You are on page 1of 7

GAMBARAN PENOLAKAN MASYARAKAT

TERHADAP PUNGSI LUMBAL DI BAGIAN NEUROLOGI


BLU RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Selvyani Pasomba
Herlyani Khosama
Junita M. P. Sampoerno

Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: selvyani_pasomba@yahoo.com

Abstract: The examination of cerebrospinal fluid obtained by a lumbar puncture is important


in the diagnosis of CNS infection. There have been no reports of refusals of lumbar punctures
in Manado. This study is a descriptive preliminary using interviews and questionnaires. The
subjects were all patients or families of patients in the inpatient unit at the Department of
Neurology BLU. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado in November 2012. The results showed that
of the total number of 60 respondents, 27 (45%) under advice, agreed to undergo lumbar
punctures; 30 (50%) refused, and 3 (5%) were not able to decide and thus abstained. While
93.3% of respondents knew the definition and indications of lumbar puncture, 86.7% refused
eventhough they knew that the lumbar puncture procedure was important in the management
of the disease; 86.7% assumed that the lumbar puncture was a dangerous procedure; 80% felt
unsure enough to refuse; and 86.7% were afraid to have the lumbar puncture procedure done.
All respondents knew that lumbar puncture had complications. Conclusion: nearly all
respondents who refused knew that the lumbar puncture procedure is important in the
management of the disease, yet they assumed the lumbar puncture was dangerous,
uncomfortable, and felt fearful.
Keywords: lumbar puncture, neurology, refusal description, society.

Abstrak: Pemeriksaan cairan serebrospinal yang diperoleh melalui tindakan pungsi lumbal
penting untuk mendiagnosis infeksi susunan saraf pusat. Meskipun demikian, sering terjadi
penolakan terhadap pemeriksaan ini. Sampai saat ini belum ada laporan tentang gambaran
penolakan pungsi lumbal di Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Subjek penelitian ialah semua pasien atau keluarga pasien di ruang
rawat inap Bagian Neurologi BLU RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado bulan November
2012. Hasil penelitian memperlihatkan jumlah responden sebanyak 60 orang, 27 (45%) setuju
jika seandainya disarankan untuk menjalani pungsi lumbal, 30 (50%) menolak, dan tiga (5%)
tidak dapat memutuskan setuju atau menolak (abstain). Sebanyak 93,3% responden
mengetahui definisi dan indikasi pungsi lumbal, 86,7% responden yang menolak menganggap
pungsi lumbal penting dalam penatalaksanaan penyakit, 86,7% menganggap pungsi lumbal
merupakan tindakan yang berbahaya, 80% responden merasa tidak nyaman, dan 86,7% takut
terhadap pungsi lumbal. Simpulan: hampir seluruh responden yang menolak mengetahui
bahwa tindakan pungsi lumbal penting dalam penatalaksanaan penyakit, dan menganggap
pungsi lumbal sebagai tindakan berbahaya, tidak nyaman dan merasa takut pada tindakan ini.
Kata kunci: pungsi lumbal, neurologi, gambaran penolakan, masyarakat.

13
14 Jurnal e-CliniC (eCl), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm.13-19

Infeksi susunan saraf pusat (SSP) telah untuk penyakit keganasan, mengurangi
lama dikenal sebagai penyakit berbahaya CSS pada hipetensi intrakranial jinak, sete-
yang dapat berkembang cepat dan me- lah pembedahan saraf, serta pada anestesi
nyebabkan kerusakan berat, bahkan kema- spinal.9 Pungsi lumbal dilakukan setelah di-
tian jika tidak dikenali dan ditangani lakukan pemeriksaan neurologi secara
segera.1 Infeksi SSP dapat dibedakan me- keseluruhan untuk meminimalisasi risiko
nurut lokasi utama terjadinya peradangan, tindakan.10
yaitu: meningitis, araknoiditis, ensefalitis, Meskipun pungsi lumbal merupakan
mielitis, atau kombinasi (ensefalomielitis, tindakan yang penting dan relatif aman,
meningoensefalitis).2 namun ternyata terdapat penolakan yang
Jenis infeksi SSP yang paling umum cukup besar terhadap tindakan ini oleh
ialah meningitis akut yang disebabkan virus masyarakat. Pada studi kualitatif yang
sedangkan bentuk yang paling parah ialah dilakukan di Uni Emirat Arab didapatkan
meningitis bakterialis akut.1 Berdasarkan la- bahwa dari 55 keluarga yang diminta
poran dari Center for Disease Control (CDC) persetujuan untuk dilakukan pungsi lumbal
di Amerika Serikat, kejadian meningitis ka- pada anak mereka, 24 (44 %) di antaranya
rena virus cukup besar yaitu 11 per 100.000 menolak; tujuh orang (29%) merasa asing
penduduk per tahun. Selain itu, meningitis dengan pemeriksaan pungsi lumbal; 18
bakterialis akut saat ini menjadi ancaman orang (75%) takut terhadap komplikasi
serius bagi kesehatan global karena di- yang bisa ditimbulkan setelah pemeriksaan
perkirakan terjadi 170 ribu kematian di pungsi lumbal; dan lima orang (21 %)
seluruh dunia akibat penyakit ini.3,4 merasa bahwa pungsi lumbal tidak perlu
Infeksi SSP khususnya meningitis, me- dilakukan.11
rupakan masalah yang serius sehingga di- Pada penelitian di Singapura oleh Ling
butuhkan cara yang akurat dan efisien dan Boey tentang penolakan pungsi lumbal
untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan pada kasus-kasus kejang demam, didapat-
fisik saja tidak cukup untuk mendiagnosis kan dari 77 kasus yang diindikasikan untuk
meningitis secara akurat; untuk itu dibutuh- pemeriksaan pungsi lumbal, 19 pasien
kan analisis cairan serebrospinal (CSS) (25%) menolak menjalani pemeriksaan.
yang diperoleh melalui tindakan pungsi Masyarakat tempat penelitian terdiri dari
lumbal untuk memperkuat diagnosis.5 beberapa etnis yaitu Melayu, Cina, dan
Informasi yang dihasilkan melalui peme- India. Setiap etnis memiliki sosio-budaya
riksaan cairan serebrospinal sangat penting tersendiri serta cara pandang berbeda
dan bernilai sebagai alat bantu diagnostik terhadap pungsi lumbal yang berpengaruh
dalam mengevaluasi kondisi peradangan, terhadap keputusan untuk menerima atau
perdarahan sub-araknoid, serta penyakit menolak pemeriksaan pungsi lumbal.12
yang memengaruhi tekanan intrakranial.6 Di Indonesia termasuk kota Manado,
Pungsi lumbal adalah tindakan yang belum pernah dipublikasikan di media il-
dilakukan untuk memperoleh CSS serta miah nasional atau internasional yang
untuk mengetahui keadaan lintasan cairan membahas tentang penolakan pungsi lum-
tersebut.7 Sejak diperkenalkan pada tahun bal pada kasus neurologi, sehingga in-
1890, pungsi lumbal telah menjadi peme- formasi mengenai hal-hal yang mempeng-
riksaan neuro-diagnostik yang sering dila- aruhi penolakan tersebut belum diketahui.
kukan di bidang neurologi. Hal ini disebab-
kan karena kebutuhan untuk pengambilan
METODE PENELITIAN
CSS serta pengukuran tekanan pembukaan
untuk diagnosis banding dan tidak lanjut Penelitian ini merupakan suatu pene-
terhadap pemantauan penyakit infeksi pada litian pendahuluan yang bersifat deskriptif
sistem saraf.8 Selain indikasi diagnostik, dengan metode wawancara menggunakan
pungsi lumbal juga mempunyai indikasi kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan se-
terapeutik misalnya kemoterapi intratekal lama satu bulan, yaitu pada bulan November
Pasomba, Khosama, Sampoerno; Gambaran Penolakan Masyarakat... 15

2012. Subjek penelitian ialah semua pasien Distribusi responden berdasarkan


erdasarkan usia
atau keluarga pasien di ruang rawat inap Responden yang menolak tindakan
Bagian Neurologi BLU RSUP RSU Prof. Dr. R. pungsi lumbal sebagian bes
besar berada pada
D. Kandou Manado bulan November 2012. kelompok usia 41–50
50 tahun (Tabel 1).
Kriteria inklusi ialah semua subjek pe-
pe
nelitian, sedangkan criteria eksklusi ialah
pasien atau keluarganya yang setuju dengan Tabel 1. Distribusi responden bberdasarkan usia
pungsi lumbal tetapi tidak
idak mampu mengisi
Usia Frekuensi Persentase
kuesioner.
(tahun) (n) (%)
Variabel penelitian terdiri dari: usia,
20 – 30 7 23,3
jenis kelamin, pendidikan
endidikan terakhir,
terakhir penge- 31 – 40 5 16,7
tahuan tentang pungsi lumbal,
lumbal dan sikap 41 – 50 12 40,0
terhadap pungsi lumbal. 51 – 60 6 20,0
Pengolahan data dalam penelitian ini Total 30 100,0
menggunakan SPSS versi 20, untuk men- men
deskripsikan variabel penelitian dalam ben-
ben
tuk distribusi frekuensi.
Distribusi responden
esponden berdasarkan
pendidikan
HASIL Responden yang menolak tindakan
Jumlah Responden pungsi lumbal terbanyak
banyak be
berlatar belakang
pendidikan SMA/sederajat
sederajat (Tabel 2).
Jumlah responden yang bersedia
diwawancara sebanyak 60 orang. Sebanyak
27 (45%) responden setuju jika seandainya Tabel 2.. Distribusi responden berdasarkan
disarankan untuk menjalani pungsi lumbal; pendidikan.
30 (50%) menolak, dan 3 (5%)
(5 tidak dapat
memutuskan setuju atau menolak (abstain) Pendidikan Frekuensi Persentase
(Gambar 1). terakhir (n) (%)
SD 7 23,3
SMP 7 23,3
SMA (sederajat) 13 43,3
Abstai D1-D3 2 6,7
n S1 1 3,3
5% Total 30 100,0
Setuju
Menola 45%
k Pengetahuan Responden
50%
Pengetahuan responden tentang tin tin-
dakan pungsi lumbal diperlihatkan pada
Tabel 3.
Dari Tabel 3 terlihat bahwa hampir
Gambar 1.. Sebaran responden berdasarkan
semua responden mengetahui bahwa pung pung-
sikap terhadap tindakan pungsi lumbal.
si lumbal merupakan tindakan mengambil
cairan otak dan memiliki manfaat dalam
Karakteristik responden yang menolak mendiagnosis penyakit di susunan saraf
tindakan pusat, namun hanya 36,7% yang mengeta
mengeta-
hui bahwa salah satu indikas
indikasi pungsi lum-
Distribusi responden berdasarkan jenis
j bal ialah bayi yang demam tanpa sebab yag
kelamin jelas. Seluruh responden mengetahui bahwa
Dari 30 responden yang menolak, 25 terdapat komplikasi dari tindakan pungsi
(83,3%)) berjenis kelamin perempuan. lumbal. Sebagian besar responden belum
16 Jurnal e-CliniC (eCl), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm.13-19

pernah mendengar tentang pungsi lumbal dirinya disarankan menjalani tindakan


baik dari keluarga maupun orang yang per- pungsi lumbal. Namun demikian, 86,7 %
nah menjalani tindakan ini. responden mengetahui bahwa tindakan
pungsi lumbal penting dalam penatalaksa-
Sikap responden naan penyakit. Sebagian besar responden
Hasil penelitian mengenai sikap res- merasa tidak nyaman (80%) dan takut
ponden terhadap pungsi lumbal diuraikan (86,7%) terhadap tindakan pungsi lumbal.
pada Tabel 4. Tidak ada responden yang menyatakan
Sebanyak 86,7% responden mengang- bahwa budaya, adat istiadat, atau agama
gap pungsi lumbal sebagai tindakan ber- melarang pungsi lumbal.
bahaya dan seluruh responden menolak jika

Tabel 3. Distribusi pengetahuan responden tentang pungsi lumbal.


Benar/Ada/Pernah Salah/Tidak Total
Pengetahuan responden
(%) (%) (%)
Pengertian tentang pungsi lumbal
sebagai tindakan untuk mengambil 28 (93,3%) 2 (6,7%) 30 (100%)
cairan otak
Pungsi lumbal sebagai cara menen-
23 (76,7%) 7 (23,3%) 30 (100%)
tukan diagnosis penyakit di SSP
Pungsi lumbal sebagai cara men-
deteksi penyakit radang pada susun- 27 (90%) 3 (10%) 30 (100%)
an saraf pusat
Pungsi lumbal sebagai cara menen-
tukan penyakit radang pada selaput 26 (86,7%) 4 (13,3%) 30 (100%)
otak
Pungsi lumbal dapat dilakukan pada
11 (36,7%) 19 (63,3%) 30 (100%)
bayi yang demam tanpa sebab
Pungsi lumbal mempunyai kom-
30 (100%) 0 (0%) 30 (100%)
plikasi
Tindakan prosedur yang tepat dan
teliti dapat mencegah komplikasi 27 (90%) 3 (10%) 30 (100%)
pungsi lumbal
Ada tidaknya keluarga yang pernah
menjalani pemeriksaan pungsi 4 (13, 3%) 26 (86,7%) 30 (100%)
lumbal
Pernah tidaknya mendengar pungsi
5 (16,7%) 25 (83,3%) 30 (100%)
lumbal
Pernah tidaknya mendengar cerita
orang lain yang pernah menjalani 6 (20%) 24 (80%) 30 (100%)
pungsi lumbal
Pernah tidaknya mendengar cerita
yang tidak baik tentang pungsi 7 (23,3%) 23 (76,7%) 30 (100%)
lumbal
Ada tidaknya komplikasi pungsi
4 (13,3%) 26 (86,7%) 30 (100%)
lumbal yang diketahui responden
Pasomba, Khosama, Sampoerno; Gambaran Penolakan Masyarakat... 17

Tabel 4. Distribusi sikap responden terhadap pungsi lumbal.


Ada/Ya/ Tidak/Tidak
Penting/ Penting/
Sikap Responden Menerima/ Menolak/ Total
Nyaman Tidak
(%) Nyaman (%)
Pungsi lumbal sebagai tindakan yang berbahaya 26 (86,7%) 4 (13,3%) 30 (100%)
Pungsi lumbal penting terhadap pengobatan
25 (86,7%) 5 (13,3%) 30 (100%)
penyakit pasien
Jika disarankan menjalani pungsi lumbal 0 30 (100%) 30 (100%)
Kenyamanan responden terhadap pemeriksaan
6 (20%) 24 (80%) 30 (100%)
pungsi lumbal
Rasa takut responden untuk menjalani pungsi
26 (86,7%) 4 (13,3%) 30 (100%)
lumbal
Ada tidaknya budaya, adat istiadat, agama yang
0 30 (100%) 30 (100%)
melarang pungsi lumbal

BAHASAN Latar belakang pendidikan responden


yang menolak sebagian besar SMA atau
Penelitian ini merupakan penelitian
lebih rendah. Hal ini mungkin disebabkan
pendahuluan yang dilakukan tanpa desain
bahwa rendahnya pendidikan cenderung
sampel, dan tidak dilakukan khusus pada
membuat seseorang akan lebih mem-
pengambil keputusan untuk persetujuan
percayai pendapat masyarakat awam di-
tindakan pungsi lumbal. Dari penelitian ini
bandingkan pendapat medis. Dengan demi-
didapatkan jumlah pasien atau keluarga
kian bila penjelasan medis mengenai
pasien yang bersedia diwawancara seba-
tindakan pungsi lumbal diberikan pada
nyak 60 orang. Rasio antara yang setuju
masyarakat yang berlatar belakang pendi-
dan menolak tindakan pungsi lumbal
dikan rendah maka mereka lebih cende-
berimbang yaitu 45:50. Temuan ini secara
rung menolak bila terdapat pandangan
umum mengindikasikan masih tingginya
awam yang bertentangan dengan hal
penolakan masyarakat terhadap tindakan
tersebut.
pungsi lumbal.
Tabel 3 menjelaskan bahwa terdapat
Responden yang didapatkan perempu-
93,3% responden menyatakan benar bahwa
an (83%) lebih banyak dibandingkan laki-
pungsi lumbal sebagai tindakan untuk
laki. Hal ini mungkin disebabkan sebagian
menggambil cairan otak melalui tulang
besar responden yang diwawancarai me-
belakang. Selain itu, sebanyak 76,7%
mang berjenis kelamin perempuan.
responden menyatakan benar bahwa pungsi
Secara umum, semakin dewasa sese-
lumbal sebagai cara menentukan diagnosis
orang, dia akan menjadi lebih bijaksana,
suatu penyakit di SSP. Hasil ini menun-
berani bertanggung jawab dan mengambil
jukkan hampir semua responden telah
keputusan penting, berpikir rasional, me-
mengetahui pengertian pungsi lumbal. Hal
ngendalikan emosi, dan bertoleransi ter-
ini mirip dengan penelitian Hassib et al.
hadap pandangan orang lain.13 Pada
yang melaporkan hanya 29 % subyek yang
penelitian ini sebagian besar responden
tidak mengetahui tentang pungsi lumbal.11
yang menolak berusia >40 tahun. Hal ini
Sebanyak 63,3% responden tidak
meng-indikasikan bahwa lebih banyak
mengetahui bahwa pungsi lumbal dapat
pandangan negatif yang diterima pasien/
dilakukan pada bayi yang demam tanpa
keluarga pasien mengenai pungsi lumbal
penyebab yang jelas. Hal ini tentu dapat
seiring dengan pertambahan usia, yang ber-
mempengaruhi penolakan mereka terhadap
peran dalam penolakan tindakan..
tindakan pungsi lumbal pada anak mereka,
18 Jurnal e-CliniC (eCl), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm.13-19

seperti yang dikemukakan dalam penelitian Alasan penolakan yang ditemukan


Ling dan Boey.12 Oleh karena itu, cakupan sebagian besar mirip dengan penelitian-
indikasi pungsi lumbal pada anak perlu penelitian lain yaitu keyakinan bahwa
mendapat perhatian khusus. tindakan pungsi lumbal itu berbahaya, rasa
Semua responden mengetahui bahwa takut, dan rasa tidak nyaman. Alasan
pungsi lumbal memiliki komplikasi. Di- ketidaktahuan atau karena menganggap
samping itu sebanyak 90% responden tidak penting tidak banyak ditemukan
menyatakan benar bahwa jika pungsi lum- dalam penelitian.11,12
bal dilakukan dengan tepat dan teliti dapat Hal yang menarik ialah semua res-
mencegah komplikasi. Hal ini berbeda ponden menyatakan tidak terdapat peng-
dengan penelitian Hassib et al. yang me- aruh budaya, adat istiadat, atau agama
ngemukakan hanya 37% subyek yang yang melarang pengambilan cairan otak.
mengetahui komplikasi pungsi lumbal.11 Temuan ini berbeda dengan penelitian Ling
Hal ini mungkin disebabkan perbedaan dan Boey terhadap respoden yang menca-
desain kuesioner. kup tiga kelompok etnis yaitu Cina, India,
Penjelasan mengenai komplikasi per- dan Melayu. Ling dan Boey melaporkan
lu disampaikan secara rinci karena secara bahwa terdapat hubungan yang bermakna
umum responden telah mengetahui adanya antara penolakan pungsi lumbal pada
komplikasi akibat tindakan pungsi lumbal. kelompok etnis Melayu. Pengaruh budaya
Hasil penelitian memperlihatkan 90% res- dan kepercayaan etnis Melayu di Singapura
ponden setuju jika pungsi lumbal dilakukan menyebabkan masyarakat takut dan meno-
dengan tepat dan teliti dapat mencegah lak tindakan pungsi lumbal.12 Hal demikian
komplikasi. Alasan penolakan mungkin tidak ditemukan dalam penelitian ini
akibat adanya keraguan apakah prosedur sehingga pendekatan budaya tidak begitu
yang dilakukan tepat dan teliti. penting dalam edukasi masyarakat disini;
Hasil penelitian memperlihatkan yang lebih penting ialah membangun ke-
86,7% responden mengganggap pungsi percayaan masyarakat tentang keamanan
lumbal sebagai tindakan yang berbahaya. tindakan dan keterampilan tenaga medis.
Selain itu, 80% responden merasa tidak
nyaman dengan tindakan ini dan 86,7%
merasa takut untuk menjalani pungsi SIMPULAN
lumbal. Hal ini sebagian mirip dengan hasil
penelitian Hassib et al. yang melaporkan 1. Jumlah yang setuju dan menolak
beberapa alasan utama terjadinya peno- tindakan pungsi lumbal berimbang.
lakan pungsi lumbal antara lain: takut akan 2. Sebagian responden yang menolak
komplikasi yang akan terjadi setelah tin- tindakan paling banyak berasal dari
dakan ini dilakukan, persepsi bahwa pungsi kelompok umur ≥41 tahun dan berlatar
lumbal tidak penting untuk dilakukan, dan belakang pendidikan SMA atau
adanya rasa ketidakpercayaan pasien ter- sederajat.
hadap dokter.11 3. Sebagian besar responden yang menolak
Sebanyak 86,7% memahami pungsi mengetahui secara umum mengenai
lumbal penting untuk pengobatan penyakit. tindakan pungsi lumbal sebagai tindakan
Hal ini berbeda dengan penelitian Hassib et untuk mengambil cairan otak dan cara
al. yang menemukan banyak responden mendeteksi adanya penyakit radang di
yang menolak oleh karena menganggap SSP.
tindakan ini tidak penting.11 Pemahaman 4. Sebagian besar responden yang menolak
responden ini tentu bertentangan dengan menganggap pungsi lumbal penting
sikap penolakan mereka; hal ini menunjuk- dalam penatalaksanaan penyakit.
kan kemungkinan adanya alasan lain yang 5. Seluruh responden yang menolak
mendasari penolakan. mengetahui bahwa pungsi lumbal
memiliki komplikasi.
Pasomba, Khosama, Sampoerno; Gambaran Penolakan Masyarakat... 19

6. Sebagian besar responden yang menolak from:http://www.acep.org/content.aspx?id


menganggap pungsi lumbal sebagai =26464
tindakan yang berbahaya, menakutkan 6. Ropper HA, Samuels A M. Adams and
dan tidak nyaman. victor’s principles of neurology (Ninth
Edition). New York: McGraw-Hill, 2009;
p.13.
UCAPAN TERIMA KASIH 7. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi
klinis dasar. Jakarta: Dian rakyat, 2008;
Ucapan terima kasih ditujukan kepada p.416.
dr. Arhtur H.P. Mawuntu, SpS selaku 8. Strasse HK. Lumbar puncture with the
penguji I, dan Dr. Denny J. Ngantung, SpS sprotte® cannula–for safe diagnostics
selaku peng-uji II, serta semua pihak yang [homepage on the Internet]. 2009 (cited
secara langsung dan tidak langsung telah 2012 Aug 20]. Available from:
menumbuhkan ide atau gagasan sehingga http://www.pajunk.com
penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. 9. Moghtaderi A, Naini A R, Sanatinia S.
Lumbar puncture: techniques,
complications and CSF analyses.
DAFTAR PUSTAKA Emergency Medicine - An International
1. Pokorn M. Pathogenesis and Perspective [homepage on the Internet].
classification of central nervous system Maret 2012 [diakses tanggal 20 Oktober
infection. JIFCC. 2003;15:3. 2012]. Available from:
2. Somand D, Meurer W. Central nervous http://www.intechopen.com/books/emerge
system infections. Emerg Med Clin. ncy-medicine-aninternational-
2009;27.89. perspective/lumbar-puncture-techniques-
3. Wan C, Roos LK. Viral meningitis complications-and-csf-analyses
[homepage on the Internet]. 29 Maret 10. Fong B, VanBendegon MJ. Lumbar
2011 [cited 2012 Oct 08]. Available from: puncture. Mac1113. 2003;122:859-77
http://emedicine.medscape.com/article/116 11. Narchi H, Ghatasheh G, Hassani AN,
8529-overview#a0156 Reyami AL, Khan Q. Why do some
4. World Health Organization. Bacterial parents refuse consent for lumbar puncture
Meningitis [homepage on the Internet]. on their child? a qualitative study. Hospital
Februari 2012 [cited 2012 Oct 08]. pediatrics. 2012;2:93-100
Available from: 12. Ling GS, Boey MCC. Lumbar puncture
http://www.who.int/nuvi/meningitis/en/ind refusal in febrile convulsion. Singapore
ex.html med j. 2000;41(10):485-88
5. Fitch TM. Focus on: meningitis-beyond 13. Sukaesih F. Hubungan karakteristik
fever,stiff neck,and altered mental status petugas dengan kinerja petugas rekam
[homepage on the Internet]. April 2007 medik di rumah sakit umum daerah Rokan
[cited 2012 Oct 08]. Available Hulu [Tesis]. Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara;2008.

19

You might also like