You are on page 1of 14

JKEP

Vol 5, No 1, Mei 2020


ISSN: 2354-6042 (Print)
ISSN : 2354-6050 (Online)

Efektifitas Ketepatan Triage Trauma Terhadap Aktivasi Kode Trauma


Pada Pasien Trauma Kategori Merah Di Instalasi Gawat Darurat:
Literature Review
Fatriani1, Masfuri2, Agung Waluyo3
1
Mahasiswa Magister Keperawatan Medikal Bedah
2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Imu Keperawatan, Universitas Indonesia
Jalan Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, 16424, Indonesia
Email: fatriani1709@gmail.com
Artikel history
Dikirim, Feb 26th, 2019
Ditinjau, April 26th, 2020
Diterima, Mei 17st, 2020

Abstract
Emergency trauma can occur at any time, occur everywhere and can be experienced by everyone. The
speed and accuracy of relief in trauma emergency conditions, will determine the outcome of the
assistance provided. Help for trauma patients in the Emergency Department begins when the triage
officer receives the patient. The triage process sorts patients according to the patient's emergency
condition using parameters of level of consciousness, respiratory status and circulation status of the
patient. An efficient trauma triage system aims to assist health workers in identifying life-threatening
conditions, making timely assessments and management priorities that are appropriate to the severity
of the patient. Trauma Code Activation is implemented as a system for providing emergency relief in
cases of trauma in the red category. In some countries the application of Trauma Team Activation in
cases of trauma in the red category is the main one to optimize the initial management of trauma
emergency department. Trauma Code Activation at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta
Emergency Department from September 2018 to June 2019 totaled 362 cases, consisting of 34.1%
head injuries (7.6% bleeding), 19.3% fractures, 13% burns, 6, 7% politrauma, and there are 3.8%
died.
Keywords: triage trauma, trauma case, trauma code activation

Abstrak
Gawat darurat trauma dapat terjadi setiap saat, terjadi disemua tempat dan dapat dialami semua orang.
Kecepatan dan ketepatan pertolongan pada kondisi gawat darurat trauma, sangat menentukan hasil
dari pertolongan yang diberikan. Pertolongan terhadap pasien trauma di Instalasi Gawat Darurat
dimulai saat petugas triase menerima pasien. Proses triase memilah pasien sesuai dengan kondisi
gawat darurat pasien menggunakan parameter tingkat kesadaran, status pernafasan dan status sirkulasi
pasien. Sistem triase trauma yang efisien bertujuan untuk membantu tenaga kesehatan dalam
mengidentifikasi kondisi yang mengancam jiwa, melakukan penilaian tepat waktu dan prioritas
penatalaksanaan yang sesuai dengan tingkat keparahan pasien. Aktivasi Kode Trauma dilaksanakan
sebagai sistem dalam memberikan pertolongan kegawatdaruratan pada kasus trauma kategori merah.
Di beberapa Negara penerapan Trauma Team Activation pada kasus trauma kategori merah menjadi
utama untuk mengoptimalkan tatalaksana awal gawat darurat trauma. Aktivasi Kode Trauma di RS
Cipto Mangunkusumo Instalasi Gawat Darurat Jakarta bulan September 2018 sampai Juni 2019

29
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 30

berjumlah 362 kasus, terdiri dari 34,1% cedera kepala (7,6% perdarahan), 19,3% fraktur, 13% luka
bakar, 6,7% politrauma, dan terdapat 3,8% meninggal dunia.
Kata Kunci: triase, trauma kategori merah, aktivasi kode trauma

PENDAHULUAN diseluruh dunia, terdapat 8,5% dari semua


Kegawatdaruratan trauma terjadi kematian yang hampir 90% dialami
kapan saja, dimana saja dan dapat dialami Negara berpenghasilan rendah dan
siapa saja. Kecepatan dan ketepatan menengah. Untuk itu perlu dilakukan
pertolongan pada kondisi upaya meningkatkan efisiensi dan kualitas
kegawatdaruratan trauma, sangat pertolongan terhadap pasien trauma, serta
menentukan hasil pertolongan yang peningkatan kualitas pelayanan
diberikan. Pertolongan terhadap pasien keperawatan gawat darurat pasien trauma
trauma di Instalasi Gawat Darurat dimulai dalam menetapkan prioritas intervensi, dan
saat penerimaan pasien pertama kali oleh memfasilitasi pengambilan keputusan
triase, dilanjutkan dengan pemberian berdasarkan bukti, perencanaan kebijakan
tatalaksana sesuai kategori dan pengembangan sistem perawatan
kegawatdaruratan pasien trauma. Instalasi trauma yang lebih baik (Linda C.
Gawat Darurat merupakan area pelayanan Chokotho, 2019). Angka kematian yang
pertama dan utama dalam satu Rumah sangat tinggi tersebut tentunya dapat
Sakit, yang menjadi representasi dari ditekan dengan upaya optimalisasi
keseluruhan bentuk pelayanan di Rumah pertolongan kegawatdaruratan terhadap
Sakit tersebut. Tingginya aktivitas dan kasus trauma yang menimpa masyarakat.
mobilitas masyarakat, mengakibatkan Upaya yang dapat dilakukan salah satunya
meningkatnya kejadian gawat darurat yang dapat dengan membuat sistem layanan
disebabkan oleh trauma. Kondisi trauma yang efektif dan efisien yaitu
kegawatan trauma tersebut mengakibatkan menciptakan sistem “Aktivasi Kode
banyaknya masyarakat yang membutuhkan Trauma”, dilengkapi dengan fasilitas
pertolongan dan datang ke pusat pelayanan pelayanan trauma yang memadai.
gawat darurat seperti IGD RSCM
(Pedoman Pelayanan IGD RSCM, 2018). Data dari WHO dan CDC (ATLS, 2018)
lebih dari 9 orang meninggal setiap menit
Angka kejadian trauma menurut data karena cedera atau kekerasan, dan 5,8 juta
WHO tahun 2015 menyatakan bahwa 4,7 orang dari segala usia dan kelompok
juta kematian akibat cedera terjadi ekonomi lemah setiap tahunnya meninggal
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29- 31

karena cedera. Kecelakaan kendaraan dengan menciptakan dan melakukan


bermotor menyebabkan lebih dari 1 juta sistem “Aktivasi Kode Trauma”, yang
orang meninggal setiap tahunnya dan sudah diujicobakan sejak September 2018
diperkirakan 20 sampai 50 juta kematian sampai April 2019 dimana terdapat
di dunia disebabkan karena cedera. Lebih sebanyak 362 kasus trauma yang
dari 90% kecelakaan kendaraan bermotor dilakukan Aktivasi Kode Trauma yang
terjadi di negara berkembang. diberikan pertolongan di ruang resusitasi
Diperkirakan kematian karena cedera akan IGD. Melihat banyaknya kasus trauma
meningkat secara signifikan pada tahun kategori merah tersebut, maka IGD RSCM
2020, dan kematian karena kecelakaan merasa perlu untuk terus menerapkan
kendaraan bermotor diperkirakan akan sistem Aktivasi Kode Trauma, yang dapat
meningkat 80% dari saat ini dan terjadi di mengoptimalkan upaya pertolongan
negara berpenghasilan menengah ke terhadap pasien trauma kategori merah
bawah. tersebut agar angka keselamatan dapat
lebih ditingkatkan.
Di Negara berkembang lebih dari 5 juta
kematian setiap tahunnya yang dialami Penatalaksanaan trauma di IGD dimulai
masyarakat berpenghasilan rendah dan dari pengkajian, dilanjutkan dengan
menengah, 90% kematian tersebut tindakan resusitasi hingga pemberian terapi
disebabkan karena trauma akibat dan tindakan definitive yang merupakan
kecelakaan kendaraan bermotor. Tingkat suatu rangkaian tindakan mencegah
kematian cedera lalu lintas di Afrika 32,2 mortalitas dan morbiditas terutama
per 100.000 penduduk, dua kali lipat dari beberapa jam setelah terjadinya trauma.
Amerika. Angka tersebut diproyeksikan Penanganan trauma yang cepat, tepat dan
meningkat dari 1,2 juta pada tahun 2002 cermat memerlukan pengkajian trauma
menjadi 1,9 juta pada tahun 2030. Di yang efektif dan efisien yang harus
Ghana, angka kematian akibat trauma dilakukan oleh petugas kesehatan terutama
diperkirakan 80-100 per 100.000 pasien perawat triase IGD dalam menilai dan
setiap tahun, 50% lebih besar dari angka menentukan tingkat keparahan pasien
kematian akibat trauma di negara maju trauma. Pengkajian triase trauma dengan
(John, Faye, & Belue, 2019). menentukan tingkat kegawatan trauma
melalui pemilahan kategori triase yang
IGD RSCM melakukan upaya penanganan dinilai berdasarkan tiga parameter yaitu
terhadap kasus trauma kategori merah
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 32

anatomi, fisiologi dan atau gabungan dari meningkat dan pelayanan IGD RSCM
keduanya. semakin berkualitas.
Sistem Aktivasi Kode Trauma IGD RSCM
diujicobakan mulai pertenganan tahun
2018. Sebelum adanya sistem Aktivasi METODE

Kode Trauma, penatalaksanaan pasien Penulisan ini merupakan literature review


trauma dilakukan dengan dikoordinir oleh yang diperoleh dari berbagai jurnal
tim trauma yang dalam hal ini tim Bedah mengenai triase, trauma kategori merah
Umum. Tatalaksana selanjutnya dan aktivasi kode trauma dalam
berdasarkan konsultasi ke setiap Tim melakukan pertolongan terhadap pasien
Departemen Medik sesuai dengan kondisi trauma yang datang ke IGD. Literature
klinis pasien. Sejak adanya sistem Aktivasi review ini bersumber dari 6 Jurnal
Kode Trauma, penatalaksanaan pasien mengenai triase trauma yang terbit dalam
trauma dilakukan dalam satu waktu oleh rentang waktu 2015, 2016, 2018 dan 2019
semua Tim Departemen Medik yang ada yang diunduh dari database Universitas
di IGD RSCM. Tim Departemen Medik Indonesia yang berbahasa Inggris.
terdiri dari Bedah Umum, Bedah
Orthopedi, Bedah Plastik, Bedah Saraf,
Mata, THT, Neurologi, Anak, Anestesi, HASIL DAN PEMBAHASAN
Forensik, Psikiatri, diawali koordinasi oleh
Adapun hasil penelusuran terhadap
EMO (Emergency Medical Officer)
beberapa penelitian tentang
dengan pendampingan EMMan
penatalaksanaan trauma, skoring trauma,
(Emergency Medical Manager). Aktivasi
dan aktivasi tim trauma di IGD beberapa
Kode Trauma dilaksanakan di nol menit
RS di dunia terangkum dalam table 1
pasien sampai di IGD RSCM. Peran triase
berikut:
sangat besar dan sangat penting dalam hal
ini, sebagai penentu awal “Aktivasi Kode
Trauma” yang selanjutnya sangat
menentukan keberhasilan pertolongan
terhadap pasien trauma kategori merah.
Sehingga angka kecacatan dan kematian
diharapkan dapat ditekan sekecil mungkin,
kualitas hidup pasien trauma dapat
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 33

Judul/ Tujuan Metode Sampel Hasil Kesimpulan


Penulis
Modified Revised MCTC) and RTS Prospective 181 pasien perdarahan RTS dan MCTC Kombinasi RTS dan MTCT sebagai
Trauma–Marshall score membantu dan Observational. intrakranial (n =57), menilai prognosis penilaian prognosis pada TBI Sedang
as a proposed tool in mempermudah hematoma epidural pada cedera kepala dan Berat yang mudah digunakan,
predicting the outcome tenaga kesehatan Dengan (n=41), subdural sedang dan berat mencakup kebutuhan evaluasi kebutuhan
of moderate and severe menentukan arah metode hematoma (n=48) dan mudah digunakan, neurologis minimal dalam gangguan
traumatic brain injury. manajemen dan analisis diffuse axonal injury RTS meliputi 3 kesadaran dan dapat digunakan untuk
tatalaksana yang statistik (n=17) parameter fisiologis menghitung dengan akurasi dan
(Mahadewa, Golden, akan dikerjakan yang dinilai yaitu kehandalan yang lebih baik.
Saputra, & Ryalino, dengan segera. GCS, RR, TD
2018) Penelitian lebih lanjut dengan sampel
yang lebih besar diperlukan
untukmenafsikan formula baru.
Performance of Mengetahui Retrospective Pada pasien multipel Penelitian ini Hasil penelitian ditemukan bahwa skor
Modified Early Warning efektivitas MEWS Study trauma sebanyak 1127 menggunakan MEWS dan CRAMS dapat digunakan
Score (MEWS) and dan CRAMS pasien penilaian dengan sebagai
Circulation, Respiration, menilai seberapa AUROCs Untuk prediktor untuk menilai tingkat
Abdomen, Motor, and besar dampak memprediksi keparahan trauma dan mortalitas di
Speech (CRAMS) score trauma terhadap kematian di rumah rumah sakit untuk beberapa pasien
in trauma severity and mortalitas pada sakit dengan melihat trauma,
in-hospital mortality pasien trauma di skor MEWS dan tetapi skor CRAMS lebih unggul dari
prediction in multiple rumah sakit. CRAMS, didapatkan MEWS untuk prediksi keparahan trauma.
trauma patients: a bahwa skor MEWS Skor CRAMS harus diprioritaskan dalam
comparison study Dengan sebesar 0,90 dan memprediksi tingkat keparahan trauma,
membandingkan CRAMS 0,91,. dapat digunakan sebagai alat triase pada
(Jiang, MEWS dan pasien dengan multiple trauma dan cepat
CRAMS dalam menentukan
Jiang, & menggunakan keputusan untuk penyelamatan pasien
Mao, hasil CT Scan dalam kondisi darurat.

2019)
Triage accuracy and Mengidentifikasi Cross 1267 pasien dewasa di Tidak ada perbedaan Pada penelitian ini yang menggunakan
causes of mistriage akurasi sistem sectional IGD. Variabel yang signifikan dalam data rekam medis, ditemukan bahwa
using The Korean Triage triage dengan retrospective diteliti sebanyak 24 jumlah kunjungan overcrowding tidak berdampak dalam
and Acuity Scale Korean Triage and study antara lain keluhan pasien per jam untuk kesalahan dalam penentuan triase, namun
Acuity Scale pasien, TTV awal akurasi triase berdampak pada waktu tunggu untuk
(KTAS) dan kedatangan pasien, dan mentriase menjadi lebih lama karena
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 34

(Moon, mengevaluasi klinis pasien. (Berarti ± SD = 7,55 meningkatkan jumlah kedatangan pasien
penyebab dari ± 3.14) dan ke IGD.
Shim, Park, ketidaktepatan ketidaktepatan
dalam menentukan Pad a penelitian ini didapatkan bahwa
& Park, (Berarti ± SD = 7.35
triage. Dengan jumlah kedatangan pasien per jam yang
± 3.26); t = -0.77, p =
2019) menggunakan datang ke IGD tidak berhubungan
.442.
telusur rekam dengan akurasi dalam mentriase pasien.
medis pasien Dapat disimpulkan bahwa penyebab
utama mistriase dengan KTAS adalah
ketidaktepatan aplikasi skala nyeri pada
algoritma KTAS di IGD korea selatan.

Perception of doctors Mengeksplorasi Qualitative Study populasi kepada STAS diperlukan, Staf perawat yang memadai, aplikasi
and nurses at a Uganda apakah Study semua dokter dan digunakan dan computer untuk pengkodean otomatis
hospital regarding the pengenalan Skala perawat yang bekerja direkomendasikan pasien tersedia, dan pelatihan
introduction and use of Triase Afrika Melalui penuh waktu di IHK untuk digunakan berkelanjutan mendorong penggunaan
the South African Triage Selatan (SATS) wawancara OPD da n UE. dalam pengaturan STAS berkelanjutan yang meningkatkan
Scale dianggap mendalam IHK, memperbaiki efisiensi dalam pemilahan pasien serta
bermanfaat dan dengan 4 35 staf yang terdiri pemilahan pasien, perawatan pasien secara keseluruhan
(Mulindwa dapat dokter dan 12 dari 10 dokter dan 15 memperbaiki dengan kekuatan yang lebih bauik
berkelanjutan oleh perawat IGD perawat yang telah komunikasi dpokter daripada kelemahan.
& Blitz, menggunakan selama
staf departemen dan perawat, staf
2016) rawat jalan IHK 3-6 bulan.. OPD dan UE
dan unit darurat
(OPD dan UE)
Canadian Triage and Menguji Qualitative 18 perawat triage dari Analisa data Orientasi dan pendidikan berkelanjutan
Acuity Scale: testing the keandalan real time 3 lokasi berbeda, menggunakan Kappa perawat triase meningkatkan keandalan
mental health categories kemampuan termasuk 1 komunitas Fleiss, secara dan validitas CTAS ketika digunakan
perawat triase dan dan 2 RS perawatan keseluruhan ukuran untuk menetapkan tingkat urgensi
akurasi perawat akut tersier keandalan untuk kesehatan mental pasien ED.
(Brown, triase dalam perawat triase (n=18)
menetapkan adalah 0,313.
Clarke, & Spence, 2015) tingkat urgensi
pasien dengan
gangguan
kesehatan mental
standar
berdasarkan
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 35

pedoman CTAS
2008.

Professional Capability Mengidentifikasi Qualitative 20 perawat triase (12 20 perawat triase:12 Berbagai elemen kemampuan profesional
in Triage Nurse in persepsi perawat Study , dengan laki-laki dan 8 laki-laki (60%) dan 8 perawat triase diidentifikasi. Untuk
Emergency triase Iran tentang 20 wawancara perempuan) dari 3 unit perempuan (40%), memenuhi syarat sebagai perawat triase,
Departement: A kemampuan semi triase RS Pendidikan usia rata-rata 40,46 perawat tidak hanya harus memiliki
Qualitative Study professional terstruktur dan di Tenggara Iran antara ±10,05 dan pengalam kompetensi klinis, namun juga harus
sebagai triase. mendalam Februari 2016 sampai kerja 13,32 ±8,79. 18 memiliki kompetensi psikologis dan
secara face to Desember 2017, diantaranya (90%) komitmen professional.
(Bijani, Torabizadeh, face, satu atau minimal sarjana sarjana dan 2 (10%)
Rakhshan, & Fararouei, dua sesi, keperawatan, magister. Analisa
2018) selama 45 pengalamn kerja data menggunakan
sampai 60 sebagai triase minimal MAXQDA 10.0
menit dan 1 tahun, dan mampu R250412.
FGD dengan 5 berbagi emosi serta
perawat triage pengalaman.
selama 90
sampai 120
menit
dipimpin
peneliti
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 36

Trauma merupakan penyebab kematian dari AVPU (Zadravec et al, 2015) dan
kelima di China (Wang, Pan & Pan, 2017; lebih disukai untuk diterapkan untuk triase
Yin, Liang & Liu, 2015). Dikatakan bahwa pada pasien trauma kepala yang lanjut usia
lebih dari 400.000 orang meninggal karena (Wasserman et al, 2015). GCS sangat baik
trauma akibat kecelakaan kendaraan untuk mengevaluasi kerusakan pada sistem
bermotor atau kecelakaan industri setiap saraf pusat dan menentukan prognosis
tahunnya, diantaranya beberapa pasien pasien, namun tidak efektif pada kasus
trauma terdiri sekitar 1.0-1,8% (Zhang, dengan pengaruh etanol, obat-obatan,
Hong & Gregory, 2017; Yingcheng et al, pasien terintubasi trachea dan beberapa
2014). Dengan demikian Departemen faktor lainnya (Gx, Gt & ZM, 2015).
Trauma di China dihadapkan pada Beberapa ahli di China menggabungkan
tantangan dalam pengelolaan trauma penilaian tanda-tanda vital dan skor
multipel karena resiko kematian akibat neurologis atau anatomi, seperti Skor
trauma yang tinggi tersebut. Upaya Trauma (TS), skor keparahan trauma dan
pemberian pertolongan bermula dari cedera, APAACHE II, Rapid Acute
penilaian awal oleh petugas triase trauma Physiology Score (RAPS), REMS, MEDS,
di IGD, penilaian cepat, tepat dan cermat telah diusulkan untuk memprediksi
sangat menentukan proses penatalaksanaan kematian dan keparahan cedera. Trauma
trauma pasien selanjutnya sehingga Skor sederhana dan cepat digunakan,
diharapkan hasil yang maksimal dengan namun mudah dipengaruhi oleh
berujung kepada tercapainya kualitas kompensasi fisiologis, hipovolemia,
hidup pasien yang optimal. hipoksia, intubasi trachea dan faktor
lainnya. MEDS terutama digunakan pada
Sistem penilaian trauma dilakukan
pasien dengan dugaan sepsis yang perlu
berdasarkan status neurologi meliputi
kohort. REMS dan RAPS digunakan pada
penilaian kondisi sadar, bingung,
pasien non bedah, REM berasal dari
mengantuk, dan tidak berespon (ACDU),
RAPS. REMS lebihn unggul dari RAPS
penilaian terhadap kondisi sadar, bingung,
dalam memprediksi kematian pasien gawat
berespon terhadap rangsangan nyeri, dan
darurat. Dan MEDS lebih unggul dari
tidak berespon (AVPU), dan Glasgow
REMS dan RAPS. Sistem penilaian triage
Coma Scale (GCS) (Kelly, Upex &
trauma yang cepat, tepat dan efektif
Bateman, 2004; McNarry & Goldhill,
dengan MEWS (Modified Early Warning
Raman et al, 2011). ACDU dan AVPU
Score) dan CRAMS (Circulation,
berasal dari GCS, dan GCS lebih unggul
respiration, Abdomen, Motor, dan Speech)
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 37

telah banyak digunakan untuk penting agar tanggung jawab tim trauma
memprediksi tingkat keparahan akibat tidak menjadi lebih berat. Dikatakan pada
trauma dan kematian di China (Jiang, tahun 2016 terdapat 44% angka nasional
Jiang, Mao, Y, 2019). mengalami penurunan, dan 54% trauma
dialami oleh usia lanjut (John, Faye, &
Triase adalah proses memilah pasien Belue, 2019)

sesuai dengan urgensinya untuk


menentukan kebutuhan pertolongan Sistem triase trauma yang efisien bertujuan
terhadap kondisi kegawatannya, yang untuk mendukung tenaga medis dalam
bertujuan mengemas perawatan gawat mengidentifikasi kondisi yang mengancam
darurat secara efektif ketika sumber daya jiwa, melakukan penilaian tepat waktu dan
yang tersedia terbatas untuk memberikan prioritas penatalaksanaan yang sesuai
pertolongan segera (John, Robert, 2019). dengan tingkat keparahan kondisi klinis
Pemilahan pasien yang dilakukan oleh pasien (Wangara et al, 2019). Karena
perawat triage kemungkinan mengalami trauma multipel sangat penting dan
kesalahan, ada 2 kategori kesalahan dalam kompleks, maka triase awal yang cepat
melakukan triase pasien yaitu Over Triage dan tepat terhadap pasien trauma multiple
(OT) dan Under Triage (UT). Adapun atau pasien trauma kategori triase merah
tingkat OT yang dapat diterima antara 20- harus dilakukan segera setelah pasien
50%, dan tingkat UT yang dapat diterima sampai di ruang gawat darurat. Berbagai
kurang dari 5%. Pada beberapa kasus, sistem penilaian terutama berdasarkan
kesalahan triase terjadi karena tingkat tanda-tanda vital, skor anatomi, dan skor
cedera yang terjadi pada pasien sulit status neurologis telah dikembangkan dan
dinilai pada saat evakuai oleh EMS. digunakan sebagai alat triase trauma.
Personil membuat keputusan triase dengan Sistem penilaian trauma berbasis anatomi
imformasi terbatas yaitu tanda-tanda vital, meliputi skala cedera dan skor keparahan
imformasi demografi, mekanisme cedera, cedera (ISS) (Wang, Pan & Pan, 2017;
dan penilaian visual cedera. Kelompok Yin, Liang & Liu, 2015; Yincheng et al,
usia khusus usia lanjut memiliki tingkat 2014).
kesalahan yang tinggi pada saat dilakukan
triase dikarenakan respon fisiologis yang Aktivasi Kode Trauma di IGD RSCM
sangat lemah terhadap syok, prevalensi diujicobakan pada bulan Agustus 2018
komorbiditas yang lebih besar, populasi yang melibatkan seluruh Tim Departemen
lanjut usia, dan triase yang akurat sangat Medik yang berjaga 24 jam di RSCM,
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 38

dengan tingkat aktivasi 66,67% dengan Di Negara berkembang tercatat lebih dari
rerata waktu tanggap 3 menit. Pada bulan 5 juta kematian setiap tahunnya dengan
September 2018 sampai April 2019 tingkat masyarakat berpenghasilan rendah dan
aktivasi bertambah menjadi 92,67% menengah sebagai 90% kematian tersebut
dengan rerata waktu tanggap 2 menit 3 yang sebagian besar karena trauma akibat
detik. Pasien code trauma September 2018 kecelakaan kendaraan bermotor. Tingkat
sampai Juni 2019 berjumlah 362 kasus, kematian cedera lalu lintas di Afrika 32,2
terdiri dari 34,1% cedera kepala (7,6% per 100.000 penduduk, dua kali lipat dari
perdarahan), 19,3% fraktur, 13% luka Amerika. Angka tersebut diproyeksikan
bakar, 6,7% politrauma, 5,9% trauma meningkat dari 1,2 juta pada tahun 2002
thoraks, dengan 3,8% meninggal dunia. menjadi 1,9 juta pada tahun 2030. Oleh
karena itu WHO menganggap penting
Data WHO tahun 2015 menyatakan bahwa untuk menyediakan pelayanan gawat
4,7 juta kematian akibat cedera terjadi darurat 24 jam, terdata 19-50% Negara
diseluruh dunia, terhitung 8,5% dari semua yang memiliki RS dengan pelayanan
kematian yang hampir 90% dialami oleh gawat darurat 24 jam. Di Ghana, angka
Negara-negara berpenghasilan rendah dan kematian akibat trauma diperkirakan 80-
menengah. Angka tersebut dapat 100 per 100.000 pasien setiap tahun, 50%
digunakan untuk lebih berupaya mencegah lebih besar dari angka kematian akibat
trauma dan meningkatkan efisiensi dan trauma di negara maju (John, Faye, & Belue,
kualitas perawatan trauma. Angka tersebut 2019).

juga dapat memberikan wawasan


mengenai sifat dan tingkat masalah, Cedera menjadi masalah kesehatan utama
mengidentifikasi faktor resiko cedera, dan masyarakat secara global, yang
peningkatan kualitas pelayanan menyebabkan kematian dan kecacatan
keperawatan trauma. Selanjutnya dapat yang signifikan disemua usia dan jenis
digunakan untuk menetapkan prioritas kelamin. 90% kematian karena trauma
intervensi, dan memfasilitasi pengambilan terjadi di Negara berpenghasilan rendah
keputusan berdasarkan bukti, perencanaan dan menengah (LMIC), dimana sumber
kebijakan dan pengembangan sistem daya untuk mengatasi krisis ini tidak
perawatan trauma yang lebih baik (Linda memadai. Sistem penanganan trauma yang
C. Chokotho, 2019). efisien dan efektif menjadi komponen
kunci dalam penyelesaian masalah ini.
Diperkirakan 2 juta jiwa dapat
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 39

diselamatkan setiap tahunnya jika LMIC nasional di Korea sejak tahun 2016
dapat menerapkan sistem penanganan (Moon, Shim, Park, & Park, 2019).
trauma yang sebanding dengan sistem
penanganan trauma yang tersedia di KTAS adalah skala triase 5 level yang
Negara berpenghasilan tinggi (HIC) dikembangkan pada tahun 2012 di Kanada
(Mehmud A, Hung YW, He H, et al, berdasarkan CTAS, dimodifikasi untuk
2018). diterapkan pada situasi medis di Korea
Selatan. KTAS merupakan alat klasifikasi
Triase adalah proses penentuan prioritas berorientasi pada gejala yang dialami
perawatan pasien dengan menggunakan pasien. Setelah penilaian klinis pertama,
sistem triase 5 level yang diakui secara perawat triase menentukan level triase
internasional yaitu Emergency Severity pasien dengan mengevaluasi pertimbangan
Index (ESI) di Amerika Serikat, Canadian utama, termasuk tanda-tanda vital, skor
Triage Acuity Scale (CTAS) di Kanada, nyeri, penyakit hemoragik, mekanisme
Australian Triage Scale (ATS) di Australia cedera, dan pertimbangan sekunder,
dan Manchester Triage Scale (MTS) di termasuk kadar glukosa darah dan tingkat
Inggris. Penerapan sistem triase dehidrasi. Nilai KTAS yang dialokasikan
disesuaikan dengan kondisi pelayanan perawat triase menentukan waktu tunggu
dimana sistem triase tersebut dilaksanakan, pasien sampai penilaian oleh dokter IGD
tidak dapat digeneralisasi satu sistem triase dan biaya perawatan medis yang berlaku,
untuk dapat diterapkan disemua negara. dimana tingkat KTAS 1-3 merupakan
Dengan demikian, mungkin terjadi adanya keadaan darurat dan tingkat KTAS 4-5
kombinasi dalam penerapan sistem triase merupakan keadaan non darurat (Moon,
dengan menyesuaikan kondisi yang ada di Shim, Park, & Park, 2019).
Negara tersebut. Di Korea, 97,1% Rumah
Sakit Tersier dan Pusat Medis Darurat Dijelaskan bahwa triase di IGD merupakan
Regional menggunakan sistem triase pada proses penilaian pasien dengan cepat,
tahun 2012. Dengan menerapkan berbagai menentukan siapa yang harus menerima
sistem bersamaan seperti CTAS, ESI, pasien terlebih dahulu, dan
ATS, dan skala triase berdasarkan mengalokasikan sumber daya medis sesuai
Undang-Undang Layanan Medis Korea. prioritas. Triase yang akurat adalah cara
Kebutuhan akan sistem triase meningkat, memastikan keselamatan pasien dan
KTAS dan CTAS telah digunakan secara mengurangi penuh sesaknya IGD, namun
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 40

Mistriase dapat memperpanjang lama dipulangkan dan 373 (29,4%) pasien


tinggal pasien di IGD dan meningkatkan dirawat di bangsal (Moon, Shim, Park, &
mortalitas pasien. Overtiase adalah menilai Park, 2019).
berlebihan pasien dengan kondisi tingkat
keparahan rendah, sehingga dapat KESIMPULAN
meningkatkan penggunaan sumber daya,
Dari beberapa peneilitan di atas terdapat
kepadatan IGD, dan lama tinggal pasien di
kelebihan dan kekurangan seperti yang
IGD, yang akhirnya menyebabkan
sudah dijelaskan, dalam pengaplikasiannya
kurangnya sumber daya tenaga medis di
tentu harus dapat dilakukan
IGD. Mistriase dan Overtriase tentu sangat
penyempurnaan atau modifikasi demi hasil
dipengaruhi oleh kompetensi dalam
yang lebih baik dari penilaian skor trauma,
melakukan penilaian awal dan pemilahan
sehingga proses triase trauma dapat
kategori pasien berdasarkan tingkat
semakin baik. untuk itulah maka sangat
kegawatannya. Oleh karena itu, sangat
penting diketahui dan dapat diterapkan
penting untuk melakukan evaluasi
mengenai ketepatan triase pada pasien
keakuratan triase dan menilai penyebab
trauma multipel yang datang ke IGD agar
mistriase dan Overtriase untuk
dapat memberikan pelayanan
meningkatkan keselamatan pasien dan
kegawatdaruratan yang cepat, tepat dan
meningkatkan kualitas perawatan melalui
handal yang dapat meningkatkan kualitas
peningkatan kompetensi perawatan triase
hidupa pasien trauma. Dan mencerminkan
di IGD (Moon, Shim, Park, & Park, 2019).
pelayanan gawat darurat yang berkualitas
dengan menurunnya angka mortalitas dan
Hasil penelitian di Korea tentang akurasi
morbiditas pasien trauma.
triase tersebut menunjukkan bahwa dari
1267 rekam medis, usia rata-rata pasien
Pemilahan pasien trauma yang dilakukan
IGD adalah 54,19±19,72 tahun. Secara
secara cepat dan tepat berdasarkan kondisi
keseluruhan, 753 (59,4%) pasien datang ke
klinis pada saat datang di IGD sangat
IGD menggunakan kendaraan pribadi.
menentukan tindaklanjut penanganan
Alasan mengunjungi IGD terkait insiden
terhadap pasien trauma. Over Triage dan
yang tidak berbahaya terjadi pada 1023
Under Triage mungkin saja terjadi, yang
(80,7%) kasus, namun 714 (56,4%) pasien
dipengaruhi oleh kondisi overcrowding
melaporkan nyeri dengan skor rata-rata
IGD. Over Triage dibolehkan tidak lebih
numeric (NRS) 4,10±1,42. Setelah
dari 50% dan Under Triage dibolehkan
perawatan di IGD 823 (65.0%) pasien
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 41

kurang dari 5%, karena sesungguhnya John, K., Faye, F., & Belue, R. (2019). A
descriptive study of trauma cases
kualitas pelayanan yang sangat baik
encountered in the Grand M’Bour
mengupayakan hal tersebut tidak terjadi. Hospital Emergency Department in
Senegal. Pan African Medical
Ketepatan perawat triase dalam
Journal, 32, 1–11.
memprediksi tingkat keparahan trauma https://doi.org/10.11604/pamj.2019.3
2.9.14550
yang dialami pasien dengan menggunakan
skoring trauma merupakan upaya efektif Mahadewa, T. G. B., Golden, N., Saputra,
A., & Ryalino, C. (2018). Modified
dalam mencegah kematian dan kecacatan revised trauma-marshall score as a
akibat trauma. proposed tool in predicting the
outcome of moderate and severe
traumatic brain injury. Open Access
DAFTAR RUJUKAN
Emergency Medicine, 10, 135–139.
Bijani, M., Torabizadeh, C., Rakhshan, https://doi.org/10.2147/OAEM.S1790
M., & Fararouei, M. (2018). 90
Professional capability in triage
Moon, S.-H., Shim, J. L., Park, K.-S., &
nurses in emergency department: A
Park, C.-S. (2019). Triage accuracy
qualitative study. Revista
and causes of mistriage using the
Latinoamericana de Hipertension,
Korean Triage and Acuity Scale. Plos
13(6), 554–560.
One, 14(9), e0216972.
Brown, A. M., Clarke, D. E., & Spence, J. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0
(2015). Canadian triage and acuity 216972
scale: Testing the mental health
Mulindwa, F., & Blitz, J. (2016).
categories. Open Access Emergency
Perceptions of doctors and nurses at a
Medicine, 7, 79–84.
Ugandan hospital regarding the
https://doi.org/10.2147/OAEM.S7464
introduction and use of the South
6
African Triage Scale. African Journal
Jiang, X., Jiang, P., & Mao, Y. (2019). of Primary Health Care and Family
Performance of Modified Early Medicine, 8(1), 1–8.
Warning Score (MEWS) and https://doi.org/10.4102/phcfm.v8i1.10
Circulation, Respiration, Abdomen, 56
Motor, and Speech (CRAMS) score
in trauma severity and in-hospital
mortality prediction in multiple
trauma patients: a comparison study.
PeerJ, 7, e7227.
https://doi.org/10.7717/peerj.7227
JKEP. Vol.5 No. 1 Mei hlm 29-42 42

Weeks, S. R., Juillard, C. J., Monono, M. Zachariasse, J. M., Van Der Hagen, V.,
E., Etoundi, G. A., Ngamby, M. K., Seiger, N., Mackway-Jones, K., Van
Hyder, A. A., & Stevens, K. A. Veen, M., & Moll, H. A. (2019).
(2014). Is the Kampala Trauma Score Performance of triage systems in
an effective predictor of mortality in emergency care: A systematic review
low-resource settings? A comparison and meta-analysis. BMJ Open, 9(5),
of multiple trauma severity scores. 1–10.
World Journal of Surgery, 38(8), https://doi.org/10.1136/bmjopen-
1905–1911. 2018-026471
https://doi.org/10.1007/s00268-014-
2496-0

You might also like