Professional Documents
Culture Documents
Suprayitno
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah korupsi dan ketidakefisienan belanja publik
Fenomena penyimpangan belanja negara hingga kini mewarnai birokrasi pemerintahan baik pemerintahan
masih terjadi dan melibatkan para pegawai negeri pusat, daerah, BUMN dan BUMD. Satrio Budiharjo
sipil (PNS) mulai dari staf hingga pejabat tinggi Judono, ketika masih menjabat sebagai Ketua Badan
negara, bahkan tidak sedikit yang melibatkan Pemeriksa Keuangan (BPK), pernah melaporkan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Berbagai sepanjang Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2003
bentuk penyimpangan keuangan negara seperti menemukan sebanyak 22
RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno
kasus yang berindikasi KKN dengan nilai nominal Rp3.762.476.014,00, kelebihan bayar perjalanan
Rp165,5 Triliun dan USD $62,7 Juta (Suwitri, 2007). dinas Rp9.677.649.944,63 (table 1).
BPK RI dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Temuan BPK RI atas LKPP Tahun 2014
Semester I (IHPS I) Tahun 2016 mengungkapkan mengungkapkan jumlah penyimpangan belanja
temuan sebanyak 10.198 yang memuat 15.568 perjalanan dinas sebesar Rp9,2 miliar (BPK,
permasalahan, meliputi 7.661 (49%) kelemahan 2004). Nilai tersebut jauh di bawah temuan pada
SPI dan 7.907 (51%) ketidakpatuhan terhadap tahun 2015 sebesar Rp99,64 miliar, artinya
ketentuan peraturan perundang-undangan senilai penyimpangan belanja perjalanan dinas pada
Rp44,68 Triliun. Dari permasalahan tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup
ketidakpatuhan itu, sebanyak 4.762 (60%) besar, yaitu lebih dari sepuluh kali lipat dibanding
merupakan permasalahan berdampak dengan yang terjadi pada tahun 2014.
finansial senilai Rp30,62 triliun (BPK, 2012).
Tabel 1. Temuan Jenis Penyimpangan pada
Selanjutnya, dalam IHPS tersebut, BPK RI juga
Perjalanan Dinas Tahun 2015
melaporkan perihal hasil pemantuan tindak lanjut
temuan pemeriksaan yang mengandung indikasi
pidana periode 2003 hingga Juni 2016, dimana dalam
periode tersebut BPK telah menyampaikan temuan
pemeriksaan kepada instansi yang berwenang
sebanyak 231 surat yang memuat 446 temuan
pemeriksaan mengandung indikasi unsur pidana
senilai Rp33,52 triliun dan US$41,88 juta atau Padahal jika diamati dari kasus serupa yang
seluruhnya senilai Rp44,62 triliun. terjadi beberapa tahun sebelumnya, muncul
Berdasarkan Ringkasan Eksekutif hasil kecenderungan penurunan nilai penyimpangan
pemeriksaan atas LKPP Tahun 2015, BPK RI perjalanan dinas, yaitu yang terjadi pada tahun
mengungkapkan 14 kelemahan pengendalian 2012 hingga 2013. Pada tahun 2012, berdasarkan
intern dan 8 masalah ketidakpatuhan terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas LKPP
peraturan perundang-undangan. Salah satu Tahun 2012, diungkapkan bahwa temuan
permasalahan terkait temuan ketidakpatuhan penyimpangan pada belanja perjalanan dinas
terhadap peraturan perundang-undangan dinyatakan sebesar Rp30,36 Miliar ( BPK, 2012). Adapun
pada poin 5.17 dimana BPK melaporkan pada temuan kasus serupa pada tahun 2013 turun 59%
pemeriksaan LKPP Tahun 2013 dan 2014 BPK telah menjadi Rp12,3 Miliar (BPK, 2013). Demikian pula
mengungkapkan ketidakpatuhan atas penggunaan yang terjadi pada tahun 2014 sebagaimana
anggaran Belanja Barang dan Belanja Modal. Pada dilaporkan BPK RI, kasus temuan tersebut hanya
pemeriksaan atas LKPP Tahun 2015, BPK masih sebesar Rp9,2 Miliar atau turun 70%
menemukan permasalahan penganggaran, dibandingkan dengan tahun 2012 (gambar 1).
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Belanja
Modal pada 54 kementerian dan lembaga (KL)
sebesar Rp5,62 triliun dan Belanja Barang pada pada
63 KL sebesar Rp2,53 triliun tidak sesuai ketentuan
(BPK, 2015)
Adapun dari sekitar Rp2,53 Triliun, sebanyak
Rp99.643.354.511,46 merupakan permasalahan
perjalanan dinas. Penyimpangan realisasi biaya
perjalanan dinas sebesar Rp99,64 tersebut terjadi
pada 28 KL disebabkan belum ada bukti
pertanggungjawaban sebesar Rp80.434.106.748,
nama dan nomor tiket tidak sesuai dengan manifest Gambar 1. Tren Penyimpangan Belanja
Perjalanan Dinas
sebesar Rp2.661.138.670,31, harga tiket tidak
Sumber: Diolah dari LHP BPK Tahun 2012 s.d 2015
sesuai dengan sebenarnya sebesar
Rp2.905.248.735,02, perjalanan dinas rangkap Pada IHPS I Tahun 2016, BPK RI memaparkan
Rp202.734.400,00, perjalanan dinas fiktif beberapa permasalahan terkait dengan
penyimpangan perjalanan dinas, diantaranya: menjadi perhatian khusus BPK RI melalui laporan
1. Biaya perjalanan dinas ganda dan/atau hasil pemeriksaan yang sudah diungkapkan BPK
melebih standar yang melibatkan 49 RI pada IHPS I Tahun 2012. BPK (2012)
entitas di lingkungan pemerintah pusat melaporkan hasil pemeriksaan yang signifikan
dengan nilai sebesar Rp16,46 Miliar. yang perlu mendapat perhatian baik pemerintah,
Penyimpangan ini berupa kelebihan biaya lembaga perwakilan, maupun seluruh pemangku
perjalanan dinas, uang tiket, uang harian, kepentingan. Hasil pemeriksaan yang perlu
dan penginapan melebihi standar biaya; mendapatkan perhatian pemangku kepentingan
2. Biaya perjalanan dinas ganda dan atau melebihi antara lain karena memuat temuan pemeriksaan
standar yang ditetapkan yang melibatkan 224 terjadi di banyak entitas, hasil pemeriksaan BPK
pemerintah daerah dengan nilai kerugian Rp50,47 yang diperkirakan memiliki implikasi luas bagi
Miliar. Adapun bentuk penyimpangan berupa kepentingan masyarakat (nationwide impact) baik
bukti pertanggungjawaban belanja tidak sesuai untuk saat ini maupun masa mendatang. Data
dengan kondisi yang sebenarnya, realisasi historis hasil pemeriksaan BPK menunjukkan
belanja perjalanan dinas tidak sesuai dengan bahwa temuan terkait perjalanan dinas terjadi
ketentuan,dan pembayaran uang berulang dari tahun ke tahun serta terjadi di
harian melebihi ketentuan yang ditetapkan. entitas pemerintah pusat dan daerah.
BPK RI secara garis besar mengungkapkan Lebih lanjut, BPK telah memasukkan jenis
modus yang sering dilakukan oleh aparat, secara temuan terkait dengan penyimpangan perjalanan
garis besar dapat dirangkum sebagai berikut: dinas pada tahun 2012 dalam daftar pemantauan
a) Perjalanan dinas tidak dilaksanakan khusus yaitu melalui Pemantauan Tindak Lanjut
namun tetap dipertanggungjawabkan dan atas Hasil Pemeriksaan LKPP dengan subjudul
dananya tetap dicairkan (fiktif); LHP Kepatuhan 2007-2014 (BPK, 2015). Pada
b) Perjalanandinas rangkap, pegawai laporan monitoring dengan jenis temuan Tahun
melaksanakan perjalanan dinas rangkap; 2010 “Realisasi Belanja Barang di 44 KL Sebesar
c) Perjalanan dinas dilakukan, tetapi harga Rp110,48 Miliar dan USD63.45 Ribu tidak
tiket tidak sesuai dengan yang sebenarnya.; dilaksanakan kegiatannya, dibayar ganda, tidak
d) Perjalanan dinas dilaksakan menggunakan sesuai bukti pertanggungjawaban, dan tidak
maskapai penerbangan X, namun didukung bukti pertanggungjawaban”. Berkenaan
dipertanggungjawabkan menggunakan dengan penyimpangan biaya perjalanan dinas,
tiket maskapai Y yang lebih mahal; BPK merekomendasikan kepada Pemerintah agar
e) Perjalanan dinas dilaksanakan dengan meninjau kembali mekanisme pelaksanaan dan
menggunakan maskapai tertentu, namun pertanggungjawaban kegiatan perjalanan dinas
nilai tarif pesawat dan/atau hari, tanggal yang dapat meminimalkan risiko penyalahgunaan
keberangkatan berbeda dengan bukti biaya perjalanan dinas.
pertanggungjawaban; Beberapa fakta yang disampaikan BPK RI
f) Tiket yang dijadikan bukti tersebut sebenarnya ibarat fenomena gunung es
pertanggungjawaban tidak sesuai dengan yang hanya kelihatan permukaan saja, namun
manifest. dibalik kasus yang terungkap tersebut masih
Lebih lanjut, BPK menguraikan bahwa banyak kasus penyimpangan keuangan negara
penyimpangan perjalanan dinas tersebut yang belum banyak diketahui masyarakat. Hal ini
berulang kali terjadi antara lain karena pegawai karena hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK
yang melaksanakan perjalanan dinas tidak menggunakan metode sampling dari keseluruhan
mematuhi ketentuan pertanggungjawaban populasi dokumen belanja negara, apalagi
perjalanan dinas pengendalian pelaksanaan temuan penyimpangan perjalanan dinas tersebut
kegiatan perjalanan dinas oleh atasan langsung bukan merupakan pemeriksaan khusus BPK
lemah, pejabat terkait tidak memverifikasi bukti terhadap akun belanja perjalanan dinas.
pertanggungjawaban secara memadai, terdapat Dengan masih banyaknya temuan BPK atas
biro perjalanan yang menyediakan tiket palsu, LKPP terkait dengan kelemahan SPI dan
boarding pass palsu, dan bill hotel palsu. ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
Penyimpangan pada perjalanan dinas ini undangan merupakan permasalahan penting yang
memainkan peran yang penting pada reformasi Integrated Framework yang disusun COSO, yaitu
manajemen publik dalam memerangi korupsi. berbagai kebijakan, prosedur, praktik dan struktur
Penerapan sistem informasi keuangan dapat organisasi yang dirancang untuk memberikan
berguna dalam hal transparansi yang lebih baik, kepastian yang memadai bahwa berbagai tujuan
auditing dan pengendalian pada administrasi bisnis dapat dicapai dan berbagai peristiwa
keuangan publik, sehingga sistem informasi ini (event) yang tidak diharapkan dapat dicegah atau
dapat menjadi salah satu komponen utama dideteksi dan dikoreksi.
strategi anti korupsi yang lebih luas. Zhang dan INTOSAI (2004) mendefinisikan SPI sebagai
Zhang (2009: 115), menyatakan sebagai berikut: suatu proses yang integral yang dipengaruhi
oleh manajemen entitas dan pegawai dan
“Although E-Government cannot cure all
dirancang untuk menangani risiko-risiko serta
structural factor that breed corruption in
the society, strategic implementation of memberikan kepastian memadai bahwa dalam
E-Government can help improve critical rangka pencapaian misi entitas, tujuan umum
variable in combating corruption- berikut dapat dicapai berupa penyelenggaraan
government citizen relationship.” operasi yang tertib, sesuai etika, ekonomis,
Sedangkan menurut Chen dan Xu (2012) efisien dan efektif, memenuhi kewajiban
Internet dan pengembangan E-Government akuntabilitas, patuh terhadap berbagai
dapat memberikan sarana baru anti korupsi. ketentuan peraturan dan undang-undang yang
Sebagai sarana anti korupsi yang baru, maka berlaku, dan pengamanan sumberdaya dari
arsitektur teknis jaringan dan rancangan kerugian, penyalahgunaan dan kerusakan.
logika sistem media menentukan keefektifan Bapepam AS mendefinisikan pengendalian
dalam memerangi korupsi melalui Internet. intern sebagai suatu proses yang dirancang
Penerapan SPI yang efektif diyakini mampu untuk memberikan kepastian memadai
mencegah tindakan penyimpangan belanja dan mengenai keandalan pelaporan keuangan dan
kecurangan (fraud) yang dilakukan karyawan. persiapan penyusunan laporan keuangan
Akinyomi (2012) pada jurnal riset tentang sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima
pemeriksaan dan pencegahan kecurangan secara umum (Agrawa R., dkk, 2006).
pada sektor perbankan Nigeria Menurut COSO (2013), berdasarkan
merekomendasikan bahwa salah satu solusi tujuannya, penerapan SPI pada suatu entitas
untuk melakukan pencegahan fraud adalah dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori,
melalui penerapan sistem pengendalian intern yaitu tujuan operasional, tujuan pelaporan,
yang cukup dan dapat diandalkan. dan tujuan ketaatan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008, tujuan pemerintah menerapkan SPIP atas
2.4. Sistem Pengendalian Intern
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dalam
2.4.1. Definisi dan Tujuan SPI
rangka memberikan keyakinan yang memadai bagi
Lakis dan Giriunas (2012) memaparkan
tercapainya efektivitas dan efisiensi
bahwa SPI didefinisikan dengan berbagai
pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan
definisi yang beragam, hal ini karena konsep
negara, keandalan pelaporan keuangan,
tersebut dipengaruhi oleh pemahaman fakta
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
atas pengendalian (control) dengan banyak
peraturan perundang-undangan.
aspek dan situasi yang berbeda-beda.
Adapun beberapa definisi SPI yang diterima Laith (2012) mengutip Jarbou (2003),
secara luas antara lain berasal dari COSO, CobiT, berkenaan dengan organisasi dengan lingkungan
INTOSAI, USA SEC, dsb. Menurut COSO (2013), SPI berbasis TIK mengungkapkan bahwa tujuan
merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh penerapan SPI tidak jauh berbeda dengan tujuan
dewan komisaris suatu entitas, manajemen, dan penerapan SPI pada lingkungan operasi
personel lain, yang dirancang untuk memberikan tradisional. Namun berkenaan dengan risiko,
keyakinan memadai mengenai pencapaian tujuan sistem pada lingkungan TIK lebih terbuka, yang
terkait dengan operasi, pelaporan dan ketaatan. berpengaruh pada keselamatan dan keamanan
informasi, secara khusus untuk aktifitas e-
Adapun CobiT mengadaptasi definisi
pengendalian (control) dari Internal Control- commerce melalui internet terdapat tujuan
tambahan yang harus dicapai melalui SPI, yaitu eksternal yang dapat menyebabkan organisasi
menjaga kepercayaan pelanggan yang gagal mencapai tujuan operasionalnya.
bertransaksi melalui kegiatan e-commerce
termasuk kepercayaan operasional usaha 2.4.3. COBIT 5
melalui jaringan internet. Control Objectives for Information and related
Technology (COBIT) merupakan suatu pedoman
2.4.2. COSO – ICIF yang diterima secara umum, dipergunakan oleh para
The Committee of Sponsoring Organizations of eksekutif dan profesional untuk memastikan bahwa
the Treadway Commission (COSO) pertama kali operasi TI selaras dengan tujuan dan sasaran bisnis
menerbitkan Internal Control-Integrated (Zhang dan Fever, 2013).
Framework (ICIF) pada tahun 1992. COSO COBIT disusun oleh Information System Audit
merupakan hasil dari inisiatif organisasi and Control Association (ISACA), sebuah lembaga
sukarelawan sektor swasta yang bertujuan asosiasi profesional yang memfokuskan pada
untuk perbaikan kinerja organisasi dan tata pengelolaan teknologi informasi dan berafiliasi
kelola melalui pengendalian internal yang dengan International Federation of Accountants
efektif, manajemen risiko enterprise, dan (IFAC). COBIT memungkinkan para manajer untuk
pencegahan fraud (McNally, 2013). mengisi celah pengendalian atas permasalahan
KPMG (2013) memaparkan bahwa pada tanggal teknis, kebutuhan dan risiko bisnis, dan pergeseran
14 Mei 2013, COSO mempublikasikan framework SPI tingkat pengendalian pada para
versi terbaru yang dikenal dengan COSO ICIF 2013. pemangku kepentingan. Pedoman ini
Framework SPI 2013 yang diterbitkan COSO masih memungkinkan penyusunan kebijakan
mempertahankan definisi SPI dan kubik COSO, pengendalian TI dan praktik terbaik disepanjang
termasuk lima komponen SPI. Perubahan yang tingkatan bisnis (Khther dan Othman, 2013).
penting adalah adanya kodifikasi Pada awalnya, COBIT (versi 1) diluncurkan
17 prinsip-prinsip untuk mendukung lima pada tahun 1996, tetapi pada waktu itu piranti
komponen SPI. manajemen ini masih terbatas cakupannya,
Menurut COSO (2013), suatu SPI yaitu fokus pada lingkup audit. Pada tahun
dikatakan efektif apabila manajemen senior 1998, ISACA menerbitkan COBIT 2, dengan
dan dewan komisaris mempunyai keyakinan lingkup pengendalian (control). Selanjutnya,
memadai yang berkaitan dengan penerapan dua tahun berikutnya pada Tahun 2000,
dalam struktur entitas bahwa organisasi: diterbitkan COBIT 3 yang memperluas
a) Mencapai operasi yang efektif dan efisien jangkauan pada lingkup manajemen (gambar2).
ketika peristiwa eksternal dianggap tidak
mungkin berdampak pada pencapaian
tujuan-tujuan.
b) Memahami seberapa luas operasi dikelola
secara efektif dan efisien dimana organisasi
dapat secara layak memprediksi sifat dan saat
peristiwa eksternal dan mengurangi dampak
pada suatu tingkat yang dapat diterima.
c) Mempersiapkan laporan sesuai dengan
peraturan yang diterapkan, ketentuan dan
standar atau dengan tujuan pelaporan
spesifik entitas.
d) Mematuhiundang-undang, peraturan, Gambar 2. Evolusi COBIT oleh ISACA
Sumber: www.isaca.org/cobit
ketentuan, dan pedoman eksternal.
Kendatipun SPI mampu menyajikan Pada Tahun 2005/2007 ISACA menerbitkan
kepastian COBIT 4.0/4.1 dengan menjadikan TI sebagai
yang memadai pada pencapaian tujuan entitas,
bagian dari proses bisnis yang mendapatkan
tetapi terdapat keterbatasan. SPI tidak mampu
perhatian khusus, sehingga COBIT Versi 4
melakukan pencegahan keputusan atau menjadikan tata kelola TI sejajar dengan kegiatan
pertimbangan yang buruk, atau berbagai peristiwa
manajerial lainnya dari proses bisnis E-Government sebagai suatu optimasi penyediaan
perusahaan. Pada Tahun 2012 lembaga profesi layanan, partisipasi konstituen, dan tata kelola
ISACA menerbitkan COBIT 5 dengan lingkup melalui transformasi hubungan internal dan
tata kelola TI enterprise (ISACA, 2012). eksternal melalui teknologi, internet dan media.
Publikasi ISACA (2013) mengenai COBIT 5 Menurut publikasi yang disusun Center for
pada situs online menegaskan bahwa COBIT 5 Democracy and Technology untuk Bank Dunia
menyajikan suatu pedoman kerangka (2002), E-Government adalah penggunaan TIK
komprehensif yang membantu perusahaan dalam dalam rangka transformasi pemerintah, dengan
mencapai berbagai tujuan dalam rangka tata menjadikan pemerintah dapat lebih mudah
kelola dan manajemen TI perusahaan. Framework diakses, lebih efektif dan lebih akuntabel. NAZ
COBIT 5 bersifat generik, dan dapat dipergunakan (2009) dalam riset tentang E-Government for
oleh perusahaan-perusahaan dengan berbagai improved public services delivery in Fiji
ukuran, baik perusahaan komersial, nirlaba menyimpulkan bahwa penerapan E-
maupun organisasi sektor publik. COBIT 5 Government berpotensi memperbaiki
membedakan secara tegas antara tata kelola penyediaan layanan dan kepuasan pelanggan.
(governance) dan pengelolaan/manajemen Berkaitan dengan model layanannya, Fang
(management). Kedua istilah tersebut mempunyai (2002) memaparkan delapan konsep tipe E-
tipe kegiatan yang berbeda yang memerlukan Government yaitu Government-to-Citizen (G2C),
struktur organisasi yang berbeda dan Citizen-to-Government (C2G), Government-to-
menjalankan tujuan yang berbeda pula. Business (G2B), Business-to-Government (B2G),
ISACA (2013b) memaparkan bahwa COBIT 5 Government-to-Government (G2G), Government-
membagi kriteria informasi menjadi tiga bagian, to-Nonprofit (G2N), Nonprofit-to-Government
yaitu intrinsik, kontekstual, dan (N2G), dan Government-to-Employee (G2E).
keamanan/aksesibilitas, masing-masing bagian Adapun kategori yang lebih ringkas
dirinci menjadi beberapa kriteria kualitas. dikemukakan Turban dan Volonino (2011), berupa
tiga kategori utama E-Government berdasarkan
2.5. E-Government transaksi yang terjadi, yaitu G2C, G2B, dan G2G.
2.5.1. Manfaat dan Layanan E-Government Turban (2011) memaparkan model G2C sebagai
Menurut organisasi kerjasama pembangunan suatu model E-Government dengan transaksi yang
ekonomi/OECD (2003) terdapat banyak definisi secara intensif mempergunakan internet pada
tentang konsep E-Government dengan perbedaan lembaga pemerintahan untuk menyediakan jenis-
definisi tidak hanya terkait dengan permasalahan jenis layanan kepada warga negara, misalnya
semantik saja, tetapi juga mencerminkan prioritas transfer jaminan sosial elektronik dimana
dalam strategi pemerintahan. OECD (2003:63) pemerintah melakukan transfer atas pembayaran
mendefinisikan E-Government sebagai “The use pensiun dan jaminan sosial secara langsung melalui
of information and communication technologies, rekening bank penerima atau kartu pintar.
and particularly the Internet, as a tool to achieve
better government”. 2.5.2. Memerangi Korupsi melalui
Turban dan Volonino (2011) memaparkan Penerapan E-Government
bahwa E-Government merupakan penggunaan Saat ini banyak organisasi yang memanfaatkan
teknologi internet untuk menyampaikan informasi kemajuan era digital untuk melakukan transaksi
dan layanan publik kepada warga negara, mitra secara elektronik sehingga membawa kemudahan
bisnis, pemasok lembaga pemerintahan, dan dan keamanan transaksi bisnis, bahkan tidak sedikit
orang-orang yang bekerja pada sektor publik. perusahaan komersial yang sudah menerapkan
Shahkooh dan Abdollahi (2007) mengelobarasi sistem informasi E-Government untuk mencegah
definisi E-Goverment sebagai penggunaan TI dalam terjadinya praktik-praktik kecurangan. Hal ini
rangka menyediakan berbagai layanan online yang merupakan fenomena yang mulai mendapatkan
lebih cepat dan lebih baik dan informasi kepada penerimaan dari berbagai pihak.
warga negara, mitra bisnis dan para pegawai oleh OECD (2013) memaparkan bahwa penerapan
pemerintah. Gartner, sebagaimana dikutip Fang TIK dapat menjadi penggerak keterlibatan warga
(2002) mendefinisikan negara dalam proses pengambilan kebijakan,
mempromosikan pemerintahan yang akuntabel yang dipublikasikan Center for Democracy and
dan terbuka, dan membantu mencegah korupsi. Technology untuk Bank Dunia (2002), antara lain
Zhang dan Zhang (2009) memaparkan fase publikasi, fase interaksi, dan fase transaksi.
bahwa penerapan E-Government dapat menjadi PBB melalui Division for Public Economics
salah satu komponen kunci strategi anti- and Public Administration (2002) membagi lima
korupsi dengan memungkinkan adanya fase E-Government, yaitu fase pertama berupa
komunikasi yang efektif selain transparansi. tahap kemunculan, peningkatan, interaktif,
Melalui E-Government hal ini dapat transaksi, dan integrasi. Shareef, Jahankhani
meningkatkan kesempatan untuk melakukan dan Dastbaz (2013) melaporkan bahwa Gartner
pengungkapan fakta, karena pengelolaan data Group membagi empat fase E-Government
transaksi yang rinci memungkinkan untuk berupa kehadiran web (web presence),
menelusuri dan menghubungkan pelaku interaksi (interaction), transaksi (transaction)
korupsi dengan perilaku menyimpangnya dan transformasi (transformation).
Kim (2013) menguraikan pendekatan yang Adapun terkait dengan tantangan
dapat dipergunakan untuk membasmi korupsi implementasinya, Yanging (2011), menyebutkan
menjadi empat pendekatan, yaitu pendekatan empat tantangan terkait implementasi E-
hukum-administratif, pendekatan perilaku- Government, yaitu keamanan komputer, privasi,
budaya, pendekatan ekonomi dan pendekatan perbedaan dalam akses komputer, dan manajemen
teknologi. Pendekatan teknologi diarahkan TI pemerintah dan pendanaan. Perbedaan akses
pada penggunaan TIK sebagai sarana komputer meliputi dua isu yaitu ketimpangan digital
penyediaan layanan dalam rangka pencegahan (“digital divide”) dan kemampuan akses bagi orang-
korupsi pada pemerintahan. orang yang cacat. Menurut Almarabeh dan AbuAli
Mengutip Transparency International Korea, (2012), ketersediaan (availability) dan akses
Zhang dan Zhang (2009) menyebutkan bahwa E- (accessibility) merupakan dua prasyarat kritis yang
Government dapat menjadi salah satu komponen berpengaruh pada keberhasilan E-Government.
utama dari strategi anti-korupsi yang lebih luas
sebagaimana didemonstrasikan melalui sistem
Online Procedures Enhancement for Civil 2.5.4. E-Government dan Sistem
Applications (OPEN) yang diterapkan di Kota Seoul, Informasi Terintegrasi
Republik Korea. OPEN merupakan suatu program Menurut Turban dan Volonino (2011) komponen
pemberantasan korupsi yang diinisiasi Walikota suatu SI terdiri dari hardware, software, data,
Seoul, Republik Korea pada Tahun 1998. Proyek ini jaringan, prosedur dan orang. Saat ini, kondisi
dianggap sebagai suatu contoh yang efektif atas migrasi massal para pengguna komputer PC ke
komitmen manajerial dan politik terhadap piranti bergerak (mobile devices) telah menggeser
transparansi dan dampak terhadap korupsi. Program peran SI di atas organisasi dan menyebabkan lokasi
OPEN memungkinkan masyarakat memonitor secara praktis menjadi tidak relevan lagi.
aplikasi perizinan atau persetujuan, termasuk Kemungkinan besar, saat ini teknologi bergerak
mengajukan pertanyaan dalam hal dideteksi adanya telah menembus dinding di antara sisi bisnis dan
ketidakberesan. Melalui OPEN, pemrosesan urusan kehidupan personal manusia. Turban (2011)
sipil tersedia secara online, sehingga efisiensi dan menambahkan bahwa inovasi TI saat ini sedang
transparansi beberapa area administrasi sipil mengguncang atau mempengaruhi cara-cara
tercapai. perusahaan menjalankan bisnis, pekerjaan para
manajer dan pekerja, rancangan proses bisnis, serta
2.5.3. Tahapan dan Tantangan struktur pasar.
Implementasi E-Government Litan, dkk. (2011) menyampaikan bahwa saat
Berkaitan dengan model kematangan pada E- ini, integrasi sistem informasi telah menjadi suatu
Government, Irani, Sebie dan Elliman (2006) pada kebutuhan karena didasari oleh kenyataan bahwa
Howard (2001) menguraikan tiga tahapan sistem E- perusahaan-perusahaan besar telah
Government, yaitu publikasi, interaksi dan transaksi. mengembangkan SI yang berulang, yang
Tiga tahapan E-Government yang dikemukakan kebanyakan merupakan sistem yang terpisah
Howard juga serupa dengan tahapan untuk otomasi kegiatan yang berbeda-beda.
Keuntungan yang diperoleh dari integrasi SI antara perancangan (design), dan implementasi
lain berupa pengurangan biaya pengelolaan SI (implementation).
hingga penyederhanaan aliran kerja. Sesuai karakteristik penelitian, penulis
berusaha mengelaborasi model rancangan
2.5.5. Kebijakan dan Strategi Nasional sinergisitas antara proses bisnis, pengendalian
Pengembangan E-Government intern dan bentuk-bentuk adopsi TIK, maka dari
Melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun keempat fase proses pengembangan sistem
2003 disusun kebijakan nasional tentang E- SDLC tersebut, penulis memfokuskan pada
Government dalam rangka menyamakan dua fase proses, yaitu pada fase analisis dan
pemahaman, tindakan sejalan dan langkah yang perancangan sistem.
terpadu pada seluruh lembaga pemerintahan. Melalui metode ini, penulis melakukan
Pengembangan E-Government merupakan upaya teknik penggalian dan pendalaman atas proses
untuk mengembangkan penyelenggaraan bisnis sistem belanja perjalanan dinas yang
pemerintahan yang berbasis elektronik berjalan saat ini, sebagai bahan analisis
dalam rangka meningkatkan kualitas layanan terhadap sistem dalam rangka mengidentifikasi
publik yang efektif dan efisien. kelemahan-kelemahan beserta kekuatan atas
Pengembangan E-Government harus merujuk sistem belanja perjalanan dinas saat ini.
pada kerangka arsitektur yang ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis sistem yang berjalan
Adapun kerangka arsitektur pengembangan E- saat ini, penulis selanjutnya berusaha menemukan
Government terdiri dari empat lapis, yaitu berupa solusi alternatif untuk memperkuat dengan menutup
akses, portal pelayanan publik, organisasi kelemahan atas sistem yang dipergunaan.
pengelolaan dan pengolahan informasi, serta Selanjutnya, merangkai berbagai solusi tersebut
infrastruktur dan aplikasi dasar (gambar 3). bentuk rancangan konseptual sistem belanja
perjalanan dinas dengan melakukan penyelarasan
antara proses bisnis sistem belanja negara
khsusunya perjalanan dinas, konsep-konsep
pengendalian intern dan pemanfaatan TIK. Sehingga
hasil akhir dari penelitian adalah sebuah kolaborasi
tiga unsur tersebut yang disajikan dalam bentuk
model E-Government yang terintegrasi pada sistem
belanja perjalanan dinas.
(process-centered methodology) atau sering efektivitas sistem belanja perjalanan dinas dalam
dikenal dengan manajemen proses bisnis mencegah penyimpangan belanja negara.
(business process management/BPM), yaitu
suatu pendekatan sistematis untuk 1.3. Tahapan Penelitian
melakukan perbaikan yang berkelanjutan 3.3.1. Analisis Sistem
dan melakukan optimasi proses bisnis suatu Pada tahapan penelitian ini, penulis melakukan
organisasi. Melalui BPM, perbaikan proses identifikasi terhadap kondisi sistem yang berjalan,
bisnis yang lebih bertahap dan berkelanjutan yaitu sistem belanja perjalanan dinas PNS yang
dapat didukung melalui penerapan TIK. dipergunakan saat ini, selanjutnya penulis
Sementara itu manajemen proses bisnis dapat melakukan analisis atas sistem yang dipergunakan.
dikelola melalui sistem BPM (BPMS) suatu sistem Adapun tujuan tahapan ini adalah untuk
yang dapat mengautomasi dan memfasilitasi mendapatkan gambaran kondisi sistem yang sedang
perbaikan-perbaikan proses bisnis. BPMS sendiri dipergunakan, berbagai kelemahan atas sistem yang
mempunyai kemampuan dalam memperbaiki ada, serta mengidentifkasi gagasan rekomendasi
komunikasi dan kolaborasi, automasi kegiatan- penyempurnaan terhadap sistem yang berjalan.
kegiatan, dan mengintegrasikan dengan sistem- Tahapan analisis meliputi beberapa kegiatan sebagai
sistem lainnya serta para pemangku kepentingan berikut:
lainnya melalui rantai nilai (value chain). a) Pengumpulan data pendahuluan.
Dengan demikian, pada pendekatan ini penulis Pengumpulandatapendahuluan
lebih banyak melakukan pengkajian dan analisis (preliminary survey) dimaksudkan untuk
terhadap permasalahan objek penelitian terutama mendapatkan gambaran awal mengenai sistem
berkaitan dengan proses bisnis pada sistem belanja yang berjalan, unit organisasi yang menjadi
perjalanan dinas yang berlaku. Penulis bagian dari sistem tersebut, termasuk cakupan
berusaha melakukan penelahaan, implementasi sistem tersebut. Berdasarkan
mengidentifikasi fakta-fakta terkait dengan analisis pendahuluan selanjutnya penulis
objek penelitian, yaitu pada sistem belanja mengumpulkan data pokok sebagai bahan
perjalanan dinas melalui kajian literatur yang analisis utama terhadap sistem berjalan yang
terkait seperti peraturan perundang- menjadi objek penelitian. Adapun metode
undangan, teori-teori, framework/tata kelola pengumpulan data pendahuluan dilakukan
terkait SPI dan pengembangan sistem. melalui pengamatan dan penelusuran data, fakta,
Selanjutnya berdasarkan fakta-fakta atas dan literatur dari berbagai sumber.
sistem yang saat ini dipergunakan, penulis b) Pengumpulan data pokok.
mendokumentasikan melalui diagram alir proses Pengumpulan data pokok dilakukan
bisnis dengan mempergunakan software setelah mendapatkan gambaran analisis atas
business process model and notation (BPMN). penelahaan terhadap data pendahuluan yang
Berdasarkan diagram alir tersebut, penulis telah diperoleh sebelumnya. Data pokok
mengidentifikasi kelemahan atas sistem yang tersebut berkaitan dengan penerapan sistem
berjalan, termasuk dengan melakukan tinjauan yang berjalan saat ini, data diperoleh melalui
berdasarkan SPI yang diterapkan. pengumpulan dokumen berupa peraturan
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang perundang-undangan, dokumen kebijakan dan
ditemukan, penulis melakukan analisis untuk prosedur, keputusan-keputusan yang
mendapatkan perbaikan-perbaikan pada proses berkaitan dengan implementasi sistem yang
bisnis melalui kajian literatur dan praktik-praktik ada. Selain itu juga melalui pendalaman
terbaik (best practices) untuk menemukan berbagai terhadap pengalaman melaksanakan
alternatif pemecahan permasalahan pada objek perjalanan dinas, wawancara dengan pegawai
penelitian. Selanjutnya mengolah gagasan perbaikan baik yang berhubungan secara langsung
proses bisnis atas sistem tersebut dengan maupun tidak langsung terhadap sistem yang
merangkai dalam bentuk rancangan model sistem menjadi objek penelitian. Teknik wawancara
informasi berbasis E-Government belanja perjalanan tersebut dilakukan dalam rangka melakukan
dinas. Melalui rancangan model tersebut diharapkan verifikasi atau memperolah kepastian
mampu meningkatkan mengenai suatu permasalahan yang perlu
seperti COSO ICIF, COBIT 5, TOGAF 9.1. Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik
Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan
1.4. Validasi dan Evaluasi lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operational
Berdasarkan rancangan model E-Government
Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu anggaran dalam wilayah kerja yang telah
pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan ditetapkan. Kuasa BUN didelegasikan pada
secara konsisten agar terdapat kejelasan Ditjen Perbendaharaan melalui Kantor
dalam pembagian wewenang dan tanggung Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
jawab, terlaksananya mekanisme checks and B. Pengujian Belanja Negara
balances serta untuk mendorong upaya PPK/KPA berhak untuk menguji,
peningkatan profesionalisme dalam membebankan pada mata anggaran yang telah
penyelenggaraan tugas pemerintahan. disediakan, dan memerintahkan pembayaran
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA tagihan-tagihan atas beban APBN. Pejabat yang
bertanggung jawab secara formal dan materiil menandatangani dan/atau mengesahkan
kepada presiden atas pelaksanaan kebijakan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti
anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang yang menjadi dasar pengeluaran atas beban
dikuasainya sesuai dengan ketentuan peraturan APBN bertanggung jawab atas kebenaran
perundang-undangan. Dalam rangka pelaksanaan material dan akibat yang timbul dari
pengelolaan keuangan negara dalam lingkup penggunaan surat bukti dimaksud. Sedangkan
APBN, perlu ditetapkan pejabat perbendaharaan pembayaran atas tagihan yang menjadi beban
negara pada masing-masing kementerian negara APBN dilakukan oleh Kuasa BUN
dan lembaga. Secara garis besar pejabat
perbendaharaan negara dikelompokkan menjadi 4.1.2. Proses Bisnis pada Sistem Perjalanan
tiga, yaitu pengguna anggaran, bendahara umum Dinas
negara, dan bendahara penerimaan/pengeluaran. A. Siklus Belanja Perjalanan Dinas
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Secara umum siklus belanja perjalanan dinas
penyelenggara urusan tertentu dalam pemerintahan meliputi empat tahapan, yaitu penugasan,
bertindak sebagai PA atas bagian anggaran yang pembiayaan, pelaksanaan, dan
disediakan untuk penyelenggaraan urusan pertanggungjawaban (gambar 4). Adapun rincian
pemerintahan yang menjadi tugas dan keempat tahapan tersebut sebagai berikut :
kewenangannya tersebut. Pejabat 1) Penugasan
perbendaharaan negara pada setiap kementerian Tahapan penugasan merupakan tahapan awal
negara/lembaga meliputi PA, KPA, Pejabat pada perjalanan dinas. Diawali dengan adanya
Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat penugasan oleh pejabat yang berwenang kepada
Penandatangan Surat Perintah Membayar pegawai untuk melaksanakan tugas perjalanan
(PP SPM), dan bendahara pengeluaran. dinas ke suatu daerah tertentu. Penerbitan Surat
Pengguna anggaran adalah pejabat Tugas (ST) dan Surat Perjalanan Dinas (SPD)
pemegang kewenangan penggunaan anggaran merupakan bentuk otorisasi penugasan
Kementerian Negara/Lembaga. Sementara itu perjalanan dinas kepada pegawai. Dengan
KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari demikian ST dan SPD adalah dokumen sumber
PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan yang telah diotorisasi oleh pejabat berwenang,
dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada dan selanjutnya dipergunakan sebagai dokumen
Kementerian Negara/Lembaga. PPK adalah sumber legal untuk keperluan pemrosesan
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA transaksi pada siklus belanja perjalanan dinas.
untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara. Sedangkan, PP SPM
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PA/KPA untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran dan menerbitkan
perintah pembayaran.
Menteri Keuangan bertindak selaku
Bendahara Umum Negara (BUN), selanjutnya
Gambar 4. Siklus belanja perjalanan dinas
mengangkat Kuasa BUN untuk melaksanakan Sumber: diolah dari PMK No.113 Tahun 2012
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
antar entitas. Sistem aplikasi yang dikembangkan Berdasarkan ST yang diterbitkan, PPK
BUN hanya dapat diimplementasikan pada melakukan pengujian kesesuaian pelaksanaan
sebagian tahapan. Sementara aplikasi perjalanan dinas dengan kinerja yang
pengolahan data pada tahapan yang lain direncanakan. Jika PPK tidak menemukan adanya
diserahkan pada satker, sehingga masih banyak permasalahan, maka PPK menerbitkan SPD yang
satker yang mempergunakan aplikasi manual berisikan PPK penerbit SPD, rincian nama dan
berupa pengolah kata ataupun mengembangkan jabatan pegawai yang ditugaskan, maksud
aplikasi secara mandiri yang dioperasikan secara perjalanan dinas, tingkat biaya perjalanan dinas,
standalone. (gambar 6). alat angkutan, tempat tujuan dan lama perjalanan
dinas, pembebanan anggaran, dsb. Ilustrasi dapat
D. Diagram Alir Belanja Perjalanan Dinas dilihat pada gambar 7.
Berdasarkan prosedur dan mekanisme
transaksi yang terjadi, diagram alir sistem 2. Subsistem Pembiayaan
perjalanan dinas pada masing-masing Tahap pembiayaan melibatkan PPK,
tahapan dapat digambarkan sebagai berikut: bendahara pengeluaran dan penyedia jasa dari
1. Subsistem Penugasan perusahaan publik dan swasta. Prosedur dimulai
Terdapat tiga pihak yang bertanggungjawab ketika PPK menetapkan skema pembiayaan
pada proses penerbitan dokumen ST dan SPD, perjalanan dinas, yaitu melalui uang persediaan
yaitu pemilik kegiatan, KPA dan PPK. Pemilik ataupun melalui pembayaran langsung. Pada
kegiatan mengusulkan penugasan kepada mekanisme UP, PPK mengajukan uang muka
pegawai untuk melaksanakan perjalanan dinas. perjalanan dinas kepada bendahara pengeluaran
Melalui aplikasi yang ada diterbitkan dokumen dengan melampirkan dokumen. Selanjutnya
usulan ST yang ditandatangani oleh pejabat yang bendahara pengeluaran melakukan pengujian
berwenang dan disampaikan kepada KPA. pembebanan biaya berdasarkan ketentuan yang
KPA melakukan verifikasi berkas, yaitu berlaku. Permintaan koreksi terkait perhitungan,
dengan pemeriksaan untuk memastikan bahwa kelengkapan dokumen administratif disampaikan
tidak ada duplikasi penugasan pegawai melalui kepada PPK apabila diperlukan. Selanjutnya,
lembar monitoring penerbitan surat tugas yang bendahara mempersiapkan uang muka perjalanan
telah diadministrasikan. Apabila KPA menemukan dinas yang akan disampaikan kepada PPK.
duplikasi penugasan, maka dokumen usulan ST Namun, apabila PPK mempergunakan mekanisme
dikembalikan kepada pemilik kegiatan, sehingga pembiayaan LS, maka PPK mempersiapkan
usulan penugasan tidak dapat diproses lebih proses pengadaan barang dan jasa dengan
lanjut, namun apabila tidak ada duplikasi dan menyusun dokumen kontrak/komitmen dengan
permasalahan administratif lainnya, maka KPA pihak ketiga. Adapun gambaran tahapan
dapat menerbitan ST dan menyampaikan kepada pembiayaan seperti pada gambar 8.
PPK. Dokumen ST tersebut antara lain berisi
pemberi tugas, pelaksana tugas, waktu dan S SP Permintaan
Koreksi Perbaika
tempat pelaksanaan tugas. Mekanisme UP
Menyusun
Usulan Skema
Usulan Surat Tugas
Tidak
Mekanisme Rincian Setuju
Mengajuka ST SP Biaya
n
Penugasa
n Surat Setuj
Tidak Setuju Menguji Uang
Tuga Pembeba Muka
nan
Usulan ST Verifikasi Setuju
Menerbitan
Surat Tugas Tidak
Setuju
Setuju Pengada
SP Dokume
D an Jasa
n
Surat
Tugas
Pengujian Menerbitan
Surat Gambar 8. Diagram Alir Tahapan Pembiayaan
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Gambar 7. Diagram Alir Tahapan Penugasan
Sumber: diolah dari berbagai sumber
2) Perbaikan rancangan dokumen sumber. dinas secara keseluruhan dapat diperkuat melalui
Rancangan dokumen sumber perlu diperbaiki rancangan komponen SPI yang diimplementasikan
dari sisi bentuk, format dan jenis-jenis pada tahapan proses bisnis dan organisasi yang
pengendalian. Dokumen sumber selama ini terlibat sesuai dengan relevansi penerapan dengan
rentan dipalsukan seperti tiket, bukti penginapan, memperhatikan konsep biaya manfaat.
dsb., sebagaimana dipaparkan melalui temuan
BPK RI. Penggunaan dokumen elektronik yang 4.2. Rancangan Model E-Government
memungkinkan dilakukannya verifikasi ke sumber 4.2.1. Prinsip Pokok Sistem
yang menerbitkan dokumen secara real-time, Pada prinsipnya upaya untuk menyelaraskan
mampu meminimalkan pemalsuan dokumen. proses bisnis pada sistem perjalanan dinas dengan
3) Menyatukan tahapan pada proses bisnis bentuk-bentuk penerapan TIK dalam rangka
secara terintegrasi. memperkuat keefektifan sistem dalam
Mekanisme dan prosedur pada proses bisnis meminimalisasi terjadinya adanya potensi-potensi
perlu diintegrasikan sebagai suatu sistem yang fraud yang dapat menyebabkan penyimpangan
terpadu. Melalui integrasi diharapkan dapat belanja negara. Sehingga upaya sinergisitas tersebut
memperkuat prosedur pengendalian pada juga tidak terlepas dari sisi pengendalian intern,
sistem perjalanan dinas. Dengan adanya khususnya pada lingkungan pengendalian berbasis
sistem yang terintegrasi akan mampu teknologi informasi. Adapun berkaitan dengan model
mencegah adanya kecurangan dan pemalsuan sistem E-Government yang dirancang dalam rangka
dokumen, serta mendeteksi adanya penugasan mengatasi permasalahan pokok pada sistem
perjalanan dinas fiktif dan ganda. perjalanan dinas saat ini, berupa penyimpangan-
4) Kolaborasi dengan organisasi yang terkait penyimpangan belanja, berikut merupakan prinsip-
belanja perjalanan dinas. prinsip pokok yang menjadi pondasi model E-
Sistem belanja perjalanan dinas dirancang Government tersebut:
agar memungkinkan kolaborasi dengan 1) Konektivitas
organisasi terkait dalam proses bisnis baik Model E-Government dirancang untuk dapat
secara langsung maupun tidak langsung. Melalui saling menghubungkan seluruh tahapan proses
kolaborasi tersebut diharapkan dapat bisnis belanja perjalanan dinas dan entitas
mempermudah proses bisnis, mempercepat organisasi yang terkait dengan proses bisnis, baik
transaksi belanja, mencegah secara dini adanya secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
potensi kecurangan pegawai, mendeteksi adanya demikian seluruh rangkaian transaksi dari tahap
gejala penyimpangan belanja perjalanan dinas. penugasan hingga pertanggungjawaban, yang
5) Automasi pemrosesan transaksi pada melibatkan pemangku kepentingan diupayakan
proses bisnis. saling terhubung melalui suatu sistem dengan
Penerapan automasi transaksi dapat mempertimbangkan prinsip keamanan informasi
membantu mempercepat pemrosesan transaksi, (confidentiality, integrity, availability).
meningkatkan keakuratan pada pengujian dan 2) Integrasi
verifikasi data dan dokumen sumber perjalanan Rancangan model E-Government
dinas. Melalui automasi transaksi diharapkan didasarkan atas prinsip integrasi sistem
dapat menutup celah yang dapat dimanfaatkan dimana seluruh transaksi, data dan informasi
untuk melakukan penyimpangan belanja. diintegrasikan melalui sebuah sistem informasi
6) E-Government untuk integrasi proses bisnis. sehingga proses bisnis tidak tersekat-sekat
Dalam rangka melakukan integrasi proses berdasarkan masing-masing tahapan proses
bisnis dan mendukung kolaborasi antar unit bisnis atau sub sistem yang berbeda-beda.
organisasi baik pada lembaga pemerintahan, 3) Automasi Sistem
BUMN, perusahaan publik maupun swasta Sistem belanja perjalanan dinas dengan
serta memperkuat efektivitas SPI, sistem transaksi yang meliputi beberapa tahapan
belanja perjalanan dinas dapat diterapkan pemrosesan data dengan dukungan keterlibatan
melalui sistem informasi E-Government. layanan pihak ketiga sebagai penyedia jasa,
7) Memperkuat komponen SPI pada proses bisnis. diharapkan dapat mengadopsi suatu sistem
Keefektifan SPI pada proses bisnis perjalanan automasi pada pemrosesan transaksi elektronik.
Melalui automasi diharapkan dapat mewujudkan sehingga masing-masing entitas bisnis dapat saling
keandalaan sistem informasi dalam mencegah terhubung pada proses bisnis yang terintegrasi.
potensi kecurangan karena sistem mengurangi Sesuai dengan prinsip konektivitas seluruh
intensitas interaksi manusia. entitas bisnis pengguna sistem, baik lembaga
4) Kolaborasi pemerintahan maupun pihak ketiga selaku
Proses bisnis melibatkan interaksi para penyedia jasa saling terhubung melalui jaringan
pemangku kepentingan seperti pengguna anggaran komunikasi data. Adapun pengguna pada
dengan KPPN, hal ini melibatkan transaksi yang lembaga pemerintahan meliputi satker pengguna
dapat terjadi pada hampir setiap daerah di Indonesia, anggaran dan para pegawai yang terdapat pada
termasuk juga melibatkan lembaga keuangan setiap kementerian negara dan lembaga. Adapun
perbankan maupun penyedia jasa seperti Kementerian Keuangan selaku BUN yang diwakili
perusahaan transportasi dan penginapan. Melalui KPPN di setiap kabupaten/kota di Indonesia,
rancangan E-Government yang terintegrasi maka selaku bendahara pengeluaran negara juga
berbagai interaksi tersebut diarahkan terjalin melalui merupakan pengguna sistem E-Government ini.
kolaborasi yang intensif disertai dengan tata kelola Melalui sistem tersebut, KPPN sebagai pihak
pelayanan sesuai dengan prosedur yang baku yang yang bertanggungawab pada pembayaran dan
diadopsi. pengeluaran kas atas belanja perjalanan dinas
5) Fleksibilitas yang dilakukan oleh PA.
Dengan rancangan model E-Government
yang mengintegrasikan seluruh tahapan proses
bisnis serta berkolaborasi dengan para
pemangku kepentingan yang terlibat, maka
prinsip fleksibilitas menjadi hal yang wajib pada
tataran operasional sistem secaa keseluruhan.
Dengan demikian dapat mengurangi kendala
operasional sistem ketika sistem sedang berjalan,
artinya pengguna dihindarkan dari kendala
berupa prosedur yang rumit dan kaku terkait
dnegan transaksi secara teknis, masalah
birokrasi, ketersediaan penyedia layanan yang
terhubung dengan sistem perjalanan dinas, Gambar 11. Diagram Model Integrasi Sistem
dokumen bukti belanja perjalanan dinas, dsb. Sumber: diolah dari berbagai sumber
6) Kemudahan
Prosedur operasional model E-Government Sementara itu pengguna sistem lainnya
dirancang agar memberikan kemudahan para meliputi perbankan, maskapai udara,
pengguna pada seluruh tingkatan sesuai dengan perusahaan/agen transportasi, biro perjalanan,
peran (role) dan wewenang (authority) pada masing- hotel dan penginapan, termasuk event
masing proses bisnis para pemangku kepentingan. organizer, dsb. Adapun manfaat yang diperoleh
Tampilan pada lapis antarmuka (interface) pada perusahaan penyedia jasa dengan terhubung
modul, menu, formulir dan lainnya dapat dengan pada sistem E-Government perjalanan dinas,
mudah diakses dan dipahami oleh para pengguna antara lain perusahaan tersebut mempunyai
sehingga menghindari kerumitan dalam menjalankan kesempatan yang besar untuk mengajukan
aplikasi. penawaran layanan penyediaan jasa pada
belanja perjalanan dinas yang dibiayai APBN,
4.2.2. Model Integrasi E-Government sehingga muncul kompetisi untuk menawarkan
Integrasi sistem meliputi penyatuan proses jasa transportasi dan penginapan yang
bisnis yang tersekat-sekat berdasarkan fungsi, berkualitas, murah dan kompetitif.
Seluruh tahapan proses bisnis perjalanan dinas
tahapan dan unit organisasi yang berinteraksi
dengan proses bisnis tersebut. Proses bisnis diintegrasikan, dihubungkan melalui jaringan data
diintegrasikan melalui suatu sistem informasi yang mampu menghubungkan data dan informasi
terjadi. Diagram pada Gambar 11 menggambarkan Selanjutnya pada tahapan pembiayaan, berupa
model integrasi sistem belanja perjalanan dinas mekanisme untuk membebankan komponen
yang mengadopsi model E-Government. pembiayaan perjalanan dinas berdasarkan batasan
Model E-Government dirancang mampu biaya (standard cost) sesuai dengan peraturan
mengintegrasikan seluruh siklus pada proses bisnis perundang-undangan. Sistem dimungkinkan untuk
sehingga penyederhanaan proses birokrasi memberikan kemudahan dan fleksibilitas
memungkinkan terjadi. Dengan proses pembebanan komponen perjalanan dinas sesuai
birokrasi yang sederhana dan hemat maka dengan yang batasan yang dimungkinkan misalnya
pemrosesan transaksi pada belanja negara terkait metode pembayaran uang persediaan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien. ataupun langsung (LS). Adapun model sistem E-
Government bisa menerapkan pembiayaan dengan
4.2.3. Gambaran Umum Proses Bisnis basis mata uang elektronik (e-money) yang
Model integrasi sistem berpengaruh pada didistribusikan secara virtual ke masing-masing
mekanisme dan prosedur transaksi belanja akun pelaksana kegiatan perjalanan dinas dalam
perjalanan dinas. Penerapan model E-Government rangka keperluan transaksi elekronik ataupun uang
yang terintegrasi mengubah lingkungan pemrosesan tunai yang ditransfer melalui rekening pegawai untuk
data dari semula berbasis tradisional menjadi transaksi lainnya.
lingkungan sistem berbasis TI. Adapun gambaran Pada tahapan pelaksanaan perjalanan dinas,
umum proses bisnis model E-Government sistem pengguna atau pelaksana SPD melakukan
belanja perjalanan dinas yang mengintegrasikan transaksi pemesanan tiket perjalanan dinas dan
keseluruhan tahapan/siklus dengan para pemangku penginapan melalui tampilan menu yang tersedia
kepentingan sistem yang memungkinkan kolaborasi pada dashboard akun masing-masing pegawai.
pada proses bisnis sebagaimana nampak pada Selanjutnya, mekanisme pembayaran transaksi
Gambar 12. dilakukan oleh kuasa BUN melalui sistem
Secara ringkas, mekanisme proses bisnis pembayaran elektronik yang melibatkan
diawali dengan tahapan penugasan, pada tahapan ini perbankan dengan perusahaan penyedia layanan
diawali dengan pengajuan usulan penugasan dari jasa. Adapun batas transaksi sesuai dengan
pemilik kegiatan masing-masing satuan kerja, yang nominal kredit e-money yang tersedia pada akun
selanjutnya diikuti dengan prosedur otorisasi virtual pengguna sistem.
persetujuan penugasan dan penerbitan surat Adapun pada tahap pertanggungjawaban berupa
perjalanan dinas. Prosedur tersebut dilaksanakan pelaporan bukti pertanggungjawaban, pengujian
oleh para pegawai (user account) melalui tampilan bukti-bukti serta pembayaran dana kepada rekanan.
muka dashboard sistem perjalanan dinas sesuai Bukti pertanggungjawaban dikumpulkan secara
dengan peran dan tanggungjawab masing-masing elektronik melalui sistem, sementara itu laporan-
pengguna (user roles and tasks). laporan dan bukti transaksi lainnya yang terjadi
menggunakan mekanisme berbasis kertas (paper
based) atau diluar sistem E-Government, maka
berkas disampaikan dengan cara
mendokumentasikan dalam format berkas pdf hasil
pemindaian yang selanjutnya diupload ke sistem E-
Government. Mekanisme pengujian bukti-bukti
transaksi oleh pejabat yang terkait baik PPK, KPA
hingga pejabat di KPPN dapat dilakukan secara
otomatis ataupun semi otomatis. Pada tahap akhir
berupa pencairan dana dilakukan setelah verifikasi
berkas secara elektronik oleh kuasa BUN atas
dokumen seperti SPM, SP2D dan diterbitkan
dokumen permintaan transfer pembayaran secara
Gambar 12. Diagram Alir Aktivitas elektronik kepada bank operasional. Bank
Sumber: diolah dari berbagai sumber melakukan pemindahbukuan sejumlah nominal
sesuai dengan permintaan Kuasa BUN.
Adapun proses input data pada seluruh meliputi lembaga pemerintahan, BUMN dan swasta.
tahapan proses bisnis dapat dilakukan secara Dengan cakupan sistem tersebut, maka sistem
automatis melalui sistem, sehingga data yang secara terpusat akan menghubungkan seluruh
diperlukan pada siklus pembiayaan dapat pengguna yang tersebar di seluruh wilayah
aplikasi berdasarkan input data pada siklus seluruh entitas yang terkait dengan proses bisnis
sebelumnya. Demikian pula berbagai data dan melalui jaringan komunikasi data, baik jaringan
berkas elektronik pada tahapan intranet maupun internet. Diagram pada Gambar 14
otomatis melalui subsistem yang terintegrasi. jaringan untuk rancangan model E-Government
sistem perjalanan
3) Transaksi Hemat Kertas (Less-Paper)
Sistem E-Government dirancang dinas.
mempergunakan berkas elektronik sehingga
penggunaan dokumen kertas (paper-based)
diupayakan seminimal mungkin. Dengan sistem
sistem online. Dengan demikian, informasi yang sistem belanja perjalanan dinas akan mengubah
dihasilkan sesuai dengan tujuan-tujuan SPI dan perilaku dan tatanan model bisnis. Hal tersebut akan
kualitas informasi yang diharapkan. menimbulkan reaksi baik yang bersifat positif berupa
Adapun tujuan yang diharapkan pada praktik munculnya dukungan, maupun yang bersifat negatif
dan prosedur pengendalian terhadap model E- berupa munculnya perlawanan (resistensi) terhadap
Government terkait dengan SPI antara lain berupa penerapan sistem yang baru. Dengan demikian, para
kelengkapan (completeness), keakuratan pengambil kebijakan hendaknya mampu menyusun
(accuracy), keabsahan (validity), dan suatu strategi terbaik yang dituangkan melalui
otorisasi (authorization). proses manajemen perubahan yang komprehensif.
1) Pengendalian Umum
Jenis-jenis pengendalian umum yang dapat
diterapkan pada model E-Government antara lain 5. KESIMPULAN
berupa pengendalian proses implementasi sistem Proses bisnis pada sistem belanja perjalanan
E-Government, pengendalian piranti lunak sistem dinas meliputi empat siklus, yaitu penugasan,
E-Government, pengendalian piranti keras, pembiayaan, pelaksanaan, dan
pengendalian keamanan data, dan pengendalian pertanggungjawaban perjalanan dinas. Namun,
administrasi, dsb. sistem perjalanan dinas saat ini masing-masing
2) Pengendalian Aplikasi tahapan proses bisnis tersebut memiliki sistem
Sementara itu pengendalian aplikasi aplikasi yang berbeda-beda, termasuk
diimplementasikan pada sistem aplikasi E- menghasilkan data dengan jenis, format dan
Government belanja perjalanan dinas, baik standar yang berbeda. Mekanisme dan prosedur
berupa prosedur manual maupun automasi untuk pengendalian intern pada sistem belanja
memastikan bahwa hanya data yang telah perjalanan dinas saat ini masih membuka adanya
diotorisasi secara cukup diproses melalui sistem celah yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan
aplikasi secara akurat dan lengkap. Secara garis tindakan penyimpangan belanja negara.
Dengan sistem dan aplikasi yang masih
tersekat-sekat berdasarkan proses bisnis dan unit sinergisitas antara proses bisnis dengan model
satker yang berbeda menjadikan prosedur kerja sistem informasi yang diadopsi. Melalui
yang berdiri sendiri, sehingga belum mampu rancangan model E-Government diharapkan
mendeteksi adanya praktik-praktik penugasan dapat memperkuat keefektifan SPI pada sistem
fiktif dan ganda. Di sisi yang lain munculnya perjalanan dinas sehingga mampu meminimalkan
peluang penugasan perjalananan dinas fiktif dan potensi terjadinya fraud atau penyimpangan pada
ganda membuka peluang munculnya belanja negara. Pada penelitian ini, penulis
penyimpangan pada tahapan selanjutnya, yaitu mengulas rancangan model E-Government pada
pada saat tahapan pembiayaan, pelaksanaan dan sistem perjalanan dinas dengan gagasan yang
pertanggungjawaban perjalanan dinas. Dengan bersifat umum yang disinergikan dengan bentuk-
demikian proses bisnis pada perjalanan dinas bentuk penerapan TI dan penerapan SPI pada
saat ini masih belum efektif mencegah terjadinya lingkungan berbasiskan TI.
potensi penyimpangan belanja perjalanan dinas. Pada penelitian ini, penulis tidak membahas
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk secara rinci proses bisnis beserta prosedur
memperkuat rancangan sistem dengan SPI yang operasional secara teknis rancangan model E-
secara efektif mampu mencegah munculnya Government. Penulis juga tidak membahas
peluang terjadinya penyimpangan belanja negara secara khusus perancangan aplikasi (prototype)
atau fraud, penulis menyajikan suatu rancangan pada sistem perjalanan dinas. Termasuk
sistem informasi model E-Government dengan berkenaan dengan rancangan SPI, penulis hanya
rancangan sistem yang mengintegrasikan seluruh menguraikan gambaran umum dan gagasan
tahapan proses bisnis dan para pemangku pokok implementasi prosedur pengendalian yang
kepentingan yang terkait. dapat memperkuat keefektivan SPI pada belanja
Rancangan model E-Government, hendaknya perjalanan dinas. Sehingga perihal implementasi
disertai dengan penyempurnaan proses bisnis, yaitu komponen SPI secara lengkap dan sistematis
dengan mengadopsi single database, automasi pada rancangan model E-Government perjalanan
pemrosesan data, rancangan sistem less paper, dinas tidak dibahas secara khusus.
mengadopsi transaksi elektronik (e-payment) Melalui penelitian ini penulis mengharapkan
dengan mengurangi transaksi tunai. Dengan para praktisi, pengambil kebijakan maupun
rancangan model E-Government yang akademisi dapat melakukan kajian yang lebih
mengintegrasikan seluruh proses bisnis dan mendalam pada pembahasan yang lebih luas,
seluruh stakeholder maka ketersediaan khususnya terkait dengan aspek kelayakan
infrastruktur jaringan data perlu (feasibility study) maupun perancangan sistem
mendapatkan prioritas, yaitu dalam rangka E-Government tersebut secara keseluruhan.
menyediakan koneksi Internet dan Intranet Termasuk pembahasan dari aspek teknis
bagi para pengguna sistem tersebut. ketersediaan infrastruktur pendukung sistem
Model E-Government pada sistem perjalanan E-Government berupa jaringan data di seluruh
dinas dirancang dengan lingkungan sistem wilayah Indonesia.
pemrosesan data berbasis teknologi informasi,
sehingga harus mengadopsi berbagai prosedur
DAFTAR PUSTAKA
pengendalian berbasis TI supaya dapat secara
Sumber Buku
efektif memperkuat sistem. Dengan demikian
Turban, E. dan Linda Volonino. 2011. Information
prosedur pengendalian perlu diselaraskan dengan
Technology for Management – Improving
model E-Government dalam rangka memperkuat
Strategic and Operational Performance. Edisi
keandalan rancangan SPI sehingga mampu
8. USA: John Wiley & Sons, Inc.
mencegah penyimpangan belanja perjalanan dinas.
BPK RI, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI COSO. 2013. Internal Control - Integrated
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Framework: Executive Summary. Publikasi.
Tahun 2014.
COSO. 1994. Internal Control-Integrated
BPK RI, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Framework. Publikasi.
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Tahun 2013. Fang, Zhiyuan. 2002. E-Government in Digital Era:
Concept, Practice and Development.
BPK RI, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI International Journal of Computer, the Internet
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat and Management. Vol.10. No.2: hal 1-22.
Tahun 2012.
INTOSAI. 2004. Guidelines for Internal
BPK RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester Control Standars for the Public Sector.
I Tahun 2016. Vieena, Austria.
BPK RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester Irani, Z., Madi Al-Sebie, dan Tony Elliman.
I Tahun 2012. 2006. Transacation Stage of E-Government
System: Identification of Location and
Sumber Jurnal Ilmiah Importance. Journal of IEEE. Vol.6. hal 1-9.
Agrawa R., et al. 2006. Taming Compliance with
Sarbanes-Oxley Intern Controls Using ISACA. 2012. COBIT 5 Introduction. diakses dari
Database Technology. Journal IEEE. Vol.06. http://www.isaca.org/cobit/pages/default.asp x
pada 19 Juni 2014.
Akinyomi O.J. 2012. Examination of Fraud in
the Nigerian banking Sectors and its ISACA. 2013a. COBIT 5 A Business Framework for
Prevention. Asian Journal of Management the Governance and Management of Enterprise
Research. Vol.3. No. 1: hal 184-192. IT. diakses dari
http://www.isaca.org/COBIT/Pages/COBIT-5-
Al-Laith, Ali Abdl Ghani. 2012. Adaptation of the Framework-product-page.aspx pada 19 Juni
Internal Control Systems with the Use of 2014.
Information Technology and its Effects on the
Financial Statements Reliability: An Applied ISACA. 2013b. COBIT 5 Enabling Information.
Study on Commercial Banks. International diakses dari
Management Review. Vol.8. No.1: hal 12-20. http://www.isaca.org/COBIT/Pages/COBIT-5-
Framework-product-page.aspx diakses
Almarabeh, T. dan Amer AbuAli. 2010. General pada 19 Juni 2014.
Framework for E-Government: Definition Maturity
Challenges, Opportunities, and Success. Khther, R.A. dan Marini Othman. 2013. COBIT
European Journal of Scientific Research. Framework As a Guideline of Effective IT
Governance in Higher Education: A Review.
McNally, J.S. 2013. The 2013 COSO World Bank. 2002. The E-Government Handbook
Framework & SOX Compliance: One for Developing Countries. Publikasi Online.
Approach to an Effective Transition. diakses dari www.infodev.org/infodev-
Strategic Finance .Edisi Juni: hal 1-18. files/resource/InfodevDocuments_16.pdf. pada
23 Juni 2014
NAZ, R. 2009. E-Government for Improved Public .
Services Delivery in Fiji. Journal of Service Yanging, Guo. 2011. The Potential
Science & Management. Vol. 3. hal 190-203. Opportunities and Challenges of E-
Government. Journal of IEEE. Vol.11.
OECD E-Government Task Force. 2003. The Case
of E-Government : Excerpts from OECD Zhang, S. dan Hans Le Fever. 2013. An
Report “The E-Government Imperative”. OECD Examination of the Practibility of COBIT
Journal on Budgeting. Vol.3. No.1: hal 61-131. Framework and the Proposal of a COBIT-BSC
Model. Journal of Economics, Business and
Shahkooh, K.A. dan Ali Abdollahi. 2007. A Management. Vol.1. No.4: hal 391-395.
Strategi-based Model for e-government
planning. Journal of IEEE, Vol.7. Zhang, J. dan Zengtian Zhang. 2009.
Applying E-Government information
Shareef, S.M., Hamid Jahankhani dan Mohammad system for Anti-corruption Strategy.
Dastbaz. 2013. E-Government Stage Model: Journal of IEEE. Vol.09: hal 112-115.