You are on page 1of 12

105

Etika Komunikasi Politik dalam Ruang Media Massa

Roni Tabroni
Program StudiIlmu Komunikasi Universitas
Sangga Buana (USB) YPKP Bandung Jl. PHH.
Mustofa No. 68 Kota Bandung
HP. 08157191331, e-mail: roni_tepas@yahoo.com

Abstract

The development of democracy in this country raises the possibility of political practi-
tioners to campaign openly. Mass media as part of a political communication channel has al-
ways been an important target for political socialization. However, in practice, the mass media
always ignore the ethical aspects of political communication process, so it tends to go far and
without control. This research aims to uncover the facts on the reality associated with patterns
of behavior of politicians and success team in political communication using the mass media. If
the political communication process is not accompanied with ethics, then society as media con-
sumers will become victims. This research used qualitative method with descriptive approach,
so as to reveal the true reality. This study reveals the existence of unethical behavior committed
by the politicians, who on a particular side and then actually do the cooperation with the mass
media. Mass media in their profession must adhere to the Code of Journalistic Ethics, but in fact
become more flexible when faced with the political realities. These findings further clarify that
the lack of knowledge about ethics in political communication, for the politician and his team,
make a problem in conveying political messages in the mass media.

Abstrak

Perkembangan demokrasi di Indonesia semakin membuka peluang praktisi politik untuk


melakukan kampanye secara terbuka. Media massa sebagai bagian dari saluran komunikasi politik,
menjadi target penting untuk melakukan sosialisasi politik. Dalam praktiknya, media massa mengabaikan
aspek etika dalam melakukan proses komunikasi politik, sehingga cenderung kebablasan dan tanpa
kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan terkait dengan pola perilaku
politisi dan tim suksesnya dalam melakukan komunikasi politik dengan menggunakan media massa.
Jika proses komunikasi politik tidak dibarengi dengan etika maka masyarakat sebagai konsumen me-
dia akan menjadi korban. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, sehingga dapat
mengungkap realitas yang sebenarnya. Penelitian ini mengungkapkan adanya perilaku tidak etis yang
dilakukan para politisi, yang pada sisi tertentu kemudian justru melakukan kerjasama dengan pihak
media massa. Media massa yang dalam menjalankan profesinya mesti taat pada Kode Etik Jurnalistik,
namun kenyataannya menjadi lebih fleksibel ketika dihadapkan pada realitas politik di lapangan. Te-
muan ini semakin memperjelas bahwa minimnya pengetahuan tentang etika dalam komunikasi politik
bagi politisi dan timnya, menjadi problem dalam menyampaikan pesan-pesan politik lewat media massa.

Kata Kunci: Etika, Komunikasi politik, Media massa


106 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 106

Pendahuluan kan oleh orang per orang. Keluasan jangkauan dan


kedalaman pengaruh media massa selalu menja-
Aktivitas politik pada dasarnya merupakan di buruan para komunikator politik. Bagaimana
aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari berbagai sebuah pesan politik bisa sampai kepada publik,
bentuk aktivitas manusia. Baik secara langsung sangat tergantung kepada sejauh mana para ko-
ataupun tidak, manusia akan selalu bersinggungan munikator politik bisa menyertakan media massa
dengan aktivitas politik. Terlebih, ketika iklim de- dalam setiap aktivitas komunikasi politiknya.
mokrasi seperti diIndonesia terbuka lebar, aktivitas Dalam konteks inilah media massa menjadi
politik meningkat berbarengan sebagai salah satu sangat penting untuk kepentingan komunikasi
imbas dari produk politik yang mengharuskan ada- politik. Setidaknya, media massa memiliki lima
nya pemilihan kepala daerah secara langsung. fungsi yang dapat dimanfaatkan komunikator po-
Sedikitnya, ada empat momentum politik litik untuk mewujudkan tujuannya. Pertama, fung-
secara langsung bersinggungan dengan publik. si informasi. Media massa selalu menjadi sumber
Pertama, Pemilihan Umum (pemiihan anggota informasi dalam berbagai tayangan atau peristiwa
legislatif). Kedua pemilihan Presiden secara lang- politik yang terjadi di berbagai belahan planet bumi
sung. Ketiga, pemilihan gubernur secara langsung. termasuk aktivitas aktor-aktor politik dengan sikap
Keempat, pemilihan Bupati atau Walikota secara dan perilaku politik yang melekat pada para aktor
langsung. tersebut.
Keempat momentum di atas merupakan Sebagai fungsi informasimedia massa lebih
sebuah hajat politik yang mau ataupun tidak akan menitikberatkan kepada unsur-unsur berita yang
sangat bersentuhan dengan rakyat banyak. Alasan berefek politik. Erich Evert dalam buku “Offent-
tersebut membuat hajat ini harus dipersiapkan lichkeit in der Aussen Politik” sebagaimana di-
secara matang, memerlukan energi luar biasa, da- kutif Harun (2006), mengemukakan unsur-unsur
na, dan pemikiran. Kini semua pemilihan pemim- yang harus dipenuhi dalam pemberitaan politik
pin menggunakan sistim langsung oleh rakyat, se- yaitu; publisitas, aktualitas, dan popularitas.
hingga diperlukan sebuah kecerdasan luar biasa Fungsi kedua, fungsi partisipasi. Hal ini
agar bagaimana rakyat banyak dapat menjadi ba- menunjukkan bahwa setiap unsur berita harus
gian dari komunitas yang mendukung dan memilih mampu membangkitkan keikutsertaan masyarakat
seseorang yang bermaksud untuk menjadi anggota di dalam turut mendukung segala kebijaksanaan
dewan ataupun pemimpin publik. pemerintah selama kebijaksanaan tersebut berkait
Dalam konteks inilah bagaimana kemudi- dengan kepentingan masyarakat.
an aktivitas politik dikomunikasikan secara terbu- Fungsi ketiga, sosialisasi dan pendidikan
ka plus menjadi sebuah tantangan dalam proses politik. Fungsi ini untuk meningkatkan kualitas
pengemasannya. Di sinilah makna komunikasi rujukan masyarakat di dalam menerima dan mem-
politik menjadi sangat penting dalam melakukan pertahankan sistem nilai atau sistem politik yang
aktivitas kampanye politik. Sebuah kepentingan sedang berlangsung. Kedua bentuk kegiatan ini
politik tidak mungkin bisa tercapai tanpa dibarengi merupakan proses belajar yang berlangsung dalam
dengan aktivitas komunikasi politik yang baik. waktu lama.
Hanya saja, sejauhmana aktivitas komu- Fungsi keempat, yaitu mengembangkan
nikasi politik ini dilakukan, maka semuanya sa- budaya politik yang disebut juga fungsi politisasi.
ngat tergantung kepada kecerdasan para komu- Fungsi ini merupakan fungsi penentu terhadap
nikator politik atau para politisi yang memiliki ke- fungsi-fungsi lainnya, karena fungsi budaya politik
pentingan politik dalam memenej pesan-pesan yaitu fungsi untuk membentuk pola perilaku yang
politik kemudian menyampaikannya ke publik. memberi warna dominan terhadap karakter suatu
Salah satu aspek penting dalam aktivitas bangsa.
komunikasi politik adalah media massa. Sebagai Fungsi kelima, yaitu fungsi integritas
produk dari aktivitas jurnalistik, media massa bangsa. Fungsi ini merupakan syarat mutlak bagi
memiliki kelebihan yang tidak mungkin dilaku- kehidupan negara di dalam mencapai tujuannya.
107 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 107

Oleh sebab itu media massa harus mampu me- itu iklan maupun pemberitaan, namun yang penting
ngembangkan pemikiran-pemikiran integralistik adalah bagaimana pihaknya mendapatkan ma-
dalam artian bahwa media massa harus etnis sukan materi yang banyak.
budaya, sukuisme, provinsialisme, dan pemikiran- Terkait dengan sosialisasi politik di atas,
pemikiran lain ke pemikiran nasionalistik. Krech (1962: 275) menjelaskan pentingnya me-
Persoalan selanjutnya adalah aktivitas mahami hal ini paling tidak lewat beberapa teori-
pesan-pesan politik seringkali disampaikan kepada nya yang berkenaan dengan proses sosialisasi
publik dengan cara-cara yang kurang baik. Baik pesan-pesan politik. Dalam teori sosialisasi pesan
dalam konteks kultural maupun kode etik. Baik politiknya ini, Krech paling tidak menyebutkan dua
kultur maupun kode etik, keduanya menempati hal penting yang terlibat dalam proses komunikasi:
posisi sangat penting dan harus diperhatikan oleh pertama, kesamaan individualdalam aspek kognisi
para komunikator politik dalam mengemas kepen- (cognitions), kehendak (wants), dan sikap (atti-
tingan politiknya kemudian menyampaikannya tudes). Kedua, bahasa, dalam hal ini, merupakan
kepada publik. simbol komunikasi yang meliputi kata-kata, yang
Seiring perkembangan demokrasi, kini oleh Krech disebut sebagai alat kontrol perilaku
komunikasi politik pun semakin berkembang de- sendiri dan juga perilaku orang lain.
ngan memasuki area marketing. Karenanya, kini Dalam konteks sosialisasi politik, secara
dalam dunia politik tanah air pun dikenal istilah spesifik teori ini lebih jauh menjelaskan bahwa
marketing politik. Walaupun masih relatif baru, proses sosialisasi politik (political socialization)
namun marketing politik di tanah air menurut itu meliputi aspek-aspek bagaimana seseorang
(Nursal, 2004) sudah lebih dari satu dekade digu- belajar politik, kelembagaan politik, dan bagai-
nakan oleh para politisi kita. mana seseorang pada akhirnya berperilaku poli-
Marketing politik secara konsep dan se- tik tertentu.
bagian praktiknya, ilmu ini lebih berkembang di Begitu pentingnya sosialisasi politik, maka
tahun 1980-an, seiring dengan perkembangan etika menjadi bagian tidak terpisahkan, sebab
media massa televisi di Negara kita, khususnya pesan tersebut akan sangat berpengaruh kepada
kemunculan televisi swasta yang bersifat nasional masyarakat yang melakukan proses pembejalaran
itu. Pada saat itu, televisi memegang peran penting politik. Untuk itu, di sinilah etika menjali sangat
dalam menyampaikan pesan-pesan komersial penting. Sebuah aktivitas kampanye politik pada
kepada pasar. Sedangkan di Negara maju seperti dasarnya tidak terjadi pada ruang kosong, ma-
Amerika Serikat sendiri, kita mencatat proses syarakat sebagai konsumen media tentu mem-
kemenangan Bill Clinton sebagai salah satu contoh butuhkan konten yang lebih mendidik, tidak se-
penting dimana proses marketing politik itu betul- kedar isi yang akhirnya menyesatkan atau mem-
betul bisa terbukti efektif–di samping kemenang- bangun persepsi negatif. Penting ini menjadi pen-
an Kenedy yang sangat legendary itu karena di- ting dalam rangka menemukan aspek etika dalam
anggap simbol kemenangan media dalam me- konteks komunikasi politik di tengah kepentingan
ngantarkan Kanedy setelah melalui proses reka- politik di satu sisi dan kepentingan materi pihak
yasa kamera dalam berbagai agenda kampanye- media di sisi yang lain.
nya. Penelitian ini bertujuan untuk mengung-
Seiring euforia dunia politik yang sangat kap aktivitas komunikasi politik dalam ruang me-
terbuka ini–karena sistem pemilihan dilakukan dia massa yang terkadang dilakukan secara ber-
secara langsung oleh rakyat–maka dunia politik lebihan. Ada kecenderungan, euforia demokrasi
berjalan terkadang menghalalkan segala cara. Hal membuat media massa cenderung lost control da-
ini juga ditengarai dengan semakin terbukanya lam memfasilitasi aktivitas politik yang dilakukan
posisi media mengingat bahwa setiap momentum baik personal maupun kelembagaan. Keberada-
politik merupakan ladang iklan yang cukup besar. an aturan penayangan iklan di media massa seolah
Gayung bersambut, pihak media terkadang tidak tidak menjadi acuan yang berlaku bahkan cen-
begitu ketat dalam mem-perhatikan konten baik derung diabaikan.
108 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 108

Metode Penelitian menggali dan memperdalam informasi tentang


aspek kesejahteraan dalam masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian ini dilakukan di media cetak lo-
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode kal yang ada di Kota Bandung yaitu HU Bandung
deskriptif bertujuan untuk mengeksplorasi subjek Ekspres. Pemilihan media ini mengingat sebagai
penelitian dengan lebih mendalam secara rinci. De- group dari Jawa Pos, Bandung Ekspres merupa-
ngan metode ini tergali informasi yang mendalam kan media lokal yang cukup eksis, terlebih dalam
tentang persoalan etika dalam aktivitas komunika- proses Pemilukada di Kabupaten Bandung. Ban-
si politik yang menggunakan media massa. Se- dung Ekspres pada Pemilukada Kabupaten Ban-
lain itu, penelitian ini juga menganalisis tentang dung memiliki peran strategis, hingga redaktur
beberapa hal yang diteliti seperti aspek komuni- sendiri turun tangan untuk langsung menggawa-
kator politiknya, juga dari sisi medianya sendiri. ngi dan terjun kelapangan. Pemilukada Kabupaten
Penelitian ini menghasilkan sebuah gambaran yang Bandung menjadi penting, mengingat dalam
jelas tentang konsep komunikasi politik yang ber- berbagai Pemilukada tingkat dua di Jawa Barat,
etika. Kabupaten termasuk yang paling dinamis. Selain
Dalam operasional penelitian, peneliti terjadi dua putaran, dinamikanya sangat alot dan
melakukan wawancara, pengamatan ditambah berakhir di Mahkamah Konstitusi (MK).
dengan studi pustaka, kemudian berusaha mema- Pada tahap pengumpulan data, yang di-
hami dan menganalisanya. Langkah-langkah di gunakan dalam mengumpulkan data primer dan
lapangan dilakukan secara sistematik sebagai usaha data sekunder. Penelitian ini menggunakan meto-
untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang telah de penelitian deskriptif dengan pendekatan kuali-
disiapkan. tatif, maka teknik pengumpulan data penelitian di-
Untuk melengkapi data dalam upaya gunakan metode wawancara, studi pustaka, dan
memperoleh data yang akurat tentang penelitian observasi (pengamatan).
ini, dilakukan wawancara dengan sumber data, Proses penelitian dilakukan secara ber-
yaitu redaktur media massa dan politisi sebagai tahap. Pada langkah awal dimulai dengan pengum-
pihak yang memiliki kepentingan politik. Dalam pulan data (data collection). Kemudian hasil dari
wawancara yang bersifat mendalam (in-deph in- pengumpulan tersebut direduksi. Kegiatan reduk-
terview), pola tanya jawab berlangsung cair dan si ini melingkupi merangkum, memilih hal-hal
dikemas dalam sebuah percakapan bebas namun pokok dan memfokuskan pada hal-hal penting dari
dalam kolidor tema yang telah ditentukan oleh sejumlah data lapangan yang telah diperoleh dan
peneliti. mencari polanya. Penelitian ini menggunakan
Untuk menentukan jumlah ideal infor- teknik pengumpulan data melalui pengamatan
man ditentukan pada saat penulis mengadakan berperan serta (observasi partisipatoris), wa-
penelitian di lapangan dengan menggunakan tek- wancara mendalam, dan analisis dokumen (me-
nik purposif (berpatokan kepada kecukupan data). tode historis).
Halini diperlukanguna memperoleh deskripsi serta Dalam proses analisis data, penelitian ini
melacak informasi yang ada, kemudian peneliti dimulai dengan menelaah seluruh data yang terse-
menghentikan pencarianinforman karena informasi dia dari berbagaisumber, yaitu wawancara, penga-
yang ditemukan sudah dianggap tidak ditemukan matan yang sudah ditulis hasildari surveylapangan
lagi variasi informasi (data telah jenuh) atau sudah dan sebagainya. Dalam proses ini juga dilakukan
terjadi replikasi perolehan informasi. pemeriksaan data (editing data) guna memastikan
Untuk kepentingan analisis, sesuai dengan kelengkapan informasi dan data sesuai dengan
tema pokok penelitian ini, maka penelaahan ba- kebutuhan penelitian.
han-bahan literer merupakan bagian dari proses Aspek keabsahan penelitian ini dapat
pencarian data itu sendiri. Pengumpulan dokumen diperoleh melalui tingkat akurasinya dengan mem-
merupakan cara lain yang diterapkan dalam me- perhatikan beberapa criteria, yaitu; derajat keper-
ngumpulkan data penelitian yang bertujuan untuk cayaan (credibility), keteralihannya (transferabi-
109 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 109

lity), kebergantungan (dependability), dan tingkat kepada publik dengan baik, tetapi di sisi lain juga
kepastian (confirmability). harus mengayomi aspirasi bagian marketing
yang tidak ingin kehilangan iklan. Sebab bagai-
Hasil Penelitian dan Pembahasan manapun, iklan merupakan “nyawa” dalam in-
dustri media massa.
Penelitian ini memberikan informasi Secara profesi sesungguhnya para war-
tentang adanya fakta media massa sesungguhnya tawan memiliki Kode Etik Jurnalistik, namun da-
tidak bisa lepas dari prinsip subjektivitas. Prinsip lam penerapannya, kode etik tersebut kemudian
pertama dalam media massa sebenarnya sudah menjadi lebih fleksibel, disesuaikan dengan kon-
dilanggar pada teorinya setiap media massa harus disi lapangan. Semakin kuat tekanan datang ke-
hadir dalam prinsip objektifitas. Di tengah hiruk pada mereka, semakin fleksibel kode etik tersebut.
pikuk politik, media massa kemudian berubah Pada aspek yang lain, apa yang menjadi
menjadi sebuah sarana kampanye politik yang ti- “pelanggaran” di wilayah media massa sesung-
dak lagi objektif tetapi sangat subjektif. guhnya merupakan ibmas atau efek dari perilaku
Sumber penelitian menjelaskan pada da- politik yang sengaja “diciptakan” oleh para poli-
sarnya media massa ingin menyampaikan berita tisi yang berkepentingan atau setidaknya tim suk-
seobjektif mungkin. Namun dalam perjalanan- ses yang memanfaatkan kelemahan media. Me-
nya, media massa juga selalu tidak kuasa mene- nekan media lewat iklan tentu merupakan perilaku
rima kedatangan kandidat Bupati dan atau Wakil halus, tidak terlihat, padahal berakibat fatal pada
Bupati yang mampir bersilaturahim ke medianya. proses komunikasi politik yang diciptakannya.
Dalam kondisi seperti itu, media massa jelas akan Setidaknya hal itu akan membangun citran buruk
mengalami dilema, sebab kehadiran para politisi bagi medianya jika dilakukan terlalu berlebihan.
tentu bukan tanpa tujuan. Sejak awal memang para politisi sudah
Pada awalnya, para politisi datang ke re- membuat target beberapa media yang berpenga-
daksi media hanya menyampaikan visi-misi, ingin ruh di Kabupaten Bandung sebagai media yang
berdiskusi tentang visi daerahnya ke depan dan akan dikunjungi. Dengan menentukan salah satu-
meminta masukan dari berbagai pihak. Sampai nya adalah HU Bandung Ekspres maka di situlah
batas ini, tentu media masih dapat memberikan kemudian diciptakan strategibagaimana agar pas-
porsi yang berimbang dan relatif objektif. Namun, ca kunjungan, media tersebut bisa berpihak ke-
sering kali setiap politisi datang ke redaksi, senan- padanya.
tiasa menawarkan iklan yang jumlahnya cukup Biasanya, pola strategi dilakukan dengan
besar. Sebagi media lokal, iklan politik sebenarnya meminimalisir cost namun ingin hasil yang maksi-
sangat menggiurkan. mal. Walaupun tidak membayar wartawan atau
Konflik kepentingan simulai saat iklan redakturnya, politisi cukup menyediakan cost
itu masuk. Biasanya redaksi senantiasa “teran- iklan di media massa lokal tersebut. Pada dasar-
cam” oleh pihak marketing jika membuat berita nya, iklan di media lokal relatif murah, sehingga
yang menyudutkan pengiklannya, sebab itu arti- rata-rata politisi tidak keberatan. Namun dengan
nya ancaman bagi iklan yang masuk. Redaktur pola pasang iklan ini, ke depannya pihak yang ber-
pun mengaku bahwa persoalan iklan politik se- kepentingan dengan jabatan, akan dapat lebih de-
ringkali menjadi dilema dan membuat pihaknya kat dengan media itu, baik di tataran elit (kandi-
tidak lagi dapat membuat berita yang berimbang dat – redaktur) maupun di lapangan (kandidat
atau objektif tentang kandidat yang sudah mema- dan tim sukses – wartawan).
sang iklan dengan harga cukup besar. Fakta yang juga mencerminkan perilaku
Prinsip keberimbangan dalam media politisi di lapangan terkait dengan media adalah
massa, akhirnya buyar dikala “pesta” iklan itu bagaimana para politisi ketika membuat per-
dimulai di saat-saat momentum politik itu hadir. nyataan-pernyataan yang menyudutkan pihak lain.
Bagaimana misalnya para redaktur harus menga- Terungkap, beberapa kali press converence, ada
tur konten agar tetap memberikan informasi politisi yang selalu mengungkapkan kampanye
110 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 110

negatif. Tidak jarang juga ada pihak yang menjelek- Media Massa Politisi / Lembaga
Politik
jelekan pihak lain tanpa dasar yang jelas. Bahkan
ada yang terungkap juga, politisi yang ketika
wawancara khusus dengan wartawan Bandung Makna Politik
Ekspres kemudian mengatakan sesuatu yang
sangat tidak pantas. Dengan pancingan-pancingan
khas seorang wartawan, politisi sepertinya tidak
sadar bahwa dia sedang berbicara dengan siapa. Publik

Beberapa kali berita yang dimuat dan su-


dah sampai ke pembaca, kemudian dikomplain Gambar 1. Pola Pemberitaan Media Massa Cetak Lokal
oleh narasumber. Bahkan menurut redakturnya, Keterangan gambar:
sampai ada yang memaki-maki karena tidak me- Bagan ini mengingatkan kita pada pola media tradisional yang
cenderung linier dan menganggap publik sebagai objek. Hal ini
rasa bicara seperti yang ada dalam berita. Bebe- dilakukan sebab dalam penelitian ini, media massa cetak lokal
rapa kali pula, menurut redaktur, ahirnya harus masih merasa penting bersinergi dengan kepentingan politik
membeberkan bukti bahwa apa yang ditulisnya sehingga melahirkan makna politik yang subjektif, dari pada
mementingkan kepentingan publik. Sangat wajar jika publik
berdasarkan pembicaraan nara sumber. kemudian melakukan reaksi balik kepada media dengan protes
Tindakan yang paling ekstrim adalah keti- yang terkadang dilakukan secara kasar dan tidak beretika pula.
ka HU Bandung Ekspres benar-benar mendapat
tekanan fisik secara langsung. Akibat tidak puas tentang makna baru dari arti objektivitas berita.
dengan pemberitaan, banyak orang-orang bahkan Perilaku wartawan dan redaktur lebih memberikan
Ormas tertentu yang mendatangi kantor HU informasi tentang arti subjektifitas dalam pem-
Bandung Ekspres hanya untuk mencaci maki, buatan berita dengan tujuan untuk mengarahkan
memarahi wartawan dan redaktur, dan hampir publik agar sesuai dengan pesanan pihak yang
berbuat anarkis. Kejadian yang terjadi beberapa berkepentingan dengan politik tersebut.
kali ini akhirnya selalu bisa diselesaikan, karena
pihak media memiliki bukti yang kuat tentang dasar Konseptualisasi Komunikasi Politik
beritanya.
Dalam kacamata komunikasi politik, ten- Jika dilihat dari kacamata teoritis, apa
tu saja apa yang dilakukan para politisi baik itu yang terjadi di lapangan (dinamika komunikasi
berupa pernyataan maupun perilaku fisik (wa- politik dan media massa) terkadang bertentangan.
laupun mengutus orang lain), sama saja merupa- Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber
kan perilaku politik yang perlu dicermati.Apa yang membangkitkan respon pada penerima melalui pe-
dilakukannya baik perkataan (verbal) maupun nyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau
perbuatan (non verbal), merupakan bahan kajian simbol baik bentuk verbal (kata-kata), tanpa harus
etika politik yang cukup menarik. memastikan terlebih dahulu bahwa kedua pihak
Pola pemberitaan media massa dalam yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol
konteks politik telah memberikan pelajaran ke- yang sama. Simbol dapat pula merepresentasi-
pada publik tentang arti politik sebagai bentuk kan suatu konsep atau gagasan yang lebih abstrak.
pendidikan politik yang dilakukan media massa Pendeknya, sebagaimana dikatakan Geert Hof-
kepada publik. Namun apa yang terjadi dengan stede, simbol adalah kata, jargon, isyarat, gam-
kondisi di lapangan, media massa menyampaikan bar, gaya (pakaian, rambut), atau objek (simbol
pesan baik lewat gambar (foto) maupun berita status) yang mengandung suatu makna tertentu
yang cenderung lebih subjektif. Proses penyama- yang hanya dikenali oleh mereka yang menganut
an makna dalam media cetak lokal seperti ini tidak suatu budaya.
begitu berlaku, yang terjadi justru pemaksaan pe- Setiap aktivitas komunikasi pasti memiliki
san politik yang dilakukan setelah melakukan tujuan. Guna mengefektifkan tujuan-tujuan pesan
proses transaksi berupa iklan. itu maka diperlukan semacam pengetahuan atau
Aktivitas komunikasi politik dalam ruang paling tidak keterampilan khusus. Kendati aktivitas
media massa cetak lokal ini memberikan informasi komunikasi tidak perlu belajar, namun pada
111 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 111

kenyataannya komunikasi tidak semudah yang Ketiga, dimensi penilaian normatif. Se-
dibayangkan. Banyak aktivitas komunikasi yang bagian definisi menghendaki adanya kesuksesan
kemudian tidak menghasilkan makna yang berar- atau akurasi seperti “komunikasi adalah per-
ti. Pesan komunikasi tidak direspon orang lain se- tukaran verbal dari pikiran”, sedangkan sebagian
perti yang kita harapkan. lagi tidak seperti “komunikasi adalah proses
Di sinilah terlihat bahwa komunikasi tidak transmisiinformasi”.
semata-mata aktivitas rutin yang berjalan apa Dari beberapa dimensi dasar untuk men-
adanya, tetapi juga harus dipelajari dan dikaji lebih definisikan komunikasi di atas, pada dasarnya ki-
dalam. Ketidak efektifan komunikasi paling tidak ta dapat menarik benang merah sebagai berikut;
mengisyaratkan ketidakmampuan manusia da- (1) Komunikasi merupakan proses di mana in-
lam menjalankan fungsi-fungsi komunikasi seca- dividu dalam hubungan orang lain, kelompok,
ra baik. Hal ini sangat wajar, sebab kata Deddy organisasi atau masyarakat-merespon dan men-
Mulyana (2003), komunikasi memang sangat ru- ciptakan pesan untuk berhubungan dengan ling-
mit dan pelik sekali. Komunikasi menyangkut ber- kungan dan orang lain; (2) Komunikasi merupa-
bagai aspek kehidupan kita. Komunikasi sangat kan proses pertukaran informasi, biasanya mela-
dipengaruhi oleh banyak faktor. Kesalahan banyak lui sistem simbol yang berlaku umum, dengan ku-
orang adalah selalu memukul rata setiap lawan ko- alitas bervariasi; (3) Komunikasi terjadi melalui
munikasinya, atau paling tidak menganggap bah- banyak bentuk, mulai dari dua orang yang berca-
wa mereka memiliki tradisi komunikasi yang sama kap secara berhadap-hadapan, isyarat tangan,
dengan kita. Apa yang dilakukan oleh politisi di hingga pada pesan yang dikirim secara global ke
atas, ketika berhadapat dengan wartawan, meru- seluruh dunia melalui jaringan telekomunikasi;
pakan contoh terang dimana dia menyederhana- (4) Komunikasi adalah proses yang memung-
kan makna komunikasi yang pada dasarnya cukup kinkan kita berinteraksi (bergaul) dengan orang
kompleks. lain. Tanpa komunikasi kita tidak akan mungkin
Stephen W. Littlejohn, mengatakan bah- berbagi pengetahuan atau pengalaman dengan
wa ada beberapa dimensi dasar yang digunakan orang lain. Proses berkomunikasi dalam halini bisa
untuk mendefinisikan komunikasi (Muhamad melalui ucapan, tulisan, gerak tubuh, dan penyi-
Mufid, 2009). Pertama, adalah level observasi atau aran.
tingkat keabstrakan, yakni beberapa definisi Dari benang merah tersebut, dapat teri-
bersifat luas dan inklusif (terbuka) sedangkan dentifikasi anatomi komunikasi. Secara menda-
sebagian lain justru bersifat terbatas. Misalnya, sar, komunikasi mempunyai enam unsur sebagai
definisi yang megatakan bahwa “komunikasi ada- berikut; (1) Komunikasi melibatkan hubungan
lah proses yang menghubungkan bagian-bagian seseorang dengan orang lain atau hubungan se-
dunia satu sama lain” tentu bersifat umum. Se- seorang dengan lingkungan, baik dalam rangka
dangkan komunikasi sebagai “proses mengirim- pengaturan atau koordinasi; (2) Proses, yakni akti-
kan pesan dan perintah militer melalui telepon” vitas yang nonstatis, bersifat terus menerus. Ke-
adalah definisi yang terbatas. tika dua orang bercakap-cakap tentu tidak diam
Kedua, level intensionalitas (kesengaja- saja. Di dalamnya ada perencanaan, pengaturan
an). Sebagian definisi komunikasi menekankan nada, menciptakan pesan baru, menginterpre-
pada ada kesengajaan penyampaian pesan, se- tasikan pesan, merespon atau mengubah posisi
mentara sebagian lain tidak membatasi pada as- tubuh agar terjadikesesuaian dengan lawan bicara;
pek kesengajaan ini. Contoh yang pertama adalah (3) Pesan, yaitu tanda (signal) atau kombinasi
komunikasi sebagai “situasi di mana sumber tanda yang berfungsi sebagai stimulus (pemicu)
menyampaikan pesan dengan sadar untuk me- bagi penerima tanda. Pesan dapat berupa tanda
mengaruhi perilaku penerima pesan”. Sedang- atau simbol. Sebagian dari tanda dapat bersifat
kan contoh yang kedua adalah, “komunikasi di- universal, yakni dipahami oleh sebagian besar
lihat sebagai proses distribusi monopoli innfor- manusia di seluruh dunia, seperti senyum sebagai
masi kepada orang lain”. tanda senang atau asap sebagai tanda ada api.
112 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 112

Tanda bersifat lebih universal daipada simbol. Ini pesan politik kemudian menyampaikannya ke
dikarenakan simbol dibuat berdasarkan kese- publik.
pakatan. Karena terbentuk melalui kesepakatan, Salah satu aspek penting dalam aktivitas
maka simbol tidak bersifat alami dan tidak pula komunikasi politik adalah media massa. Sebagai
universal; (4) Saluran (channel), adalah wahana produk dari aktivitas jurnalistik, media massa
di mana tanda dikirim. Channel bisa bersifat vi- memiliki kelebihan yang tidak mungkin dilaku-
sual (dapat dilihat) atau aural (dapat didengar); kan oleh orang per orang. Keluasan jangkauan
(5) Gangguan (noise), segala sesuatu yag dapat dan kedalaman pengaruhnya media massa se-
membuat pesan menyimpang, atau segala sesuatu lalu menjadi buruan para pomunikator politik. Ba-
yang dapat mengganggu diterimanya pesan. gaimana sebuah pesan politik bisa sampai kepada
Noise bisa bersifat fisik, psikis (kejiwaan), atau publik, sangat tergantung kepada sejauh mana
semantis (salah paham); (6) Perubahan, yakni ko- para komunikator politik bisa menyertakan me-
munikasi menghasilkan perubahan pada penge- dia massa dalam setiap aktivitas komunikasi poli-
tahuan, sikap atau tindakan orang-orang yang ter- tiknya.
libat dalam proses komunikasi. Politik merupakan sebuah proses interak-
Dalam konteks politik, aktivitas politik pa- si yang di dalamnya terdapat sebuah kepentingan
da dasarnya merupakan aktivitas yang tidak bisa yang sedang diperjuangkan. Karenanya (Nimmo,
dipisahkan dari berbagai bentuk aktivitas manusia. 1989) menyebutkan politik adalah siap memper-
Baik secara langsung ataupun tidak, manusia akan oleh apa, kapan, dan bagaimana. Di dalamnya po-
selalu bersinggungan dengan aktivitas politik. litik selalu diwarnai dengan nilai-nilai oleh yang
Terlebih, ketika iklim demokrasi seperti di Indo- berwenang, kekuasaan dan pemegang kekuasa-
nesia terbuka lebar, aktivitas politik meningkat an, pengaruh, tindakanyang diarahkan untuk mem-
berbarengan sebagai salah satu imbas dari produk pertahankan dan atau memperluas tindakan lain-
politik yang mengharuskan adanya pemilihan se- nya.
cara langsung dalam setiap jenjangnya–mulai dari Ketidakpahaman komunikator politik
pilihan legislatif, pilihan presiden, pilihan gubernur, terhadap komunikasi, terutama memperlakukan
dan pilihan wali kota atau pilihan kepala daerah. dan memposisikan media massa, maka sesung-
Sedikitnya, ada empat momentum politik guhnya kegagalan bagi politiknya tersebut. Tidak
secara langsung bersinggungan dengan publik. sedik pemimpin yang sukses karena dia mampu
pertama, Pemilihan Umum (pemilihan anggota membangun komunikasi yang baik dengan media,
legislatif). Kedua pemilihan Presiden secara lang- namun juga sebaliknya, bisa saja dia jatuh atau
sung. Ketiga, pemilihan gubernur secara langsung. tidak sukses hanya karena ketidak pahaman dalam
Keempat, pemilihan Bupati atau Walikota secara melakukan komunikasi denganpihak media massa.
langsung. Di tingkat grass root, masih ada pemi-
lihan yang sangat krusial dan langsung bersentuh- Konseptualisasi Etika
an yaitu pemilihan RT, RW hingga Kepala Desa.
Dalam konteks inilah bagaimana aktivitas Etika menurut K. Bertens (2011:9) dimulai
politik dikomunikasikan secara terbuka plus men- bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis da-
jadi sebuah tantangan dalam proses pengemas- lam pendapat-pendapat spontan. Kebutuhan akan
annya. Di sinilah makna komunikasi politik menu- refleksi itu dirasakan, antara lain karena pendapat
rut Nimmo (2001), menjadi sangat penting dalam etis tidak jarang berbeda dengan pendapat orang
melakukan aktivitas kampanye politik. Sebuah lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk
kepentingan politik tidak mungkin bisa tercapai mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
tanpa dibarengi dengan aktivitas komunikasi po- manusia.
litik yang baik. Hanya saja, sejauhmana aktivitas Secara metodologi Bertens menjelaskan
komunikasi politik ini dilakukan, maka semua- bahwa tidak setiap hal menilai perbuatan dapat
nya sangat tergantung kepada kecerdasan para dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap
komunikator politik atau para politisi yang memi- kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
liki kepentingan politik dalam memenej pesan- refleksi, karena itulah etika merupakan suatu ilmu.
113 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 113

Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah hadap semua norma; (5) Etika menjadi alat pemi-
laku manusia. Berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang kiran yang rasional dan bertanggungjawab bagi
meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki seorang ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat diombang-ambing oleh norma-norma yang ada.
dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan Menurut Mufid, etika sering juga disebut
manusia. filsafat moral. Etika merupakan cabang filsafat
Dalam bahasan yang lain, etika juga sering yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam
dihubungkan dengan kata moral. Dalam bahasa kaitannya dengan tujuan utama hidupnya. Etika
Latin mores. Mores berasal dari kata mos yang membahas baik-buruk atau benar-tidaknya ting-
berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Dengan kah laku dan tindakan manusia serta sekaligus
demikian moral biasa diartikan sebagai ajaran menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika
kesusilaan. Moral berarti hal mengenai kesusialaan. mempersoalkan bagaimana manusia seharus-
Moral juga berarti ajaran tentang baik buruk nya berbuat atau bertindak.
perbuatan dan kelakuan. Etika menyelidiki dasar semua norma
Menurut Bertens (2011:17) etika adalah moral. Dalam etika biasanya dibedakan antara
ilmu yang membahas tentang moralitas atau ten- etika deskriptid dan etika normatif. Etika deskriptif
tang manusia sejauh yang berkaitan dengan mo- memberikan gambaran dari gejala kesadaran
ralitas. Dengan kata lain, etika adalah ilmu yang moral, dari norma dan konsep-konsep etis. Etika
mempelajari tingkah laku moral. Secara sederhana normatif tidak berbicara lagi tentang gejala me-
Poedjowijatna mengatakan bahwa sasaran etika lainkan tentang apa yang sebenarnya harus me-
khusus kepada tindakan-tindakan manusia yang rupakan tindakan manusia, dalam etika normatif,
dilakukan dengan sengaja. norma dinilai dan setiap manusia ditentukan.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, etika
adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas. Etika Etika Media Massa dalam Proses Komu-
dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu nikasi Politik
tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kum-
pulan asas atau nilai yang berkenaan dengan Sebagai bagian yang tidak terpisahkan
akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dalam aktivitas sosialisasi politik, media massa
dianut suatu golongan atau masyarakat. Di sini eti- menempati posisi yang sangat penting. Komunikasi
ka juga diartikan oleh (Muhamad Mufid, 2009), politik tidak selamanya santun dan beretika. Hal
sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pe- ini juga sangat dipengaruhi oleh sejauhmana sikap
gangan bagi seseorang atau kelompok orang dalam dan perilaku dari media massa itu sendiri.
mengatur tingkah lakunya. Pertanyaan awal, mengapa komunikasi
Sifat dasar etika adalah sifat kritis, kare- massa mesti beretika? Komunikasi massa, ber-
nanya etika menurut Darji Darmodiharjo dan beda dengan komunikasi yang lain. Dengan ting-
Shidarta dalam Mufid (2009), bertugas; (1) Untuk kat keluasan penerima pesan, komunikasi mas-
mempersoalkan norma yang dianut yang dianggap sa sangat rentan terhadap efek yang ditumbulkan.
berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma Setiap propesi memiliki etikanya masing-
itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan masing. Guru ada etikanya, seorang pengacara ada
yang dituntut oleh norma itu terhadap norma yang etikanya, di dunia perbankkan juga sama, di dunia
dapat berlaku; (2) Etika mengajukan pertanyaan hiburan, hingga persoalan agama ada etikanya. Di
tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dunia kedokteran misalnya, dikenal juga dengan
dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kri- etika kedokteran. Jika seorang dokter melanggar
tis dengan sendirinya akan kehilangan haknya; kode etik atau melakukan kesalahan dalam pe-
(3) Etika memersoalkan pula hak setiap lembaga meriksaan atau penanganan pasien, maka yang
seperti orang tua, sekolah, negara, dan agama un- dirugikan hanya pasien dan atau dengan keluar-
tuk memberikan perintah atau larangan yang harus ganya. Apa yang terjadi jika yang dilanggar itu
ditaati; (4) Etika memberikan bekal kepada ma- adalah kode etik media massa. Melakukan ko-
nusia untuk mengambil sikap yang rasional ter- munikasi dengan tanpa etika berarti telah me-
114 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 114

ngorbankan massa, bukan orang per orang lagi. litik lewat media massa kemudian terjadi konflik
Semakin luas massa dari sebuah media massa, dan persoalan-persoalan yang non substantif.
semakin banyak pula korban dari pelanggaran Dalam kondisi seperti inilah kemudian
etika komunikasi massa. etika menjadi sangat penting. Persoalannya bu-
Itulah mengapa etika menjadi sangat kan berawal dari menghindari konflik di ting-
penting dalam melakukan proses komunikasi kat publik, tetapi pada dasarnya bahwa media
massa. Berbagai reaksi massa yang terjadi atas massa, ketika bergumul dalam sebuah aktivitas
kehadiran media tertentu atau perlawanan ter- politik, berarti dia berfungsi sebagai media
hadap sebuah pesan politik tertentu, menunjukan pendidikan politik. Di tengah berbagai kepenti-
bahwa massa telah tersinggung oleh media-me- ngan dan perbedaan pilihan politik, media mas-
dia tertentu yang telah melakukan pelanggaran sa hadir menjadi penyalur pesan-pesan politik
etika. yang konstruk-tif dan mencerahkan.
Masih banyak konten media yang men- Orang yang bertugas menjaga etika da-
dapat perlawanan dari publik namun tidak di- lam proses komunikasi massa tentu bukan ha-
respos. Persoalan lain adalah ketika reaksi itu ha- nya pihak medianya sendiri, tetapi pihak-pihak
nya dipandang sebelah mata dan tidak diindah- (politisi) yang berkepentingan dengan media
kan oleh pihak media sebagai komunikator. Etika massa tersebut. Sebagai sumber berita, para pe-
di sinitenggelam dalam lembaran uang dan logam- laku politik tentu dituntut untuk menjaga etika
logam receh yang dianggap lebih menguntung- dalam proses penyampaian pesan, baik verbal
kan ketika secara kuantitatif pesan (yang dipro- maupun non verbal.
tes) tersebut di atas rata-rata, sehingga banyak
pengiklan yang tertarik. Simpulan
Dalam setiap aktivitas politik apapun, saat
ini, media massa menjadi salah satu faktor sangat Di saat perkembangan demokrasi yang
penting dalam penyebaran pesan kepada publik, semakin mapan, masyarakat Indonesia perlahan
para aktor politik akan selalu menyertakan media tapi pasti menuju kedewasaan berpolitik. Lo-
massa dalam berbagai aspek. Sangat wajar hal ini gikanya, semakin lama orang berkecimpung di
dilakukan, sebab media massa dapat mengunju- dunia politik, akan berkorelasi dengan tingkat
ngi komunikan (publik) dalam jumlah yang sagat kearifan dalam aktivitas politiknya. Catatannya,
besar yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh hal ini tentu saja dapat berjalan dengan baik jika
kegiatan politik secara langsung oleh fisik. Media media massa sebagai saluran komunikasi politik
massa pada dasarnya memiliki dua dimensi yang dapat mendukung proses politik itu sendiri. Etika
saling berhadapan, yaitu mengawasi penguasa komunikasi politik dengan media massa sebagai
dan melayani publik. Sebab media massa memiliki salurannya akan membawa masyarakat semakin
beberapa fungsi yang konstruktif untuk proses dewasa dan semakin arif dalam berpolitik.
politik, seperti fungsi pengawasan, pencerahan Tanpa dibarengi dengan etika dalam
politik, dan menumbuhkan partisipasi publik. proses komunikasi politik yang menggunakan
Fungsi-fungsi ini akan semakin positif ruang media massa, perkembangan demokrasi
ketika media massa diposisikan sebagai mitra akan cenderung destruktif, tidak mendidik. Pa-
sejajar dalam berbagai aktivitas politik. Hanya dahal, jika dalam demokrasi membutuhkan par-
saja, satu hal yang perlu diperhatikan dari media tisipasi masyarakat, maka opini publik yang
massa yaitu aspek etika. Pada dasarnya setiap dilakukan para pihak yang berkepentingan de-
manusia memiliki kebebasan dalam berekspresi, ngan politik, sewajarnya dilakukan dengan cara-
berperilaku dan bertindak. Hak dasar ini kemudi- cara yang baik, beretika, bermoral dan mengede-
an diejewantahkan manusia dalam berbagai pankan kepentingan umum.
kepentingan dan politik termasuk dalah satu aspek Tidak terkecuali proses komunikasi poli-
kehidupan manusia yang mendapat perlindungan tik ini adalah pihak media yang senantiasa men-
kebebasannya. Karenanya sangat memungkinkan jadikan pihaknya sebagai saluran. Media massa
jika dalam aktivitas politik dan atau sosialisasi po- bekerja di bawah Undang-undang, juga kode etik
115 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 115

tersendiri, maka harapan besar bahwa setiap lalu rikan banyak informasi sekaligus memfasilitasi
lintas opini yang berkembang di dalamnya mela- pertemuan dengan beberapa narasumber yang
lui sebuah proses etik sehingga dapat memberi- cukup membantu penelitian ini.
kan pendidikan kepada masyarakat.
Dalam penelitian ini, apa yang tergambar Daftar Pustaka
merupakan proses saling memanfaatkan dalam
konteks kepentingan bersama, sehingga masya- Ali, Novel, 1999, Peradaban Komunikasi Po-
rakat sebagai konsumen media sekaligus objek litik; Potret Manusia Indonesia, Rosda,
opini publik, senantiasa terabaikan hak-haknya– Bandung.
untuk mendapatkan informasi yang objektif, Ardial, 2010, Komunikasi Politik, Indeks, Ja-
berimbang, dan mencerdaskan. Apa yang ter- karta, Bertens, K, 2011, Etika, Gramedia
ungkap ini hanyalah salah satu kasus dimana Jakarta.
proses penelitian dilakukan di salah satu media Bertens, K, 2011, Etika, Gramedia Jakarta.
lokal dengan mengambil kasus Pemilukada di Cangara, Hafied, 2009, Komunikasi Politik,
satu daerah saja. Namun demikian, gambaran ini Rajawali Press, Jakarta.
dapat dijadikan sebagai acaun dalam membaca Denton, Robert E, 2000, Political Communica-
sebuah fenomena politik kaitannya dengan me- tion Ethics, PRAEGER, USA.
dia massa – di manapun peristiwa itu terjadi. Firmanzah, 2007, Marketing Politik; Antara Pe-
Sebagai saluran komunikasi politik, me- mahaman dan Realitas, Obor, Jakarta.
dia massa idealnya menjadi saluran pesan-pesan Graber, Doris A, 1984, Mass Media and Ameri-
politik yang memberikan pembelajaran politik bagi can Politics, CQ Press, Washingtin DC.
publik. Namun karena keberpihakan kepada Harun, Rochajat dan Sumarno, 2006, Komu-
kepentingan politik terlalu tinggi, maka apa yang nikasi Politik sebagai Suatu Pengantar,
terjadi adalah reaksi negatif dari publik berupa Mandar Maju, Jakarta.
cemooh dan penyerangan secara fisik. Haryatmoko, 2007, Etika Komunikasi, Mani-
Penelitian ini memberikan rekomendasi pestasi Media, Kekerasan dan Porno-
penting, setidaknya bagi para politisi untuk me- grafi, Kanisius, Yogyakarta.
lakukan proses kampanye politik secara etis. Se- Ihsan, A. Bakri, 2009, Etika dan Logika Ber-
lain itu, para pelaku media juga hendaknya tetap politik; Wacana Kritis atas Etika Poli-
berpegang teguh pada kode etik, tidak terpenga- tik, Kekuasaan dan Demokratis, Rosda,
ruh oleh hal-hal yang sifatnya materi dan manu- Bandung.
ver politik pihak luar. Akhirnya penelitian ini ju- Johannesen, Richard L, 1996, Etika Komunikasi,
ga memberikan rekomendasi kepada kalangan Rosda, Bandung.
akademisi untuk lebih dapat memperdalam pe- Krech, David, Crutchfield, Richards, and Bal-
nelitian serupa, setidaknya pada kasus-kasus lachey, Engerton L., 1962, Individual in
yang sama namun yang terjadi di daerah yang Society; A text book of Social Psychol-
berbeda. ogy, Mc Grew-Hill Kogamakusha Lxd,
California.
Ucapan Terima Kasih Lilleker, Darren G. (ed), 2006, The Marketing
of Political Parties: Political Market-
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada ing at the 2005 British General election,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada UBC Press, New York.
Masyarakat (LPPM) Universita Sangga Buana Morrisan dan Warhany,Andy Corry , 2009, Teori
YPKP Bandung, Dekan Fakultas Ilmu Komuni- Komunikasi, Ghalia Indonesia, Bogor.
kasi, danAdministrasi USBYPKPBandung, yang Mufid, Muhamad, 2009, Etika dan Filsafat
telah melegalisasi penelitian ini sebagai penelitian Komunikasi, Kencana, Jakarta. Muhtadi, Asep
mandiri yang didanai oleh kampus. Terimakasih Saeful, 2008, Komunikasi Politik
juga peneliti sampaikan kepada Kang Nanang, Indonesia, Dinamika Islam Politik
Redaktur Bandung Ekspres yang telah membe- Pasca Orde Baru. Rosda, Bandung.
116 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume Tabroni,
10, Nomor 2, Agustus
Etika 2012,Politik
Komunikasi halaman 105-116
dalam Ruang Media Massa 116

, 2008, Kampanye Politik, Humaniora, , 2001, Komunikasi Politik; Khalayak


Bandung. dan Efek, Rosda, Bandung.
Mulyana, Dedi, 2003, Ilmu Komunikasi Suatu Nursal, Adman, 2004, Political Marketing; Stra-
Pengantar, Rosda, Bandung. tegi Memenangkan Pemilu, Gramedia,
Nimmo, Dan, 1989, Komunikasi Politik: Jakarta.
Komunikator, Pesan dan Media, Rosda, Pawito, 2009, Komunikasi Politik; Media Mas-
Bandung. sa dan Kampanye Pemilihan, Jalasutra,
Yogyakarta.

You might also like