You are on page 1of 11

THE EFFECT OF MODIFICATION ONPERCEPTIONSTIMULATIONGROUPACTIVITY THERAPY

WITH TALK THROUGH PATIENTS ABILITY IN CONTROLLING HALLUCINATION

by:
RiskaWika P.

Mental illnessis a set of abnormal circumstances, whether it related to physical and mental.If we do not properly handle
the patients with hallucinations, it will be bad for clients, families, other people and the environment. It is uncommon
for people to violence because of his hallucinations, clients with mental illnessis often considered to have no feeling and
the belief that they are dangerous so be a negative stigma attached. The effect of GAT in patients with hallucinations is
become very important for the patient's recovery. So, in this case it is necessary to applyGAT sustainability and
continuously. This research aims to know The Effect of Perception Stimulation Group Activity Therapy with Talk
through Patient Ability in Controlling Hallucination.
The research design was pre-experimental design that uses a quantitative approach with One Group Pretest
Posttest Design method. The populations in this researchwere all patients who experience hallucinations in Menur
Asylum Hospital as many as 19 patients were taken by total sampling. The instrument used in this research was
observation. The independent variable in this research is Perception Stimulation Group Activity Therapy: talk. While
the dependent variable is patient's ability to control hallucinations
The results of the research that the ability to control hallucinations on patient with auditory hallucinations
before Perception Stimulation Group Activity Therapyfor patient in Gelatik,Flamboyan and Kenariroom
atMenurAsylum Hospital Surabaya largely incapacitated andlargely capable after GAT given. Based on the
Wilcoxonanalysis gainedp-value of 0.001 <α (0.05) which can be concluded that Ho is rejected, which means that there
is Influence fromGroup Activity Therapy: talk through patient’s ability in controlling hallucination in Gelatik,
Flamboyan and Kenari room at Menur Asylum Hospital Surabaya.
It was expected for the familyof the patient to use the finding of this research as an intake so that the patient
understands how to control hallucination as a non-pharmacology through himself with Perception Stimulation Group
Activity Therapy: a talk.

Keywords: GAT, hallucinations, the patient's ability to control hallucinations

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang anggapan bahwa mereka berbahaya menjadi stigma
Saat ini kesehatan merupakan hal yang sangat negatif yang begitu melekat. Lebih jauh lagi, klien
penting dalam kehidupan. Salah satu pemicu terjadinya dengan gangguan kejiwaan juga sering mengalami
berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak perlakuan diskriminatif dan tidak mendapatkan
modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk pertolongan yang memadai karena masih adanya
perubahan dan kemajuan teknologi baru. Gangguan stigma bahwa penyakit kejiwaan seperti Skizofrenia
jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan
namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak (Hawari, 2007).
produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga Prevalensi terjadinya halusinasi dalam dunia
penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Internasional (WHO), tahun 2001 menyatakan bahwa
Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah sekitar 450 juta orang didunia memiliki gangguan
satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - mental. Sebanyak 0,85% mengalamiskizofrenia.
negara maju, modern, dan industri. Keempat masalah Sedangkan angka prevalens iskizofrenia didunia adalah
tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan 1 per 10.000 orang pertahun. Prevalensi skizofrenia di
jiwa, dan kecelakaan (Marjono, 1992, dalam Hawari, Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu
2007). penduduk. Bila diperkirakan penduduk berjumlah 220
Penelitian pada rumah sakit jiwa provinsi juta orang akan terdapat gangguan jiwa berupa
Bali pada Mei 2013 didapatkan hasil dari 20 pasien skizofren sebanyak 660 ribu sampai satu juta orang.
Skizofrenia dengan masalah keperawatan halusinasi, Hal ini merupakan angka yang cukup besar serta perlu
sebagian besar yaitu 16 orang dengan presentase 80% penanganan yang serius (Suliswati 2005).Rikesdes
memiliki kemampuan mengontrol halusinasi kategori (2007) menyatakan prevelensi nasional gangguan jiwa
kurang sebelum dilakukannya Terapi Aktifitas berat mencapai 4,6% dari jumlah penduduk, sebanyak
Kelompok Stimulasi persepsi dan sebanyak 4 orang 7 provensi memeiliki prevelensi gangguan jiwa berat
dengan presentase sebanyak 20% memiliki diatas prevelensi nasional, yaitu prevelensi gangguan
kemampuan mengontrol halusinasi kategori cukup. jiwa berat tertinggi di Indonesia terdapat di DKI
Penderita halusinasi jika tidak ditangani Jakarta (20,3%), diikuti Nangroe Aceh Darusalam
dengan baik akan berakibat buruk bagi klien sendiri, (18,5%), Sumatra Barat (9,9%), Sumatraselatan
keluarga, orang lain dan lingkungan. Tidak jarang (9,2%), Bangka Belitung (8,7%), dan kepulauan Riau
ditemukan penderita yang melakukan tindak kekerasan (7,4%). Penderita gangguan jiwa di jawa timur pada
karena halusinasinya. Selain itu, di masyarakat dan tahun 2012 sebanyak 11% dari total populasi
keluarga, klien dengan gangguan kejiwaan sering rinciannya 4% gangguan jiwa ringan dan sedang 7%
dianggap sudah tidak memiliki perasaan lagi dan lainnya termasuk gangguan jiwa berat, namun yang
mendapatkan pelayanan secara medis baru sebagian halusinasi pasien. Berdasarkan hasil penelitian
kecil saja. Setiap tahun, kenaikan kunjungan kepasien didapatkan bahwa perilaku pasien halusinasi sesudah
Rumah Sakit Jiwa Menur sangat tinggi, yakni 10% dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok dan yang tidak
pertahun. Pada tahun 2009 lalu, terdapat 26.682 pasien, diberikan Terapi Aktivitas Kelompok menunjukan
padatahun 2010 terdapat 27.068 pasien dan pada tahun hasil kecemasan dapat turun hanya pada pasien dengan
2011 terdapat 30.130 pasien. Padatahun 2012 lalu, halusinasi ringan.
lebihdari 31.000 pasien, sedangkanpadatahun 2013 ini Berdasarkan fenomena yang telah ada,Terapi
meningkat sampai menembus angka 33.000 pasien. Di Aktivitas Kelompok yang sudah diterapkan hanya
ruang kenari pada bulan mei mengalami peningkatan mampu mengatasi halusinasi ringan pada pasien
pasien sehingga mencapai 27 pasien dengan halusinasi dengan halusinasi pendengaran tetapi tidak dilakukan
pendengaran, sedangkan diruangan gelatik dan secara berkelanjutan. Menilik alasan diatas maka
flamboyan mengalami peningkatan pasien dengan peneliti tertarik untuk melakukan riset tentang
diagnosa halusinasi pendengaran sebanyak 27 dan 20 Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok
orang. Stimulasi Persepsi dengan Bercakap - cakapTerhadap
Terdapat beberapa penyebab seseorang yang Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Dengar.
mengalami halusinasi yaitu penurunan prepsepsi Diharapkan dengan adanya Terapi Aktivitas Kelompok
sensori, ketidak seimbangan biokimia, stimulasi stimulasi sensori bercakap - cakap ini dapat membantu
lingkungan, stress psikologis, serta faktor genetika. pasien dalam mengontrol halusinasi serta
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang meminimalisir dampak negative dari halusinasi seta
mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dapat membktikan teori yang telah ada
dirinya. Dimana pasien panik dan perilakunya
dikendalikan oleh halusinasinya. Dampak dari 1.2 Rumusan Masalah
halusinasi pasien dapat melakukan bunuh diri, Apakah ada pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok
membunuh orang lain, bahkan merusak lingkungan. Stimulasi Persepsi dengan Bercakap-cakap Terhadap
Pasien dengan halusinasi akan mengalami gangguan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi?
dalam pengalaman sensorinya. Menurut Surat Kabar
Kompas 2015 menyebutkan bahwa Kepolisian Sektor 1.3 Tujuan Penelitian
Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, tidak dapat 1.3.1 Tujuan Umum
menjerat penganiaya ibu kandung, Johanes Saptono Untuk mengetahui pengaruh Terapi Aktifitas
alias Dony (45) dengan hukuman menyusul keputusan Kelompok Stimulasi Persepsi dengan Bercakap-cakap
tim medis yang menyatakan tersangka positif Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi?
mengalami gangguan jiwa. Menurut dia, pria yang
nekat menganiaya Elizhabeth Jupri (79) pada Rabu 1.3.2 Tujuan Khusus
(3/2) telah menjalani proses pemeriksaan kejiwaan di 1 Mengidentifikasi kemampuan mengontrol
Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, sejak halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran
dua pekan lalu. Tim medis menyatakan, Dony sebelumdilakukan (Sesi 1)Terapi Aktifitas
mengalami gangguan kejiwaan atau halusinasi Kelompok Stimulasi Persepsi dengan Bercakap -
pendengaran dan penglihatan, sehingga bisa cakap
membahayakan orang lain. 2 Mengidentifikasi kemampuan mengontrol
Sumber dari solo pos 2015 mengungkapkan halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran
bahwa Wiryono kerap mendengar bisikan – bisikan sesudah dilakukan (Sesi 3) Terapi Aktifitas
yang tak jelas asalnya. Wiryono juga kerap mendengar Kelompok Stimulasi Persepsi dengan Bercakap -
bisikan untuik menceraikan istrinya. Hal itu menjadi cakap
dasar perceraian wiryono dengan istri pertamanya. 3 Menganalisis pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok
Wiryono juga mengungkapkan sering mendengar ayam Stimulasi Persepsi dengan Bercakap - cakap
yang sedang berbicara ketika ayam tersebut berkokok. Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol
Pengaruh pemberian Terapi Aktifitas Halusinasi pendengaran
Kelompok pada pasien halusinasi sangat berperan
penting untuk kesembuhan pasien, sepanjang dari 1.4 Manfaat Penelitian
penelitian yang sudah di lakukan pemberian Terapi 1.4.1. Manfaat Teoritis
Aktifitas Kelompok berpengaruh bagi pasien dengan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
halusinasi. Sehingga dalam hal ini Terapi Aktifitas menjelasan pengaruh terapi aktivitas kelompok
Kelompok sangat perlu di tingkatkan serta di jalankan stimulasi persepsi : bercakap – cakap terhadap
secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Terapi kemampuan pasien mengontrol halusinasi
Aktivitas Kelompok adalah salah satu terapi
psikomotor/ terapi nonfarmakologi terdapat macam – 1.4.2. Manfaat Praktis
macam Terapi Aktivitas Kelompok, Terapi aktivitas 1. Manfaat Bagi Peneliti
kelompok yang akan digunakan dalam penelitian ini Menambah pengetahuan mengenai aktivitas
adalah Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi. kelompok serta menambah pemahaman dan
Rahayu wijayanti (2008) dalam penelitian terdapat 52 pengalaman tentang pengaruh terapi aktivitas
responden didapatkan bahwa penerapan Terapi kelompok stimulasi persepsi : bercakap – cakap
Aktivitas Kelompok stimulasi sensori sedikit terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi
mengalami perubahan untuk mengontrol gejalan
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan 4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat berguna bagi akademis sebagai Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
materi tambahan pada mata pelajaran keperawatan dasar dalam melaksanakan penelitian untuk
jiwa tentang upaya dalam mongontrol halusinasi mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai
pasien dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi pengaruh terapi aktivitas kelompok : bercakap -
persepsi : bercakap – cakap cakap lainnya pada pasien dengan halusinasi
3. Manfaat Bagi Institusi Kesehatan 5. Manfaat Bagi Pasien dan keluarga
Dengan penelitian pengaruh terapi aktifitas Sebagai masukan sehingga pasien memahami cara
kelompok stimulasi persepsi : bercakap - cakap mengontrol halusinasi secara nonfarmakologi
dapat dijadikan program terapi di ruangan RSJ terhadap dirinya dengan terapi aktivitas kelompok
Menur yang mengalami halusinasi dengar. stimulasi persepsi : bercakap – cakap.

METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian treatment/ perlakuan dan setelah treatment dilakukan
Desain penelitian merupakan pola atau petunjuk pengukuran/ observasi (post test) (Hidayat, 2010).
secara sistematis yang bisa diaplikasikan pada
beberapa penelitian (Nursalam, 2003). Desain Subyek Pra Perlakuan Pasca test
penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan - I O
yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
bagaimana suatu peneliti bisa diterapkan (Nursalam & Keterangan :
Pariani, 2001). Dalam penelitian ini menggunakan - : observasi sebelum Pemberian TAK
desain penelitian Pre-experimental design dengan studi I : Intervensi (Pemberian TAK)
penelitian One group pre-test – post test designartinya O : Observasi setelah intervensi
sebelum diberi perlakuan variable diobservasi/ diukur
terlebih dahulu (pre-test) setelah itu dilakukan

3.2 Kerangka Kerja


Populasi
Pasien yang mengalami halusinai dengar yang bersedia mendapatkan Terapi aktivitas
kelompok, kooperatif dan menyetujui mengikuti terapi aktivitas kelompok

Tekhnik Sampling
Total Sampling

Sampel 19 pasien halusinasi pendengaran

Desain Penelitian pre – experimental design one shot case study

Variabel Independen terapi aktivitas Variabel Dependen kemampuan pasien


kelompok stimulasi persepsi : bercakap cakap mengontrol halusinasi pendengaran

Pengukuran awal kemampuan mengontrol halusinasi

Perlakuan TAK stimulasi persepsi : bercakap – cakap

Pengukuran akhir kemampuan pasien mengontrol halusinasi

Analisa data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating. Wilcoxon Sign Rank Test

Penyajian data

Kesimpulan
3.3 Populasi Sampel dan Sampling tanda – tanda yang mempunyai pengaruh terbesar
3.3.1 Populasi variabel yang diselidiki. Total sampling artinya
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penetuan sampel secara keseluruhan dari objek
RSJ Menur yang mengalami halusinasi dengar penelitian
sebanyak 19 pasien
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.2 Sampel 3.4.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini sampel yang diteliti adalah 1. Variable Independent
sebanyak 10 orang diruangan gelatik dan 9 orang Adapun variabel independent dalam penelitian ini
diruangan Kenari adalah Pengaruh pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok stimulasi persepsi : bercakap – cakap
3.3.3 Sampling 2. Variable Dependent
Pada peneilitan ini sampel diambil dengan Adapun variabel dependent dalam penelitian ini
caratotal samplingtehnik penentuan sampel dengan adalah Kemampuan pasien mengontrol halusinasi
kuota menetapkan setiap strata populasi berdasarkan pendengaran
.
3.4.2 Definisi Operasional

Definisi
Variable Indikator Alat ukur Skala Skor
oprasional
Terapi Aktivitas Suatu metode - Salam dari terapis untuk SAK - -
Kelompok terapi yang klien (Satuan Acara
Stimulasi menggunakan - Klien dan terapis Kegiatan)
Persepsi : tehnik bercakap – memakai papan nama
bercakap - cakap cakap dengan - Terapi aktivitas kelompok
membicarakan dilakukan selama 30 menit
topik tertentu - Terapis menjelaskan
guna mengontrol tujuan terapi
halusinasi. - Menanyakan kesiapan
pasien
- Member pasien
kesempatan bertanya /
menyampaikan sesuatu
- Terapis mengatur posisi
klien ( 1 pasien 1
fasilitator)
- Terapis memperagakan
terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi
bercakap – cakap
- Terapis memberikan
kesempatan pasien maju
satu persatu searah jarum
jam untuk memperagakan
TAK yang telah di
demokan sebelumnya
- Memberikan follow up
- Kontrak ( bil perlu)
- Salam
Kemampuan Kemampuan Afektif Observasi Ordinal Mampu
pasien pasien dalam 1. Ketika halusinasi =1
mengontrol mengendalikan muncul klien akan Tidak mampu
halusinasi halusinasi bercakap – cakap dengan =0
pendengaran pendengaran saat orang terdekat
halusinasi muncul 2. Ketika halusinasi Mampu :
muncul klien tidak akan (51 – 100%
marah – marah Tidak Mampu:
3. Ketika halusinasi ( 0 – 50%)
muncul klien akan
bercakap – cakap
tentang kegiatan sehari –
hari
Kognitif
4. Klien mampu
menyebutkan antara
realita dan non realita
5. Klien mampu
menyebutkan
danbercerita pengalaman
halusinasi yang dialami
6. Klien mampu berespon
terhadap petunjuk yang
komplek
7. Klien mampu
menyebutkan siapa saja
yang bisa diajak
bercakap – cakap
8. Klien mampu memulai
pembicaraan
denganorang lain

Psikomotor
9. Pasien mampu
mendemonstrasikan /
mengulang kembali cara
bercakap – cakap dengan
topik yang sudah di
ajarkan.
Dengan :
- Orang tua
- Saudara
- Orang terdekat yang
selalu mendampingi
- Perawat ruangan.

3.5 Pengumpulan dan Analisa Data menyetuji kontrak, keesokan harinya peneliti dibantu
3.5.1 Instrument penelitian dengan teman sebagai observer menyiapkan kesiapan
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah untuk melakukan TAK di ruangan rehabiliasi.
Lembar Observasi TAK
3.5.4 Cara Analisa Data
3.5.2 Lokasi Penelitian Analisa data merupakan cara mengolah data
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Menur agar dapat disimpulkan atau diinterprestasikan menjadi
pada pada bulan November sampai desember 2015. informasi. Dalam melakukan analisa data terlebih
dahulu data harus diolah (Hidayat, 2010). Setelah data
3.5.3 Pengumpulan data terkumpul langkah selanjutnya untuk mengolah data
Pada langkah ini dilakukan pemilihan lahan adalah :
penelitian dan pengurusan ijin yaitu di Rumah Sakit a. Editing
Jiwa Menur. Kemudian mengadakan studi pendahuluan Merupakan upaya untuk memeriksa
tentang penelitian. Selanjutnya menyerahkan proposal kembali kebenaran data yang diperoleh atau
di bagian diklat RSJ Menur, setelah proposal diterima dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
dibagian diklat peneliti diharuskan untuk melakukan pengumpulan data atau setelah data terkumpul
presentasi proposal di ruangan diklat RSJ Menur (Hidayat, 2010). Proses editing data dengan
dengan dihadiri oleh penguji dari RSJ Menur. Setelah meneliti kembali kelengkapan lembar observasi
dilakukan presentasi dan disetujui hasil presentasi, kemampuan pasien mengontrol halusinasi
penetapan pembimbing pun dilakukan oleh bagian pendengaran
diklat, penetapan pembimbing ini adalah untuk b. Coding
membimbing selama proses penelitian di RSJ Menur. Merupakan kegiatan pemberian kode
Setelah itu peneliti meminta ijin peruangan yang akan nomerik (angka) terhadap data yang tediri dari
dilakukan penelitian yaitu ruang Gelatik, dan Kenari beberpa kateori (Hidayat, 2010).
untuk memilih dan bertemu pasien sesuai dengan c. Tabulating
kriteria inklusi. Setelah data pasien didapat esok Dalam tabulating ini dilakukan
harinya kembali keruangan untuk bertemu dengan penyusunan dan penghitungan data dari hasil
pasien guna melakukan kontrak waktu TAK sesi 1 di coding untuk kemudian disajikan dalam bentuk
ruangan rehabilitasi pada pukul 11.00 WIB yang sudah tabel dan dilakukan evaluasi (Nursalam, 2003).
dibentuk sejumlah 2 kelompok. Setelah pasien Setelah data dipersentasikan kemudian dilakukan
penyusunan tabelfrekuensi yang digunakan untuk 3.6.4 Beneficence dan non – maleficence ( tidak
mengelompokkan data dalam penyusunantabulasi. merugikan )
Dalam tabulasi dapat di ketahui adakah pengaruh Prinsip ini berarti segala tindakan yang
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya /
bercakap – cakap terhadap kemampuan pasien cedera secara fisik dan psikologik.
mengontrol halusinasi di ruang Gelatik, Kenari RSJ
Menur Surabaya. 3.6.5 Justice (kejujuran)
Prinsip keadilan ini menyatakan bahwa mereka
3.5.6 Uji statistik yang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan
Data yang sudah dikumpulkan kemudian yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak sederajat
dianalisa dengan menggunakan uji Wilcoxon range sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini berarti bahwa
test(pre – post) dengan nilai α = 0,05. Jika hasil kebutuhan kesehatan dari mereka yang sederajat harus
statistik ρ ≤ 0,05 maka H1diterima yang berarti ada menerima sumber pelayanan kesehatan dalam jumlah
Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi : bercakap – cakap sebanding. Ketika seseorang mempunyai kebutuhan
terhadap Kemampuan Pasien mengontrol Halusinasi kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini ia
Pendengaran. Sedangkan jika hasil ρ ≥ 0,05 H0 harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar
diterima yang berarti tidak ada Pengaruh TAK pula.Keadilan berbicara tentang kejujuran dan
Stimulasi Persepsi : bercakap – cakap terhadap pendistribusian barang dan jasa secara merata. Fokus
Kemampuan Pasien mengontrol Halusinasi hukum adalah perlindungan masyarakat, sedangkan
Pendengaran fokus hukum kesehatan adalah perlindungan
konsumen.
3.6 Etika Penelitian Responden yang bergabung pada kelompok
3.6.1 Anonymity (Tanpa Nama) perlakuan mendapatkan intervensi berupa terapi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap aktivitas kelompok stimulasi persepsi : bercakap –
individu mempunyai kebebasan menentukan tindakan cakap selama penelitian berlangsung,dan pada
atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih. kelompok perlakuan sama-sama diperiksa kemampuan
Permasalaan yang muncul dari penerapan prinsip ini mengontrol halusinasi.
adalah adanya variasi kemampuan otonomi pasien
yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat 3.7 Keterbatasan Penelitian
kesadaran, usia, penyakit, lingkungan rumah sakit, Dalam penelitian keterbatasan yang dihadapi peneliti
ekonomi, tersedianya informasi dll. adalah :
Dalam hal ini peneliti tidak cantumkan pada 1. Kesulitan untuk mencari observer dikarenakan
lembar pengumpulan data, hanya menuliskan inisial kegiatan masing – masing individu berbeda
saja pada lembar pengumpulan data 2. Instrumen pengumpulan data belum diadakan uji
validitas dan realitas.
3.6.2 Informed consent(lembar persetujuan)
Informed concent merupakan lembar HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
persetujuan antara peneliti dengan responden yang 4.1 Hasil penelitian
diberikan sebelum penelitian. Tujuan Informed consent 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
yaitu responden dapat mengerti maksud dan tujuan Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa
penelitian. Bila responden tidak bersedia maka peneliti Daerah Menur Surabaya dengan alamat Jl. Menur No
harus menghormati hak responden. 120 Surabaya Jawa Timur Rumah Sakit Jiwa Daerah
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan Menur Surabaya merupakan rumah sakit milik pemda
penelitian yang dilakukan jika subyek bersedia diteliti, jatim dengan 300 tempat tidur yang diresmikan pada
maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika 24 Maret 1977. Awalnya, pada tahun 1923 Rumah
subyek menolak untuk diteliti, maka tidak akan Sakit Jiwa Menur Surabaya diperkirakan sebagai
memaksa dan tetap menghormati haknya. “Doorgangshuis” atau tempat penampungan sementara
penderita gangguan jiwa dengan kapasitas 100 tempat
3.6.3 Confidentiality (kerahasiaan) tidur. Sampai dengan tahun 1977 beralamatkan Jl.
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah Karang Tembok dan disebut : “ Rumah Sakit Jiwa
bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Pegirian”. Tahun 1954 Departemen Kesehatan
Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan membeli tanah seluas 96.840 m2 di Menur (dahulu
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan Gubeng). Tanah 96.840 m2 selanjutnya 40.436 m2
klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh diperuntukkan untuk RSJ Menur sedangkan sisanya
informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien 56.406 untuk Akademi Penilik Kesehatan (sekarang
dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien Poltekkes). Awal Tahun 2012 , berdasarkan Keputusan
diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 060 /
atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan Menkes / SK/ II / 2012 tanggal 17 Pebruari 2012,
lain harus dicegah. tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Jiwa Daerah
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang Menur Surabaya Milik Pemerintah Provinsi Jawa
diperoleh dari responden, hanya data tertentu saja yang Timur, RS Jiwa Menur ditetapkan sebagai Rumah
akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian. Sakit Khusus dengan Klasifikasi Kelas A. Pada tahun
2012 RS Jiwa Menur juga telah berhasil melakukan
Re-Sertifikasi ISO 9001 : 2008 oleh TUV Nord pada 3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan
tanggal 10 – 12 April 2012 dan dinyatakan lulus. Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan
Selanjutnya pada tahun 2012 ini RS Jiwa Menur pendidikan pasien di Ruangan Gelatik, Flamboyan
dalam proses pengajuan Penetapan Rumah Sakit dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
sebagai Rumah Sakit Khusus Type A Pendidikan. 2016
Visi Misi Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya adalah
sebagai berikut : Pendidikan Jumlah Prosentase
responden (%)
Visi : SD 0 0
Rumah sakit jiwa kelas A pendidikan dengan SMP 0 0
pelayanan prima SMA 14 73,7
Misi : Diploma / 5 26,3
1. Mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa Sarjana
subspesialistik yang prima dan paripurna serta Jumlah 19 100
pelayanan kesehatan non jiwa sebagai penunjang
pelayanan kesehatan jiwa. Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa
2. Mewujudkan pelayanan pendidikan, pelatihan, dan pendidikan pasien di Ruangan Gelatik, Flamboyan
penelitian kesehatan jiwa yang bermutu dan dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
beretika. sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak
14 pasien (73,7%) dan sebagian berpendidikan
4.1.2 Karakterisitik demografi responden Diploma / Sarjana yaitu sebanyak 5 pasien (26,3%).
1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin 4. Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan
umur pasien di Ruangan Gelatik, Flamboyan dan pekerjaan pasien di Ruangan Gelatik, Flamboyan
Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya 2016 dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
2016
Jumlah Prosentase
Umur
responden (%) Jumlah Prosentase
Pekerjaan
18 - 27 Tahun 11 57,9 responden (%)
28 – 36 Tahun 6 31,6 Wiraswasta 4 21,1
37– 46 Tahun 2 10,5 Swasta 15 78,9
Jumlah 19 100 Jumlah 19 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa
umur pasien di Ruangan Gelatik, Flamboyan dan pekerjaan pasien di Ruangan Gelatik, Flamboyan
Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
sebagian besar berumur 18 – 27 tahun yaitu sebagian besar bekerja swasta yaitu sebanyak 15
sebanyak 11 pasien (57,9%) dan sebagian kecil pasien (78,89%) dan sebagian kecil wiraswasta
berumur 37 – 46 tahun yaitu sebanyak 2 pasien yaitu sebanyak 4 pasien (21,1%)
(10,5%).
2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin 4.1.3 Data khusus
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan 4.1.3.1 Kemampuan mengontrol halusinasi pada
jenis kelamin pasien di Ruangan Gelatik, pasien halusinasi pendengaran sebelum
Flamboyan dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok
Surabaya 2016 Stimulasi Persepsi
Jumlah Prosentase Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan
Jenis kelamin
responden (%) Kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
Laki-laki 17 89,5 halusinasi pendengaran sebelum dilakukan Terapi
Perempuan 2 10,5 Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi pasien di
Jumlah 19 100 Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah
Sakit Jiwa Menur Surabaya 2016
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa
jenis kelamin pasien di Ruangan Gelatik, Kemampuan Jumlah Prosentase
Flamboyan dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Pasien responden (%)
Surabaya sebagian besar berjenis kelamin laki–laki Tidak Mampu 15 77,8
yaitu sebanyak 17 pasien (89,5%) dan sebagian Mampu 4 22,2
kecil berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 2 Jumlah 19 100
pasien (10,5).
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
halusinasi pendengaran sebelum dilakukan terapi
aktifitas kelompok stimulasi persepsi pasien di
Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah Menur Surabaya sebagian besar tidak mampu yaitu
Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagian besar tidak sebanyak 15 pasien (78,9%) sedangkan sesudah
mampu yaitu sebanyak 15 pasien (78,9%) dan dilakukan terapi aktifitas kelompok stimulasi
sebagian kecil mampu yaitu sebanyak 4 pasien persepsi sebagian besar mampu yaitu sebanyak 16
(21,1%) pasien (84,2%)
Berdasarkan hasil analisis wilcoxon di
4.1.3.2 Kemampuan mengontrol halusinasi pada dapatkan nilai p sebesar 0,001 < α (0,05) yang
pasien halusinasi pendengaran sesudah dapat disimpulkan bahwa Ho di ditolak yang berarti
dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok Ada Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi
Stimulasi Persepsi persepsi : bercakap – cakap terhadap kemampuan
Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan pasien mengontrol halusinasi di Ruangan Gelatik,
Kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien Flamboyan dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur
halusinasi pendengaran sesudah dilakukan Terapi Surabaya.
Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi pasien di
Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah 4.2 Pembahasan
Sakit Jiwa Menur Surabaya 2016 4.2.1 Kemampuan mengontrol halusinasi pada
pasien halusinasi pendengaran sebelum
Kemampuan Jumlah Prosentase dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok
Pasien responden (%) Stimulasi Persepsi
Tidak Mampu 3 15,8 Berdasarkan tabel 4.5 bahwa kemampuan
Mampu 16 84,2 mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi
Jumlah 19 100 pendengaran sebelum dilakukan terapi aktifitas
kelompok stimulasi persepsi pasien di Ruangan
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah Sakit Jiwa
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien Menur Surabaya sebagian besar tidak mampu yaitu
halusinasi pendengaran sesudah dilakukan terapi sebanyak 15 pasien (78,9%) dan sebagian kecil mampu
aktifitas kelompok stimulasi persepsi pasien di yaitu sebanyak 4 pasien (21,1%)
Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah Berdasarkan informasi yang didapat
Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagian besar mampu pelaksanaan TAK sudah dilakukan dalam waktu 3
yaitu sebanyak 9 pasien (88,9%) dan sebagian kecil minggu, namun terdapat pasien yang belum mampu
tidak mampu yaitu sebanyak 1 pasien (11,1%) mengontrol halusinasi. Kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi dapat dipengaruhi oleh beberapa
4.1.3.3 Pengaruh terapi aktivitas kelompok faktor, salah satunya yaitu kemampuan mengingat atau
stimulasi persepsi : bercakap – cakap menerima informasi.
terhadap kemampuan pasien mengontrol Penderita halusinasi jika tidak ditangani
halusinasi dengan baik akan berakibat buruk bagi klien sendiri,
keluarga, orang lain dan lingkungan. Tidak jarang
Tabel 4. 7 Pengaruh terapi aktivitas kelompok ditemukan penderita yang melakukan tindak kekerasan
stimulasi persepsi : bercakap – cakap terhadap karena halusinasinya. Selain itu, di masyarakat dan
kemampuan pasien mengontrol halusinasi di keluarga, klien dengan gangguan kejiwaan sering
Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah dianggap sudah tidak memiliki perasaan lagi dan
Sakit Jiwa Menur Surabaya 2016 anggapan bahwa mereka berbahaya menjadi stigma
negatif yang begitu melekat.
Perlakuan Pra Post Hasil penelitian tentang kemampuan pasien
Kemampuan berdasarkan umur yaitu dari 14 pasien yang berumur
n % n %
Pasien 20 – 30 tahun sebagian besar tidak mampu mengontrol
Tidak mampu 15 78,9 3 15,8 halusiasi. Umur 20 – 30 tahun merupakan umur masa
Mampu 4 21,1 16 84,2 dewasa awal adalah masa transisi dari remaja ke masa
Total 19 100 19 100 yang menuntut tanggung jawab. Pada masa dewasa
awal ini banyak mengalami masalah – masalah dalam
Hasil Analisis wilcoxon di dapatkan p = 0,001
<α (0,05) perkembangannya diantaranya penentuan identitas diri,
kemandirian, menempuh jenjang pendidikan dan karir,
pernikahan serta hubungan sosial, pada masa tugas
Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan
perkembangan ini jika seseorang tidak mampu melalui
bahwa Pengaruh terapi aktivitas kelompok
dengan baik maka dapat mengalami gangguan jiwa.
stimulasi persepsi : bercakap – cakap terhadap
Sejalan dengan penelitian didapatkan pasien
kemampuan pasien mengontrol halusinasi di
mengalami gangguan jiwa dengan halusinasi pada
Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah
umur 20 – 30 tahun dikarenakan tidak mampu
Sakit Jiwa Menur Surabaya, pada kemampuan
melakukan penyesuaian diri terhadap pola – pola
mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi
kehidupan yang baru dan harapan – harapan sosial
pendengaran sebelum dilakukan terapi aktifitas
baru, seperti suami/istri, orang tua dan pencari nafkah,
kelompok stimulasi persepsi pasien di Ruangan
keinginan – keinginan baru, mengembangkan sikap –
Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah Sakit Jiwa
sikap baru dan nilai– nilai baru sesuai tugas baru
(Suliswati, Payapo, Maruhawa, Sianturi & Sumijatun, sedikit dibantu (diingatkan). Hal ini disebabkan adanya
2005) konsentrasi responden yang baik dan adanya
Hasil penelitian didapatkan laki – laki lebih ketertarikan responden terhadap TAK yang
banyak mengalami halusinasi dibandingkan dengan dilaksanakan sehingga setelah dilaksanakannya TAK
perempuan dimana laki- laki cenderung mengalami ini, kemampuan responden dalam mengontrol
perubahan peran dan penurunan interaksi sosial, halusinasi dapat mengalami peningkatan. Ketertarikan
kehilangan pekerjaan, putus alkohol serta intoksikasi responden mengikuti TAK akan menambah
kokain, hal ini yang sering menjadi penyebab pengalaman lagi bagi pasien yang sudah pernah
terjadinya halusinasi (Kaplan & Saddock, 2008) mengikuti TAK, sehingga hal ini tentunya akan
Berdasarkan pendidikan bahwa pasien dengan menguatkan informasi yang tersimpan dalam memori
pendidikan SMA lebih besar tidak mampu dalam pasien. Pengalaman dapat diartikan sebagai memori,
mengontrol halusinasi dibanding dengan pendidikan yaitu memori yang menyimpan peristiwa yang terjadi
Diploma atau S1. Pendidikan adalah suatu usaha untuk atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu.
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di Dari pengalaman mengikuti TAKsebelumnya ditambah
dalam dan di luarsekolah dan berlangsung seumur dengan adanya pelaksanaan TAK kembali
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, membuatpengetahuan pasien tentang cara mengontrol
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang halusinasi menjadi bertambah, karena semakin banyak
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pengalaman yang didapat semakin bertambah pula
pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung pengetahuan seseorang, yang membuat seseorang
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain menjadi lebih baik.
maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang 4.2.3 Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi
didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat persepsi : bercakap – cakap terhadap
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan kemampuan pasien mengontrol halusinasi.
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya bahwa Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi
(Notoatmodjo, 2007). Sesuai dengan hasil penelitian persepsi : bercakap – cakap terhadap kemampuan
didapatkan responden mayoritas berpendidikan SMA pasien mengontrol halusinasi di Ruangan Gelatik,
(Menengah) lebih banyak dibandingkan dengan yang Flamboyan dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur
berpendidikan S1, seseorang yang berpendidikan Surabaya, pada kemampuan mengontrol halusinasi
rendah kurang memperoleh pengetahuan tentang pada pasien halusinasi pendengaran sebelum dilakukan
informasi sehingga menyebabkan mekanisme koping terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi pasien di
tidak baik, mudah putus asa, tidak dapat Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah Sakit
mengendalikan diri dalam kehidupannya sehingga Jiwa Menur Surabaya sebagian besar tidak mampu
menyebabkan seseorang rentan mengalami gangguan yaitu sebanyak 15 pasien (78,9%) sedangkan sesudah
jiwa. dilakukan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi
sebagian besar mampu yaitu sebanyak 16 pasien
4.2.2 Kemampuan mengontrol halusinasi pada (84,2%)
pasien halusinasi pendengaran sesudah Berdasarkan hasil analisis wilcoxon di
dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok dapatkan nilai p sebesar 0,001 < α (0,05) yang dapat
Stimulasi Persepsi disimpulkan bahwa Ho di ditolak yang berarti Ada
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi :
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien bercakap – cakap terhadap kemampuan pasien
halusinasi pendengaran sesudah dilakukan terapi mengontrol halusinasi di Ruangan Gelatik, Flamboyan
aktifitas kelompok stimulasi persepsi pasien di dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah Sakit Pasien dengan halusinasi pada awalnya
Jiwa Menur Surabaya sebagian besar mampu yaitu menunjukkan sikap apatis, menarik diri, mengisolasi
sebanyak 16 pasien (84,2%) dan sebagian kecil tidak diri dan tidak mau berkomunikasi (Keliat & Akemat,
mampu yaitu sebanyak 3 pasien (15,8%). Menurut 2005). Kemudian setelah diberikan TAK stimulasi
Keliat, dkk (2007) TAK: Simulasi Persepsi adalah persepsi pasien sudah mau berinteraksi dengan
terapi yang menggunakan aktivitas kelompok sebagai lingkungan. Ini sesuai dengan hasil penelitian dimana
stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Terapi menghardik halusinasi, bercakap – cakap, melakukan
ini bertujuan untuk mempersepsikan stimulus yang kegiatan terjadwal.
dipaparkan kepadanya dengan tepat sehingga pasien Kondisi fisik pasien dapat berpengaruh dalam
dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari pelaksanaan TAK, dimana kondisi pasien yang tidak
stimulus. Berdasarkan hasil penelitian dan dikaitkan sehat tidak dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok
dengan teori diatas maka didapatkan bahwa dengan optimal. Dalam melaksanakan TAK peneliti
pelaksanaan TAK berpengaruh terhadap kemampuan menggunakan data pendukung yaitu data rekam medis
pasien dalam hal mengontrol halusinasi dengan untuk melihat perkembangan pasien.
dilaksanakannya TAK hampir seluruh responden dapat Dapat disimpulkan bahwa TAK berpengaruh terhadap
mengingat dan melakukan kedua cara untuk kemampuan pasien mengontrol halusinasi karena
mengontrol halusinasi baik secara mandiri maupun pasien mau mengungkapkan komunikasi verbal pada
saat TAK, dengan mengikuti TAK, frekuensi selanjutnya mengenai pengaruh terapi aktivitas
halusinasi akan menurun, melalui kegiatan TAK kelompok : bercakap - cakap lainnya pada pasien
stimulasi persepsi responden akan mendapatkan dengan halusinasi
pengalaman satu dengan yang lain antara pasien,
dengan berbagi pengalaman pasien akan lebih banyak 5.2.5 Bagi Pasien dan keluarga
mendapatkan informasi dan akan dengan segera Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan masukan
mendapatkan umpan balik dari anggota kelompok lain. sehingga pasien memahami cara mengontrol halusinasi
Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya ketertarikan secara nonfarmakologi terhadap dirinya dengan terapi
responden terhadap pelaksanaan TAK yang membuat aktivitas kelompok stimulasi persepsi : bercakap –
pengetahuan pasien semakin bertambah sehingga cakap
membuat kemampuan mengontrol halusinasi dapat
mengalami peningkatan DAFTAR PUSTAKA

PENUTUP Aji, Wahyu Punto. 2012. “Asuhan Keperawatan


Kesimpulan Gangguan Keamanan Pada Tn. E Dengan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan Halusinasi Pendengaran Di Bangsal Abimanyu
maka dapat disimpulkan: Rumah Sakit Jiwa Daerah
1. Kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien Surakarta” http://digilib.stikesku
halusinasi pendengaran sebelum dilakukan terapi sumahusada.ac.id/download.
aktifitas kelompok stimulasi persepsi pasien di php?id=234.(Diakses tanggal 07 desember 2015
Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah jam 09.00 WIB)
Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagian besar tidak Akemat & Keliat, B. A, 2004, Keperawatan Jiwa
mampu sebanyak 15 pasien (78,9%) Terapi Aktivitas Kelompok, EGC, Jakarta.
2. Kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
halusinasi pendengaran sesudah dilakukan terapi Akemat dan Keliat, Budi Anna. 2010. Model Praktik
aktifitas kelompok stimulasi persepsi pasien di Keperawatan Profesional Jiwa. EGC , Jakarta.
Ruangan Gelatik, Flamboyan dan Kenari Rumah Alimul Aziz Hidayat. 2001, Metode Penelitian
Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagian besar mampu Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Health Books
sebanyak 16 pasien (84,2%) Publishing, Surabaya.
3. Berdasarkan hasil analisis wilcoxon di dapatkan Alimul Aziz Hidayat., 2003, Riset Keperawatan &
nilai p sebesar 0,001 < α (0,05) yang dapat Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika,
disimpulkan bahwa Ho di ditolak yang berartiAda Jakarta.
Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi : bercakap – cakap terhadap kemampuan Alimul Hidayat A.A., 2010. Metode Penelitian
pasien mengontrol halusinasi di Ruangan Gelatik, Kesehatan Paradigma Kuantitatif : Heath Books,
Flamboyan dan Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Jakarta.
Surabaya
Ann Isaacs, 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Psikiatri Edisi 3, EGC, Jakarta.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Peneliti Copel, LC, 2007, Kesehatan Jiwa & Psikiatri, EGC,
Diharapkan penelitian ini dapat menambah Jakarta.
pengetahuan mengenai aktivitas kelompok serta Depkes RI. 2008. “Karya Tulis Ilmiah Keperawatan
menambah pemahaman dan pengalaman tentang Jiwa :
pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Halusinasi”.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk/1
bercakap – cakap terhadap kemampuan pasien 47/jtp-supriyadin-7339-1-bab1-pdf. (Diakses
mengontrol halusinasi tanggal 23 November 2015 jam 12.00 WIB).
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012. “Buku Saku
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Kesehatan Tahun
akademis sebagai materi tambahan pada mata pelajaran 2012”.www.dinkesjateng.go.id. (Diakses tanggal
keperawatan jiwa tentang upaya dalam mongontrol 20 November 2015 jam 10.45 WIB).
halusinasi pasien dengan terapi aktivitas kelompok Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan
stimulasi persepsi : bercakap – cakap Keperawatan Jiwa, Nuha Medika , Yogyakarta.
Febrida.2007. “Pengaruh Terapi Aktifitas
5.2.3 Bagi Institusi Rmah Sakit Stimulasi”.http://http.yasir.com/2009/10/pengaruh
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan -terapi-aktifitas-stimulasi.html.(Diakses tanggal
program secara rutin oleh setiap ruangan di dalam RSJ 20 november 2014 jam 10.30 WIB).
Menur yang mengalami halusinasi dengar.
Fitria, N, 2009, Prinsip Dasar Dan Penlisan Laporan
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
digunakan sebagai bahan dasar dalam melaksanakan Hastono, S.P, 2001, Analisa Data, FKM-UI, Jakarta,
penelitian untuk mengembangkan penelitian
Hawari, D. (2007).Hubungan Pengetahuan dan Peran Setiadi 2007, Konsep Dan Penulisan Riset
Keluarga dalam Merawat Pasien Skizofrenia Keperawatan, Cetakan Pertama, Graha Ilmu,
yang Mengalami Gejala Relaps Diperoleh tanggal Yogyakarta.
10 Juli 2013dari http://www.library.upnvj.ac.id/p Sopiyudin, M.D, 2004, Statistik Untuk Kedokteran Dan
df/5FIKESSIKEPERERAWATAN/1010 Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta.
712005/BAB%201.pdf Stuart and Sundeen. 1995. Buku Keperawatan (Alih
Isaacs Ann, RN, CS, MSn, 2005, Keperawatan Bahasa) Achir Yani S. Hamid. Edisi 3, EGC,
Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, EGC, Jakarta. Jakarta.
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 1997. Sinopsis
Stuart, GW & Sunden, SJ. 2006. Buku Saku
Psikiatri Jilid 1. Edisi ke-7. TerjemahanWidjaja
Keperwatan Jiwa, EGC, Jakarta.
Kusuma, Binarupa Aksara. P, Jakarta.
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Keliat, B.A. & Akemat. (2004). Keperawatan Jiwa:
Edisi 5, : EGC, Jakarta.
terapi aktivitas kelompok, EGC, Jakarta, .
Sugiyono 2009, Statistik Untuk Penelitian Penelitian,
Keliat, B.A. & Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa: Alfabeta, Bandung. 2001,
terapi aktivitas kelompok, EGC, Jakarta, . Suliswati, et al. 2005, Konsep Dasar Keperawatan
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.
Kesehatan Jiwa. Edisi 5, EGC, Jakarta. Sundari, S 2005, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan,
Kusumawati & Hartono, 2010,Buku Ajar Keperawatn Rineka Cipta, Jakarta.
Jiwa, Jakarta, Salemba Medika Swarjana, I Ketut (2012). Metodologi Penelitian
Ngadiran. 2010. “Studi Fenomena Pengalaman Kesehatan, : Penerbit ANDI, Jakarta.
Keluarga Tentang Beban Dan Sumber
Townsend, M. C, 2002, Buku Saku Diagnosa
Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien
Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Edisi
Dengan Halusinasi”. Tesis, FIK UI.
3, EGC, Jakarta
www.proquest.com. (Diakses tanggal 15 Juni
2014 jam 13.15) Townsend, Mary C. 2003. Pedoman Dalam
Keperawatan Psikiatri. Edisi 2. Jakarta.
Notoatmodjo, S 2005, Metode Penelitian Kesehatan,
Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Townsend, Mary C. 2006. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:
Nurjannah, Intansari. 2005. Aplikasi Proses
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan.
Keperawatan Pada Diagnosa Resiko Kekerasan
Edisi 5, EGC Jakarta.
Diarahkan Pada Orang Lain Dan Gangguan
Sensori Persepsi, Moco Medika ,Yogyakarta. Varcarolis, Elizabeth. M, et.al. (2006). Foundation of
Psychiatric Mental Health Nursing A Clinical
Nursalam; Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis
Approach, Edisi 5, Sounders Elsevier, St. Louis
Metodologi Riset Keperawatan, : CV. Sagung
Missouri.
setyo, Jakarta.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Nursalam 2008, Konsep Dan Penerapan Metode
Jiwa, EGC,Jakarta. Volume 45, 2010-2011. : ISFI
Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2, Salemba
,Jakarta.
Medika, Jakarta.
WHO. 2006. “Laporan 26 juta warga Negara
Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.2010. Asuhan
Indonesia gangguan jiwa”
Keperawatan Jiwa, Nuha Medika, Jogjakarta.
http://dir.groups.yahoo.com/
Prayitno, 2007,http://asuhan-keperawatan-pada- group/karismatik/message/615 (Diakses tanggal
pasien-gangguan-jiwa/ diakses pada 10 20 November 2014 jam 10.15 WIB).
November 2015
WHO. 2009. “Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Jiwa :
Rasmun. 2009. Keperawatan Kesehatan Mental Halusinasi”.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk/1
Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, EGC , 47/jtp-supriyadin-7339-1-bab1-pdf. (Diakses
Jakarta. tanggal 23 November 2014 jam 12.00 WIB)
Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa, Refika Aditama
Republik Indonesia. 2007. “AnalisisGejala Maramis, W.F, Bandung.
Gangguan Mental Emosional Penduduk
Yosep, I 2009, Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi,
Indonesia”.http://www.google.data riskesda 2007
Revika Aditama, Bandung
gangguan jiwa indonesia.digitaljournals.org.
(Diakses tanggal 22 November 2015 jam 11.15 Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi.
WIB). Revika Aditama, Bandung
Riskesdas. (2007). Laporan Nasional Riset Kesehatan
Dasar. Diakses tanggal 19 Desember 2013. Dari
http://www.depkes.go.id

You might also like