You are on page 1of 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by JURNAL PERKOTAAN

Komunikasi Politik di Komunitas Virtual

Satria Kusuma 17

Abstract
Political communication is aesthetic especially the mass
mediated political communication. By exploiting political
communication’s aesthetic properties similar to a game, political
leaders use the channel to generate a movement of people by using
political symbolism. One of the mass channels is the Internet which
elevates individuals out of the isolation created by the walls of the
old media-especially when these walls are reinforced in the context
of urban culture. In the information society people increasingly
interact with computer screens developing face-to-screen
relationships rather than face-to-face. The 'Age of Internet' is
identical with the opportunity to build virtual communities in which
we participate with people from all over the world. Computer-
mediated communication in the traditional type of decision making
activities such as voting, characterizes the type of participatory
democracy. This review summarizes that Indonesia, which is ranked
the world's fifth with the highest number of Twitter accounts and
become the country with the highest Twitter penetration rates in the
world, has the highest potential target of the presidential candidates
in Indonesia. The majority of Twitter users in Indonesia are 16-20
years old, comprising one-third of the 187 million voters in the 2014
presidential election.

Key words : participatory democracy, political


communication, political information,
virtual communities

Interact, Vol. 3, No. 1, Mei 2014,


Hal. 43-54, Prodi Komunikasi,
Unika Atma Jaya Jakarta.

17
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta (riospidey@yahoo.com)

43
1. Pendahuluan imbauannya dengan titik pandang pendengar
Komunikasi Politik kini semakin kuat karena khalayak memilih komunikasi yang oleh
dilakukan di media sosial Indonesia. Jika mereka dianggap paling menyenangkan. Untuk
dibandingkan dengan media cetak dan elektronik, melakukan hal itu persuader mengumpulkan
masyarakat lebih mudah berinteraksi di media keterangan mengenai apa yang menyenangkan
sosial karena efisiensi waktu dan biaya. Seperti bagi anggota kelompok melalui teknik polling.
pendeklarasian capres yang terkenal dengan Kedua, karena persuasi adalah proses satu-kepada-
“blusukan”-nya Jokowi, dimana tidak banyak dan juga satu-kepada-satu, persuader
meninggalkan kebiasaan blusukan off air dengan menggunakan teknologi yang tepat untuk
mengunjungi Rumah si Pitung di Marunda. Selain menyebarkan pesan kepada anggota kelompok
sebagai wujud kepedulian budaya, Rumah si (dalam kasus propaganda), perseorangan (dalam
Pitung dianggap menjadi simbol perjuangan rakyat kasus periklanan massal), atau kolaborator yang
kecil pada zaman kolonial. Jokowi juga melakukan potensial (dalam kasus retorika). Ini melibatkan
blusukan on line di Twitter yang merupakan media pilihan antara teknologi lisan, cetakan, dan
sosial paling banyak digunakan saat ini. Penelitian elektronik, antara penampilan pribadi, surat kabar
terdahulu yang terkait dengan komunikasi politik atau majalah, dan radio, televisi, internet sebagai
antara lain pengaruh pemanfaatan media sosial media. Ketiga, persuader memilih sarana dan gaya
pada Pilkada DKI yang lebih menekankan pada linguistik yang tepat untuk menuangkan
seberapa besar kampanye politik di sosial media propaganda, periklanan, dan retorikanya.
menjadi penentu kemenangan kandidat Pilgub. Komunikator politik, apakah dia politikus,
Selama ini komunikasi politik memang lebih profesional, atau aktivis, menggunakan
banyak dilakukan dengan cara berkampanye pembicaraan persuasif, baik untuk saling
melalui media konvensional (cetak dan elektronik), mempengaruhi maupun untuk mempengaruhi
namun dalam perkembangannya semakin beragam anggota khalayak yang kurang terlibat di dalam
aktifitas yang dilakukan, dan tidak hanya terfokus politik. Alat atau upaya yang digunakan untuk
pada penyebaran informasi melalui media umum mengirimkan pesan itu ialah saluran dari “siapa
seperti koran, majalah, radio dan televisi. Tulisan mengatakan apa kepada siapa”.
ini bertujuan untuk membahas bagaimana Seperti yang dilakukan oleh psikolog George
komunikasi politik yang dilakukan oleh seseorang Miller (1967: 47), kita harus “menganggap
di komunitas virtual dapat mempengaruhi manusia sebagai saluran komunikasi, dengan
partisipasi publik dalam menentukan sikapnya. masukan yang disediakan oleh rangsangan yang
kita berikan dan keluaran yang merupakan
2. Komunikasi Politik tanggapannya terhadap rangsangan itu” Berbeda
Politik seperti komunikasi, adalah proses yang dengan megafon, alat untuk memperkuat bunyi,
melibatkan pembicaraan. Ini bukan pembicaraan atau telepon yang mengubah suara manusia
dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan, menjadi isyarat listrik dan kembali lagi menjadi
melainkan pembicaraan dalam arti yang lebih suara manusia pada ujung penerima, manusia
inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar sebagai saluran mengubah masukan menjadi
simbol, kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, keluaran dengan cara yang aneh, kreatif, dan sering
gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai, dan tak dapat diduga. Saluran komunikasi manusia
pakaian. Ilmuwan politik Mark Roelofs (1967) bukanlah pemancar informasi bersambung yang
mengatakan dengan cara sederhana, Politik adalah memiliki high fidelity. Manusia juga tidak seperti
pembicaraan atau lebih tepat, kegiatan politik telepon, hanya mata dan selektif, tidak pasif dan
(‘berpolitik’) adalah berbicara. Ia menekankan netral. Otak manusia menyandikan kembali dan
bahwa politik tidak hanya pembicaraan, juga tidak mentransformasi pesan, bukan mekanisme untuk
semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi, pengalihan bersambung yang sederhana.
hakikat pengalaman politik, dan bukan hanya Menurut Tamotsu Shibutani (1966: 21)
kondisi dasarnya, ialah bahwa ia adalah kegiatan dengan mengingat bahwa manusia adalah saluran
berkomunikasi antara orang-orang. Kampanye dan juga sumber serta penerima dalam komunikasi,
persuasif dalam politik kontemporer mengandalkan maka yang pertama-tama kita tekankan ialah
tiga teknik yang membentuk jenis-jenis saluran manusia bagi komunikasi politik. Namun,
komunikasi yang relevan dengan opini publik. kita tidak akan mengabaikan media mekanis,
Pertama, karena persuasi adalah proses dua arah, teknik, dan sarana yang meningkatkan konstruksi
timbal-balik, persuader harus menyesuaikan citra manusia melalui saling tukar lambang. Akan
tetapi, justru itulah guna alat-alat tersebut, yakni

44
untuk memudahkan, tetapi bukan untuk menjamin pemerintah, yaitu penggunaan simbolisme politik
ketepatan. Saluran komunikasi itu lebih daripada sebagai penolong.
sekedar titik sambungan, tetapi terdiri atas Salah satu saluran massa yaitu Internet
pengertian bersama tentang siapa dapat berbicara mengangkat individu-individu keluar dari isolasi
kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan yang dibuat oleh dinding-dinding media–
bagaimana, sejauh mana dapat dipercaya. khususnya saat tembok-tembok ini diperkuat
Salah satu tipe utama saluran menekankan dalam konteks perkotaan. Dalam masyarakat
komunikasi dari satu-kepada-banyak, yaitu informasi, individu semakin berinteraksi dengan
komunikasi massa. Ada dua bentuk saluran layar komputer, mengembangkan hubungan face-
komunikasi massa yang masing-masing to-screen (wajah ke layar) daripada hubungan face-
berdasarkan tingkat langsungnya komunikasi satu- to-face. Namun, oposisi ini tak lagi signifikan,
kepada-banyak. Bentuk yang pertama terdiri atas menurut Sherry Turkle (2012), saat konteks
komunikasi tatap muka seperti bila seorang kultural lebih besar dari masyarakat pos-industrial
kandidat politik berbicara di depan rapat umum mengikis batas-batas antara yang real dan yang
atau ketika seorang presiden muncul di depan virtual. Tidak mungkin memikirkan individu
reporter dalam konferensi pers. Bentuk yang kedua sendiri saja bersama komputernya. Suatu sistem
terjadi jika ada perantara ditempatkan di antara jaringan yang berkembang cepat, yang secara
komunikator dan khalayak seperti media, kolektif dikenal sebagai internet, mengaitkan
teknologi, sarana, dan alat komunikasi lainnya. jutaan orang dalam ruang baru yang mengubah
Saluran komunikasi interpersonal merupakan cara kita berpikir, sifat seksualitas kita, bentuk
bentukan dari hubungan satu-kepada-satu. Saluran komunitas kita, jati diri dalam diri kita (Turkle,
ini pun bisa berbentuk tatap muka maupun 2012). Apa yang Turkle gambarkan sebagai ‘Age
berperantara. Seorang kandidat kepresidenan yang of Internet’ ini identik dengan kesempatan untuk
berjalan melalui orang banyak sambil berjabat membangun komunitas-komunitas virtual dimana
tangan atau seorang kandidat lokal yang kita berpartisipasi dengan orang dari seluruh dunia,
melakukan kunjungan dari rumah ke rumah di orang-orang yang kita ajak berbicara sehari-hari,
daerah pinggiran kota merupakan contoh saluran orang-orang yang mungkin memiliki hubungan
interpersonal tatap muka. cukup akrab dengan kita, tetapi kita mungkin tidak
pernah bertemu secara fisik.
3. Informasi Politik Sejauh mana pujian terhadap internet sebagai
Politik dari titik pandang publik dilihat sarana mengatasi fragmentasi dan individualism
Stephenson (1967) sebagai permainan: “Para adalah cukup luar biasa dalam literatur terbaru.
diplomat dan politikus melakukan pekerjaannya; Dalam beberapa kasus, hal ini dikaitkan dengan
publik hanya mempunyai sesuatu yang diberikan fungsi integratif yang mampu mengoreksi
kepada politik untuk dibicarakan, untuk memberi kecenderungan yang ada sejak lebih dari dua ratus
kesenangan berkomunikasi kepada mereka.” tahun. Pesan berupa penebusan yang dipromosikan
Ilmuwan politik Murray Edelman (1964), dalam dalam tesis second media age, apakah itu publik
membedakan semantik dan estetik informasi, atau privat, adalah cukup gemilang; suatu pesan
mengemukakan bahwa akibat-akibat komunikasi yang mimpinya tentang persatuan telah memiliki
politik massa adalah terutama permainan. nada teologis. Tesis second media age adalah
Informasi politik semantik itu berfaedah: ia turunan dari keyakinan neo-liberal yang lebih luas
dirancang untuk memajukan suatu kepentingan, dalam potensi emansipatoris bagi cara-cara baru
agar seorang kandidat terpilih, untuk mencapai komunikasi, terlepas dari pertukaran aktual apa
tujuan kebijakan. Informasi estetik, seperti yang didorong dengan cara seperti itu. Armand
permainan, menciptakan keadaan citra yang Mattelart (2010) mengisyaratkan, “ideologi tentang
menggairahkan pikiran, dapat menyenangkan, komunikasi tak terbatas – tetapi tanpa aktor sosial”
barangkali bahkan mengejutkan. Sebagian besar telah mengambil alih “ideologi tentang kemajuan
dari komunikasi politik, demikian ditunjukkan oleh tak terbatas”.
Edelman, adalah estetik, terutama komunikasi Ada penjelasan alternatif bagi interactivities
politik massa. Dengan mengeksploitasi sifat-sifat lewat elektronik yang secara signifikan
estetik komunikasi politik yang mirip dengan mendahului tesis second media age, yaitu
permainan, para pemimpin politik menggunakan perspektif komunikasi yang dimediasi komputer.
saluran massa untuk membangkitkan gerakan Perspektif komunikasi yang dimediasi komputer
rakyat dan diam-diam menerima keputusan ini saling tumpang tindih dengan perspektif second
media age, tetapi sangat khas tertuju pada cara

45
komputer menyalurkan dan memediasi model itu, co-presence (saling-kehadiran) ini
komunikasi face-to-face. Dalam perspektif ini, digantikan ke titik di mana mutual
komputer adalah alat sebagaimana window bagi presence (kehadiran bersama).
cyberspace. Apa yang akan dimediasi dalam • Interaksi virtual melalui sistem pada
perspektif ini adalah interaksi face-to-face, baik umumnya bersifat asinkron (tidak
tatap muka antara dua orang atau banyak orang beriringan). Dengan pengecualian internet
seperti dalam chat group. Relay Chat, maka komunikasi yang
Suatu gejala menarik dalam fakta ini adalah dimediasi komputer (misalnya: sistem
literatur komunikasi yang dimediasi komputer konferensi dan email) beroperasi dengan
sering mengarah pada bagaimana individu fleksibilitas mengirim pesan-pesan yang
mencoba mengembangkan cara-cara menggantikan dapat dijawab sesuai dengan kenyamanan
ketiadaan hubungan tatap-muka di internet: zona dan waktu si pengguna sendiri atau
misalnya, dengan menjalankan netiquette (Shea, jadwal kerjanya.
1994). Gagasan bahwa cyberspace juga menuntut • Seperti dengan komunitas cendekiawan
bentuk-bentuk protokol sopan yang diharapkan yang koneksinya dimediasi oleh cetak,
orang dalam kehidupan terwujud, atau komunikasi yang dimediasi komputer
pertumbuhan emoticon (simbol-simbol yang bersifat acorporeal (tidak jasmaniah),
digunakan dalam email untuk menunjukkan karena medium hanya-teks. Efek ganda
ekspresi wajah). dari fitur asinkron dan acorporeal dari
Ada empat cara utama pada literatur komunikasi yang dimediasi komputer
komunikasi yang dimediasi komputer berbeda dari adalah fasilitasinya bagi interaksi antara
tesis second media age (Armand Mattelart, 2010). kelompok-kelompok yang cukup besar,
Pertama, fokus pada keunikan peristiwa jauh melampaui, misalnya apa yang bisa
komunikasi dalam cyberspace. Kedua, lebih terkait dilakukan konferensi telepon.
dengan interaksi daripada integrasi, yaitu seluk- • Komunikasi yang dimediasi komputer
beluk berbagai interaksi individu daripada konteks bersifat astigmatic; yaitu diferensiasi sosial
sosial keseluruhan dan ritual dimana interaksi ini berdasarkan pada stigma cenderung
menjadi bermakna. Ketiga, tidak seperti ‘studi- ditiadakan karena hanya ada sangat sedikit
studi media’, beberapa kerangka kerja komunikasi isyarat yang terlihat dan hanya sedikit
yang dimediasi komputer lebih tertarik pada tanda-tanda atau perilaku yang
bagaimana ‘faktor-faktor eksternal’ memengaruhi menempatkan seorang individu dengan
peristiwa komunikasi. Dengan analisis broadcast, status sosial tertentu.
sangat sedikit eksplorasi terjadi tentang bagaimana • Dalam bukunya Cyberpower Jordan (2013)
konteks luar memengaruhi isi media; melainkan, menjelaskan, komunikasi yang dimediasi
konten media dinilai menurut bagaimana itu komputer secara inheren adalah anti-
mungkin mencerminkan atau mengekspresikan hierarkis. Karena identitas di cyberspace
realitas non-media. Keempat, walau tidak peduli jarang diidentifikasi dengan hierarki secara
pada jenis-jenis integrasi sosial yang mungkin off-line, diferensiasi berdasarkan status ini
mendukung komunikasi yang dimediasi komputer, adalah sangat sulit terjadi. Kedua, menurut
itu lebih mengarah ke integrasi informasi, yakni Spears dan Lea (2011) kapasitas many-to-
cara dimana berkomunikasi dengan komputer many dari internet menciptakan lingkungan
didasarkan dalam proses informasi yang dapat yang jauh lebih inklusif dan partisipatif
ditemukan dalam sejumlah interaksi yang dimana budaya pengecualian yang sering
dimediasi komputer. Poin terakhir ini membuka terjadi di kehidupan off-line sulit untuk
domain-domain tentang cybernetics dan dilakukan.
masyarakat informasi–bidang analisis yang dapat
secara luas dikumpulkan bersama di bawah payung 4. Demokrasi Partisipatif
teori informasi. Salah satu implikasi paling menonjol dari
Menurut Smith (1995), terdapat empat aspek konsekuensi-konsekuensi second media age adalah
interaksi virtual yang membentuk perilaku cara bagaimana untuk memungkinkan pembaruan
komunikasi yang berlangsung dalam mereka: kembali ranah publik. Pada tahun 1970-an,
• Interaksi virtual bersifat aspatial (tak kenal sejumlah pemikir mengutarakan penurunan
ruang), di mana jarak yang bertambah jauh individu dan ruang publik (Gouldner, 1976;
tidak memengaruhi peningkatan jenis Habermas, 1962, 1989, 1974; Sennett, 1978).
interaksi yang mungkin terjadi. Karena hal

46
Penjelasan Post-broadcast terhadap ranah publik pragmatif. Menurut Habermas (1989),
mengklaim jenis-jenis baru ‘perkumpulan pengembangan ranah publik demokratis seperti itu
elektronik’, dan bahkan kembalinya demokrasi bisa terjadi pada abad ke-17 dan ke-18 tetapi telah
partisipatif dengan cara komunikasi yang diencerkan pada periode saat ini oleh kenyataan
dimediasi komputer. Pada 1990-an promotor bahwa aparat media dikendalikan oleh kepentingan
paling antusias atas demokrasi elektronik datang tertentu yang secara sistematis mendistorsi isi
dari para editor majalah Wired. Jon Katz wacana publik.
memprediksi tentang munculnya ‘digital nation’ Namun, yang juga ditekankan dalam karya
(bangsa digital) di mana budaya online akan awal Habermas adalah pentingnya ‘literasi’ dalam
menawarkan sarana-sarana bagi individu untuk pembentukan wacana publik. Baginya, pers ada di
punya suara asli dalam keputusan-keputusan yang pusat bagi proyek rasional menuju demokrasi.
memengaruhi kehidupan mereka. Kevin Kelly Dengan mengambil Inggris sebagai model,
melihat di internet akan adanya kebangkitan Habermas berpendapat bahwa para pengusaha
kembali “mimpi 200-tahun Thomas Jefferson kapitalis mempromosikan ‘jagat huruf-huruf’:
tentang aktualisasi diri dari individu-individu “Ranah publik dalam bidang politik berevolusi dari
dalam demokrasi” (dikutip dalam Lax, 2012: 160) ranah publik menjadi jagat huruf-huruf” (1989: 30-
Teks kunci mengenai peran internet dalam 31). Melalui salon, teater, dan rumah kopi,
mengubah sifat ranah publik, Poster (2013) percakapan berganti jadi kritik dan bon mots (kata-
mengklaim bahwa “hubungan-hubungan sosial kata cerdas) menjadi argument, saat wacana publik
kontemporer tampaknya dibebaskan dari tingkat menjadi otonom dari gereja dan negara, kaum
dasar praktek interaktif”. Menurut Poster, forum- borjuis yang meningkat ini segera menyerukan
forum fisik untuk “praktik interaktif…, misalnya nilai-nilai pencerahan bagi ‘kebebasan berbicara’
agora, balai kota New England, gereja desa, rumah dan debat dalam langkah yang sama saat mereka
kopi, kedai, lapangan umum, gedung pertemuan, berusaha menghilangkan hambatan bagi pasar
ruang serikat kerja, taman, ruang makan pabrik, bebas (Hawisher dan Selfe, 2013). Nilai-nilai
dan bahkan sudut jalan”, sedang mengalami tersebut memungkinkan kelas-kelas terdidik dan
kemunduran. Faktor utama dibalik kemunduran berkepemilikan untuk mempertahankan power
ranah pertemuan fisik itu adalah, menurut Poster, ideologis, namun menjunjung tinggi etos
seiring dengan munculnya media broadcast yang kebebasan berkesempatan dan rasa
“mengisolasi warga dari satu sama lainnya dan kemasyarakatan yang menyertainya.
mengganti mereka dengan ruang politik yang lebih Sejauh mana internet dan teknologi-teknologi
tua”. ‘interaktif’ baru memfasilitasi dan memelihara
Poster mengambil argumen Hartley (2010) keaksaraan yang diperlukan bagi proyek rasional
bahwa untuk semua maksud dan tujuan, media Habermas adalah hal penting dalam memutuskan
broadcast adalah ranah publik: “Televisi, surat kontribusi apa yang mereka dapat lakukan bagi
kabar popular, majalah terkemuka dan fotografi, bentuk musyawarah demokratis. Tentu saja studi-
media popular dalam periode modern, adalah studi tentang bagaimana sub-sub media internet
domain publik, adalah tempat dan sarana publik biasa menunjukkan bahwa mereka sangat berbasis
diciptakan dan memiliki keberadaannya sendiri.” teks. Akan tetapi, sejauh mana komunikasi tekstual
Dalam pandangan Hartley, media memberikan seperti itu hanya reproduksi dari komunikasi off-
ruang seperti cermin yang meski kurang memiliki line dan sejauh mana komputer personal yang
kemungkinan bagi interaksi langsung, menggunakan grapich user interface bisa berbagi
memungkinkan peserta mengekspresikan opini dengan tv games dan video games dengan
publik melalui tindakan mengonsumsi media serta memanfaatkan emosi dan empati dan bukannya
berhubungan dengan budaya umum atas suatu penalaran dan penilaian. (Kaplan, 2006: 208).
wacana. Jika benar bahwa, seperti diisyaratkan Menurut narasi utopis dan etnosentris,
Hartley, media elektronik telah mencaplok dan jaringan komputer canggih yang diproduksi oleh
menggantikan ranah publik, maka banyak tekanan para ilmuwan berpandangan jauh ke depan dan
akan ditempatkan pada pemahaman atas jenis para teknisi yang berpendidikan dalam budaya
ranah publik elektronik apa yang media hasilkan. demokratis dan sangat teknologis akan berfungsi
Dalam karya sentral, The Structural untuk menghubungkan masyarakat dunia dalam
Transformation of Public Sphere (1962, 1989), komunitas global sangat luas yang menembus
Habermas mendefinisikan ranah publik sebagai batas-batas geopolitik saat ini. Dengan terhubung
domain bagi percakapan tanpa paksaan yang melalui komunitas elektronik ini, masyarakat dunia
diarahkan secara eksklusif ke persetujuan akan menemukan dan mengomunikasikan tentang

47
keprihatinan mereka bersama, kebutuhan bersama lewat media massa, sesuai dengan cara-cara
dan kepentingan-kepentingan, dengan berbeda untuk “memilih, mengelompokkan dan
menggunakan media netral budaya berupa menyebarkan informasi” (Becker dan Wehner,
komunikasi berbasis komputer. Ketika individu 2001)
dalam komunitas global menemukan melalui
komunikasi yang meningkat, bahwa kepentingan 5. Komunitas Virtual
bersama dan kesejahteraan bersama, mereka akan Pengamatan Poster (2013) bahwa tempat-
melumerkan perbedaan mereka dan tempat pertemuan virtual direplikasi dalam bentuk
mengidentifikasi cara-cara pemecahan masalah fisik berupa cybercafé. Secara simbolis maupun
global yang melampaui batas-batas negara bangsa fungsional, cybercafé ini sangat menarik. Ia sangat
(Hawisher dan Selfe, 2013). kuat menegaskan kembali ide bahwa basis jaringan
Jika kita mengambil pengamatan Hawisher, seluler untuk mendapatkan akses ke ranah publik
Selfe dan Habermas bahwa ranah publik borjuis cukup mendominasi, bahkan salah satu institusi
sangat terbatas pada kelas berpendidikan dan kelas terkuat dari kehidupan publik terwujud dapat
melek huruf, serta konsentrasi mereka secara dibuat lagi dalam komunikasi yang dimediasi
global ada di negara-negara Barat yang kuat, maka komputer. Tidak ada seorangpun yang bertemu
menjadi sulit untuk membaurkan ranah publik face to face di cybercafé, sebagaimana interaksi
lewat internet dengan sesuatu semacam ‘global face to screen menghalangi kontak dialogis dalam
village’. Saat setiap bangsa dan setiap populasi bentuk apapun selain elektronik.
adalah bagian dari dunia, ternyata tidak semua Keberhasilan bagi setiap argumen untuk
orang ambil bagian dalam arena publik yang indah mengklaim satu peran khusus bagi internet dalam
ini. pembentukan ranah publik baru terletak pada
Gitlin (2013) tidak membahas peran kemampuannya untuk membentuk kesatuan
komunikasi yang dimediasi komputer dalam jenis praktis/ imajiner dimana semua peserta memiliki
tradisional aktivitas pengambilan keputusan seperti kesempatan sama untuk ‘observasi’ dan
pemungutan suara, yang mencirikan jenis komunikasi. Kesatuan imajiner yang didalilkan ini,
demokrasi partisipatif (Sobchack, 2004), namun yang dikenal dengan frasa ‘virtual community’,
sebaliknya, menunjukkan bahwa ranah publik jarang menyatukan diri dengan fakta bahwa
elektronik, apa yang Thompson (2011) sebut internet sama sekali tidak secara teknis homogen
‘mediated publicness’, memfasilitasi model dan justru tersegmentasi menjadi berbagai properti
keterlibatan demokratis tentang ‘permufakatan’. dan kemampuan yang masing-masing membawa
Pandangan Gitlin ini sejalan dengan tesis potensi dan efek secara sosiologis dan komunikatif
Becker dan Wehner (2001), yang berpendapat yang berbeda.
bahwa media interaktif mendukung pembentukan Benar bahwa, tidak seperti televisi, internet
‘partial public’, wacana yang ditandai oleh strategi adalah network dan ‘dialogis’ karena mampu
argumentasi spesifik konteks dan tema-tema membuat dialog dua arah. Tetapi, sifat jaringannya
khusus. jarang diwujudkan dalam komunikasi secara
Becker dan Wehner masih jadi pengikut langsung, dan jarang menjadi jaringan qua-
gagasan bahwa media massa tradisional memiliki bermakna. Itu karena, sebagaimana Becker dan
peran sentral dalam memobilisasi dan Wehner (2001) tunjukkan, individu hanya pernah
melembagakan opini publik, tetapi mereka ‘menggunakan’ internet dalam sub-medium yang
berpendapat bahwa media interaktif sedang terdefinisi dengan baik.
tumbuh secara signifikan sebagai ranah bagi Bar (2000) membagi berbagai jenis interaksi
formasi bentuk-bentuk opini publik ‘pra- di internet ke dalam enam kategori:
institusional’. 1. One to one messaging (mengirimkan
Media interaktif memungkinkan jenis-jenis pesan dari satu ke satu pihak) misalnya:
alternatif opini publik ‘kealternatifan’ ini tidak email
keluar dari reaksi ideologis terhadap nilai-nilai 2. One to many messaging (mengirimkan
dominan dalam media, tetapi dari struktur pesan dari satu ke banyak) misalnya:
medium-medium interaktif itu sendiri. Dengan ‘listserv’
demikian, Becker dan Wehner mengikuti 3. Database pesan yang terdistribusi,
Neidhardt dan Gerhads dalam berargumen bahwa misalnya: USENET news groups
forum-forum berbeda bagi opini publik, 4. Real-time communications (komunikasi
berdasarkan interaksi langsung atau yang langsung) misalnya ‘Internet Relay Chat’
diperluas, lewat pertemuan semacam majelis, atau

48
5. Pemanfaatan komputer jarak jauh dalam Odeo, startup (perusahaan rintisan) yang dibangun
waktu nyata, misalnya: ‘telnet’ oleh Glass dan Williams pada tahun 2005.
6. Pencarian kembali informasi secara jarak Selain tweet, Twitter juga memiliki ciri khas
jauh, misalnya: ‘ftp’, ‘gopher’ dan World lain, yaitu Retweet dan Trending Topic World Wide
Wide Web. (TTWW). Retweet adalah istilah yang digunakan
Dapat dilihat dari daftar ini bahwa internet apabila kita setuju atau merasakan hal yang sama
menyediakan lingkungan generik bagi sejumlah dengan tweet teman kita. Sedangkan Trending
mode interaksi berbeda yang dapat bervariasi Topic World Wide (TTWW) adalah istilah yang
menurut real time atau stored time, dialog simetris digunakan saat tweet yang diposting oleh orang-
vs asimetris, mengirim dan menerima broadcast, orang berada dalam jumlah banyak, sehingga
dan mengirim atau mengambil informasi. menjadi salah satu topik di dunia. Agar bisa
Tetapi masing-masing mode interaksi ini menjadi TTWW, postingan tweet harus
berkaitan sangat berbeda dengan pembentukan menggunakan hashtag (#) sesuai dengan topik yang
yang mungkin atas ‘ranah publik elektronik’. ada.
Selain itu, kemungkinan-kemungkinan informasi Masyarakat Indonesia sangat pintar dalam
dan komunikasi dalam internet lebih sering membuat TTWW dibanding negara lain. Seperti
daripada tidak bersifat parasit bagi komunikasi acara televisi Indonesian Idol dan Hari Ibu pada 22
melalui broadcast. Pertumbuhan situs-situs Desember 2012 lalu misalnya, masyarakat
pendamping yang menyertai organisasi-organisasi Indonesia berhasil membuat Hari Ibu menjadi
media, surat kabar, produk konsumen, acara TTWW dengan hashtag #TerimakasihIbu.
olahraga, dll, telah menyediakan dorongan Perbandingan tweet yang satu dengan yang lainnya
menakjubkan bagi penggunaan pencarian hanya berkisar rata-rata 1 menit, bahkan ada yang
informasi, listserv dan database interaktif yang hanya beberapa detik saja. Ini berarti kecepatan
tersedia di internet. masyarakat Indonesia dalam memposting tweet
sangat cepat. Hal positif yang dilakukan
6. Komunikasi Politik di Media Sosial masyarakat Indonesia di Twitter adalah sebagai
Indonesia sarana promosi dalam berjualan atau yang lebih
Sebagai salah satu media sosial yang sering dikenal online shop, sebagai sarana penyampai
digunakan untuk kegiatan komunikasi politik, motivasi dari para motivator terkenal seperti Mario
Twitter mempunyai keunikan dalam melibatkan Teguh dan Felix Siauw, atau sebagai sarana
follower-nya untuk membuat suatu informasi penyampai informasi pendidikan, contohnya pada
menjadi trending topic. Twitter yang didirikan oleh akun Twitter @infoSNMPTN.
Evan William, Jack Dorsey, Christoper “Biz” Stone (http://udienroy.wordpress.com/2013/01/08/perkem
dan Noah Glass, pada tahun 2006 ini, berawal dari bangan-twitter-di-indonesia/)
jejaring sosial berbasis microblog yang lahir setelah

Bagan 1: 20 Negara dengan Akun Twitter Terbanyak

Sumber: lembaga analisis Semiocast, 2012

49
Dikutip dari Venturebeat, Indonesia duduk Data lembaga analisis Semiocast menganalisis
di peringkat ke-lima dunia dengan jumlah user data dari tweet hingga menggunakan petunjuk
Twitter mencapai 29 juta akun. Data ini di ambil di seperti penggunaan bahasa, zona waktu, profil user
tahun 2012 hingga data GPS. Dalam data yang sama, Jakarta
Jumlah tersebut mengalahkan negara-negara menjadi kota dengan jumlah tweet terbanyak
maju yang memiliki akses internet jauh lebih cepat mengalahkan kota-kota megapolitan dunia. Jakarta
seperti Korea Selatan, Belanda, Perancis, Jerman mengalahkan Tokyo, London dan New York dan
ataupun Rusia. Sedangkan negara yang berada di menempatkan Bandung di peringkat enam dunia
atas Indonesia adalah: 1. Amerika mengalahkan Los Angeles dan Paris.
Serikat dengan jumlah user mencapai 140 juta (http://www.tribunnews.com/lifestyle/2012/07/31/s
akun, 2. Brazil 40 juta akun, 3. Jepang 34 juta akun emiocast-posting-twitter-jakarta-no-1-dunia-
dan 4. Inggris 32 juta akun. Jika Amerika Serikat bandung-no-6)
mengalami penambahan user sekitar 30 juta akun, Menurut laporan terbaru dari Onavo Insight
maka Indonesia meningkat sebesar 9 juta akun pada Agustus 2013, Indonesia menjadi negara
Twitter. Jumlah tersebut lebih baik dibandingkan dengan tingkat penetrasi Twitter tertinggi di dunia,
Brazil ataupun Inggris yang memiliki kenaikan yakni mencapai 64%.
sekitar 7 juta akun. Perkembangan microblogging Twitter memang
sangat pesat dan kini sudah memiliki user lebih dari
500 juta.

Bagan 2: 20 Jangkauan Global Twitter

Sumber: Onavo Insights, 2013

50
Kepopuleran jejaring tersebut diakui banyak besar puluhan grup pendukung Jokowi ini tidak
pihak menjadi salah satu sarana efektif untuk dikoordinasi dalam satu wadah, karena setiap
menyampaikan berbagai hal, baik opini, pesan, pengguna Facebook bisa saja membuat grup
hingga iklan. Dalam laporannya, Onavo Jokowi-JK. Bahkan bisa jadi Jokowi dan Jusuf
menyebutkan bahwa penetrasi Twitter terlihat Kalla tidak tahu-menahu soal grup-grup
pesat di negara-negara berkembang seperti sukarelawan mereka di Facebook. Jumlah
Indonesia menduduki posisi pertama dengan pengguna Facebook di Indonesia sampai akhir
tingkat penetrasi sebesar 64%, Mexico 52% dan 2013 tercatat 48,8 juta orang. Pengguna Facebook
Afrika Selatan 44%. di seluruh dunia (Februari 2014) 1,23 miliar.
Berbeda dengan negara-negara berkembang Maraknya media sosial di dunia maya dalam
tersebut, negara-negara maju di dunia tidak kampanye Pilpres 2014 berkaitan dengan makin
memiliki fenomena serupa. Bahkan Jerman banyaknya pengguna internet di negeri ini.
menjadi negara dengan penetrasi terendah yakni Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
8%, Australia 15% dan Korea Selatan 11%. (APJII) mengungkapkan, jumlah pengguna internet
Demikian juga dengan negara asalnya Amerika di Indonesia meningkat 20-30 %, menjadi 80 juta
Serikat, hanya memiliki penetrasi sebesar 36% orang pada akhir 2013. Ini berarti penetrasi internet
padahal di sana pengguna iPhone adalah tumbuh menjadi 33,3 %, dibanding dengan
mayoritas. Dari riset yang dirilis Onavo terlihat penetrasi internet di sejumlah negara di kawasan
bahwa pengguna Twitter cenderung merupakan ASEAN, seperti Malaysia (60,7 %), Vietnam (33,9
pengguna dengan usia muda yang bisa diartikan %), Thailand (30 %), dan Singapura (75 %).
sebagai hal yang baik karena mengindikasikan Belajar dari pemilu Amerika Serikat seperti
perkembangan pengguna dimana hal ini halnya John F Kennedy yang memanfaatkan
berlawanan dengan pengguna Facebook yang televisi, Barack Obama merupakan presiden media
cenderung berusia dewasa dimana pengguna sosial pertama. Pada 2008, kampanye pilpres
mudanya sudah mulai meninggalkan Facebook dan Obama membuat sejarah. Bukan hanya karena
beralih ke jejaring sosial lain yang baru. Obama orang Amerika keturunan Afrika pertama
(http://www.jagatreview.com/2013/09/indonesia- yang terpilih sebagai presiden, melainkan juga
negara-dengan-tingkat-penetrasi-twitter-tertinggi- kandidat presiden pertama yang secara efektif
di-dunia) memanfaatkan media sosial sebagai strategi
Yang menarik dari komunikasi politik di kampanye utama.
media sosial ini adalah fenomena unfriend dan (http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/0
unfollow. Banyak pengguna Facebook terpaksa 6/24/0245002/semarak.media.sosial.selama.pilpres
mengambil keputusan unfriend terhadap kawan- ?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_camp
kawannya yang berbeda pilihan dan memberi aign=Ktswp)
komentar yang dianggap kurang pas. Ada juga Namun ditengah trendnya yang sedang
yang memutuskan untuk unfollow, yang artinya melambung dimasyarakat, ternyata kampanye
tetap bersahabat tetapi tidak ingin berbagi posting melalui sosial media masih kurang menjangkau
sahabatnya dibaca di timeline-nya. Jokowi Widodo masyarakat di daerah-daerah terpencil di Indonesia
memiliki 1,62 juta follower Twitter, hampir dua seperti pedalaman Kalimantan, dan masyarakat
kali lipat ketimbang follower Prabowo 905.000. daerah-daerah pegunungan yang masih jauh dari
Jumlah pengguna Twitter di Indonesia lebih jangkauan komunikasi elektronik. Dalam
dari 20 juta. Jakarta merupakan kota yang pemanfaatan jejaring sosial, banyak para oknum
penggunanya aktif ngetwit (2,4 persen dari jumlah yang tidak bertanggung jawab menyalahgunakan
twit berasal dari Jakarta). Sebagian besar pengguna “Kampanye Hitam” atau “Black Campaign” yang
Twitter berusia 16-20 tahun. Usia ini merupakan melanggar etika politik. (http://www.tempokini.
sepertiga dari 187 juta pemilih dalam Pilpres 2014. com/ 2014/06/ peran-sosial-media-sebagai-media-
Di Facebook, grup-grup pendukung Jokowi kampanye-politik/)
bertebaran dengan banyak nama. Kemungkinan

51
Dari cuplikan pegunungan karena
percakapan Twitter tentang keterbatasan sarana
pendeklarasian Capres dari pendukung.
PDIP Jokowi tersebut,
terlihat respon para
pendukung dengan nama Penutup
Projo: Pro Jokowi. Banyak Meski sebagai negara
akun yang meretweet berkembang namun tingkat
“Mega Deklarasikan” penetrasi Twitter di Indonesia
dengan hashtag #JKW4P. mengalami perkembangan
Istilah “Mega yang sangat pesat. Indonesia
Deklarasikan” mengacu menjadi negara dengan tingkat
pada konferensi pers Ketua penetrasi Twitter tertinggi di
Umum PDIP Megawati dunia, yakni mencapai 64%.
yang membacakan surat Jumlah pengguna Twitter di
mandat pendeklarasian Indonesia lebih dari 20 juta
Capres Jokowi. Sedangkan dimana Jakarta merupakan
hashtag #JKW4P memiliki kota yang penggunanya aktif
makna “Jokowi for ngetwit (2,4 persen dari jumlah
Presiden”. Singkatan dan twit berasal dari Jakarta).
tagline yang digunakan Sebagian besar pengguna
terkait Deklarasi Capres Twitter berusia 16-20 tahun,
Jokowi adalah kampanye dimana usia ini merupakan
kreatif dan aktual. Kreatif sepertiga dari 187 juta pemilih
dengan penggunaan kata dalam Pilpres 2014. Capres
yang mudah diingat seperti penyebutan JKW4P Jokowi Widodo memiliki 1,62 juta follower
yang mirip nama singkatan grup musik anak muda Twitter, hampir dua kali lipat dibandingkan
JKT48. Aktual karena menyesuaikan nilai berita follower Prabowo 905.000.
yang terjadi pada saat itu. Pertimbangan sederhana Hingga kini, media sosial Twitter terus
lainnya adalah pesan dibatasi oleh 140 karakter. bertumbuh. Twitter telah menjadi alat marketing
Selain tentang deklarasi Mega dan dukungan dalam bisnis, menjadi media kasual untuk
terhadap Capres Jokowi, dalam percakapan berkomunikasi, bahkan menjadi alat kampanye
tersebut muncul pula topik mengenai pendapat dalam berpolitik. Saat ini, orang-orang biasa hingga
Prof Amien Rais tentang Pencapresan Jokowi, tokoh-tokoh penting seperti para pemimpin negara,
Jokowi yang menjadi trending topic Twitter, Paus, selebritis, serta penyiar radio dan televisi,
ajakan untuk mengawal pelaksanaan Pileg & telah menggunakan Twitter.(http://tekno.kompas.
Pilpres serta pesan untuk tidak melakukan black com/read/2013/11/25/0929570/mengupas.buku.seja
campaign. rah.twitter.penuh.intrik)
Media sosial di Indonesia membawa Kampanye persuasif dalam politik
perubahan dalam komunikasi politik. Kampanye kontemporer di media sosial mengandalkan tiga
politik yang dulu selalu memobilisasi ribuan massa teknik yang membentuk jenis-jenis komunikasi
di suatu tempat terbuka, sekarang berubah menjadi yang relevan dengan opini publik. Pertama, karena
pertemuan jutaan orang dalam suatu grup sosmed. persuasi adalah proses dua arah, timbal-balik,
Media sosial memiliki kelebihan menjangkau persuader harus menyesuaikan imbauannya dengan
khalayak yang lebih luas dan besar dengan titik pandang pendengar karena “khalayak memilih
kecepatannya menyebarkan informasi. Selain itu komunikasi yang oleh mereka dianggap paling
sangat terbuka untuk menjangkau setiap lapisan menyenangkan”. Untuk melakukan hal itu
masyarakat baik generasi muda maupun tua, persuader mengumpulkan keterangan mengenai apa
dengan berbagai latar belakang ekonomi & yang menyenangkan bagi anggota kelompok
pendidikan. Keterbukaan media ini tidak hanya melalui teknik polling. Kedua, karena persuasi
menjadi kekuatan dalam berkomunikasi, tetapi adalah proses satu-kepada-banyak dan juga satu-
memiliki konsekuensi munculnya kampanye hitam kepada-satu, persuader menggunakan teknologi
(black campaign) yang merugikan pihak lain. yang tepat untuk menyebarkan pesan kepada
Media sosial juga memiliki kelemahan belum anggota kelompok (dalam kasus propaganda),
mampu menjangkau daerah terpencil atau wilayah perseorangan (dalam kasus periklanan massal), atau

52
kolaborator yang potensial (dalam kasus retorika). Virtual Politics: Identity and Community
Ini melibatkan pilihan antara teknologi lisan, in Cyberspace, London: Routledge.
cetakan, dan elektronik, antara penampilan pribadi, Sobchack, V. (2004), ‘Democratic Franchise and
suratkabar atau majalah, dan radio, televisi, internet the Electronic Frontier’ dalam Z. Sardar
sebagai media. Ketiga, persuader memilih sarana dan J. Ravetz (eds), Cyberfutures: Culture
dan gaya linguistik yang tepat untuk menuangkan and Politics on the Information
propaganda, periklanan, dan retorikanya. Superhighway, London: Pluto Press.
Schramm, Wilbur. 1955. “Information Theory and
Mass Communication”, Journalism
7. Daftar Pustaka Quarterly.
Buku Shea, V. (1994). Netiquette, San Fransisco: Albion
Becker, B. dan Wehner, J. (2001), ‘Electronic Books.
Media and Civil Society’, dalam Shibutani, Tamotsu. 1966. Improvised News, The
Proceedings of Cultural Attitudes Towards Bobbs-Merrill Co., Inc, Indianapolis.
Technology and Communication, 1st Smith, M. (1995). ‘Voices from the Well: The
Conference, http:// Logic of the Virtual Commons’, disertasi
www.it.murdoch.edu.au/~sudweeks/catac9 PhD. University of California,
8/ http://www.netscan.
Gitlin, T. (2013). ‘Public Sphere or Public sscnet.ucla.edu/soc/csoc/papers/voices/Voi
Sphericules?’ dalam T. Liebes dan J. ces.htm
Curran (eds), Media, Ritual, Identity, Spears, R. dan Lea, M. (2011). ‘Panacea or
London: Routledge. Panopticon? The Hidden Power of
Habermas J. ([1962] 1989). The Structural Computer-Mediated Communication’,
Transformation of the Public Sphere: An dalam Communication Research, Vol 21,
Inquiry into Bourgeois Society, Cambrige: No. 4: 427-59.
Polity. Stephenson, William. 1967. The Play Theory of
Hartley, J. (2010). The Politics of Pictures: The Mass Communication, University of
Creation of the Public in the Age of Chicago Press, Chicago.
Popular Media, New York: Routledge. Turkle, S (2012). Life on the Screen: Identity in the
Hawisher, G.E. dan Selfe, C.L. (2013). Age of the internet, New York: Simon and
‘Introduction: Testing the Claims’, dalam Schuster.
Global Literacies and the World Wide Thompson, J.B. (2011), The Media and Modernity:
Web, London: Routledge. A Social Theory of the Media, Stanford,
Holmes, D. 2005. Communication Theory: Media, CA: Stanford University Press.
Technology & Society. London: Routledge Wright, Charles. 1959. Mass Communication: A
Jordan, T. (2013). Cyberpower: The Culture and Sociological Perspective, Random, House,
Politics of Cyberspace and the internet, New York.
London: Routledge.
Kaplan, N (2006). ‘Literacy Beyond Books’ dalam Internet
A. Herman dan T. Swiss (eds), The World Dahlan Dahi 2012. Semiocast: Posting Twitter
Wide Web and Contemporary Cultural Jakarta no. 1 Dunia, Bandung no. 6, 31 Juli
Theory, London: Routledge. 2012, diakses 1 Juli 2014,
Lax, S. (2012). ‘The Internet and Democrazy’ http://www.tribunnews.com/lifestyle/2012/
dalam D. Gauntlett (ed.). Web Studies: 07/31/semiocast-posting-twitter-jakarta-
Rewiring Media Studies for the Digital no-1-dunia-bandung-no-6
Age, Oxford: Oxford University Press. Ninis Chairunnisa 2014, Kenapa-Jokowi-
Mattelart, A (2010). Networking the World, 1794- Nyatakan-Jadi-Capres-di-Marunda, 14
2000, Minneapolis & London: University Maret 2014, diakses 14 Juni2014.
of Minnesota Press http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/03/
Nimmo, Dan. 2005. Political Communication and 14/269562236/Kenapa-Jokowi-Nyatakan-
Public Opinion in America. Goodyear Jadi-Capres-di-Marunda
Publishing Co. Reza Wahyudi 2014,
Poster, M. (2013) ‘Cyberdemocrazy: Internet and Mengupas.buku.sejarah.Twitter.penuh.intr
Public Sphere’, dalam D. Holems (ed.), ik, 25 November 2013, diakses 14 Juni
2014.

53
http://tekno.kompas.com/read/2013/11/25/
0929570/mengupas.buku.sejarah.twitter.pe
nuh.intrik
Rizviany Saputri 2014. Peran Sosial Media
Sebagai Media Kampanye Politik, 7 Juni
2014, diakses 1 Juli
2014,http://www.tempokini.com/2014/06/
peran-sosial-media-sebagai-media-
kampanye-politik/
Robert Adhi KSP. Semarak Media Sosial Selama
Pilpres, 24 Juni 2014, diakses 1 Juli
2014,http://indonesiasatu.kompas.com/rea
d/2014/06/24/0245002/semarak.media.sosi
al.selama.pilpres?utm_source=WP&utm_
medium=box&utm_campaign=Ktswp
Udienroy 2013. Perkembangan Twitter di
Indonesia, 8 Januari 2013, diakses 1 Juli
2014,
http://udienroy.wordpress.com/2013/01/08/
perkembangan-twitter-di-indonesia/
Tim Jagatreview. Indonesia Negara dengan
Penetrasi Twitter Tertinggi di Dunia, 30
September 2013, diakses 1 Juli 2014,
http://www.jagatreview.com/2013/09/indones
ia-negara-dengan-tingkat-penetrasi-twitter-
tertinggi-di-dunia

54

You might also like