You are on page 1of 72

INFORMASI UMUM

• Presentasi ini disampaikan pada kegiatan


Asthma Management in Children
• Hari / Tanggal : Minggu / 25 Februari 2018
• Tempat : Hotel Mercure Alam Sutra
• Narasumber : DR.Dr.Nastiti Kaswandani SpA(K)
• Topik : Manajemen Asma Pada Anak
• Pembicara : DR.Dr.Nastiti Kaswandani SpA(K)
Semua isi dan materi presentasi adalah hak cipta dari narasumber,
digunakan untuk kalangan terbatas dalam kepentingan edukasi
CABANG BANTEN kesehatan di bidang terkait.
DISCLAIMER
• The presentation slides are the intellectual property of the individual presenter and are protected
under the copyright laws of IDI & IDAI. Used by permission. All right reserved. All other trademarks are
the property of their respective owners.
• This presentation is provided on a strictly private and confidential basis for information purposes on
limited medical community only. By reading this presentation, you will be deemed to have agreed to
the obligations and restrictions set out below. Without the express prior written or verbal consent of
the author, the presentation and any information contained within it may not be (i) reproduced (in
whole or in part), (ii) for any purpose other than medical education.
• The information on this presentation is not intended or implied to be a substitute for professional
medical advice, diagnosis or treatment. All content, including text, graphics, images and information,
contained on or available through this presentation is for limited medical information purposes only.
You are encouraged to confirm any information obtained from or through this presentation with
other sources, and review all information regarding any medical condition or treatment with your
colleague.
• NEVER DISREGARD PROFESSIONAL MEDICAL ADVICE OR DELAY SEEKING MEDICAL TREATMENT
BECAUSE OF SOMETHING YOU HAVE READ ON OR ACCESSED THROUGH THIS PRESENTATION.
Dr. dr. Nastiti Kaswandani, SpAK
Education:
- Medical Doctor, University of Indonesia, Jakarta, 1995
- Pediatrician, University of Indonesia, Jakarta, 2004
- Fellowship training in Pediatric Pulmonology, Vrije
Universiteit, Amsterdam, 2011
- Consultant of Pediatric Respirology, University of
Indonesia, 2011
- PhD, University of Indonesia, 2017

Current Position:
- Academic Staff, Department of Child Health, Faculty of
Medicine University of Indonesia / Ciptomangunkusumo
Hospital Jakarta
- Member of Indonesian Pediatrics College
- Chair of Respirology Working Group – Indonesian
Pediatrics Society
- Member of Pediatric TB Working Group – MOH
- Member of National Committee of Adverse Events
Following Immunization – MOH
- Member of National Committee of TB Experts - MOH
MANAJEMEN ASMA

 Diagnosis
 Tata Laksana Serangan Akut
 Tata Laksana Jangka Panjang
 Terapi Inhalasi
Definisi asma
Asma adalah
penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik
yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran
respiratori dengan derajat bervariasi

Gejala asma

Batuk Wheezing Sesak napas Dada tertekan

Cenderung
Kronik &/
Ada pencetus memberat pada Reversibel
berulang
malam/ dini hari
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang

Dasar utama diagnosis adalah


anamnesis untuk menggali manifestasi klinis
dengan karakteristik yang khas
mengarah ke asma
Anamnesis (1)
Batuk kronik berulang (BKB) dapat menjadi petunjuk awal
untuk membantu diagnosis asma

Karakteristik yang mengarah ke asma adalah:


• Episodisitas : gejala timbul episodik/berulang
• Variabilitas: intensitas gejala bervariasi dari waktu ke
waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya malam hari
lebih berat (nokturnal)
• Reversibilitas: gejala dapat membaik secara spontan
atau pemberian obat pereda asma
• Hiperreaktivitas: gejala timbul didahului faktor
pencetus

1.Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
Anamnesis (2)
• Faktor pencetus
– Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat
nyamuk, suhu dingin, udara kering, makanan minuman
dingin, penyedap rasa, pengawet makanan, pewarna
makanan
– Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan,
serbuk sari
– Infeksi respiratori akut karena virus
– Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau
tertawa berlebihan
• Riwayat alergi pada pasien atau riwayat asma
dalam keluarga
Kriteria diagnosis asma anak > 5 tahun 2
Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk , sesak  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
napas, dada tertekan,  Gejala berfluktuasi intensitasnya dari waktu
produksi sputum ke waktu
 Gejala memberat pada malam atau dini
hari
 Gejala timbul bila ada pencetus

Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi


Gambaran obstruksi FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
saluran respiratori FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas
(pascabronkodilator) Peningkatan FEV1 >12%

Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%


Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%
2.The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Alur diagnosis asma (1)
• Outline :

• Lebih rinci pada slide selanjutnya


Alur diagnosis asma (2)
Klasifikasi (3)
Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala 1,4
• Asma intermiten
• Asma persisten ringan
• Asma persisten sedang
• Asma persisten berat
Dalam pedoman ini, klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala
dipakai sebagai dasar penilaian awal pasien. Ini berubah dari
PNAA sebelumnya yang membagi asma menjadi asma episodik
jarang, asma episodik sering, dan asma persisten.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (4)

Klasifikasi kekerapan dibuat pada kunjungan-kunjungan


awal dan dibuat berdasarkan anamnesis :
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu
Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan
Persisten
>1x/minggu, namun tidak setiap hari
sedang
Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (7)
Berdasarkan derajat beratnya serangan2,4
• Asma serangan ringan-sedang
• Asma serangan berat
• Serangan asma dengan ancaman henti napas

Dalam pedoman ini klasifikasi derajat serangan


digunakan sebagai dasar penentuan tatalaksana.

2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (8)
Berdasarkan derajat kendali 1,2,4
• Asma terkendali penuh (well controlled)
– Tanpa obat pengendali : pada asma intermiten
– Dengan obat pengendali : pada asma persisten
(ringan/sedang/berat)
• Asma terkendali sebagian (partly controlled)
• Asma tidak terkendali (uncontrolled)
Dalam pedoman ini, klasifikasi derajat kendali dipakai untuk menilai keberhasilan
tatalaksana yang tengah dijalankan dan untuk penentuan naik jenjang (step-up),
pemeliharaan (maintenance) atau
turun jenjang (step-down) tatalaksana yang akan diberikan.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (9)
Berdasarkan keadaan saat ini:
• Tanpa gejala
• Ada gejala
• Serangan ringan-sedang
• Serangan berat
• Ancaman gagal napas

Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif


akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa
dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala
tersebut.
Tahapan penegakan diagnosis asma
1. Diagnosis: Asma
– Dibuat sesuai alur diagnosis asma anak
– Tatalaksana umum: penghindaran pencetus, pereda,
dan tatalaksana penyakit penyulit
2. Diagnosis klasifikasi kekerapan
– Dibuat dalam waktu 6 minggu setelah dibuat diagnosis
asma, dapat kurang dari 6 minggu bila informasi klinis
sudah kuat
3. Diagnosis derajat kendali
– Dibuat setelah 6 minggu menjalani tatalaksana jangka
panjang awal sesuai klasifikasi kekerapan
Labelisasi pasien asma
Kode ICD-10 untuk asma
Kode ICD-10 Diagnosis
J45.20 Asma Intermiten tanpa komplikasi
J45.21 Asma intermiten ringan dengan eksaserbasi serangan akut
J45.22 Asma intermiten ringan dengan status asmatikus
J45.30 Asma persisten ringan tanpa komplikasi
J45.31 Asma persisten ringan dengan eksaserbasi serangan akut
J45.32 Asma persisten ringan dengan status asmatikus
J45.40 Asma persisten sedang tanpa komplikasi
J45.41 Asma persisten sedang dengan eksaserbasi serangan akut
J45.42 Asma persisten sedang dengan status asmatikus
J45.50 Asma persisten berat tanpa komplikasi
J45.51 Asma persisten berat dengan eksaserbasi serangan akut
J45.52 Asma persisten berat dengan status asmatikus
Serangan asma

Mencerminkan gagalnya tata laksana asma jangka


panjang, atau adanya pajanan dengan pencetus

Episode peningkatan yang progresif (perburukan) dari


gejala-gejala batuk, sesak napas, wheezing, rasa dada
tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala
tersebut
Tujuan tata laksana serangan asma
Patofisiologi serangan asma
Penilaian derajat serangan asma
Serangan asma
Asma serangan
Asma serangan berat dengan ancaman
ringan-sedang
henti napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata Kriteria asma
• Lebih senang duduk • Duduk bertopang derajat berat
daripada berbaring lengan terpenuhi
• Tidak gelisah • Gelisah ditambah dengan:
• Frekuensi napas • Frekuensi napas •Mengantuk
meningkat meningkat •Letargi
• Frekuensi nadi • Frekuensi nadi •Suara napas tak
meningkat meningkat terdengar
• Retraksi minimal • Retraksi jelas
• SpO2 (udara kamar): • SpO2 (udara kamar) <
90-95% 90%
• PEF > 50% prediksi • PEF < 50% prediksi
atau terbaik atau terbaik
Tahapan tata laksana serangan asma
Tata laksana serangan asma di rumah (1)

• Oleh pasien atau keluarga dengan pendidikan


cukup dan riwayat terapi teratur
• Inhalasi agonis β2 kerja pendek 2 kali  respon
tidak baik  dokter

Tidak boleh tata laksana di rumah, harus segera


dibawa IGD, bila:
•Risiko tinggi
•Sesak berat
Tata laksana serangan asma di rumah (2)
Berikan inhalasi agonis β2 kerja pendek
Via MDI + spacer
• Berikan agonis 2 kerja • Berikan serial agonis β2 kerja pendek
via spacer dengan dosis 2-4 semprot
pendek, lihat respons  • Berikan 1 semprot diikuti 6-8 tarikan
gejala menghilang  cukup napas, kocok kanister, lalu berikan
diberikan satu kali semprotan berikutnya dengan siklus
yang sama
• Jika gejala belum membaik • Jika gejala membaik  inhalasi
dalam 30 menit  ulangi dihentikan.
pemberian sekali lagi • Jika gejala belum membaik dalam 30
menit  ulangi serial yang sama
• Jika dengan 2 kali pemberian dengan 2-4 semprot
agonis 2 kerja pendek via • Jika gejala belum membaik dengan 2
serial (2 x 2-4 semprot), segera bawa
Vianebuliser
nebuliserbelum membaik  ke fasyankes
segera bawa ke fasyankes
Efektivitas pemberian agonis 2
kerja pendek via MDI + spacer

Pemberian agonis 2 kerja pendek via MDI dan spacer mempunyai


efektivitas yang sama dengan pemberian via nebuliser, dengan
catatan:
Pasien tidak dalam serangan asma berat atau ancaman
henti napas
Pasien bisa menggunakan MDI dengan spacer
Sebaiknya menggunakan spacer yang baru atau
sebelumnya dicuci dengan air deterjen dan
dikeringkan di udara kamar
Bila tidak tersedia spacer, bisa digunakan botol plastik
500 ml sebagai pengganti spacer
Tata laksana serangan asma di UGD fasyankes primer
Tata laksana serangan asma di UGD rumah sakit
Keterangan untuk alur tata laksana serangan asma
di UGD

**Pilihan steroid untuk serangan asma


Nama Generik Sediaan Dosis
Metilprednisolon tablet 4 mg, tablet 8 mg 1-2mg/kgBB/hari, tiap 6 jam

Metilprednisolon suksinat injeksi vial 125 mg, vial 500 mg 1 – 2 mg/kg, tiap 12 jam, tidak melebihi 60 mg/hari

Prednison tablet 5 mg 1-2 mg/kgBB/ hari, tiap 12 jam


Hidrokortison-suksinat injeksi vial 100 mg 2-4 mg/kgBB/kali , tiap 6 jam
ampul 4 mg/ml, 0,5−1 mg/kgBB – bolus, dilanjutkan 1
Deksametason injeksi
ampul 10 mg/ml mg/kgBB/hari diberikan ap 6−8 jam
Betametason injeksi Ampul 6 mg/ml 0,05−0,1 mg/kg BB - tiap 6 jam

*** Bila pulse oximetry tidak tersedia, oksigen tetap diberikan dengan monitor gejala dan tanda distres respirasi, termasuk
derajat kesadarannya
Tindak lanjut tata laksana
serangan asma di UGD
• Bila pasien memenuhi kriteria untuk dipulangkan, obat yang
dibawakan pulang:
– Agonis β2 kerja pendek (bila tersedia sangat dianjurkan
pemberian inhalasi daripada pemberian preparat oral)
– Steroid oral, 3-5 hari tanpa tappering-off
• Jika pasien dengan asma persisten, berikan obat pengendali.
Apabila pasien sebelumnya sudah diberi obat pengendali,
evaluasi dan sesuaikan ulang dosisnya
• Jika obat diberikan dalam bentuk inhaler, sebelum pasien
dipulangkan, pastikan teknik pemakaian inhaler sudah tepat
• Kontrol ulang ke fasyankes 3-5 hari kemudian
Tata laksana di ruang rawat sehari
• Oksigen yang telah diberikan saat pasien masih di
UGD tetap diberikan
• Setelah pasien dua kali nebulisasi dalam 1 jam
dengan respons parsial di UGD  teruskan
nebulisasi dengan agonis 2 + ipratropium
bromida setiap 2 jam
• Berikan steroid sistemik oral berupa
prednisolon/prednison hingga 3-5 hari
• Jika dalam 12 jam klinis tetap baik, maka pasien
dipulangkan dan dibekali obat
Tata laksana di ruang rawat inap (1)

• Pemberian oksigen diteruskan


• Koreksi dehidrasi & asidosis, bila ada
• Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8
jam, dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari
• Nebulisasi agonis 2 + ipratropium bromida
dilanjutkan se ap 1−2 jam
• Jika dalam 4-6 kali pemberian mulai terjadi
perbaikan klinis, jarak pemberian dapat diperlebar
menjadi tiap 4-6 jam
Tata laksana di ruang rawat inap (2)
Dosis inisial Dosis rumatan
Belum pernah dapat 6-8 mg/kgBB, dilarutkan 0,5-1 mg/kgBB/jam
aminofilin dalam dekstrosa atau
garam fisiologis sebanyak
20 ml, dan diberikan
selama 30 menit, dengan
infusion pump atau
mikroburet
Telah mendapatkan 3-4 mg/kgBB, dilarutkan 0,25-0,5 mg/kg/jam
aminofilin (< 8 jam) dalam dekstrosa atau
garam fisiologis sebanyak
20 ml, dan diberikan
selama 30 menit, dengan
infusion pump atau
mikroburet

Sebaiknya kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml


Tata laksana di ruang rawat inap (3)

• Perbaikan klinis  nebulisasi diteruskan setiap 6 jam


hingga mencapai 24 jam, dan steroid serta aminofilin
diganti dengan pemberian per oral

• Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat


dipulangkan dengan dibekali obat:
– Agonis 2 (hirupan atau oral) setiap 4-6 jam selama 24-48
jam
– Steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke fasyankes
dalam 3-5 hari untuk reevaluasi tata laksana
Tata laksana di ruang rawat intensif

Ancaman henti napas


• Hipoksemia tetap terjadi meskipun sudah diberi oksigen
• Tidak ada respons sama sekali terhadap tata laksana awal
di UGD dan/atau perburukan asma yang cepat
• Adanya kebingungan, disorientasi, dan tanda lain ancaman
henti napas, atau hilangnya kesadaran.
• Tidak ada perbaikan dengan tata laksana baku di ruang
rawat inap
Obat pereda (reliever)
• Obat untuk meredakan serangan atau gejala asma
bila sedang timbul
• Digunakan seperlunya, bila gejala reda obat
dihentikan
• Antara lain:
• Agonis β2 kerja pendek
• Ipratropium bromida
• Steroid sistemik
• Adrenalin
• Magnesium sulfat
• Steroid inhalasi
Obat yang tidak dianjurkan untuk
tata laksana serangan asma
Session 3
Management of Long Term Asthma
Tujuan tata laksana jangka panjang

Mencapai kendali asma


– Aktivitas pasien berjalan Potensi
normal tumbuh
– Gejala tidak timbul kembang
– Kebutuhan obat minimal anak
Mengurangi risiko serangan
• Efek samping obat dicegah secara
optimal

The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Kapan memulai pemberian
obat pengendali?

Diagnosis Tata laksana non- Faktor penyulit asma


Klasifikasi kekerapan
medikamentosa seperti rinitis alergi,
banding asma asma adalah asma
sudah dilakukan rinosinusitis, atau
sudah (penghindaran GERD sudah
persisten (ringan,
disingkirkan sedang, berat)
pencetus) ditatalaksana
Tata laksana jangka panjang asma

6-8 minggu

8-12
minggu

Keterangan gambar: SI (steroid inhalasi); LTRA (Leukotriene Receptor


Antagonist); SABA (short acting beta agonist, agonis β2 kerja pendek); LABA
(long acting beta agonist, agonis β2 kerja panjang)
Steroid inhalasi (1)

• Menekan inflamasi saluran respiratori, penting


dalam tata laksana asma jangka panjang
• Pemberian steroid inhalasi setara dosis budesonide
100-200 ųg perhari  menurunkan angka
serangan asma dan memperbaiki fungsi paru pada
pasien asma
• Beberapa pasien asma memerlukan dosis steroid
inhalasi 400 ųg per hari untuk mengendalikan asma
dan mencegah timbulnya serangan asma setelah
berolahraga

The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014;
63:335-56.
Steroid inhalasi (2)

• Tidak digunakan pada pada asma intermiten dan


wheezing akibat infeksi virus
• Tidak memengaruhi tinggi badan dan densitas
tulang secara bermakna
• Pemantauan pertumbuhan (persentil tinggi badan
dan berat badan) harus dilakukan setiap tahun
• Efek samping adalah kandidiasis oral dan suara
parau, hal ini dapat dicegah dengan berkumur
setiap selesai pemberian steroid inhalasi, kemudian
bekas berkumur dibuang
Agonis β2 kerja panjang
(Long acting ß2-agonist, LABA) (1)

• Agonis β2 kerja panjang selalu digunakan


bersama steroid inhalasi
• Memperbaiki fungsi paru dan menurunkan angka
kekambuhan asma
• Pemberian kombinasi steroid-agonis β2 kerja
panjang inhalasi dalam satu kemasan
memberikan hasil pengobatan yang lebih baik
dibandingkan steroid dan agonis β2 kerja panjang
dalam sediaan terpisah
Agonis β2 kerja panjang
(Long acting ß2-agonist, LABA) (2)

• Preparat kombinasi steroid-agonis β2 kerja


panjang pada anak asma yang berusia di atas 5
tahun, diberikan bila steroid inhalasi dosis
rendah tidak menghasilkan perbaikan
• Penelitian pada anak balita masih terbatas
• Mencegah spasme bronkus yang dipicu
olahraga
• Proteksi lebih lama dibandingkan agonis β2
inhalasi kerja pendek

Mark FitzFerald, M. H. R., MD (2012). "Global Strategy for Asthma Management and Prevention Update 2012." GINA.
Antileukotrien (1)

• Terdiri dari:
– Antagonis receptor cysteinyl-leukotrien 1 (CysLT1):
montelukast, pranlukast, zafirlukast  montelukast aman
untuk anak
– Inhibitor 5-lipoksigenase: zileuton
• Efek bronkodilatasi kecil dan bervariasi, mengurangi gejala
termasuk batuk, memperbaiki fungsi paru, dan
mengurangi inflamasi jalan napas dan mengurangi
eksaserbasi
• Sebagai obat pengendali tunggal:
• Efeknya lebih rendah dibandingkan dengan steroid inhalasi
• Alternatif untuk anak yang tidak dapat menggunakan alat
inhalasi atau ada kontraindikasi pemakaian steroid

Mark FitzFerald, M. H. R., MD (2012). "Global Strategy for Asthma Management and Prevention Update 2012." GINA.
Prinsip evaluasi tata laksana
jangka panjang asma
• Pengendalian asma harus dipantau teratur tergantung keadaan
pasien, derajat asma, dan penyakit lain yang menyertai asma.
• Pada umumnya pasien dipantau setiap bulan dan pencapaian
perbaikan setelah 3 bulan.
• Selain jenis obat, dosis obat, cara pemberian obat dan
kepatuhan, pasien asma perlu dipantau upaya penghindaran
faktor pencetus dan adanya penyakit penyerta asma
• Penurunan dosis steroid dipertimbangkan setiap 8-12 minggu,
sebesar 25 – 50%
Derajat kendali asma
A. Kendali gejala asma (dalam 6-8 minggu terakhir)
Terkendali
Terkendali penuh dengan/tanpa
sebagian
obat pengendali
Manifestasi Klinis (Minimal satu Tidak terkendali
(Bila semua kriteria terpenuhi) kriteria
terpenuhi)
Gejala siang hari Tidak pernah (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu
Aktivitas terbatas Tidak ada Ada Tiga atau lebih
kriteria
Terbangun malam terkendali
Tidak ada Ada
hari karena asma sebagian
Pemakaian pereda Tidak ada (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu

B. Penilaian risiko perjalanan asma (risiko eksaserbasi, ketidakstabilan, penurunan fungsi


paru, efek samping)
Asma yang tidak terkendali, sering eksaserbasi , pernah masuk ICU karena asma, FEV1 yang
rendah, paparan terhadap asap rokok, mendapat pengobatan steroid inhalasi dosis tinggi
Dosis preparat steroid inhalasi pada anak asma

The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Jenjang dalam pengendalian asma

6-8 minggu

8-12
minggu

Keterangan gambar: SI (steroid inhalasi); LTRA (Leukotriene Receptor


Antagonist); SABA (short acting beta agonist, agonis β2 kerja pendek); LABA
(long acting beta agonist, agonis β2 kerja panjang)
Cara Pemberian
Obat-obatan respiratori

• Sistemik
– parenteral (injection): IV, IM, IC, SC
– enteral (oral): tablet, capsule, syrup, etc
• Inhalasi
– Nebulizer
– Dry powder inhaler (DPI)
– Metered dose inhaler (MDI)

52
Hantaran Obat Saluran Napas
Enteral, parenteral
Didistribusi ke seluruh tubuh
Sejumlah kecil mencapai
saluran napas
Efek lambat, membutuhkan
Obat Sistemik waktu
Dosis tinggi, lebih banyak ES

Inhalasi
Obat Lokal Tidak didistribusi sistemik
Langsung ke sistem
pernapasan
Efek cepat
Dosis sangat kecil, ES sangat
kecil
APA ITU TERAPI INHALASI ?
• Terapi inhalasi ialah metode pemberian obat yang
langsung menuju saluran pernapasan.

• Nama lain: terapi aerosol.

• Merupakan terapi standar pada tata laksana asma.

• Memiliki banyak keuntungan, dengan beberapa


keterbatasan.

54
KONSEP DASAR TERAPI INHALASI

• Obat yang diberikan diharapkan langsung menuju


saluran napas.
• Obat yang diberikan diharapkan sampai ke saluran
napas yang menjadi target terapi  terapi topikal
pada saluran napas
• Harus memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi
terapi inhalasi
• Pemberian terapi inhalasi harus ‘memperhitungkan’
mekanisme pertahanan saluran napas

55
Tantangan Terapi Inhalasi
Mekanisme pertahanan saluran pernapasan
• Rambut hidung - penangkapan
• Turbin hidung - turbulensi
• Reflek ekspiratori
• Bersihan mukosiliaris
• Reflek batuk

cenderung mencegah dan mengeluarkan


benda asing!!!

Kuncinya: ukuran partikel & deposisi


PRINSIP TERAPI INHALASI
target: semua saluran napas
hidung,
sinus,
trakhea,
bronkus,
bronkiolus, bahkan
Alveolus

Ukuran aerosol – menentukan target deposisi obat

Syarat : ukuran partikel obat terapi inhalasi harus


disesuaikan dengan organ target (untuk mencapai
setiap bagian dari saluran respirasi yang menjadi
target)
57
Hambatan

Prspektiv pasien :
• Addicted
• Penyakitnya sudah “parah” atau
berat
• mahal
• Terkadang dianggap berbahaya

58
……..hambatan
Obat dan alat :
• Tidak semua daerah ada obat inhalasi
• Relatif mahal
• Cara pakai yang sulit (MDI, spacer)
• Tidak semua obat tersedia dalam bentuk
inhalasi

59
PEMILIHAN ALAT TERAPI INHALASI
• Ada beragam obat dan jenis alat inhalasi.
• Keberhasilan terapi inhalasi tergantung pada
ketepatan dalam memilih dan menggunakan alat
terapi inhalasi serta kepatuhan pasien.
• Pemilihan alat terapi inhalasi harus
mempertimbangkan kemampuan anak dalam
menggunakannya.  sesuai dengan umur anak
• Pemilihan jenis alat/terapi inhalasi yang dan
instruksi salah  tidak mencapai target
• Jenis obat yang salah  tujuan terapi tidak
tercapai.

60
Kecepatan partikel dan pernapasan pasien

Nebuliser MDI DPI


Kecepatan Lambat Cepat Tergantung dari
Partikel (lebih lambat laju inspirasi
dengan spacer)

Pernapasan Tidal Lambat Cepat
(60


lambat,
denga (30 L/menit atau L/menit atau 
1-
n napas dalam 3-5 detik) Inhalasi 2 detik) inhalasi
sesekali dalam dalam

NAEPP. Publication no. 97-4051; Kamin et al. J Aerosol Med. 2002;15:65-73; Agertoft et al. J Aerosol Med.
1999;12:161-169.
61 Tandon et al. Chest. 1997;111:1361-1365. Bisgaard et al. Chapter 12. Drug Delivery to the Lung.
Marcel Dekker 2001;162:389-420.
Terapi Inhalasi

Nebuliser DPI MDI

Nebuliser Nebuliser • Turbuhaler


Spacer (+) Spacer (-)
jet mesh • Discus

Nebuliser • Swinghaler
ultrasonik Extension Holding
device chamber

Reiser J, Warner J. Inhalation treatment for asthma. Arcs of Dis in Child. 1986;61:88-94.
uchão FP, Filho LVRFdS. Advanced in inhalation therapy in pediatric. Jornal de Pediatria. 2010;86(5):367-76.
Qi A. Miniature inhalation therapy platform using surface acoustic wave microfluidic atomization. 2009:2184-93.
DEVICE

INTERFACE

SPACER/AEROCHAMBER

63
Spacers
• spacer adalah suatu tabung plastik atau besi
dengan suatu mouthpiece dan lubang untuk
inhaler aerosol.

64
Perbandingan

Bentuk Membutuhkan
Alat Aktuasi
obat koordinasi

Cairan Laju tinggi/ -


Nebuliser vibrasi
Serbuk napas +
DPI kering
Cairan + Tekanan ++
MDI propelan tinggi
65
Nebuliser

Secara berkesinambungan terdapat perubahan solusi


aerosol dengan udara yang ditejan atau gelombang
ultrasonik

Nebuliser jet: aerosol yang dihasilkan oleh laju gas,


yang disediakan dengan kompresor atau compressed
gas
Nebuliser ultrasonik: aerosol dihasilkan oleh cairan
getaran yang disimpan di dalamnya
Nebuliser mesh: aerosol dihasilkan dengan
membentuk atau menggetarkan cairan melalui
berbagai ukuran cetakan berbeda.

Nebuliser jet paling banyak digunakan di dunia.


66
Nebuliser jet

67
Contoh penggunaan nebuliser yang salah

68
Contoh penggunaan nebuliser yang salah

69
Jenis alat inhalasi sesuai usia

Umur Alat inhalasi


 Nebuliser dengan masker
<5 tahun  MDI dengan spacer: aerochamber,
pocketchamber, babyhaler
 Nebuliser dengan mouth piece
 MDI dengan spacer
5−8 tahun
 DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler

 Nebuliser dengan mouth piece


>8 tahun  MDI dengan/tanpa spacer
 DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler
Barry PW, Fouroux B, Pederson S, O’Callaghan C. Nebulizers in childhood. Eur Respir Rev 2000; 10: 527−35.
KESIMPULAN
• Diagnosis asma dapat ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis saja
• Klasifikasi kekerapan serangan asma dilakukan
untuk melihat perlunya pasien mendapat obat
pengendali
• Obat asma paling baik diberikan dalam bentuk
inhalasi
• Dokter perlu mengetahui cara pemilihan alat
inhalasi dan obat inhalasi yang tepat untuk anak
72

You might also like