You are on page 1of 14

WALASUJI Volume 10, No.

1, Juni 2019:

MAKNA SIMBOLIK TRADISI RITUAL MASSORONG LOPI-LOPI


OLEH MASYARAKAT MANDAR DI TAPANGO,
KABUPATEN POLMAN, PROVINSI SULAWESI BARAT
SYMBOLIC MEANING IN RITUAL TRADITION OF MASSORONG LOPI-LOPI
BY MANDAR COMMUNITY IN TAPANGO, POLMAN REGENCY,
WEST SULAWESI PROVINCE
Abdul Hafid, Raodah
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km. 7 Makassar, 90221
Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166
Pos-el: hafidabdul30@yahoo.com; raodahtul.jannah@yahoo.com
Diterima: 18 Februari; Direvisi: 22 April; Disetujui: 31 Mei 2019

ABSTRACT
This study is the research result of massorong lop1-lopi ceremony in the Mandar community at Tapango
Village, Polman Regency, West Sulawesi Province. This ritual tradition is an annual agenda carried out by
the people as a repellent, so that their village is protected from danger. In addition, this ritual tradition is also
a friendly event for community relations, both those residing in Topango and overseas. This research uses
descriptive qualitative methods. Data collection is done through observation, interviews, and documentation.
The result shows that in the ritual tradition of massorong lopi-lopi contained symbolic meanings of lopi-lopi
uses as ritual tools, as well as offerings that are served and equipments used. The people in Tapango Village
believe that by carrying out the ritual of massorong lopi-lopi, all disasters and diseases that will befall them
will be washed away and gone by the flow of water, while the boats are interpreted as an ark that brings
people to a prosperous, safe, and peacefull places.
Keywords: symbol meaning, massorong lopi-lopi, sando banua, repellent.

ABSTRAK
Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang upacara massorong lopi-lopi pada masyarakat Mandar di
Desa Tapango, Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat. Tradisi ritual ini merupakan agenda tahunan
yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai penolak bala, agar kampung mereka terhindar dari mara
bahaya. Di samping itu, tradisi ritual ini juga merupakan ajang silaturahmi antarmasyarakat, baik yang
bertempat tinggal di Desa Topango maupun di perantauan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tradisi ritual massorong lopi-lopi terkandung makna simbolik
dari lopi-lopi yang digunakan sebagai alat ritual, begitu pula sesajen yang dihidangkan, serta peralatan yang
digunakan. Masyarakat di Desa Tapango meyakini bahwa dengan melaksanakan ritual massorong lopi-lopi,
segala bencana dan wabah penyakit yang akan menimpa mereka akan hanyut dan hilang terbawa arus air,
sedangkan perahu-perahu tersebut dimaknai sebagai bahtera yang membawa masyarakat ke tempat yang
sejahtera, selamat, dan sentosa.
Kata kunci: makna simbol, massorong lopi-lopi, sando banua, penolak bala.

33
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 33—46
PENDAHULUAN kepercayaan tersebut, untuk mengantisipasi
Ritual atau upacara tradisional merupakan bencana alam dan wabah penyakit. Simbol-
bagian integral dari kebudayaan masyarakat simbol dalam ritual massorong lopi-lopi
pendukungnya yang berfungsi sebagai tersebut mengandung makna yang dijadikan
pengokoh norma-norma dan nilai-nilai yang oleh mesyarakat pendukungnya sebagai
berlaku dalam masyarakat. Hal ini disebabkan pedoman dan panutan dalam menjalani
salah satu fungsi dari upacara tradisional kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya makna
adalah menguatkan norma-norma serta nilai- yang terkandung dalam simbol-simbol ritual
nilai budaya yang berlaku. Norma-norma dan menjadi acuan sikap dan perilaku manusia
nilai-nilai itu secara simbolis ditampilkan yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat
melalui peragaan dalam bentuk upacara dengan orientasi kebudayaannya yang khas.
yang dilakukan dengan penuh khidmat oleh Menurut Firth dalam Ismail (2007:8), bahwa
masyarakat pendukungnya, sehingga dengan simbol itu sendiri merupakan petunjuk untuk
upacara tersebut dapat membangkitkan rasa kita dapat membuat abstraksi. Dalam hal
aman bagi setiap masyarakat di lingkungannya, ini, simbol memiliki nilai instrumental atau
serta dapat dijadikan pegangan bagi mereka alat ekspresi, komunikasi, pengetahuan, dan
dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya kontrol. Oleh karena itu, dilakukan upaya
sehari-hari (Supanto, dkk, 1992:221-222). untuk mengkaji dan memahami makna dibalik
Penggunaan simbol dalam praktek upacara simbol-simbol dalam sebuah tradisi yang
ternyata dilaksanakan dengan penuh kesadaran, harus dilakukan. Masyarakat di Desa Tapango
pemahaman dan penghayatan yang tinggi, yang memaknai ritual massorong lopi-lopi adalah
dianut secara tradisional dari generasi satu ke tindakan manusia agar dapat bersinergi dengan
generasi berikutnya (Herusatoto, 2000:3) alam dan lingkungannya, agar tercipta rasa
Masyarakat Suku Mandar sejak dahulu aman, dan dijauhkan dari wabah penyakit.
memiliki banyak tradisi dan ritus, dan Kegiatan ini juga berdampak pada berbagai
sampai sekarang masih dilakukan, walaupun aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek-
pelaksanaannya sedikit mengalami perubahan aspek sosial, religi, seni, dan ekonomi.
akibat pengaruh zaman. Ritual memiliki ciri Dalam ritual massorong lopi-lopi, banyak
khas yang dapat menjadi pembeda dengan mengandung nilai-nilai budaya luhur, sehingga
budaya etnis lain yang ada di Indonesia. Ritual sampai saat ini kegiatan ritual massorong lopi-
ini merupakan warisan atau peninggalan dari lopi masih dilakukan secara turun-temurun oleh
orang tua dahulu dan menjadi perwujudan masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai yang
dalam pembentukan karakter jati diri sebagai terkandung dalam ritual ini memiliki norma dan
orang Mandar. Tradisi dan ritual orang tata kelakuan yang dianggap baik untuk jadikan
Mandar mengandung gagasan dan pandangan pedoman dalam bertindak dan berperilaku di
masyarakat pendukungnya tentang kehidupan, masyarakat.
kriteria baik dan buruk, konsep-konsep yang Ada beberapa hasil penelitian terdahulu
bersifat yudikatif, yang mengatur perilaku yang berkaitan dengan tradisi ritual orang
individu dalam kaitannya dengan organisasi Mandar yang telah dilakukan antara lain:
kemasyarakatan. penelitian Hafid (2010: 57) tentang upacara
Salah satu ritual atau upacara tradisional baca-baca neneqta adam di Lambanan,
yang masih dipertahankan sampai sekarang Kabupaten Polman, mengungkapkan bahwa
oleh masyarakat Mandar yang bermukim di dalam pelaksanaan upacara adat baca-baca
Desa Tapango, adalah ritual Massorong lopi- neneqta Adam banyak mengandung makna
lopi. Ritual ini merupakan tindakan tolak simbolik dalam proses pelaksanaannya,
bala yang dilakukan masyarakat pendukung maupun sesajen yang ditampilkan dalam

34
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: Makna Simbolik Tradisi Ritual... Abdul Hafid, Raodah

upacara tersebut, sehingga dapat dijadikan Terkait dengan hasil penelitian terdahulu
sebagai filosofi dan pedoman dalam kehidupan yang dikemukakan, belum ada yang meneliti
pribadi maupun bermasyarakat. Masyarakat jenis upacara seperti massorong lopi-lopi,
di Lambanan begitu mengsakralkan upacara sehingga inilah yang mendasari, sehingga
neneqta Adam, sehingga masyarakat peneliti menganggap perlu dan bermanfaat untuk
pendukungnya rela berkorban materi dan dilakukan penelitian, serta pengkajian tentang
tenaga untuk pelaksanaan upacara tersebut, makna simbolik dalam ritual Massorong lopi-
dengan harapan akan mendapat keselamatan lopi pada masyarakat Tapango, sebagai upaya
dan ketentraman jiwa. Demikian pula penelitian penyelamatan aset budaya bangsa, sekaligus
yang dilakukan oleh Ansaar (2010:65) tentang dapat memberikan sosialisasi kepada generasi
upacara massossor manurung yaitu pencucian muda khususnya bagi masyarakat Tapango
benda-benda Kerajaan Mamuju, bahwa dan masyarakat Mandar pada umumnya, agar
penyelenggaraan upacara massossor manurung lebih mengenal, memahami, dan menghargai
diwarnai sikap, tindakan, dan ucapan-ucapan warisan leluhurnya. Adapun fokus masalah
simbolik, yang memiliki makna budaya sebagai dalam penelitian adalah ‘bagaimana makna
cerminan adanya sistem nilai-nilai luhur yang simbolik dari ritual Massorong Lopi-lopi pada
sejak lama telah tumbuh dan berkembang masyarakat Tapango, Polman, Sulawesi Barat’
dalam masyarakat pendukungnya. Penelitian yang diurai dalam pertanyaan sebagai berikut:
Salam (2010:85) tentang ritual keagamaan (1) Bagaimana prosesi pelaksanaan ritual
pada upacara mammunuang (Maulid nabi) pada Massorong lopi-lopi pada masyarakat Tapango,
masyarakat Salabose, di Kabupaten Majene, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polman?, (2)
mengungkapkan tentang tradisi-tradisi leluhur Makna apa saja yang terkandung dalam simbol-
yakni galuga, tiriq, dan khataman Qur’an simbol ritual Massorong lopi-lopi tersebut?.
yang disajikan bersama Saeyyang Pattuddu, Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
merupakan sarana sosialisasi oleh masyarakat penelitian ini: (1) Untuk mendeskripsikan
pendukung kebudayaan tersebut. Dalam tulisan prosesi pelaksanaan ritual massorong lop-
Ismail (2007:110), religi manusia nelayan pada lopi. (2) Untuk menganalisis makna dari
masyarakat Mandar, mengungkapkan simbol- simbol-simbol ritual Massorong lopi-lopi pada
simbol dalam ritual kuliwa (doa keselamatan) masyarakat Tapango, di Kabupaten Polman.
dari berbagai sesajen yang mengandung makna Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan
doa keselamatan yang tidak terlafazkan. dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
Selanjutnya, penelitian Raodah (2015) tentang budaya, khususnya di bidang kajian tradisi
tradisi ritual Mappaoli Banua pada masyarakat ritual. Mengingat selama ini penelitian tentang
Mosso, Kecamatan Balanipa, Mandar. Tradisi tradisi yang sifatnya lisan ini kurang mendapat
ritual ini bertujuan untuk mengobati atau perhatian para peneliti dibandingkan dengan
menyucikan kampung, agar terhindar dari penelitian di bidang ilmu-ilmu antropologi
bencana alam dan wabah penyakit. Pelaksanaan modern. Padahal, kegiatan tradisi lisan ini
tradisi ini mengungkapkan beberapa rangkaian merupakan warisan budaya yang penting
upacara, setiap ritual sarat dengan makna untuk ditangani secara serius. Selain itu, hasil
simbol-simbol yang mengandung arti sebagai penelitian ini diharapkan pula dapat memacu
manifestasi dari harapan dan keselamatan atau mendorong para peneliti lain untuk
masyarakat pendukung kepercayaan tersebut, melakukan penelitian lanjutan pada aspek
dan sebagai perwujudan penguatan karakter kebudayaan yang hasilnya dapat dijadikan
dan jati diri masyarakat Moso dan Mandar pada sebagai pembentukan karakter bangsa yang
umumnya. bersumber dari warisan tradisi tersebut.

35
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 33—46
METODE Propinsi Sulawesi Barat. Dahulu Desa Tapango
Penelitian ini bersifat deskriptif ini adalah distrik, namun pada tahun 1964
dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan berubah menjadi desa yaitu Desa Tapango dan
memeroleh gambaran tentang makna simbolik mengalami pemakaran menjadi dua desa pada
dari ritual massorong lopi-lopi di Desa Tapango, tahun 1974, dan selanjutnya Desa Tapango
Kabupaten Polman. Data yang dikumpulkan mengalami pemakaran menjadi tujuh desa
terdiri atas data primer dan data sekunder. yang ada sampai sekarang. Adapun batas-batas
Data primer berupa observasi dan wawancara wilayah Desa Tapango ini adalah; sebelah
mendalam (indepth interview), informan yang Utara berbatasan dengan Desa Batu, sebelah
terdiri atas sando banua, tokoh masyarakat, Barat berbatasan dengan Desa Tapango Barat,
pembuat lopi-lopi dan warga masyarakat. sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Banato
Observasi adalah suatu penyelidikan secara Rejo, dan sebelah Timur berbatasan dengan
sistimatis menggunakan kemampuan indera Desa Riso
manusia. Pengamatan dilakukan pada saat Jika dilihat dari sudut geografis, maka
masyarakat melaksanakan ritual massorong Desa Tapango mempunyai luas wilayah 6.500
lopi-lopi dan dilakukan wawancara mendalam Ha atau 65,00 km2, dengan jumlah penduduk
tentang makna-makna simbol dalam ritual yang tercatat pada akhir tahun 2017 di Desa
tersebut (Endaswara, 2012: 208). Sedang data Tapango sebanyak 2.985 jiwa, yang terdiri dari
sekunder berupa studi pustaka, melalui literatur 1465 jiwa penduduk laki-laki dan 1520 jiwa
yang telah ada untuk dijadikan tinjauan pustaka penduduk perempuan, dan jumlah KK laki-laki
sebagai acuan penelitian. 603, jumlah KK perempuan 103. Dari jumlah
Sesuai dengan metode penelitian kualitatif penduduk tersebut tersebar di enam dusun/
yang digunakan, maka penentuan informan kampung (kappung) yakni; Dusun 1 Tapango,
dilakukan secara purvosif yaitu dipilih dengan Dusun Talise, Dusun Lapejang, Dusun Malla,
pertimbangan dan tujuan tertentu (Maleong Dusun Rurabolong dan Dusun Reamambu.
2005:8). Dengan demikian, sebagai narasumber Berdasarkan dari data penduduk tersebut di atas,
atau informan dipilih dukun selaku pemimpin dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat
upacara, tokoh masyarakat yang memiliki Desa Tapango sebagian penduduknya sudah
pengetahuan tentang makna simbol dari seluruh sejahtera. Hal ini terlihat dari bentuk rumah
rangkaian ritual massorong lopi-lopi. Teknik mereka yang sebagian bangunannya sudah
analisis data yang digunakan dalam penelitian permanen dan sebagian pula masih berbentuk
ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu rumah panggung.
menganalisis data yang diperoleh dari hasil Mata pencaharian masyarakat Tapango
wawancara dengan masyarakat Desa Tapango pada umumnya adalah petani kebun, peternak
yang terlibat langsung dalam prosesi ritual ayam potong dan ayam petelur, dan peternak
dan hasil observasi lapangan. Analisis data kambing. Sebagian penduduk bekerja sebagai
merupakan proses mengatur proses urutan, pegawai, baik sebagai PNS maupun karyawan
mengorganisasikan dalam suatu pola dan swasta. Pada sektor industri rumah tangga
ukuran untuk menjadikan suatu kesimpulan. kebanyakan ibu-ibu rumah tangga membuat
kue tradisional khas Mandar, membuat minyak
PEMBAHASAN kelapa atau yang dikenal sebagai minyak
Mandar serta pembuatan gula merah. Pekerjaan
1. Profil Desa Tapango ini dilakukan di waktu senggang atau setelah
Desa Tapango, merupakan salah satu selesai membantu suami di kebun. Ada yang
desa yang ada di Kecamatan Tapango, yang bekerja di sektor pertukangan kayu, buruh
terletak di bagian utara Kabupaten Polman, bangunan dan lainnya. Mata pencaharian

36
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: Makna Simbolik Tradisi Ritual... Abdul Hafid, Raodah

penduduk di desa Tapango masih berkisar pada kesiapan dan kesepakatan para tokoh
pemenuhan kebutuhan pokok. masyarakat serta para pelaku upacara tersebut.
Masyarakat Desa Tapango pada umumnya Namun pelaksanaan ritual adat ini merupakan
beragama Islam, merupakan penganut agama suatu keharusan apabila terjadi tanda-tanda
Islam yang taat melakukan syariat dan ibadah alam yang dapat mendatangkan bencana atau
menurut ajaran agama Islam. Meskipun di desa terjadi wabah penyakit di Desa Tapango. Maka
ini tata cara beragama nampak sangat religius. masyarakat pendukungnya berupaya untuk
Ketaatan mereka dalam melakukan syariat melaksanakannya, untuk menghindarkan
agama oleh masyarakat di desa ini, tercermin seluruh masyarakat dari bencana alam dan
dengan adanya sebuah bangunan mesjid yang wabah penyakit. Akan tetapi pada umumnya
merupakan sebagai tempat beribadah. Terlihat ritual ini dilaksanakan sebelum atau sesudah
pada setiap hari jumat, mesjid yang ada di masuk bulan syafar. Dalam pelaksanaan ritual
desa tersebut nampak penuh oleh para jamaah, massorong lopi-lopi sarat dengan makna yang
begitu pula kegiatan ibadah shalat, waktu rutin menjadi pedoman dan norma-norma yang
dilakukan secara berjamaah di mesjid baik bagi masyarakat Desa Tapango, sehingga
Namun demikian, dalam kehidupan ritual ini begitu penting untuk dilaksanakan.
masyarakat Mandar dan masyarakat Tapango Nilai-nilai dan makna merupakan simbol yang
khususnya, masih dapat ditemukan fenomena berorientasi pada cita-cita, harapan dan doa
kehidupan sosial religius. Salah satu rangkaian keselamatan untuk seluruh warga masyarakat
ritual atau upacara tradisional yang senantiasa Tapango dalam melakukan aktivitasnya baik di
masih dipertahankan sampai sekarang oleh sungai maupun di darat.
masyarakat etnik Mandar dan masyarakat
Tapango pada khususnya di Kecamatan a. Asal Mula Tradisi Ritual Massorong
Tapango, adalah Tradisi ritual massorong lopi Lopi-Lopi
(menghanyutkan atau mendorong perahu kecil/
Dalam upaya mendeskripsikan tradisi
lepa-lepa) ke muara sungai. Tradisi ini merupakan
ritual massorong lopi-lopi tidak akan terlaksana
warisan leluhur yang diyakini sebagai penolak
secara sempurna tanpa mengetahui lebih dahulu
bala dari berbagai bencana alam, baik gangguan
asal usul atau sejarah tradisi ritual itu sendiri.
tanaman, gangguan di sungai maupun gangguan
Adapun asal mula keberadaan ritual massorong
wabah penyakit yang dapat membahayakan
lopi-lopi atau lepa-lepa di daerah ini tidak
kehidupan masyarakat tersebut.
diketahui secara pasti, hal ini disebabkan karena
tidak adanya suatu sumber tertulis mengenai
2. Ritual Massorong Lopi-Lopi
hal tersebut. Namun demikian, keberadaan
Ritual Massorong lopi-lopi merupakan ritual tersebut dapat diketahui secara lisan dari
salah satu bentuk ritual yang diselenggarakan penuturan dan informasi dari beberapa tokoh
oleh masyarakat Tapango, Kecamatan Tapango, masyarakat di daerah Tapango, salah satu di
Kabupaten Polman. Secara harfiah massorong antaranya adalah Sahibong Tarmisi (Umur 48
lopi-lopi berarti massorong = mendorong/ tahun) menuturkan bahwa pada zaman dahulu
menghanyutkan lopi-lopi = perahu-perahuan Negeri Tapango secara serentak ditimpah
(perahu dalam bentuk mini). Ritual ini dilakukan musibah dan menyebar ke berbagai desa yang
sebagai penolak bala, agar kampung mereka ada di sekitar Desa Tapango, yaitu kemarau
terhindar dari bencana dan wabah penyakit. panjang, angin kencang, dan terjadi wabah
Ritual tersebut masih tetap diselenggarakan penyakit yang menimpah seluruh masyarakat
hingga saat ini. Walapun tidak setiap tahun Desa Tapango. Pada waktu itu, masyarakat
seperti dahulu, terkadang menjelang dua atau Desa Tapango sangat khawatir dengan kondisi
tiga tahun, mereka baru melakukan tergantung yang terjadi, hasil pertanian menjadi rusak,

37
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 33—46
dan nelayan tidak menghasilkan ikan, sehingga masih melakukan tradisi tersebut, bahkan
kondisi pada saat itu sangat memperhatinkan. pendukung ritual ini menjadikan hal tersebut
Masyarakat Desa Tapango mulai resah. dilakukan secara turun temurun dari generasi ke
Untuk mengatasi kondisi tersebut maka generasi, hingga saat ini.
diadakan pertemuan (sitammu uju) oleh para
tokoh dan pemangku adat untuk membicarakan b. Pelaksanaan Ritual Massorong Lopi-Lopi
solusi terbaik, agar kondisi dapat kembali Penyelenggaraan tradisi ritual Massorong
normal atau dapat terhindar dari berbagai lopi-lopi menurut adat kebiasaan pada
bencana. Dalam acara sitammu uju itu, masyarakat Tapango, dilakukan secara tertib
disepakati untuk melakukan ritual. Masyarakat mulai dari persiapan/perlengkapan upacara,
ini dianjurkan untuk membuat lopi-lopi waktu dan tempat, pemimpin upacara serta
(perahu kecil) yang di dalamnya diisi berbagai prosesi jalannya upacara. Adapun tahap-
macam makanan dan sesajian lainnya, sebagai tahapan adalah sebagai berikut:
persembahan kepada dewata, kemudian lopi-
lopi tersebut dihanyutkan atau dialirkan ke Persiapan Pelaksanaan Ritual
muara sungai sampai ke laut. Mereka percaya Sebelum pelaksanakan ritual, terlebih
bahwa dengan dilaksanakannya ritual, maka dahulu dilakukan persiapan dengan melibatkan
segala bencana alam dan wabah penyakit seluruh masyarakat pendukung kepercayaan
akan hanyut bersama dengan sesajian sebagai tersebut. Tahap persiapan diawali dengan rapat
persembahan. Setelah ritual itu dilakukan, atau musyawarah yang dipimpin oleh ketua
tak lama kemudian keadaan kembali normal adat dan melibatkan pemerintah setempat.
tanaman padi kembali menjadi subur, nelayan Musyawarah dilakukan untuk membicarakan
kembali melaut dan menghasilkan tangkapan waktu pelaksanaan, biaya pelaksanaan, bahan-
yang banyak. Masyarakat Desa Tapango sangat bahan kelengkapan ritual, dan pembentukan
bersyukur ketika itu, karena bencana alam dan panitia pelaksana. Bagi masyarakat yang
wabah penyakit dapat teratasi bahkan rezekinya terlibat dalam kepanitian, melakukan tugas dan
berlimpah bagi petani maupun nelayan. Sejak fungsinya sesuai tugas yang telah diberikan.
saat itulah, sehingga sekarang ini ritual selalu Dalam penyelenggaraan ritual ini seluruh
dilakukan, sebagai implementasi tolak bala masyarakat pendukung kepercayaan, baik yang
bagi masyarakat pendukungnya. bertempat tinggal di Desa Tapango maupun yang
Namun dalam perkembangan sekarang hidup diperantauan untuk berpartisipasi aktif,
ini, ritual massorong lopi-lopi telah mengalami baik fisik maupun moril dalam menyukseskan
perubahan bukan hanya sebagai penolak bala, kelancaran ritual massorong lopi-lopi.
akan tetapi ritual ini sebagai wujud rasa syukur Tahap persiapan selanjutnya, adalah
masyarakat Tapango akan limpahan rezeki yang membuat perahu atau lopi kecil (lepa-lepa)
diberikan oleh Tuhan. Selain itu, pelaksanaan sebagai tempat sesajen. Pembuatan lopi-
ritual ini dimanfaatkan masyarakat Desa Tapango lopi ini biasanya dipercayakan kepada warga
sebagai ajang pertemuan atau silaturahmi antar masyarakat yang biasa membuat lopi-lopi
warga masyarakat Desa Tapango, maupun untuk kegiatan ritual. Lopi-lopi ini tidak dibuat
masyarakat yang tinggal diperantauan. Ketika begitu saja, ada ritual-ritual dan mantera
pelaksaanaan ritual ini, mereka kembali ke tertentu yang dilakukan sebelum pembuatan.
kampung halaman untuk menyaksikan tradisi Lopi-lopi diharapkan sudah selesai dibuat
ritual massorong lopi-lopi, untuk bertemu minimal tiga hari sebelum hari pelaksanaan,
dengan keluarga kerabat dan seluruh warga seluruh biaya pembuatan lopi-lopi diambil dari
masyarakat Desa Tapango. Untuk melestarikan sumbangan warga yang dikumpulkan oleh seksi
tradisi leluhur, maka sebagian besar masyarakat dana. Untuk sesajian yang akan diletakkan

38
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: Makna Simbolik Tradisi Ritual... Abdul Hafid, Raodah

dalam lopi-lopi, semuanya dibebankan kepada disebabkan karena masyarakat Tapango merasa
warga masyarakat pendukung kepercayaan takut jika tidak melakukanya kegiatan tersebut,
ini. Adapun sesajen yang harus dipersiapkan dan tidak boleh merubah ketentuan yang sudah
berupa makanan yang diletakkan dalam lopi- ada, yang ditetapkan para pendukungnya.
lopi tersebut misalnya ketupat satu ikat, lauk
dari gulai ayam, sokkol (nasi ketan) tiga warna Tempat Penyelenggaraan Ritual
yaitu putih (mapute’), hitam (malotong) dan Tempat penyelenggaraan tradisi ritual
merah (mamea), telur (tallo) ayam hidup jantan massorong lopi-lopi adalah sungai yang
dan betina, loka (pisang) manurung, raja, dan terdapat di Desa Tapango. Sungai sebagai
barangang, kelapa muda, baje’, cucuru, balung tempat pelaksanaan ritual merupakan tempat
dakke (lappa), kue bolu, ikan gabus, ikan belut, yang telah disepakati sejak dahulu, penetapan
udang, rokok, uang dan beberapa buah bakul tempat pelaksanaan ritual ini didasarkan atas
yang berisi sesajian. Kelengkapan lainnya yaitu kesepakatan bersama melalui musyawarah
pedupaan yang disebut pegundungan (tempat adat yang melibatkan tokoh-tokoh adat, pihak
pembakaran kemenyan/dupa) penyelenggara upacara dan unsur pemerintah
Lopi-lopi dan sesajian dan alat-alat setempat. Penetapan tempat pelaksanaan
perlengkapan lainnya yang digunakan dalam upacara adat ini berpedoman pada ketentuan
tradisi ritual itu merupakan persyaratan yang dilakukann oleh leluhur mereka, sungai
utama berdasarkan aturan adat dan kebiasaan Tapango ini terdapat solili artinya pusaran air.
masyarakat setempat agar maksud dan tujuan Menurut keyakinan masyarakat Tapango bahwa
terselenggaranya upacara adat tersebut pusaran air yang ada di sungai Desa Tapango
dapat tercapai sesuai yang diharapkan oleh dianggap keramat mempunyai penunggu
anggota masyarakat yang melaksanakannya. makhluk gaib yang dapat membahayakan
Panitia penyelenggara juga mempersiapkan orang yang biasa melintas di tempat tersebut,
undangan untuk pemerintah setempat dan sehingga perlu dilakukan ritual di sungai itu.
warga di luar Desa Tapango agar ikut serta
menghadiri pelaksanaan ritual massorong Penyelenggara / Peserta Ritual
lopi-lopi. Masyarakat pendukung kepercayaan Secara teknis penyelenggara ritual
ini sangat antusias untuk berpartisipasi dalam merupakan pula sebagai peserta upacara ritual
pelaksanaan ritual ini karena mereka merasa yang terdiri atas anggota masyarakat Tapango
bahwa penyelenggaraan ritual ini untuk pendukung kepercayaan tersebut. Tradisi ritual
kebaikan bersama. ini biasanya dihadiri dari pihak pemerintah
setempat dan masyarakat dari luar Desa Tapango
Waktu Penyelenggaraan Ritual juga ikut berpartisipasi. Pelaksanaan tradisi
Adapun waktu pelaksanaan ritual adat ritual ini menjadi tanggung jawab bersama
tersebut tidaklah dilakukan di sembarang antara semua lapisan masyarakat Tapango.
waktu, melainkan ritual ini harus dilakukan Walaupun tanggung jawab sepenuhnya adalah
pada waktu-waktu tertentu. Dahulu, waktu masyarakat pendukung kepercayaan itu, baik
penyelenggaraan ritual ini digelar setiap dalam merencanakan seluruh proses termasuk
tahunnya setelah masuk pada bulan syafar, menetapkan waktu pelaksanaan, melakukan
namun saat ini mengalami perubahan dalam persiapan, menyediakan bahan dan peralatan
pelaksanaannya, tergantung hasil musyawarah maupun mengatur jalannya tradisi ritual tersebut.
dan kesepakatan bersama. Yang penting kegiatan Pemimpin ritual adalah sando banua
ini masih tetap dipertahankan seperti yang telah (dukun Kampung) yaitu orang yang memiliki
dilakukan oleh leluhur mereka, sekalipun dalam pengetahuan dalam ritual massorong lopi-lopi.
pelaksanaannya tidak setiap tahunnya. Hal ini Sando mengetahui tentang prosesi ritual dan

39
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 33—46
menguasai pembacaan mantra dan tata cara Kegiatan-kegiatan sepeti tersebut di atas,
penggunaan peralatan dan sesajian sehingga merupakan suatu pemahaman bagi masyarakat
sando berperan sebagai ujung tombak ritual Tapango yang bersumber dari leluhur mereka
pada saat pelaksanaan. Peranan seorang kemudian diwariskan secara turun temurun
sando dalam kegiatan tradisi ritual adat ini hingga sekarang. Dengan adanya pemahaman
sangat penting artinya karena seorang sando dalam kegiatan tersebut, maka pihak-pihak
dianggap mampu berkumunikasi dengan dunia penyelenggara upacara adat tersebut senantiasa
gaib. Aspek kepercayaan dalam wujud kontak berusaha menghindari segala pelanggaran-
manusia dengan mahluk halus, dewa-dewa atau pelanggaran yang akan mereka lakukan, yang
Tuhan. Semuanya itu memerlukan adanya nilai nantinya dapat menyebabkan malapetaka dalam
ilmu yang dimiliki tarmasuk ilmu gaib yang kehidupan mereka. Oleh karena itu, dalam
biasanya dikuasai oleh seorang sando secara rangka mensukseskan jalannya ritual adat yang
terbatas. Ilmu yang dimiliki seorang sando ini berkaitan dengan upacara massorong lopi-lopi
sangat menentukan keberhasilan ritual adat perlu diselenggarakan sesuai dengan aturan
tersebut. Melalui mantra yang dibaca Sando, adat setempat atau sesuai dengan tradisi yang
dipercaya mampu mewujudkan harapan dan senantiasa masih dilestarikan oleh masyarakat
keinginan masyarakat pendukungnya, sehingga pendukungnya sampai saat ini. Dengan
proses ritual adat ini dapat terlaksana dengan baik dilaksanakannya kegiata ritual ini dengan
dan mendapatkan ketenteraman untuk manusia sempurna, maka secara psikologi mereka
dan alam, sebagaimana yang diharapkan para merasa aman, tenteram dan penuh kedamaian
pendukungnya. Selain orang-orang yang terlibat dalam menjalani kehidupannya.
langsung dalam penyelenggaraan ritual adat itu,
masih banyak lagi orang lain yang terlibat dalam Prosesi Jalannya Ritual Massorong Lopi-Lopi
ritual adat tersebut, yang merupakan peserta Pelaksanaan ritual massorong lopi-
upacara dalam rangka ikut mensukseskan lopi yang dilaksanakan masyarakat Tapango
jalannya upacara baik sebagai orang Tapango terbilang sederhana, tidak memerlukan biaya
itu sendiri mupun orang-orang yang berdomisili yang besar sehingga masyarakat Tapango
di luar Desa Tapango, seperti sejumlah tokoh senantiasa selalu melaksanakannya, sekalipun
masyarakat/tokoh agama dan lain-lainnya. dalam pelaksanaannya tidak rutin setiap
Selain dihadiri oleh orang-orang sebagai tahunnya seperti di masa lampau. Adapun
penyelenggara dan peserta upacara, juga jalannya upacara adat tersebut, yaitu setelah
diramaikan oleh orang lain yang merupakan semua peralatan dan perlengkapan ritual
pengunjung atau tamu pada pelaksanaan ritual sudah dipersiapkan maka keesokan harinya
adat tersebut. Keterikatan masyarakat terhadap dilakukan ritual massorong lopi-lopi. Tradisi
ritual adat tersebut dapat dilihat dari banyaknya yang dilaksanakan sekali dalam setahun
masyarakat yang menghadiri pelaksanaan ritual ini merupakan ajang silaturahmi antarwarga
adat ini dari awal sampai akhir. Bahkan ada masyarakat, baik tinggal di DesaTapango maupun
pula sebagian warga masyarakat Tapango yang yang tinggal di perantauan, mereka sengaja
merantau dan sengaja kembali ke kampung pulang ke kampung halaman untuk berkumpul
halamannya untuk menghadiri ritual adat itu dengan sanak saudara sekaligus melaksanakan
secara khidmat, karena mereka masih merasa ritual massorong lopi-lopi. Seluruh masyarakat
menjadi kelompok sosial dari desa tersebut. Desa Tapango dan masyarakat sekitarnya
Oleh karena upacara yang diselenggarakan itu berbondong-bondong menuju ke tepi sungai
adalah upacara adat yang sifatnya doa bersama, untuk melakukan ritual tersebut. Lopi-lopi
dengan harapan untuk keselamatan warga dan yang sudah dipersiapkan untuk digunakan
wilayah tempat tinggal mereka. sebagai tempat sesajian, yang telah dilapisi

40
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: Makna Simbolik Tradisi Ritual... Abdul Hafid, Raodah

daun pisang untuk tempat meletakkan berbagai membesarkanmu, cepat-cepat kembali, jangan
sesajean. Warga masyarakat Desa Tapango berbuat kesalahan, jangan berbuat takabbur,
dan masyarakat dari luar Desa Tapango datang jangan kikir, Allah penyelamat dunia, menyatu
untuk menyaksikan prosesi massorong lopi- di dalam jiwa kami, berkah karena Allah
lopi, mereka berkumpul di dekat lopi-lopi yang swt. Setelah selesai, sando banua melakukan
akan dihanyutkan. Masyarakat pendukung massorong lopi-lopi berisi berbagai macam
ritual ini membawa sesajen mereka beramai- makanan, dimana warga masyarakat beramai-
ramai meletakkan sesajiannya di atas lopi-lopi, ramai turun ke sungai untuk mengambil
untuk diikutsertakan dalam pembacaan doa sesajen dan perlengkapan upacara yang ada
oleh Sando Banua. di atas lopi-lopi itu, mereka berebutan untuk
Setelah semua perlengkapan ritual siap, mendapatkannya, karena mereka meyakini
dan sebelum prosesi massorong lopi-lopi bahwa apabila mendapat makanan atau
dilakukan, panitia menyilahkan pemerintah peralatan ritual yang ada di atas lopi-lopi akan
setempat yang hadir untuk memberi sambutan, membawa keberkahan.
sebagai bentuk dukungan kepada masyarakat Ritual selanjutnya adalah mandi bersama
dalam pelestarian nilai-nilai budaya dalam di sungai, dan semua yang hadir diwajibkan
tradisi ritual ini. Selanjutnya pemimpin ritual mandi mulai dari anak-anak sampai orang
yaitu, Sando Banua duduk bersila di depan dewasa turun ke sungai, bahkan orang hamil pun
lopi-lopi yang berisi berbagai macam sesajian. datang untuk mandi bersama-sama dan tidak
Untuk mensakralkan pembacaan doa, dibakar terkecuali, sekalipun yang hadir adalah seorang
dupa yang dipercaya dapat mengundang camat, polisi mereka harus mandi bersama dan
para penghuni alam gaib untuk hadir dalam kalau tidak mandi pada saat itu akan disirami
pesembahan sesajen. Sando banua dengan air oleh masyarakat atau peserta upacara.
khusuk membacakan doa, yang diikuti dengan Mandi di sungai ketika ritual massorong lopi-
khidmat oleh peserta upacara yang terdiri lopi dipercayai oleh pendukungnya dapat
dari warga masyarakat, tokoh masyarakat, membuang segala penyakit dan kesialan yang
dan pemerintah setempat. Secara perlahan- akan menimpa.
lahan lopi-lopi tersebut diluncurkan oleh Demikian pula halnya bagi orang hamil
Sando Banua disertai dengan permohonan doa yang datang mandi pada saat dilaksanakannya
berupa pembacaan mantra untuk menerima ritual massoorng lopi-lopi, dengan harapan agar
persembahan mereka. Demikian pula para mereka dapat melahirkan dengan mudah seperti
peserta upacara, mereka berdoa sesuai hajat air mengalir, namun yang mandikan bagi orang
mereka masing-masing. hamil adalah dukun beranak. Kemudian bagi
Adapun mantra dibaca Sando Banua anak gadis yang datang mandi pada saat itu,
ketika akan menghanyutkan lopi-lopi berbunyi: dengan harapan mereka dapat jodoh cepat, dan
Bismillahiraahmanirrahim, Assalamu- lain sebagainya, sesuai hajat mereka masing-
alaikum war.wb, awing pendaimo’o, paitai masing. Selanjutnya, setelah selesai mandi
kedzo mapiamu, anging mappaginoip, undu bersama-sama, akan dilakukan pembacaan doa
mappakaiango,o, pasigao mai, de le’ba yang dipimpin oleh Imam Mesjid dan seluruh
takkalasa, da le;ba takkalupa, da le’ba peserta upacara akan mengambil tempat
makikkir, puang pammase lino, membelong masing-masing turut berdoa bersama.
di lalang nyawata, ma’barakka, lillahi Taala. Sekarang ini, dalam pelaksanaan
Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang ritual massorong lopi-lopi pihak panitia
Maha pengasih lagi maha penyayang, Awan mengikutsertakan kegiatan menabur bibit ikan
muncullah, perlihatkan sifat kebaikkanmu, ke sungai yang dilakukan oleh pemerintah
angin yang memainkanmu, embun yang setempat, sando banua, dan tokoh masyarakat.

41
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 33—46
Kegiatan ini dilakukan agar sungai di Desa maupun sikap dan tindakan warga masyarakat
Tapango tetap mmiliki banyak ikan seperti pendukung suatu kebudayaan, tetapi simbol-
dahulu. Menurut Kepala Desa Tapango, bahwa simbol budaya juga berupa kata-kata atau
dahulu sungai yang ada di Desa Tapango ucapan dari masyarakat bersangkutan. Kata
merupakan sebagai sumber kehidupan atau uacapan itu sendiri terwujud dalam
perikanan bagi masyarakat Tapango, baik bentuk bahasa dengan menggunakan aneka
untuk difungsikan sebagi tempat mandi, minum ragam istilah yang dipahami oleh masyarakat
maupun untuk difungsikan sebagai tempat pendukungnya. Adapun simbol-simbol yang
memancing ikan. Untuk mempertahankan terdapat dalam ritual massorong lopi-lopi dapat
keberadaan ikan di Sungai Tapango, maka dimaknai sebagai berikut:
setiap dilakukan ritual massorong lopi-
lopi, dilakukan pula tabur benih ikan untuk Makna Simbol Lopi-Lopi
menambah perkembangbiakan ikan yang Peralatan utama yang digunakan dalam
sekarang ini mulai berkurang (wawancara, ritual massorong lopo-lopi adalah lopi-lopi, yaitu
Kepala Desa Tapango, Agustus 2018). perahu yang dibuat dalam bentuk mini, terbuat
Dengan dilaksanakannya ritual massorong dari kayu atau papan yang ringan dan mudah
lopi-lopi, warga masyarakat Tapango berharap terbawa arus sungai yang mengalir. Bentuk
bahwa segala bencana alam dan wabah penyakit perahu kecil ini (lopi-lopi atau bahasa lokalnya
akan sirna, dan masyarakat akan merasa damai lepa-lepa) adalah sebagai simbol pengharapan
dan tenteram. Tradisi yang dilaksanakan sekali atau sebagai wadah yang dapat menampung
dalam setahun ini merupakan ajang silaturahmi berbagai sesajen, dan dimaknai bahwa segala
antarwarga masyarakat, baik tinggal di Desa bencana alam, wabah penyakit yang menimpah
Tapango maupun yang tinggal di perantauan, atau mengancam negeri, begitu pula dengan
mereka sengaja pulang ke kampung halaman penyakit yang diderita oleh seseorang diharapkan
untuk berkumpul dengan sanak saudara sekaligus dapat keluar terbawa arus sungai.
melaksanakan ritual massorong lopi-lopi. Selain itu, bahwa lopi-lopi sebagai simbol
wadah untuk menampung berbagai sesajian
3. Makna Simbolik Dalam Upacara tersebut, juga dimaknai sebagai bahtera yang
Massorong Lopi-lopi akan membawa masyarakat Tapango ke tempat
Ritual massorong lopi-lopi merupakan yang sejahtera, selamat sentosa. Oleh karena
salah satu wujud kebudayaan yang ada dalam itu, mendorong atau menghanyutkan lopi-lopi/
masyarakat Desa Tapango yang sarat dengan lepa-lepa di tepi sungai adalah simbol dari
simbol-simbol. Pada umumnya setiap simbol menghanyutkan segala penyakit, dan bencana
yang digunakan dalam suatu ritual mengandung yang akan menimpah negeri. Dan juga sebagai
arti atau makna khusus dengan konsep alam simbol agar kehidupan manusia dapat pula
pikiran pada masyarakat pendukungnya. tenang dan tentram seperti sifat air yang dingin.
Menurut Geertz (1992:47) bahwa simbol-
simbol yang tersedia dalam kehidupan sebuah Makna Simbol Sesaji
masyarakat yang sesungguhnya menunjukkan Sesaji merupakan aktualisasi diri,
bagaimana warga masyarakat yang bersangkutan pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku untuk
melihat, merasa, dan berpikir tentang dunia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya
mereka dan bertindak berdasarkan nilai-nilai pendekatan diri melalui sesaji sesungguhnya
yang sesuai. bentuk akumulasi budaya yang bersifat abstrak.
Berdasarkan konsep tersebut di atas, Sesaji juga merupakan wacana simbol yang
jelaslah bahwa simbol-simbol budaya bukan digunakan sebagai sarana negosiasi spritual
hanya terdapat pada benda-benda budaya kepada hal-hal gaib. Hal ini dilakukan agar

42
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: Makna Simbolik Tradisi Ritual... Abdul Hafid, Raodah

makhluk-makhluk halus di luar kekuatan oleh ayam tersebut. (4). Telur ayam kampung,
manusia tidak mengganggu. Sebagaimana yang karena telur ini bulat dan terdapat di dalamnya
dikemukakan oleh Endaswara, (2006:27), bahwa dua warna yaitu warna putih dan warna kuning,
dengan pemberian makanan secara simbolis maka telur ini dimaknai sebagai satu kesatuan
kepada roh halus, diharapkan roh tersebut akan dalam pemerintahan, warna putih diibaratkan
jinak dan mau membantu kehidupan manusia. sebagai pemerintah dan warna kuning adalah
Selanjutnya, sesajen yang ada di atas lopi-lopi masyarakat, jadi warna putih yang ada di
adalah sebagai simbol persembahan kepada dalam telur itu akan membawahi warna kuning,
penguasa di sungai dan di darat, yang dimaknai sehingga antara pemerintah dan masyarakat
bahwa masyarakat yang menggantungkan tidak dapat dipisahkan. (5). Pisang (anjoro) yang
hidupnya dengan mencari nafkah di sungai dan manis atau yang lebih dikenal dengan nama
di darat senantiasa dapat bersinergi dengan pisang raja. Sesajen pisang ini hampir pada setiap
alam, agar dijauhkan dari mara bahaya dan ritual tradisional, pisang itu selalu dihadirkan.
dilimpahkan rezekinya. Masyarakat yang hidup Pisang manis atau dikenal sebagai pisang raja,
sebagai petani dapat dilimpahkan berkah dengan sebagai simbol masyarakat dapat hidup bahagia,
hasil panen yang melimpah dan selamat. Menurut kepercayaan masyarakat
Berdasarkan keterangan para ketua bahwa semua jenis pisang yang disajikan
masyarakat yang ada di Desa Tapango, disukai olah leluhur, roh-roh halus, sehingga
mengatakan bahwa ada beberapa jenis sesajen diyakini para pendukung ritual massorong lopi-
atau bahan makanan yang harus ada dalam lopi bahwa persembahan mereka telah sampai
pelaksanaan upacara massorong lopi-lopi, yaitu kepada Tuhan, arwah, leluhur, dan roh-roh halus,
terdiri dari: (1). atupe (ketupat) bentuknya sehingga apa yang diharapkan oleh pendukung
kerucut yang saling mengikat, dan dimaknai kegiatan ini telah terwujud
sebagai seseorang yang tidak pernah terputus Selain itu, terdapat pula berbagai
hubungannya dari segala hal, dan selalu saling masakan lainnya, seperti ayam, ikan gabus,
merangkul, bersatu antara satu dengan yang ikan belut, udang, dan makanan lainnya untuk
lainnya. (2) Songkolo/sokko empat macam hidangan para peserta ritual tersebut. Hal ini
(putih, hitam, merah dan kuning), keempat macan dapat dimakanai sebagai salah satu simbol
songkolo ini merupakan lambang asal kejadian kehidupan manusia, hal tersebut, terkait dalam
manusia, seperti hitam melambangkan tanah, kehidupan keseharian masyarakat Tapango yang
merah melambangkan api, putih melambangkan matapencahariannya sebagai petani, peternak
unsur air, dan kuning melambangkan unsur dan nelayan. Ketika mereka ingin melakukan
angin. Dari keempat songkolo ini dimaknai suatu ritual, seprti misalnya ritual massorong
sebagai persembahan kepada dewa yang lopi-lopi, maka mereka akan menyediakan
menguasai tanah, air, api dan angin. Semuanya berbagai masakan yang sifatnya sesajen dari
ini akan saling bersinergi agar bencana alam dan hasil mata pencaharian mereka, yang akan
wabah penyakit tidak menimpah masyarakat dipersembahan kepada penguasa yang ada
Tapango. Selain itu, dapat pula dimaknai sebagai di sungai dan di darat. Bahan makanan ini,
alat pemersatu dalam bermasyarakat, karena dimaknai pula sebagai pembersih hati dari sifat
bahan keempat songkolo tersebut adalah beras kikir dan pelit, karena makanan yang dibuat
ketan sifatnya perekat yang tidak bisa dipisahkan pada ritual massorong lopi-lopi akan dijadikan
antara satu dengan yang lainnya. (3). Ayam dua santapan bersama seluruh peserta upacara.
ekor (jantan dan betina), karena kedua ayam Demikian pula kue tradisional khas
ini masih hidup, maka dapat dimaknai agar Mandar seperti baje, kue boleku atau biasa
segala kesusahan atau masalah yang mereka disebut doko-doko cangkuli, balung dakke
hadapi dalam hidupnya, akan dibawa terbang (sejenis makanan yang terbuat dari beras ketan

43
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 33—46
bentuknya bulat panjang yang dibungkus daun makhluk-mahkluk gaib yang diyakini ada pada
kelapa) serta buah-buahan berupa kelapa muda. setiap tempat dalam wilayah tempat tinggal
Hal ini semua dimaknai sebagai pengharapan mereka. Kekuatan gaib yang ada di darat dan
agar kehidupan masyarakat senantiasa di sungai akan berbuat baik atau buruk atas
mengalami kemajuan dan merupakan simbol kehendak-Nya
rezeki dan ketenteraman hidup. Kelengkapan Demikian pula halnya pada saat
sesajen lainnya, seperti membakar kemenyan/ pembuatan lopi-lopi, Sando Banua
dupa adalah simbol pemanggil roh-roh untuk membacakan mantra yang diawali dengan
berkumpul, dan dimaknai sebagai pertanda mengucapkan basmalah yang mengandung
tempat tersedianya makanan para makhluk makna bahwa sebagai orang yang beragama
gaib. Rokok mempunyai makna untuk menjamu Islam dianjurkan untuk basmalah sebelum
makhluk gaib dari jenis laki-laki yang mendiami mengerjakan sesuatu, sebagai tanda bahwa
wilayah tersebut. segala hal yang kita kerjakan harus seizin Allah
swt, karena Dialah yang menentukan sedangkan
Makna Simbol Mantra manusia hanya merencanakan. Simbol mantra
Setiap tahap dalam ritual massorong lopi- bagi masyarakat pendukung kepercayaan ini
lopi dibacakan mantra, mulai dari pembuatan dimaknai sebagai penguat dari setiap tahapan
lopi-lopi sampai pada menghanyutkan perahu ritual yang dilakukan. Mereka meyakini
di sungai. Hal ini dimaknai bahwa segala bahwa kegiatan ini bukan perilaku sinkritisme,
perbuatan dan tindakan harus sesuai dengan akan tetapi perwujudan dari rasa syukur yang
norma-norma dan aturan adat setempat. dipersembahkan untuk keselamatan warga
Pembacaan mantra adalah simbol pengharapan masyarakat Tapango.
kepada Tuhan dan hal-hal gaib yang diyakini
mampu mengabulkan keinginan dan kehendak Makna Simbol dalam pola-pola Interaksi Sosial
yang memintanya. Mantra menurut Seodjijono Keterlibatan masyarakat dalam melaksa-
(1987:87) adalah kata-kata yang jika diucapkan nakan ritual adalah simbol persaudaraan dan
dapat menimbulkan kekuatan gaib, dengan kata gotong royong yang dimaknai sebagai ajang
lain mantra adalah perkataan atau kalimat yang silaturrahmi warga masyarakat Tapango
dianggap dapat mendatangkan daya gaib. Pada setahun atau dua tahun sekali. Dalam tradisi
umumnya mantra yang dibacakan dalam ritual ritual massorong lopi-lopi ini melibatkan
Massorong lopi-lopi semuanya mengandung seluruh komponen masyarakat dan pemerintah
pengharapan akan keselamatan dan keberkahan setempat. Mereka mengambil peran masing-
dari Tuhan yang Maha Kuasa. Hal ini diyakini masing untuk terlibat dalam pelaksanaan tradisi
bahwa masyarakat Mandar pada dasarnya tersebut. Sando Banua sebagai pemimpin
masyarakat yang taat dalam beragama, sehingga dalam ritual adalah pemeran utama yang
segala perilakunya selalu dikaitkan dengan menjalankan seluruh tahapan-tahapan ritual.
agama Islam, walaupun mantra yang dibacakan Masyarakat memandang bahwa sando banua
dalam bahasa Mandar, namun tujuannya adalah adalah penuntun yang dapat menyampaikan
semata-mata permohonan kepada Allah swt. seluruh keinginan masyarakat Tapango untuk
Adapun mantra yang dibacakan dalam memohon keselamatan dan keberkahan dari
bahasa Mandar adalah simbol budaya yang penguasa alam semesta, agar dapat terhindar
menunjukkan karakter dan jatidiri orang dari segala bencana alam dan wabah penyakit.
Mandar dalam bermohon kepada Allah swt. Keikutsertaan orang-orang untuk
Di samping itu, mereka juga mempercayai memberi dukungan, baik moril maupun materil,
adanya kekuatan supranatural yang dapat dapat dimaknai sebagai kepedulian akan
mempengaruhi kehidupan manusia, misalnya keselamatan negeri. Ada simbol kepedulian

44
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: Makna Simbolik Tradisi Ritual... Abdul Hafid, Raodah

dan keikhlasan ketika masyarakat Tapango memperkokoh tali persaudaran, sebagai upaya
menyumbangkan dana dan tenaga untuk membangun karakter dan jati diri bangsa.
pelaksanaan ritual, tidak hanya masyarakat Ritual massorong lopi-lopi ini
yang berdiam di Desa Tapango, akan tetapi mengandung simbol-simbol yang bermakna
warga Tapango yang tinggal di perantauan, sebagai suatu aturan atau norma-norma dalam
turut serta memberi andil dalam pelaksanaan berperilaku baik terhadap hubungan manusia
ritual tersebut. Kehadiran pemerintah setempat dengan Tuhan Yang Maha Esa, makhluk gaib,
dan tokoh masyarakat pada acara ritual dan leluhurnya, maupun manusia dengan
massorong lopi-lopi berarti turut merespon alam. Keempat elemen ini yang harus selalu
pelaksanaan tradisi ini, sebagai dukungan dalam bersinergi, agar mereka dapat terhindar dari
upaya melestarikan budaya lokal. Tradisi lokal segala bencana alam, dan wabah penyakit. Lopi-
akan tetap bertahan apabila masyarakat dapat lopi atau perahu yang dihanyutkan/diluncurkan
merasakan manfaatnya, bukan hanya hubungan adalah simbol pengharapan masyarakat
manusia dengan penguasa alam sekitarnya akan Tapango, untuk membuang segala hal yang
tetapi menjadi ajang pertemuan antarsanak menimbulkan bencana dan wabah penyakit
keluarga baik yang berdomisili di Desa Tapango yang akan menimpah masyarakat Tapango dan
maupun yang tinggal di perantauan. Tradisi masyarakat Mandar pada umumnya.
lokal yang senantiasa dilakukan masyarakat Sesaji dari beberapa jenis makanan adalah
pendukungnya merupakan salah satu upaya simbol persembahan yang dimaknai sebagai
dalam menjalin hubungan sosial yang baik. Hal bentuk rasa syukur atas anugrah Tuhan Yang
ini merupakan filter agar tidak terjadi konflik Maha Esa, dan juga merupakan jamuan yang
sosial dalam berinteraksi, baik sesama warga dipersembahkan kepada makhluk-makhluk gaib
maupun pemerintah setempat. dan leluhur mereka. Mantra adalah simbol puji-
pujian yang dipersembahkan kepada makhluk
PENUTUP gaib dan leluhur mereka, yang dimaknai sebagai
Ritual massorong lopi-lopi, merupakan bentuk pengharapan akan keselamatan dan
ritual kuno masyarakat Tapango di Kabupaten keberkahan bagi warga masyarakat Tapango.
Polman, Provinsi Sulawesi Barat. Eksistensi Bacaan doa yang diucapkan sando sebagai
ritual Massorong lopi-lopi tetap dipertahankan pemimpin ritual merupakan simbol pengakuan
masyarakat pendukungnya hingga kini, mereka terhadap agama Islam yang dianutnya
karena ritual ini diyakini oleh masyarakat untuk bermunajat kepada Allah swt. Mereka
pendukungnya dapat menghindarkan mereka meyakini bahwa tradisi ritual Massorong lopi-
dari segala marabahaya berupa bencana alam dan lopi adalah wujud dari doa yang tak terlafazkan.
wabah penyakit yang pernah menimpah negeri Tradisi ritual Massorong lopi-lopi
pada zaman dahulu. Prosesi pelaksanaan ritual merupakan salah satu keragaman budaya
tetap mengacu pada tata cara para pendahulu lokal Sulawesi Barat yang masih tetap
mereka, namun dinamika ritual disesuaikan bertahan. Sehingga perlu mendapat respon
dengan kondisi masyarakat sekarang. Mulai dari pemerintah setempat dan pihak-pihak
dari tahap persiapan sampai pada pelaksaksaan lainnya yang terkait untuk memberi perhatian
dilakukan secara gotong royong dan partisipasi dan dukungan, agar tradisi tersebut tidak punah
penuh dari masyarakat pendukung kepercayaan sebagai warisan budaya bangsa. Bagi Balai
tersebut. Melalui tradisi ritual masssorong lopi- Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan,
lopi ini, terjadi interaksi positif dengan warga tradisi ritual Masorong lopi-lopi dapat dijadikan
masyarakat Tapango dengan pemerintah dan bahan informasi budaya lokal, sehingga perlu
tokoh-tokoh masyarakat. Sehingga kegiatan dilakukan pengkajian yang berkelanjutan
ini sebagai suatu ajang silaturrahmi yang dapat untuk melihat unsur-unsur positif dari ritual

45
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 33—46
tersebut sebagai salah satu identitas yang dapat Herusatoto, Budiono. 2000. Simbolisme dalam
membentuk karakter dan jati diri bangsa. Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Hanindita.
Ismail, Arifuddin. 2007. Religi Manusia
DAFTAR PUSTAKA Nelayan Masyarakat Mandar. Makassar:
Ansar. 2010. Nilai budaya dalam Upacara CV Indobis rekagrafis.
Massossor Manurung di Kabupaten Moloeng,L.J. 2005. Metodologi Penelitian
Mamuju. Makassar: Penerbit Dian Istana Kualitatif. Bandung: PT Remaja
kerja sama dengan BPNST Makassar. Rosdakarya
Endaswara, Suwardi. 2006. Mistik Kejawen: Raodah,2015. “Makna Simbolik Tradisi Mappoli
Sikritisme, Simbolisme, dan Sufisme Banua Pada Mansyarakat Banua Kaiyang
Dalam Budaya Spiritual Jawa. Mosso, Prov. Sulawesi Barat” dalam Jurnal
Yogyakarta: Narasi. Patanjala Vol. 7, Nomor 3 September
Geertz, Clifford, 1992. Kebudayaan dan 2015. Penerbit BPNB Bandung.
Agama;Sekapur Sirih Dr Budi Susanto Soedjijono, dkk. 1987. Struktur dan Isi Mantra
SJ. Yogyakarta: Kanisius Bahasa Jawa di Jawa Timur. Jakarta:
Hafid, Abdul. 2010. Penerapan Hukum Adat Depdikbud.
yang Berkenaan Dengan Pelaksanaan Salam, Rahayu. 2010. Upacara Mammanuang
Upacara Baca-Baca Nenegtag Adam di di Salabose Kabupaten Majene.
Lembanan Kabupaten Polman. Makassar: Makassar: Penerbit Dian Istana kerja
Penerbit Dian Istana Kerja sama dengan sama dengan BPSNT Makassar
BPNB Makassar. Supanto, dkk. 1992. Upacara Tradisional
Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta: Proyek Inventerisasi dan
Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.

46

You might also like