You are on page 1of 9

KEARIFAN LOKAL DALAM UMPASA BATAK TOBA

Oleh:
Ismarini Hutabarat1) Lia Khalisa2)
Universitas Darma Agung, Medan

Email:
ismarini.hutabarat23@gmail.com
khalisalia79@gmail.com

ABSTRACT

Researches on cultural tradition showed that cultural tradition contained various cultural
values and norms as the heritage of the forefathers which were based on the functions in
organizing the social life of the society could be classified as local wisdom. This research did
not analyze the data based on sample or population. It was done this way because the object
studied were the elements of kinds of local wisdom found in the umpasa of Toba Batak which
were conveyed in marriage ceremony in Toba Batak culture. Therefore, this research was
known as case study because the object of the study was only based on certain phenomena. In
analyzing the data, the researcher applied descriptive method. This method not only focused
on collecting and arranging the data but also the analysis and interpretation of the data
analyzed. The result of the study showed that the local wisdoms that could be used to
increase the people’s prosperity in the umpasa conveyed in marriage ceremony in Toba
Batak culture were the values of hard working, discipline, education, health, mutual
cooperation, gender management and the preservation and creativity of culture. It was
expected that Toba Batak society, especially Toba Batak youths, keep preserving umpasa of
Toba Batak so that they could apply the local wisdoms contained in the umpasa in their daily
life.

1. Pendahuluan Batak Toba mengandung nilai dan norma


Pada masyarakat suku Batak, siklus budaya yang menjadi pedoman masyarakat
kehidupan seseorang dari lahir kemudian khususnya masyarakat Batak Toba dalam
dewasa, berketurunan sampai meninggal, menjalani kehidupan sehari-hari. Nilai dan
melalui beberapa masa dan peristiwa yang norma budaya tersebut merupakan nilai
dianggap penting. Karenanya pada saat-saat dan norma yang dapat diterapkan dalam
atau peristiwa penting tersebut perlu menata kehidupan sosial secara arif. Nilai
dilakukan upacara-upacara yang bersifat dan norma budaya tersebut merupakan
adat, kepercayaan dan agama. Upacara- kearifan lokal yang perlu dikaji secara
upacara tersebut antara lain upacara turun mendalam. Kearifan lokal itu harus dapat
mandi, pemberian nama, potong rambut dimanfaatkan untuk membangun karakter
dan sebagainya pada masa anak-anak, dan identitas sumber daya manusia dan
upacara mengasah gigi, upacara membangun bangsa ini.
perkawinan, upacara kematian dan lain- Tradisi budaya atau tradisi lisan
lain. merupakan sumber kearifan lokal yang nilai
Dalam pelaksanaan upacara-upacara dan norma budaya yang berlaku dalam
adat, masyarakat Batak Toba selalu menata kehidupan masyarakat. Nilai dan
mengucapkan kata-kata yang berupa norma tersebut diyakini kebenarannya
umpasa. Umpasa Batak Toba merupakan menjadi acuan dalam bertingkah laku
bagian dari tradisi budaya dan tradisi lisan sehari-hari masyarakat setempat. Nilai dan
yang dimiliki bangsa Indonesia. Umpasa norma tersebut terkandung dalam umpasa

Jurnal Littera: Fakultas Sastra Darma Agung Volume I, Nomor 2, Oktober 2019: 229–237 229
yang diungkapkan pada acara adat digunakan sebagai dasar dalam
pernikahan Batak Toba. Berdasarkan hal pembangunan masyarakat.
ini, maka masalah yang diteliti dalam Local genius, indigenious knowledge
penelitian ini adalah kearifan lokal yang atau local wisdom dapat digali secara ilmiah
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dari produk cultural dengan interpretasi
kesejahteraan apakah yang terkandung yang mendalam. Sebagai produk cultural,
dalam umpasa Batak Toba yang diucapkan tradisi budaya mengandung berbagai hal
dalam upacara adat pernikahan Batak yang menyangkut hidup dan kehidupan
Toba? komunitas pemiliknya, misalnya sistem
nilai, kepercayaan dan agama, kaidah-
2. Tinjauan Pustaka kaidah social, etos kerja, bahkan cara
a. Kearifan Lokal bagaimana dinamika sosial itu berlangsung
Kearifan lokal dalam bahasa asing (Pudentia, 2003:1). Dengan kata lain, tradisi
sering dikonsepsikan sebagai kebijakan budaya sebagai warisan leluhur
setempat (local wisdom), pengetahuan mengandung kearifan lokal (local wisdom)
setempat (local knowledge) atau kecerdasan yang dapat dimanfaatkan dalam
setempat (local genious). Kearifan lokal juga pemberdayaan masyarakat untuk
dapat dimaknai sebuah pemikiran tentang membentuk kedamaian dan meningkatkan
hidup. Pemikiran tersebut dilandasi nalar kesejahteraan.
jernih, budi yang baik, dan memuat hal-hal Dalam penelitian terhadap tradisi
positif. Kearifan lokal dapat diterjemahkan budaya terdapat berbagai nilai dan norma
sebagai karya akal budi, perasaan budaya sebagai warisan leluhur yang
mendalam, tabiat, bentuk perangai, dan menurut fungsinya dalam menata
anjuran untuk kemuliaan manusia. kehidupan sosial masyarakatnya dapat
Penguasaan atas kearifan lokal akan diklasifikasikan sebagai kearifan lokal.
mengusung jiwa mereka semakin berbudi Jenis-jenis kearifan lokal itu antara lain: (1)
luhur. kesejahteraan; (2) kerja keras; (3) disiplin;
Menurut Rahyono (2009:7) kearifan (4) pendidikan; (5) kesehatan; (6) gotong
lokal merupakan kecerdasan manusia yang royong; (7) pengelolaan gender; (8)
dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang pelestarian dan kreativitas budaya; (9)
diperoleh melalui pengalaman masyarakat. peduli lingkungan; (10) kedamaian; (11)
Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari kesopansantunan; (12) kejujuran; (13)
masyarakat tertentu melalui pengalaman kesetiakawanan sosial; (14) kerukunan dan
mereka dan belum tentu dialami oleh penyelesaian konflik; (15) komitmen; (16)
masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut pikiran positif; dan (17) rasa syukur.
akan melekat sangat kuat pada masyarakat Semua kearifan lokal tersebut dapat
tertentu dan nilai itu sudah melalui diklasifikasikan pada 2 (dua) jenis kearifan
perjalanan waktu yang panjang, sepanjang lokal sebagai warisan leluhur yang menurut
keberadaan masyarakat tersebut. fungsinya dapat menata kehidupan sosial
Secara substantial, kearifan lokal itu masyarakatnya. Kearifan lokal yang
adalah nilai dan norma budaya yang terdapat dalam tradisi budaya dapat
berlaku dalam menata kehidupan diklasifikasikan pada 2 (dua) jenis kearifan
masyarakat. Nilai dan norma yang diyakini lokal inti (core local wisdom), yaitu kearifan
kebenarannya menjadi acuan dalam lokal untuk (1) kemakmuran atau
bertingkah laku sehari-hari masyarakat kesejahteraan dan (2) kedamaian atau
setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan kebaikan. Jenis-jenis kearifan lokal yang
bahwa Geertz (1983) menyatakan bahwa dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kearifan lokal merupakan entitas yang kesejahteraan adalah: (1) kerja keras; (2)
sangat menentukan harkat dan martabat disiplin; (3) pendidikan; (4) kesehatan; (5)
manusia dalam komunitasnya. Hal itu gotong royong; (6) pengelolaan gender; (7)
berarti kearifan lokal yang di dalamnya pelestarian dan kreativitas budaya; (8)
berisi nilai dan norma budaya untuk peduli lingkungan; sedangkan kearifan lokal
kedamaian dan kesejehateraan dapat yang dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan kedamaian adalah (1)

230 KEARIFAN LOKAL DALAM UMPASA BATAK TOBA


Ismarini Hutabarat
kesopansantunan; (2) kejujuran; (3) bagaimana sifatnya, sehingga dari keadaan
kesetiakawanan sosial; (4) kerukunan dan itulah kita untuk memulai apa yang kita
penyelesaian konflik; (5) komitmen; (6) ucapkan. Umpasa yang baik bukan hanya
pikiran positif; dan (7) rasa syukur. enak didengar tapi tanpa memiliki
Kedua jenis kearifan lokal tersebut hubungan dan hubungan makna seperti
akan bermanfaat untuk mengatur dibawah ini:
kehidupan manusia baik mengatur Sipatu Inggris
hubungan antarmanusia dalam suatu Ni degehon mardorop
masyarakat, hubungan manusia dengan Anak pe riris
alam maupun hubungan manusia dengan Boru pe torop
Tuahn. Keseimbangan dan kemajuan Dalam untaian kalimat di atas, sipatu
hubungan antarmanusia, hubungan Inggris tidak memunyai hubungan dengan
manusia dengan alam, dan hubungan anak riris dan kata mardorop tidak
manusia dengan Tuhan yang didasari oleh memunyai hubungan makna dengan torop,
kearifan lokal, peningkatan kesejahteraan bandingkan:
dan penciptaan kedamaian yang terdapat Bintang na rumiris (Bintang yang berderet)
dalam tradisi lisan atau tradisi budaya Tu ombun na sumorop (Di embun pagi yang
sebagai warisan budaya leluhur akan berjejer) Anak pe antong riris (Anak laki-
menentukan kemajuan bangsa. laki pun berderet) Boru pe torop (Anak
perempuan pun banyak)
b. Umpasa Bintang na rumiris dan anak riris memiliki
Umpasa adalah puisi Batak Toba yang hubungan makna yakni keinginan memiliki
terdiri dari dua, tiga, empat larik atau lebih anak laki-laki seperti banyaknya bintang,
dapat diperbandingkan dengan karmina, dan ombun na sumorop dan boru pe torop
pantun biasa, dan jenis talibun dalam Sastra adalah cita-cita atau keinginan akan putri
Indonesia lama (Simbolon Apul, dkk, 1986). yang bisa membawa kesejukan dan
Umpasa adalah suatu bentuk ekspresi kedamaian.
pikiran dan perasaan orang Batak Toba Umpasa tidak dapat disamakan
yang selalu muncul dalam berbagai seutuhnya dengan pantun dalam bahasa
peristiwa kehidupan masyarakat meliputi Indonesia. Dilihat dari bentuk dapat
peristiwa suka atau duka dan peristiwa dikatakan sama, tetapi apabila dilihat dari
besar atau kecil. makna atau gagasan yang ingin
Umpasa adat Batak Toba diungkapkan akan terjadi perbedaan karena
dipergunakan dalam upacara adat dan umpasa menekankan makna bernilai
ditujukan kepada muda-mudi, pasangan budaya dengan membandingkan sifat-sifat,
pengantin, upacara menyambut tamu atau kebiasaan, karakteristik, perilaku hewan,
berbagai acara lainnya, umpasa ini juga tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang
diperdengarkan dalam kehidupan sehari- terdapat di sekelilingnya, misalnya:
hari. Penggunaan umpasa dilakukan ketika
upacara adat perkawinan berlangsung Napuran tano-tano (Sirih menjalar di
sebagai media komunikasi dan permohonan tanah)
kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi Rangging masiranggongan (Menjalar saling
kelompok-kelompok yang mempunyai tindih-menindih)
peran pada upacara adat tersebut. Untuk Badanta padao-dao (Tubuh kita memang
menciptakan sebuah umpasa, sebelumnya berjauhan)
haruslah mengenal dan mengetahui sifat- Tondintai masigonggoman (Jiwa kita saling
sifat benda di sekeliling kita. Dari situlah berdekapan)
kita merajut atau memlikih kata (diksi)
yang indah sehingga tercipta sebuah Eme si tamba tua (Padi yang merunduk)
untaian kalimat yang selaras dan bermakna. Parlinggoman ni si borok (Tempat
Jika kita simak kata bintang, sifatnya adalah perlindungan berudu)
riris (banyak) dan embun sifatnya sejuk. Tuhanta na martua (Tuhan kita yang Esa)
Jadi yang pertama yang harus kita pahami Sudena hita diparorot (Kita semua
adalah benda apa yang ada di sekeliling kita, dilindungi)

Jurnal Littera: Fakultas Sastra Darma Agung Volume I, Nomor 2, Oktober 2019: 229–237 231
c. Suku Batak Toba dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini
Suku bangsa Batak mempunyai enam menempati posisi paling rendah sebagai
rumpun yaitu: Batak Toba, berdiam di parhobas atau pelayan baik dalam
sekitar danau Toba; Batak Mandailing, pergaulan sehari-hari maupun (terutama)
berdiam di sekitar Tapanuli Selatan; dalam setiap upacara adat. Walaupun,
Angkola, mendiami Angkola dan Sipirok; berfungsi sebagai pelayan bukan berarti
Batak Karo, berdiam di Tanah Karo; Batak bisa diperlakukan dengan semena-mena.
Simalungun, berdiam di Simalungun; dan Pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk,
Pakpak, berdiam di Dairi/Pakpak, Sumut yang diistilahkan elek marboru. Di
(Bangun, 1982: 94-95). Pada umumnya manapun dua orang Batak bertemu di
masyarakat Batak Toba tinggal di Provinsi daerah perantauan. Orang Batak bila
Sumatera Utara, khususnya di daerah Toba bertemu di daerah perantauan, mereka
dibagi menjadi empat kabupaten yaitu: merasa seolah-olah berkerabat meskipun
Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba belum berkenalan sebelumnya. Dalam
Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan perkenalan itu apabila keduanya
dan Kabupaten Samosir. Suku bangsa Batak mempunyai marga yang sama maka
Toba adalah salah satu dari banyak suku di hubungan itu bertumbuh dekat bagi
Indonesia. masyarakat Batak Toba. Marga adalah
Bentuk kekerabatan dalam suku simbol atau identitas masyarakat Batak
bangsa Batak Toba ada dua, yakni Toba.
berdasarkan garis keturunan dan sosiologis.
Bentuk kekerabatan berdasarkan garis 3. Metode Pelaksanaan
keturunan dapat dilihat dari marga yang Penelitian ini tidak menganalisis data
dimulai oleh si Raja Batak, semua orang melalui sampel ataupun populasi. Hal ini
Batak Toba pasti memiliki marga, dimungkinkan karena objek yang diteliti
sedangkan kekerabatan berdasarkan adalah kearifan lokal yang berupa nilai dan
sosiologis ialah terjadi karena perjanjian norma yang ada dalam umpasa Batak Toba
(padan antara marga tertentu) atau yang diucapkan dalam upacara adat
pernikahan. Masyarakat Batak Toba pernikahan Batak Toba. Dengan demikian,
memiliki filosofi yang menjadi pemersatu penelitian ini dikenal dengan sebutan
dan saling menghormati yaitu Dalihan Na penelitian kasus karena objek dari
Tolu yang terdiri dari: hula-hula, dongan penelitian yang dilakukan hanya terinci
tubu, dan boru. dalam satu gejala tertentu saja (Arikunto,
Hula-hula adalah pihak keluarga 1991:115).
dari istri. Hula-hula ini menempati posisi Dalam menganalisis data penulis
yang paling dihormati dalam pergaulan dan menggunakan metode deskriptif. Adapun
adat-istiadat Batak (semua sub suku batak). yang dimaksud dengan metode ini adalah
Oleh sebab itu, semua orang Batak penyelidikan yang tidak hanya dipusatkan
dipesankan harus hormat kepada Hulahula pada pengumpulan dan penyusunan data,
(somba marhula-hula). Dongan tubu disebut tapi meliputi analisis dan interpretasi
juga dengan yang artinya saudara laki-laki tentang data tersebut.
satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut Karena terbatasnya waktu yang
yang sama. Mereka ini seperti batang pohon dimiliki penulis untuk menyelesaikan
yang berdekatan, saling menopang, penelitian ini penulis mengumpulkan data
walaupun karena dekatnya terkadang saling dengan melihat rekaman acara pernikahan
gesek. Namun, pertikaian tidak membuat adat Batak Toba dari koleksi keluarga
hubungan satu marga bisa terpisah. walaupun penulis sendiri sudah pernah ikut
Diumpamakan seperti air yang dibelah serta dalam acara pernikahan adat Batak
dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap Toba. Selain itu, penulis juga melakukan
bersatu. Namun, demikian kepada semua wawancara dengan orang-orang biasa
orang batak (berbudaya Batak) dipesankan terlibat dalam acara ini dan mencari bahan
harus bijaksana kepada saudara semarga bacaan atau kepustakaan yang
disebut manat mardongan tubu. Boru berhubungan dengan acara pernikahan adat
adalah pihak keluarga yang mengambil istri Batak Toba.

232 KEARIFAN LOKAL DALAM UMPASA BATAK TOBA


Ismarini Hutabarat
Data yang dikumpulkan penulis
dalam acara pernikahan adat Batak Toba ini Umpasa tersebut mengandung nilai kerja
dikhususkan pada umpasa berupa kata-kata keras yang tercermin pada ungkapan
yang diucapkan pada saat upacara tersebut Nagogo mangula do butong mangan (yang
terjadi. Data yang ada dianalisis kuat bekerja yang akan merasa kenyang).
berdasarkan sudut pandang Umpasa tersebut mengandung arti bahwa
Antropolinguistik dengan mengkaitkan seseorang yang bekerja keras akan
unsur-unsur bahasa yang ada dalam acara mendapatkan upah dari pekerjaannya yaitu
tersebut dengan adat atau budaya, memperoleh kehidupan yang
khususnya budaya Batak Toba. berkecukupan.
2. Tangkas ma inna uju purba (Jelas
4. Hasil dan Pembahasan katanyanya uju purba)
Kearifan lokal yang terdapat dalam Tumangkas ma uju angkola (Lebih
tradisi budaya dapat diklasifikasikan dalam jelas uju angkola)
2 (dua) jenis kearifan lokal inti (core local Tangkas ma hamu bere namora
wisdom), yaitu kearifan lokal untuk (1) (Jelaslah kalian bere yang kaya)
kemakmuran atau kesejahteraan dan (2) Ala na tangkas do tulang na maduma
kedamaian atau kebaikan. Jenis-jenis (Karna telah jelas tulang telah
kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan makmur)
untuk meningkatkan kesejahteraan adalah:
(1) kerja keras; (2) disiplin; (3) pendidikan; Umpasa tersebut mengandung nilai kerja
(4) kesehatan; (5) gotong royong; (6) keras. Hal ini tercermin pada kata
pengelolaan gender; (7) pelestarian dan “maduma”yang merupakan singkatan dari
kreativitas budaya; (8) peduli lingkungan. martangiang dungi mangula dan artinya
Pembahasan berikut merupakan berdoa dahulu selanjutnya bekerja.
penjelasan tentang nilai-nilai kearifan lokal, 3. Andor ras ma andor ris (Tumbuhan
khususnya yang diucapkan dalam upacara rambat yang merambat ke mana-
adat pernikahan Batak Toba. mana) Andor ni Lumban Tonga-tonga
Adapaun kearifan lokal yang dapat (Tumbuhan rambat yang berasal dari
dimanfaatkan untuk meningkatkan daerah Lumban Tonga-tonga)
kesejahteraan adalah Sai horas ma hamujala torhis-torhis
a. Nilai Kerja Keras (Selalu sehat dan begerak dengan
Nilai kerja keras diartikan sebagai leluasa) Hatop jala mamora (Cepat
nilai melakukan sesuatu dengan penuh mendapat kekayaan)
kesungguhan untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan atau dicita-citakan. Nilai kerja Umpasa tersebut mengandung nilai kerja
keras dapat dilakukan dalam segala hal, keras. Nilai kerja keras tercermin dalam
mungkin dalam bekerja mencari rezeki, ungkapan sai horas ma hamu jala torhis-
menuntut ilmu, berkreasi, membantu orang torhis, hatop jala mamora. Ungkapan ini
lain, atau kegiatan yang lain. Nilai kerja mengandung harapan supaya keluarga
keras yang terdapat dalam umpasa adat pengantin selalu dalam keadaan sehat-sehat
pernikahan Batak Toba adalah sebagai selalu agar bisa bebas melakukan pekerjaan
berikut: apapun demi memperoleh kehidupan yang
1. Pidong harijo, pidong harangan sejahtera.
(Burung harijo, burung harangan)
Sitapi-tapi pidong Toba (Sitapi-tapi b. Nilai Disiplin
burung Toba) Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Nagogo mangula do butong mangan Indonesia (2003: 268), disiplin adalah tata
(Yang kuat bekerja yang akan tertib di sekolah, kemiliteran, dan lain
kenyang makan) sebagainya (ketaatan/kepatuhan terhadap
Najugul marguru do dapotan poda tata tertib di sekolah). Dengan adanya nilai
(Yang gigih belajar akan disiplin maka suatu kondisi akan tercipta
mendapatkan ilmu) dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukan

Jurnal Littera: Fakultas Sastra Darma Agung Volume I, Nomor 2, Oktober 2019: 229–237 233
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, bodoh pastilah tidak akan dianggap oleh
keteraturan dan ketertiban. Nilai disiplin orang lain.
yang terdapat dalam umpasa adat 2. Pidong harijo, pidong harangan
pernikahan Batak Toba adalah sebagai (Burung harijo, burung harangan)
berikut: Sitapi-tapi pidong Toba (Sitapi-tapi
1. Tinaba hau toras (Ditebang kayu tua) burung Toba)
Mambaen sopo di balian (Membuat Nagogo mangula do butong mangan
gubuk di ladang) (Yang kuat bekerja yang akan
Burju ma hamu na matoras (Berbuat kenyang makan)
baiklah kepada orang tua) Najugul marguru do dapotan poda
Asa dapotan parsaulian (Agar kalian (Yang gigih belajar yang akan
mendapat berkat) mendapatkan ilmu)

Umpasa tersebut mengandung nilai Umpasa tersebut mengandung nilai


kedisiplinan. Hal ini tercermin dalam pendidikan. Nilai pendidikan dalam umpasa
ungkapan burju ma hamu na matoras yang tersebut tercermin pada ungkapan Najugul
artinya seorang anak haruslah taat dan marguru do dapotan poda yang artinya
patuh terhadap orang tuanya dan setiap orang yang belajar dengan sungguh-
anak harus berbuat baik kepada orang sungguh yang akan mendapatkan ilmu yang
tuanya agar dia selalu dapat berkat yang berguna bagi kehidupannya.
melimpah dari Tuhan.
d. Nilai Kesehatan
c. Nilai Pendidikan Nilai kesehatan adalah keadaan yang
Nilai pendidikan adalah suatu yang menunjukkan fisik, mental, dan sosial bukan
diyakini kebenarannya dan mendorong hanya terbebas dari penyakit, cacat dan
orang untuk berbuat positif di dalam kelemahan. Indikator sehat ini telah
kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. dilengkapi oleh badan, sehingga nilai
Nilai pendidikan juga merupakan suatu kesehatan merupakan anugerah yang
bentuk ajaran dan arahan bagi tiap individu. sangat berharga dan tidak dapat diukur
Nilai pendidikan bertujuan untuk mendidik dengan apapun. Oleh sebab itu tindakan
sesorang atau individu agar menjadi yang paling tepat adalah mencegah
manusia yang baik ke depannya. Nilai timbulnya ancaman terhadap kesehatan
pendidikan yang terdapat dalam umpasa baik yang berasal dari diri sendiri, orang
adat pernikahan Batak Toba adalah sebagai lain, atau lingkungan. Nilai kesehatan yang
berikut: terdapat dalam umpasa adat pernikahan
1. Ijuk diparara-rara (Ijuk merah) Batak Toba adalah sebagai berikut:
Hotang diparlabian (Rotan 1. Andor ras ma andor ris (Tumbuhan
diparlabian) rambat yang merambat ke mana-
Nabisuk nampuna hata (Yang pintar mana) Andor ni Lumban Tonga-tonga
yang pintar berkata-kata) (Tumbuhan rambat yang berasal dari
Naoto tupanggadisan (Yang bodoh daerah Lumban Tonga-tonga)
tidak ada artinya) Sai horas ma hamujala torhis-torhis
(Selalu sehat dan begerak dengan
Umpasa tersebut mengandung nilai leluasa) Hatop jala mamora (Cepat
pendidikan. Nilai pendidikan dalam umpasa mendapat kekayaan)
tersebut tercermin pada ungkapan nabisuk
nampuna hata yang artinya yang pintarlah Umpasa tersebut mengandung nilai
yang pintar berkata-kata.Maksudnya kata- kesehatan. Nilai kesehatan dalam umpasa
kata orang pintarlah yang akan didengar tersebut diungkapkan dalam sai horas ma
untuk dijadikan petunjuk. Umpasa di atas hamu jala torhis torhis, artinya tetaplah
mendidik orang supaya menjadi pintar, keluarga tersebut dalam keadaan sehat
karena yang pintarlah yang akan pandai selalu dan bebas bergerak sehingga mampu
berkata-kata dan akan dihormati sedangkan melakukan pekerjaan jenis apapun demi
naoto tupanggadisan artinya orang yang kesejahteraan hidupnya.

234 KEARIFAN LOKAL DALAM UMPASA BATAK TOBA


Ismarini Hutabarat
2. Binuat ma hau toras (Diambillah kedudukan antara tugas laki-laki dan
kayu yang sudah tua) perempuan yang ditetapkan oleh
Bahen tiang sopo di balian (Untuk masyarakat berdasarkan sifat yang
membuat tiang gubuk di ladang) dianggap sesuai dengan adat-istiadat,
Sai gabe ma hamu jala horas-horas norma, kepercayaan bahkan kebiasaan
(Semoga sukseslah kalian serta sehat masyarakat tertentu. Nilai pengelolaan
selalu) gender yang terdapat dalam umpasa adat
Tiur-tiur ma hamu nang pansarian pernikahan Batak Toba adalah sebagai
(semoga kalian murah rezeki juga) berikut:
1. Eme piniar-piar (Padi yang ditampi)
Umpasa tersebut mengandung nilai Na jomurni pardegean (Dijemur
kesehatan. Nilai kesehatan dalam umpasa dengan diinjak)
tersebut tercermin dalam ungkapan sai Sorang ma di hamu anak na pistar
gabe ma hamu jala horas horas yang (Lahirlah dari kalian anak laki-laki
mengandung harapan supaya keluarga yang yang pintar)
baru terbentuk tersebut menjadi keluarga Dohot boru boi pangalualuan (Juga
yang berhasil dan juga sehat-sehat. anak perempuan yang dapat menjadi
tempat pengaduan)
e. Nilai Gotong Royong
Secara etimologi istilah gotong- Umpasa tersebut nilai pengelolaan gender.
royong merupakan istilah asli Indonesia Umpasa di atas disampaikan kepada
yang berasal dari kata gotong yang artinya pengantin sebagai doa dan pengharapan
“bekerja” dan royong yang atinya “bersama- agar keluarga mempelai memiliki anak yang
sama” sehingga para ahli berpendapat pintar-pintar. Sorang ma di hamu anak na
bahwa pengertian nilai-gotong royong ini pistar, artinya lahirlah dari kalian seorang
adalah bekerja bersama-sama untuk anak laki-laki yang pintar dan bijaksana,
mendapatkan suatu hasil yang diinginkan. Dohot boru boi pangalualuan, artinya
Nilai gotong-royong yang terdapat dalam lahirlah juga anak perempuan yang menjadi
umpasa adat pernikahan Batak Toba adalah tempat pengaduan dan bertukar pikiran.
sebagai berikut: 2. Bogot na marijuk (Aren yang berijuk)
1. Pege sakarimbang (Jahe satu Bogot ni Purbatua (Aren dari
segerombol) Purbatua)
Halas sa hadang-hadangan (Lengkuas Dilehon Tuhan ma di hamu anak na
satu bakul) bisuk (Tuhan akan mengaruniakan
Rap mangangkat bere tu ginjang putra pintar)
(Sama-sama melompat bere ke atas) Dohot boru si boan tua (dan putri
Rap manimbung marsipasangapan pembawa damai)
(Sama-sama turun saling menghargai) Umpasa tersebut mengandung nilai
pengelolaan gender. Umpasa di atas
Umpasa tersebut mengandung nilai gotong- disampaikan kepada pengantin sebagai
royong. Nilai gotong royong yang terdapat bentuk doa dan harapan kepada Tuhan agar
dalam umpasa tersebut tercermin pada dikaruniakan anak, baik anak laki-laki
ungkapan rap mangangkat bere tu ginjang, maupun anak perempuan. Nilai pengelolaan
rap manimbung marsipasangapan. gender pada umpasa tersebut diungkapkan
Ungkapan tersebut merupakan suatu wujud melalui ungkapan Dilehon Tuhan ma di
kekompakan diantara sesama anggota hamu anak na bisuk; dohot boru si boan tua
keluarga yang sangat diperlukan dalam yang maknanya semoga mereka
menjalani kehidupan. Kata rap yang dikaruniakan Tuhan anak laki-laki yang
mengandung arti bersama merupakan pintar dan anak perempuan pembawa
lambang dari sikap saling tolong-menolong. damai dan kebahagiaan.
3. Simbora na gukguk (Timalah penuh)
f. Nilai Pengelolaan Gender Rerak dohot di amak (Berserak di atas
Nilai pengelolaan gender tikar)
merupakan nilai pembagian peran

Jurnal Littera: Fakultas Sastra Darma Agung Volume I, Nomor 2, Oktober 2019: 229–237 235
Sai mamora ma hita luhut (Semoga melestarikan nilai-nilai budaya pada masa
kayalah kita) yang telah lewat namun memiliki arti
Sai torop ma dohot anak (Dan penting bagi generasi selanjutnya.
memiliki banyak keturunan) Sedangkan nilai kreativitas budaya
merupakan daya cipta mewujudkan suatu
Umpasa tersebut mengandung nilai budaya yang belum pernah ada atau budaya
pengelolaan gender. Nilai pengelolaan yang sudah ada dengan kreasi baru yang
gender dalam umpasa tersebut tentunya dianggap menarik perhatian
diungkapkan dalam sai torop ma dohot anak karena berbeda dengan budaya lain.
yang memiliki makna semoga mereka Umpasa yang mengandung nilai
memiliki banyak anak. Anak yang dimaksud pelestarian dan nilai kreativitas budaya
dalam umpasa ini adalah anak yang berjenis yang terdapat dalam umpasa adat
kelamin laki-laki, karena anak laki-laki pernikahan Batak Toba adalah sebagai
adalah anak yang sangat berharga, ahli berikut:
waris, memelihara dan melaksanakan 1. Didurung ma dengke (Ditangguk
hukum adat serta penyambung silsilah ikan)
dalam budaya Batak Toba. Dapot ma dengke pora-pora
4. Tubuma hariara (Tumbuhlah pohon) (Dapatlah ikan pora-pora)
Di partukkoan ni huta (Di tengah- Tamba ni na gabe (Tambahnya
tengah desa) memiliki keturunan)
Tubuma anak na marsangap Sai tibuma hamu mamora (Semoga
(Tumbuhlah anak laki-laki yang cepatlah kalian menjadi kaya)
terhormat)
Dohot boru na martua (Dengan anak Umpasa tersebut mengandung nilai
perempuan yang bahagia) pelestarian dan kreativitas budaya. Nilai
pelestarian dan kreativitas budaya
Umpasa tersebut mengandung nilai tercermin dalam ungkapan didurung ma
pengelolaan gender. Nilai pengelolaan dengke, dapot ma dengke pora-pora. Hal
gender pada umpasa tersebut tercermin yang ingin dilestarikan dalam umpasa
dalam ungkapan tubuma anak na tersebut adalah jenis ikan yang terkenal
marsangap, dohot boru na martua yang dari masyarakat Batak Toba. Ikan pora-pora
memiliki arti lahirlah anak laki-laki yang merupakan ikan kecil yang rasanya nikmat
terhormat dan anak perempuan yang dan banyak dijumpai di air tawar atau
bahagia. Hal ini menunjukkan bahwa anak danau. Ikan pora-pora yang dimaksud
laki-laki maupun anak perempuan sama dalam umpasa saat penyampaiannya
pentingnya dalam adat Batak Toba. Anak terhadap kedua mempelai bertujuan
laki-laki adalah anak yang sangat berharga, sebagai salah satu pelestarian budaya agar
ahli waris, memelihara dan melaksanakan hal yang dimaksud tetap hidup dan
hukum adat serta penyambung silsilah bertahan dalam ingatan si penyampai dan
dalam budaya Batak Toba. Sedangkan anak pendengar umpasa.
perempuan merupakan pembawa damai 2. Ruma ijuk (Rumah adat beratap ijuk)
dan kebahagiaan yang dapat dijadikan Tu ruma gorga (Menjadi rumah adat
tempat berbagi dan bertukar pikiran orang yang penuh ukiran)
tua. Sai tubuma anak na bisuk (Semoga
lahirlah putra kalian yang pintar)
Dohot boru na lambok marroha (Dan
g. Nilai Pelestarian dan Kreativitas perempuan yang lembut hatinya)
Budaya
Pelestarian merupakan suatu usaha Umpasa tersebut mengandung nilai
atau kegiatan untuk merawat, melindungi pelestarian dan kreativitas budaya. Nilai
dan mengembangkan objek pelestarian pelestarian dan kreativitas budaya
yang memiliki nilai guna untuk dilestarikan. tercermin dalam ungkapan ruma ijuk, tu
Nilai-nilai pelestarian didasarkan pada ruma gorga yang merupakan hasil ciptaan
kecenderungan manusia untuk masyarakat Batak Toba sebagai warisan

236 KEARIFAN LOKAL DALAM UMPASA BATAK TOBA


Ismarini Hutabarat
budayanya dan hanya ditemukan pada 6. Daftar Pustaka
budaya Batak Toba. Hal yang ingin Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur
dilestarikan adalah rumah adat Batak Toba Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
yaitu ruma ijuk dan ruma gorga. Ruma ijuk Jakarta: Melton Putra
adalah rumah adat Batak Toba yang Bangun, Payung. 1982. Kebudayaan Batak
atapnya terbuat dari ijuk yang bersifat (dalam Manusia dan Kebudayaan di
dingin dan mampu menyejukkan, Indonesia, Koentjaraningrat, editor,
sedangkan ruma gorga adalah rumah adat Jakarta: Djambatan, hlm. 94-116).
Batak Toba yang memiliki banyak ukiran, Malau, Gens G. 2000. Aneka Ragam Ilmu
bersifat mewah dan melambangkan Pengetahuan Budaya Batak. Jakarta:
kemakmuran. Yayasan Bina Budaya Nusantara.
3. Tangkas jabu suhat (Nyatanya bagian Pasaribu, John B. 2003. Adat Batak Saluran
kiri rumah adat) Kasih Sesama Umat Tuhan. Jakarta:
Laos tangkas do jabu bona (Serta Yayasan Obor.
nyata bagian kanan rumah adat) Rahyono, F.X. 2009. Keartifan Budaya dalam
Sai tangkas ma hamu maduma Kata. Jakarta: Wedatama Widya.
(Semoga benarlah kalian makmur) Siahaan, Nalom. 1982. Adat: Dalihan Na
Laos tangkas ma nang mamora (Serta Tolu: Prinsip dan Pelaksanaannya.
benarlah kalian kaya) Jakarta: Grafina.
Sibarani, Robert. (2012). Kearifan Lokal:
Umpasa tersebut mengandung nilai Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi
pelestarian dan kreativitas budaya. Nilai Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan
pelestarian dan kreativitas budaya (ATL).
tercermin dalam ungkapan Tangkas jabu Simbolon, dkk. 1986. Peranan Umpasa
suhat, laos tangkas do jabu bona adalah hasil dalam Masyarakat Batak Toba.
ciptaan masyarakat Batak Toba sebagai Jakarta: Pusat Pembinaan dan
warisan budayanya dan hanya ditemukan Pengembangan Bahasa Departemen
pada rumah adat budaya Batak Toba. Hal Pendidikan dan Kebudayaan.
yang ingin dilestarikan adalah jabu suhat Vergouwen, J.C. 2004. Masyarakat dan
dan jabu bona. Kedua hal tersebut Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta:
merupakan bagian dalam rumah adat Batak LKIS.
Toba. Jabu suhat adalah bagian kiri rumah
adat Batak Toba yang berfungsi sebagai
tempat berkumpulnya keluarga sedangkan
jabu bona adalah bagian kanan rumah adat
Batak Toba yang berfungsi sebagai tempat
tidur dan tempat penyimpanan barang
berharga.

5. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat
disimpulkan bahwa
Kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan yang
terdapat dalam umpasa yang diucapkan
dalam pernikahan adat Batak Toba adalah
nilai kerja keras, nilai disiplin, nilai
pendidikan, nilai kesehatan, nilai gotong
royong, nilai pengelolaan gender dan nilai
pelestarian dan kreativitas budaya.

Jurnal Littera: Fakultas Sastra Darma Agung Volume I, Nomor 2, Oktober 2019: 229–237 237

You might also like