You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334761372

BUDAYA KOMUNIKASI MASYARAKAT MAYA (CYBER): SUATU PROSES


INTERAKSI SIMBOLIK

Article · December 2017


DOI: 10.24014/sb.v14i2.4432

CITATIONS READS

0 2,098

6 authors, including:

Rohayati Yati
State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rohayati Yati on 30 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BUDAYA KOMUNIKASI MASYARAKAT MAYA (CYBER): SUATU PROSES
INTERAKSI SIMBOLIK

Rohayati
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,UIN Suska Riau,
Jl. HR Soebrantas Km 15 Simpangbaru, Tampan, Pekanbaru 50275
Email: rohayati@uin-suska.ac.id

Abstract

Cyber community or commonly called the citizens of the net has its own way of communicating. Technology is
used to interact with each other, the form of communication is different from the community in the real world.
Changes in the form of communication that occurs can not be separated from the development of communication
and information technology. Lots of people who use communication technology as a primary way to convey a
message, consequently the message conveyed more rich meaning because the message is delivered in the form of
symbols. The cyber community as a virtual society depends on the symbols in conveying the message. Symbolic
interactions are used by the cyber community to convey messages. Not infrequently we find that the meaning of
the symbols conveyed is interpreted differently, resulting in mutlipersepsi. This paper examines how the
communication culture of cyber societies, what kind of communication patterns are used to convey messages, and
how to give meaning to the symbols communicated. In addition, the author also examines the process of symbolic
inteaction that takes place in cyber society. As is known that the symbolic interaction can not be separated from
the communication process that occurs in cyber society.

Keywords: Cyber society, symbolic interaction, culture, meaning

Abstrak

Masyarakat cyber atau yang biasa disebut dengan warga net memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi.
Teknologi digunakan untuk berinteraksi satu sama lain, bentuk komunikasinya pun berbeda dengan
masyarakat di dunia nyata. Perubahan bentuk komunikasi yang terjadi tidak dapat kita pisahkan dari
perkemangan teknologi komunikasi dan informasi. Banyak sekali masyarakat yang menggunakan tekonologi
komunikasi sebagai cara primer untuk menyampaikan pesan, akibatnya pesan yang disampaikan lebih kaya
makna karena pesan disampaikan dalam bentuk simbol-simbol. Masyarakat cyber sebagai masyarakat maya
bergantung pada simbol-simbol dalam menyampaikan pesan. Interaksi simbolik digunakan oleh masyarakat
cyber untuk menyampaikan pesan. Tidak jarang kita temukan bahwa makna dari simbol yang disampaikan
diinterpretasikan secara berbeda, sehingga menimbulkan mutlipersepsi. Tulisan ini mengkaji bagaimana
budaya komunikasi masyarakat cyber, pola komunikasi seperti apa yang digunakan untuk menyampaikan
pesan, serta bagaimana pemberian makna terhadap simbol yang dikomunikasikan. Selain itu, penulis juga
mengkaji tentang proses inteaksi simbolik yang berlangsung dalam masyarakat cyber. Seperti diketahui bahwa
interaksi simbolik tidak bisa dipisahkan dari proses komunikasi yang terjadi pada masyarakt cyber.

Kata kunci: Masyarakat cyber, interaksi simbolik, budaya, makna

PENDAHULUAN Bungin (2009) manusia mampu belajar


menyesuaikan dirinya dengan alam
Cara manusia berkomunikasi
disekitarnya dan menciptakan serta
mengalami perkembangan yang signigikan
menggunakan alat (teknologi) yang
dari masa ke masa, hal ini tidak terlepas dari
diperlukan untuk mengatasi lingkungan.
perkembangan teknologi dan ketersediaan
alat penghubung dalam proses komunikasi Komunikasi merupakan keniscayaan
yang dijalani sesuai dengan kebutuhan dan dalam hidup bermasyarakat. Tidak ada
kondisi yang ada. Sebagai makhluk Tuhan manusia yang tidak berkomunikasi, walaupun
yang memiliki kelebihan dibandingkan terkadang proses komunikasi terjadi tanpa
makhluk lain, manusia menurut Burhan disadari. Hal ini senada dengan pernyataan

Sosial Budaya (e-ISSN 2407-1684 | p-ISSN 1979-2603)


Vol. 14, No. 2, Desember 2017
Rohayati: Budaya Komunikasi Masyarakat Maya...

Dr. Everett Kleinjan sebagaimana dikutip interaksi simbolik, kehidupan sosial pada
oleh Hafied Cangara (2005) yang mengatakan dasarnya adalah interakasi manusia yang
bahwa komunikasi sudah merupakan bagian menggunakan simbol-simbol. Kajian teori
kekal dari kehidupan manusia seperti hal nya isnteraksi simbolik tertarik pada cara manusia
bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup ia menggunakan simbol yang merepresentasikan
perlu berkomunikasi. apa yang mereka maksudkan untuk
Sifat manusia untuk menyampaikan berkomunikasi dengan sesamanya, juga
keinginanya dan untuk mengetahui hasrat pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran
orang lain merupakan awal keterampilan simbol-simbol tersebut terhadap perilaku
manusia berkomunikasi secara otomatis pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi
melalui simbol- simbol isyarat, kemudian sosial (Artur, 2014). Komunikasi simbolik
disusul dengan kemampuan untuk memberi yang dibentuk oleh masyarakat cyber
arti setiap simbol-simbol itu dalam bentuk memberikan pemahaman bahwa, proses
bahasa verbal. Simbol dalam komunikasi pemaknaan pesan dari simbol yang berbentuk
digunakan untuk menyampaikan pesan gambar atau teks menjadi bahasa verbal
sehingga tercipta kesamaan makna dari adalah sangat penting dan kaya akan makna,
simbol itu antara pengirim dan penerima. maka dari itu proses interaksi simbolik tidak
Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide bisa kita pisahkan dari budaya komunikasi
individu dalam pertukaran simbol-simbol masyarakat cyber. Tulisan ini merupakan
yang diberi makna. Dalam hal ini, perilaku study literature yang berusaha untuk
manusia harus dilihat dari proses yang menjelaskan kerangka konseptual bagaimana
memungkinkan untuk mengatur dan budaya komunikasi masyarakat cyber dalam
memaknai pesan kemudian membentuk kaitannya dengan proses interaksi simbolik
ekspektasi tersendiri terhadap penilaian orang yang berlangsung
lain.
Proses penyampaian pesan dipengaruhi Kajian tentang Budaya
oleh stimulus dan respon (feed back) yang Kebudayaan (culture) adalah produk
diterima oleh komunikator. Efektifitas pesan dari seluruh rangkaian proses sosial yang
ditentukan pada bagaimana cara pesan dijalankan oleh manusia dan masyarakat
disampaikan, saat ini model penyampaian dengan segala aktivitasnya. Budaya tidak
pesan mengalami perubahaan seiring dengan terlepas dari proses sosial yang berkembang
perkembangan tekonologi komunikasi. Jika di masyarakat. Little John (2002)
sebelumnya manusia berkomunikasi dengan mendeskripsikan budaya sebagai ide umum
metode konvensional (face to face), kini dengan yang padanya masyarakat atau kelompok
bantuan teknologi manusia mampu bergantung, ideologi, atau cara kolektif
berkomunikasi tanpa batasan ruang dan memahami pengalaman. Budaya juga
waktu. Penggunaan teknologi komunikasi dikatakan sebuah paktik dari keseluruhan cara
menjadi sangat penting ketika manusia hanya hidup sebuah kelompok atau segala yang
perlu mengirimkan simbol-simbol untuk dilakukan manusia dari hari ke hari. Menurut
menyampaikan pesan. Hal ini dibuktikan Little John ideologi dirpoduksi dan
dengan survei yang dilakukan oleh Aliansi direproduksi melalui praktik-praktik sosial,
Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada bahkan dalam kajian media dan budaya,
tahun 2016, yang mengungkapkan jumlah praktik dan ide-ide muncul bersamaan dalam
pengguna internet di Indonesia mencapai konteks sejarah.
132,7 juta jiwa atau naik 51,8 % dibandingkan Komunikasi dan budaya memiliki
dengan tahun 2014 dan diperkirakan akan keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan, hal
terus mengalami peningkatan. ini dikarenakan salah satu fungsi yang penting
Masyarakat cyber sebagai sebuah produk dalam komunikasi adalah transmisi budaya, ia
sosial dari perkembangan teknologi tidak dapat dihindari dan akan selalu hadir
komunikasi menggunakan simbol-simbol dalam segala proses komunikasi yang pada
untuk menyampaikan pesan. Menurut teori akhirnya akan mempengaruhi penerimaan

180
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 02, Desember 2017, pp. 179 - 189

individu. Demikian juga dengan berbagai bagaian tubuhnya, tetapi yang sebhagian
bentuk komunikasi yang menjadi pengalaman lainnya menghabiskan ratusan ribu dolar
dan pengetahuan individu dalam menerima untuk mengecat dan menghiasi wajah
pesan. mereka? Mengapa setengah orang berbicara
Menurut Edward T. Hall (Liliweri, dengan Tuhan, tetapi yang lainnya berharap
2002:59) bahwa kebudayaan adalah Tuhan yang berbicara dengan mereka?
komunikasi dan komunikasi adalah Jawaban umum pada semua pertanyaan
kebudayaan, karena hanya manusialah yang tersebut adalah sama yaitu kebudayaanmu
mempunyai kebudayaan, sedangkan binatang memberi jawaban atas pertanyaan itu. Tidak
tidak memiliki kebudayaan. Manusia melalui terhitung pertanyaaan lainnya tentang seperti
komunikasi berusaha memenuhi kebutuhan apa dunia dan bagaimana kamu hidup dan
hidupnya, yang berarti bahwa perilaku berkomunikasi dengan dunia ini”.
komunikasi merupakan bagian dari perilaku Dari apa yang dikemukakan oleh
yang ideal yang dirumuskan dalam Samovar dkk, bisa disimpulkan bahwa
normanorma budaya. Dengan demikian yang budaya memberikan pengaruh atau efek yang
dimaksud dengan kebudayaan adalah besar terhadap perilaku dan kehidupan sosial.
komunikasi, karena kebudayaan tidak dapat Perbedaan kebiasaan, cara berkomunikasi,
dipisahkan dengan komunikasi. cara menjalani hidup juga ditentukan oleh
Komunikasi yang terjadi antar manusia budaya apa yang dianut atau diadopsi. Cara
terikat dengan budaya, sebagaimana budaya berkomunikasi manusia mengalami evolusi
berbeda antara satu dengan yang lain sesuai dengan kebudayaan yang ikut berubah,
sehingga praktek komunikasi yang terjadi juga perkembangan bentuk dan proses dalam
berbeda. Melalui pengaruh budaya manusia komunikasi sepenuhnya dipengaruhi oleh
belajar untuk berkomunikasi, serta faktor budaya yang juga ikut berkembang.
memandang dunia dengan perspektif yang
berbeda dari berbagai kategori, konsep dan Pemahaman tentang interaksi simbolik
simbol. Selain itu, setiap orang yang berasal Tinjauan kritis tentang interaksi
dari budaya yang berbeda memiliki simbolik dilakukan oleh George Herber
pandangan yang bereda pula dalam Mead (1962), yang menekankan penggunaan
memposisikan objek atau keadaan, begitu bahasa sebagai sistem simbol-simbol untuk
pula sebaliknya. memaknai berbagai hal. Dengan kata lain,
Dalam buku yang berjudul simbol merupakan representasi dari pesan
“Communications Between Culture”, Samovar, yang dikomunikasikan kepada publik.
Porter dan Mc Daniel menggambarkan Misalnya, teknologi komunikasi seperti
komunikasi antar budaya dengan gambaran telepon genggam tidak hanya digunakan
yang berbeda ketika komunikasi terjadi sebagai alat untuk berkomunikasi, namun
dengan orang-orang yang berbeda budaya, juga menjadi represesentasi dari gaya hidup
mereka menggambarkannya sebagai berikut: bahkan status sosial tertentu.
“Mengapa masyarakat di Filipina dan Dalam terminology George Herbert
Tionghoa meletakkan kucing diatas oven Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan
sementara masyarakat Amerika verbal yang dimaknai berdasarkan
meletakkannya diatas bantal dan tempat kesepakatan bersama oleh semua pihak yang
tidur? Mengapa masyarakat di Paris makan terlibat dalam suatu interaksi, merupakan satu
makanan laut tetapi di Santiago meracuni bentuk simbol yang mempunyai arti yang
makanan laut? Mengapa masyarakat di Iran sangat penting. Perilaku seseorang
duduk dilantai dan berdoa lima kali sehari, dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh
tetapi masyarakat di Las Vegas berdiri orang lain, dan sebaliknya. Melalui pemberian
semalaman di depan mesin judi? Mengapa isyarat berupa simbol, maka kita dapat
setengah orang berbahasa Tagalog, sedangkan mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dll
yang lainnya berbahasa Inggris? Mengapa dengan cara membaca simbol yang
setengah orang mengecat dan menghias seluruh ditampilkan oleh orang lain.

181
Rohayati: Budaya Komunikasi Masyarakat Maya...

Menurut Sobur (2003) sesuai dengan meningkatakan kemampuan berfikir; keempat,


pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat simbol meningkatkan kemampuan orang
dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik untuk memecahkan masalah; kelima,
adalah: pertama, mind (pikiran) - kemampuan penggunaan simbol memungkinkan aktor
untuk menggunakan simbol yang mempunyai melampuai waktu, ruang dan bahkan pribadi
makna sosial yang sama, dimana tiap individu mereka sendiri. Dengan kata lain, simbol
harus mengembangkan pikiran mereka merupakan representasi dari pesan yang
melalui interaksi dengan individu lain. Kedua, dikomunikasikan kepada publik (Sobur,
self (diri pribadi) - kemampuan untuk 2003).
merefleksikan diri tiap individu dari penilaian Charron(1979) menyebutkan
sudut pandang atau pendapat orang lain, dan pentingnya pemahaman terhadap simbol-
teori interaksionisme simbolis adalah salah simbol daam teori interaksionisme simbolis.
satu cabang dalam teori sosiologi yang Simbol adalah objek sosial dalam suatu
mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) interaksi. Ia digunakan sebagai perwakilan
dan dunia luarnya. Ketiga, society (masyarakat) dan komunikasi yang ditentukan oleh orang–
- hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, orang yang menggunakannya. Orang-orang
dan dikonstruksikan oleh tiap individu tersebut memberi arti, menciptakan dan
ditengah masyarakat, dan tiap individu mengubah objek tersebut di dalam interaksi.
tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka Simbol sosial tersebut dapat mewujud dalam
pilih secara aktif dan sukarela, yang pada bentuk objek fisik (benda-benda kasat mata);
akhirnya mengantarkan manusia dalam kata-kata (untuk mewakili objek fisik,
proses pengambilan peran di tengah perasaan, ide-ide, dan nilai-nilai), serta
masyarakatnya. tindakan (yang dilakukan orang untuk
Masih menurut Mead, makna tidak memberi arti dalam berkomunikasi dengan
tumbuh dari proses mental soliter namun orang lain.
merupakan hasil dari interaksi sosial atau Inilah mengapa teks dan gambar yang
sigifikansi kausal interaksi sosial. Individu menggambarkan identitas di dunia virtual
secara mental tidak hanya menciptakan menjadi satu–satunya simbol dalam interaksi.
makna dan simbol semata, melaikan juga Meski kadang teks tersebut menyembunyikan
proses pembelajaran atas makna dan simbol informasi yang sesungguhnya dan bahkan
tersebut selama berlangsungnya interaksi menyesatkan, namun para pengguna internet
sosial. Bahkan ditegaskan oleh Charon cenderung memercayai susunan teks yang
(1998:40) bahwa simbol adalah objek sosial mengkonstruksikan identitas tersebut. Teks
yang digunakan untuk merepresentasikan apa atau gambar yang dalam hal ini disebut
– apa yang memang disepakati, dengan kata sebagai simbol merupakan medium yang
lain makna pesan yang berbentuk simbol mewakili proses komunikasi melalui internet.
tersebut telah disepakati atau diseragamkan Meski saat ini kemajuan teknologi
dalam proses interaksi sosial. komunikasi telah memungkinkan antar –
Individu sebagai produsen sekaligus entitas berinteraksi melalui suara maupun
konsumen atas simbol tidak hanya merespon visual, misalnya melalui layanan sykpe, sosial
simbol secara pasif, tetapi juga aktif media, dll namun teks menjadi dasar dari
menciptakan kembali dunia tempat dia komunikasi termediasi komputer.
bertindak. Menurut Ritzer dan Goodman Pada Hakikatnya, komunikasi
(2008:395), menjelaskan lima fungsi dari merupakan kegiatan primer yang tidak akan
simbol; pertama, simbol memungkinkan orang lepas dari seluruh manusia. Komunikasi
berhubungan dengan dunia materi dan dunia memilki pengertian yakni proses
sosial karena dengan simbol mereka bisa penyampaian maksud atau pesan dari sang
memberi nama, membua kategori, dan komunikator kepada komunikan baik dalam
mengingat objek yang ditemui; kedua, simbol bentuk satu arah atau dua arah,dengan
meningkatkan kemampuan orang menggunakan media (alat bantu) maupun
memersepsikan lingkungan; ketiga, simbol tidak, dengan tujuan terwujudnya mutual

182
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 02, Desember 2017, pp. 179 - 189

understanding, perubahan pemikiran dan lain memberi makna atas simbol tersebut.
perilaku. Komunikasi memiliki dua jenis Ada beberapa asumsi tentang interaksi a.
dalam bentuk penyampaiannya, yakni verbal Masyarakat terdiri dari manusia yang
dan non verbal. Verbal itu mencakup lisan berinteraksi melalui tindakan bersama dan
dan tulisan, sedangkan non verbal mencakup membentuk organisasi. b. Interaksi simbolik
mimik wajah dan bahasa tubuh. mencangkup pernafsiran tindakan. Interaksi
Susane K Langer seperti yang dikutip non simbolik hanyalah mencangkup stimulus
oleh Ahmad Sihabuddin (2013) menjelaskan respon yang sederhana. Teori ini pada
bahwa kebutuhan dasar yang memang hanya kesimpulannya menyatakan bahwa Interaksi
ada pada manusia adalah kebutuhan akan sosial pada hakekatnya adalah Interaksi
simbolisasi. Fungsi pembentukan simbol ini simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang
adalah satu di antara kegiatan – kegiatan dasar lain dengan cara menyampaikan simbol, yang
manusia, seperti makan, melihat, dan lain memberi makna atas simbol tersebut.
bergerak. Ini adalah proses fundamental dari Berdasarkan apa yang menjadi dasar dari
pikiran, dan berlangsung setiap waktu. kehidupan manusia, kelompok atau
Prestasi – prestasi manusia bergantung pada masyarakat, beberapa ahli dalam teori
penggunaan simbol – simbol (Sihabuddin, interaksi simbolik menunjukkan komunikasi
2013). atau secara lebih khusus “simbol – simbol”
Esensi dari interaksi simbolik adalah sebagai kunci untuk memahami kehidupan
suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia itu. Interaksi simbolik menunjuk
manusia yakni komunikasi atau pertukaran pada sifat khas dari interaksi manusia. Dalam
simbol yang diberi makna (Deddy Mulyana: artian manusia saling menerjemahkan dan
59). Semua interaksi antar individu manusia mendifinisikan tindakannya, baik dalam
melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika interaksi dengan manusia atau lingkungan
kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita sekitaranya maupun dengan dirinya sendiri.
secara konstan mencari “petunjuk” mengenai Ada lima konsep dasar interaksi
tipe perilaku apakah yang cocok dalam simbolik yang diungkapkan Blumer menurut
konteks itu dan mengenai bagaimana pandang George Herbert Mead seperti yang
menginterpretasikan apa yang dimaksudkan dikutip oleh Alex Sobur (2003), Pertama,
oleh orang lain. Interaksionisme simbolik, konsep “diri’, menurut Blumer manusia
mengarahkan perhatian kita pada interaksi bukan semata – mata organisme saja yang
antar individu, dan bagaiman hal ini bergerak di bawah pengaruh perangsang dari
dipergunakan untuk mengerti apa yang orang luar atau dari dalam, namun manusia adalah
lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai “organisme yang sadar akan dirinya” (an
individu. organism having a self). Dikarenakan ia seorang
Setiap hubungan antar individu atau diri, ia mampu memandang diri sebagai objek
kelompok yang dibangun memiliki kontrak pikirannya dan dan bergaul atau berinteraksi
khusus yang terbentuk, karena budaya dengan diri sendiri. A mengarahkandiri pada
masyarakat yang ada mengenai pemahaman objek – objek termasuk diri sendiri,
interaksi pada suatu simbol. Yang mana berunding dan berwawancara dengan diri
pemahaman simbol itu terbentuk karena sendiri. Pada dasarnya diri adalah
adanya interaksi sosial dan budaya dari suatu kemampuan untuk menerima diri sendiri
tempat tertentu. Dari mulai rumah, sebagai objek. Diri adalah kemampuan
lingkungan sekitar rumah, sekolah, kampus, khusus untuk menjadi subjek maupun objek,
pada sebuah kota, negara bahkan perspektif untuk mempunyai diri, individu harus
interaksi simbolik yang dikomunikasikan mencapai keadaan “diluar dirinya sendiri”
pemahamannya diseluruh negara. sehingga mampu mengevaluasi diri sendiri,
Teori interaksi simbolik menyatakan mampu menjadi objek bagi dirinya sendiri.
bahwa interaksi sosial adalah interaksi Dalam bertindak rasional ini mereka
symbol. Manusia berinteraksi dengan yang mencoba memeriksa diri sendiri secara
lain dengan cara menyampaikan simbol yang inpersonal, objektif dan tanpa emosi, Mead

183
Rohayati: Budaya Komunikasi Masyarakat Maya...

mengidentifikasi dua aspek atau fase diri, Ketiga, konsep objek, Blumer
yang ia namakan “I” dan “Me”. Mead memandang manusia hidup di tengah objek –
menyatakan, diri pada dasarnya diri adalah objek. Kata, “objek” dimengerti dalam arti
proses social yang berlangsung dalam dua luas dan meluputi semua yang menjadi
fase yang dapat dibedakan, perlu diingat “I” sasaran perhatian aktif manusia. Objek dapat
dan “ME” adalah proses yang terjadi didalam bersifat fisik, maupun bersifat abstrak seperti
proses diri yang lebih luas. Bagian terpenting konsep kebebasan, hidup atau tidak hidup,
dari pembahasan Mead adalah hubungan terdiri atas gologngan atau terbatas pada satu
timbal balik antara diri sebagai objek dan diri orang, bersifat pasti seprti golongan darah,
sebagai subjek. Diri sebagai objek ditujukan dan agak kabur seperti suatu ajaran filsafat.
oleh Mead melalui konsep “Me”, sementara Keempat, konsep interaksi sosial.
ketika sebagai subjek yang bertindak Interaksi, dalam pandangan Blumer, berarti
ditunjukan dengan konsep “I”. Analisis Mead bahwa para peserta masing – masing
mengenai “I” membuka peluang bagi memindahkan diri mereka secara mental ke
kebebasan dan spontanitas. Ketika “I” dalam posisi orang lain. Proses interaksi
mempengaruhi “Me”, maka timbulah dalam keseluruhannya menjadi suatu proses
modifikasi konsep diri secara bertahap . ciri yang melebihi jumlah total unsur – unsurnya
pembeda manusia dan hewan adalah bahasa berupa maksud, dan sikap masing – masing
dan “symbol signifikan”. Symbol signifikan peserta.
haruslah merupakan suatu makna yang Kelima, konsep joint action yaitu aksi
dimengerti bersama. Ia terdiri dari dua fase, kolektif yang lahir dimana perbuatan –
“Me” dan “I”. dalam kontek ini “Me” adalah perbuatan masing – masing peserta
sosok saya sendiri sebagai mana yang dilihat dicocokkan di serasikan satu sama lain.
oleh orang lain, sedangkan “I” adalah bagian Realitas sosial dibentuk dari joint actions ini
yang memperhatiakan diri saya sendiri. Dua merupakan objek sosiologi yang sebenarnya.
hal yang itu menurut Mead menjadi sumber Unsur konstititif mereka bukanlah unsur
orisinallitas, kreativitas, dan spontanitas. kebersamaan, melainkan penyesuaian dan
Percakapan internal memberikan saluran penyerasian dimana masing – masing pihak
melalui semua percakapan eksternal. Andai mencari arti maksud dalam perbuatan orang
diri itu hanya mengandung “Me”, hanya akan lain dan memakainya dalam menyusun
menjadi agen masyarakat. Fungsi kita kelakuannya.
hanyalah memenuhi perkiraan dan harapan
orang lain. Menurut Mead, diri juga Masyarakat cyber
mengadung “I” yang merujuk pada aspek diri Internet menjadi fenomena budaya
yang aktif dan mengikuti gerak hati. Mead baru (new culture), sebagai sebuah budaya
menyebutkan, bahwa seseorang itu dalam (culture) pada awalnya internet merupakan
membentuk konsep dirinya dengan jalan model komunikasi yang sederhana bila
mengambil perspektif orang lain dan melihat dibandingkan dengan model komunikasi
dirinya sendiri sebagai objek. secara langsung (face to face). Interaksi secara
Kedua, konsep perbuatan (action), langsung tidak hanya melibatkan teks sebagai
dalam pandangan Blumer karena perbuatan simbol atau tanda dalam berinteraksi semata.
manusia dibentuk dalam dan melalui proses Ekspresi wajah, tekanan suara, cara
interaksi dengan diri sendiri, maka perbuatan memandang, posisi tubuh, agama, usia, ras
itu berlainan sama sekali dari gerak mahkluk dan sebagainya merupakan tanda – tanda
– makhluk yang bukan manusia. Manusia yang juga berperan dalam interaksi antar –
menghadapi berbagai hal seperti kebutuhan, individu. Adapun dalam komunikasi
perasaan, tujuan, perbuatan orang lain termediasi komputer (computer mediated
pengharapan dan tuntutan orang lain, communication) interaksi terjadi berdasarkan
peraturan – peraturan masyarakatnya, teks semata bahkan emosi pun ditunjukkan
situasinya, self image- nya, ingatannya dan cita menggunakan teks, yakni dengan simbol –
–citanya untuk masa depan. simbol dalam emoticon. Sebagai sebuah kultur,

184
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 02, Desember 2017, pp. 179 - 189

internet merupakan konteks institusional Teknologi turut serta mempengaruhi


maupun domestik di mana teknologi ini juga perubahan – perubahan yang terjadi di
menggunakan simbol – simbol yang memiliki masyarakat. Saat tekonologi terus tumbuh
makna tersendiri, dan sebagai bentuk dan berkembang, maka masyarakat juga ikut
metaporical yang melibatkan konsep – konsep berubah. Peradaban demi perdaban yang
baru terhadap teknologi dan hubungannya telah dilalui oleh manusia yang hidup sebagai
dengan kehidupan sosial (Nasurllah, 2014). kesatuan di masyarakat terus mengalami
Internet tidak hanya sebatas pada perkembangan dan kemajuan seiring dengan
pengertian teknologi yang menghubungkan perkembanan teknologi. Perkembangan
antar komputer semata, melainkan juga teknologi informasi mamu menciptakan
terkadang di dalam istilah tersebut masyarakat dunia global, namun secara materi
terkandung fenomena – fenomena sosial mampu mengembangkan ruang gerak
sebagimana yang terjadi dalam interaksi antar kehidupan baru bagi masyarakat seingga
individu secara face to face, meski pada tanpa disadari, komunitas manusia telah
beberapa kasus internet memberikan hidup dalam dua kehidupan, yaitu kehidupan
kerumitan dan perbedaan yang menyolok masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat
dibandingkan fenomena sosial pada maya (cybercommunity).
umumnya. Menurut Hine, model selanjutnya Masyarakat nyata adalah sebuah
adalah internet sebagai artefak kebudayaan kehidupan masyarakat yang secara inderawi
(cultural artefak). Menurut Hine, internet tidak dapat dirasakan sebagai sebuah kehidupan
hanya bisa dipahami sebagai sekumpulan nyata, dimana hubungan – hubungan sosial
komputer yang berinteraksi dengan bahasa sesama anggota masyarakat dibangun melalui
komputer itu sendiri. Internet juga bisa dilihat penginderaan. Sementara itu, kehidupan
sebagai sebuah fenomena sosial, baik itu masyarakat maya (cybercommunity) adalah
melalui pembacaan terhadap sejarah sebuah kehidupan maya didunia virtual yang
perkembangan internet maupun dibangun melalui jaringan komputer namun
kebermaknaan dan kebergunaan inernet. tetap terhubung, dan memiliki kehidupan
Internet merupakan tonggak dari sosial tersendiri. Masyarakat maya
perkembangan teknologi interksi global yang membangun dirinya dengan sepenuhnya
mengubah cakupan serta sifat dasar dari mengandalkan interaksi sosial dan proses
medium komunikasi. Transformasi ini yang sosial dalam kehidupan kelompok (jaringan)
disebut sebagai “second media age”, di mana intra dan antar sesama anggota masyarakat
media trandsisional seperti radio, koran dan maya. Dipastikan bahwa konstruksi
televisi sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat maya pada mulanya berkembang
khalayak. Pada masyarakat infomrasi, Holmes dari sistem intra dan jaringan yang
menyatakan bahwa setiap individu mengalami berkembang menggunakan sistem sarang
pengingkaan dalam berinterksi dengan layar laba-laba sehingga membentuk sebuah
komputer, membangun relasi dari face to screen jaringan masyarakat yang besar. Masyarakat
dibandingkan face to face. maya menggunakan seluruh metode
Dalam buku sosiologi komunikasi kehidupan masyarakat nyata sebagai model
Burhan Bungin mendefinisikan masyarakat yang dikembangkan di dalam segi – segi
adalah kelompok – kelompok orang yang kehudupan maya. Seperti, membangun
menempati sebuah wiyalah (teritorial) interaksi sosial dan kehidupan kelompok,
tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling membangun stratifikasi sosial, membangun
berkomunikasi, memiliki simbol – simbol dan kebudayaan, membangun pranata sosial,
aturan tertentu secrta sistem hukum yang membangun kekuasaan, wewenang dan
mengontrol tindakan anggota masyarakt, kepemimpinan, membangun sistem kejahatan
memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai dan kontrol – kontrol sosial dan sebagainya
bagian dari anggota masyarakat ersebut serta Bungin, 2007).
relatif dapat menghidupi dirinya sendiri
(Bungin, 2007).

185
Rohayati: Budaya Komunikasi Masyarakat Maya...

Dalam prosesnya, interaksi sosial dan dengan kebudayaan yang berasal dari kata lain
proses sosial yang terjadi dimasyarakat maya colere yang artinya mengolah atau
bersifat tidak tetap, dalam artian ada yang mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau
bersifat sementara dan ada yang bersifat bertani. Culture diartikan sebagai segala daya
relatif lama atau menetap. Masyarakat maya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
memiliki struktur tersendiri, komunitas mengubah alam (Soekonto, 2002).
tersediri dan gaya hidup tersendiri. Mereka Kebudayaan merupakan hasil dari
membangun interaksi sosial diantara para produk seluruh rangkaian proses sosial yang
anggota, jika dalam masyarakat nyata harus dijalankan oleh manusia dalam masyarakat
ada social contact atau komunikasi secara dengan segala aktivitasnya. Selo soemarjan
langsung, maka dalam masyarakat maya juga dan Soelaiman Soemardi dalam Burhan
berlaku demikian. Namun, bentuk dari Bungin sosiologi komunikasi, menjelaskan
interaksi yang terjadi berbeda dari bentuk bahwa kebudayaan sebagai semua hasil karya,
interaksi yang terjadi di masyarakat nyata. rasa, dan cipta masyarakat. Karya, masyarakat
Dalam masyarakat maya, interaksi yang menghasilkan material material culture seperti
terjadi berbentuk daring (dalam jaringan) dan teknologi dan karya – karya kebendaan. Rasa,
bersifat virtual, walaupun demikian adalah spiritual culture meliputi unsur mental
komunikasi tetap terjalin dengan baik dan dan kejiwaan manusia, rasa menghasilkan
efektif selama media yang digunakan untuk kaidah - kaidah, nilai - nilai sosial, hukum,
berkomunikasi tersedia dan selalu terhubung. dan norma sosial atau yang biasa kita kenal
Kontak – kontak sosial yang terjadi diantara dengan pranata sosial. Cipta, merupakan
anggota masyarakt maya memiliki makna immaterial culture yaitu bukan budaya yang
yang luas didalam komunikasi mereka satu menghasilkan gagasan, berbagai teori,
dengan lainnya, sehingga darisana mereka wawasan dan semacamnya yang
saling membangun makna dalam dunia menempatkan karya, rasa dan cipta pada
intersubyektif mereka tentang dunia yang tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan
dihuninya. kepentingannya bagi seluruh masyarkat.
Dalam masyarakat maya, interaksi Kebudayaan merupakan salah satu
sosial yang terjadi ada dua bentuk yaitu hasil yang didapatkan dari perkembangan
proses sosia disosiatif dan proses sosial peradaban di masyarakat. Kebudayaan yang
asosiatif. Proses disosiatif terjadi ketika dihasilkan adalah budaya – budaya pencitraan
beberapa anggota masyarakat maya terlibat dan makna yang setiap saat dipertukarkan
dalam proses persaingan, atau bahkan konflik dalam ruang interaksi simbolis. Ada tiga
dengan sesama warga masyarakat maya. kelompok dalam masyarakat cyber, pertama,
Sementara itu, proses sosial asosiatif kelompok yang senantiasa bekerja untuk
memberikan pelyang kepada komunitas menciptakan mesin-mesin teknologi
maya, baik intra maupun antarjaringan, informasi. Kedua, kelompok yang setiap saat
melakukan kerja sama di antara mereka. menggunakan mesin-mesin itu untuk
mencitpakan karya – karya imajinasi yang
Kebudayaan masyarakat cyber menakjubkan dalam dunia hiper-realitas.
Budaya merupakan produk dari Ketiga, masyarakat pada umumnya yang setiap
seluruh rangkaian proses sosial yang hari menggunakan mesin dan tekonologi
dijalankan oleh manusia dalam masyarakat tersebut diberbagai kehidupan.
dengan segala aktivitasnya. Kata kebudayaan Dari ketiga hal itu, menurut Burhan
berasal dari bahasa sakskerta buddhayah yang Bungin masyarakat mencitpakan culture
merupakan kata jamak dari buddhi yang universal yang dapat dijelaskan sebagaimana
berarti budi atau akal. Koentjaraningrat dalam yang diiliki oleh masyarakat nyata. Peralatan
buku Suryono soekantro sosiologi suatu dan perlengkapan hidup masyarakat maya
pengantar yang dilasir dalam buku sosiologi adalah teknologi informasi yang umumnya
komunikasi burhan bungin, menjelaskan dikenal dengan mesin komputer atau media
bahwa culture mempunyai kesamaan arti elektronika lain yangmembantu kerja atau

186
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 02, Desember 2017, pp. 179 - 189

dibantu oleh mesin komputer. Mata kreativitas pengguna bahasa ini, seperti
pencaharian dan sistem ekonomi, masyarakat menggunakan ikon – ikon tertetu untuk
maya memiliki mata pencaharian yang sangat penggambaran dan sebagainya. Sistem
menonjol dan spesifik dalam bentuk menjual pengetahuan dikembangkan menggunakan
jasa dengan sistem ekonomi substitusi. Jadi, proses – proses permberitahuan dan
apabila seseorang menggunakan jaringan dari pembalajaran secara lansug trial to error.
sebuah provider atau seseorang menyewa space Umumnya para netter menggunakan sistem
pada waebsite tertentu, maka dia memberi pengetahuan secara bergulir kepada sesama
sustitusi iuran sebagai jasa persewaan. anggota masyarakat maya. Jadi, sebuah
Dewasa ini juga berkembang sistem transaksi pegetahuan yang diperoleh sesorang dalam
jual beli online dengan mengandalkan dunia maya selalu disebarkan kepada sesama
jaringan internet dan aplikasi yang dapat anggota lainnya. Sistem religi (kepercayaan)
didownload dan semua orang dapat masyarakat maya adalah waktu dan keyakinan
bertransaksi. bahwa setiap misteri dalam dunia maya dapat
Masyarakat cyber membentuk budaya dipecahkan. Sesuatu yang menjadi ciri khas
mereka sendiri, dimana lambang-lambang dari kebudayaan maya ini adalah sifatnya yang
yang memiliki makna dalam kebudayaan itu sangat menggantungkan diri pada media.
disetujui oleh setiap anggota kelompok dalam Bahwa kebudayaan itu hanya ada secara nyata
masyarakat tersebut Burhan bungin (2007) dalam media informatika dan beberapa di
Culture universal yang dibentuk oleh antaranya telah ditransformasikan ke dalam
masyarakat cyber adalah; (pertama) teknologi kognitif manusia, inilah sebenarnya space
informasi sebagai peralatan dan perlengkapan dunia maya.
hidup, (kedua) mata pencarian dan ekonomi
dari sektor jasa dengan sistem ekonomi Teori Cybercommunity
substitusi, (ketiga) sistem kelompok jaringan Burhan bungin dalam bukunya
adalah sistem kemasyarakatan yang sosiologi komunikasi menjelaskan tentang
berkembang, (keempat) bahasa yang teori komunikasi dunia maya atau yang sering
digunakan umumnya bahasa inggris dengan dikenal dengan teori cybercommunity, teori ini
berbagai ikon dan simbol-simbol tertentu, merupakan teori yang paling akhir dalam
(kelima) pencitraan dan pemaknaan sebagai pengembangan ilmu komuniasi atau sosiologi
karya seni masyarakat maya, (keenam) sistem komunikasi. Kajian tentang perkembangan
pengetahuan menggunakan sistem trial and teknolgi telematika menjadi pembahasan
error, (ketujuh) waktu dan kebudayaan utama yang berhubungan dengan
sebagai sistem religi. perkembangan media baru (new media). New
Sistem kemasyarakatan yang media banyak menekankan bagaimana
berkembang dalam masyarakat maya adalah konstruksi sosial media memberikan
dalam bentuk sistem sosial dan jaringan, baik kontribusi terhadap kehidupan mansusia
intra maupun antarjaringan yang ada dalam secara menyeluruh. Kehidupan cyber
masyarakat maya. Dalam hal ini aturan dibuat menggambarkan bahwa manusia memiliki
oleh pemilik provider, website, dll. Bahasa kehidupan baru diatas kehidupan nyata yang
masyarakat maya merupakan bagian dari mereka jalani (Bungin, 2009).
karya seni pada umumnya. Semua karya Manusia dalam hubungannya dengan
masyarakat menempatkan seni dalam ukuran teknologi memiliki keterkaitan hubungan yag
pencitraan dan pemaknaan, jadi sistem tidak bisa dipisahkan, O’brian (dalam Bungin,
kesenia dalam masyarakat maya adalah 2009) mengatakan bahwa perilaku manusia
terletak pad pencitraan dan pemaknaan dan teknologi memiliki hubungan atau
terhdap karya yang ditampilkan kepada interaksi dalam sosioteknologi yang dapat
publik maya itu sendiri. dijelaskan dalam gambar berikut ini:
Bahasa masyarakat maya pada
umumnya adalah bahasa inggris yang
digunakan berdasarkan pada konvensi dan

187
Rohayati: Budaya Komunikasi Masyarakat Maya...

tercipta akibar mekanisme jaringan komputer


Struktur (cyberspace), akan tetapi melingkupi konsep
masyarakat
maya dalam pengertian yang lebih luas, yang
tercipta dalam ruang – ruang yang lebih luas
Sistem dan (Amir, 2003). Teori cybercommunity
Strategi Proses sosial teknologi
komunikasi
informasi merumuskan sejauh mana teknologi
informasi seperti social networking berperan
Masyarakat dan
serta menciptakan konsep nasionalisme
budaya kekinian dengan pembentukan kelompok
dalam dunia maya. Dalam dunia maya banyak
Gambar 1: Interaksi sosioteknologi faktor yang membuat seseorang menikmati
dinamika kelompok antar lain unsur
Kelima komponen itu berinteraksi ketidaksengajaan individu serta proses
dalam suatu proses sosial, antara satu pencarian kelompok. Dalam masyarakat
komponen dengan komponen yang lain cyber, kelompok tidak mencari individu
saling berinteraksi dan mempengaruhi. Setiap namun lebih kepada individu yang mencari
komponen bersinergi dan memiliki tujuan kelompok. Terciptanya group diruang maya
yang berbeda, sehingga output proses sosial lebih menekankan minat individu untuk
sebagaimana yang diharapkan oleh seluruh bergabung dengan kelompok yang sudah ada
stakeholder yang menggunakan tekonologi atau sebaliknya individu dapat menciptakan
komunikasi untuk berinteraksi dalam kelompok sendiri sesuai dengan keinginannya
sosioteknologi.
Teori cybercommunity menekankan PENUTUP
pada kelompok sosial yang berkembang Munculnya masyarakat acyber sebagai
didalam dunia maya. Bagaimana kelompok – hasil dari perkembangan tekonologi
kelompok tercipta, bagaimana komunikasi komunikasi menjadikan pola komunikasi
terjadi didalam kelompok tersebut dan pesan turut mengalami perubahan. Budaya
– pesan serta simbol – simbol yang komunikasi yang dilakukan masyarakat cyber
digunakan serta bagaimana sebuah media melibatkan proses-proses interaksi dengan
kelompok di dunia maya merekonstruksi menggunakan simbol-simbol, interaksi ini
pesan penggunanya. Severin dan tankard yang kita sebut sebagai interaksi simbolik.
(2005) dalam bukunya teori komunikasi Dalam prosesnya masyarakat cbyber
menjelaskan tentang teori komunikasi dunia membentuk budaya dan pola komunikasinya
maya yang meliputi aspek – aspek penting sendiri. Lewat teknologi informasi mereka
teori komunikasi dunia maya, yaitu: menyampaikan pesan dalam sebuah
1. Konsep dasar komunikasi digital, cyber kelompok yang terbentuk lewat social media
space, virtual reality, komunitas maya, chat yang digunakan. Pesan-pesan disampaikan
room, multy user domain, inter aktifitas, dalam bentuk simbol yang diberi makna, hal
hyper text dan mulltimedia. ini menjadikan komunikasi masyarakat cyber
2. Gagasan Mcluhan tentang perkemangan kaya akan makna karena sejatinya simbol
media baru yang melibatkan kesenjangan lebih bermakna dari pada pesan-pesan verbal.
pengetahuan kredibilitas media penentuan
agenda manfaat dan gratifikasi, pembauran DAFTAR PUSTAKA
inovasi dan lain-lain.
3. Riset baru pada komunikasi masyarakat Berger, Artur, Tanda – tanda dalam kebudayaan
cyber yaitu medimorfosis, riset tentang kontemporer, Yogyakarta : Tiara Wacana,
hypertext, riset multimedia, riset desain 2014.
antar muka atau komunikasi face to face. Bungin, Burhan Sosiologi komunikasi, Jakarta:
Yasraf dalam bukunya hipersemiotika kencana perenada media, 2009.
menjelaskan tentang konsep virtualitas _____________. sosiologi komunikasi, Jakarta:
dipandang sebagai sifat kemayaan yang Kencana Prenada Media, 2008

188
Sosial Budaya, Volume 14, Nomor 02, Desember 2017, pp. 179 - 189

Cangara, Hafied, Pengantar ilmu komunikasi,


Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada,
2005.
J Severin, Werner dan James W. Tankard,
Teori Komunikasi. Jakarta: Kencana,
2005
Little John, Theories of Human Communications
(7th. Ed) USA: Wadsword
M Charon, Joel Symbolic Interactionizm, United
State of America, Parentic Hall Inc,
1979
Mulyana, Deddy Ilmu Komunikasi, Suatu
Pengantar, Bandung : Penerbit Remaja
Rosdakarya, 2003
_______________, Ilmu komunikasi suatu
pengantar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001
Nasrullah, Rulli Komunikasi antar budaya, di era
budaya siber, (Jakarta : Penerbit
Kencana, Prenada Media Grup, 2014
Piliang amir, Yasraf, Hipersemiotika: Tafsir
cultural studies atas matinya makna,
yogyakarta: Jalasutra, 2003
Samovar, Larry ARicard E. Porter, Mc
Daniel, Communications Between Culture,
California: Thompson and Wadsword
Publishing Company, 2007
Sihabuddin, Ahmad, Komunikasi antar budaya,
suatu perspektif multidimensi, Jakarta:
Bumi Aksara, 2013.
Sobur, Alex, Semiotika komunikasi, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2003
Soekonto, Suryono, Sosiologi suatu pengantar,
jakarta: Rajawali press, 2002

189

View publication stats

You might also like