bentuk jarak ke pelayanan kesehatan, per- kasi kebutuhan health education dan sosialisasi

131
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2014

terkait penyakit jantung terutama STEMI bagi and subsequent pattern of accessing care.
masyarakat. Penelitian ini dapat menjadi dasar +HDUW
rujukan bagi perawat dalam membangun pe- Mussi, F. C., Gibaut, M. A. M., Damasceno, C.
layanan keperawatan yang terintegrasi dimulai A., Mendes, A. S., Guimaraes, A. C., Santos,
dari Primary Care sebagai penyedia pelayanan C. A. (2013). Sociodemographic and clinical
SUHKRVSLWDO hingga pelayanan keperawatan di factors associated with the decision time for
rumah sakit pada pasien dengan STEMI. seeking care in acute myocardial infraction.
5HY/DWLQR$P(QIHUPDJHP)RUWKFRPLQJ
5. KESIMPULAN
Ostrzyki, A., Sosnowski, C., Borowiec, A., Zera,
Delapan tema yang berkaitan pengalaman
T., Pienkowska, K., Drop, D., Chwyzko, T.,
prehospital pasien STEMI pertama yaitu keti-
Kowalik, I., Szwed, H. (2008). Pre-hospital
GDNQ\DPDQDQ ¿VLN NHWLGDNWHSDWDQ PHQDIVLUNDQ
delay of treatment in patients with ST seg-
gejala, keputusan mencari pertolongan, perilaku
men elevation myocardial infraction under-
terhadap keluhan, ungkapan penolakan, reaksi
going primary percutaneous coronary inter-
psikologis, penanganan awal, dan perjalanan
vention: experience of cardiac centre located
mendapatkan pelayanan kesehatan.
in the vicinity of the centre of Warsaw. Kar-
Secara umum keluhan yang dirasakan pasien GLRO3RO
dengan STEMI pertama adalah adanya ketidak- Pattenden, J., Watt, I., Lewin, R. J. P., and Stand-
Q\DPDQDQ ¿VLN 0XQFXOQ\D NHWLGDNWHSDWDQ ford. (2002). Decision making process in
menafsirkan keluhan dapat disebabkan karena people with symptoms of acute myocar-
keterbatasan pengetahuan pasien terkait keluhan dia; infraction: qualitative study. %0-
dan gejala STEMI sehingga mampu menunda 
keputusan pasien dalam mencari pelayanan ke-
Perkins, P. L., Whitehead, D. L., Strike, P. C.,
sehatan.
Steptoe, A. (2009). Prehospital delay in pa-
SARAN tients with acute coronary syndrome: factors
Perlu adanya penelitian lanjutan terkait associated with patient decision time and
lama SUHKRVSLWDO WLPH pasien STEMI di Indo- home to hospital delay. Eur J Cardiovasc
nesia menggunakan Triangulasi antara metode 1XUV  
kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat yang Pitsavos, C., Kourlaba, G., Panagiotakos, D.,
didapatkan lebih lengkap. Perlu adanya tindak Stefanadis, C. (2006). Factors associated
lanjut dari rumah sakit sebagai pihak terkait un- with delay in seeking helath care for hos-
tuk mulai mengaktifkan EMS ataupun ambulan pitalized patients with acute coronary syn-
sehingga penanganan SUHKRVSLWDO pasien STEMI drome: the GREECS study. Hellenic J Car-
dapat lebih cepat. GLRO
3UL\DQWR$GH  7KH5ROHRI1XUVHLQ$FXWH
REFERENSI &RURQDU\ 6\QGURPH -DNDUWD 8QLYHULWDV
*ODQFH6LVWHP.DUGLRYDVNXODU(GLVL.HWLJD-D- 0XKDPDGL\DK-DNDUWD
NDUWD(UODQJJD0HGLFDO6HULHV 6WHJ * -DPHV 6 . $WDU ' %DGDQR / 3
Isaksson, R. M., Brulin, C., Eliasson, M., Nas- /XQGTYLVW&%%RUJHU0HWDO  
lund, Ulf., Zingmark, K. (2011). Prehospital ESC Guidlines for the management of acute
H[SHULHQFHV RI ROGHU PHQ ZLWK D ¿UVW P\R- P\RFDUGLDO LQIUDFWLRQ LQSDWLHQWV SUHVHQWLQJ
cardial infraction; a qualitative analysis wit- ZLWK67VHJPHQWHOHYDWLRQ(XURRSHDQ+HDUW
hin the Northern Sweden MONICA study. -RXUQDO
6FDQGLQDYLDQ -RXUQDO RI &DULQJ 6FLHQFH Thuresson Marie. (2012). 7KHLQLWLDOSKDVHRIDQ
 DFXWHFRURQDU\V\QGURPHV\PSWRPVSDWLH-
Leslie, W. S., Urie, A., Hooper, J., Morrison, C. QWV¶UHVSRQVHWRV\PSWRPHVDQGRSSRUWXQLW\
E. (2000). Delay in calling for help during to reduce time to seek care and to increase
myocardial infraction reasons for the delay ambulance use. Orebro University.
-oo0oo-
132

You might also like