You are on page 1of 6

PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA

DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


(Studi pada Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan)

Faizatul Karimah, Choirul Saleh, Ike Wanusmawatie


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: faizatulkarimah@gmail.com

Abstract: The Management of Village Fund Allocation in Empowering The Society (Study in
Deket Kulon Village Deket Subdistrict Lamongan City). Village fund allocation is a fund of
financial balancing in central and region which is received by a regency or city. In which the
distribution for every village is divided proportionally, it is at least 10 % (ten percent). Village
fund allocation aims to organize the village government and empower the society. This research
uses qualitative method by applying descriptive approach. The result of this research shows that
the management of village fund allocation is in normative and administrative managed well, but it
has not substantially reached the real purposed of empowerment yet. Meanwhile, some
stakeholders haven’t done their works in maximal effort as well, it is only the chief of the village
as the team of manager that dominates the management of village fund allocation. Paternalistic
culture of the villager causes them to be apathetic and to trust fully to the chief of the village
towards the management of village fund allocation, and domination of subdistrict party in
arranging the accountability report that causes the society less independent.

Keywords: the village financial, empowerment, village

Abstrak: Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan masyarakat (Studi pada
Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan). Alokasi dana desa merupakan
dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota yang dalam
pembagiannya untuk setiap desa dibagikan secara proporsional yaitu paling sedikit 10% (sepuluh
persen). Alokasi dana desa ditujukan untuk penyelenggaraan pemerintah desa dan pemberdayaan
masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara normatif dan administratif pengelolaan alokasi dana desa
dilakukan dengan baik, namun secara substansi masih belum menyentuh makna pemberdayaan
yang sesungguhnya. Selain itu, beberapa stakeholders juga belum melaksanakan perannya secara
maksimal, hanya kepala desa selaku tim pelaksana yang mendominasi pengelolaan alokasi dana
desa tersebut. Budaya paternalistik masyarakat desa menyebabkan masyarakat bersikap acuh dan
menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada kepala desa terhadap pengelolaan alokasi dana desa,
serta dominasi pihak kecamatan dalam penyusunan surat pertanggung jawaban yang menyebabkan
kurangnya kemandirian desa.

Kata kunci: keuangan desa, pemberdayaan, desa

Pendahuluan desa adalah urusan pemerintahan yang menjadi


Negara Kesatuan Republik Indonesia telah kewenangaan kabupaten/kota yang diserahkan
mengatur keberadaan desa dalam Undang- pengaturannya kepada desa” (UU Nomor 72
Undang Nomor 22 tahun 1999 yang telah direvisi tahun 2005). Pembangunan desa merupakan
melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 salah satu urusan yang menjadi kewenangan
tentang Pemerintahan Desa. Lebih lanjut desa. Sebagai implikasi dari penyelenggaraan
Undang-Undang tersebut mengatur tentang pembangunan tersebut, tentu saja akan
keberadaan organisasi pemerintahan yang berada membutuhkan pembiayaan atau sumber-sumber
di desa. Kedepannya diharapkan setiap desa, penerimaan desa.
supaya bisa melakukan proses pembangunan di Salah satu sumber penerimaan desa yaitu
daerahnya masing-masing dengan mengatur dan dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
mengurus sendiri rumah tangganya. Salah satu yang diterima oleh kabupaten/kota yang dalam
hal mendasar yang menjadi urusan pemerintahan pembagiannya untuk setiap desa dibagikan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 597-602| 597


secara proporsional yaitu paling sedikit 10% 2. Pemerintahan Desa
(sepuluh persen) yang disebut dengan alokasi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
dana desa. Selanjutnya, anggaran alokasi dana menyebutkan bahwa desa adalah kesatuan
desa tersebut akan digunakan sebagai penunjang masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
kegiatan otonomi desa agar dapat maksimal wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
dalam memberikan pelayanan, pembangunan, mengurus kepentingan masyarakat setempat,
serta pemberdayaan masyarakat ditingkat berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat
pedesaan. Oleh karena itu, jika anggaran tersebut setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
dikelola secara baik dan jujur maka hasil pemerintahan Negara Kesatuan Republik
kegiatan otonomi desa, khususnya pemberdayaan Indonesia.
masyarakat akan terlihat jelas. Sedangkan pemerintah desa merupakan
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam unsur penyelenggara pemerintah yang terdiri atas
pelaksanaan pengelolaan alokasi dana desa peran kepala desa dan perangkat desa. Dalam
serta masyarakat juga menjadi hal yang penting menjalankan tugas-tugasnya, pemerintah desa
terutama dalam proses pengambilan keputusan dipimpin oleh kepala desa dibantu oleh sekretaris
dan pelaksanaan kegiatan yang menyangkut desa dan perangkat desa yang terdiri atas kepala-
kebutuhan masyarakat desa. Selain itu, kepala urusan, pelaksana urusan, dan kepala
diperlukan juga adanya kerjasama yang baik dusun. Untuk mengatur dan mengurus
antara aparatur desa dengan masyarakat dalam urusannya, pemerintah desa membuat peraturan
setiap tahapan-tahapan pengelolaan alokasi dana desa yang disusun oleh kepala desa bersama
desa. Jika hal tersebut berjalan dengan baik dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
makan besar kemungkinan masyarakat dapat 3. Alokasi Dana Desa
lebih mengembangkan diri untuk mencapai Menurut Rozaki dkk (2005, h.120)
kemajuan bersama seperti yang diharapkan dari sesungguhnya kebijakan alokasi dana desa yang
program ini yaitu terciptanya masyarakat yang telah dijalankan memiliki tujuan besar yang
lebih berdaya. Selain melibatkan masyarakat, kurang lebih sama yaitu merombak ortodoksi
kegiatan pengelolaan alokasi dana desa juga turut pemerintah kabupaten dalam memberikan
melibatkan beberapa stakeholders seperti karang kewenangan, pelayanan dan bantuan keuangan
taruna, tim penggerak PKK, serta Badan kepada pemerintahan di level bawahnya (desa).
Permusyawaratan Desa (BPD). Stakeholders Pola kebijakan pemerintahan kabupaten yang
tersebut diharapkan mampu untuk saling bekerja semula dominan dan sentralis, melalui metode
sama dalam pelaksanaan pengelolaan alokasi alokasi dana desa ini berubah menjadi
dana desa. partisipatif, responsif, dan dijalankan melalui
asas desentralisasi.
Tinjauan Pustaka Alokasi dana desa merupakan bagian dari
1. Administasi Keuangan keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil
Menurut The Liang Gie (1987, h.18) pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan
administrasi keuangan diartikan sebagai suatu keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
subkonsep atau tata keuangan sebagai suatu kabupaten untuk desa paling sedikit 10 %
proses, yaitu rangkaian kegiatan penataan yang (sepuluh persen). Seluruh kegiatan yang berasal
berupa penyusunan anggaran belanja, penentuan dari anggaran alokasi dana desa direncanakan,
sumber biaya, cara pemakaian, pembukuan, dan dilaksanakan, dan dievaluasi secara terbuka
pertanggungjawaban atas pembiayaan dalam dengan melibatkan seluruh masyarakat desa.
kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. 4. Pemberdayaan Masyarakat
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh Menurut Adisasmita (2013, h.78)
administrasi keuangan adalah pertanggung pemberdayaan masyarakat adalah upaya
jawaban, efisiensi dan/atau efektivitas dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
pengadaan dana serta dalam penggunaan dana. masyarakat perdesaan secara lebih efektif dan
Administrasi keuangan menerapkan fungsi- efisien, baik dari (a) aspek masukan atau input
fungsi pokok manajemen pada umumnya. Salah (sumberdaya manusia, dana, peralatan/sarana,
satu fungsi manajemen yang sederhana dan dapat data, rencana, dan teknologi; (b) dari aspek
diterapkan dalam administasi keuangan adalah proses (pelaksanaan, monitoring, dan
fungsi yang dikemukakan oleh Terry dalam pengawasan); (c) dari aspek keluaran atau output
Siagian (1990, h.105) yaitu fungsi Planning (pencapaian sasaran, efektivitas, dan efisiensi).
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Tujuan pemberdayaan masyarakat menurut
Actuating (Penggerakan atau Pelaksanaan), Sumaryadi (2005, h.25) pada dasarnya yaitu
Controlling (Pengawasan) atau yang biasa untuk membantu pengmbangan manusiawi yang
disebut dengan P.O.A.C. otentik dan integral dari masyarakat yang lemah,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 597-602| 598


miskin, marjinal dan kaum kecil serta untuk tersebut peneliti bisa mendapatakan sumber data
memberdayakan kelompok masyarakat tersebut primer maupun sekunder dengan cara wawancara
secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan metode analisis model interakatif milik Miles
dasar hidup mereka namun sanggup berperan dan Huberman yang terdiri dari reduksi data,
serta dalam pengembangan masyarakat. penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Menurut Elliot dalam Sumaryadi (2005,
h.150) ada tiga strategi pendekatan yang dipakai Pembahasan
dalam proses pemberdayaan masyarakat, antara 1. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam
lain: (a) the walfare approach yaitu membantu Pemberdayaan Masyarakat
memberikan bantuan kepada kelompok- Pengelolaan alokasi dana desa merupakan
kelompok tertentu, misalnya mereka yang bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan
terkena musibah bencana alam dan pendekatan keuangan desa dalam Anggaran Pendapatan dan
ini tidak dimaksudkan untuk memberdayakan Belanja Desa (APBDes). Perlu diketahui bahwa
rakyat dalam menghadapi proses politik dan alokasi dana desa bukan merupakan bantuan
kemiskinan rakyat, (b) the development melainkan dana bagi hasil atau perimbangan
approach, pendekatan ini memusatkan perhatian antara pemerintah kabupaten/kota dengan desa
pada pembangunan peningkatan kemandirian, sebagai wujud dari pemenuhan hak desa untuk
kemampuan, dan keswadayaan masyarakat, (c) penyelenggaran otonomi desa.
the empowerment approach, pendekatan ini Sampai dengan tahun 2013, anggaran
melihat kemiskinan sebagai akibat proses politik alokasi dana desa yang diterima oleh Pemerintah
dan berusaha memberdayakan atau melatih Desa Deket Kulon yaitu sebesar Rp. 41.500.000,-
rakyat untuk mengatasi ketidakberdayaannya. yang kemudian digunakan untuk biaya
penyelenggaraan pemerintahan desa dan untuk
Metode Penelitian biaya pemberdayaan masyarakat. dalam rangka
Penelitian ini menggunakan metode mendukung kelancaran pelaksanaan pengelolaan
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus alokasi dana desa, maka dibentuklah organisasi
dari penelitian ini yaitu: pengelolaa alokasi dana desa yang meliputi tim
1. Pengelolaan alokasi dana desa dalam pembina tingkat kabupaten, tim pengendali
pemberdayaan masyarakat tingkat kecamatan, dan tim pelaksana tingkat
a. Perencanaan alokasi dana desa desa. Adapun pengelolaan alokasi dana desa
b. Mekanisme penyaluran dan pencairan Deket Kulon terdiri dari beberapa mekanisme
alokasi dana desa yaitu:
c. Pelaksanaan alokasi dana desa Pertama, perencanaan awal dalam alokasi
d. Pengawasan alokasi dana desa dana desa yang merupakan tahap paling awal
e. Pertanggungung jawaban alokasi dana dari kegiatan pengelolaan alokasi dana desa.
desa Kegiatan perencanaan bertujuan untuk menyusun
f. Transparansi alokasi dana desa rencana kegiatan secara partisipatif sekaligus
2. Peran stakeholders pada pengelolaan alokasi menetapkan alokasi anggaran yang dituangkan
dana desa dalam Daftar Rencana Kegiatan (DRK). Setelah
a. Kepala desa DRK tersusun, selanjutnya kepala desa selaku
b. Karang taruna penanggung jawab membentuk tim pelaksana
c. Tim penggerak PKK alokasi dana desa yang terdiri dari Pelaksana
d. Masyarakat desa Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD)
e. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan bendahara desa.
3. Hasil-hasil pemberdayaan masyarakat dari Kedua, penyaluran alokasi dana desa
anggaran alokasi dana desa dilakukan setelah DRK alokasi dana desa yang
a. Pemberdayaan lingkungan telah disusun dan disepakati beserta lampiran-
b. Pemberdayaan manusia lampiran kelengkapan administrasi disampaikan
4. Faktor penghambat dan faktor pendukung kepada camat untuk diteliti. Selanjutnya, secara
pengelolaan alokasi dana desa kolektif camat menyampaikan kepada Badan
a. Faktor penghambat alokasi dana desa Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten
b. Faktor pendukung alokasi dana desa Lamongan dan diteruskan kepada Dinas
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten (DPPKA) Kabupaten Lamongan untuk diproses
Lamongan, sedangkan situs penelitiannya yaitu pencairaannya melalui PT. Bank Jatim cabang
Kantor Pemerintahan Desa Deket Kulon. Hal ini Lamongan. Pencairan anggaran alokasi dana
dikarenakan melalui lokasi dan situs penelitian desa dilakukan 2 (dua) tahap dalam setahun,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 597-602| 599


yakni sebesar 50% (lima puluh persen) pada Permusyawaratan Desa (BPD). Stakeholders
tahap pertama dan sebesar 50% (lima puluh tersebut diharapkan mampu melaksanakan
persen) pada tahap kedua. program tersebut secara tertib, efektif, efisien,
Ketiga, pelaksanaan alokasi dana desa yang serta dilakukan secara transparan dan dapat
merupakan tahap realisasi dari seluruh rencana dipertanggungjawabkan secara teknis dan
kegiatan pengelolaan alokasi dana desa yang administratif.
telah disepakati. Alokasi dana desa yang diterima Kepala desa selaku penanggungjawab
digunakan untuk biaya penyelenggaran kegiatan pengelolaan alokasi dana desa
pemerintah yang diserahkan pada masing- mempunyai beberapa peranan yang meliputi: (a)
masing-masing pos dan untuk biaya mengadakan sosialisasi pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat diserahkan kepada alokasi dana desa, (b) membentuk tim pelaksana
tim pelaksana tingkat desa yang nantinya akan tingkat desa, (c) membuat Daftar Rencana
dipertanggungjawabkan kepada kepala desa. Kegiatan (DRK) alokasi dana desa yang
Pelaksana kegiatan tersebut meliputi kepala desa, dilakukan bersama lembaga-lembaga terkait dan
karang taruna, tim pengerak PKK, Badan tokoh masyarakat, dan (d) mendampingi
Permusyawaratan Desa (BPD), serta masyarakat bendahara desa pada saat pencairan alokasi dana
desa. desa.
Keempat, pengawasan alokasi dana desa Stakeholders lainnya yaitu karang taruna
yang diperlukan agar pelaksanaan tugas yang dan tim penggerak PKK yang kontribusinya
telah ditetapkan terhindar dari penyimpangan- sama yaitu pada penyusunan Daftar Rencana
penyimpangan. Pengawasan tersebut meliputi Kegiatan (DRK) alokasi dana desa dan
pengawasan langsung yang dilakukan oleh pelaksanaan kegiatan khususnya pada
kepala desa kepada para tim pelaksana pembangunan infrastruktur. Selain itu, karang
pengelolaan alokasi dana desa dan pengawasan taruna melaksanakan penyelenggaraan
tidak langsung yang berupa laporan tertulis yaitu pemberdayaan masyarakat terutama generasi
Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) alokasi dana muda dengan mendayagunakan sumber dan
desa. Disisi lain, pengawasan yang dilakukan potensi tersebut untuk belanja perlengkapan
oleh masyarakat desa masih belum nampak olahraga dan seni sebagai penunjang kegiatan
bahkan masyarakat cenderung tidak peduli kepemudaan di desa. Sedangkan tim penggerak
dengan adanya program tersebut. Padahal PKK melaksanakan penyelenggaraan masyarakat
pengawasan dari masyarakat sangat diperlukan dengan mendayagunakan anggaran alokasi dana
untuk menghindari terjadinya kesalahan, desa untuk kegiatan simpan pinjam ibu-ibu PKK
penyeleweangan atau hal-hal lain yang tidak sebagai upaya pelaksanaan program PKK yang
dinginkan. berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di desa.
Kelima, pertangungjawaban alokasi dana Masyarakat desa yang nantinya akan
desa yang dilakukan secara administratif dalam memperoleh manfaat secara langsung dari
bentuk Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) dengan adanya program ini dituntut untuk turut berperan
format keuangan yang sudah ditentukan dalam serta dalam setiap tahapan pengelolaan alokasi
peraturan yang berlaku. Pertanggungjawaban dana desa. Namun, beberapa masyarakat bahkan
tersebut merupakan wujud dari masih belum mengetahui adanya program
pertanggungjawaban administratif desa kepada tersebut dikarenakan sosialisasinya yang tidak
pemerintah di atasnya, sedangkan pertanggung- merata. Hal tersebut kemudian menyebabkan
jawaban pemerintah desa kepada masyarakat masyarakat menjadi acuh dan mempercayakan
masih belum nampak. pelaksanaan pengelolaan alokasi dana desa
Keenam, transparansi alokasi dana desa kepada para tim pelaksana. Padahal seharusnya
yang hanya dilakukan dengan mengadakan masyarakatlah yang paling mempunyai peranan
pertemuan dengan perwakilan masyarakat dan dalam program tersebut karena kembali pada
lembaga-lembaga terkait yang membahas tujuan sesungguhnya yaitu pemberdayaan
pertanggungjawaban alokasi dana desa. masyarakat.
Sedangkan masyarakat tidak mempunyai Stakeholders lainnya yaitu Badan
antusiasme dengan upaya yang dilakukan Permusyawaratan Desa (BPD), meskipun tidak
pemerintah desa tersebut. memiliki kaitan kepentingan secara langsung
2. Peran Stakeholders dalam Pengelolaan BPD juga turut berperan dalam pengelolaan
Alokasi Dana Desa alokasi dana desa karena BPD mempunyai hak
Terdapat beberapa stakeholders yang untuk melakukan pengawasan dan bersama
terlibat dalam pengelolaan alokasi dana desa dengan pemerintah desa bertanggung jawab
yaitu kepala desa, karang taruna, tim penggerak dalam kegiatan tersebut. Peranan BPD lainnya
PKK, masyarakat desa, dan Badan yaitu turut berkontribusi pada tahap perencanaan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 597-602| 600


penyusunan Daftar Rencana Kegiatana (DRK) cenderung bersikap acuh dan memberikan
alokasi dana desa dan turut serta bersama kepercayaan sepenuhnya kepada kepala desa.
masyarakat bergotong royong dalam pelaksanaan Hal tersebut menyebabkan tidak semua
pembangunan infrastruktur desa. masyarakat tahu tentang adanya program
3. Hasil-Hasil Pemberdayaan Masyarakat pengelolaan alokasi dana desa tersebut dan juga
dari Anggaran Alokasi Dana Desa mengakibatkan rendahnya pengawasan dari
Pemberdayaan masyarakat diharapkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
mampu menekankan pada 3 (tiga) komponen Padahal pengawasan dari masyarakat sangat
penting yaitu pemberdayaan lingkungan, diperlukan untuk menghindari hal-hal yang tidak
pemberdayaan ekonomi, dan pemberdayaan diinginkan terjadi.
manusia. Namun, di Desa Deket Kulon Selain itu, dominasi pihak kecamatan
menekankan hanya pada pemberdayaan dalam penyusunan Surat Pertanggung Jawaban
lingkungan dan pemberdayaan manusia saja. (SPJ) alokasi dana dianggap dapat menghambat
Pemberdayaan lingkungan dialokasikan kemandirian desa. Padahal tugas dari tim
untuk pembangunan sarana/prasarana fisik yang pengendali kecamatan hanya melakukan
dapat menunjang mobilitas masyarakat desa. Di bimbingan teknis administrasi keuangan kepada
Desa Deket Kulon masih ada beberapa poros tim pelaksana tingkat desa.
jalan yang mulai rusak dan dianggap b. Faktor Pendukung
mengganggu akses perjalanan masyarakat Berdasarkan hasil penelitian dan
setempat. Hal tersebut yang mendasari untuk pengamatan yang telah dilakukan, diketahui
menggunakan anggaran alokasi dana desa untuk bahwa faktor-faktor yang mendukung
pembangunan jalan skala kecil. Namun disisi pelaksanaan kegiatan alokasi dana desa yaitu
lain, hal tersebut bertentang dengan makna adanya peraturan perundang-undangan yang jelas
pemberdayaan lingkungan yang sesungguhnya sehingga tim pelaksana dapat melakukan
yaitu sebagai program perawatan dan pelestarian tugasnya dengan baik. Peraturan perundang-
lingkungan. Alangkah baiknya jika biaya undangan yang ada juga memudahkan tim
pemberdayaan lingkungan digunakan untuk pelaksana untuk membagi anggaran alokasi dana
penanaman pohon kembali atau penghijauan dan desa disetiap pos-posnya.
upaya pelestarian lingkungan lainnya. Selain itu, tingkat partisipasi masyarakat
Sedangkan pemberdayaan manusia Desa Deket Kulon dalam pelaksanaan kegiatan
dialokasikan untuk menunjang kegiatan juga sangat tinggi. Hal tersebut dibuktikan
kepemudaan melalui karang taruna yang dengan budaya gotong royong masyarakat yang
digunakan untuk belanja perlengkapan olahraga sangat baik, khususnya pada tahap pelaksanaan.
dan seni. Pemberdayaan manusia lainnya Dengan diberdayakannya masyarakat melalui
digunakan untuk menunjang program PKK yaitu gotong royong secara tidak langsung pemerintah
kegiatan simpan pinjam yang berkaitan dengan desa memberikan bimbingan dan dukungan agar
kesejahteraan keluarga di desa. masyarakat mampu menjalankan perannya agar
Anggaran pemberdayaan tersebut masih kemudian tidak terjatuh ke dalam posisi yang
didominasi bantuan dari pemerintah, sedangkan lemah dan terpinggirkan.
swadaya masyarakat masih belum nampak.
Pemberdayaan manusia dapat dikatakan masih Kesimpulan
sebatas dana dari pemerintah untuk rakyat. Jadi Pengelolaan alokasi dana desa dalam
dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon
manusia di Desa Deket Kulon dikategorikan Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan secara
sebagai pemberdayaan yang berupa support dan normatif dan admistratif sudah baik. Namun,
pemberdayaan tersebut belum menyentuh secara substansi ada beberapa hal yang harus
pemberdayaan yang sesungguhnya yaitu diperbaiki yaitu partisipasi masyarakat pada
pemberdayaan emansipatoris dimana dana tahap perencanaan, pengawasan, pertanggung-
pemberdayaan bersumber dari masyarakat yang jawaban, dan transparansi yang belum maksimal
digunakan oleh masyarakat itu sendiri. karena masyarakat tidak banyak mengetahui
4. Faktor Penghambat dan Faktor akan adanya kegiatan tersebut.
Pendukung Pengelolaan Alokasi Dana Peran stakeholder pada pengelolaan alokasi
Desa dana desa dalam pemberdayaan masyarakat Desa
a. Faktor Penghambat Deket Kulon masih belum maksimal. Hanya
Faktor penghambat dalam pelaksanaan kepala desa yang terlibat aktif dalam setiap
kegiatan alokasi dana desa yaitu budaya tahapan pengelolaan alokasi dana desa mulai dari
paternalistik yang masih melekat pada perencanaan, mekanisme penyaluran dan
masyarakat desa Deket Kulon sehingga mereka pencairan dana, pelaksanaan, pengawasan,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 597-602| 601


pertanggungjawaban sampai pada transparansi Saran
anggaran. Sedangkan stakeholder lain seperti Pemerintah desa harus mampu mendorong
karang taruna, tim penggerak, masyarakat dan tingkat partisipasi masyarakat yaitu dengan
BPD peranannya hanya sebatas pada tahap membuka ruang bagi masyarakat untuk turut
perencanaan yaitu keikutsertaan dalam penyusun mengambil bagian didalamnya. Hal tersebut bisa
Daftar Rencana Kegiatan (DRK) dan tahap dilakukan dengan membuka forum-forum dialog
pelaksanaan dengan terlibatnya dalam antara pemerintah desa dengan masyarakat atau
pembangunan infrastruktur Desa Deket Kulon. bisa juga dilakukan dengan kerja sama antara
Hasil-hasil pemberdayaan masyarakat Desa pemerintah desa dan lembaga kemasyarakatan
Deket Kulon yang didanai oleh anggaran alokasi lainnya untuk menjalin komunikasi dengan
dana desa meliputi pemberdayaan lingkungan masyarakat. Dengan cara tersebut, secara tidak
dan pemberdayaan manusia. Wujud dari langsung dapat merangsang partisipasi
pemberdayaan lingkungan hanya berupa masyarakat dalam menyuarakan aspirasi mereka.
pembangunan infrastruktur jalan yang tidak Pemerintah desa seharusnya memiliki
sesuai dengan makna pemberdayaan lingkungan keterbukaan dalam hal pertanggungjawaban
sesungguhnya yaitu upaya untuk perawatan dan anggaran ADD kepada masyarakat desa. Hal
pelestarian lingkungan. Sedangkan wujud dari tersebut bisa dilakukan dengan menulis dan
pemberdayaan manusia berupa biaya operasional menempelkan penggunaan anggaran ADD di
untuk pembinaan organisasi kepemudaan melalui papan pengumuman desa karena masyarakat juga
karang taruna dan pemberdayaan wanita melalui mempunyai hak untuk mengetahui penggunaan
PKK. anggaran ADD tersebut.
Faktor yang mendukung pengelolaan ADD Untuk Pemerintah Kabupaten Lamongan,
yaitu adanya peraturan yang jelas sehingga para perlu adanya perbaikan dalam Peraturan Bupati
tim pelaksana tidak kebingungan dalam Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman
mengelola anggaran ADD dan tingkat partisipasi Pelaksanaan Alokasi Dana Desa yang secara
masyarakat yang tinggi dalam proses tersurat menuliskan bahwa pemberdayaan
pelaksanaan. Sedangkan faktor penghambatnya lingkungan dialokasikan untuk pembangunan
yaitu sosialisasi yang kurang mendalam kepada sarana atau prasarana fisik yang dapat
masyarakat sehingga tidak semua masyarakat menunjang kegiatan ekonomi dan dapat
tahu tentang program ADD yang kemudian mendorong percepatan kemajuan desa. Padahal
menyebabkan rendahnya pengawasan tujuan dari pemberdayaan lingkungan yang
masyarakat pada kegiatan ADD dan dominasi sesungguhnya adalah perawatan dan pelestarian
pemerintah kecamatan terhadap penyusunan lingkungan supaya antara yang diperintah dan
Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) ADD lingkungannya terdapat hubungan saling
menyebabkan kurangnya kemandirian desa. menguntungkan, bukan hanya sebatas
pembangunan sarana atau prasarana fisik saja.

Daftar Pustaka

Adisasmita, Rahardjo. (2013). Pembangunan Perdesaan: Pendekatan Partisipatif, Tipologi, Strategi,


Konsep Desa Pusat Pertumbuhan. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa (c. 3) Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri (2007) Kader Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta, Menteri Dalam Negeri.
Kementerian Dalam Negeri (2007) Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta, Menteri Dalam
Negeri.
Rozaki, Abdur, dkk. (2005). Prakarsa Desentralisasi dan Otonomi Desa. Yogyakarta, IRE Press.
Siagian, Sondang. (1990). Filsafat Administrasi. Cet. 21. Jakarta: CV. Haji Masagung
Sumaryadi, I Nyoman. (2005). Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta, Citra Utama.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta.
Sumodiningrat, Gunawan. (1999). Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta,
Gramedia Pustaka Umum.
The Liang Gie. (1987). Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi. Yogyakarta,
Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi.
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (c.1) Jakarta, Direktorat Jenderal
Otonomi Daerah.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 597-602| 602

You might also like