Professional Documents
Culture Documents
PROPOSAL
OLEH
LA ODE TARSANI
N1E119028
Kendari, 2023
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Tradisi Lisan
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
....................................................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI...............................9
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................................9
2.1.1 Penelitian Relevan.................................................................................9
2.1.2 Tradisi Lisan..........................................................................................13
2.1.3 Sitem Perkebunan..................................................................................14
2.1.4 Mantra...................................................................................................15
2.1.5 Ritual.....................................................................................................18
2.2 Landasan Teori...............................................................................................19
2.2.1 Teori Fungsionalisme............................................................................19
2. 3.2 Kerang Pikir.........................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................24
3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................24
3.2 Lokasi Penelitian............................................................................................24
3.3 Sumber Data...................................................................................................24
3.3.1 Data Primer...........................................................................................24
3.3.2 Data Sekunder.......................................................................................24
3.4 Teknik Pengumpulan data..............................................................................24
3.5 Teknik Pengumpulan Informan......................................................................27
3.6 Teknik Analisis Data......................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
ii
2
BAB I
PENDAHULUAN
kepercayaan, adat istiadat, dan budaya merupakan ciri khas masyarakat Indonesia.
Kepulaua ini di tempati oleh keragaman ini. Indonesia juga memiliki beragam
yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan berbagai budaya dan adat istiadat
serta bahasa daerah yang berbeda di setiap pulau ini tersebar di seluruh nusantara.
berbeda antara daerah dengan daerah lainnya. Menurut Zulvita (dalam Harnita
itu budaya cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok orang tertentu.
Meski ada kesamaan dalam tataletak, tradisi bervariasi dari satu daerah ke
amalan, kebiasaan, dan pelajaran, yang sebagian di wariskan dari satu generasi ke
kebutuhan sendiri di atas hasil panen yang mereka kelola di lahan perkebunannya.
mencari nafkah sesuai dengan kondisi daerah tempat tinggalnya yang berada di
Menurut Anwas (dalam Harnita et al., 2019, : 12) Petani adalah orang yang
Sebuah Ritual seperti pembacaan mantra karena sudah menjadi salah satu tradisi
percaya bahwa hantu, jin, dan setan tentu baik dan ada juga yang tidak baik terus-
menerus mengganggu kehidupan manusia. Makhluk gaib yang baik ini benar-
Hanya jika manusia mahir dalam mantra tertentu hal ini mungkin terjadi. Artinya,
seorang pawang atau dukun yang ingin membasmi atau menyembukan suatu
4
diucapkan saat orang terlihat dalam berbagai aktifitas, terutama yang terkait
dengan adat. Hal ini tidak mengherankan mengingat mereka memegang konsep
dan keselamatan. Karena itu, keberadaan mantra sangat penting dan terkait erat
Pada dasarnya mantra ada beberapa macam tergantung dari tujuan dan
sifatnya. Mantrabertani, pemurnian, laut, dan hal-hal lain ada di antara mereka.
operasi pertanian. Mantra ini hanya digunakan saat melakukan tugas yang
Kebiasaan “Maitai Allo Macoa” merupakan adat istiadat yang sudah sejak
menggunakan naska “Maitai Allo Macoa” dalam memilih waktu dan hari yang
baik untuk melakukan berbagai, seperti pergi berdagang untuk menjual barang ,
mencari pekerjaan atau belajar di luar negeri, memilih waktu dan memilih waktu
dan hari yang baik untuk memulai upacara pernikahan atau menbangun rumah,
dan memilih tempat tinggal. Waktu dan hari yang baik untuk melakukan kegiatan
ritual. (Aswad et al., 2017, : 4–5). Tradisi Nyarang Hujan Pada masyarakat
daerah yang ada di Kabupaten Pandeglang. Nyarang hujan biasa dilakukan oleh
nyarang hujan ini dilakukan oleh masyarakat mereka mengharapkan ketika acara
nilai,norma, adat istiadat, dan kebiasaan lokal. Nilai, norma, adat istiadat, dan
kebiasaan yang selama ini menjadi pedoman hidup masyarakat tidak terhapuskan
oleh perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini. Msyarakat Muna masih
rutin melakukan kegiatan menanam jagung dan kacang tanah karena hal tersebut.
Pembancaan mantra tersebut dimaksudkan agar para mahluk ghaib yang berada di
ketempat lain maka akan memganggu. Setalah pembukaan lahan maka dilakukan
menggunakan pembacaan mantra. Apa bila dalam salah satu tahap proses
berkebun tidak membacakan mantra seperti pada saat pemasangan pagar, maka
saat tanaman jagung berbuah akan mengalami penyakit, diserang babi, akan
tetapi ketika mantra di bacakan maka tanaman jagung akan menjadi subur.
metaano ( mencari hari baik) dimana mereka mencari waktu yang baik untuk
membuka lahan ketika membuka lahan baru dan waktu yang mengutungkan untuk
menanam ketika waktu tanam tersedia. Dimana mereka mencari hari baik masih
setiap proses berkebun harus ada pembacaan mantra maupun dalam proses
mereka.
Hutan di Muna banyak makhluk dunia lain yang memiliki kekuatan untuk
mengganggu kehidupan manusia disana dan tumbuhan yang ada didalam lahan
tersebut. Mereka pun mengakui keberadaan mahluk gaib tersebut memiliki hak
yang berada di lahan itu. Apa bila tidak membacakan mantra pada saat pembuka
masyarakat Muna yang bertempat tinggal Di Desa Unit Pemukiman Kotano Wuna
proses bercocok tanam, dan fenomena lain yaitu tidak boleh dilakukan dalam
berkebun yaitu tidak bisa ribut pada saat masuk kebun apabila ribut malamnya
akan masuk babi. Sebelunya melakukan ritual yang namanya pembukaan lahan
masih membiarkan begitu saja hanya mereka membersikan rumput yang ada di
sekitar tanaman jagung tersebut. Tradisi pembukaan lahan di hutan, dari pra panen
hingga pasca panen, harus mengikuti proses ritual. Bahwa mahluk gaib yang
di sekitar yang berada didalam hutan yang akan dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian.
berkebun pada masyarakat Muna harus membacakan mantra. Dan di sana juga
mereka tidak melewatkan tiap tahap ritual dalam proses berkebun dari zaman dulu
sampai saat sekarang ini, tidak di tinggalkan. Karena sudah menjadi kebiasan
mereka sejak dulu. Oleh karena itu peneliti mau meneliti lebih dalam lagi tentang
proses Mantra berkebun pada masyarakat Muna di Desa Unit Pemukiman Kota
Wuna.
mantra berkebun
Kotano Wuna
10
BAB II
beberapa penelitian relevan Terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut
tanam padi di Desa Ronggo, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati, Jawa Tengah”dan
dilakukan oleh Sorayah (dalam Rukesi & Sunoto, 2017,:26-27). Bertujuan bahwa
mantra bercocok tanam padi memiliki nilai budaya yang terlihat dari pola
hubungan manusia, yaitu nilai budaya memiliki enam bentuk hubungan diri
sendiri, enam bentuk hubungan dengan Tuhan,dan satu bentuk hubungan dengan
orang lain.
mantra berkebun yang berkaitan dengan suatu tradisi dalam suatu masyarakat
pengkajian yang diteliti oleh Sorayah yaitu berfokus mengenai nilai mantra padi
di Desa Ronggo, Kecamatan Jaken, Kabupaten pati jawa Tengah dilandasi oleh
nilai-nilai budaya, dimana penelitian saya berfokus pada mantra berkebun pada
(2007 : 2-5) yang berjudul Mantra Melaut Suku Bajo sebagaimana yang di
tafsirkan oleh Riffaterre dalam istilah semiotik. Studi ini dilakukan sebagai bagain
heuristik dan hermeneutik, karya ini bermaksud untuk menjelaskan makna yang
terkandung dalam mantra laut suku Bajo, mengidentifikasi mantra dan model
pentingnya mantra laut suku bajo dalam kehidupan sehar-hari. Yang diucapkan
oleh suku bajo sebagai penutur mantra laut, menunjukan adanya multienistik yang
penelitian di lihat dari segi fokus kajian terdapat persamaan, yakni sama-sama
penelitian saya, dimana penelitian saya yaitu mengenai tentang Mantra berkebun
Sedangkan penelitian Uniwati lebih fokus pada Mantra Melaut Suku Bajo dengan
penelitian.
12
Pada Penelitian relevan ke tiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Nurul
Fitria 2022 et al.,2022,: 1-3), yang berjudul Fungsi dan Makna Mantra
penelitian ini mengungkap berbagai hal, antara lain fakta bahwa setiap usaha tani
sosial, dan fungsi ekonomi. Ritual Hembula’a pada masyarakat kaledupa secara
umum. Ritual hembula’a merupakan bagain yang integral dari kehidupan petani
mantra. Adapun perbedaannya terletak pada pengkajian yang di teliti Nurul Fitria
yaitu berfokus pada fungsi dan makna mantra hembula’a pada masyarakat
kalidupa, dimana penelitian yang saya teliti berfokus pada mantra berkebun pada
Udayana, penelitian ini sedang dilakukan. Saat menanam di ladang, suku Muna
melakukan ritual yang di kenal dengan ritual kapontasu yang dipimpin oleh
seorang parika ( pemimpin ritual). Upacara ini penting bagi masyarakat suku
secara efektif tanpa diganggu oleh mahkluk gaib (jin). Suku Muna yang masih
terikat oleh alam mistis melakukan ritual kapontasu dalam bercocok tanam padi
ritual kapontasu, memiliki persamaan dan perbedaan, Di lihat dari segi fokus
teliti oleh Hardin yaitu Ritual Kapontasu pada sistem perladangan Masyarakat
berfokus pada mantra proses berkebun pada masyarakat Muna, di desa Unit Kota
yang telah dilakukan dalam waktu yang sangat lama dan merupakan bagian dari
kehidupan sekelompok orang, biasanya berasal dari bangsa, budaya, waktu, atau
agama yang sama, adalah kata yang berasal dari latin. Aspek tradisi yang paling
tertulis dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tanpa ini, adat akan hilang
Berbagai pengetahuan dan praktik di wariskan secara lisan dari satu generasi
mencakup hal-hal seperti yang di kemukakan oleh Roger Tol dan Pudentia
(Astian Rahayu, 2019,: 123) bahwa tradisi lisan meliputi hal-hal kearifan
adat, pengetahuan dan sistem religi, astrologi, dan berbagai hal lain yang
Saya dapat menyimpulkan dari beberapa pandangan para ahli tersebut di atas
bahwa tradisi lisan mengacu pada wacana yang di ucapkan atau di wariskan
secara lisan, terutama dalam karakter yang di transmisikan secara lisan. Ini juga
lahan dan vegetasi. Setidaknya ada pemahaman dasar pertanian yang dapat kita
fokuskan baik untuk penggunaan sehari-hari maupun untuk tujuan penelitian padi,
jagung, sayuran, kacang tanah, dan penggunaan lahan pertanian lainnya termasuk
di dalamnya. Selain itu, dari perspektif ilmiah, pertanian mencakup kegiatan yang
anugerah alam, yang siap berubah seiring waktu dan menyediakan sumber
pendapatan tetap. Pada tahap perkembangan ini, orang mulai menanam tanaman
di tanah. Menebang pohon dan semak untuk bercocok tanam di ladang. Batang
dan dahan yang sudah kering kemudian dibakar. Dan itu disebut sebagai
tradisi yang dilakukan secara turun temurun dalam memulai suatu perkebunan.
Seperti halnya pada setiap suku lain, berkebun pada masyarakat Muna memiliki
yang sudah ada sejak dahulu kala. Setiap petani memiliki proses pertanian yang
berbeda antara suku yang satu dengan suku yang lainnya, seperti proses
perkebunan pada masyarakat Muna yang dikenal dengan tradisi Kasambuno wite.
Setiap petani dipengaruhi oleh tradisi kasambuno wite, sebuah kearifan lokal
yang dipegang dan digunakan oleh masyarakat Muna memulai setiap usaha
2.1.4 Mantra
Mantra merupakan salah satu jenis budaya yang masih banyak dipraktekan
di seluruh nusantara. Mantra selalu berbicara secara lisab dan menggunakan kosa
kata tertentu, artinya hanya dapat di pastikan setelah penelitian buadaya dan
ilmiah yang ekstensi berdasarkan budaya di mana mantra itu dipraktekan. Mantra
adalah semua jenis nyanyian yang berbeda yang berbentuk puisi atau ritme dan
16
mencapai tujuan tertentu atau sebaliknya. Untuk memehami mantra sebagai sastra
lisan, atau lebih tepatnya sebagai tradisi lisan, seseorang harus mengenal simbol-
simbol sendiri.
Mantara merupakan asalah satu genre sastra lisan yang berkembang di Riau
mengucapkan mantra, yaitu kata-kata dengan kalimat dan kekuatan gaib atau
magis. Mnatra adalah produk sampingan dari sastra kuno berupa puisi, yang dapat
memiliki jumlah baris yangtidak berbatas dan digunakan untuk berbagai hal,
melayu tidak terlalu berkaitan dengan sastra dan lebih banyak berkaitandengan
tradisi dan kepercayaan (Rizal, 2010:1). Mantra adalah sastra lisan yang menyebar
melalui mulut ke mulut atau secara lisan. Mantra, menurut badudu ( dalam Astian
Rahayu, 2019,:6), “merupakan aawal dari jenis puisi tradisional”. Mantra adalah
salah satu puisi tradisional, dan jika di bandingkan degan bentuk puisi tradisional
leluhur melalui berbagai saluran komunikasi. Pesan tersebut sebuah ucapan yang
tersembunyi. Dengan cara yang sama seperti nenek moyang kuno, melantukan
mantra atau formula dari masa lalu dapat membangkitkan kekuatan spiritual.
yang tandus karena terkait dengan mata pencarian yang mayoritas masyarakatnya
tergantung pada hasil pertanian. Pola hidup seperti itu turut pada mempengaruhi
mantra .Hal itu dapat memberikan gambaran bahwa dalam lingkaran masyarakat
suku Muna ada hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Pada dasarnya
matra terdiri atas beberapa macam berdasarkan jenis dan fungsinya, diantaranya
seringkali kita temukan,yang biasa di sebut dengan doa-doa yang dibacakan oleh
2.1.5 Ritual
menciptakan dan memelihara suatu kepercayaan seperti mitos, juga adat sosial
18
dan agama,karena ritual merupakan agama dalam tindakan seperti halnya Ritual
pribadi atau berkelompok, serta membentuk disposisi pribadi dari pelaku ritual
sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Jadi ritual adalah Dari segala yang
kelahiran, kematian, pernikahan dan juga ritual sehari-hari untuk menunjukan diri
Menurut (Astian Rahayu, 2019, : 125) ritual ada beberapa tata cara tertentu
perkawinan dan ritus yang paling sering dilakukan adalah doa. Ritual sampai saat
ini dianggap sebagai adat kebiasaan yang sudah timul dan di percayai dalam
keagamaan dan berkembang hingga masa sekarang ini. Susane Longer, yang
ungkapan yang lebih bersifat logis dari pada yang bersifat psikologi, ritual
memperlihatkan perilaku dan peranan serta bentuk pribadi para pemuja dan
mengikuti masing-masing.
oleh Bronislaw Malinowski. Yang percaya atau percaya bahwa semua aspek
mendapatkan manfaat dari hasil bercocok tanam. Manfaat yang lain di dapatkan
adalah hasil panen Mereka. Disitu juga masyarakt mempunyai manfaat dari fungsi
dalam mantra berkebun, memberikan manfaat kepada petani dalam hal mengusir
hubung dengan judul saya yaitu membahas fungsi dari mantra dalam proses
berkebun. Karna dalam fungsi dari mantra dalam proses berkebun mempunyai
konsepnya mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah laku manusia,dan pranata
a. Fungsi sosial dari suatu adat dan pranata sosial berkaitan dengan dampak
c. Fungsi sosial institusi sosial berfokus pada bagaimana hal itu mengetahui
keseluruhan.
mengelola alam di sekitar mereka. (2) Struktur ekonomi.(3) Mesin dan lembaga
20
pendidikan, yaitu alat petugas atau lembaga pendidikan. Misalnya, selain lembaga
Malinowski senantiasa mencari tujuan atau aplikasi dari setiap komponen budaya
pada umumnya.
semua aspek budaya. Studi tentang masyarakat dan budaya manusia adalah salah
fungsionalisme strukturak. Dia juga sampai pada kesimpulan bahwa setiap aspek
budaya memiliki tujuan sosial dalam hubungannya dengan aspek budaya lainnya.
21
Mantra berkebun
Konsep
Sistem Perkebunan
Tradisi Lisan
Mantra
Ritual
Hasil Penelitian
jelaskan bahwa penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian mantra berkebun
dan serta untuk mengetahui fungsi dari mantra dalam proses berkebun. Dengan
22
muna.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
dangan cara sendiri, metode penelitian ini memiliki untuk menggunakan prosedur
32).
yakni masyarakat Desa Kotano Wuna bermata pencaharian sebagai petani, dalam
untuk menghindarkan diri dari segala mara bahaya serta mengharapkan hasil yang
Adapun Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data
langsung dari informan serta proses pengumpulan data. Data primer merupakan
informan yaitu dukun pembaca mantra berkebun dan di bantu dengan alat kamera.
Dara sekunder adalah data penelitian yang didapat dari sumber lain
1.Observasi
pengumpulan data yang memiliki karakter paling dasar jika di bandingkan dengan
dilapangan. Dimana objek penelitian yang akan di amati yaitu Mantra berkebun.
berkebun dan fungsi mantra berkebun. Dimana objek yang akan diamati
2.Wawancara (interview)
yang berada di sekitar lokasi tersebut yang mengetahui tentang Mantra berkebun
3. Dokumentasi
rekaman video dan foto. Dokumentasi yaitu sebuah cara yang dilakukan dalam
28
mendapatkan data dan informasi dalam bentuk dokumentasi yaitu foto, gambar,
dan rekaman video Sugiyono., 2015, : 329). Untuk mendukung penelitian ini,
Maka dari itu peneliti menggunakan alat perekam untuk merekam pada saat
Adapun teknik yang saya gunakan yaitu Purposive Sampling. Purposive atau
memiliki informan mana yang akan dimasukan, mengetahui tentang sebuah objek
yang kita teliti dilapangan (Sugiyono., 2013, : 368) maka dari itu peneliti
menentukan empat informan yang dipilih yaitu (1) informan dukun yang
pendukung..
permasalahan yang diteliti. Analisis dan interpretasi data yang berasal dari temuan
ditemukan melalui data primer dan sekunder. Informan yang dikumpulkan bersifat
menyeluruh, deskriptif, dan mudah di pahami. Huberman dan Miles (1984 :246-
252).
Penyajian data yaitu menamilkan sebuah data yang telah direduksi dan
Astian Rahayu. (2019). Ritual Kasaraka Pada Etnis Muna Di Desa Lasosodo
Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat. Universitas Halu Oleo.
Aswad, H., Nurhayati, & Said, I. (2017). Penggunaan Mantra Dalam Tradisi
Maitai Allo Macoa Pada The Use of Mantra in the tradition of Maitai Allo
Macoa in Ongko people Campalagian subdistrict Polman regecny : A review
of the Semiotics Hajaratul Aswad , 2 Nurhayaty , 3 Ikhwan said Program
Studi l. Universitas Hasanuddin Makassar.
Nurul Fitria, Amirudin Rahim, & La ode Syukur (2022). Fungsi Dan Makna
Mantra Hembula'a Pada Masyarakat Kaledupa.
Hardin. (2016). Komunikasi Transendental Dalam Ritual Kapontasu Pada Sistem
Perladangan Masyarakat Etnik Muna. Universitas Halu Oleo.
Harnita, H., Anwar, H., & Hak, P. (2019). Ritual Dalam Tradisi Pertanian (Galu)
Pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna
(1979-2017). Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO, 3(2), 11–22.
https://doi.org/10.36709/jpps.v3i2.12072
Mirna, Y. (2017). Ritual Kasambuno Wite Pada Tradisi Perladangan Masyarakat
Muna di Desa Lupia Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. Universitas
Haku Oleo.
Pomili, H. D., Hafsah, S., & Alim, A. (2020). Proses Degalu (Berkebun) Pada
Etnik Muna Di Kabupaten Muna Barat. Jurnal Penelitian Budaya, 5(1), 59–
64. https://doi.org/10.33772/jpeb.v5i1.9097
Purwanti, E. (2013). Tradisi “Nyarang Hujan” Masyarakat Muslim Banten (Studi
Di Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang). In Alqalam (Vol. 30, Issue
3).
Rizal, Y. (2010). Apresiasi Puisi dan Sastra Indonesia. In Grafika Mulia (Vol. 5,
Issue 2, p. 107). Grafika Mulia.
Rukesi, & Sunoto. (2017). Nilai Budaya dalam Mantra Bercocok Tanam Padi.
Jurnal Kajian, Sastra Indonesia Dan Pembelajarannya, 1(1), 1–14.
Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kualitatif,kuantitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet.
Sugiono. (2017). Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Bandung
Alfabeta, CV.
Sugiono (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung, Alfabeta.
Sugiono. (2015) Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.
Uniawati. (2007). Mantra melaut suku bajo: interpretasi semiotik riffaterre.
Universitas Diponegoro Semarang.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bapak, Ibu apa itu Mantra.?
3. Bapak, Ibu Apa fungsi dan tujuan dalam pembacaan mantra berkebun.?
5. Bapak, Ibu Apabila ada yang di melewat satu satu dalam pembacaan
pantangannya?