You are on page 1of 11

MAKNA SIMBOLIK TRADISI BAKAYU DAN MANGAMPIANG

DI NAGARI BATIPUAH ATEH KECAMATAN BATIPUAH


KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATRA BARAT

Oleh : Rahmad Fauzi Saputra


Email : fauzysaputra.fs@gmail.com
Pembimbing :Dr.Noor Efni Salam, M.Si
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru,
Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277

Abstract

The tradition of bakayu and mangampiang is one of the traditional cultures of the
Minangkabau people that comes from Nagari Batipuah Ateh, Batipuah District, Tanah Datar
District. Bakayu and mangampiang is a very rare tradition in Minangkabau. In the tradition
of bakayu and mangampiang, there are symbolic aspects that have certain meanings
represented by clothing, tools used in the tradition of bakayu and mangampiang. The purpose
of this study was to determine the symbolic situation (physical and social aspects) in the
tradition of bakayu and mangampiang in Nagari Batipuah Ateh, Batipuah District, Tanah
Datar District. To determine the values contained in the tradition bakayu and mangampiang
in Nagari Batipuah Ateh, Batipuah subdistrict, Tanah Datar.
This study uses a qualitative method with a phenomenological approach and uses the
symbolic interaction theory of George H Mead. The informants in this study were the
perpetrators of bakayu and mangampiang, traditional leaders, and communities who were
selected purposively. Data collection techniques carried out are through observation,
interviews, and documentation. To test the validity of the data used source triangulation.
The results of this study indicate that symbolic meaning situation tradition bakayu and
mangampiang include physical and social aspects. Physical aspects describe the relation of
objects / equipment to the activities carried out, while the social aspects include behavior and
actions taken by takziah actors. In the tradition bakayu and mangampiang there contained
values are religious values and social values. Religious values remind of the close
relationship between a servant and his creator, while social values include the value of
solidarity, family values, and the value of mutual cooperation.

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 1


PENDAHULUAN Setelah proses pemakaman selesai maka
Suatu kebudayaan tidak pernah lepas esok harinya orang akan datang untuk
dari konteks kehidupan masyarakat, karena bakayu dan mengampiang. Masyarakat
kebudayaan merupakan produk manusia yang hadir pada tradisi ini datang tanpa
sebagai individu dan kelompok dalam diundang dan kedatangannya bersifat suka
kehidupan masyarakat. rela.
Konsep kebudayaan dapat Dari pandangan peneliti kebanyakan
ditemukan pada masyarakat perkotaan saat ini para pelaku takziah bakayu dan
maupun masyarakat perdesaan. mangampiang ini tidak memahami betul
Kebudayaan leluhur yang turun-temurun seperti apa makna dan tujuan tradisi
memiliki nilai yang sangat tinggi dalam bakayu dan mangampiang tersebut. Pada
kehidupan kita, karena kebudayaan yang tradisi bakayu ini terdapat berbagai
diturunkan harus dapat dikembangkan dari simbol-simbol yang mempunyai makna
tahun ketahun agar tidak punah. tertentu. Sistem simbol dan makna tersebut
Tradisi merupakan suatu kebiasaan kemudian diaplikasikan melalui interaksi
yang telah dilakukan sejak lama dan simbolik.
menjadi bagian dari kehidupan suatu Dimana proses interaksi simbolik
kelompok masyarakat, biasanya dari suatu tersebut melibatkan interaksi manusia
negara, kebudayaan, waktu, atau agama dengan menggunakan simbol-simbol.
yang sama. Hal yang paling mendasar dari Manusia dalam interaksi simbolik
tradisi adalah adanya informasi yang menggunakan simbol-simbol untuk
diteruskan dari generasi ke generasi baik mempresentasikan apa yang dimaksud
tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya kepada sesamanya dan berpengaruh pula
ini suatu tradisi dapat punah. terhadap penafsiran simbol-simbol dalam
Masyarakat Minangkabau memiliki interaksi sosial (Mulyana, 2010:71).
sebuah tradisi kematian, tradisi ini sudah Beberapa gambaran mengenai
menjadi bagian di dalam kehidupan sehari- simbol yang peneliti lihat saat observasi
hari masyarakat, karena telah diwariskan adalah manyiriah rokok (memberikan
turun temurun oleh nenek moyang mereka rokok) dari masyarakat pihak laki-laki dan
kepada generasi berikutnya. Salah satu diberikan kepada anak atau ahli waris yang
contoh masyarakat Minangkabau yang telah meninggal. Yang mana membawa
masih mempertahankan tradisi nenek dan memberikan rokok adalah suatu
moyang mereka adalah masyarakat Nagari keharusan, baik yang merokok ataupun
Batipuah Ateh, Kecamatan Batipuah, yang tidak merokok. Dan masyarakat yang
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi datang menggunakan kopiah (peci
Sumatera Barat. nasional) dan sarung yang berwarna gelap,
Pelaksanaan upacara kematian yang sarung tersebut disandang dibahu atau di
telah menjadi tradisi dan masih pegang saja.
dipertahankan oleh masyarakat Nagari Berhubung saat ini masyarakat sudah
Batipuah Ateh adalah ”bakayu dan jarang menggunakan kayu sebagai bahan
mangampiang”. Pada tradisi bakayu dan bakar untuk memasak dikarenakan
mangampiang ini ada aspek fisik dan kemajuan teknologi masyarakat telah
sosial yang masyarakat lakukan. Aspek menggunakan kompor gas. Maka tradisi
fisik yang dilakukan sebelum tradisi Bakayu dan Mangampiang jarang
bakayu dan mangampiang dilaksanakan, dilakukan lagi dan hanya di praktekkan
masyarakat tentu akan beramai-ramai pada rumah orang yang tidak
datang ke rumah duka untuk mencari menggunakan kompor gas saja, dan
informasi dan membantu persiapan acara kegiatan Bakayu dan Mangampiang cukup
pemakaman orang meninggal tersebut. dengan kegiatan manyiriah saja. Dengan

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 2


demikian maka penggunaan teori interaksi tersebut. Oleh karenanya, interaksi
simbolik herbert blumer sangat pas. manusia dijembatani oleh penggunaan
Karena dengan interaksi orang akan simbol-simbol penafsiran atau dengan
belajar memahami simbol-simbol, dan menemukan makna tindakan orang lain.
dalam suatu tindakan orang tersebut akan Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor
belajar menggunakannya sehingga mampu akan memilih, memeriksa, berfikir,
memahami peranan aktor atau orang mengelompokkan, dan mentrasformasikan
lainnya . makna dalam kaitannya dengan situasi
Blumer mengatakan bahwa manusia dimana dan kearah mana tindakannya.
mengalami proses self-indication, yaitu Dengan demikian dalam melakukan
sebuah proses komunikasi yang sedang penelitian ini sangat cocok digunakan teori
berjalan di mana individu mengetahui interaksi simbolik herbert blumer karena
sesuatu, menilainya, memberikan makna, pada keseluruhan pemikiran dalam
dan memutuskan untuk bertindak memaknai symbol ia membahas secara
berdasarkan makna tersebut. Proses self- mendalam.
indication ini terjadi dalam konteks sosial
di mana individu mencoba mengantisipasi Teori Interaksi Simbolik Herbert
tindakan-tindakan orang lain dan Blumer
menyesuaikan tindakannya sebagaimana Interaksionisme simbolis yang
dia menafsirkan tindakan itu. Berdasarkan digagas oleh Blumer mengandung ide-ide
latar belakang di atas, peneliti tertarik dasar dan dapat diringkas sebagai berikut
untuk mengangkat topik penelitian (Orandi, 2018: 24) :
mengenai : “Makna Simbolik Tradisi a. Masyarakat terdiri dari manusia yang
Bakayu dan Mangampiang di Nagari berinteraksi. Kegiatan tersebut saling
Batipuah Ateh Kecamatan Batipuah bersesuaian melalui tindakan
Kabupaten Tanah Datar”. bersama, membentuk apa yang
dikenal sebagai organisasi atau
TINJAUAN PUSTAKA struktur sosial.
Interaksi Simbolik b. Interaksi terdiri dari berbagai
Definisi interaksi simbolik adalah kegiatan manusia yang berhubungan
segala hal yang saling berhubungan dengan kegiatan manusia lain.
dengan pembentukan makna dari suatu Interaksi simbolis mencakup
benda atau lambang atau simbol, baik penafsiran tindakan.
benda mati maupun benda hidup, melalui c. Manusia tidak hanya mengenal
proses komunikasi nonverbal dan tujuan obyek eksternal, namun juga melihat
akhirnya adalah memaknai lambang atau dirinya sendiri.
simbol (objek) berdasarkan kesepakatan d. Tindakan manusia adalah tindakan
bersama yang berlaku di wilayah atau interpretatif yang dibuat oleh
kelompok komunitas masyarakat tertentu manusia itu sendiri. Seperti
(Narwoko 2004:23). dikatakan oleh Blumer pada
Menurut Mead (Narwoko, 2004 : dasarnya tindakan manusia terdiri
23) Interaksi simbolik, menurut Herbert dari pertimbangan atas berbagai hal
Blumer, merujuk pada “karakter interaksi yang diketahuinya dan melahirkan
khusus yang sedang berlangsung antara serangkaian kelakuan atas dasar
manusia.” Aktor tidak semata-mata bagaimana mereka menafsirkan hal
bereaksi terhadap tindakan yang lain tetapi tersebut. Hal–hal yang
dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap dipertimbangkan mencakup berbagai
tindakan orang lain. Respon aktor baik masalah seperti keinginan dan
secara langsung maupun tidak langsung, kemauan, tujuan dan sarana yang
selalu didasarkan atas makna penilaian tersedia untuk mencapainya, serta

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 3


tindakan yang diharapkan dari orang yang meninggal atau salah seorang
lain, gambaran tentang diri sendiri, kerabatnya. Pelaksanaan tradisi bakayu
dan hasil dari cara bertindak tertentu. biasanya dimulai dengan ucapan
e. Tindakan tersebut saling dikaitkan permintaan maaf dari Datuak (pimpinan
dan disesuaikan oleh anggota- suku keluarga yang meninggal) kepada
anggota kelompok; hal ini disebut pelayat yang hadir. Setelah itu dilanjutkan
sebagai tindakan bersama yang dengan kato pasambahan dari sipangka
dibatasi sebagai; organisasi sosial (tuan rumah) ke pelayat yang hadir.
dari perilaku tindakan-tindakan Kemudian para pelayat yang datang akan
berbagai manusia. Sebagian besar manyiriah rokok (memberi rokok) kepada
tindakan bersama tersebut berulang- sipangka sebagai akhir dari upacara
ulang dan stabil, melahirkan apa bakayu. Rokok yang diberikan biasanya
yang disebut dengan “kebudayaan” diletakkan di dalam piring atau gelas.
dan “aturan sosial”.
Mangampiang
Interaksi simbolik merujuk pada Sedangkan Mangampiang adalah
karakter interaksi yang berlangsung antar suatu kegiatan dimana pihak perempuan
manusia. Setiap orang tidak hanya bereaksi datang takziah ke rumah duka dengan
terhadap tindakan yang lain tetapi juga menggunakan baju kuruang basiba dan
menafsirkan dan mendefinisikan setiap kain saruang yang dipasang pada
tindakan orang orang lain. Respon orang pundaknya. Dalam pelaksanaannya,
tersebut baik secara langsung maupun mereka membawa beras sebanyak 2L
tidak langsung didasarkan atas penilaian (liter) yang dibawa dengan kampie (tas
makna. Oleh karenanya, interaksi manusia rajut dari daun enau) yang diberikan
dijembatani oleh penggunaan simbol- kepada keluarga yang ditinggalkan. Hal ini
simbol penafsiran atau dengan menemukan sebagai salah satu cara meringankan beban
makna tindakan orang lain Zeitlin:1995 yang dirasakan oleh pihak keluarga. Tetapi
dalam (Orandi,2018: 25). tidak semua pelayat tersebut membawa
beras menggunakan kampie, namun ada
Bakayu juga yang menggunakan bangkiah (wadah
Bakayu adalah suatu kegiatan seperti ember terbuat dari rajutan rotan).
mengambil kayu ke hutan yang dilakukan Hal ini karena ada ketentuan adat
oleh pelayat laki-laki yang “mudo matah” yang mengatur jika pelayat memiliki
(orang yang tidak bergelar Datuak) dengan hubungan darah atau sasuku dengan
membawa kampak masing-masing. Tujuan keluarga yang meninggal maka mereka
mengambil kayu ke hutan ialah untuk harus membawa ketan dan kelapa dengan
meringankan beban pihak yang berduka menggunakan bangkiah yang ditutup
dalam memenuhi kebutuhan dapurnya dengan daun lamak (kain khusus penutup
untuk acara “manujuah hari” (mendoa wadah tersebut).
setelah tujuh hari mayat meninggal) Setelah memberikan beras tersebut
nantinya. ada suatu prosesi lain dari tradisi
Waktu pelaksanaan tradisi bakayu mangampiang ini dimana para pelayat
dan mangampiang dilakukan pada hari perempuan pergi ke lasuang (lesung) yang
pertama setelah mayat dikuburkan, ada di halaman rumah untuk menumbuk
biasanya dimulai pada pukul 06.30 WIB. ampiang (beras ketan), sembari mereka
Tradisi ini diawali dengan kegiatan menunggu untuk masuk ke rumah dan
membelah kayu bagi yang masih menunggu kampie/bangkiah yang mereka
menggunakan kayu untuk memasak, bawa dikembalikan setelah isinya disalin,
selanjutnya diisi dengan kegiatan duduk sebagai tanda kedatangan para pelayat
bersama-sama di halaman rumah orang tersebut.

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 4


Pepatah mengatakan ”adat basandi Budaya
syarak, syarak basandi kitabullah” yang Budaya adalah suatu konsep yang
artinya adat yang didasarkan/ditopang oleh membangkitkan minat. Secara formal
syariat agama Islam yang syariat tersebut budaya didefinisikan sebagai tatanan
berdasarkan pula pada Al-Qur’an dan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
Hadist (Latief, 2002:27). Dalam hal ini nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu,
bakayu dan mangampiang adalah suatu peranan, hubungan ruang, konsep alam
adat istiadat di Nagari Batipuah Ateh yang semesta, objek-objek materi dan milik
harus dilaksanakan, jika tidak ada maka yang diperoleh sekelompok besar orang
akan ada sanksi tidak tertulis yang dari generasi ke generasi melalui usaha
diberikan oleh masyarakat setempat individu dan kelompok (Mulyana, 2007:
kepada keluarga yang mengalami duka 18).
tersebut, mereka akan mencap sebagai Budaya adalah suatu cara hidup yang
prilaku menyimpang. Tetapi dari hasil dimiliki sekelompok orang yang kemudian
observasi yang telah peneliti lakukan tidak diwariskan dari generasi ke generasi. Zat-
pernah terjadi mayarakat yang meniadakan zat pembawa sifat dan ciri-ciri budaya
adat bakayu dan mangampiang tersebut. tersebut saling mempengaruhi,
sebagaimana lingkungan geofisik dimana
Tinjauan Konseptual kita dibesarkan mempengaruhi kita
Konsep Komunikasi Dan Budaya (Mulyana dan Rakhmat, 2011:57).
Komunikasi Kebudayaan merupakan keseluruhan
Komunikasi merupakan proses yang kompleks, yang di dalamnya
penyampaian pesan oleh komunikator terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kepada komunikan, jika dianalisis pesan kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
komunikasi terdiri dua aspek : pertama isi kemampuan-kemampuan lain yang didapat
pesan (the content of the messege), kedua seseorang sebagai anggota masyarakat.
lambang (symbol). Konkretnya isi pesan
itu adalah pikiran atau perasaan, lambang Hubungan Budaya dan Komunikasi
adalah bahasa. Pikiran dan perasaan Dalam banyak hal, hubungan antara
sebagai isi pesan yang disampaikan budaya dan komunikasi bersifat timbal
komunikator kepada komunikan, selalu balik. Keduanya saling mempengaruhi.
menyatu secara terpadu, secara teoritis Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita
tidak mungkin hanya pikiran saja atau membicarakannya, apa yang kita lihat,
perasaan saja, masalahnya mana diantara perhatikan, atau abaikan, bagaimana kita
pikiran dan perasaan itu yang dominan. berpikir, dan apa yang kita pikirkan
Komunikasi bergantung pada dipengaruhi oleh budaya. Pada gilirannya,
kemampuan kita untuk memahami satu apa yang kita bicarakan, bagaimana kita
sama lain. Namun demikian kita sering membicarakannya, dan apa yang kita lihat
mengekspresikan perrasaan dan pikiran turut membentuk, menentukan, dan
tanpa banyak memmpertimbangkan orang menghidupkan budaya kita. Budaya takkan
lain (Yasir, 2011:1). Jadi, secara umum hidup tanpa komunikasi, dan komunikasi
komunikasi merupakan suatu proses pun takkan hidup tanpa budaya. Masing-
pembentukan, penyampaian, penerimaan masing tak dapat berubah tanpa
dan pengolahan pesan yang terjadi didalam menyebabkan perubahan pada yang
diri seseorang atau diantara dua atau lebih lainnya (Mulyana dan Rakhmat, 2011:64).
dengan tujuan tertentu (Mulyana,
2007:227). Makna dan Nilai
Makna
Sejak Plato, John Locke, Witt
Geinstein, sampai Brodbeck (1963),

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 5


makna dimaknakan dengan uraian yang sesuatu yang digunakan untuk atau
lebih sering membingungkan daripada dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya,
menjelaskan. Dalam hal ini Brodbeck yakni semacam tanda, lukisan, perkataan,
membagi makna pada tiga corak, sebagai lencana, dan sebagainya, yang menyatakan
berikut: sesuatu hal, atau mengandung maksud
1. Makna inferensial, yaitu makna satu tertentu.Simbol melibatkan tiga unsur,
kata (lambang) adalah objek, pikiran, yakni: simbol itu sendiri, satu rujukan atau
gagasan, konsep yang dirujuk oleh lebih dan hubungan antara simbol dengan
kata tersebut. dalam uraian Ogden dan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar
Richards (1946), proses pemberian bagi semua makna simbolik.
makna (reference process) terjadi Penggunaan simbol dalam budaya
ketika kita menghubungkan lambang merupakan alat perantara yang berasal dari
dengan yang ditunjukkan lambang nenek moyang untuk melukiskan segala
(disebut rujukan atau referent). macam bentuk pesan pengetahuan kepada
2. Makna yang menunjukkan arti masyarakat sebagai generasi penerus yang
(significance) yaitu suatu istilah diwujudkan dalam tindakan sehari-hari
sejauh dihubungkan dengan konsep- mereka sebagai makhluk budaya
konsep yang lain, contoh: benda diharapkan mampu memberi pemahaman
bernyala karena ada phlogistion, kini bagi masyarakat penggunanya.
setelah ditemukan oksigen phlogistion
tidak berarti lagi. METODE PENELITIAN
3. Makna intesional, yaitu makna yang Pada penelitian ini peneliti
dimaksud oleh seorang pemakai menggunakan pendekatan kualitatif.
lambang. Makna ini tidak dapat Peneliti menggunakan pendekatan
divalidasi secara empiris atau kualitatif karena peneliti meneliti secara
dicarikan rujukan. Makna ini tidak mendalam bagaimana makna simbolik
terdapat pada pikiran orang yang yang terdapat dalam tradisi Bakayu dan
dimiliki dirinya saja (Sobur, Mangampiang. Peneliti ingin mengetahui
2009:262). nilai-nilai dalam tradisi Bakayu dan
Mangampiang.
Nilai Jenis penelitian yang digunakan
Menurut Rokeach dan Bank, nilai dalam penelitian ini adalah deskriptif.
adalah suatu tipe kepercayaan yang berada Tujuannya untuk membuat deskripsi
dalam ruang lingkup sistem kepercayaan secara sistematis, faktual, dan akurat
dimana seseorang bertindak atau tentang fakta-fakta dan sifat-sifat tertentu.
menghindari suatu tindakan, atau Peneliti mempunyai suatu konsep dan
mengenai sesuatu yang pantas dan tidak kerangka konseptual. Peneliti
pantas dikerjakan. Ini berarti hubungannya menggunakan pendekatan fenomenologi
dengan pemaknaan atau pemberian arti untuk mencari dan menggambarkan
suatu objek. mengenai makna simbolik tradisi Bakayu
Selain itu, kebenaran sebuah nilai dan Mangampiang di Nagari Batipuah,
juga tidak menuntut adanya pembuktian Kecamatan Batipuah, Kabupaten Tanah
empirik, namun lebih terkait dengan Datar secara rinci, jelas, objektif dan apa
penghayatan dan apa dikehendaki atau adanya.
tidak dikehendaki, disenangi atau tidak Penelitian akan dilakukan di Nagari
disenagangi oleh seseorang. Batipuah Ateh, Kecamatan Batipuah,
Kabupaten Tanah Datar. Pemilihan lokasi
Simbol penelitian dikarenakan tradisi Bakayu dan
Tubbs dan Moss dalam Mulyana Mangampiang merupakan tradisi asli dari
(2000:72) mendefenisikan simbol sebagai daerah tersebut. Penelitian ini akan

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 6


dilaksanakan pada bulan Oktober dan Analisis data yang peneliti gunakan
November 2018. adalah metode Miles dan Hubberman,
Subjek dalam penelitian ini adalah mereka mengemukakan bahwa aktifitas
kepala kepala kepengurusan KAN, dalam analisis data kualitatif dilakukan
pemuda yang di kampung dan di secara terus menerus sampai tuntas,
perantauan, dan para pemangku adat di sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan
Batipuah Ateh ditetapkan sebagai subjek data ditandai dengan tidak diperolehmya
penelitian. Adapun informan dalam lagi data atau informasi baru. Aktivitas
penelitian ini sebanyak 6 orang yang mana dalam analisis meliputi reduksi data (data
semuanya pelaku, kepala KAN, 2 orang reduction), penyajian data (data display)
tokoh adat dan 3 orang masyarakat yang serta penarikan kesimpulan dan verifikasi
peneliti pilih berdasarkan kriteria tertentu, (conlcusion drawing/ verification).
yaitu orang yang sangat paham dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
adat Minangkabau dan masyarakat yang Hasil dari penelitian ini mencakup
masih menjalankan tradisi Bakayu dan makna simbolik serta nilai-nilai yang yang
Mangampiang ini dalam adat kematian. terdapat dalam tradisi Bakayu dan
Pemilihan informan berdasarkan Mangampiang di Nagari Batipuah Ateh
pertimbangan yaitu pengetahuannya yang yang telah ada sejak zaman dahulu yang
dalam tentang adat minang dan yang diwariskan secara turun-temurun dari satu
menjadi pemuka adat di daerah tersebut. generasi ke generasi berikutnya sesuai
Objek dalam penelitian ini adalah makna dengan konsep kebudayaan.
situasi simbolik yang mencakup aspek
fisik dan sosial dan apa saja nilai-nilai Makna Situasi Simbolik Tradisi Bakayu
yang terkandung pada tradisi Bakayu dan Dan Mangampiang
Mangampiang di Nagari Batipuah Ateh, Aspek Fisik Tradisi Bakayu Dan
Kecamatan Batipuah, Kabupaten Tanah Mangampiang
Datar. Aspek fisik merupakan objek yang
Teknik pengumpulan data yang dapat terlihat secara fisik yang dapat
digunakan peneliti dalam penelitian ini ada berupa benda. Objek fisik dalam Bakayu
beberapa cara yaitu: dan Mangampiang meliputi benda-benda
1) Observasi, Observasi adalah perlengkapan Bakayu dan Mangampiang.
kegiatan yang mengamati dan Hal tersebut merupakan komponen fisik
mencermati serta melakukan yang penting dalam Bakayu dan
pencatatan data atau informasi yang Mangampiang di Nagari Batipuah Ateh
sesuai dengan penelitian. Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah
2) Wawancara, wawancara merupakan Datar. Semua objek fisik merupakan
bentuk komunikasi antara dua orang simbol-simbol yang terhubung langsung
yang ingin memperoleh informasi dari dengan pelaku Bakayu dan Mangampiang.
seseorang lainnya dengan mengajukan Simbol dan makna dari benda-benda
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan perlengkapan Bakayu dan Mangampiang
tujuan tertentu. dapat dideskripsikan sebagai berikut :
3) Dokumentasi merupakan instrumen Carano, Carano adalah benda yang
pengumpulan data yang sering berbentuk dulang berkaki dari kuningan.
digunakan dalam berbagai metode Keberadaan carano memiliki makna
pengumpulan data. Tujuannya adalah khusus dalam upacara adat, baik dari segi
mendapatkan informasi yang keindahan bentuk maupun motif-motif
mendukung analisis dan interpretasi ukirannya. Sejak dahulu hingga sekarang
data. bentuk carano tidak pernah berubah dan
begitu juga dengan motif-motif stilasi flora
dan fauna serta ukiran-ukiran yang sama

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 7


seperti ukiran pada rumah gadang. maka mereka merupakan kerabat dekat
Pemakaian carano berfungsi sebagai yang memiliki hubungan tali darah dengan
lambang persembahan untuk memberikan pihak yang berduka.
kehormatan kepada pelaku Bakayu dan Lasuang dan Alu, Lasuang (Lesung)
sebagai alat komunikasi dengan tamu-tamu dan alu adalah alat tradisional yang
yang datang dalam upacara adat kematian. digunakan oleh masyarakat Indonesia
Dulamak, Dulamak merupakan untuk pengolahan padi. Lasuang berbentuk
bagian dari kelengkapan carano. Dulamak wadah cekung, biasanya terbuat dari kayu
berbentuk kain segiempat yang berbahan besar yang dibuang bagian dalamnya
dasar beludru, dihiasi dengan cermin bulat sehingga terbentuk cekungan, namun ada
yang ditempel dipermukaan kain tersebut. juga yang terbuat dari batu. Sedangkan alu
Dulamak berfungsi sebagai kain penutup adalah tongkat tebal yang terbuat dari
carano. Sebagai sebuah kelengkapan batang kayu. Dalam upacara adat
carano, dulamak juga memiliki makna kematian, lasuang dan alu digunakan untuk
estetis. Dulamak merupakan simbol dari menumbuk beras ketan (Mangampiang).
perwujudan kehalusan budi dalam Beras ketan dimasukkan kedalam lubang
berkomunikasi, bahwa sesuatu yang lasuang dan ditumbuk berulang-ulang
penting dan rahasia dalam berbagai dengan alu, kegiatan ini dilakukan secara
masalah hendaklah ditutup agar tidak bergantian oleh kaum perempuan yang
mendatangkan hal-hal yang merugikan dan datang kerumah duka. Hal ini
terlalu berlebihan. memperlihatkan bahwa setiap kaum
Kampia, Kampia adalah tas rajut perempuan yang datang ke rumah duka
yang terbuat dari daun anau. Kampia menunjukkan rasa simpati dan empati
memiliki banyak fungsi sesuai dengan kepada keluarga yang berduka.
jenis upacara adat yang dilaksanakan, yaitu Rokok, dalam kegiatan Bakayu dan
sebagai wadah untuk membawa peralatan Mangampiang rokok memiliki fungsi
upacara adat, seperti siriah, pinang, sadah, sebagai alat komunikasi masyarakat
gambir, tembakau, beras, labo dan lain- Minangkabau. Rokok wajib digunakan
lain. Dalam upacara adat kematian kampia pada upacara Bakayu yang disebut dengan
digunakan untuk membawa beras bagi kegiatan manyiriah rokok yaitu sebuah
kaum perempuan yang datang untuk tradisi adat yang dijadikan sebagai bentuk
melaksanakan prosesi Mangampiang ke bertakziah ke rumah duka bagi kaum laki-
rumah duka. Orang yang membawa beras laki. Tujuannya sebagai ungkapan turut
menggunakan kampia dalam prosesi berduka dan memperlihatkan diri atas
Mangampiang merupakan masyarakat kedatangannya. Pakaian, Pakaian yang
biasa yang bukan kerabat keluarga yang digunakan dalam tradisi Bakayu dan
berduka. Mangampiang merupakan pakaian yang
Bangkiah, Bangkiah merupakan sopan dan berdasarkan syari’at Islam
anyaman dari rotan yang berbentuk seperti sesuai dengan falsafah budaya
ember. Sama halnya dengan kampia, Minangkabau yang dikenal dengan
bangkiah juga memiliki banyak fungsi ungkapan “Adat Basandi Syarak, Syarak
sesuai dengan jenis upacara adat yang Basandi Kitabullah”.
dilaksanakan. Dalam upacara adat Untuk para pemuka adat seperti
kematian fungsi bangkiah sama dengan pangulu pucuak dan pangulu andiko
kampia yaitu sebagai wadah untuk mereka memiliki pakaian tambahan yaitu
membawa beras ke rumah duka, namun di jas, sebagai bentuk pembeda dalam prosesi
dalam bangkiah tidak hanya berisi beras tradisi Bakayu dan Mangampiang. Pada
tapi juga berisi kelapa tua. Masyarakat dahulunya saat prosesi tradisi Bakayu dan
yang datang ke rumah duka membawa Mangampiang para pelaku harus
beras dengan menggunakan bangkiah, menggunakan pakaian adat Minangkabau.

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 8


Namun seiring perkembangan zaman, Nilai-Nilai Sosial
karena jenis pakaian tersebut sudah jarang Pelaksanaan upacara adat
diproduksi lagi, maka diperbolehkan merupakan salah satu kesempatan
memakai bahan baju kurung dari jenis berkumpulnya anggota kerabat keluarga
bahan yang bervariasi namun tetap maupun masyarakat setempat.
merujuk pada unsur atau ciri khas budaya Berkumpulnya kerabat dan masyarakat
Minangkabau. dapat menjalin silaturrahmi. Tradisi
Bakayu dan Mangampiang merupakan
Aspek Sosial Bakayu dan Mangampiang salah satu upacara adat kematian sehingga
Aspek sosial adalah perilaku serta pelaksanaannya dapat menciptakan dan
tindakan yang dilakukan orang untuk menjalin silaturrahmi bagi para tokoh dan
memberi arti dalam berkomunikasi dengan pelakunya serta seluruh lapisan sosial
orang lain. Minta Karilaan (Permintaaan masyarakat setempat yang ikut serta
Maaf), Pada pelaksanaan bakayu di melaksanakannya.
halaman rumah seseorang pihak yang PENUTUP
berduka biasanya oleh datuk/kepala dari Simpulan
suku yang berduka, beliau menyampaikan Berdasarkan uraian dari hasil
permintaan maaf yang disampaikan kepada penelitian yang penulis teliti dan penulis
orang yang datang/pelaku bakayu. uraikan sebelumnya, maka penulis dapat
Sambah Kato (pasambahan, Sambah kato merumuskan kesimpulan dalam penelitian
(pasambahan) adalah salah satu jenis ini sebagai berikut:
sastra lisan Minangkabau. Sastra lisan ini 1. Tradisi Bakayu memiliki makna
digunakan oleh masyarakat Minangkabau menebang pohon untuk membantu
dakam acara perkawinan, kematian dan kayu bakar dan keperluan dapur pihak
acara adat lainnya. Pasambahan keluarga setelah ditinggalkan oleh
menggunakan bahasa yang halus dan salah satu anggota keluarganya. Hal
sangat puitis yang berbeda dengan bahasa ini dilakukan masyarakat untuk
sehari-hari masyarakat Minangkabau. menolong dan meringankan beban
Kepuitisan itu ditandai oleh banyaknya yang sedang dialami oleh pihak
ungkapan, kiasan, serta susunan kalimat keluarga. Kegiatan ini dimaknai
yang teratur sehinggaa bila diucapkan sebagai kegiatan gotong royong dan
terdengar berirama dan merdu. saling tolong menolong. Sedangkan
mangampiang memiliki makna
Nilai-Nilai Dalam Tradisi Bakayu dan menumbuk beras ketan yang sudah
Mangampiang disediakan oleh pihak keluarga duka
Nilai-Nilai Agama dengan menggunakan alu. Lalu
Dalam pepatah Minangkabau diberikan parutan kelapa dan gula aren
mengatakan adat basandi syarak syarak yang sudah dilelehkan. Kegiatan ini
basandi kitabullah, yang artinya adat yang dimaknai untuk membantu dan
didasarkan/ditopang oleh syariat agama meringankan beban keluarga yang
Islam yang syariat tersebut berdasarkan ditinggalkan. Hal ini juga dilakukan
pula pada Al-Qur’an dan Hadist (Latief, untuk sebagai bentuk duka cita kepada
2002:27). Dalam hal ini bakayu dan pihak keluarga karena mereka datang
mangampiang adalah suatu adat istiadat di secara bersama-sama. Secara
Nagari Batipuah Ateh yang harus keseluruhan makna dari tradisi Bakayu
dilaksanakan karena membantu sesama dan Mangampiang adalah
anggota masyarakat adalah suatu bentuk memperkokoh hubungan silaturahmi
solidaritas dalam menghadapi musibah. antar sesama anak nagari antara
mamak dengan kemenakan, antara
ipar dengan besan, seperti kata

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 9


pepatah hidup bakorong bakampuang Sosial Lainnya. Bandung : Remaja
artinya memperlihatkan kebersamaan Rosdakarya.
dan kekompakan sesama anak nagari Azrial, Yulfian. 1995. Budaya Alam
dengan istilah muko nan sabak hati Minangkabau untuk kelas III SMP.
nan luko. Padang : Angkasa Raya.
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam Bungin, Burhan. 2011. Penelitian
tradisi Bakayu dan Mangampiang Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi,
adalah Nilai Agama yang dapat Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
diambil dalam upacara kematian Lainnya. Jakarta : Prenada Media
adalah mengingatkan semua manusia Grup.
bahwa adanya hubungan yang erat Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori
antara seorang hamba dengan sang Antropologi I. Jakarta : Universitas
penciptanya dan keyakinan bahwa Indonesia.
semua makhluk hidup akan Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknis
mengalami kematian. Sedangkan nilai Praktis Riset Komunikasi : Disertai
sosial dapat dilihat dari nilai Contoh Praktis Riset Media, Public
solidaritas, nilai kekeluargaan, dan Relations, Advertising, Komunikasi
nilai gotong royong. Hal ini dapat Organisasi, Komunikasi
dilihat dari kehadiran berbagai lapisan Pemasaran. Jakarta : Kencana.
masyarakat yang datang melayat dan Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi
ikut membantu secara spontanitas Penelitian Fenomenologi:
mempersiapkan segala sesuatu untuk Konsepsi, Pedoman, Dan Contoh
pelaksanaan upacara kematian Penelitian Fenomena Pengemis
tersebut. Kota Bandung. Bandung: Widya
Padjajaran.
Saran Latief, 2002, Etnis Dan Adat Minangkabau
1. Dalam menghadapi perubahan Permasalahan Dan Hari
karena tergerus kemajuan teknologi Kedepannya, Bandung : Angkasa.
peneliti berharap agar tradisi ini tetep Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam
dilangsungkan agar tradisi Bakayu Komunikasi Antarbudaya.
dan Mangampiang ini tidak hilang Yogyakarta : LKIS.
secara perlahan. Mulyana, Deddy & Solatun. 2013.
2. Harapan peneliti agar nilai-nilai Metodologi Penelitian Komunikasi.
simbolik yang terdapat pada tradisi Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Bakayu dan Mangampiang Mulyana, Deddy& Jalaluddin Rakhmat.
disosialisasikan kepada generasi 2011. Komunikasi Antar Budaya :
muda dan semua kalangan Panduan BerkomunikasI Dengan
masyarakat agar mereka dapat Orang-Orang Berbeda Budaya.
memahaminya, sehingga tradisi ini Bandung : PT. Remaja
terus berjalan dan tidak kehilangan Rosdakarya.
maknanya. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA Narwoko, J. Dwi & Suyanto. 2004.
Sosiologi Teks Pengantar Dan
____, 2011, Teori Komunikasi, Terapan. Jakarta:Kencana Media
Pusbangdik Universitas Riau, Pekanbaru. Group.
_____________. 2008. Metodologi Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi
Penelitian Kualitatif : Paradigma Kualitatif. Yogyakarta : PT LKIS Pelangi
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Aksara.

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 10


Sobur, A. (2009). Psikologi Umum. Tondi Batak Mandailing Di Kota
Bandung: Pustaka Setia. Pekanbaru. Skripsi tidak
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian dipublikasikan. FISIP. Universitas
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung Riau.
: Alfabeta.
Umiarso& Elbadiansyah. 2014. Interaksi
Simbolik : Dari Era Klasik Hingga
Modern. Jakarta. PT. Rajagrafindo
Persada.
Yasir, 2009, Pengantar Ilmu Komunikasi,
Pusbangdik Universitas Riau,
Pekanbaru.

Skripsi dan acuan lainnya :

Ade Syaputra. 2018. Makna Simbolik


Prosesi Makan Bajamba dalam
Baralek Adat Minangkabau di
Kecamatan Baso Kabupaten
Agam Provinsi Sumatra Barat.
Skripsi tidak dipublikasikan.
FISIP. Universitas Riau.
Fanggi, Thobias. 2016. Studi Tentang
Nilai – Nilai Sosial Budaya dalam
Undang (Haep) pada Upacara
Kematian. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Th : 1. No : 2
Hasil Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga Kerapatan Adat Nagari
(KAN) Nagari Batipuah Ateh
Kecamatan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2016.
Diterbitkan sendiri.
Monografi Adat Nagari Batipuah Ateh,
Revitalisasi Dan Aktualisasi
Budaya Lokal, Nagari Batipuah
Ateh Kecamatan Batipuh
Kabupaten Tanah Datar.
Diterbitkan sendiri.
Orandi Saputra. 2018. Makna Simbol
Atribut FPI Dikalangan Anggota
Organisasi Masyarakat Front
Pembela Islam Di Kota
Pekanbaru. Skripsi tidak
dipublikasikan. FISIP. Universitas
Riau.
Rofina Istiqamah Nasution. 2016. Makna
Simbolik Tradisi Upah-Upah

JOM FISIP Vol 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 11

You might also like