You are on page 1of 11

Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih

MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490


Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X

NILAI BUDAYA KEARIFAN LOKAL DALAM MELESTARIKAN


LINGKUNGAN DI DESA CIMANGGU KECAMATAN NGAMPRAH
BANDUNG BARAT

Sri Seti Indriani1) dan Muhammad Zen Al-Faqih2)


1,2)
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
Alamat Email : rahadianindri@gmail.com

ABSTRACT

Humans as caliphs in the world must preserve the environment because human survival is very
dependent on the environment. In encouraging the preservation of the environment, the community must live up
to the values of wisdom that support the maintenance and preservation of the environment. However, in the
digital age, this has led to a shift in cultural values of local wisdom. These values are increasingly fading
because media exposure is increasingly dominating all human life. As experienced by the community in
Cimanggu Village, Ngamprah District, West Bandung. They recognize that there are changes and shifts in
cultural values. The focus of this research is to look at the cultural values of local wisdom that exist in the
village and how the meaning of the shift in cultural values of local wisdom by the media for the local
community. This research is qualitative research with a phenomenological study approach. Data collection
techniques using observation, in-depth interviews, and documentation studies. The results of the study revealed
that the cultural values of local wisdom in the Cimanggu village were (1) Ngahiras, (2) Nyalin, (3) Tarawangsa,
(4) Palak Science, (5) Palakiah, and (6) Kotok Jewer. The meaning of shifting the cultural values of local
wisdom by the media for the local community includes: (1) Village communities perceive technological media as
making rural communities more consumptive, (2) creating a shift in the professional direction of rice farmers
into vegetable growers, and (3) Media exposure has a positive side as well as the negative side.

Keywords: cultural values, local wisdom, and media exposure.

ABSTRAK

Manusia sebagai khalifah di dunia wajib melestarikan lingkungan, karena keberlangsungan hidup manusia
sangat tergantung pada lingkungan hidup. Dalam mendorong tetap lestarinya lingkungan hidup, masyarakat
tetap harus menghayati nilai-nilai kearifan yang mendukung terjaga dan tetap lestarinya lingkungan hidup.
Namun, di era digital ini menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya kearifan lokal. Nilai-nilai
tersebut semakin lama semakin memudar karena terpaan media yang semakin lama mendominasi seluruh
kehidupan manusia. Seperti yang dialami masyarakat di Desa Cimanggu Kecamatan Ngamprah Bandung Barat.
Mereka mengakui bahwa terdapat perubahan dan pergeseran nilai budaya. Fokus penelitian ini bermaksud
melihat bagaimana nilai-nilai budaya kearifan lokal yang ada di desa tersebut dan bagaimana makna pergeseran
nilai budaya kearifan lokal oleh media bagi masyarakat setempat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara
mendalam serta studi dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa nilai budaya kearifan lokal yang
ada di desa Cimanggu ini berupa (1) Ngahiras, (2) Nyalin, (3) Tarawangsa, (4) Ilmu Palak, (5) Palakiah, dan (6)
Jewer Kotok. Makna pergeseran nilai budaya kearifan lokal oleh media bagi masyarakat setempat meliputi: (1)
Masyarakat desa menggangap media teknologi menjadikan masyarakat desa lebih bersifat konsumtif, (2)
menciptakan perpindahan haluan profesi petani padi menjadi penanam sayuran, dan (3) Terpaan media memiliki
sisi positif sekaligus sisi negatif.

Kata Kunci: nilai budaya, kearifan lokal, dan terpaan media.

Lingkungan hidup adalah tempat


PENDAHULUAN dimana manusia hidup dan tumbuh. Manusia
sebagai khalifah di dunia wajib untuk

93
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
melestarikannya, karena keberlangsungan mendukung terjaga dan tetap lestarinya
hidup manusia sangat tergantung pada lingkungan hidup. Akung (2006) mengatakan
lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 4 bahwa hendaknya manusia berperilaku arif
Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan terhadap lingkungannya agar tercipta
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup keharmonisan dalam keberlangsungan
memberikan batasan definisi bahwa kehidupan. Dengan demikian manusia
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang memiliki andil yang sangat besar dalam
dengan semua benda, daya, keadaan, dan menjaga kestabilan lingkungan sekitarnya,
makhluk hidup yang termasuk di dalamnya gaya hidup manusia berperan penting dalam
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi pelestarian lingkungan sekitarnya. Gaya
kelangsungan hidup dan kesejahteraan hidup ini terpengaruh oleh berbagai hal salah
manusia serta makhluk hidup lainnya. satunya perkembangan teknologi dan media.
Berdasarkan definisi tersebut lingkungan
Suhartini (2009) mengatakan bahwa
hidupadalah obyek vital yang mempengaruhi
kearifan lokal merupakan warisan nenek
kelangsungan hidup dan kesejahteraan umat
moyang kita dalam tata nilai kehidupan yang
manusia. Dengan demikian maka lingkungan
menyatu dalam bentuk religi, budaya dan adat
hidup harus tetap terjaga dengan baik untuk
istiadat. Sementara itu Keraf dalam Suhartini
dapat diwariskan kepada generasi-generasi
(2009) menegaskan bahwa kearifan lokal
selanjutnya.
adalah semuabentuk pengetahuan, keyakinan,
Penjagaan dan Pelestarian lingkungan pemahaman atau wawasan serta adat
hidup telah menjadi komitmen negara, yang kebiasaan atau etika yangmenuntun perilaku
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 manusia dalam kehidupan di dalam
Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan komunitas ekologis. Selanjutnya Francis
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Wahono (2005) menjelaskan bahwa kearifan
Bahwa berdasarkan pasal 5 ayat (2) Undang- lokal adalah kepandaian danstrategi-strategi
Undang Nomor 4 Tahun 1982 negara telah pengelolaan alam semesta dalam menjaga
mewajibkan setiap orang yang ada di keseimbangan ekologis yang sudahberabad-
Indonesia untuk memelihara lingkungan abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala
hidup dan mencegah serta menanggulangi serta keteledoran manusia. Pelestarian
kerusakan dan pencemarannya.Komitmen lingkungan hidup tidak terlepas dari budaya
negara semakin jelas dan rinci diatur di dalam dan gaya hidup manusia, seperti pada desa
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Purwogondo yang memegang teguh budaya
Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok kearifan lokal dimana mata air Tuk Serco
Pengelolaan. dianggap sebagai karunia Allah yang sangat
mendukung penghidupan, tempat yang sakral,
Dalam mendorong tetap lestarinya
ditunggu oleh kekuatan ghaib yang tidak
lingkungan hidup, masyarakat tetap harus
boleh diganggu, harus dihormati sebagai
menghayati nilai-nilai kearifan yang

94
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
sesama makluk ciptaan Allah (Siswadi, 2011). terjadi pergeseran budaya karena adanya
Contoh lainnya adalah tradisi nyabuk gunung, pengaruh teknologi dan media di kalangan
susuk wangan, merti desa di Jawa Tengah, masyarakat. Media menurutnya telah
Subak di Bali, Sasi di Maluku, senguyun di mendorong kelompok masyarakat berpikir
Kalimantan, dan sebagainya. pragmatis mengejar laba yang besar dalam
bercocok tanam, masih menurutnya,
Tiap desa atau kawasan memiliki nilai
masyarakat tidak lagi mematuhi larangan-
budaya kearifan lokal yang diwariskan secara
larangan dalam cara-cara bercocok tanam
turun temurun untuk menjaga kestabilan
sebagaimana kearifan lokal yang masih
lingkungan kawasan tersebut terutama
dimiliki kelompok masyarakat tersebut.
kawasan-kawasan yang memiliki sumber
Menurutnya media mempengaruhi pergeseran
daya alam. Pergeseran nilai budaya tersebut
nila-nilai budaya tersebut.
tidak dapat dihindari melihat perubahan
jaman terlebih dengan era digital yang baru Berdasarkan latar belakang di atas,
ini yang secara kasat mata telah merubah maka rumusan masalahnya adalah bagaimana
gaya hidup masyarakat secara signifikan, nilai budaya kearifan lokal dalam
maka daripada itu penelitian ini bermaksud melestarikan lingkungan di Desa Cimangu
untuk mengangkat tema ini yang mana Kecamatan Ngamprah Bandung Barat. Selain
hasilnya berupa wawasan rekomendasi itu penelitian ini juga merumuskan masalah
terhadap pelestarian lingkungan alam. bagaimana mayarakat memaknai terpaan
media terhadap pergeserah nilai-nilai kearifan
Hal ini yang menarik untuk diteliti.
budaya lokal di Desa Cimangu Kecamatan
Seperti apa pengaruh media digital dalam
Ngamprah bandung Barat.
perubahan sosial budaya itu. Juga bagaimana
media berperan dalam menggeser
penghayatan kelompok masyarakat terhadap
METODE PENELITIAN
kearifan lokal yang dianut secara turun
Metode penelitian ini adalah penelitian
temurun. Untuk menjawab pertanyaan
kualitatif yang menggunakan pendekatan
tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
studi Fenomenologi, yaitu studi sebuah
kelompok masyarakat di Desa Cimanggu
fenomena yang dialami seorang/beberapa
Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung
individu dalam kehidupan nyata (real-life),
Barat. Desa ini adalah salah satu desa yang
salah satu varian dari fenomenologi adalah
berperan penting dalam perairan di sekitar
interaksi simbolik. Penelitian studi
kawasannya. Masyarakat yang 90% populasi
fenomeologi merupakan pendekatan kualitatif
penduduknya petani ini masih memiliki nilai-
yangmana peneliti mengeksplorasi sebuah
nilai budaya kearifan lokal dalam
fenomena yang sama secara detail yang
melestarikan lingkungannya, namun
dialami individu-individu dalam kehidupan
berdasarkan pendapat dan penilaian
nyata, yang kemudian ditarik sebuah
Sekretaris Desa Cimanggu saat ini telah

95
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
deskripsi ‘ inti’ dari ‘ Apa ’ yang dialami, dan pengalaman langsung merupakan dasar dari
‘Bagaimana’ mereka mengalami hal tersebut. fenomenologi.
Koleksi data mendalam yang meliputi
Subjek peneliti dari penelitian ini
sumber-sumber informasi yang beragam
adalah masyarakat setempat desa Cimanggu
(contoh: observasi, interview, materi
kecamatan Ngamprah, Bandung Barat. Objek
audiovisual, dokumen-dokumen dan laporan-
penelitiannya adalah pergeseran nilaibudaya
laporan), dan menyimpulkan dalam sebuah
kearifan lokal yang ada dalam masyarakat
konsep tujuan dari penelitian deskriptif ini
desa Cimanggu yang diakibatkan oleh media
adalah untuk membuat deskipsi, gambaran
khususnya media massa. Teknik
atau lukisan secara sistematis, faktual dan
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
adalah dengan melakukan observasi,
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.
Pengalaman hidup seseorang (atau
Observasi yang dilakukan dalam
beberapa) ini mungkin saja merupakan
penelitian ini adalah pengamatan.
sebuah fenomena seperti insomnia, terisolasi,
Pengamatan dilakukan dengan cara
kemarahan, kesedihan, pengalaman bedah
nonparticipant observation. Peneliti akan
jantung (Moustakas,1994). Berpijak pada hal
melakukan pengamatan terhadap masyarakat
tersebut, peneliti hakekatnya mengumpulkan
di desa Cimanggu. Wawancara yang
data-data dari para individu yang telah
dilakukan penulis dalam penelitian
mengalami fenomena ini dan
dimaksudkan untuk mengetahui pandangan,
mengembangkan sebuah deskripsi yang
kejadian, kegiatan, pendapat, perasaan dari
menjadi inti dari pengalaman tersebut yang
nara sumber (subjek matter expert).
menyangkut pengalaman-pengalaman dari
Wawancara yang dilakukan yaitu untuk
semua individu tadi. Deskripsi ini
mengetahui bagaimana setempat memaknai
menjelaskan ‘ Apa ’ yang mereka alami dan pergeseran nilai budaya kearifan lokal yang
‘ Bagaimana ’ mereka mengalaminya diakbatkan oleh media yang berujung pada
(Moustakas,1994). kerusakan lingkungan.. Penggunaan teknik

Littlejohn dan Foss (2005) ini sangat penting bagi penelitian kualitatif,

mengambarkan bahwa setiap manusia secara terutama untuk melengkapi data dan upaya

aktif mengintepretasi pengalaman- memperoleh data yang akurat dan sumber

pengalamannya yang dialami sepanjang data yang tepat.

hidupnya, sehingga pada suatu titik tertentu Studi ini juga menggunakan studi
berada pada posisi dimana individu tersebut dokumen. Menurut Burhan Bungin (2007:
mengerti dan memahami dunia atau ‘ hidup ’ 121), metode dokumenter adalah metode
ini dari pengalaman-pengalaman personal yang digunakan untuk menelusuri data
mereka. Proses mengetahui melalui historis. Dokumentasi dalam penelitian ini
diperlukan terutama untuk memperkaya
96
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
landasan-landasan teoritis dan mempertajam Jumlah 3826 orang 2872 orang
penduduk
analisis penelitian yang berkaitan dengan
tahun lalu
kendala-kendala yang dihadapi tenaga medis Persentase 2.9 % 3.97 %
dengan pasien dalam konteks komunikasi.. perkemban
gan
Sumber: Olahan Peneliti, 2017
Wawancara kemudian dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
kepada sepuluh informan untuk memahami
Hasil Penelitian
nilai budaya kearifan lokal di desa tersebut
Penelitian diawali dengan pengamatan
dan bagaimana makna pergeseran nilai-nilai
daerah Desa Cimanggu dengan beberapa kali
tersebut akibat daripada terpaan media.
kunjungan dan bersilahturahmi dengan
Nilai Budaya Kearifan Lokal Desa
beberapa tokoh desa, termaksud kepala dan
Warga desa Cimanggu yang menjadi
seketaris Desa Cimanggu. Kemudian
informan dalam penelitian ini semuanya
wawancara sepuluh warga desa yang
merupakan warga desa yang sudah tinggal di
dianggap sebagai tokoh masyarakat yang
desa Cimanggu ini sejak lahir. Mereka
dihormati dan sudah turun temurun tinggal di
mengetahui bahwa ada kearifan-kearifan
desa tersebut.
lokal di desa Cimanggu, terutama di bidang
Desa tersebut berada di kaki gunung
pertanian karena mayoritas warga desa
Burangrang yang masih memiliki area
Cimanggu bermata pencaharian sebagai
pertanian padi yang luas. Namun setelah
petani. Bapak Aep (informan) mengakui
dilihat lebih mendalam, setiap perumahan
bahwa Kearifan lokal di desa Cimanggu ini
memiliki area perkebunannya sendiri, yang
banyak dipengaruhi dengan budaya agama
sebagian besar merupakan perkebunan labu.
Hindu dan Islam.
Pada pra-penelitian, kepala desa telah
Beberapa kearifan lokal yang
menceritaka bahwa sebagian besar warga
disebutkan adalah kepercayaan hari baik dan
yang masih bertani memiliki usaha
hari buruk masyarakat Desa Cimanggu
sampingan dengan menanam sayuran
kepada sesepuh di sana untuk menanam padi,
khususnya labu. Ia juga menjelaskan bahwa
dan upacara-upacara syukuran yang
kesejahteraan masyarakat warga desa
berbentuk hajatan, sholawatan, bakar
Cimanggu sangat bak, bahkan hampir tiap
kemenyan, dan tahlilan dengan tujuan agar
rumah memiliki mobil, atau paling tidak
mendapatkan hasil panen yang baik.
sebuah motor. Berikut adalah profil jumlah
Beberapa kearifan lokal yang ada di desa
penduduk desa Cimanggu pada Tabel 1:
Cimanggu lainnya yang disebutkan oleh
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa
Cimanggu Kecamatan Ngamprah Bapak Cecep, yaitu kentalnya gotong royong
Jumlah Penduduk
yakni saling membantu warga tanpa pamrih),
Jumlah Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan kesenian dan permainan tradisional,
Jumlah 3937 orang 2986 orang tarawangsa (upacara adat saat menyimpan
penduduk
tahun ini hasil panen padi di lumbung desa), membaca
97
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
riwayat dari Syeh Abdul Qodir Jaelani yang musyrik. Beliau menyebutkan bahwa
(kidung basa sunda yang menggunakan sekitar 60% warga masih menganut dan
tulisan arab melayu). melakukan berbagai tradisi, kebanyakan
Dari hasil wawancara dengan 10 tokoh karena ajaran orangtua kepada keturunannya.
desa di Cimanggu, maka dapat disimpukan Banyaknya jumlah penganut ini diperkuat
adanya beberapa kearifan lokal yang masih dengan adanya tokoh ‘gegedug’-nya darai tiap
dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. dusun. Beliau memberi penekanan kepada
Kearifan lokal pertama adalah dusun 3 dan dusun 4, sebagai tempat yang
Ngahiras. Artinya adalah gotong royong, masih paling kental dalam melaksanakan adat
Gotong royong dilakukan ketika salah satu tradisi.
warga desa membangun rumah, maka warga Makna Terpaan Media terhadap
lainnya akan membantu. Batuan tersebut Pergeseran Nilai Kearifan Budaya
berupa ikut membantu membangun, atau Masyarakat setempat mengakui bahwa
membantu dengan menyediakan pangan. terdapat pergeseran nilai-nilai kearifan
Kearifan lokal kedua adalah Nyalin, budaya lokal yang diakibatkan oleh terpaan
artinya adalah pesta panen. Hal ini perlu media. Teknologi yang bersifat tidak
dilakukan agar ladang para warga jauh dari terelakan lewat smartphones ini banyak
hama, baik hama hewan, tanaman dan digunakan oleh pemuda-pemudi desa, yang
manusia. Kearifan lokal ketiga adalah pada akhirnya mengakibatkan hilangnya
Tarawangsa. Artinya adalah upacara panen. budaya kearifan lokal secara perlahan namun
Hal ini dilakukan sebelum mulai memanen. pasti. Budi (2017) sebagai salah satu
Kearifan lokal keempat adalah Ilmu informan yang juga merupakan sekretaris
Palak. Ini dilaksanakan untuk menentukan desa mengakui bahwa banyak sekali
hari-hari tertentu agar meraih kesuksesan. informasi mengenai cara bercocok tanam
Biasanya setiap keluarga diberi buku yang didapatkan dari internet yang lebih
Pariribon atau dalam bahasa Jawa Primbon menjanjikan dan lebih bersifat realitas untuk
untuk menentukan hari-hari baik. Seperti digunakan. Informasi penting lainnya yang
penuturan Pak Enjang menyebutkan bahwa mereka dapatkan adalah obat-obatan yang
masih ada kepercayaan seputar pertanian digunakan untuk mengurangi hama atau
yang dianut oleh warga. Contoh kearifan untuk menyuburkan tanah ketika bertanam.
lokal ini adalah Palakiah, simbol kepercayaan Bapak Aep yang juga merupakan
(jelang musim panen, meletakkan sanggar seorang petani sangat melihat perubahan
(semacam sesajen) disimpan di tengah sawah. kebiasaan masyarakat desa Cimanggu yang
Contoh lainnya adalah Jewer Kotok (sebagai beralih dari menanam padi kesayuran. Hal ini
tumbuhan simbol). terjadi karena bertani sayuran jauh lebih
Ence Sutisna, tokoh masyarakat dari menguntungkan dibandingkan dengan
hasil wawancara, beliau lebih menekankan menanam padi. Hasil panen sayuran dapat
kepada masih adanya kearifan-kearifan lokal dilakukan setidaknya seminggu 3 kali,
98
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
berbeda jauh dengan panen padi yang dampak nyata bagi cepatnya kenaikan
membutuhkan waktu setidaknya 4 bulan. ekonomi warga. Warga dimudahkan dengan
Bapak Cecep memiliki pendapat yang sama, cepatnya akses komunikasi antara petani dan
ia melihat bahwa mayoritas warga yang penjual yang berjauhan jaraknya. Namun
awalnya merupakan petani sudah beralih ke karena kemudahan itu pula masyarakat sering
sayuran terutama waluh rejet. Bertani sayuran lambat membuat keputusan perihal harga
dirasa jauh lebih menguntungkan dan mampu bahan karena banyaknya informasi.
mengangkat ekonomi warga desa Cimanggu. Masuknya internet tidak menggeser kearifan
Bahkan, Bapak Cecep mengatakan, “ biarlah lokal sehingga tidak ada upaya antisipasi
orang Cianjur yang menanam padi, dan kita khusus.
beli padi dari mereka. Biarlahkita yang Menurut pemaparan Bapak Cecep,
menanam sayur, dan orang Cianjur yang beli berpindahnya haluan mata pencaharian warga
sayur dari kita”. yang bertani padi menjadi menanam sayur
Perpindahan profesi warga desa menggeser nilai budaya kearifan lokal itu
Cimanggu ini yang awalnya merupakan sendiri, ini karena banyak sekali kearifan
petani dan beralih menanam sayuran lokal desa Cimanggu yang sangat berkaitan
memperlihatkan bahwa adanya sifat dengan proses penanaman padi. Namun
konsumtif yang jauh lebih meningkat. Seperti karena, mereka sudah berpindah haluan,
yang dikatakan Bapak Cecep bahwa orang maka nilai budaya kearifan lokal tersebut
dulu memiliki prinsip yang terpenting adalah tidak lagi digunakan
mempunyai padi (beras), namun orang-orang Di pihak lain Bapak Aep menjelaskan
saat ini berprinsip yang terpenting adalah bahwa faktor utama memudarnya kearifan
memiliki uang. Ketua Desa Bapak Asep lokal ini adalah karena generasi muda yang
mengakui bahwa tingkat kehidupan malas melestarikan kearifan lokal ini. Dan
masyarakat desa ini juga diatas rata-rata, timbulnya rasa malas ini juga tidak jauh dari
hampir semua warga desa memiliki motor peran media yang sudah masuk ke dalam desa
dan telepon gengam, khususnya smartphones. Cimanggu. Media yang sudah masuk ke desa
Ini yang juga ikut mempengaruhi terjadinya Cimanggu antara lain radio, televisi, dan
pergeseran nilai budaya kearifan lokal. handphone (smartphones). Dan menurut
Banyak yang sudah tidak mengindahkan beliau, media internet memang sudah masuk
budaya-budaya kearifan lokal tersebut karena ke desa Cimanggu, terutama digunakan oleh
sekarang bagi mereka, memiliki uang dan generasi muda. Bapak Cecep menambahkan
teknologi lebih penting. bahwa dengan adanya teknologi media,
Demikian dengan Bapak Ade yang membuat generasi muda tidak sekreatif
menjadi kepala seksi umum di desa seperti biasanya.
Cimanggu, ia mengakui bahwa perilaku Mayoritas warga Cimanggu tidak
warga cimanggu menjadi cenderung lebih menolak masuknya media, terlihat dengan
konsumtif. Selain itu, internet memberikan seringnya warga desa Cimanggu dalam
99
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
membuat status di Facebook. Dari sana, (terutama teknologi informasi) yang mau
Bapak Cecep menilai bahwa masuknya media tidak mau akan menggeser kearifan lokal
(terutama internet) memiliki sisi positif dan tersebut.
negatif. Sisi positifnya adalah cepatnya arus Masyarakat Cimanggu justru harus siap
informasi (kabar warga sekitar lebih cepat dalam menghadapi masuknya era media dan
menyebar lewat aplikasi BBM dan WA, juga teknologi informasi ini. Antisipasi yang
informasi mengenai pasar dan pertanian), dan mungkin saat ini dilakukan adalah budaya
sisi negatifnya adalah semakin berkurangnya mengaji dan majelista ’ lim yang
pengawasan orang tua terhadap anak-anak mengikutsertakan MUI untuk menangkal sisi
yang mengakses media. Juga secara tidak negative dari pengaruh media. Salah satu
langsung, media yang ada membuat informan yang merupakan salah satu pengajar
masyarakat kurang bersilaturahmi dengan di sekolah di desa Cimanggu ini
bertatap muka (hanya berkabar lewat media memberlakukan aturan larangan membawa
sosial). . Pak Karjo salah satu informan yang handphone ke sekolah. Pengajar ini mengaku
juga merupakan bendahara Desa Cimanggu bahwa suatu saat pernah menemukan sebuah
memaparkan bahwa sisi positif dengan video dewasa di dalam handphone siswa. Hal
adanya kemudahan media komunikasi ini menghawatirkan masyarakat setempat,
membuat siklus jual beli menjadi lebih cepat. maka pentingnya pengetahuan dalam
Namun hal itu juga sering menyebabkan menghadapi era media dan teknologi sangat
jatuhnya harga hasil panen karen signifikan.
menumpuknya hasil panen yang sama akibat Pak Enjang yang merupakan ketua
persamaan informasi yang didapat oleh para BPD mengakui belum ada penyuluhan
petani. penggunaan media atau literasi media.
Menurut Ence Sutisna yang merupakan Penyuluhan bagi warga hanya sebatas cara
tokoh masyarakat di desa cimanggu ini, sisi menggunakan internet tersebut. Warga yang
positif dari masuknya teknologi media karena berusia diatas 40 tahun jarang menggunakan/
mengurangi adat tidak bermanfaat yang belum memaksimalkan fungsi smartphone.
dahulu. Adanya media komunikasi berbasis Yang sering menggunakan media itu yang
internet memberi kemudahan kepada kaum banyak waktu. Untuk orang tua, sudah lelah
muda untuk menaring dan mempertanyakan oleh kewajiban berpikir dan bekerja.
informasi yang diturunkan oleh orangtuanya. Dengan masuknya internet dan
Namun masih akan tetap sulit, karena orang- smartphone, Secara otomatis orangtua terpicu
orang tua yang menganutnya tidak terjamah menghasilkan lebih banyak nilai tambah
informasi baru dari internet. karena banyak tuntutan.apalagi dengan masih
Bapak Cecep pun mengakui dirinya kentalnya gengsi yang dimiliki oleh warganya.
tidak melakukan antisipasi pergeseran Adanya teknologi membuat kaum
kearifan lokal karena mau bagaimanapun juga, muda sekarang lebih asik dengan media
kita tidak bisa menolak masuknya teknologi elektronik, sehingga kegotongroyongan
100
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
bergeser. Antisipasinya adalah dengan tetap penghasilan lewat penanaman sayuran yang
belajar dan berusaha untuk menambah lebih baik, dan cara pemasarannya. Selain itu,
pengetahuan, silaturahmi ditingkatkan, generasi muda menjadi lebih kritis dan
supaya tetap dapat terbimbing dan tidak informatif. Media juga berkontribusi
terlalu bebas. Karena kita tidak bisa membuat masyarakat meninggalkan budaya-
memungkiri teknologi dan globalisasi. budaya tertentu yang dipandang kurang
Dari uraian diatas, dapat dikategorisasi bermanfaat bagi masyarakat desa. Media
beberapa makna pergeseran nilai budaya teknologi juga memberikan sentuhan
kearifan lokal bagi masyarakat desa modernisasi pada pola pikir masyarakat desa.
Cimanggu. Pertama, bahwa media teknologi Dampak negatif yang muncul akibat
memberikan dampak yang signifikan terdapat media teknologi antara lain
terhadap perubahan profesi sebagian besar menggeser nilai-nilai budaya kearifan lokal,
warga desa yang awalnya merupakan petani bahkan lamban laun meninggalkannya.
padi, menjadi penanam sayuran. Hal ini Seperti beberapa budaya kearifan lokal yang
dikarenakan menanam sayuran memberi digunakan ketika bertani padi.
keuntungan yang lebih besar daripada bertani Kemunculan media juga membuat
padi. Ini membuktikan bahwa masyarakat generasi muda tidak memahami budaya
desa tersebut memiliki sifat konsumtif. Media kearifan lokal yang sebenarnya merupakan
teknologi disini berperan memberi arus warisan desa yang seharusnya tetap dipelihara.
informasi mengenai cara menanam sayuran Generasi muda juga menjadi malas dan
yang baik sehingga dapat memberikan kurang kreatif.
keuntungan yang maksimal. Pola komunikasi yang berubah juga
Kedua, bahwa dengan arus informasi menjadi dampak negatif media. Masyarakat
yang meningkat dengan adanya media awalnya sering jumpa dan bersilahturahmi
membawa pergeseran pola pikir yang lebih sekarang hanya sebatas percakapan di
realistic dan memakai logika, sehingga Whatsapp atau BBM, aplikasi chat yang
beberapa nilai budaya kearifan lokal yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat
berbau mistis semakin lama semakin desa.
ditinggalkan, meskipun masih ada beberapa Banyaknya informasi yang juga
tokoh adat warga desa yang masih memberikan dampak negatif kepada
mempraktekkannya. masyarakat. Selain berita-berita hoax yang
Ketiga, bahwa dengan adanya media bisa memprovokasi, pornografi yang mudah
teknologi memberi dampak positif maupun diakses dari media teknologi juga menjadi
negatif bagi masyarakat desa. Dampak positif salah satu masalah besar yang
yang terlihat: Dampak positif media teknologi penanggulangannya belum maksimal.
adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa, karena mendapatkan
KESIMPULAN
berbagai informasi yang dapat meningkatkan
101
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
Dari pemaparan hasil dan pembahasan mengacu pada banyaknya arus informasi
pada bab lima, maka dapat disimpulkan yang bermanfaat bagi perkembangan
bahwa nilai-nilai budaya kearifan lokal yang masyarakat desa terlebih dalam hal
terdapat di Desa Cimanggu. Ngahiras, artinya penanaman sayuran. Sisi negatif mengacu
adalah gotong royong, Gotong royong pada generasi muda yang menjadi lebih malas
dilakukan ketika salah satu warga desa dan kurang kreatif, banyaknya situs media
membangun rumah, maka warga lainnya akan yang kurang baik untuk pemuda pemudi,
membantu. silahturahmi antar warga berkurang, serta
Nyalin.artinya adalah pesta panen. Hal timbulnya sifat konsumtif yang lebih tinggi.
ini perlu dilakukan agar ladang para warga Adapun saran yang ingin diberikan
jauh dari hama, baik hama hewan, tanaman yaitu perlunya penyuluhan bermedia dengan
dan manusia. Tarawangsa artinya adalah baik dalam media sosial lainnya yang terus
upacara panen. Hal ini dilakukan sebelum berkelanjutan melihat kemajuan teknologi
mulai memanen. dan informasi sangat pesat. Pengoptimalan
Ilmu Palak dilaksanakan untuk bermedia sosial dianjurkan agar setiap
menentukan hari-hari tertentu agar meraih sekolah atau sarana-sarana pendidikan
kesuksesan. Biasanya setiap keluarga diberi lainnya meberikan pengajaran bagaimana
buku Pariribon atau dalam bahasa Jawa berkomunikasi dalam media sosial yang baik .
Primbon untuk menentukan hari-hari baik. Adanya preservasi dalam melestarikan nilai-
Ada juga kepercayaan seputar pertanian yang nilai budaya kearifan lokal.
dianut oleh warga misal Palakiah, atau
simbol kepercayaan (jelang musim panen,
DAFTAR PUSTAKA
meletakkan sanggar (semacam sesajen)
BUKU
disimpan di tengah sawah. Kepercayaan lain,
Jewer Kotok (sebagai tumbuhan simbol), juga Akung, M. A. (2006). Membincangkan
Kearifan Lokal Ekologi Kita.
masih dipercayai.
Burhan, B. (2007). Penelitian kualitatif.
Nilai-nilai budaya kearifan lokal
Jakarta: Prenada Media Group.
mengalami pergeseran yang disebabkan oleh
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2005).
masuknya media teknologi. Masyarakat desa
Theories of communication.
menggangap media teknolgi berperan besar
Moustakas, C. (1994). Phenomenological
akan mulai pudarnya nilai-nilai budaya research methods. Sage publications.
kearifan lokal yang menjadikan masyarakat
Wahono, F. (2005). Pangan. Kearifan Lokal
desa lebih bersifat konsumtif. Pergeseran dan Keanekaragaman Hayati, Penerbit
tersebut menciptakan perpindahan haluan Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas,
Yogyakarta.
profesi petani padi menjadi penanam sayuran
karena dianggap lebih mengguntungkan. JURNAL
Terpaan media memiliki sisi positif Siswadi, Taruna, Purnaweni.(2011). Kearifan
sekaligus sisi negatif. Sisi positif lebih Lokal Dalam Melestarikan Mata Air

102
Sri Seti Indriani dan Muhammad Zen Al-Faqih
MetaCommunication; Journal Of Communication Studies P-ISSN : 2356-4490
Vol 5 No 1 Maret 2020 E-ISSN : 2549-693X
(Studi Kasus Di Desa Purwogondo,
Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal).
Jurnal Ilmu Lingkungan. Program
Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca
Sarjana Undip

PROSIDING

Suhartini, Kajian Kearifan Lokal Masyarakat


Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
Dan Lingkungan. (2009), Jurusan
Pedidikan Biologi Fmipa Universitas
Negeri Yogyakarta. Pprosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan Dan
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta

103

You might also like