Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Halusinasi PDF
Jurnal Halusinasi PDF
1/Juni/2012
Abdul Jalil
Perawat Praktisi di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
Abstract
1
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
malam hari. Respon halusinasi dapat halusinasi dengan durasi halusinasi pasien
dirasakan menyenangkan atau skizofrenia di RSJ Prof dr. Soeroyo
mengganggu. Pasien Skizofrenia yang Magelang. Tujuan khusus yang hendak
mengalami halusinasi yang isinya diketahui adalah: mengetahui gambaran
mengganggu berisiko melakukan perilaku tentang faktor presipitasi, gambaran respon
kekerasan yang diarahkan pada dirinya halusinasi, gambaran waktu munculnya
sendiri, diarahkan orang lain maupun halusinasi, dan gambaran durasi halusinasi
lingkungan(4). pada pasien skizofrenia. Dalam penelitian
Ketika pasien merasakan halusinasi ini juga akan mengetahui pengaruh faktor
tersebut sebagai pengalaman yang presipitasi munculnya halusinasi terhadap
menanggu, maka pasien tersebut akan durasi halusinasi, pengaruh respon
berusaha mengatasi dengan caranya halusinasi terhadap durasi halusinasi dan
sendiri. Demikian juga ketika halusinasi pengaruh waktu munculnya halusinasi
yang dialami menyenangkan, maka pasien terhadap durasi halusinasi pada pasien
juga akan menikmatinya. Mengetahui halusinasi.
respon halusinasi yang dialami pasien
sangat penting untuk menetapkan Metodologi Penelitian
intervensi yang tepat. Sayangnya saat ini
belum ada hasil penelitian yang Penelitian ini merupakan penelitian
menggambarkan respon halusinasi yang korelasional dengan desain kohort design.
dirasakan oleh pasien. Selain respon pasien Subjek penelitian ini adalah pasien
terhadap halusinasi, waktu terjadinya skizofrenia yang dirawat terutama pada
halusinasi juga penting untuk diketahui, fase maintenance. Objek penelitian ini
karena waktu terjadinya halusinasi sangat adalah faktor presipitasi, respon halusinasi,
menentukan jenis intervensi atau tehnik waktu halusinasi muncul dan durasi
mengontrol halusinasi yang tepat. Belum halusinasi. Unit analisis adalah pasien
ada hasil penelitian yang menunjukkan skizofrenia sebanyak 127 orang yang
karakteristik waktu terjadi halusinasi pada diambil dengan tehnik isidental sampling.
pasien Skizofrenia. Di Bangsal P3 RSJ Untuk mengumpulkan data karateristik
Prof Dr. Soeroyo Magelang, Masalah halusinasi pasien skizofrenia ini
keperawatan halusinasi menempati urutan menggunakan instrumen penelitian berupa
pertama masalah keperawatan yang kuesioner yang berbentuk check list yang
dialami oleh pasien Skizofrenia, 75,86% dikembangkan sendiri. Sebelum digunakan
adalah halusinasi pendengaran, 24,14% kuesioner dilakukan uji validitas dengan
halusinasi penglihatan. Sebagian besar menggunakan uji validitas diskusi ekspert.
pasien skizofrenia mengalami halusinasi Analisa data dilakukan untuk mengetahui
pada malam dan sore hari. pengaruh karakteristik halusinasi dengan
durasi halusinasi pada pasien skizofrenia
Tujuan Penelitian yaitu uji univariate dengan uji distribusi
frekuensi dan uji bivariate dengan uji Chi
Tujuan umum dari penelitian ini untuk Square.
mengetahui pengaruh karakteristik
2
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
Uji Univariate
1. Karakteristik pasien skizofrenia
3
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
4
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
Pada penelitian ini sebagian besar skizofrenia secara sadar pada saat
responden mengalami halusinasi pada halusinasi dirasakan atau muncul
malam hari, yaitu 39 atau 30,7% dengan melibatkan diri dalam aktivitas
responden bahkan 33 atau 26% fisik baik secara aktif (karena ide
responden mengalami halusinasi setiap pasien sendiri) maupun secara pasif
saat. Hal ini menunjukkan halusinasi (karena ide orang lain) tentang suatu
yang dialami responden dialami pada jenis aktivitas sehingga halusinasi
saat pasien skizofrenia dalam posisi klien dapat terputus atau
(10)
sendiri dan dalam posisi tidak terdistraksi .
meakukan aktivitas. Halusinasi Halusinasi yang dialami pasien
merupakan pencerapan tanpa adanya skizofrenia sering kali muncul pada
rangsang apapun pada panca indera waktu pagi, siang maupun sore hari
seorang pasien, yang terjadi dalam dan dalam kondisi sadar atau tidak
keadaan sadar atau terbangun(9). Dari tertidur. Tidak jarang pada saat
pengertian tersebut, halusinasi dapat halusinasi muncul pasien sedang
terjadi pada saat pagi hari, siang hari, melakukan kegiatan tertentu, misalnya
sore hari maupun malam hari ketika sedang sendirian (melamun), sedang
pasien skizofrenia dalam kondisi sadar menonton televisi, setelah mandi,
atau tidak tidur. Waktu terjadinya makan, setelah bangun tidur maupun
halusinasi dapat pagi hari, siang hari pada saat melakukan aktivitas. Pada
maupun malam hari(4). Hal ini saat bangun tidur di pagi hari, kadang-
disebabkan karena pada saat pagi hari kadang belum ada orang lain yang
banyak aktivitas yang dapat dilakukan bangun sehingga cenderung pasien
oleh responden sehingga tidak hanya sendirian sehingga menjadi
memberikan kesempatan halusinasi melamun. Hal ini dapat memberikan
yang dialami muncul kembali. kesempatan halusinasi muncul
Melakukan aktivitas merupakan suatu kembali. Selain itu pada pagi hari
tindakan yang dilakukan klien khususnya setelah bangun tidur, belum
5
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
6
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
menyerang orang lain. Halusinasi marah dan takut yang dialami pasien
dapat menganggu atau mengancam dan dapat berlanjut pada timbulnya
menakutkan bagi klien, walaupun klien perasaan cemas. Kecemasan
lebih jarang melaporkan halusinasi merupakan ketakutan, ketegangan,
sebagai pengalaman yang kekhawatiran yang penyebabnya tidak
(13)
menyenangkan . Pasien atau diketahui atau tidak dikenal yang
responden yang merasa terganggu berasal dari intrapsikik seperti
dengan halusinasinya membutuhkan halusinasi(15). Respon kecemasan dan
perhatian ekstra dari perawat atau kekhawatiran yang berlebih akibat
orang yang ada di sekitarnya, karena halusinasinya ini dapat membahayakan
halusinasi yang mengganggu sering diri sendiri, orang lain dan lingkungan
menimbulkan kecemasan dan karena isi halusinasi dapat memicu
ketakutan yang berlebih sehingga dapat keinginan untuk mencelekai.
membahayakan orang lain. Halusinasi Halusinasi yang menyenangkan
pendengaran dilaporkan telah menjadi bagi pasien, sering memunculkan
halusinasi yang lebih menakutkan dan respon tindakan yang berbeda dengan
mengancam klien(10). pasien yang mengalami halusinasi
Halusinasi yang dialami pasien yang menyenangkan. Sebagian besar
skizofrenia, selain ada yang pasien halusinasi yang menyenangkan
mengganggu juga terdapat pasien yang menjadi kegirangan dan mengikuti isi
justru senang dengan halusinasinya. halusinasinya(16). Kegirangan yang
Halusinasi pendengaran dapat berupa dialami pasien skizofrenia merupakan
komentar-komentar yang mengancam wujud kegembiraan terhadap
yang sering menganggu klien dalam pengalaman halusinasi yang dialami.
beraktivitas selain itu halusinasi juga Perasaan gembira terjadi karena rasa
dapat berisi suara-suara komentar satu positif, yakni peristiwa atau kejadian
orang atau lebih yang kadang yang menyenangkan terkait dengan
menyenangkan klien atau klien dirinya(17). Isi halusinasi dapat menjadi
cenderung tidak terganggu(14). suatu yang menyenangkan bagi pasien.
Halusinasi yang menyenangkan pasien Pasien yang mengalami halusinadi fase
ini membuat pasien yang mengalami I (comforting) mengalami kecemasan
halusinasi cenderung mendiamkan saja ringan dan sering menunjukkan
dan bahka menikmatinya dengan cara perilaku menyeringai atau tertawa yang
mengikuti isi halusinasinya. Hal-hal tidak sesuai, menggerakkan bibirnya
atau tindakan yang dilakukan pasien tanpa menimbulkan suara, gerakkan
saat mengalami halusinasi dapat mata yang cepat, respon verbal yang
bermacam-macam, hal ini tergantung lambat, diam dan dipenuhi oleh hal
dari respon halusinasinya. Perasaan yang mengasyikkan(18).
7
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
8
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
dalam penelitian ini adalah 3 hari dan pendidikan yang rendah dan adanya
durasi halusinasi terpanjang adalah 42 faktor predisposisi biologis, yaitu
hari. Perbedaan durasi halusinasi ini trauma kepala atau penyakit fisik yang
kemungkinan disebabkan karena lain yang pernah dialami.
adanya respon yang berbeda dalam
menghadapi halusinasi, selain karena
Uji Bivariate
Tabel 6. Pengaruh Presipitasi, Waktu, Respon dengan Durasi Halusinasi Pasien Skizofrenia
Durasi halusinasi
X2 P Value
Presipitasi 14,276 0,027
Waktu 21,445 0,002
Respon 49,355 0,000
Sumber: RSJS Magelang tahun 2009
9
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa ada pengaruh faktor presipitasi dengan durasi
halusinasi pada pasien skizofrenia dengan signifikansi 0,027 atau ada pengaruh pada taraf 5 %.
Faktor presipitasi merupakan pencetus, atau hal-hal yang dapat menjadi stressor munculnya
halusinasi. Jumlah atau banyaknya stressor yang dialami pasien dapat berdampak dari
munculnya halusinasi, sehingga akan berdampak pula pada lamanya halusinasi akan teratasi.
Pasien yang mempunyai faktor presipitasi biopsikososial dan budaya mempunyai durasi
halusinasi yang lebih pendek (≤ 12 hari), dibandingkan dengan yang hanya mengalami satu
jenis presipitasi, misalnya responden yang mengalami presipitasi sosial budaya mempunyai
durasi halusinasi yang lebih panjang. Dengan banyaknya jumlah faktor presipitasi yang dialami
pasien, kemungkinan mempengaruhi kemampuan pasien dalam mengambil keputusan terutama
dalam mencari pertolongan untuk mengatasi halusinasinya. Pengambilan keputusan yang tepat
ini dapat memotivasi pasien untuk proaktif terhadap segala sesuatiu yang disarankan oleh
perawat untuk aktiv melakukan kegiatan harian di ruangan, sehingga dengan demikian
halusinasi yang dirasakan pasien akan terdistraksi dan tidak diberikan waktu untuk muncul
kembali. Saat ini belum ada hasil penelitian yang relevan dengan hasil penelitian ini karena
belum ada penelitian terdahulu yang meneliti tentang pengaruh faktor presipitasi dengan durasi
halusinasi.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh waktu munculnya halusinasi
dengan durasi halusinasi. Adanya pengaruh ini dapat dilihat dari signifikansi yang didapatkan,
yaitu 0,002. Hasil ini kurang dari 0,05 atau 5%, sehingga dapat dikatakan ada pengaruh yang
signifikan waktu halusinasi muncul terhadap durasi halusinasi. Halusinasi yang dialami pasien
atau responden tidak hanya muncul pada pagi hari, siang hari, sore hari atau malam hari, tetapi
juga dialami pasien setia saat. Pasien halusinasi yang mengalami halusinasi pada waktu siang
hari atau pagi hari mungkin tidak akan kesulitan untuk mengontrolnya karena pada saat itu
banyak kegiatan atau aktivitas yang dapat diikuti pasien sehingga dengan sendirinya isi
halusinasi dapat diatasi. Sebaliknya halusinasi yang muncul pada sore hari atau malam hari akan
menyulitkan pasien untuk mengontrolnya karena tidak banyak kegiatan atau aktivitas yang
dapat dilakukan pasien untuk mengontrol halusinasinya. Pasien yang mengalami halusinasi pada
pagi hari mempunyai durasi yang lebih pendek dalam mengatasi halusinasi yaitu ≤ 12 hari
dibandingkan dengan halusinasi yang muncul pada malam hari. Halusinasi yang terjadi pada
saat malam hari tidak memungkinkan pasien melakukan aktivitas fisik, bercakap-cakap dengan
orang lain maupun minum obat karena obat sudah diminum beberapa jam sebelumnya sehingga
mempunyai durasi halusinasi yang lebih panjang. Saat ini belum ada hasil penelitian yang
berhubungan dengan pengaruh waktu munculnya halusinasi dengan durasi halusinasi.
Faktor respon pasien pada saat muncul halusinasi juga menentukan durasi halusinasi.
Respon halusinasi saat halusinasi muncul dapat menentukan kualitas pengambilan keputusan
yang diambil pasien untuk menghadapi pasien. Dalam penelitian ini terdapat pasien yang
terganggu dengan isi halusinasinya dan terdapat pula pasien yang justru senang dengan
halusinasinya. Dalam penelitian ini terdapat pengaruh respon halusinasi dengan durasi
halusinasi dengan signifikansi 0,000 atau 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dirasakan
saat halusinasi muncul akan menentukan tindakan yang dilakukan pasien untuk menghadapi
halusinasinya sehingga akan berpengaruh pada durasi halusinasi. Respon yang menyenangkan
pasien terhadap halusinasi akan menghambat upaya perawat membantu pasien mengontrol
halusinasi, sebaliknya respon yang mengganggu akan membantu perawat dalam membantu
pasien mengontrol halusinasinya. Pasien yang mengatakan takut dengan halusinasinya
10
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
mempunyai durasi halusinasi yang lebih pendek (≤ 12 hari), demikian juga yang jengkel dan
marah dengan halusinasinya mempuyai durasi halusinasi yang pendek, sedangkankan yang
mengalami halusinasi menyenangkan mempunyai durasi halusinasi yang lebih panjang (>12
hari). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon pasien terhadap halusinasi yang dialami
dapat menentukan durasi atau lamanya halusinasi akan teratasi. Sampai saat ini belum ada hasil
penelitian sejenis yang mengambarkan adanya pengaruh respon halusinasi terhadap durasi
halusinasi.
Sebagian besar pasien mengalami halusinasi yang mengganggu dan muncul pada saat malam
hari. Faktor presipitasi halusinasi sebagian besar mengalami jumlah presipitasi yang banyak
(Biopsikososbud). Terdapat pengaruh presipitasi dengan durasi halusinasi, dimana pasien yang
mengalami halusinasi dengan faktor presipitasi yang banyak akan memiliki durasi halusinasi yang
lebih pendek dibandingkan dengan yang mempunyai faktor presipitasi hanya satu. Terdapat
pengaruh waktu dengan durasi halusinasi, dimana halusinasi yang muncul pada saat pagi dan siang
hari akan membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk mengatasinya dibandingkan dengan
halusinasi yang muncul pada sore dan malam hari. Ada hubungan antara respon dengan durasi
halusinasi, pasien yang merasa senang dengan halusinasinya membutuhkan waktu yang lebih
panjang dari pada halusinasi yang menimbulkan respon yang mengganggu (menakutkan atau
membuat marah). Respon pasien terhadap halusinasi merupakan faktor yang menurut peneliti paling
mempengaruhi durasi halusinasi selain faktor waktu munculnya halusinasi. Faktor presipitasi
halusinasi kurang berpengaruh terhadap durasi halusinasi. Direkomendasikan pihak Rumah Sakit
Jiwa membuat sebuah Standar Asuhan Keperawatan (SAK) pada pasien dengan masalah
keperawatan halusinasi. Memasukkan intervensi keperawatan membantu pasien mengenal waktu
munculnya halusinasi dan respon yang dirasakan dan dilakukan saat halusinasi tersebut muncul,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan perawat tentang waktu dan respon halusinasi yang
akhirnya dapat membantu pasien schizophrenia dalam mengajarkan cara kontrol halusinasi yang
tepat. Perawat membantu pasien memilih perilaku mengontrol halusinasi yang adaptif.
Daftar Pustaka
1. Arif, I.S. (2006). Skizofrenia memahami dinamika keluarga pasien. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Refika Aditama
2. Keliat, B.A., (1996). Buku seri keperawatan peran serta keluarga dalam perawatan klien
gangguan Jiwa. (Cetakan II). Jakarta : EGC
3. Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa (terjemahan). Cetakan I. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
4. Dalami E, Suliswati, Rochimah, Suryati, K.R dan Lestari, W. (2009). Asuhan keperawatan
klien dengan gangguan jiwa. Cetakan I. Jakarta : Penerbit Trans info Media
5. Varcarolis, E.M dan Halter, M.J. (2010). Foudations og psychiatric mental health nurring:
a clinical approach, Six edition, Riverport Lane St. Louis, Missouri
6. Stuart, G.W. (2009). Principles and practice of psichiatric nursing. 9th Edition. Mosby,
Inc, an affiliate of Elsevier Inc
7. Townsend, M.C. (2009). Psychiatric mental health nursing consepts of care in evidence-
based practice. Sixth Edition.F.A Davis Company. Philadelphia
11
Jurnal Kesehatan/Vol. 1/No. 1/Juni/2012
8. Suart, G.W dan Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of pssychiatric nursing. 8th
edition. Mosby Inc
9. Maramis, W.F., (2004). Catatan ilmu kedokteran jiwa (terjemahan). (Cetakan kedelapan).
Jakarta : Airlangga Unversity Press
10. Doenges, M.E, Townsend, M.C, Moorhouse, M.F. (2007). Rencana asuhan keperawatan
psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
11. Kapla, H.I, Sadock, B.J dan Grebb, J.A. (2010). Kaplan-Sadock sinopsis psikiatri ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis (terjemahan). Jilid I. Jakarta : Bina Rupa Aksara Publisher
12. Damaiyanti, M. (2008). Komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan. Cetakan I. Yakarta
: Penerbit Refina Aditama
13. Tomb, D. A. (2004). Buku saku psikiatri (terjemahan). Edisi 6. Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran EGC.
14. Schultz dan Videbeck, S.L. (2009). Lippincontt’s Manual of psychiatric nursing care plan.
Eight Edition. Lippincot-raven Pubblishre.
15. Isaacs, A., (2005). Paduan belajar keperawatan kesehatan jiwa & psikiatrik (terjemahan).
Edisi 3. Jakarta: EGC
16. Soehariyadiningsih. (2011). Studi Diskriptif Karakteristik halusinasi pendengaran pada pasien
skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Skripsi. Tidak dipubilikasikan
17. Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Edisi 1. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta
18. Stuart, G.W., (2007). Buku saku keperawatan jiwa (terjemahan). Edisi 5. Jakarta: EGC
19. Fontaine, K.L. (2009). Mental health nursing. 6th edition Pearson Education. Inc
12