You are on page 1of 13

1

STRUKTUR DAN POLA HUBUNGAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS


TOLOTANG BENTENG DI AMPARITA KAB. SIDRAP
PROVINSI SUL-SEL

Andi M. Rusdi Maidin


Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bososwa
Email : rusdimaidin@yahoo.com

ABSTRACT

This study examines the structure and patterns of social relationships in the
community Tolotang fort in the district Amparita Sidrap. The term Tolotang
fortress consists of the word "Tolotang" and "Castle". Tolotang derived from the
term toriolota abbreviated to mean the people and riolota To once or ancestors
later shortened the name Tolotang and later became a confidence and trust.
Community Tolotang Fortress is a community of people who have two elements,
namely the elements of Islam and elements Tolotang, they recognize as the God
of Gods SeuwaE They and Sawerigading as Prophet m hey. And they have a holy
book in the form of lontara-lontara, has pemmali-pemmali Tolotang Citadel led
by a "Uwatta" as the highest piumpinan, Uwatta position now held by Ir. Hamka
Muin the 15th Founder's first Tolotang Fort La Panaungi, the central rite they
are at the Well Pakkewarue (hopefully safely), Pabbajueja wells and in the
cemetery of La Panaungi. They also have Makkuraurang (drugs) as well as
Engrekang.
The approach used is qualitative with case study method by taking informants
sebanak 21 by way of sampling snobal then made glittering narrative form. The
results of this study indicate social structures are two-dimensional Tolotang
Fort vertical and horizontal, and the pattern of social relations in the community
Tolotang fortress there are two patterns of relationships that uwatta as a
spiritual leader in the community trust Tolotang Fortress and uwatta as informal
leaders in the community.
Keywords: Leadership Uwatta, danKomunitas Tolotang Fortress

A. PENDAHULUAN organisasi politik, agama, ras serta


Latar Belakang Masalah budaya yang dimiliki. Oleh sebab itu
Masyarakat Indonesia merupakan manusia Indonesia menciptakan dan
masyarakat hitorogen, baik skop daerah menentukan serta ditentukan oleh
maupun secara nasional., kehitorogenan lingkungan dimana mereka hidup sebagai
yang sifatnya multidimensional. kelompok yang mampu beradaptasi
Perbedaan-perbedaan itu terkadang dengan lingkungan fisik dan biologisnya.
disebabkan persoalan sosial, suku, Pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


2

serta tradisi-tradisi yang diwariskan itu laku setiap anggota komunitasnya.


secara tersosialisasi dari generasi ke Dengan demikian masyarakat tersebut
generasi yang sampai pada muaranya memiliki solidaritas yang cukup tinggi
mereka tidak mengetahuinya. Sehingga dan dapat dijadikan identitas sosial,
pada akhirnya kelompok atau suku dan sehingga berbeda dengan komunitas atau
ras itu menerimanya secara legal dari kelompok sosial yang lain. Ikatan sosial
pembenaran itu, apakah itu berupa nilai- yang dimiliki oleh komunitas
nilai, norma-norma, status dan lain-lain itumerupakan suatu wilayah yang terbatas
yang cenderung untuk mempercayainya dan jelas.
serta menerimanya dalam kehidupan Begitu juga komunitas yang
sehari-hari mereka. terdapat di Amparita Kabupaten
Kehidupan bermasyarakat dalam Sidenreng Rappang yaitu Tolotang
proses interaksi sosial itu terjadi antara Benteng yang hidupnya sehari-hari
individu didalam komunitas yang sama kelihatan seperti masyarakat umum,
ataupun komunitas yang berbeda dengan tapi jika ditelusuri lebih dalam
berbagai pola interaksi. Dengan adanya sesungguhnya memiliki spesifik
interaksi tersebut biasanya tercipta tersendiri baik dari segi norma-norma
kehidupan yang dinamika dan kondusif peranan, pola kepemimpinan, interaksi
yang seimbang, serasi ataupun harmonis antara mereka, utamanya pemimpin
diantara berbagai individu serta mereka yang disebut “Uwatta”.
komunitas dalam masyarakat. Tolotang juga merupakan sebutan bagi
Pada setiap komunitas manusia aliran kepercayaan yang mereka anut.
memiliki struktur sosial atau tatanan baku Selain itu tak kala menariknya
yang disepakati serta fungsi yang melekat adalah komunitas tolotang benteng ini
pada setiap bagian struktur sosial memilki kemampuan inklusif bersama
tersebut. Apakah yang berkaitan dengan masyarakat yang ada di sekitarnya tanpa
kedudukan atau posisi, peranan, dan pola ada dinding pemisah dan juga mampu
kepemimpinan serta faktor-faktor yang mempertahankan nilai nilai, tradisi
pengikat yang dapat diterapkan dalam keagamaan dan kepemimpinan uwatta di
bentuk tatanan baku. Sebab dalam suatu tengah terpaan arus informasi yang begitu
komunitas sangat perlu adanya Pattern cepat, deras dan dahsyat.
yang berfungsi sebagai pengatur tingkah

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


3

Istilah “Tolotang Benteng” terdiri Pada segi lain, mereka mengakui


atas kata “Tolotang” dan Dewa Seuwae sebagai Tuhan mereka dan
“Benteng”tolotang berasal dari kata Tau Sawerigading sebagai “Nabi” mereka.
yang berarti orang, dan lautang yang Mereka pun memiliki kitab suci berupa
berarti selatan, sedangkan benteng berarti lontara-lontara, memiliki pemmali-
pagar, jalan atau benteng pertempuran. pemmali, memiliki kebiasaan mengun-
Jadi Tolotang Benteng berarti “orang jungi dan meminta keselamatan ke
yang tinggal disebelah selatan pagar kuburan dan mengakui adanya
(jalan, atau benteng pertempuran)”. “molalaleng” Lontara sebagai kitab suci
Istilah itu hanya menunjukkan lokasi mereka terdiri atas dua macam, yaitu :
tempat tinggal. Pada umumnya, mereka Lontara Katti yang berisi soal-soal
memang tinggal di kampung lama duniawi dan Lontara Purokani yang berisi
Amparita Timorangdan Labukku yang keterangan tentang hari kemudian.
terletak di sebelah selatan jalan menuju Jumlah penganut Tolotang Benteng
desa Teteaji. Pada perkembangan di Amparita berkisar antara 1500 – 2000
berikutnya, istilah Tolotang Benteng itu orang.Mereka dan para penganut
menjadi nama suatu aliran kepercayaan Tolotang Benteng lain yang tinggal di
yang berbeda dari Towani Tolotang dan luar Amparita, dipimpin oleh seorang
Islam. Uwatta sebagai pimpinan tertinggi.
Kelompok Tolotang Benteng Jabatan Uwatta sekarang ini yang ke-15
adalah kelompok orang-orang yang dipegang oleh Hamka Muin umur
mempunyai dua unsur, yaitu : unsur berkisar 30 tahun.
Islam dan unsur Tolotang. Pada satu sisi, Menurut pengakuan mereka,
secara formal mereka menyampaikan diri pendiri pertama Tolotang Benteng adalah
penganut Islam. Namun di dalam La Panaungi, dengan gelar Uwatta
kehidupan sehari-hari, mereka tidak Matanre Batunna yang berarti Uwatta
menjalankan syariat Islam seperti shalat, yang tinggi batu nisannya. Tidak jelas
puasa dan sebagainya. Dua hal saja pada abad berapa La Panaungi hidup,
selama hidup mereka yang dikerjakan tetapi kuburannya ada di Amparita,
secara Islam, yaitu dalam perkawinan dan banyak dikunjungi orang untuk meminta
kematian. keselamatan. Pusat kegiata mereka bila
melakukan ritus Sipulung ialah di

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


4

Pakkaweruhe. “Pakkaweruhe” artinya Esa yang disebut dewata Seuwae.


“mudah-mudahan selamat”. Ia adalah Adapun hubungan kepada Dewata
nama sebuah sumur lama yang pada Seuwae dapat dibagi dua hal yaitu:
bibirnya terletak beberapa buah batu dan 1. Passuroang artinya perintah /
berpagar setinggi dua meter. Menurut kewajiban yang harus dilaksanakan
mereka, dahulu sumur itu milik La diantaranya.
Panaungi, pendiri Tolotang Benteng. a. Mappenre Nanre (Menaikkan Nasi)
Setahun sekali, pada waktu yang Ada empat macam Mappenre Nanre,
ditetapkan biasanya setelah panen sawah yaitu : Mappenre Nanre pada waktu
rendengan ratusan penganut Tolotang kelahiran, perkawinan, kematian dan
Benteng (juga yang tinggal di luar untuk hari kemudian.
Amparita) datang berbondong-bondong b. Tudang Sipulung Kewajiban Tudang
ke sumur tersebut. Mereka membawa Sipulung, menurutarti katanya ialah :
seikat daun sirih selain Pakkaweruhe, Tudang berarti duduk dan Sipulung
mereka masih mempunyai sumur lain berarti berkumpul, sehingga Tudang
yang setiap tahun juga dikunjungi, yaitu Sipulung artinya duduk bersila.
sumur Pa’baju eja, terletak di tengah- Maksudnya, duduk berkumpul untuk
tengah sawah di daerah perbatasan antara melakukan musyawarah dan ritus.
desa Amparita dan Massepe. c. Sipulung Sipulung artinya juga
Mereka juga memiliki “Makkuraurang”. berkumpul, maksudnya berkumpul
“Makkuraurang” artinya obat- bersama setahun sekali untuk
obatan,maksudnya ialah seperangkat melaksanakan ritus tertentu.
peralatan seperti pisau, tali, obat-obatan d. Melaporkan segala kegiatan kepada
klasik berupa akar-akaran dan daun- Uwatta. Selain melakukan Mappenre
daunan seperti lipatan daun kelapa, daun Nanre, Sipulung dan Tudang
lontara. Mereka juga memiliki Sipulung, masyarakat Tolotang
“Yenrekang”. “Yenrekang” artinya naik, berkewajiban melaporkan segala
maksudnya ialah ritus untuk menaikkan kegiatan kepada Uwatta guna
atau menghadirkan seorang anggota mendapatkan petunjuk.
keluarga yang telah meninggal 2. Pappasangka (Larangan)
dunia.penganut Tolotang benteng Pappesangka adalah larangan bagi
mempercayai adanya Tuhan Yang Maha masyarakat Tolotang Benteng, di

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


5

antaranya dilarang makan babi, Adapun rumusan masalah sebagai


berzina, membunuh dan lain berikut :
sebagainya 1. Bagaimana struktur sosial dalam
Hubungan Kepada Sesama Manusia komunitas Tolotang Benteng di
Masyarakat Tolotang Benteng juga Amparita?
sangat menjungjung tinggi hubungan 2. Bagaimana pola hubungan antara
baik dengan sesame manusia mereka Uwatta dengan komunitas Tolotang
yakni, antara lain : Benteng di Amparita ?
1. Sifat damai Tujuan Penelitian
2. Ampena Tomapparentae (Sifat seorang Adapun tujuan penelitian yang
Pemimpin) hendak dicapai sebagai berikut :
a. Metau (Takut) Secara bahasa dapat 1. Untuk mengetahui struktur sosial
diartikan Metau Lau ri Dewata dalam komunitasTolotang Benteng di
Seuwae Amparita?
b. Teppe (percaya) Artinya yakni Secara 2. Untuk mengkaji pola hubungan
filosofis dapat dimaknai percaya akan antara Uwatta dengan komunitas
adanya Tuhan. Tolotang Benteng di Amparita?
c. Lempu Secara bahasa dapat diartikan
jujur Manfaat Penelitian
d. Temmappasilaingeng Manfaat penelitian ini adalah :
Secara bahasa dapat diartikan adil 1. Manfaat teoritis, sebagai proses
3. Saling menasehati dalam kebaikan pengajaran dan pengembangan ilmu
/Siparengngerrangi ri Decengnge sosial khususnya dalam bidang
4. Menghargai sesama manusia / sosiologi interpretatif.
Sipakatau Padatta’ Rupa tau 2. Manfaat metodologis, sebagai
5. Tidak mengambil hak orang lain / De’ rujukan bagi peneliti yang berminat
Nalai Anunna Taue melanjutkan pendalaman masalah
6. Mendidik anak / Appaggurung Lao ri penelitian ini di masa akan datang.
Ana’e 3. Manfaat praktis, sebagai bahan
7. Konsep Siri masukan bagi pengambilan kebijakan
8. Larangan-larangan (Pemmali) baik pemerintah, legislatif dan
Rumusan masalah

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


6

lembaga-lembaga yang berminat km dari kota Makassar sebagai ibukota


dalam bidang. Provinsi Sulawesi-Selatan.
Obyek/Sasaran/Jenis dan Sumber Data
B. METODE PENELITIAN 1. Obyek Penelitian
Jenis Dan Lokasi Pendekatan Penelitian Obyek penelitian yaitu Uwatta
1. Jenis Penelitian dengan sasaran komunitas
Penelitian ini menggunakan metode TolotangBenteng.
penelitian kualitatif,. Penggunaan metode 2. Sasaran Penelitian
kualitatif melalui pendekatan secara Sasaran penelitian adalah para
mendalam terhadap Uwatta uwa-uwa, tokoh masyarakat,
sebagaipimpinan tertinggi dalam tokoh Pemerintah setempat.
komunitas Tolotang Benteng. fenomena 3. Jenis Data
sosial yang bersifat subyektif dengan Penelitian ini merupakan studi
penekanan pada kesadaran individu tentang kepemimpinan Uwatta dalam
dalam memberikan arti terhadap dunia komunitas Tolotang Benteng menjadi
sosialnya. kajian komfrehensif, mendetail dan
2. Tahapan Penelitian mendalam di dalam penerapan ritual
Tahapan penelitian dimulai dari keagamaan, budaya dan tradisi.
kegiatan pengamatan (observasi), Pengkajian mengenai kepemimpinan
pengembangan desain, persiapan, Uwatta dalam Tolotang Benteng ini
pelaksanaan, pengumpulan data, melahirkan berbagai pernyataan bersifat
pengolahan data analisis data, dan eksplanasi yang diungkapkan sesuai
pelaporan data. dengan generalisasi kajian.
Lokasi Penelitian Kajian komprehensif yang
Penelitian ini bertempat di dimaksud adalah menelusuri dan
Kelurahan Amparita Sidrap dengan membandingkan data secara menyeluruh
subyek penelitian Kepemimpinen Uwatta sesuai dengan substansi dari fokus
dalam komunitas Tolotang Benteng. penelitian yang diamati. Mendetail yang
Kelurahan Amparita sebagai pusat kota dimaksud yaitu memberikan penjelasan
kecamatan Tellu Limpoe, kira-kira 10 km pada data yang diprroleh secara jelas dan
dari ibu kota Pangkajenne kabupaten benar dalam penyajian data. Mendalam
Sidenreng Rappang dan kurang lebih 200 yaitu mengkaji suatu penelitian dengan

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


7

menggali secara spesifik tentang fokus 1. Sturktur vertikal terdiri dari :


yant diamati hubungan kelembagaan, fungsi
4. Sumber Data keagamaan, integrasi antara Uwatta
Sumber data terdiri atas data primer dengan Komunitas Tolotang
dan data sekunder. Data primer Benteng.
bersumber dari keterangan, pernyataan 2. Struktur horizontal terdiri dari :
dan informasi dari informan. Data strasifikasi social pembagian peran-
sekunder bersumber dari peran dalam komunitas.
dokumentasi,buku literature karya ilmiah b. Pola hubungan sosial antara Uwatta
dan laporan media massa maupun media antara Komunitas TolotangBenteng
elektronik.Informan yang representative terdiri dari
menurut kriteria yang telah ditentukan a) Status b.Pola hubungan –
yaitu informan sebagai orang yang hubungan keluargac. Nilai – nilai
memahami, meyakini, melaksanakandan dan norma – norma.
ikut memahami serta teliti keberadaan b) Tipelogi kepemimpinan Uwatta
Tolotang Benteng. dalam Komunitas
Fokus Masalah Penelitian Dan Deskripsi TolotangBentengyaitu :1.Tipe
Fokus paternalistic 2.Tipe otoritarian3.
5. Fokus penelitian Tipe transsaksional4.Tipe
Fokus masalah penelitian yaitu tranformasional5.TipeKharismati
hubungan pokok atau inti masalah yang k.6.Tipe deskriptif7.Tepe
akan di cari jawabannya berupaa data situasional.8.TipeDemokratis.
yang di garap di lapangan (sebagai hasil 2. Deskripsi Fokus
wawacara dengan informan) dan hasil Deskripsi fokus penelitian ini diarahkan
pengamatan terhadap fenomena sosial / untuk memahami dan menganalisis :
kepemimpinan uwatta dalam komunitas a) Komunitas Tolotang Benteng adalah
tolotang benteng. bagian dari masyarakat kelurahan
Adapun fokus masalah dalam penelitian Amparita yang memiliki keyakinan
ini terdentifikasi sebagai berikut : dan kepercayaan pada Dewata
a. Struktur sosial komunitas tolotang Sewuae sebagai Tuhan mereka dan
benteng dengan indikator - indikator: sawerigading sebagai nabi mereka,
merekapun memilih kitab suci berupa

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


8

lontara-lontara, memiliki pemmali- sabar, menunjukkan empati, menjadi


pemmali, memiliki kebiasaan pendengar yang baik, manusiawi,
mengunjungi dan meminta terbuka, jujur, objektif, penampilan
keselamatan di kuburan dan mengakui menarik, melakukan wawancara yang
adanya “Molalaleng”. baik dengan tutur kata yan teratur,
b) Struktur sosial adalah hubungan beretika danmenarik.
kelembagaan dan fungsi keagamaan Tehnik Pengumpulan Data
dan integrasi antara Uwatta dengan Tehnik pengamatan dan wawancara
Komunitas Tolotang Benteng serta dipakai secara terpadu dalam penelitian
stratifikasi dan pembagian peran- ini, namun menyangkut hal-hal apa yang
peran. dilakukan subyek yang berkaitan dengan
c) Yang dimaksud dengan pola Kepemimpinan Uwatta dalam kehidupan
hubungan adalah ststus dan hubungan- Komunitas Tolotang Benteng sesuai
hubungan dalam keluarga serta nilai- penggunaan tehnik pengamatan. Berikut
nilai atau norma-norma termasuk tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
aktifitas dan pelayanan yang dimiliki 1. Pengamatan
Uwatta dalam Komunitas Tolotang Pengamatan merupakan tehnik
Benteng. pengumpulan data dalam mengamati
Tipologi kepemimpinan adalah secara langsung sasaran (subyek)
mekanisme serta model kepemimpinan penelitian dan merekam penelitian dan
dalam bentuk metivasi lobbing, perilaku secara wajar, asli, tidak dibuat-
mengerakkan, mengontrol dan buat, dan spontan dalam kurun waktu
pengambilan keputusan yang dimiliki tertentu untuk memperoleh data yang
Uwatta dalam Komunitas Tolotang cermat mendalam dan rinci. Tehnik
Benteng. pengamatan yang digunakan adalah
Instrumen Penelitian pengamatan terlibat.
Peneliti sebagai intrumen memiliki Tehnik pengamatan terlibat
kemampuan mengenali informasi yang merupakan hal utama, pengamatan biasa
direncanakan semula, tidak terduga atau juga diperlukan pada saat kunjungan
tidak lazim terjadi. Prasyarat yang harus awal ke lokasi penelitian. Perhatian
dimiliki oleh peneliti sebagai intrumen dalam pengamatan ini yaitu
penelitian adalah memiliki sikap toleran, Kepemimpinan Uwatta dalam kehidupan

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


9

komunitas Tolotang Benteng sesuai Mendukung kedua teknik


Fokus yang diamati. pengumpulan data tersebut, peneliti
2. Wawancara menggunakan alat bantu berupa format
Tehnik wawancara yang digunakan pengamatan, wawacaradan pencacatan
adalah wawancara mendalam (indepth hasil kegiatan, selain itu di gunakan
interview). Wawancara mendalam rekaman peristiwa (kamera digital) yang
diharapkan mengungkapkan pengamatan dsapat mengabadikan kenyataan yang
empiric tentang Kepemimpinan Uwatta mennyankut Kepemimpinan Uwatta
dalam kehidupan komunitas Tolotang dalam kehidupan Komunitas Tolotang
Benteng. Benteng penggunaan alat bantu yang di
Wawancara dilakukan kepada 15 sebut terakhir terbatas penggunaannya
orang informan yang menjadi sasaran mengingat bahwa tidak semua peristiwa
utama dengan frekwensi yang tidak sama atau kejadian memungkinkan dapat di
antar satu dengan lainnya, bergantung rekam dengan bebas,harus seizin dengan
pada masalah yang ingin diketahui. subyek atau informan terlebih dahulu.
Artinya apabila suatu wawancara dengan Teknik Analisis Data
subyek mengenai masalah tertentu di Tentang teknik penganalisaan data
pandang cukup, maka kegiatan tersebut yang di dapat dari lapangan penelitian,
di hentikan. Pada masalah yang sama maka dilakukan analisis secara kualitatif
dengan subyek lain mungkin beberapa dengan cara melakukan suatu deskripsi
kali wawancara untuk dapat memperoleh secara naratif. Analisis data yang
jawaban dari yang ingin di ketahui. dilakukan bertujuan untuk mengurai
Pengunaan kedua teknik mengenai fenomena model
pengumpulan data (pengamatan dan kepemimpinan Uwatta dalam Komunitas
wawacara) di lakukan oleh peneliti Tolotang Benteng, system manajemen
sendiri yang bertindak sebagai instrument dan faktor penunjang dan penghambat
utama dalam penelitian ini. Sebagai dalam mengelola .
peneliti dan instrument maka mulai dari Setiap system Kepemimpinan
perencanaan, pengumpulan, analisis data, Uwatta dalam Komunitas Tolotang
hingga penulisan laporan penelitian Benteng, manajemen dan penunjang
seluruhnya di lakukan oleh peneliti maupun penghambat yang di amati
sendiri . senantiasa di perlakukan dnegan standar

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


10

serupa, kemudian di lakukan pola pikir 2. Penyajian data (data display) ; data
induktif untuk membentuk sebuah yang di reduksi selanjutnya di uraikan
konsep. Dalam mengamati fokus secara singkat atau membuat sebuah
permasalahan senantiasa di telaah bagan untuk melihat hubungan data
berulang kali dan juga aktifdi diskusikan, yang diperoleh dengan realitas sosial
sehingga antara konsep satu dan konsep yang dialami Komunitas Tolotang
lainnya di hubungkan dengan alur pikir Benteng. Hal tersebut dilakukan
induktif untuk membangun proposisi. untuk memudahkan dan memahami
Dengan adanya konsep atau apa yang terjadi dan merencanakan
proposisi yang di kembangkan, mengacu langkah selanjutnya berdasarkan apa
pada data yang di temukan di lapangan yang di pahami dalam penyajian data
penelitian, maka di lakukan tahapan (teks bersifat naratif).
analisis data. Analisis makna dari data Penarikan kesimpulan; pada
lapangan yang di himpun dengan kesimpulan awal yang dilakukan peneliti
spesifikasi serupa seperti; fakta yang berdasarkan realitas merupakan sebuah
serupa dikelompokkan agar memudahkan kesimpulan awal, bila kesimpulan awal
peneliti menelaah lebih dalam tidak menunjukkkan bukti kuat atau data
operasional Kepemimpinan Uwatta yang akurat mengenai realitas model
dalam Komunitas Tolotang Kepemimpinan Uwatta dalam Komunitas
Benteng.Langkah selanjutnya analisis Tolotang Benteng akan tetapi bila di
data model Miles dan Huberman yaitu : buktikan berdasarkan data di lapangan
1. Reduksi data (data reduction) ; data atau realitas yang terjadi, valid dan
yang di peroleh di lapangan di catat konsisten saat peneliti ke lapangan
secara teliti dan rinci karena data di mencari data, maka kesimpulan yang di
lapangan sangat kompleks, dengan sampaikan peneliti merupakan
demikian peneliti memilih data yang kesimpulan yang kredibel.Jadi dengan
di anggap pokok yang tentunya demikian kesimpulan dalam suatu
mengarah kepada hal yang berkaitan penelitian kualitatif dapat menjwab
dengan kepemimpinan Uwatta, rumusan masalh yang di rumuskan sejak
mencarikan pola dan tema. Dengan awal akan tetapi mungkin juga tidak,
demikian memudahkan melakukan sebab rumusan masalah dalam penelitian
pengumpulan data selanjutnya.

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


11

akan berkembang setelah penelitian A. Uwatta sebagai Pemimpin Spritual


berada di lapangan. dalam Kepercayaan KTB
a. Mempercayai Dewata Seuwae
C. PEMBAHASAN HASIL sebagai Tuhan mereka
PENELITIAN
b. Mempercayai Sawerigading
Dalam pembahasan ini, yang sebagai Nabi mereka dan La
pertama dibahas adalah bagaimana Panaungi sebagai penerusnya.
stuktur sosial dalam komunitas tolotang c. Mempercayai lontara sebagai
benteng terdapat 2 dimensi yaitu Kitab Suci mereka
1.Dari Struktur Sosial Dalam Komunitas d. Mempercayai bahwa akan ada
Tolotang Benteng hari akhirat dan hari kiamat
A. Struktur Sosial Dimensi vertikal yaitu (asolanggeng Lino)
yang memiliki pelapisan sosial sbb: e. Mempercayai uwatta sebagai
a. Strata tertinggi disebut Uwatta turunan La Panaungi yang suci
(Ascrribed Status) dan juga sebagai penyambung
b. Uwa adalah golongan kepada Dewata Seuwae
MAJJUJUNG BUNGA Uwatta memimpin ritual ada tiga
c. Iye adalah golongan menengah tempat yaitu
d. To Biasa. a. Sumur Pakkawaruhe (Sumur
Golongan Iye dan Tobiasa yang Keselamatan)
melaksanakan Nappenre Nanre. Secara b. Sumur Pabbaju Ejae
Stuktur sosial dan kelembagaan mereka c. Kuburan Matanre Batunna La
tidak mengenal “ATA” Panaungi
B. Struktur Sosial Tolotang Benteng Sebelum mereka melakukan ritual,
Dimensi Horizontal yaitu : didahului dengan tudang sipulung dan
Yaitu Para uwa atau tomatoa sipulung.
Tomatua mempunyai kohesi dan segmen- B. Uwatta sebagai Pemimpin Informal
segmen masing-masing dan membantu dalam Masyarakat Dapat ditandai
Uwatta menyebarkan informasi dan dengan banyaknya masyrakat yang
mereka juga ditempati meminta nasehat. silih berganti mengunjungi rumah
2. Pola Hubungan Sosial Antara Uwatta uwatta menanyakan berbagai
dengan KTB (Komunitas Tolotang permasalahan yang berupa sosial
Benteng) terdapat dua bagian yaitu :

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


12

ekonomi, agama dan keluarga bahkan singkatan Toriolota yang disingkat


politik. dengan nama Tolotang dan kemudian
Temuan 1 menjadi sebutan sebuah keyakinan dan
Keberadaan Komunitas Tolotang kepercayaan.
Benteng merupakan sebuah akulturasi
D. PENUTUP
peradaban Bugis dan peradaban Islam
KESIMPULAN
yang datang dari Timur Tengah 1. Bahwa dalam struktur sosial tolotang
kemudian melahirkan sebuah peradaban benteng terdapat dua dimensi yaitu
baru yang disebut Komunitas Tolotang.
dimensi vertikal dan dimensi
Temuan 2 horizontal. Dalam pola hubungan
Kelurahan Amparita merupakan sosial antara uwatta dan Komunitas
pusat pemerintahan kerajaan Sidenreng Tolotang Benteng terdapat dua bagian
masa lalu yang kini dianggap sebagai yaitu uwatta sebagai pemimpin
sebuah kota suci( kota kuddus) baik dari spiritual dalam kepercayaan
kalangan Komunitas Tolotang Benteng komunitas tolotang benteng.
maupun Towani Tolotang sebagai suatu 2. Uwatta sebagai pemimpin informal
tempat dan anugrah yang dapat dalam masyarakat.
memberikan kesempatan melestarikan
dan eksis serta menyelamatkan adat DAFTAR PUSTAKA
istiadat dan agama nenek moyang mereka Abu Hamid, 1985. Nilai-nilai Budaya
(agama Toriolota) dan Perubahan Sosial :
SuatuPengenalan Budaya Sulsel.
Temuan 3 Universitas Hasanuddin, Ujung
Keyakinan yang dijalankan bagi Pandang.
Komunitas Tolotang Benteng merupakan Anonim, 2008. Pedoman Penulisan
sebuah keyakinan yang berasal dari adat Disertasi. Program
PascasarjanaUniversitas Negeri
istiadat nenek moyang mereka dan Makassar.
menjadi pedoman dan petunjuk bagi
Anderson, R.J. Hughes, 1973. Social
kehidupan mereka baik dari segi sosial, Psyholocy Quartely . Conn Praeger,
politik dan ekonomi serta keagamaannya. Westport.
Temuan 4 Gordon, Thomas, 2009. Kepemimpinan
Komunitas tolotang merupakan yang Efektif. Jakarta Pustaka
sebuah komunitas yang berasal dari

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016


13

Hasse. L. 2008, Agama Tolotang di Nasikun, 1984. Sistem Sosial Indonesia.


tengah Dinamika Sosial Jakarta : Rajawali.
PolitikIndonesia Yogyakarta, VII,
Press. Pramuji. S, 2009 Kepemimpinan
Pemerintahan di Indonesia,
Koentjaraningrat, 1990. Beberapa JakartaPenerbit Bumi Aksara.
Antropologi dalam
PenyelidikanMasyarakat dan Said, Mashadi. 1998. Konsep Jati Diri
Kebudayaan Indonesia. Penerbit Manusia Bugis Dalam Lontara’
UniversitasIndonesia, Jakarta. (Sebuah Telaah Falsafi Tentang
Kebijaksanaan Hidup Bugis).
Mappawata, Tatjong. 2006. “Barakka” Disertasi tidak diterbitkan.
dan Semangat Kewirausahaan Pascasarjana IKIP Malang.
Jamaa’ah Khalwatiah Samman.
Disertasi tidak diterbitkan PPS. Sujana, Eggi. 2007. Visi Pemimpin Masa
Unhas MakassarManyambeang, Depan Jakarta.
Abd. Kadir. 1991 “Upacara
Tradisional” Maudu Lompoa di Suparno, Susilo. 2008 Kepemimpinan
Cikoang. dan Dasar-dasar
Pengembangannya, Jogjakarta.
Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penerbit Andi
Penelitian Kualitatif : Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sunindhia, Y.W. 2007. Kepemimpinan
Sosial Lainnya. Bandung, Remaja Dalam Masyarakat Modern.
Rosdakarya. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara

Murdock.George. 1965 Fuctional Soekanto, Mardhani. 2004 Sosial Budaya


Struktucal Theory,Published by Masyarakat Indonesia, Penerbit
McGraw Hill, New York. Gramedia Pustaka Jakarta.

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 1 Januari – Juni 2016

You might also like