You are on page 1of 12

Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021

DOI: 10.36565/jab.v10i1.355
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka dan Peningkatan


Aktivitas Pasien Postoperasi Laparatomi
Yuliana1, Andrew Johan2, Nana Rochana3
1
Prodi S1 Keperawatan, STIKBA Jambi
2,3
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang
Email: nsyuliana2885@gmail.com

Submitted : 20/02/2021 Accepted: 03/03/2021 Published: 06/03/2021

Abstract
Laparatomy is surgery of the abdomen to open the lining of the abdomen. The treatment reduces
complications due to surgery, accelerates healing and restores the patient's function to the maximum
extent possible before surgery. Returns physical function immediately after surgery with early
mobilization. The purpose of this study was to look at the effect of early mobilization on wound healing
and increased patient activity postoperatively in laparotomy. This type of research is quantitative with
quasy eksperiment with control gruop designs. The number of samples was 88 Laparatomi patients,
taken using purposive sampling technique. Tool of data using observation sheets. Data were analyzed
using chi-square test and Wilcoxon test. The results of the study stated that there were significant
differences between the control group and the intervention group on wound healing (p= 0.047) and on
increased activity (p= 0.005). The results of the study it can be concluded that there is an influence of
early mobilization on wound healing and increased patient activity. The results of this study
recommend early mobilization using progressive mobility procedures in accordance with client activity
intolerance.
Keywords: activity level, laparatomi, wound healing,

Abstrak
Laparatomi yaitu pembedahan abdomen sampai membuka selaput abdomen. Perawatannya
mengurangi komplikasi akibat pembedahan, mempercepat penyembuhan dan mengembalikan fungsi
pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi. Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera
setelah operasi dengan mobilisasi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh mobilisasi
dini terhadap penyembuhan luka dan peningkatan aktivitas pasien postoperasi Laparatomi. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain quasi eksperiment menggunakan kelompok kontrol.
Jumlah sampel sebanyak 88 pasien laparatomi, diambil menggunakan tehnik purposive sampling. Alat
ukur instrumen menggunakan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan uji
wilcoxon. Hasil penelitian menyatakan ada perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan
kelompok intervensi pada penyembuhan luka (P= 0,047) dan pada peningkatan aktivitas (P= 0.005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka dan
peningkatan aktivitas pasien. Hasil penelitian ini merekomendasikan mobilisasi dini menggunakan
prosedur mobility progresif sesuai dengan toleransi aktivitas klien.
Kata kunci : laparatomi, penyembuhan luka, tingkat aktivitas

PENDAHULUAN pendarahan, obstruksi dan perforasi,


Laparatomi merupakan salah satu (Sjamsuhidajat, 2014). Data dari World
tindakan operasi bedah besar, dengan Health Organization (WHO) menunjukkan
melakukan penyayatan pada lapisan dinding jumlah pasien dengan tindakan operasi
perut untuk mendapatkan bagian organ perut mengalami peningkatan dari 140 menjadi 148
yang mengalami masalah, misalnya kanker, juta jiwa didunia dari 2011 ke 2012.

238
Indonesia pada tahun 2012, mendapatkan seperti, mengurangi distensi abdomen,
hasil tindakan operasi mencapai 1,2 juta jiwa mempercepat pemulihan pada luka abdomen,
dan diperkirakan 32% diantaranya mengurangi nyeri pada luka operasi dan
merupakan tindakan bedah laparatomi, mengembalikan pemulihan aktivitas tertentu
(Ningrum, 2016). Data rekam medis pasien sehingga pasien dapat kembali normal dan
Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi atau dapat memenuhi kebutuhan gerak
menunjukkan data sebanyak 249 pembedahan harian, (Bruner & suddart, 2002)
laparatomi pada tahun 2017, dimana angka Aktivitas adalah suatu energi atau
ini menempati urutan ke-2 dari sepuluh keadaan bergerak dimana manusia
tindakan operasi bedah terbanyak yang memerlukan untuk dapat memenuhi
dilakukan. kebutuhan hidup. Adapun sistem tubuh yang
Laparatomi yaitu pembedahan berperan dalam kebutuhan aktivitas antara
abdomen sampai membuka selaput abdomen, lain: tulang, otot dan tendon, ligamen, sistem
(Grace 2007). Tindakan ini memerlukan saraf dan sendi, (Potter and Perry, 2006).
perawatan yang berkesinambungan. Tindakan Ada banyak alasan mengapa pasien
perawatan post laparatomi adalah bentuk enggan bergerak, kebanyakan pasien
pelayanan perawatan yang diberikan kepada memiliki rasa khawatir kalau menggerakkan
pasien yang telah menjalani operasi tubuh pada posisi tertentu setelah operasi,
pembedahan perut. Tujuan perawatan post khawatir akan menimbulkan nyeri, kerusakan
laparatomi antara lain mengurangi atau bahaya lebih lanjut, (Julia, Abdul majid,
komplikasi akibat pembedahan, mempercepat 2011). Immobilisasi yang berlangsung lama
penyembuhan, mengembalikan fungsi pasien dapat menyebabkan dampak negatif terhadap
semaksimal mungkin seperti sebelum sistem tubuh, (Asmadi, 2008). Mempercepat
operasi, mempertahankan konsep diri pasien proses penyembuhan dan pemulihan kondisi
dan mempersiapkan pasien pulang. Salah satu pasien pascaoperasi perlu diperhatikan,
tindakan perawatan post operasi laparatomi mobilisasi bertahap hingga dapat beraktifitas
adalah mengatur dan menggerakkan posisi seperti biasa, semakin cepat dilakukan maka
pasien dengan hati–hati. Pengembalian fungsi semakin baik, (Majid Abdul, 2011).
fisik dilakukan segera setelah operasi dengan Exercise therapy ambulation diberikan
latihan nafas, batuk efektif dan latihan pada pasien yang mengalami hambatan
mobilisasi dini, (Padila, 2012). mobilisitas fisik atau intoleransi aktivitas
Mobilisasi dini yaitu proses aktivitas dengan tujuan meningkatkan aktivitas klien,
yang dilakukan pasien setelah operasi (Handayani, 2017).
dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur Therapy ambulasi merupakan bagian
sampai pasien bisa turun dari tempat tidur, gerakan dari mobilasi dini. Ambulasi dini
berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar harus jangan melebihi toleransi pasien.
kamar. Pada umumnya pasien dengan Kondisi pasien harus menjadi faktor penentu
tindakan bedah diberikan dorongan untuk dan kemajuan langkah diikui dengan
turun ketempat tidur secepat mungkin, hal ini memobilisasi pasien. Dukungan dan
ditentukan oleh kestabilannya sistem dorongan keperawatan dan dengan
kardiovaskular, neuromuskular pasien, keselamatan sebagai perhatian utama, harus
tingkat aktivitas pasien yang lazim dan jenis hati-hati untuk tidak membuat pasien letih,
pembedahan yang dilakukan. Keuntungan lamanya periode ambulasi pertama beragam
mobilisasi dini adalah bahwa hal tersebut tergantung pada kondisi fisik, (Brunner &
menurunkan masalah komplikasi postoperasi suddart, 2002). Mobility progresife adalah
protokol mobilisasi berdasarkan Timmerman berpengaruh terhadap lamanya perawatan
(2007) dan American association of critical pada pasien pascaoperasi laparatomi di
care nurses (2009) merupakan mobilisasi instalasi rawat inap adalah mobilisasi dini
dimulai dengan safety screening untuk dengan nilai sig 0,033. Arifin (2010)
memastikan kondisi fisik pasien, (Handayani, menyebutkan ada pengaruh mobilisasi dini
2017). terhadap lama hari rawat pasien post operasi
Penelitian Aleef dan Labib (2017) laparatomi, pasien dengan mobilisasi rawat
tentang early mobilitation and ICU inap menjadi lebih singkat <7 hari
rehabilitiation of ECMO patient, menyatakan dibandingkan pasien yang tidak melakukan
bahwa mobilisasi dini mampu meningkatkan mobilisasi dini dengam rawat inap ≥7 hari.
fungsi fisik pada pasien extra corporeal Beberapa jurnal penelitian
membrane oxigenation di ruang ICU. Hasil membuktikan hasil mobilisasi dini dalam
penelitian Handayani (2017) yaitu adanya mempercepat penyembuhan luka post
peningkatan gerak sendi pada pasien operasi. Hasil penelitian Gusti (2011)
terpasang ventilator pada hari ke tiga dan mengalami peningkatan rata-rata
ketujuh setelah pelaksanaan mobilisasi penyembuhan luka post operasi abdomen
progressif level satu. Belum ada penelitian (bedah mayor dan bedah minor) pada
yang membuktikan bahwa mobilisasi dini kelompok perlakuan dibandingkan kelompok
mempengaruhi tingkat aktivitas pasien. kontrol dengan uji man whitney nilai p=
Pascaoperasi pada laparatomi jika tidak 0,000. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
mendapatkan perawatan maksimal dapat pada kelompok bedah mayor dan minor yang
memperlambat proses penyembuhan. Salah diberikan penyuluhan dan pemantauan
satunya penyembuhan luka operasi. Pada mobilisasi, waktu perkembangan
prinsipnya luka akan sembuh dengan penyembuhan luka pada kelompok bedah
sendirinya, setiap luka operasi memiliki sama dimana pengangkatan jahitan selang
keragaman dalam memberikan respon yang seling sudah bisa dibuka pada hari ke-7 dan
dipengaruhi secara lokal dan umum. Jika hari ke-14 jahitan sudah dapat dilepas semua.
faktor umum dan lokal tidak ditangani Hasil penelitian Ditya (2016) pada 31 pasien
dengan baik luka akan sulit sembuh pasca laparatomi dibangsal bedah terdapat
(Arisanty, 2016), misalnya infeksi luka, 54,8% penyembuhan luka baik, dengan uji
kejadian infeksi biasanya muncul pada 36-46 chi-square terdapat hubungan yang bermakna
jam setelah operasi, (padila, 2012). Rumah antara mobilisasi dini dengan proses
sakit di Indonesia angka kejadian infeksi luka penyembuhan luka (p= 0,003).
operasi antara 2%-18%, (sandy, 2015). Survei Hasil observasi dan wawancara yang
WHO menunjukkan bahwa angka kejadian dilakukan di Ruang ICU Rumah Sakit Umum
surgical site infection di dunia berkisar antara Raden Mattaher Jambi, perawat menyatakan
5%-34%. Infeksi mengakibatkan dehisend pasien postoperasi dipantau selama enam
dan eviserasi (Brunner & suddart, 2002). jam, jika kondisi pasien membaik
Angka insiden wound dehiscence didunia dipindahkan keruang rawat inap, dan
sekitar 0,4%-3,5%, (Ningrum). mobilisasi berkemungkinan dilakukan di
Luka seharusnya menutup (sembuh) ruang rawat inap, survei yang didapat di
dalam waktu 21 hari namun terhambat hingga ruang rawat inap mobilisasi dilakukan di hari
lebih dalam 60 hari bergantung pada tingkat ke-3 dan kemampuan aktivitas pasien untuk
penghambatnya, Arisanty, 2016). Penelitian duduk maupun berjalan sangat lamban.
Kusumayanti (2014) salah satu faktor yang Keterlambatan mobilisasi sangat
240
mempengaruhi aktivitas klien dan screening sebelum mobilisasi, dari penilaian
penyembuhan luka. Bagi pasien merasa tersebut menentukan level toleransi aktivitas
sembuh adalah jika membaiknya luka operasi pasien. Protokol ini digunakan sebagai alat
dan kemampuan beraktivitas seperti sebelum instrumen untuk intervensi mobilisasi dini
pembedahan. Hal inilah yang membuat dan melihat efek terhadap penyembuhan luka
peneliti tertarik untuk mengambil mobilisasi dan tingkat aktivitas pasien. Peneliti berharap
dini, penyembuhan luka dan peningkatan penelitian ini menjadi gambaran bagi pasien
aktivitas sebagai variabel yang akan diteliti. manfaat mobilisasi dini terhadap
Penelitian Aleef Muriyan CM. dan penyembuhan luka dan peningkatan aktivitas
Labib ahmed (2017) mendapatkan hasil pasien postoperasi laparatomi.
bahwa mobilisasi dini meningkatkan
pemulihan fisik, penelitian Halida Handayani
(2017) mendapatkan hasil mobilisasi METODE PENELITIAN
progressife level satu efektif dalam Penelitian ini merupakan penelitian
perubahan rentang gerak sendi. Pembuktian quasi-eksperiment, (Supardi, 2013).
mobilisasi dini terhadap peningkatan aktivitas Penelitian ini menggunakan dua rancangan
pasien belum ada. Beberapa jurnal penelitian penelitian yaitu, rancangan penelitian
mendapatkan hasil mobilisasi dini posttest-only control gruop design dan
mempercepat proses penyembuhan luka, rancangan penelitian pretest-posttest control
belum ada jurnal internasional terkait hal ini. gruop design. Rancangan penelitian posttest-
Dari beberapa jurnal penelitian tersebut only control gruop design yaitu desain
menggunakan tahapan prosedur mobilisasi penelitian yang memiliki dua kelompok,
yang berbeda, antara lain Kasdu (2003) yaitu kelompok kontrol dan kelompok
dalam penelitian Netty (2013) memulai intervensi dilakukan dengan cara non-
prosedur 6 jam pascaoperasi, penelitian randomisasi kemudian dilakukan evaluasi
Sumartinah (2014) memulai prosedur 2-6 jam sesudah diberikan perlakuan. Rancangan
pasca operasi. Penelitian Handayani (2017) penelitian pretest-posttest control gruop
menggunakan protokol mobility progresife design yaitu suatu desain penelitian yang
memulai prosedur delapan jam pasca operasi. memiliki dua kelompok yaitu kelompok
Penelitian Conceicao (2017), menjelaskan kontrol dan kelompok intervensi dilakukan
dari berbagai sistematik review didapatkan dengan cara non-randomisasi yang kemudian
pasien aman melakukan mobilisasi jika dievaluasi sebelum dan sesudah diberikan
memenuhi kriteria ketetapan kardiovaskular, perlakuan, (Dwiyantini, 2018).
respirasi, neurologi, orthopedic, dan Populasi pada penelitian ini adalah
ketetapan lainnya. seluruh pasien postoperasi laparatomi di
Ditinjau dari beberapa rumah sakit Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi
umum yang ada di Indonesia antara lain dan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
RSUD Abdul Manap Jambi, RSUD Raden Manap. Tehnik sampling adalah cara
Mattaher Jambi, RSUP M. Djamil Padang, penyeleksian porsi populasi untuk dapat
Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, belum mewakili populasi. Menggunakan tehnik
memiliki protokol atau SOP mobilisasi dini sampling merupakan cara yang ditempuh
diruangan. Rumah Sakit Ahmad di Doha dalam pengambilan sampel, agar
Qatar mempunyai protocol mobilisasi dini memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
yang dapat digunakan di ruang ICU dan dengan subjek yang diinginkan peneliti
ruang Bedah. Pasien dilakukan safety Metode purposive sampling yaitu pemilihan
sampel dengan menetapkan subjek yang Instrumen penelitian menggunakan tiga
memenuhi kriteria dimasukkan dalam kurun alat ukur yaitu, protokol mobilisasi dini
waktu tertentu sehingga jumlah responden sebagai SOP mobilisasi dini, lembar obsevasi
yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2014). pengkajian luka yang digunakan untuk
Kriteria inklusi: mengukur penyembuhan luka dan lembar
a. Pasien pascaoperasi laparatomi ≤72 jam. observasi tingkat aktivitas untuk mengukur
Kriteria eksklusi: peningkatan aktivitas pasien postoperasi
a. Gangguan metabolik (Diabetess mellitus) laparatomi. Penelitian ini telah lolos uji etik
b. Gangguan multisistem (jantung, muskular, yang dilaksanakan oleh Komite Etik
neurologis, pernafasan) Penelitian kesehatan fakultas universitas
c. Order dokter adanya pembatasan dalam Aisiyah Yogyakarta. Prosedur penelitian
mobilisasi dini adalah, mengukur tingkat aktivitas responden
Dengan jumlah sample 88 pasien post operasi sebelum diberikan intervensi, setelah itu
laparatomi (44 kelompok intervensi dan 44 melakukan mobilisasi dini berdasarkan acuan
kelompok kontrol). Dengan analisis data protokol mobilisasi dini selama 5 hari.
menggunakan uji chi-square dan uji Follow up dilakukan di hari ke 5 untuk
wilxocon, (Dwiyantini, 2018). Penelitian ini mengukur tingkat aktivitas dan penyembuhan
dilakukan di Rumah Sakit Umum Raden luka operasi setelah diberikan tindakan
Mattaher Jambi dan Rumah Sakit Umum mobilisasi dini. Data dikumpulkan oleh
Daerah Abdul Manap kota Jambi. Waktu peneliti sendiri sedangkan tindakan
pelaksanaan penelitian dibulan Desember mobilisasi dibantu oleh perawat ruangan
2018–Mei 2019. yang telah diberikan penjelasan terlebih
dahulu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik pasien post laparatomi
Tabel.1 karakteritik pasien post operasi laparatomi.

Intervensi Kontrol Homogenitas


No Variabel F % F % x2 p
1. Jenis kelamin
a. Laki-laki 35 79,5% 35 79,5%
b. perempuan 9 20,5% 9 20,5% 0,002a 1.000
Total 44 100% 44 100%
2. Usia
a. Dewasa 22 50% 23 52,3%
b. Lansia 22 50% 21 47,7% 0,091a 0,763
Total 44 100% 44 100%
3. Status
a. Menikah 32 72,7% 35 79,5%
b. Belum menikah 12 27,3% 9 20,5% 0.146a 1.000
Total 44 100% 44 100%
4. Pendidikan
a. SD & SMP 14 31,8% 12 27,3%
b. SMA, D3 & S1 30 68,2% 32 72,7% 2.514a 0,152
Total 44 100% 44 100%
5. Diagnosa
a. Kolesistektomi/kolelitiasis 7 15,9% 5 11,4%
b. Ca. Empedu 1 2,3% 0 0%
c. Peritonitis, perforasi, APP 12 27,3% 9 20,5%
perforasi
d. Ca. Recti 1/3 distal 1 2,3% 0 2,3%
e. Appendiktomy, APP akut 5 11,4% 9 20,5%
f. Ca. Pangkreas 1 2,3% 0 0%
g. Trauma tumpul 1 2,3% 0 0%
0.124a 0,659
h. Herniaraphy/hernia 6 13,6% 7 15,9%
i. Kolik ileus, kolik abdomen 4 9,1% 3 6,8%
j. Ruptur hepar 0 0% 2 4,5%
k. Kolostomy 2 4,5% 2 4,5%
l. Sigmoidektomy 3 6,8% 5 11,4%
m. Ca. Colon 1 2,3% 0 0%
n. Radical systectomy 0 0% 1 2,3%
o. Repair gaster 0 0% 1 2,3%
Total 44 100% 44 100%
Setelah transformasi data menjadi tabel 2x2
Tabel.1 distribusi karakteristik kontrol 32 responden (72,7%) dan pada
responden hampir merata antara kelompok kelompok intervensi 30 responden (68,2%),
kontrol dan kelompok intervensi, jenis diagnosa peritonitis, perforasi dan APP
kelamin laki-laki 35 responden (79,5%) pada perforasi pada kelompok intervensi (27,3%)
tiap kelompok, usia dewasa dengan rentang dan pada kelompok kontrol (20,5%). Uji
usia 14-45 tahun pada kelompok kontrol 23 homogenitas karakteristik responden baik
responden (52,3%) dan pada kelompok jenis kelamin, usia, status, pendidikan,
intervensi 22 responden (50%), status diagnosa medis, mempunyai nilai signifikansi
menikah pada kelompok kontrol 35 >0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa varian
responden (79,5%) dan pada kelompok dari kelompok intervensi maupun kelompok
intervensi 32 responden (72,7%), pendidikan kontrol adalah sama atau homogen
tingkat SMA, D3 dan S1 pada kelompok
.

Penyembuhan luka operasi pasien post laparatomi


Tabel.2 Pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka

Intervensi Kontrol Total OR


Penyembuhan Luka f % F % F % x
(95% CI) 2
p

Sempurna 40 45,5 % 33 37,5% 73 83%


Tidak sempurna 4 4,5% 11 12,5% 15 17% 3.333 3,938a 0,047
Total 44 50% 44 50% 88 100%
Tabel. 2 Hasil penelitian menunjukkan sempurna pada kelompok intervensi 4
penyembuhan luka sempurna pada kelompok responden (4,5%) lebih kecil dibanding
intervensi sebanyak 40 responden (45,5%) kelompok kontrol 11 responden (12,5%).
lebih dari kelompok kontrol 33 responden Hasil uji analisis menunjukkan adanya
(37,5%), sedangkan penyembuhan luka tidak perbedaan bermakna antara kelompok kontrol
dengan kelompok intervensi (p= 0,047). Dari hasil analisis diperoleh nilai OR= 3.333
Aktivitas pasien postoperasi laparatomi
Tabel 3 level toleransi hari ke-5 berdasarkan progressife mobility kelompok
Intervensi
Level mobility progresif Total
Aktivitas
3 4 5
f % F % F % f %
1. Mandiri 7 15,9% 7 15,9%
2. Menggunakan alat 13 29,5% 13 29,3%
3. Bantuan atau pengawasan 13 29,5% 3 6,8% 16 36,4%
4. Bantuan, pengawasan dan 4 9,1% 4 9,1% 8 18,2%
peralatan
Total 4 9,1% 17 38,6% 23 52,3% 44 100%
Tabel 3 Menunjukkan bahwa sebagian besar mandiri, 13 responden aktivitas
pasien berada pada level 5 dengan kategori 7 menggunakan alat dan 3 responden dengan
responden mampu beraktivitas secara aktivitas bantuan atau pengawasan

Tabel 4 level toleransi hari ke-5 berdasarkan progressif mobility kelompok


Kontrol
Aktivitas Level mobility progresif Total
2 3 4 5
f % f % F % F % f %
1. Mandiri 2 4,5% 2 4,5%
2. Menggunakan alat 5 11,4% 5 11,4%
3. Bantuan atau pengawas 7 15,9% 10 22,7% 17 38,6%
4. Bantuan, pengawasan dan
peralatan 9 20,5% 6 13,6% 5 11,4% 20 45,5%

Total 9 20,5% 6 13,6% 12 27,3% 17 38,6% 44 100%


Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian secara mandiri, 5 responden aktivitas
besar pasien berada pada level 5 dengan menggunakan alat dan 10 responden
kategori 2 responden mampu beraktivitas dengan aktivitas bantuan atau pengawasan
Tabel 5 aktivitas responden

Intervensi Kontrol
Aktivitas Pre test Post test Pre test Post test
f % f % f % F %
1. Mandiri 0 0 7 15,9% 0 0 2 4,5%
2. Menggunakan alat 0 0 13 29,5% 0 0 5 11,4%
3. Bantuan atau pengawasan 0 0 16 36,5% 0 0 17 38,6%
4. Bantuan,pengawasan dan peralatan 0 0 8 18,2% 0 0 20 45,5%
5. Ketergantungan penuh
44 100% 0 0 44 100% 0 0
Total 44 100% 44 100% 44 100% 44 100%
Tabel 5 Hasil penelitian menunjukkan intervensi,aktivitas denganbantuan atau
bahwa aktivitas responden pada kelompok pengawasan sebanyak 16 responden
intervensidan kelompok kontrol sebelum (36,5%), sedangkan pada kelompok kontrol
dilakukan mobilisasi mengalami bantuan, pengawasan dan peralatan 20
ketergantung penuh (100%). Setelah responden(45,5%).
dilakukan mobilisasi dini pada kelompok

Tabel 6 Nilai rata-rata aktivitas pre dan post mobilisasi

Pre Post
Kelompok
Mean SD Mean SD
Intervensi 5 0.000 2,57 0.974
Kontrol 5 0.000 3,25 0.839
Tabel 6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi membutuhkan
rata-rata kelompok intervensi dan kelompok bantuan peralatan dan pada kelompok kontrol
kontrol sebelum diberi perlakuan dengan rata-rata membutuhkan bantuan atau
kategori membutuhkan bantuan penuh pengawasan orang lain.
perawatan, setelah diberi perlakuan rata-rata

Tabel 7 Mobilisasi dini terhadap peningkatan aktivitas

Kelompok Z P
Intervensi -5,836 0,000
Kontrol -5.886 0,000
Tabel 7 Hasil analisis menunjukkan ada perlakuan pada kelompok intervensi dan juga
perbedaan bermakna sebelum dan sesudah kelompok kontrol (p= 0,000)

Tabel 8 Pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan aktivitas

Intervensi Kontrol
Total OR
Aktivitas Post test Post test x P
(95% CI) 2
f % f % f %
1. Mandiri atau menggunakan alat 19 21,6% 7 8% 26 29,5%
2. Bantuan atau pengawasan, dan
atau bantuan, pengawasan dan 25 28,4% 37 42% 62 70,5% 4,017 7.861a 0.005
peralatan

Jumlah 44 50% 44 50% 88 100%

Pada tabel 8 Hasil analisis menunjukkan dan kelompok intervensi (p= 0.005). Dari
bahwa setelah diberi perlakuan, adanya hasil analisis diperoleh nilai OR= 4,017
perbedaan bermakna antara kelompok kontrol
Pengaruh mobilisasi terhadap penyembuhan luka secara umum. Pembuluh
penyembuhan luka post operasi darah arteri menghantar darah yang berisi
laparatomi nutrisi dan oksigen yang sangat bermanfaat
Hasil penelitian dari 88 responden yang bagi perkembangan sel dalam tubuh. Jika
terbagi menjadi 44 kelompok intervensi dan aliran darah ini terhambat datang ke area luka
44 kelompok kontrol menunjukkan bahwa setelah operasi karena alasan tertentu, luka
setelah diberikan mobilisasi dini akan mengalami sianosis hingga akhirnya
penyembuhan luka responden sempurna pada mengalami nekrosis dan luka tidak sembuh
kelompok intervensi 40 responden (45,5%) sesuai waktu penyembuhan, (Theddeus,
lebih dari kelompok kontrol sebanyak 33 2016). Gangguan pergerakan dapat
responden (37,5%) Kondisi luka klien menghambat aliran darah dari dan ke perifer,
tampak sempurna dengan kondisi luka tidak sering kali pemilik luka tidak merasakan
ada jaringan nekrotik, granulasi sempurna, kondisi lukanya memburuk dalam hal ini
epitelisasi menyatu sempurna, cairan eksudat asuhan keperawatan diperlukan untuk
sedikit dengan warna jernih, tidak terlihat meningkatkan penyembuhan luka dan
tanda-tanda infeksi, tepi luka tampak halus, pencegahan infeksi, (Arisanty, 2016).
bersih, tipis dan lunak, dan kulit sekitar luka Pengaruh mobilisasi dini terhadap
tampak utuh, status penyembuhan luka aktivitas pasien postoperasi laparatomi
meningkat. Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 4 responden (4,5%) penyembuhan pasca operasi sebelum diberikan mobilisasi
luka tidak sempurna pada kelompok dini seluruh responden memerlukan bantuan
intervensi, jumlah yang lebih sedikit penuh perawat (100%), hal ini dikarenakan
dibanding kelompok kontrol sebanyak 11 pada pasien pascaoperasi mengalami
responden (12,5%) Kondisi luka tampak ada hambatan mobilisasi pengaruh dari anastesi
jaringan nekrotik, pada sebagian jahitan luka dan rasa nyeri pasca operasi5. Peningkatan
epitelisasi belum menutup sempurna, terdapat aktivitas kelompok intervensi dengan
sedikit cairan eksudat berbentuk puss/nanah kelompok kontrol tampak setelah follow-up
bewarna kuning, terdapat tanda infeksi salah hari ke-5. Pada kelompok intervensi, aktivitas
satunya jaringan granula rapuh, kerusakan dengan bantuan atau pengawasan sebanyak
luka seperti jahitan luka terbuka, kulit sekitar 16 responden (36,5%) lebih satu tingkat
luka kemerahan dan bewarna kebiruan, status dibandingkan kelompok kontrol yang
luka memburuk. memerlukan bantuan, pengawasan dan
Hasil uji statistik penelitian peralatan sebanyak 20 responden (45,5%).
menunjukkan adanya perbedaan bermakna Hasil uji statistik menunjukkan adanya
antara kelompok kontrol dengan kelompok perbedaan bermakna antara kelompok kontrol
intervensi (p= 0,047). Hal ini sejalan dengan dengan kelompok intervensi (p= 0,005).
hasil penelitian Gusty (2011) hasil uji statistik Untuk penelitian terkait mobilisasi dini
adanya perbedaan bermakna antara kelompok terhadap peningkatan aktivitas pasien
kontrol dengan kelompok intervensi (p= pascaoperasi laparatomi belum ada.
0,003). Mobilisasi mempercepat pemulihan Aktivitas adalah suatu energi atau
pada luka abdomen (Haswita, 2017) keadaan bergerak dimana manusia
bertujuan menurunkan komplikasi pasca memerlukan untuk dapat memenuhi
operasi seperti masalah sirkulasi. Aliran kebutuhan hidup, (Hidayat, 2006).
darah lancar sangat penting pada pasien kebanyakan orang menilai tingkat
setelah pembedahan dan pada proses kesehatannya berdasarkan kemampuannya
untuk melakukan aktivitas seperti berdiri, yang dilakukan pada pasien memberi energi
berjalan, bekerja, makan, minum dan lain untuk mengembalikan kemampuan aktivitas
sebagainya, (Mubaraq, 2015). Adapun sistem pasien, semakin cepat pasien bergerak pasca
tubuh yang berperan dalam kebutuhan operasi, semakin baik pemulihan fisik klien,
aktivitas antara lain sistem persyarafan dan yang berdampak pada aktivitas klien,
muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal (Brunner and Suddart, 2002).
terdiri dari: tulang, otot dan tendon, ligamen,
sistem saraf dan sendi. Apa bila dilakukan SIMPULAN
dengan baik dan benar, aktifitas atau gerak Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap
tubuh sangat bermanfaat bagi seseorang. penyembuhan luka pasien postoperasi
Gerak tubuh secara teratur memperbaiki laparatomi. Ada pengaruh mobilisasi dini
tonus otot, merangsang peredaran darah dan terhadap peningkatan aktivitas pasien
organ tubuh yang lain sehingga dapat postoperasi laparatomi
meningkatkan kalenturan tubuh (Asmadi, SARAN
2008). Hasil penelitian ini
Pergerakan yang dilakukan pada pasien merekomendasikan mobilisasi dini
memberi energi untuk mengembalikan menggunakan prosedur mobility progresif
kemampuan aktivitas pasien, semakin cepat sesuai dengan toleransi aktivitas klien.
pasien bergerak pasca operasi, semakin baik
pemulihan fisik klien, yang berdampak pada UCAPAN TERIMA KASIH
aktivitas klien, (Brunner and Suddart, 2002). Terima kasih kepada Muhammad Aleef
Immobilisasi yang lama dapat menyebabkan fisiotherapi rumah sakit umum Ahmad Qatar
dampak yang negatif pada sistem organ yang telah membantu dalam penjelasan
tubuh. Penurunan kekutan otot juga protokol mobilisasi RSU. Ahmad Qatar.
mempengaruhi otot pernafasan, selanjutnya
hal ini menurunkan kapasitas vital dan DAFTAR PUSTAKA
kapasitas fungsional pernafasan. Bedrest Aleef MCM, Labib A. Early mobilitation and
yang terus menerus akan menurunkan energi ICU rehabilitation of ECMO patients.
yang dibutuhkan sehingga menurunkan Qatar medical jurnal. 2017; Art 71
kecepatan Basal Metabolik Rate, (Asmadi, Amin Huda. Aplikasi asuhan keperawatan
2008). Kebanyakan dari pasien masih berdasarkan diagnose medis dan
mempunyai kekhawatiran kalau tubuh NANDA NIC-NOC. Jakarta:
digerakkan pada posisi tertentu pascaoperasi Mediaction; 2015
akan mempengaruhi luka operasi yang masih Asmadi. Teknik prosedur keperawatan
belum sembuh yang baru saja selesai konsep dan dasar aplikasi kebutuhan
dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya dasar klien. Jakarta: Salemba medica;
masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan 2008
justru hampir semua jenis operasi Arisanty IP. Konsep dasar manajemen
membutuhkan mobilisasi atau pergerakan perawatan. Jakarta: EGC; 2106
badan sedini mungkin, asalkan rasa nyeri Arifin Dahlia. Pengaruh mobilisasi dini
dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak terhadap lama hari rawat pasien
lagi menjadi gangguan, dengan bergerak, postoperasi di RSU Haji Makasar.
masa pemulihan untuk mencapai level Skripsi. 2010
kondisi seperti pra pembedahan dapat
dipersingkat, dapat disimpulkan pergerakan
Brunner and Suddarth. Buku ajar Kusumayanti, Devi NLP, Dian NM, Astriani
keperawatan medical bedah. Jakarta: LPN. Faktor-faktor yang
EGC; 2002 mempengaruhi terhadap lamanya
Conceicao TMA, Gonzales AI, Figueiredo perawatan pada pasien pascaoperasi
FCXS, Vieira DSR, Bundchen DC. laparatomi di instalasi rawat inap BRSU
Safety criteria to strat early Tabanan. JAP. 2014; 2(3); 186-193
mobilization in intensive care units. Keperawatan dan kebidanan. Jakarta: Trans
Systematic review. Rev bras ter Info Media; 2017 Majid Abdul.
intensiva. 2017; 29 (4); 509-519 Ditya Keperawatan perioperatif. Yogyakarta:
W, Zahari A, Afriwadi. Hubungan Goysen publishing; 2011
mobilisasi dini dengan proses Mubarak WI, Indrawati L, Susanto J. Buku
penyembuhan luka pada pasien pasca ajar ilmu keperawatan dasar. Jakarta:
laparatomi di bangsal bedah pria dan Salemba medica; 2015
wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang. Netty Indarmein. Hubungan mobilisasi dini
Jurnal kesehatan Andalas. 2016; 5(3); dengan penyembuhan luka postoperasi
724-729 seksiosesarea di ruang rawat gabung
Dwiyantini M, Puspitaningrum I, Herlina, kebidanan RSUD H. Abdul Manap kota
Wiguna RI, Ningsih HEW. Penelitian Jambi tahun 2012. Jurnal penelitian
quasi-eksperiment dalam keperawatan. universitas Jambi serie sains. 2013;
Semarang: UNDIP PRESS; 2018Grace 15(1); 59-70 Ningrum TP, Isabela C.
PA. At a glacei ilmu bedah, edisi 3. Gambaran karakteristik pasien wound
Jakarta: Erlangga; 2007 dehiscence menurut variabel Rotterdam
Gusty RP. Pengaruh mobilisasi dini pasien di RSUD kota Bandung. Jurnal ilmu
pascaoperasi abdomen terhadap keperawatan. 2016; IV (2): 111-115.
penyembuhan luka dan fungsi Nursalam. Metodologi penelitian ilmu
pernafasan. Ners jurnal keperawatan. keperawatan, edisi 3. Jakarta: Salemba
2011; 7(2); 106-113 Medica; 2014 Padila. Buku ajar
Handayani Halidai. Efek mobilisasi keperawatan medical bedah.
progressife terhadap perubahan derajat Yogyakarta: Nuha medica; 2012
rentang gerak sendi dan kadar asam Potter and Perry. Buku ajar fundamental
laktat pada pasien dengan ventilasi keperawatan, edisi 4. Jakarta: EGC;
mekanik di unit perawatan intensif 2006
(ICU). Tesis; 2017 Rahma N, Kasim J, Anggriani S. Hubungan
Haswita, Sulistyowati R. Kebutuhan dasar mobilisasi dini terhadap kesembuhan
manusia untuk mahasiswa luka pada pasien section caesarea di
Simangungso R, Rottie J, Hutauruk M. RSKD ibu dan anak Siti Fatimah
Hubungan mobilisasi dini dengan Makasar. Jurnal ilmiah kesehatan.
proses penyembuhan luka post section 2015; 5(6); 655-660
caesarea di RSU GMIM Pancaran kasih Sandy FPT, Yulinar R, Utami NW. Infeksi
Manado. E-journal keperawatan. 2018; luka operasi pada pasien postoperasi
6(1);1-6 laparatomi. Jurnal keperawatan
Hidayat AA. Kebutuhan dasar manusia. terapan.2015; (1); 14-24
Jakarta: Salemba Medica; 2006 Julia Sjamsuhidajat, Wimde J. Buku ajar ilmu
DK, Peter SD. Keperawatan ortopedik bedah, edisi 3, volume 1. Jakarta: EGC;
dan trauma. Jakarta: EGC; 2011 2014
Sumartinah, Kusyati E, kustriyanti D, Rahayu Supardi S, Rustika. Metodelogi riset
H. Hubungan mobilisasi dini dan kadar keperawatan. Jakarta; Trans Info
hemoglobin terhadap penyembuhan Media; 2013
luka operasi section caesarea di Susantika IY. Mobilisasi dini terhadap
Semarang. Prosiding konferensi penyembuhan luka paska seksio sesaria
nasional II PPNI Jawa Tengah.2014; di RSU.Wahidin Sudiro Husodokota
2(1); 237-241 Mojokerto. Jurnal.2015;2(1); 1-7
Sumarah, Marianingsih E, Kusnanto H, Theddeus OH, Prasetyono. Panduan
Haryanti W. Pengaruh mobilisasi dini klinis manajemen luka. Jakarta:
terhadap penyembuhan luka post EGC;2016
section caesarea. Jurnal involsi Yuwono. Pengaruh beberapa faktor resiko
kebidanan. 2013; 3(5); 58-69 terhadap kejadian surgical site infection
(SSI) pada pasien laparatomi
emergensi. JMJ; 1(1); 16-25

You might also like