You are on page 1of 5

Pemanfaatan Limbah Peternakan dalam Konsep Pertanian Terpadu … Suryono et.

al

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM KONSEP PERTANIAN


TERPADU GUNA MEWUJUDKAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN
(Utilization of Farm Wastes in Order to Realize The Concept of Integrated Farming
for Sustainable Agriculture)

Suryono, Widyatmani Sih Dewi, Sumarno,


Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Contact Author : suryono_uns@yahoo.com

ABSTRACT
Utilization of farm wastes in order to realize the concept of integrated farming is a
sustainable agriculture community service program in cooperation with two partners ,
namely : ( 1 ) quail - catfish Breeders ' Agribird ' , and ( 2 ) dairy farms and agricultural
businesses " Andini Mulyo " . This service activities conducted through outreach /
awareness , mentoring and manufacture of demonstration plots . Preparation of
demonstration plots to make an example of earthworm cultivation ( vermikultur ) and the
making of silage . Testing vermicompost and organic fertilizer from cow dung to plant
corn and kale using plots measuring 50 x 9 meters , divided into 3 blocks , each 3 x 50
meters . Outcome in the form of products include : Biomass earthworm number 5 Kg /
month ; Vermicompost 50 Kg ; Silage , 300 Kg once manufacture ; and quality organic
fertilizer from cow dung , 600 kg / process . Outcome in the form of a test product to the
plant : the use of manure , vermicompost fertilizer in Litosol very real increase maize
crop which includes fresh weight of corn stover , corn stover dry weight and dry weight of
seed corn ; the use of manure and fertilizer plants in the ground grumosol not
significantly different with kale stover fresh weight , while the use of vermicompost highly
significant increase stover fresh weight of spinach .

Keywords : farm waste , integrated farming , manure , vermicompost

PENDAHULUAN 0,81%, komponen kompos terdiri dari


Limbah peternakan merupakan cairan 41% dan bahan kering 59%.
sumber pupuk organik yang sangat baik Kadar C/N dalam kompos umumnya 23.
apabila dikelola dengan menggunakan C/N merupakan perbandingan karbon
kaidah-kaidah pengolahan pupuk dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang
organik, termasuk di dalamnya cara tinggi kurang baik diberikan ke tanaman
pembuatan pupuk organik. Cara karena proses peruraian selanjutnya akan
pembuatan pupuk organik bermacam- terjadi di dalam tanah. CO2 yang
macam, salah satunya menggunakan dihasilkan dari peruraian tersebut akan
EM4 dan menggunakan star bio (stardec) berpengaruh kurang baik terhadap
(Murbandono, 2000; Musnamar, 2005). pertumbuhan tanaman. Seperti halnya
Kandungan unsur hara pupuk pupuk kandang, pupuk kompos yang
organik bermacam-macam, tergantung akan digunakan haruslah kompos yang
pada bahan yang dikomposkan, cara baik. Secara fisik sulit dilihat kompos
pengomposan, dan cara penyimpanannya. yang baik dengan kompos yang kurang
Secara umum kandungan zat hara dalam baik. Namun, secara umum pupuk
kompos terdiri dari : karbon 8,2%, tersebut mempunyai butiran yang lebih
nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium halus dan berwarna coklat agak
96 Caraka Tani – Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Volume XXIX No. 2 Oktober 2014
Pemanfaatan Limbah Peternakan dalam Konsep Pertanian Terpadu … Suryono et. al

kehitaman. Dengan kompos maka kultur mampu dipenuhi oleh kedua mitra usaha
pertanian akan kembali ke bahan-bahan tersebut. Mitra (2) berlokasi di Geneng
organik. Bahan organik akan Duwur, Gemolong, Sragen, Jawa Tengah.
memperbaiki struktur jaringan tanaman, dengan jarak tempuh sekitar ± 13 km.
artinya tanaman yang diberi kompos Permasalahan Mitra I (Agribird) :
tidak lagi perlu disemprot dengan mitra usaha dalam kegiatan pengabdian
pestisida karena hama tidak tertarik ini menghadapi tiga permasalahan
untuk memangsanya (Prihmantoro, utama, dan mendesak untuk segera
2003; Indriani, 2001). diatasi, yaitu: (1) Penanganan limbah
Pupuk kandang merupakan pupuk ternak puyuh dengan kapasitas produksi
organik dari hasil fermentasi kotoran rata-rata ± 300 kg/hari. Kecepatan
padat hewan ternak yang umumnya produksi kotoran puyuh yang sangat
berupa mamalia dan unggas. Pupuk tinggi ini berpotensi mencemari
organik (pupuk kandang) mengandung lingkungan berupa bau yang menyengat
unsur hara lengkap yang dibutuhkan dan sumber pencemar bagi badan
tanaman untuk pertumbuhannya. perairan; (2) Penyediaan pakan lele
Disamping mengandung unsur hara alternatif yang berkualitas, untuk
makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), mengurangi biaya pembelian pakan lele
dan kalium (K), pupuk kandang pun yang rata-rata mencapai Rp. 1.400.000
mengandung unsur mikro seperti sampai Rp. 1.750.000/minggu; dan 3)
kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan Penyediaan pupuk organik berkualitas
sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk untuk pengembangan usaha baru
kandang sebagian besar berasal dari budidaya sayuran secara organik.
kotoran padat, sedangkan nitrogen dan Permasalahan Mitra II (Andini
kalium bersal dari kotoran cair (Santoso, Mulyo) : mitra usaha dalam kegiatan
2002; Rinsema, 1993). pengabdian ini menghadapi
Pemanfaatan Limbah Peternakan permasalahan kekurangan pakan pada
dalam Konsep Pertanian Terpadu Guna waktu musim kemarau dan kotoran sapi
Mewujudkan Pertanian yang yang sangat melimpah, 100 kg/hari, yang
Berkelanjutan merupakan Program belum dikelola dengan baik. Kekurangan
pengabdian kepada masyarakat yang pupuk organik yang berkualitas pada
bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) budidaya tanaman. Limbah usaha
Peternak Puyuh-Lele Agribird, dan (2) pertanian yang belum termanfaatkan.
Peternakan Sapi dan Usaha Pertanian
Andini Mulyo. Mitra (1) berlokasi di BAHAN DAN METODE
Desa Ngringo, Kec. Jaten, Kab. Kegiatan pengabdian ini dilakukan
Karanganyar, dengan jarak tempuh melalu Penyuluhan/Penyadaran,
sekitar 3,5 km dari Fak. Pertanian UNS. pendampingan dan pembuatan demplot.
Bidang usaha yang dikembangkan oleh Penyuluhan/Penyadaran pada Mitra (1) :
kedua mitra tersebut adalah peternakan dilaksanakan penyuluhan tentang
puyuh dan budidaya ikan lele. teknologi penanganan limbah ternak
Permintaan konsumen terhadap telur puyuh untuk budidaya cacing tanah
puyuh dan ikan lele di Surakarta dan (vermikultur). Budidaya cacing tanah
sekitarnya per hari sangat tinggi, belum akan mengatasi persoalan limbah
Caraka Tani – Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Volume XXIX No. 2 Oktober 2014 97
Pemanfaatan Limbah Peternakan dalam Konsep Pertanian Terpadu … Suryono et. al

organik ternak puyuh tanpa mencemari penanaman kangkung di Ngringo, Jaten,


lingkungan, dan tanpa menimbulkan Karanganyar Kegiatan dilaksanakan
efek residu. Penyuluhan/Penyadaran mulai bulan Mei 2012 sampai dengan
pada Mitra (2) : dilaksanakan bulan November 2012.
penyuluhan tentang pemanfaatan hasil
panen tanaman untuk membuat silase HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan EM4 untuk pakan Hasil luaran yang dihasilkan dari
sapi pada waktu menghadapi kekurangan kegiatan pengabdian ini meliputi:
pakan di musim kemarau. Membuat Biomasa cacing tanah, sebagai pakan
pupuk organik yang berkualitas dari alternatif ikan lele sejumlah 5 Kg/bulan;
limbah pupuk kandang yang sangat Vermikompos 50 Kg; Silase, 300 Kg
banyak dengan menggunakan star bio. sekali pembuatan; dan Pupuk organik
Dilakukan pendampingan saat budidaya yang berkualitas dari kotoran sapi, 600
cacing tanah (vermikultur) dan Kg/proses.
pembuatan silase. Pembuatan demplot Hasil demplot penanaman jagung
dengan membuat contoh budidaya dengan menggunakan vermikompos,
cacing tanah (vermikultur) dan pupuk organik kotoran sapi dengan
pembuatan silase. Pengujian menggunakan 10 sampel tiap-tiap blok,
vermikompos dan pupuk organik dari hasil rata-rata segar brangkasan, kering,
kotoran sapi terhadap tanaman jagung dan biji kering matahari disajikan pada
dan kangkung menggunakan petak Tabel 1 dan Tabel 2.
berukuran 50 x 9 meter yang dibagi Dari Tabel 1 dan Tabel 2 diketahui
menjadi 3 blok, masing-masing 3 x 50 bahwa berat segar brangkasan jagung,
meter. Demplot penanaman jagung berat kering brangkasan jagung dan berat
dilaksanan di Geneng Duwur, biji kering jagung yang menggunakan
Gemolong, Sragen, sedangkan demplot pupuk pabrik adalah terendah, diikuti
Tabel 1. Hasil demplot penanaman jagung
Perlakuan Segar Brangkasan Kering Brangkasan Biji Kering
(g/tanaman) (g/tanaman) (g/tanaman)
Menggunakan 818,67 340,79 164,23
pupuk pabrik
Menggunakan 931,54 458,13 176,00
pupuk kandang
Menggunakan 1084,94 481,21 179,65
vermikompos

Tabel 2. Hasil demplot penanaman jagung


Perlakuan Segar Brangkasan Kering Brangkasan Biji Kering (ton/ha)
(ton/ha) (ton/ha)
Menggunakan 42,10 17,53 8,45
pupuk pabrik
Menggunakan 55,80 23,56 9,05
pupuk kandang
Menggunakan 56,55 24,75 9,24
vermikompos
98 Caraka Tani – Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Volume XXIX No. 2 Oktober 2014
Pemanfaatan Limbah Peternakan dalam Konsep Pertanian Terpadu … Suryono et. al
Tabel 3. Hasil demplot penanaman kangkung
Perlakuan Segar Segar Kering Kering
Brangkasan Brangkasan Brangkasan Brangkasan
(g/tanaman) (ton/ha) (g/tanaman) (ton/ha)
Menggunakan 7.78 3,11 1,37 0,55
pupuk pabrik
Menggunakan 7,64 3,06 1,36 0,55
pupuk kandang
Menggunakan 11,68 4,67 2,19 0,88
vermikompos
menggunakan pupuk kandang dan adalah jenis tanah Grumosol, dimana
tertinggi pada vermikompos. Hal ini tanah tersebut mempunyai kesuburan
disebabkan karena di Gemolong tanah kimiawi yang sangat tinggi sehingga
yang digunakan adalah tanah Litosol pemberian pupuk pabrik dan pupuk
yang berbahan induk napal yang menjadi kandang tidak berbeda nyata,
hambatan utama adalah kandungan sendangkan yang menggunakan
bahan organik yang sangat rendah, vermikompos berbeda sangat nyata,
sehingga pemberian pupuk organik akan disebabkan karena vermikompos selain
berpengaruh sangat nyata bila mengandung pupuk organik (unsur-unsur
dibandingkan dengan tidak hara yang dibutuhkan oleh tanaman) juga
menggunakan pupuk organik. Pupuk mengandung zat pengatur tumbuh yang
vermikompos menghasilkan hasil yang dihasilkan dari kotoran cacing yang dapat
sangat tinggi, hal ini disebabkan karena menyebabkan merangsang pertumbuhan
pupuk vermikompos selain mengandung tanaman yang lebih baik.
bahan organik yang sangat tinggi, juga
mengandung zat pengatur tumbuh KESIMPULAN
(Andayani, 1993) yang dihasilkan dari Dalam kegiatan ini, kesimpulan dibagi
kotoran cacing yang dapat menyebabkan menjadi dua, kesimpulan berupa produk
merangsang pertumbuhan tanaman yang dan uji produk terhadap tanaman.
lebih baik . 1. Hasil luaran yang berupa produk
Hasil demplot penanaman meliputi: Biomasa cacing tanah
kangkung dengan menggunakan sejumlah 5 Kg/bulan; Vermikompos 50
vermikompos, pupuk organik kotoran sapi Kg; Silase, 300 Kg sekali pembuatan;
dengan menggunakan 20 sampel tiap-tiap dan Pupuk organik yang berkualitas
blok, hasil rata-rata segar brangkasan dari kotoran sapi, 600 Kg/proses.
kangkung disajikan pada Tabel 3. 2. Hasil luaran berupa uji produk
Dari Tabel 3 diketahui bahwa berat terhadap tanaman :
segar brangkasan kangkung menggunakan a. penggunaan pupuk kandang, pupuk
pupuk pabrik dan menggunakan pupuk vermikompos di tanah Litosol
kandang tidak berbeda nyata, sedangkan meningkatkan sangat nyata hasil
yang menggunakan vermikompos tanaman jagung yang meliputi berat
berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan segar brangkasan jagung, berat
karena tanah yang digunakan dalam kering brangkasan jagung dan berat
pembuatan demplot tanaman kangkung biji kering jagung.

Caraka Tani – Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Volume XXIX No. 2 Oktober 2014 99
Pemanfaatan Limbah Peternakan dalam Konsep Pertanian Terpadu … Suryono et. al

b. penggunaan pupuk kandang dan Murbandono, L.H.S., 2000. Membuat


pupuk pabrik di tanah Grumosol Kompos. Penebar Swadaya,
tidak berbeda nyata terhadap berat Jakarta.
segar brangkasan kangkung, Musnamar,E.I. 2005. Pupuk Organik
sedangkan penggunaan Padat: Pembuatan dan Aplikasi,
vermikompos berbeda sangat nyata Penerbit Swadaya, Jakarta.
meningkatkan berat segar Prihmantoro, H. 2003. Memupuk
brangkasan kangkung. Tanaman Sayur. Penebar
Swadaya. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Rinsema, W. T. 1993. Pupuk dan Cara
Andayani, Y. 1993. Potensi Cacing Pemupukan. Bharata Karya
Tanah Lumbricus rubellus Aksara. Jakarta.
sebagai Bahan Pakan Sumber Santoso, H. B. 1998. Pupuk Organik.
Protein. Skripsi S1. Fak. Kanisius. Yogyakarta.
Peternakan, IPB. Bogor.
Indriani, Y. H., 2001. Membuat Kompos
Secara Kilat. Penebar Swadaya.
Jakarta.

100 Caraka Tani – Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Volume XXIX No. 2 Oktober 2014

You might also like