You are on page 1of 27

RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS

Suprayitno

Jurnal BPPK Volume 10 Nomor 1 Tahun 2017 Halaman 62-88

BADAN PENDIDIKAN DAN


PELATIHAN KEUANGAN
KEMENTERIAN
KEUANGAN REPUBLIK
JURNAL BPPK
INDONESIA

RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK


MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno
Politeknik Keuangan Negara STAN, Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya,
Tangerang Selatan. Email: suprayitno@pknstan.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK


SEJARAH ARTIKEL The current system of official travel expenditure has not been able to prevent travel
Diterima Pertama expenditure frauds maximally. BPK RI (The Audit Board of The Republic of Indonesia)
31 Maret 2017 reported official travel expenditure fraud of Rp99,64 billion in the audit report of the
central government financial statements of 2015. The wasteful, fictitious and double travel
Dinyatakan Dapat Dimuat expenditure are some modus operandi of the expenditure frauds. The ineffectiveness of
6 November 2017 internal control system design is the primary problem which potentially causes some official
travel expenditure frauds. The research try to identify and analyze the control design
KATA KUNCI: weakness of current official travel exependiture. Based on the analysis, the research try to
E-Government, find how to strengthen the internal control system design to prevent official travel
sistem informasi, expenditure frauds maximally by implementing E-Government. The research also try to
proses bisnis, design a model of E-Government that can increase the effectiveness of internal control
TIK, system in the official traveling expenditure system. A system development method applied
SPI, in the research, by using a System Development Life Cycle (SDLC) approach focusing on a
sistem pengendalian intern, business process analysis phase and an E-Government model design conceptually. The
korupsi, Results showed that an E-Government model of of official travel expenditure system should
penyimpangan belanja be designed by integrating all business processes and stakeholders that it can strengthen
negara, internal control system in minimizing fraud of official travel expenditure.
perjalanan dinas.
Sistem belanja perjalanan dinas saat ini belum mampu secara maksimal mencegah tindak
penyimpangan pada belanja perjalanan dinas. Sebagaimana dilaporkan dalam temuan
BPK RI pada laporan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun
2015 dimana terdapat penyimpangan belanja perjalanan dinas sebesar Rp99,64 Miliar.
Perjalanan dinas fiktif, ganda dan melebihi standar biaya merupakan contoh modus
penyimpangan belanja yang sering terjadi. Ketidakefektifan rancangan SPI merupakan
permasalahan mendasar yang berpotensi menimbulkan berbagai bentuk penyimpangan
pada belanja perjalanan dinas. Penelitian ini berusaha mengidentifikasi dan
menganalisis kelemahan rancangan pengendalian pada belanja perjalanan dinas.
Berdasarkan analisis tersebut, penelitian berusaha menggali upaya memperkuat
rancangan SPI dalam mencegah penyimpangan belanja perjalanan dinas melalui
penerapan E-Government. Selanjutnya menggali rancangan model E-Government yang
dapat meningkatkan keefektifan SPI pada sistem belanja perjalanan dinas. Penelitian ini
menggunakan metode pengembangan sistem informasi dengan pendekatan berbasis
model System Development Life Cycle (SDLC), yang menitikberatkan pada fase analisis
proses bisnis dan rancangan model E-Government secara konseptual. Hasil penelitian
mengemukakan bahwa model E-Government pada sistem belanja perjalanan dinas
hendaknya dirancang dengan mengintegrasikan keseluruhan proses bisnis dan para
pemangku kepentingan agar dapat memperkuat SPI dalam meminimalkan potensi
munculnya penyimpangan pada belanja perjalanan dinas.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah korupsi dan ketidakefisienan belanja publik
Fenomena penyimpangan belanja negara hingga kini mewarnai birokrasi pemerintahan baik pemerintahan
masih terjadi dan melibatkan para pegawai negeri pusat, daerah, BUMN dan BUMD. Satrio Budiharjo
sipil (PNS) mulai dari staf hingga pejabat tinggi Judono, ketika masih menjabat sebagai Ketua Badan
negara, bahkan tidak sedikit yang melibatkan Pemeriksa Keuangan (BPK), pernah melaporkan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Berbagai sepanjang Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2003
bentuk penyimpangan keuangan negara seperti menemukan sebanyak 22
RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

kasus yang berindikasi KKN dengan nilai nominal Rp3.762.476.014,00, kelebihan bayar perjalanan
Rp165,5 Triliun dan USD $62,7 Juta (Suwitri, 2007). dinas Rp9.677.649.944,63 (table 1).
BPK RI dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Temuan BPK RI atas LKPP Tahun 2014
Semester I (IHPS I) Tahun 2016 mengungkapkan mengungkapkan jumlah penyimpangan belanja
temuan sebanyak 10.198 yang memuat 15.568 perjalanan dinas sebesar Rp9,2 miliar (BPK,
permasalahan, meliputi 7.661 (49%) kelemahan 2004). Nilai tersebut jauh di bawah temuan pada
SPI dan 7.907 (51%) ketidakpatuhan terhadap tahun 2015 sebesar Rp99,64 miliar, artinya
ketentuan peraturan perundang-undangan senilai penyimpangan belanja perjalanan dinas pada
Rp44,68 Triliun. Dari permasalahan tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup
ketidakpatuhan itu, sebanyak 4.762 (60%) besar, yaitu lebih dari sepuluh kali lipat dibanding
merupakan permasalahan berdampak dengan yang terjadi pada tahun 2014.
finansial senilai Rp30,62 triliun (BPK, 2012).
Tabel 1. Temuan Jenis Penyimpangan pada
Selanjutnya, dalam IHPS tersebut, BPK RI juga
Perjalanan Dinas Tahun 2015
melaporkan perihal hasil pemantuan tindak lanjut
temuan pemeriksaan yang mengandung indikasi
pidana periode 2003 hingga Juni 2016, dimana dalam
periode tersebut BPK telah menyampaikan temuan
pemeriksaan kepada instansi yang berwenang
sebanyak 231 surat yang memuat 446 temuan
pemeriksaan mengandung indikasi unsur pidana
senilai Rp33,52 triliun dan US$41,88 juta atau Padahal jika diamati dari kasus serupa yang
seluruhnya senilai Rp44,62 triliun. terjadi beberapa tahun sebelumnya, muncul
Berdasarkan Ringkasan Eksekutif hasil kecenderungan penurunan nilai penyimpangan
pemeriksaan atas LKPP Tahun 2015, BPK RI perjalanan dinas, yaitu yang terjadi pada tahun
mengungkapkan 14 kelemahan pengendalian 2012 hingga 2013. Pada tahun 2012, berdasarkan
intern dan 8 masalah ketidakpatuhan terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas LKPP
peraturan perundang-undangan. Salah satu Tahun 2012, diungkapkan bahwa temuan
permasalahan terkait temuan ketidakpatuhan penyimpangan pada belanja perjalanan dinas
terhadap peraturan perundang-undangan dinyatakan sebesar Rp30,36 Miliar ( BPK, 2012). Adapun
pada poin 5.17 dimana BPK melaporkan pada temuan kasus serupa pada tahun 2013 turun 59%
pemeriksaan LKPP Tahun 2013 dan 2014 BPK telah menjadi Rp12,3 Miliar (BPK, 2013). Demikian pula
mengungkapkan ketidakpatuhan atas penggunaan yang terjadi pada tahun 2014 sebagaimana
anggaran Belanja Barang dan Belanja Modal. Pada dilaporkan BPK RI, kasus temuan tersebut hanya
pemeriksaan atas LKPP Tahun 2015, BPK masih sebesar Rp9,2 Miliar atau turun 70%
menemukan permasalahan penganggaran, dibandingkan dengan tahun 2012 (gambar 1).
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Belanja
Modal pada 54 kementerian dan lembaga (KL)
sebesar Rp5,62 triliun dan Belanja Barang pada pada
63 KL sebesar Rp2,53 triliun tidak sesuai ketentuan
(BPK, 2015)
Adapun dari sekitar Rp2,53 Triliun, sebanyak
Rp99.643.354.511,46 merupakan permasalahan
perjalanan dinas. Penyimpangan realisasi biaya
perjalanan dinas sebesar Rp99,64 tersebut terjadi
pada 28 KL disebabkan belum ada bukti
pertanggungjawaban sebesar Rp80.434.106.748,
nama dan nomor tiket tidak sesuai dengan manifest Gambar 1. Tren Penyimpangan Belanja
Perjalanan Dinas
sebesar Rp2.661.138.670,31, harga tiket tidak
Sumber: Diolah dari LHP BPK Tahun 2012 s.d 2015
sesuai dengan sebenarnya sebesar
Rp2.905.248.735,02, perjalanan dinas rangkap Pada IHPS I Tahun 2016, BPK RI memaparkan
Rp202.734.400,00, perjalanan dinas fiktif beberapa permasalahan terkait dengan

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 63


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

penyimpangan perjalanan dinas, diantaranya: menjadi perhatian khusus BPK RI melalui laporan
1. Biaya perjalanan dinas ganda dan/atau hasil pemeriksaan yang sudah diungkapkan BPK
melebih standar yang melibatkan 49 RI pada IHPS I Tahun 2012. BPK (2012)
entitas di lingkungan pemerintah pusat melaporkan hasil pemeriksaan yang signifikan
dengan nilai sebesar Rp16,46 Miliar. yang perlu mendapat perhatian baik pemerintah,
Penyimpangan ini berupa kelebihan biaya lembaga perwakilan, maupun seluruh pemangku
perjalanan dinas, uang tiket, uang harian, kepentingan. Hasil pemeriksaan yang perlu
dan penginapan melebihi standar biaya; mendapatkan perhatian pemangku kepentingan
2. Biaya perjalanan dinas ganda dan atau melebihi antara lain karena memuat temuan pemeriksaan
standar yang ditetapkan yang melibatkan 224 terjadi di banyak entitas, hasil pemeriksaan BPK
pemerintah daerah dengan nilai kerugian Rp50,47 yang diperkirakan memiliki implikasi luas bagi
Miliar. Adapun bentuk penyimpangan berupa kepentingan masyarakat (nationwide impact) baik
bukti pertanggungjawaban belanja tidak sesuai untuk saat ini maupun masa mendatang. Data
dengan kondisi yang sebenarnya, realisasi historis hasil pemeriksaan BPK menunjukkan
belanja perjalanan dinas tidak sesuai dengan bahwa temuan terkait perjalanan dinas terjadi
ketentuan,dan pembayaran uang berulang dari tahun ke tahun serta terjadi di
harian melebihi ketentuan yang ditetapkan. entitas pemerintah pusat dan daerah.
BPK RI secara garis besar mengungkapkan Lebih lanjut, BPK telah memasukkan jenis
modus yang sering dilakukan oleh aparat, secara temuan terkait dengan penyimpangan perjalanan
garis besar dapat dirangkum sebagai berikut: dinas pada tahun 2012 dalam daftar pemantauan
a) Perjalanan dinas tidak dilaksanakan khusus yaitu melalui Pemantauan Tindak Lanjut
namun tetap dipertanggungjawabkan dan atas Hasil Pemeriksaan LKPP dengan subjudul
dananya tetap dicairkan (fiktif); LHP Kepatuhan 2007-2014 (BPK, 2015). Pada
b) Perjalanandinas rangkap, pegawai laporan monitoring dengan jenis temuan Tahun
melaksanakan perjalanan dinas rangkap; 2010 “Realisasi Belanja Barang di 44 KL Sebesar
c) Perjalanan dinas dilakukan, tetapi harga Rp110,48 Miliar dan USD63.45 Ribu tidak
tiket tidak sesuai dengan yang sebenarnya.; dilaksanakan kegiatannya, dibayar ganda, tidak
d) Perjalanan dinas dilaksakan menggunakan sesuai bukti pertanggungjawaban, dan tidak
maskapai penerbangan X, namun didukung bukti pertanggungjawaban”. Berkenaan
dipertanggungjawabkan menggunakan dengan penyimpangan biaya perjalanan dinas,
tiket maskapai Y yang lebih mahal; BPK merekomendasikan kepada Pemerintah agar
e) Perjalanan dinas dilaksanakan dengan meninjau kembali mekanisme pelaksanaan dan
menggunakan maskapai tertentu, namun pertanggungjawaban kegiatan perjalanan dinas
nilai tarif pesawat dan/atau hari, tanggal yang dapat meminimalkan risiko penyalahgunaan
keberangkatan berbeda dengan bukti biaya perjalanan dinas.
pertanggungjawaban; Beberapa fakta yang disampaikan BPK RI
f) Tiket yang dijadikan bukti tersebut sebenarnya ibarat fenomena gunung es
pertanggungjawaban tidak sesuai dengan yang hanya kelihatan permukaan saja, namun
manifest. dibalik kasus yang terungkap tersebut masih
Lebih lanjut, BPK menguraikan bahwa banyak kasus penyimpangan keuangan negara
penyimpangan perjalanan dinas tersebut yang belum banyak diketahui masyarakat. Hal ini
berulang kali terjadi antara lain karena pegawai karena hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK
yang melaksanakan perjalanan dinas tidak menggunakan metode sampling dari keseluruhan
mematuhi ketentuan pertanggungjawaban populasi dokumen belanja negara, apalagi
perjalanan dinas pengendalian pelaksanaan temuan penyimpangan perjalanan dinas tersebut
kegiatan perjalanan dinas oleh atasan langsung bukan merupakan pemeriksaan khusus BPK
lemah, pejabat terkait tidak memverifikasi bukti terhadap akun belanja perjalanan dinas.
pertanggungjawaban secara memadai, terdapat Dengan masih banyaknya temuan BPK atas
biro perjalanan yang menyediakan tiket palsu, LKPP terkait dengan kelemahan SPI dan
boarding pass palsu, dan bill hotel palsu. ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
Penyimpangan pada perjalanan dinas ini undangan merupakan permasalahan penting yang

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 64


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

memberikan kontribusi pada penyimpangan terjadinya penyimpangan belanja negara,


belanja negara. Padahal SPI yang lemah pada sebagaimana masih terjadinya perjalanan dinas
belanja negara menunjukkan bahwa SPI tidak fiktif, ganda ataupun melebihi standar yang
efektif dalam mendeteksi dan mencegah ditetapkan. Penulis berusaha menggali faktor-
terjadinya tindak penyimpangan belanja negara, faktor yang menyebabkan munculnya celah-celah
sehingga berpotensi menimbulkan kelemahan pada SPI tersebut. Selanjutnya
penyimpangan. Padahal, SPI merupakan suatu berupaya menemukan solusi untuk menutup
proses yang dirancang untuk memberikan celah pada rancangan sistem sehingga tidak
keyakinan memadai mengenai pencapaian tujuan dapat dimanfaatkan oleh aparatur pemerintahan
keefektifan dan keefisiensian operasi, keandalan untuk melakukan tindakan penyimpangan.
pelaporan keuangan dan ketaatan terhadap Permasalahan utama yang dibahas pada
ketentuan dan peraturan perundang-undangan. penelitian ini adalah bagaimana memperkuat
Melalui penelitian ini, penulis berusaha rancangan SPI pada sistem belanja perjalanan
mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor dinas melalui penerapan E-Government sehingga
yang berpengaruh pada kelemahan sistem belanja dapat meminimalkan potensi penyimpangan pada
negara, lebih khususnya kelemahan rancangan SPI belanja perjalanan dinas. Melalui penelitian ini,
pada sistem perjalanan dinas yang diterapkan saat penulis berusaha mengelaborasi rancangan
ini. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis model sistem perjalanan dinas berbasis E-
tersebut, penulis mengelaborasi dan Government yang terintegrasi dan memberikan
mengidentifikasi berbagai solusi yang dapat melalui kontribusi untuk meningkatkan keefektifan SPI
pemanfaatan Teknologi Informasi (TI). Melalui pada belanja perjalanan dinas.
sinergisitas antara proses bisnis, TI dan
implementasi SPI pada sistem perjalanan dinas 1.3. Tujuan Penelitian
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas SPI Tujuan penelitian ini dalam rangka menyajikan
dalam menutup celah yang dapat dijadikan sebagai rancangan model E-Government pada sistem
pintu masuk penyimpangan belanja negara. perjalanan dinas yang secara efektif mampu
Selanjutnya penelitian berusaha menyajikan menutup celah terjadinya penyimpangan belanja
rancangan model sistem perjalanan dinas negara. Melalui model tersebut, diharapkan sistem
berbasiskan E-Government dengan perjalanan dinas memiliki rancangan SPI yang
menggambarkan proses bisnis terintegrasi secara efektif mampu menghantarkan tujuan
yang menyelaraskan keunggulan TI dan organisasi berupa efektifitas dan efisiensi operasi.
komponen-komponen SPI sehingga Melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk
memberikan kontribusi positif pada keefektifan memanfaatkan bentuk-bentuk penerapan TI dan
SPI pada sistem perjalanan dinas. Melalui penerapan SPI dalam proses bisnis pada belanja
sistem tersebut diharapkan dapat memperkecil perjalanan dinas yang sinergis, sehingga
potensi penyimpangan pada belanja perjalanan menghasilkan rancangan SPI yang secara efektif
dinas yang dapat merugikan keuangan negara. mampu meminimalisir terjadinya potensi
penyimpangan belanja negara, yaitu dengan
1.2. Rumusan Masalah menutup celah-celah yang dapat dijadikan untuk
Ketidakefektifan rancangan SPI pada sistem
melakukan tindakan penyalahgunaan pada
belanja negara, khususnya perjalanan dinas dapat
belanja perjalanan dinas.
berimplikasi pada munculnya potensi
penyimpangan pada belanja negara yang
1.4. Pertanyaan Penelitian
dilakukan oleh aparatur. Upaya untuk mengurangi
Beberapa pertanyaan yang penting dan
tindakan korupsi belanja negara adalah dengan
relevan pada penelitian ini adalah:
menutup celah-celah kelemahan pada SPI yang a) Apa saja kelemahan rancangan SPI dan proses
berpeluang pada penyimpangan belanja negara bisnis pada sistem belanja perjalanan dinas.
sehingga dapat meningkatkan keefektifan b) Bagaimanakah rancangan model E-
rancangan SPI dalam mencegah potensi Government yang dapat memperkuat
penyimpangan belanja negara. keefektifan SPI pada sistem perjalanan dinas.
Rancangan SPI belanja perjalanan dinas pada c) Seperti apa perbaikan proses bisnis pada
sistem yang ada saat ini masih memungkinkan

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 65


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

rancangan model E-Government Barang kementerian negara/lembaga yang


terintegrasi pada sitem perjalanan dinas. dipimpinnya.

2. TINJAUAN LITERATUR 2.1.2. Belanja Negara


2.1. Keuangan Negara Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan
Keuangan Negara didefinisikan sebagai semua undang-undang, pelaksanaannya dituangkan
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang pedoman bagi kementerian negara/lembaga
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik dalam pelaksanaan anggaran. Ketentuan
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam
kewajiban tersebut. Adapun dari sisi obyek yang rangka pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan
dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua tersendiri dalam undang-undang yang mengatur
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan perbendaharaan negara mengingat lebih banyak
uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam menyangkut hubungan administratif
bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan antarkementerian negara/lembaga di
negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik lingkungan pemerintah.
berupa uang, maupun berupa barang yang dapat Belanja negara dipergunakan untuk keperluan
dijadikan milik negara berhubung dengan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (UU No.17 pelaksanaan perimbangan keuangan antara
Tahun 2013). pemerintah pusat dan daerah. Berdasarkan sifat
Ditinjau dari sisi proses, keuangan negara ekonomi (jenisnya), belanja negara
mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang diklasifikasikan menjadi belanja pegawai,
berkaitan dengan pengelolaan obyek belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi,
sebagaimana tersebut di atas mulai dari hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
perumusan kebijakan dan pengambilan Sementara itu, belanja barang meliputi belanja
keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. barang dan/atau jasa, belanja pemeliharaan,
belanja perjalanan dinas dan belanja barang
2.1.1. Pengelolaan Keuangan Negara untuk diserahkan ke masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Berdasarkan UU Perbendaharaan Negara pasal
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran 17 ayat (1) dinyatakan bahwa Pengguan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
merupakan rencana keuangan tahunan melaksanakan kegiatan sesuai dengan dokumen
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan pelaksanaan anggaran (DIPA) yang telah disahkan,
Perwakilan Rakyat. Belanja negara sebagai selanjutnya dalam ayat (2) dinyatakan bahwa dalam
bagian dari komponen APBN dipergunakan untuk rangka pelaksanaan kegiatan tersebut PA
keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan KPA berwenang mengadakan
pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas
antara pemerintah pusat dan daerah. APBN anggaran yang telah ditetapkan melalui dokumen
mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, anggaran (DIPA). Selanjutnya pada pasal 18
pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. dinyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan
Presiden selaku kepala pemerintahan anggaran tersebut, PA dan KPA melakukan
memegang kekuasaan pengelolaan kekayaan pengujian, membebankan sesuai dengan mata
negara sebagai bagian dari kekuasaan anggaran dan memerintahkan pembayaran
pemerintahan. Selanjutnya, presiden memberikan tagihan atas beban APBN/APBD. Pejabat yang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara menandatangani dan mengesahkan dokumen
tersebut kepada para pembantunya, yaitu Menteri bukti pengeluaran tagihan tersebut
Keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil bertanggungjawab atas kebenaran material dan
pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
yang dipisahkan. Sementara itu, Presiden tersebut. Sesuai dengan pasal 19 dan 20,
menguasakan kepada para menteri/pimpinan pembayaran atas tagihan yang menjadi beban
lembaga, selaku Pengguna Anggaran/Pengguna APBN/APBD dilakukan oleh Bendahara Umum

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 66


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara harian dipergunakan untuk uang makan,


atau Bendahara Umum Daerah/Kuasa transport lokal dan uang saku.
Bendahara Daerah. Pada pasal 6 dinyatakan bahwa perjalanan
dinas jabatan oleh pelaksana Surat Perjalanan
2.2. Perjalanan Dinas Dinas (SPD) dilakukan sesuai perintah atasan
2.2.1. Definisi dan Prinsip Perjalanan Dinas yang tertuang dalam Surat Tugas (ST). Adapun
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ST mencantumkan hal-hal seperti pemberi tugas,
(PMK) No.113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan pelaksana tugas, waktu dan tempat pelaksanaan
Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai tugas. Beberapa ketentuan lain yang terkait
Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap, perjalanan dengan perjalanan dinas sebagai berikut:
dinas didefinisikan sebagai perjalanan ke luar a) Besarnya biaya perjalanan dinas
tempat kedudukan yang dilakukan dalam wilayah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat
Republik Indonesia untuk kepentingan negara. pegawai/jabatan;
Secara umum, perjalanan dinas diklasifikasikan
menjadi Perjalanan Dinas Jabatan dan Perjalanan b) Uang harian dibayarkan secara lumpsum dan
Dinas Pindah. merupakan batas tertinggi sebagaimana diatur
Perjalanan dinas jabatan adalah perjalanan PMK mengenai Standar Biaya;
dinas melewati batas kota dan/atau dalam kota c) Biaya transpor pegawai dibayarkan
dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju, sesuai dengan biaya riil berdasarkan
melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat fasilitas transpor;
kedudukan semula di dalam negeri. Sementara d) Biaya penginapan dibayarkan sesuai
itu, perjalanan dinas pindah adalah perjalanan dengan biaya riil dan berpedoman pada
dinas dari tempat kedudukan yang lama ke PMK mengenai Standar Biaya;
tempat kedudukan yang baru berdasarkan e) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dilakukan
surat keputusan pindah. melalui mekanisme Uang Persediaan (UP)
Sebagaimana diatur pada pasal 3, dan/atau Pembayaran Langsung (LS), dll.
perjalanan dinas dilaksanakan dengan Berkenaan dengan penyimpangan belanja
memperhatikan prinsip sebagai berikut: negara, Soepardi (2010) menguraikan istilah
a) Selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang fraud, yaitu berupa adanya tindak penipuan
sangat tinggi dan prioritas yang berkaitan (deception), ketidakjujuran (dishonest), dan niat
dengan penyelenggaraan pemerintahan; (intent). Fraud menyangkut cara-cara yang
b) Ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan dihasilkan oleh akal manusia yang dipilih oleh
pencapaian kinerja Kementerian seseorang untuk mendapatkan suatu keuntungan
Negara/Lembaga; dari pihak lain dengan penyajian yang
c) Efisiensi penggunaan belanja negara; dan salah/palsu. Kecurangan mencakup kejutan, tipu
d) Akuntabilitas pemberian perintah daya, cara-cara licik dan tidak jujur yang
pelaksanaan perjalanan dinas dan digunakan untuk menipu orang lain. Sementara
pembebanan biaya perjalanan dinas. itu, fraud terdiri dari penyalahgunaan internal
atau korupsi, kecurangan dalam pelaporan.
2.2.2. Ketentuan dan Penyimpangan
Perjalanan Dinas 2.3. Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Pada prinsipinya komponen yang dapat Suwitri (2007) mengungkapkan bahwa
disediakan untuk biaya perjalanan dinas antara korupsi merupakan penyakit birokrasi yang
lain berupa biaya transportasi, biaya penginapan, penyembuhannya hanya dapat dilakukan melalui
uang harian, uang representasi, dll. Biaya reformasi birokrasi. Penampilan administrasi
transportasi dipergunakan untuk transportasi negara diwakili penampilan birokrasi,
darat, laut maupun udara dari lokasi/daerah memberantas korupsi merupakan upaya birokrasi
kedudukan semula menuju lokasi/daerah yang dengan merubah penampilan birokrasi. Korupsi
dituju oleh pegawai. Biaya penginapan merupakan endemik maka harus diberantas
dipergunakan untuk keperluan dengan model dan strategi yang menyeluruh.
menginap/bermalam pegawai baik di hotel Ameen dan Ahmad (2011) menyatakan bahwa
ataupun penginapan lainnya dalam. Adapun uang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017


67
RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

memainkan peran yang penting pada reformasi Integrated Framework yang disusun COSO, yaitu
manajemen publik dalam memerangi korupsi. berbagai kebijakan, prosedur, praktik dan struktur
Penerapan sistem informasi keuangan dapat organisasi yang dirancang untuk memberikan
berguna dalam hal transparansi yang lebih baik, kepastian yang memadai bahwa berbagai tujuan
auditing dan pengendalian pada administrasi bisnis dapat dicapai dan berbagai peristiwa
keuangan publik, sehingga sistem informasi ini (event) yang tidak diharapkan dapat dicegah atau
dapat menjadi salah satu komponen utama dideteksi dan dikoreksi.
strategi anti korupsi yang lebih luas. Zhang dan INTOSAI (2004) mendefinisikan SPI sebagai
Zhang (2009: 115), menyatakan sebagai berikut: suatu proses yang integral yang dipengaruhi
oleh manajemen entitas dan pegawai dan
“Although E-Government cannot cure all
dirancang untuk menangani risiko-risiko serta
structural factor that breed corruption in
the society, strategic implementation of memberikan kepastian memadai bahwa dalam
E-Government can help improve critical rangka pencapaian misi entitas, tujuan umum
variable in combating corruption- berikut dapat dicapai berupa penyelenggaraan
government citizen relationship.” operasi yang tertib, sesuai etika, ekonomis,
Sedangkan menurut Chen dan Xu (2012) efisien dan efektif, memenuhi kewajiban
Internet dan pengembangan E-Government akuntabilitas, patuh terhadap berbagai
dapat memberikan sarana baru anti korupsi. ketentuan peraturan dan undang-undang yang
Sebagai sarana anti korupsi yang baru, maka berlaku, dan pengamanan sumberdaya dari
arsitektur teknis jaringan dan rancangan kerugian, penyalahgunaan dan kerusakan.
logika sistem media menentukan keefektifan Bapepam AS mendefinisikan pengendalian
dalam memerangi korupsi melalui Internet. intern sebagai suatu proses yang dirancang
Penerapan SPI yang efektif diyakini mampu untuk memberikan kepastian memadai
mencegah tindakan penyimpangan belanja dan mengenai keandalan pelaporan keuangan dan
kecurangan (fraud) yang dilakukan karyawan. persiapan penyusunan laporan keuangan
Akinyomi (2012) pada jurnal riset tentang sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima
pemeriksaan dan pencegahan kecurangan secara umum (Agrawa R., dkk, 2006).
pada sektor perbankan Nigeria Menurut COSO (2013), berdasarkan
merekomendasikan bahwa salah satu solusi tujuannya, penerapan SPI pada suatu entitas
untuk melakukan pencegahan fraud adalah dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori,
melalui penerapan sistem pengendalian intern yaitu tujuan operasional, tujuan pelaporan,
yang cukup dan dapat diandalkan. dan tujuan ketaatan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008, tujuan pemerintah menerapkan SPIP atas
2.4. Sistem Pengendalian Intern
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dalam
2.4.1. Definisi dan Tujuan SPI
rangka memberikan keyakinan yang memadai bagi
Lakis dan Giriunas (2012) memaparkan
tercapainya efektivitas dan efisiensi
bahwa SPI didefinisikan dengan berbagai
pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan
definisi yang beragam, hal ini karena konsep
negara, keandalan pelaporan keuangan,
tersebut dipengaruhi oleh pemahaman fakta
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
atas pengendalian (control) dengan banyak
peraturan perundang-undangan.
aspek dan situasi yang berbeda-beda.
Adapun beberapa definisi SPI yang diterima Laith (2012) mengutip Jarbou (2003),
secara luas antara lain berasal dari COSO, CobiT, berkenaan dengan organisasi dengan lingkungan
INTOSAI, USA SEC, dsb. Menurut COSO (2013), SPI berbasis TIK mengungkapkan bahwa tujuan
merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh penerapan SPI tidak jauh berbeda dengan tujuan
dewan komisaris suatu entitas, manajemen, dan penerapan SPI pada lingkungan operasi
personel lain, yang dirancang untuk memberikan tradisional. Namun berkenaan dengan risiko,
keyakinan memadai mengenai pencapaian tujuan sistem pada lingkungan TIK lebih terbuka, yang
terkait dengan operasi, pelaporan dan ketaatan. berpengaruh pada keselamatan dan keamanan
informasi, secara khusus untuk aktifitas e-
Adapun CobiT mengadaptasi definisi
pengendalian (control) dari Internal Control- commerce melalui internet terdapat tujuan

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 68


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

tambahan yang harus dicapai melalui SPI, yaitu eksternal yang dapat menyebabkan organisasi
menjaga kepercayaan pelanggan yang gagal mencapai tujuan operasionalnya.
bertransaksi melalui kegiatan e-commerce
termasuk kepercayaan operasional usaha 2.4.3. COBIT 5
melalui jaringan internet. Control Objectives for Information and related
Technology (COBIT) merupakan suatu pedoman
2.4.2. COSO – ICIF yang diterima secara umum, dipergunakan oleh para
The Committee of Sponsoring Organizations of eksekutif dan profesional untuk memastikan bahwa
the Treadway Commission (COSO) pertama kali operasi TI selaras dengan tujuan dan sasaran bisnis
menerbitkan Internal Control-Integrated (Zhang dan Fever, 2013).
Framework (ICIF) pada tahun 1992. COSO COBIT disusun oleh Information System Audit
merupakan hasil dari inisiatif organisasi and Control Association (ISACA), sebuah lembaga
sukarelawan sektor swasta yang bertujuan asosiasi profesional yang memfokuskan pada
untuk perbaikan kinerja organisasi dan tata pengelolaan teknologi informasi dan berafiliasi
kelola melalui pengendalian internal yang dengan International Federation of Accountants
efektif, manajemen risiko enterprise, dan (IFAC). COBIT memungkinkan para manajer untuk
pencegahan fraud (McNally, 2013). mengisi celah pengendalian atas permasalahan
KPMG (2013) memaparkan bahwa pada tanggal teknis, kebutuhan dan risiko bisnis, dan pergeseran
14 Mei 2013, COSO mempublikasikan framework SPI tingkat pengendalian pada para
versi terbaru yang dikenal dengan COSO ICIF 2013. pemangku kepentingan. Pedoman ini
Framework SPI 2013 yang diterbitkan COSO masih memungkinkan penyusunan kebijakan
mempertahankan definisi SPI dan kubik COSO, pengendalian TI dan praktik terbaik disepanjang
termasuk lima komponen SPI. Perubahan yang tingkatan bisnis (Khther dan Othman, 2013).
penting adalah adanya kodifikasi Pada awalnya, COBIT (versi 1) diluncurkan
17 prinsip-prinsip untuk mendukung lima pada tahun 1996, tetapi pada waktu itu piranti
komponen SPI. manajemen ini masih terbatas cakupannya,
Menurut COSO (2013), suatu SPI yaitu fokus pada lingkup audit. Pada tahun
dikatakan efektif apabila manajemen senior 1998, ISACA menerbitkan COBIT 2, dengan
dan dewan komisaris mempunyai keyakinan lingkup pengendalian (control). Selanjutnya,
memadai yang berkaitan dengan penerapan dua tahun berikutnya pada Tahun 2000,
dalam struktur entitas bahwa organisasi: diterbitkan COBIT 3 yang memperluas
a) Mencapai operasi yang efektif dan efisien jangkauan pada lingkup manajemen (gambar2).
ketika peristiwa eksternal dianggap tidak
mungkin berdampak pada pencapaian
tujuan-tujuan.
b) Memahami seberapa luas operasi dikelola
secara efektif dan efisien dimana organisasi
dapat secara layak memprediksi sifat dan saat
peristiwa eksternal dan mengurangi dampak
pada suatu tingkat yang dapat diterima.
c) Mempersiapkan laporan sesuai dengan
peraturan yang diterapkan, ketentuan dan
standar atau dengan tujuan pelaporan
spesifik entitas.
d) Mematuhiundang-undang, peraturan, Gambar 2. Evolusi COBIT oleh ISACA
Sumber: www.isaca.org/cobit
ketentuan, dan pedoman eksternal.
Kendatipun SPI mampu menyajikan Pada Tahun 2005/2007 ISACA menerbitkan
kepastian COBIT 4.0/4.1 dengan menjadikan TI sebagai
yang memadai pada pencapaian tujuan entitas,
bagian dari proses bisnis yang mendapatkan
tetapi terdapat keterbatasan. SPI tidak mampu
perhatian khusus, sehingga COBIT Versi 4
melakukan pencegahan keputusan atau menjadikan tata kelola TI sejajar dengan kegiatan
pertimbangan yang buruk, atau berbagai peristiwa

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 69


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

manajerial lainnya dari proses bisnis E-Government sebagai suatu optimasi penyediaan
perusahaan. Pada Tahun 2012 lembaga profesi layanan, partisipasi konstituen, dan tata kelola
ISACA menerbitkan COBIT 5 dengan lingkup melalui transformasi hubungan internal dan
tata kelola TI enterprise (ISACA, 2012). eksternal melalui teknologi, internet dan media.
Publikasi ISACA (2013) mengenai COBIT 5 Menurut publikasi yang disusun Center for
pada situs online menegaskan bahwa COBIT 5 Democracy and Technology untuk Bank Dunia
menyajikan suatu pedoman kerangka (2002), E-Government adalah penggunaan TIK
komprehensif yang membantu perusahaan dalam dalam rangka transformasi pemerintah, dengan
mencapai berbagai tujuan dalam rangka tata menjadikan pemerintah dapat lebih mudah
kelola dan manajemen TI perusahaan. Framework diakses, lebih efektif dan lebih akuntabel. NAZ
COBIT 5 bersifat generik, dan dapat dipergunakan (2009) dalam riset tentang E-Government for
oleh perusahaan-perusahaan dengan berbagai improved public services delivery in Fiji
ukuran, baik perusahaan komersial, nirlaba menyimpulkan bahwa penerapan E-
maupun organisasi sektor publik. COBIT 5 Government berpotensi memperbaiki
membedakan secara tegas antara tata kelola penyediaan layanan dan kepuasan pelanggan.
(governance) dan pengelolaan/manajemen Berkaitan dengan model layanannya, Fang
(management). Kedua istilah tersebut mempunyai (2002) memaparkan delapan konsep tipe E-
tipe kegiatan yang berbeda yang memerlukan Government yaitu Government-to-Citizen (G2C),
struktur organisasi yang berbeda dan Citizen-to-Government (C2G), Government-to-
menjalankan tujuan yang berbeda pula. Business (G2B), Business-to-Government (B2G),
ISACA (2013b) memaparkan bahwa COBIT 5 Government-to-Government (G2G), Government-
membagi kriteria informasi menjadi tiga bagian, to-Nonprofit (G2N), Nonprofit-to-Government
yaitu intrinsik, kontekstual, dan (N2G), dan Government-to-Employee (G2E).
keamanan/aksesibilitas, masing-masing bagian Adapun kategori yang lebih ringkas
dirinci menjadi beberapa kriteria kualitas. dikemukakan Turban dan Volonino (2011), berupa
tiga kategori utama E-Government berdasarkan
2.5. E-Government transaksi yang terjadi, yaitu G2C, G2B, dan G2G.
2.5.1. Manfaat dan Layanan E-Government Turban (2011) memaparkan model G2C sebagai
Menurut organisasi kerjasama pembangunan suatu model E-Government dengan transaksi yang
ekonomi/OECD (2003) terdapat banyak definisi secara intensif mempergunakan internet pada
tentang konsep E-Government dengan perbedaan lembaga pemerintahan untuk menyediakan jenis-
definisi tidak hanya terkait dengan permasalahan jenis layanan kepada warga negara, misalnya
semantik saja, tetapi juga mencerminkan prioritas transfer jaminan sosial elektronik dimana
dalam strategi pemerintahan. OECD (2003:63) pemerintah melakukan transfer atas pembayaran
mendefinisikan E-Government sebagai “The use pensiun dan jaminan sosial secara langsung melalui
of information and communication technologies, rekening bank penerima atau kartu pintar.
and particularly the Internet, as a tool to achieve
better government”. 2.5.2. Memerangi Korupsi melalui
Turban dan Volonino (2011) memaparkan Penerapan E-Government
bahwa E-Government merupakan penggunaan Saat ini banyak organisasi yang memanfaatkan
teknologi internet untuk menyampaikan informasi kemajuan era digital untuk melakukan transaksi
dan layanan publik kepada warga negara, mitra secara elektronik sehingga membawa kemudahan
bisnis, pemasok lembaga pemerintahan, dan dan keamanan transaksi bisnis, bahkan tidak sedikit
orang-orang yang bekerja pada sektor publik. perusahaan komersial yang sudah menerapkan
Shahkooh dan Abdollahi (2007) mengelobarasi sistem informasi E-Government untuk mencegah
definisi E-Goverment sebagai penggunaan TI dalam terjadinya praktik-praktik kecurangan. Hal ini
rangka menyediakan berbagai layanan online yang merupakan fenomena yang mulai mendapatkan
lebih cepat dan lebih baik dan informasi kepada penerimaan dari berbagai pihak.
warga negara, mitra bisnis dan para pegawai oleh OECD (2013) memaparkan bahwa penerapan
pemerintah. Gartner, sebagaimana dikutip Fang TIK dapat menjadi penggerak keterlibatan warga
(2002) mendefinisikan negara dalam proses pengambilan kebijakan,

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 70


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

mempromosikan pemerintahan yang akuntabel yang dipublikasikan Center for Democracy and
dan terbuka, dan membantu mencegah korupsi. Technology untuk Bank Dunia (2002), antara lain
Zhang dan Zhang (2009) memaparkan fase publikasi, fase interaksi, dan fase transaksi.
bahwa penerapan E-Government dapat menjadi PBB melalui Division for Public Economics
salah satu komponen kunci strategi anti- and Public Administration (2002) membagi lima
korupsi dengan memungkinkan adanya fase E-Government, yaitu fase pertama berupa
komunikasi yang efektif selain transparansi. tahap kemunculan, peningkatan, interaktif,
Melalui E-Government hal ini dapat transaksi, dan integrasi. Shareef, Jahankhani
meningkatkan kesempatan untuk melakukan dan Dastbaz (2013) melaporkan bahwa Gartner
pengungkapan fakta, karena pengelolaan data Group membagi empat fase E-Government
transaksi yang rinci memungkinkan untuk berupa kehadiran web (web presence),
menelusuri dan menghubungkan pelaku interaksi (interaction), transaksi (transaction)
korupsi dengan perilaku menyimpangnya dan transformasi (transformation).
Kim (2013) menguraikan pendekatan yang Adapun terkait dengan tantangan
dapat dipergunakan untuk membasmi korupsi implementasinya, Yanging (2011), menyebutkan
menjadi empat pendekatan, yaitu pendekatan empat tantangan terkait implementasi E-
hukum-administratif, pendekatan perilaku- Government, yaitu keamanan komputer, privasi,
budaya, pendekatan ekonomi dan pendekatan perbedaan dalam akses komputer, dan manajemen
teknologi. Pendekatan teknologi diarahkan TI pemerintah dan pendanaan. Perbedaan akses
pada penggunaan TIK sebagai sarana komputer meliputi dua isu yaitu ketimpangan digital
penyediaan layanan dalam rangka pencegahan (“digital divide”) dan kemampuan akses bagi orang-
korupsi pada pemerintahan. orang yang cacat. Menurut Almarabeh dan AbuAli
Mengutip Transparency International Korea, (2012), ketersediaan (availability) dan akses
Zhang dan Zhang (2009) menyebutkan bahwa E- (accessibility) merupakan dua prasyarat kritis yang
Government dapat menjadi salah satu komponen berpengaruh pada keberhasilan E-Government.
utama dari strategi anti-korupsi yang lebih luas
sebagaimana didemonstrasikan melalui sistem
Online Procedures Enhancement for Civil 2.5.4. E-Government dan Sistem
Applications (OPEN) yang diterapkan di Kota Seoul, Informasi Terintegrasi
Republik Korea. OPEN merupakan suatu program Menurut Turban dan Volonino (2011) komponen
pemberantasan korupsi yang diinisiasi Walikota suatu SI terdiri dari hardware, software, data,
Seoul, Republik Korea pada Tahun 1998. Proyek ini jaringan, prosedur dan orang. Saat ini, kondisi
dianggap sebagai suatu contoh yang efektif atas migrasi massal para pengguna komputer PC ke
komitmen manajerial dan politik terhadap piranti bergerak (mobile devices) telah menggeser
transparansi dan dampak terhadap korupsi. Program peran SI di atas organisasi dan menyebabkan lokasi
OPEN memungkinkan masyarakat memonitor secara praktis menjadi tidak relevan lagi.
aplikasi perizinan atau persetujuan, termasuk Kemungkinan besar, saat ini teknologi bergerak
mengajukan pertanyaan dalam hal dideteksi adanya telah menembus dinding di antara sisi bisnis dan
ketidakberesan. Melalui OPEN, pemrosesan urusan kehidupan personal manusia. Turban (2011)
sipil tersedia secara online, sehingga efisiensi dan menambahkan bahwa inovasi TI saat ini sedang
transparansi beberapa area administrasi sipil mengguncang atau mempengaruhi cara-cara
tercapai. perusahaan menjalankan bisnis, pekerjaan para
manajer dan pekerja, rancangan proses bisnis, serta
2.5.3. Tahapan dan Tantangan struktur pasar.
Implementasi E-Government Litan, dkk. (2011) menyampaikan bahwa saat
Berkaitan dengan model kematangan pada E- ini, integrasi sistem informasi telah menjadi suatu
Government, Irani, Sebie dan Elliman (2006) pada kebutuhan karena didasari oleh kenyataan bahwa
Howard (2001) menguraikan tiga tahapan sistem E- perusahaan-perusahaan besar telah
Government, yaitu publikasi, interaksi dan transaksi. mengembangkan SI yang berulang, yang
Tiga tahapan E-Government yang dikemukakan kebanyakan merupakan sistem yang terpisah
Howard juga serupa dengan tahapan untuk otomasi kegiatan yang berbeda-beda.

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 71


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

Keuntungan yang diperoleh dari integrasi SI antara perancangan (design), dan implementasi
lain berupa pengurangan biaya pengelolaan SI (implementation).
hingga penyederhanaan aliran kerja. Sesuai karakteristik penelitian, penulis
berusaha mengelaborasi model rancangan
2.5.5. Kebijakan dan Strategi Nasional sinergisitas antara proses bisnis, pengendalian
Pengembangan E-Government intern dan bentuk-bentuk adopsi TIK, maka dari
Melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun keempat fase proses pengembangan sistem
2003 disusun kebijakan nasional tentang E- SDLC tersebut, penulis memfokuskan pada
Government dalam rangka menyamakan dua fase proses, yaitu pada fase analisis dan
pemahaman, tindakan sejalan dan langkah yang perancangan sistem.
terpadu pada seluruh lembaga pemerintahan. Melalui metode ini, penulis melakukan
Pengembangan E-Government merupakan upaya teknik penggalian dan pendalaman atas proses
untuk mengembangkan penyelenggaraan bisnis sistem belanja perjalanan dinas yang
pemerintahan yang berbasis elektronik berjalan saat ini, sebagai bahan analisis
dalam rangka meningkatkan kualitas layanan terhadap sistem dalam rangka mengidentifikasi
publik yang efektif dan efisien. kelemahan-kelemahan beserta kekuatan atas
Pengembangan E-Government harus merujuk sistem belanja perjalanan dinas saat ini.
pada kerangka arsitektur yang ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis sistem yang berjalan
Adapun kerangka arsitektur pengembangan E- saat ini, penulis selanjutnya berusaha menemukan
Government terdiri dari empat lapis, yaitu berupa solusi alternatif untuk memperkuat dengan menutup
akses, portal pelayanan publik, organisasi kelemahan atas sistem yang dipergunaan.
pengelolaan dan pengolahan informasi, serta Selanjutnya, merangkai berbagai solusi tersebut
infrastruktur dan aplikasi dasar (gambar 3). bentuk rancangan konseptual sistem belanja
perjalanan dinas dengan melakukan penyelarasan
antara proses bisnis sistem belanja negara
khsusunya perjalanan dinas, konsep-konsep
pengendalian intern dan pemanfaatan TIK. Sehingga
hasil akhir dari penelitian adalah sebuah kolaborasi
tiga unsur tersebut yang disajikan dalam bentuk
model E-Government yang terintegrasi pada sistem
belanja perjalanan dinas.

1.2. Sumber Data dan Pendekatan Penelitan Pada


penelitian ini, penulis mempergunakan
sumber data yang diperoleh melalui
Gambar 3. Kerangka arsitektur E-Government
penelitian kepustakaan, pengamatan dan
Sumber: Inpres No.3 Tahun 2003
wawancara, yang antara lain dapat
dikelompokkan menjadi empat sumber, yaitu
3. METODOLOGI PENELITIAN a) Peraturan perundang-undangan yang
1.1. Metode Penelitian berkaitan dengan keuangan negara,
Pada penelitian ini, penulis mempergunakan
belanja negara dan perjalanan dinas;
metode penelitian berupa pengembangan sistem
b) Teori, literatur, tata kelola/framework
informasi, melalui suatu pendekatan
yang berkaitan dengan pengendalian
pengembangan sistem berbasis model System
intern organisasi;
Development Life Cycle (SDLC). SDLC merupakan
c) Teori, literature, tata kelola/framework yang
suatu framework/panduan umum yang
berkaitan dengan sistem informasi dan TIK;
mendefinisikan beberapa pekerjaan/tugas yang d) Pengalaman pribadi, pengamatan terhadap
dikerjakan pada setiap tahapan/fase pada proses objek penelitian, dan wawancara dengan
pengembangan software. SDLC meliputi empat pihak-pihak terkait dengan perjalanan dinas.
fase proses pengembangan sistem yang saling Strategi yang dipergunakan pada penelitian
berhubungan dan berkisambungan, yaitu
ini mempergunakan pendekatan berbasis proses
perencanaan (planning), analisis (analysis),

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 72


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

(process-centered methodology) atau sering efektivitas sistem belanja perjalanan dinas dalam
dikenal dengan manajemen proses bisnis mencegah penyimpangan belanja negara.
(business process management/BPM), yaitu
suatu pendekatan sistematis untuk 1.3. Tahapan Penelitian
melakukan perbaikan yang berkelanjutan 3.3.1. Analisis Sistem
dan melakukan optimasi proses bisnis suatu Pada tahapan penelitian ini, penulis melakukan
organisasi. Melalui BPM, perbaikan proses identifikasi terhadap kondisi sistem yang berjalan,
bisnis yang lebih bertahap dan berkelanjutan yaitu sistem belanja perjalanan dinas PNS yang
dapat didukung melalui penerapan TIK. dipergunakan saat ini, selanjutnya penulis
Sementara itu manajemen proses bisnis dapat melakukan analisis atas sistem yang dipergunakan.
dikelola melalui sistem BPM (BPMS) suatu sistem Adapun tujuan tahapan ini adalah untuk
yang dapat mengautomasi dan memfasilitasi mendapatkan gambaran kondisi sistem yang sedang
perbaikan-perbaikan proses bisnis. BPMS sendiri dipergunakan, berbagai kelemahan atas sistem yang
mempunyai kemampuan dalam memperbaiki ada, serta mengidentifkasi gagasan rekomendasi
komunikasi dan kolaborasi, automasi kegiatan- penyempurnaan terhadap sistem yang berjalan.
kegiatan, dan mengintegrasikan dengan sistem- Tahapan analisis meliputi beberapa kegiatan sebagai
sistem lainnya serta para pemangku kepentingan berikut:
lainnya melalui rantai nilai (value chain). a) Pengumpulan data pendahuluan.
Dengan demikian, pada pendekatan ini penulis Pengumpulandatapendahuluan
lebih banyak melakukan pengkajian dan analisis (preliminary survey) dimaksudkan untuk
terhadap permasalahan objek penelitian terutama mendapatkan gambaran awal mengenai sistem
berkaitan dengan proses bisnis pada sistem belanja yang berjalan, unit organisasi yang menjadi
perjalanan dinas yang berlaku. Penulis bagian dari sistem tersebut, termasuk cakupan
berusaha melakukan penelahaan, implementasi sistem tersebut. Berdasarkan
mengidentifikasi fakta-fakta terkait dengan analisis pendahuluan selanjutnya penulis
objek penelitian, yaitu pada sistem belanja mengumpulkan data pokok sebagai bahan
perjalanan dinas melalui kajian literatur yang analisis utama terhadap sistem berjalan yang
terkait seperti peraturan perundang- menjadi objek penelitian. Adapun metode
undangan, teori-teori, framework/tata kelola pengumpulan data pendahuluan dilakukan
terkait SPI dan pengembangan sistem. melalui pengamatan dan penelusuran data, fakta,
Selanjutnya berdasarkan fakta-fakta atas dan literatur dari berbagai sumber.
sistem yang saat ini dipergunakan, penulis b) Pengumpulan data pokok.
mendokumentasikan melalui diagram alir proses Pengumpulan data pokok dilakukan
bisnis dengan mempergunakan software setelah mendapatkan gambaran analisis atas
business process model and notation (BPMN). penelahaan terhadap data pendahuluan yang
Berdasarkan diagram alir tersebut, penulis telah diperoleh sebelumnya. Data pokok
mengidentifikasi kelemahan atas sistem yang tersebut berkaitan dengan penerapan sistem
berjalan, termasuk dengan melakukan tinjauan yang berjalan saat ini, data diperoleh melalui
berdasarkan SPI yang diterapkan. pengumpulan dokumen berupa peraturan
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang perundang-undangan, dokumen kebijakan dan
ditemukan, penulis melakukan analisis untuk prosedur, keputusan-keputusan yang
mendapatkan perbaikan-perbaikan pada proses berkaitan dengan implementasi sistem yang
bisnis melalui kajian literatur dan praktik-praktik ada. Selain itu juga melalui pendalaman
terbaik (best practices) untuk menemukan berbagai terhadap pengalaman melaksanakan
alternatif pemecahan permasalahan pada objek perjalanan dinas, wawancara dengan pegawai
penelitian. Selanjutnya mengolah gagasan perbaikan baik yang berhubungan secara langsung
proses bisnis atas sistem tersebut dengan maupun tidak langsung terhadap sistem yang
merangkai dalam bentuk rancangan model sistem menjadi objek penelitian. Teknik wawancara
informasi berbasis E-Government belanja perjalanan tersebut dilakukan dalam rangka melakukan
dinas. Melalui rancangan model tersebut diharapkan verifikasi atau memperolah kepastian
mampu meningkatkan mengenai suatu permasalahan yang perlu

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 73


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

mendapatkan kejelasan. Selanjutnya, yang penulis hasilkan, selanjutnya penulis


penulis juga mempergunakan metode melakukan validasi dan evaluasi dari pakar yang
observasi dalam rangka mendapatkan independen melalui expert judgement dalam
gambaran yang lebih utuh perihal suatu rangka mendapatkan masukan, penilaian yang
fakta terkait dengan pelaksanaan sistem objektif, kritikan, dan saran dari pemangku
yang menjadi objek penelitian. kepentingan. Selanjutnya, berdasarkan hasil
c) Analisis data validasi dan evaluasi tersebut, penulis melakukan
Pada tahapan ini penulis melakukan perbaikan dan penyempurnaan rancangan model
analisis dan pengkajian terhadap data yang E-Government pada sistem perjalanan dinas.
telah diperoleh sebelumnya. Adapun maksud
dari analisis data adalah dalam rangka 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
mendapatkan gambaran yang utuh mengenai 4.1. Analisis Sistem
permasalahan atas objek penelitian yang 4.1.1. Lingkup Sistem Belanja Negara
dikaji, yaitu berupa gambaran proses bisnis A. APBN dan Pengelolaan Keuangan Negara
pada sistem belanja saat ini dalam rangka APBN sebagai wujud pengelolaan keuangan
mengidentifikasi kelemahan sistem. negara setiap tahun ditetapkan melalui penerbitan
d) Pemetaan kondisi sistem yang diterapkan. undang-undang dengan persetujuan DPR. Dengan
Berdasarkan gambaran proses bisnis yang ditetapkannya UU APBN, tahapan berikutnya adalah
diperoleh pada tahap analisis data, selanjutnya pelaksanaan APBN, yang pelaksanaanya dituangkan
penulis mengidentifikasi kondisi sistem yang melalui keputusan presiden. Berdasarkan Keputusan
berjalan saat ini, seperti kelemahan-kelemahan Presiden mengenai
sistem yang memunculkan potensi rincian APBN, masing-masing kementerian/lembaga
penyimpangan pada belanja negara, untuk menyusun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
selanjutnya menjadi dasar penyempurnaan dan (DIPA) yang harus mendapatkan pengesahan dari
rekomendasi perbaikan proses bisnis pada Menteri Keuangan. Berdasarkan dokumen
rancangan sistem yang diusulkan. pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran (PA)
dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melaksanakan
3.3.2. Perancangan Sistem
kegiatan.
Berdasarkan temuan yang didapatkan pada
tahapan analisis terhadap sistem yang ada, Pertanggungjawaban APBN merupakan
penulis melakukan kajian literatur dan praktik- bentuk akuntabilitas setelah pelaksanaan
praktik penerapan sistem yang diterima secara APBN selama periode satu tahun anggaran.
umum yang relevan dengan permasalahan Pertanggungjawaban disampaikan dalam
yang menjadi objek penelitian. Selanjutnya bentuk laporan keuangan untuk
penulis berusaha menggali berbagai alternatif mendapatkan pemeriksaan dari BPK RI.
solusi untuk mengurai dan memperbaiki Hasil pemeriksaan BPK RI disampaikan
kelemahan atas kondisi sistem yang berjalan kepada DPR RI dalam bentuk rancangan
saat ini untuk kemudian dirangkai menjadi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
sebuah gagasan perbaikan atas proses bisnis. Presiden selaku kepala pemerintahan
Atas gagasan tersebut, penulis menyusun memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
rekomendasi penyempurnaan proses bisnis pada negara. Sebagian dari kekuasaan tersebut
sistem perjalanan dinas dalam bentuk rancangan dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku
model secara konseptual sistem informasi pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam
berbasiskan E-Government yang kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan,
mengintegrasikan proses bisnis, teknologi serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku
informasi, dan bentuk-bentuk pengendalian Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
intern.. Pada tahapan perancangan sistem, kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden
penulis mempertimbangkan beberapa framework
SPI, tata kelola dan metode pengembangan SI dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah

seperti COSO ICIF, COBIT 5, TOGAF 9.1. Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik
Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan
1.4. Validasi dan Evaluasi lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operational
Berdasarkan rancangan model E-Government

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 74


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu anggaran dalam wilayah kerja yang telah
pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan ditetapkan. Kuasa BUN didelegasikan pada
secara konsisten agar terdapat kejelasan Ditjen Perbendaharaan melalui Kantor
dalam pembagian wewenang dan tanggung Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
jawab, terlaksananya mekanisme checks and B. Pengujian Belanja Negara
balances serta untuk mendorong upaya PPK/KPA berhak untuk menguji,
peningkatan profesionalisme dalam membebankan pada mata anggaran yang telah
penyelenggaraan tugas pemerintahan. disediakan, dan memerintahkan pembayaran
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA tagihan-tagihan atas beban APBN. Pejabat yang
bertanggung jawab secara formal dan materiil menandatangani dan/atau mengesahkan
kepada presiden atas pelaksanaan kebijakan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti
anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang yang menjadi dasar pengeluaran atas beban
dikuasainya sesuai dengan ketentuan peraturan APBN bertanggung jawab atas kebenaran
perundang-undangan. Dalam rangka pelaksanaan material dan akibat yang timbul dari
pengelolaan keuangan negara dalam lingkup penggunaan surat bukti dimaksud. Sedangkan
APBN, perlu ditetapkan pejabat perbendaharaan pembayaran atas tagihan yang menjadi beban
negara pada masing-masing kementerian negara APBN dilakukan oleh Kuasa BUN
dan lembaga. Secara garis besar pejabat
perbendaharaan negara dikelompokkan menjadi 4.1.2. Proses Bisnis pada Sistem Perjalanan
tiga, yaitu pengguna anggaran, bendahara umum Dinas
negara, dan bendahara penerimaan/pengeluaran. A. Siklus Belanja Perjalanan Dinas
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Secara umum siklus belanja perjalanan dinas
penyelenggara urusan tertentu dalam pemerintahan meliputi empat tahapan, yaitu penugasan,
bertindak sebagai PA atas bagian anggaran yang pembiayaan, pelaksanaan, dan
disediakan untuk penyelenggaraan urusan pertanggungjawaban (gambar 4). Adapun rincian
pemerintahan yang menjadi tugas dan keempat tahapan tersebut sebagai berikut :
kewenangannya tersebut. Pejabat 1) Penugasan
perbendaharaan negara pada setiap kementerian Tahapan penugasan merupakan tahapan awal
negara/lembaga meliputi PA, KPA, Pejabat pada perjalanan dinas. Diawali dengan adanya
Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat penugasan oleh pejabat yang berwenang kepada
Penandatangan Surat Perintah Membayar pegawai untuk melaksanakan tugas perjalanan
(PP SPM), dan bendahara pengeluaran. dinas ke suatu daerah tertentu. Penerbitan Surat
Pengguna anggaran adalah pejabat Tugas (ST) dan Surat Perjalanan Dinas (SPD)
pemegang kewenangan penggunaan anggaran merupakan bentuk otorisasi penugasan
Kementerian Negara/Lembaga. Sementara itu perjalanan dinas kepada pegawai. Dengan
KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari demikian ST dan SPD adalah dokumen sumber
PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan yang telah diotorisasi oleh pejabat berwenang,
dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada dan selanjutnya dipergunakan sebagai dokumen
Kementerian Negara/Lembaga. PPK adalah sumber legal untuk keperluan pemrosesan
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA transaksi pada siklus belanja perjalanan dinas.
untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara. Sedangkan, PP SPM
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PA/KPA untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran dan menerbitkan
perintah pembayaran.
Menteri Keuangan bertindak selaku
Bendahara Umum Negara (BUN), selanjutnya
Gambar 4. Siklus belanja perjalanan dinas
mengangkat Kuasa BUN untuk melaksanakan Sumber: diolah dari PMK No.113 Tahun 2012
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 75


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

2) Pembiayaan berfungsi untuk melakukan transfer dana


Terbitnya ST dan SPD menjadi dasar untuk kepada satker sesuai dengan perintah dari
melaksanakan transaksi pada tahap KPPN ataupun kepada penyedia jasa.
pembiayaan. Tahapan pembiayaan bertujuan Sedangkan pada tahap pelaksanaan, transaksi
untuk menyediakan biaya yang diperlukan belanja perjalanan dinas melibatkan satker dengan
pegawai untuk melaksanakan kegiatan penyedia jasa dalam hal mekanisme pembiayaan
perjalanan dinas, seperti biaya transportasi, melalui UP dari bendahara pengeluaran satker yang
penginapan, uang saku, konsumsi, dsb. dapat dipergunakan pelaksana perjalanan dinas
3) Pelaksanaan untuk melakukan transaksi belanja.
Pada tahap ini, biaya berupa uang persediaan Transaksi pada tahapan pertanggungjawaban
yang sudah disediakan dan/atau komitmen pihak melibatkan pengguna anggaran, KPPN, penyedia
ketiga dapat dipergunakan untuk membiayai jasa dalam hal mekanisme pembiayaan melalui
keperluan transportasi, penginapan, dan biaya LS, bank operasional sebagai mitra KPPN untuk
lainnya yang dapat dibebankan APBN sesuai melakukan pembayaran baik kepada rekanan
dengan peraturan perundang-undangan. pihak ketiga maupun kepada satker berdasarkan
Beberapa dokumen realisasi belanja perlu perintah tertulis dari KPPN. Pada gambar 5
disimpan oleh pejabat/pegawai yang menunjukkan keterkaitan antar organisasi
melaksanakan perjalanan dinas antara lain berkaitan dengan perjalanan dinas.
seperti tiket transportasi baik pesawat, kereta
api, bis, kapal laut, taksi dan angkutan lainnya,
faktur tagihan penginapan/hotel, dan daftar
pengeluaran riil lainnya. Berbagai jenis
dokumen tersebut diperlukan untuk proses
pertanggungjawaban perjalanan dinas.
4) Pertanggungjawaban
Tahapan pertanggungjawaban merupakan
bagian akhir dari siklus perjalanan dinas. Pada
tahap ini, berbagai dokumen sumber yang
dihasilkan pada ketiga tahapan sebelumnya Gambar 5. Relasi antar Pemangku Kepentingan
diproses melalui beberapa fase transaksi untuk Sumber: diolah dari PMK No.113 Tahun 2012

selanjutnya dihasilkan dokumen surat C. Gambaran Umum Sistem Perjalanan Dinas


pertanggungjawaban (SPJ) rampung dan Berdasarkan fungsinya, mekanisme pada
penyelesaian tagihan biaya perjalanan dinas, baik sistem belanja saling berhubungan. Namun
berupa penggantian uang muka persediaan, demikian, sistem belanja perjalanan dinas yang
pengembalian kelebihan biaya perjalanan dinas, terdiri dari empat subsistem (tahapan) berjalan
dan pembayaran kepada pihak penyedia jasa atas secara mandiri berdasarkan fungsi dengan
pelayanan yang telah diberikan kepada PNS yang aplikasi yang berbeda dan dengan standar
melaksanakan perjalanan dinas. pengolahan data yang tidak seragam.

B. Hubungan para Pemangku Kepentingan


Proses bisnis belanja perjalanan dinas
melibatkan beberapa entitas, baik secara langsung
maupun tidak langsung, antar organisasi
pemerintahan maupun dengan perbankan dan
penyedia jasa seperti perusahaan transportasi
udara, darat dan laut, hotel ataupun penginapan.
Pada tahapan penugasan, proses bisnis hanya Gambar 6. Gambaran Umum Sistem Perjalanan Dinas
melibatkan organisasi pemerintahan, yaitu satuan Sumber: diolah dari berbagai sumber
kerja. Sedangkan pada siklus pembiayaan, selain
satker selaku PA, transaksi juga bisa melibatkan Sistem belanja perjalanan dinas yang masih
KPPN selaku BUN dan bank operasional yang tersekat-sekat karena transaksi yang terjadi pada
beberapa fungsi yang berbeda melibatkan relasi

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 76


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

antar entitas. Sistem aplikasi yang dikembangkan Berdasarkan ST yang diterbitkan, PPK
BUN hanya dapat diimplementasikan pada melakukan pengujian kesesuaian pelaksanaan
sebagian tahapan. Sementara aplikasi perjalanan dinas dengan kinerja yang
pengolahan data pada tahapan yang lain direncanakan. Jika PPK tidak menemukan adanya
diserahkan pada satker, sehingga masih banyak permasalahan, maka PPK menerbitkan SPD yang
satker yang mempergunakan aplikasi manual berisikan PPK penerbit SPD, rincian nama dan
berupa pengolah kata ataupun mengembangkan jabatan pegawai yang ditugaskan, maksud
aplikasi secara mandiri yang dioperasikan secara perjalanan dinas, tingkat biaya perjalanan dinas,
standalone. (gambar 6). alat angkutan, tempat tujuan dan lama perjalanan
dinas, pembebanan anggaran, dsb. Ilustrasi dapat
D. Diagram Alir Belanja Perjalanan Dinas dilihat pada gambar 7.
Berdasarkan prosedur dan mekanisme
transaksi yang terjadi, diagram alir sistem 2. Subsistem Pembiayaan
perjalanan dinas pada masing-masing Tahap pembiayaan melibatkan PPK,
tahapan dapat digambarkan sebagai berikut: bendahara pengeluaran dan penyedia jasa dari
1. Subsistem Penugasan perusahaan publik dan swasta. Prosedur dimulai
Terdapat tiga pihak yang bertanggungjawab ketika PPK menetapkan skema pembiayaan
pada proses penerbitan dokumen ST dan SPD, perjalanan dinas, yaitu melalui uang persediaan
yaitu pemilik kegiatan, KPA dan PPK. Pemilik ataupun melalui pembayaran langsung. Pada
kegiatan mengusulkan penugasan kepada mekanisme UP, PPK mengajukan uang muka
pegawai untuk melaksanakan perjalanan dinas. perjalanan dinas kepada bendahara pengeluaran
Melalui aplikasi yang ada diterbitkan dokumen dengan melampirkan dokumen. Selanjutnya
usulan ST yang ditandatangani oleh pejabat yang bendahara pengeluaran melakukan pengujian
berwenang dan disampaikan kepada KPA. pembebanan biaya berdasarkan ketentuan yang
KPA melakukan verifikasi berkas, yaitu berlaku. Permintaan koreksi terkait perhitungan,
dengan pemeriksaan untuk memastikan bahwa kelengkapan dokumen administratif disampaikan
tidak ada duplikasi penugasan pegawai melalui kepada PPK apabila diperlukan. Selanjutnya,
lembar monitoring penerbitan surat tugas yang bendahara mempersiapkan uang muka perjalanan
telah diadministrasikan. Apabila KPA menemukan dinas yang akan disampaikan kepada PPK.
duplikasi penugasan, maka dokumen usulan ST Namun, apabila PPK mempergunakan mekanisme
dikembalikan kepada pemilik kegiatan, sehingga pembiayaan LS, maka PPK mempersiapkan
usulan penugasan tidak dapat diproses lebih proses pengadaan barang dan jasa dengan
lanjut, namun apabila tidak ada duplikasi dan menyusun dokumen kontrak/komitmen dengan
permasalahan administratif lainnya, maka KPA pihak ketiga. Adapun gambaran tahapan
dapat menerbitan ST dan menyampaikan kepada pembiayaan seperti pada gambar 8.
PPK. Dokumen ST tersebut antara lain berisi
pemberi tugas, pelaksana tugas, waktu dan S SP Permintaan
Koreksi Perbaika
tempat pelaksanaan tugas. Mekanisme UP

Menyusun
Usulan Skema
Usulan Surat Tugas
Tidak
Mekanisme Rincian Setuju
Mengajuka ST SP Biaya
n
Penugasa
n Surat Setuj
Tidak Setuju Menguji Uang
Tuga Pembeba Muka
nan
Usulan ST Verifikasi Setuju
Menerbitan
Surat Tugas Tidak
Setuju
Setuju Pengada
SP Dokume
D an Jasa
n
Surat
Tugas
Pengujian Menerbitan
Surat Gambar 8. Diagram Alir Tahapan Pembiayaan
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Gambar 7. Diagram Alir Tahapan Penugasan
Sumber: diolah dari berbagai sumber

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 77


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

3. Subsistem Pelaksanaan bukti mengenai hak tagih kepada negara. Setelah


Proses bisnis melibatkan transaksi belanja PPK yakin akan kebenaran materiil dokumen SPJ,
antara pelaksana SPD dengan pihak ketiga selaku PPK akan menerbitkan SPJ rampung termasuk
penyedia jasa, baik biro perjalanan, event berkas daftar nominatif perjalanan dinas, dan
organizer, perusahaan transportasi dan surat permintaan pembayaran (SPP) untuk
penginapan, dsb. Pelaksana SPD mengumpulkan disampaikan kepada pejabat penandatangan
bukti pengeluaran riil yang dibelanjakan untuk SPM. Selanjutnya PP SPM melakukan pengujian
keperluan transportasi dan penginapan. Bukti berkas SPP dan lampiran.
pengeluaran tersebut antara lain berupa tiket PP SPM bertanggungjawab atas kebenaran,
pesawat, kereta api, kapal laut, bis ataupun kelengkapan dan keabsahan secara administrasi
angkutan umum lainnya, airport tax, kuitansi atas dokumen SPP yang disampaikan PPK
pembayaran penginapan, dll. (lihat gambar 9). sebagai dasar penerbitan SPM. Apabila berkas
SPP dan dokumen pendukung yang diajukan PPK
belum memenuhi persyaratan, maka PP SPM
Bukti berhak menolak dan mengembalikan berkas SPP
Pengeluaran
Uang
muka
nan Riil
kepada PPK untuk perbaikan berkas. Namun,
apabila berkas SPP memenuhi persyaratan untuk
Layanan
Dokumen dapat dibayarkan, maka PP SPM menerbitkan
Kontrak
Surat Perintah Membayar (SPM) melalui aplikasi
SPM. Selanjutnya, PP SPM menyampaikan berkas
SPM dan arsip data komputer (ADK) ke KPPN
dalam rangka pencairan dana pengganti uang
Transaksi persediaan ataupun dana pembayaran atas
Belanja kontrak pengadaan jasa pihak ketiga.
KPPN menerima berkas SPM dan ADK SPM
Gambar 9. Diagram Alir Tahapan Pelaksanaan dari petugas pengantar SPM yang ditetapkan
Sumber: diolah dari berbagai sumber
KPA satker. Berkas SPM tersebut merupakan
dasar untuk menerbitkan surat perintah
4. Pertanggungjawaban
pencairan dana (SP2D). Namun sebelum
Pelaksana SPD mengumpulkan seluruh
menerbitkan SP2D, petugas KPPN melakukan
bukti pengeluaran riil terkait dengan perjalanan
penelitian dan pengujian terhadap berkas SPM
dinas seperti tiket, airport tax, bill hotel, dan
yang disampaikan satker.
bukti lainnya. Seluruh dokumen SPJ tersebut
selanjutnya disampaikan kepada PPK. Apabila
ada sisa dana perjalanan dinas dikembalikan
Uang Pengganti
ke bendahara pengeluaran. Uang Muka
Bukti Pengeluaran Permintaan Koreksi
Berdasarkan dokumen SPJ yang Riil

disampaikan pelaksana SPD, PPK melakukan Dokumen SPJ


Menerbitan SPJ
Rampung & SPP
pengujian berkas SPJ yang diajukan, yaitu berupa
SPJ rampung
pengujian kelengkapan berkas, tidak ada SPJ
Melakukan
ganda, keakuratan perhitungan dan keabsahan Dokumen SPJ Pengujian SPP

berkas pengeluaran riil, serta kebenaran materiil SPP Setuju SP2D

berkas dokumen SPJ atas biaya perjalanan dinas. Perlu


SPJ rampung Melakukan
Pengujian Perbaik Menerbitkan
A
D S
Apabila masih terdapat berkas dokumen yang an
SPM
SPM
K
P Perlu koreksi
belum lengkap, perhitungan tidak akurat, berkas M
bukti pengeluaran yang disampaikan ADK SPM
Melakukan SP2D
Pengujian

palsu/melebih harga standar (mark up), maka PPK Menerbitkan


SP2D
berhak menolak untuk memproses SPJ dan
Uang Jasa
mengembalikan berkas SPJ kepada pelaksana Kontrak Jasa
SP2D Pencairan
Dana /Transfer
RTGS
SPD hingga berkas tersebut diperbaiki.
PPK bertanggungjawab atas kebenaran Gambar 10. Diagram Alir Tahapan Pertanggungjawaban
materiil dan akibat yang timbul dari penggunaan Sumber: diolah dari berbagai sumber

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 78


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

di samping penugasan seorang pegawai


Apabila hasil penelitian dan pengujian terhadap melalui satker lain belum tentu tercatat pada
berkas SPM memenuhi persyaratan, maka KPPN daftar monitoring pelaksanaan perjalanan
menerbitkan SP2D dalam rangka pemindahbukuan dinas suatu satker.
dana perjalanan dinas dari rekening pengeluaran c) Sistem tersekat-sekat dari proses bisnis. Proses
BUN ke rekening yang dituju. Salinan SP2D tersebut bisnis masih dilakukan secara manual
disampaikan kepada satker dan bank operasional dengan aplikasi pemrosesan data standar,
rekening bendahara pengeluaran BUN berada. dioperasikan dengan sistem standalone,
Selanjutnya, bank sehingga tidak terhubung dengan tahapan pada
operasional melakukan pemindahbukuan proses bisnis secara keseluruhan sistem belanja
sejumlah dana yang tertera pada SP2D kepada perjalanan dinas. Dengan rancangan prosedur
rekening penerima. Ilustrasi proses yang belum terintegrasi membuka peluang
pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas lolosnya berkas penugasan fiktif dan ganda.
seperti nampak pada gambar 10. 2) Tahapan Pembiayaan
a) Pengujian verifikasi berkas secara manual.
4.1.3. Kelemahan SPI pada Proses Bisnis Prosedur pengujian verifikasi pada berkas
Secara umum, masih terdapat kelemahan sebagai dasar pembiayaan sebagian besar
proses bisnis pada sistem perjalanan dinas yang dilakukan secara manual. Mekanisme dan
berkontribusi pada ketidakefektifan SPI. prosedur demikian berpeluang membuka
Lemahnya SPI pada sistem belanja perjalanan kekeliruan dalam proses verifikasi berkas.
dinas berawal pada adanya peluang munculnya b) Sistem tersekat-sekat dari proses bisnis.
penugasan perjalananan dinas fiktif dan ganda Seperti pada tahapan penugasan, proses
pada tahapan penugasan. Penugasan perjalanan bisnis pada tahapan pembiayaan juga tidak
dinas fiktif dan ganda membuka peluang terhubung dengan proses bisnis yang lain.
munculnya penyimpangan pada tahapan Mekanisme dan prosedur pada tahapan penugasan
selanjutnya, yaitu pada siklus pembiayaan, dilakukan secara mandiri dan dengan cara
pelaksanaan dan pertanggungjawaban. konvensional sehingga memungkinkan terjadinya
Ketidakefektifan SPI pada seluruh tahapan peluang kekeliruan dan penyimpangan pada proses
perjalanan dinas berkontribusi pada perjalanan pembiayaan perjalanan dinas. Sistem belum mampu
dinas fiktif dan ganda. Berikut ini merupakan melakukan validasi keabsahan dan kelengkapan data
beberapa kelemahan mekanisme dan prosedur penugasan sebagai dasar untuk menetapkan
sistem berjalan yang berkontribusi pada pembiayaan secara akurat.
ketidakefektifan rancangan SPI pada belanja c) Pengujian keakuratan perhitungan
perjalanan dinas. pembiayaan lemah.
1) Tahapan Penugasan Pada tahapan pembiayaan, prosedur
a) Mekanisme penerbitan dokumen pengujian keakuratan perhitungan biaya
penugasan rawan penyimpangan. perjalanan dinas dilakukan dengan sederhana
Walaupun sudah ada pemisahan fungsi dan manual sehingga berpotensi munculnya
penerbitan dokumen penugasan, baik ST peluang ketidakakuratan perhitungan. Hal ini
dan SPD, namun lingkungan pemrosesan karena mekanisme pembiayaan tidak
data masih membuka adanya peluang terhubung dengan informasi harga standar
penyalahgunaan wewenang dalam yang berlaku di pasar. Proses bisnis dilakukan
penerbitan dokumen penugasan. melalui sistem tidak terhubung dengan
b) Prosedur tidak menjamin mampu informasi harga pasar yang real-time.
mendeteksi adanya penugasan ganda. 3) Tahapan Pelaksanaan
Prosedur penerbitan dokumen penugasan a) Sistem tidak didukung informasi yang memadai
belum mampu mendeteksi adanya penugasan tentang pengeluaran selama perjalanan dinas.
ganda pada pegawai. Sistem seperti ini tidak bisa Proses bisnis pada tahapan pelaksanaan tidak
mendeteksi secara akurat adanya penugasan didukung adanya sistem informasi terintegrasi yang
ganda pada seorang pegawai karena cara-cara memungkinkan tersedianya informasi yang andal
manual masih memungkinkan adanya kekeliruan, mengenai rekapitulasi transaksi belanja

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 79


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

yang dilakukan pelaksana SPD. Sehingga sekat menyebabkan proses pertanggungjawaban


tidak bisa dipergunakan sebagai mekanisme perjalanan dinas tidak mampu secara akurat
pengendalian preventif untuk mencegah mendeteksi adanya tindak kecurangan dan
tindakan kecurangan dan penyimpangan penyimpangan belanja perjalanan dinas.
pada saat pelaksanaan perjalanan dinas. c) Sistem belanja tidak didukung dengan
b) Prosedur pengendalian pada saat proses informasi yang andal dan memadai tentang
pelaksanaan masih lemah. data dan jejak rekam penyedia jasa (supplier).
Rancangan prosedur pengendalian pada Rancangan sistem belanja perjalanan dinas
tahapan pelaksanaan masih lemah karena terdapat saat ini belum menyediakan sistem informasi
peluang yang bisa dimanfaatkan pelaksana yang andal dan memadai tentang jejak rekam
perjalanan dinas untuk melakukan kecurangan dan penyedia jasa. Informasi mengenai penyedia jasa
tindak penyimpangan belanja. Pelaksana SPD masih sangat penting dalam rangka proses validasi
mungkin untuk tidak menjalani perjalanan dinas untuk memastikan keaslian, kelengkapan,
sesuai dengan tempat tujuan dan lamanya hari keabsahan dan keaslian berkas transaksi.
perjalanan dinas sebagaimana dinyatakan pada d) Dokumen SPJ rentan dipalsukan.
berkas SPD. Namun, pada saat yang sama pelaksana Mekanisme pertanggungjawaban dokumen
SPD memungkinkan untuk dapat SPJ perjalanan dinas pada sistem yang berjalan,
mempertanggungjawabkan penugasan perjalanan sebagian besar berupa dokumen berbasis kertas
dinas dengan memperoleh berkas bukti transaksi sehingga membuka peluang pemalsuan dokumen
belanja secara mudah. SPJ, terutama pada berkas transaksi pengeluaran
c) Sistem tersekat-sekat dari proses bisnis. riil seperti tiket, kuitansi penginapan/hotel, dan
Mekanisme pelaksanaan perjalanan dinas bukti transaksi lainnya.
dilakukan dengan prosedur yang tidak terhubung
dengan proses bisnis secara keseluruhan pada 4.1.4. Rekomendasi Perbaikan pada Proses
perjalanan dinas. Kondisi demikian membuka Bisnis
peluang adanya penyimpangan pada saat transaksi
belanja, karena data pengeluaran pelaksana SPD Adanya kelemahan proses bisnis
tidak tercatat secara secara realtime pada sistem menyebabkan ketidakefektifan SPI dalam
belanja. Transaksi belanja baru dapat dicatat pada mencegah potensi penyimpangan perjalanan
tahap pertanggungjawaban, selang beberapa hari dinas, berupa perjalanan dinas fiktif atau ganda
setelah pegawai kembali ke tempat kerja seusai perlu mendapatkan perhatian dan
melaksanakan perjalanan dinas. penyempurnaan sistem. Beberapa rekomendasi
4) Tahapan Pertanggungjawaban penyempurnaan untuk memperkuat keefektifan
a) Rancangan dan mekanisme verifikasi SPI dalam rangka mencegah penyimpangan
berkas dokumen SPJ masih lemah. perjalanan dinas antara lain:
Mekanisme pertanggungjawaban bukti 1) Perbaikan prosedur pengendalian pada
belanja perjalanan dinas pada sistem saat ini, seluruh tahapan proses bisnis.
menjadikan pula mekanisme verifikasi berkas Prosedur pengendalian pada seluruh tahapan
untuk menguji keaslian dan keabsahan bukti proses bisnis perlu diperbaiki melalui perancangan
pengeluaran riil seperti tiket, airport tax, kuitansi mekanisme pengendalian yang kuat sehingga dapat
penginapan, dan bukti lainnya dilakukan dengan memberikan keyakinan memadai bahwa seluruh data
cara konvensional seperti mengamati dan dan dokumen diproses dengan cara benar, akurat
membandingkan. Sementara itu proses verifikasi dan sah sehingga mampu mencegah peluang
keaslian bukti transaksi melalui pihak yang adanya perjalanan dinas yang fiktif maupun ganda.
menerbitkan berkas tersebut sulit dilakukan, Mekanisme pengendalian yang kuat dirancang
karena tidak ada perjanjian yang mengikat antara sesuai dengan lingkungan pemrosesan data
pemerintah dan perusahaan penyedia jasa. berbasis elektronik melalui penerapan berbagai
b) Sistem tersekat-sekat dari proses bisnis. teknik/prosedur pengendalian umum dan aplikasi.
Sistem belanja perjalanan dinas tidak Sehingga dengan prosedur pengendalian tersebut
mengintegrasikan tahapan pertanggungjawaban mampu meminimalisir adanya potensi perjalanan
dengan proses bisnis. Proses bisnis yang tersekat- dinas fiktif dan ganda, serta mencegah
penyalahgunaan belanja perjalanan dinas.

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 80


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

2) Perbaikan rancangan dokumen sumber. dinas secara keseluruhan dapat diperkuat melalui
Rancangan dokumen sumber perlu diperbaiki rancangan komponen SPI yang diimplementasikan
dari sisi bentuk, format dan jenis-jenis pada tahapan proses bisnis dan organisasi yang
pengendalian. Dokumen sumber selama ini terlibat sesuai dengan relevansi penerapan dengan
rentan dipalsukan seperti tiket, bukti penginapan, memperhatikan konsep biaya manfaat.
dsb., sebagaimana dipaparkan melalui temuan
BPK RI. Penggunaan dokumen elektronik yang 4.2. Rancangan Model E-Government
memungkinkan dilakukannya verifikasi ke sumber 4.2.1. Prinsip Pokok Sistem
yang menerbitkan dokumen secara real-time, Pada prinsipnya upaya untuk menyelaraskan
mampu meminimalkan pemalsuan dokumen. proses bisnis pada sistem perjalanan dinas dengan
3) Menyatukan tahapan pada proses bisnis bentuk-bentuk penerapan TIK dalam rangka
secara terintegrasi. memperkuat keefektifan sistem dalam
Mekanisme dan prosedur pada proses bisnis meminimalisasi terjadinya adanya potensi-potensi
perlu diintegrasikan sebagai suatu sistem yang fraud yang dapat menyebabkan penyimpangan
terpadu. Melalui integrasi diharapkan dapat belanja negara. Sehingga upaya sinergisitas tersebut
memperkuat prosedur pengendalian pada juga tidak terlepas dari sisi pengendalian intern,
sistem perjalanan dinas. Dengan adanya khususnya pada lingkungan pengendalian berbasis
sistem yang terintegrasi akan mampu teknologi informasi. Adapun berkaitan dengan model
mencegah adanya kecurangan dan pemalsuan sistem E-Government yang dirancang dalam rangka
dokumen, serta mendeteksi adanya penugasan mengatasi permasalahan pokok pada sistem
perjalanan dinas fiktif dan ganda. perjalanan dinas saat ini, berupa penyimpangan-
4) Kolaborasi dengan organisasi yang terkait penyimpangan belanja, berikut merupakan prinsip-
belanja perjalanan dinas. prinsip pokok yang menjadi pondasi model E-
Sistem belanja perjalanan dinas dirancang Government tersebut:
agar memungkinkan kolaborasi dengan 1) Konektivitas
organisasi terkait dalam proses bisnis baik Model E-Government dirancang untuk dapat
secara langsung maupun tidak langsung. Melalui saling menghubungkan seluruh tahapan proses
kolaborasi tersebut diharapkan dapat bisnis belanja perjalanan dinas dan entitas
mempermudah proses bisnis, mempercepat organisasi yang terkait dengan proses bisnis, baik
transaksi belanja, mencegah secara dini adanya secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
potensi kecurangan pegawai, mendeteksi adanya demikian seluruh rangkaian transaksi dari tahap
gejala penyimpangan belanja perjalanan dinas. penugasan hingga pertanggungjawaban, yang
5) Automasi pemrosesan transaksi pada melibatkan pemangku kepentingan diupayakan
proses bisnis. saling terhubung melalui suatu sistem dengan
Penerapan automasi transaksi dapat mempertimbangkan prinsip keamanan informasi
membantu mempercepat pemrosesan transaksi, (confidentiality, integrity, availability).
meningkatkan keakuratan pada pengujian dan 2) Integrasi
verifikasi data dan dokumen sumber perjalanan Rancangan model E-Government
dinas. Melalui automasi transaksi diharapkan didasarkan atas prinsip integrasi sistem
dapat menutup celah yang dapat dimanfaatkan dimana seluruh transaksi, data dan informasi
untuk melakukan penyimpangan belanja. diintegrasikan melalui sebuah sistem informasi
6) E-Government untuk integrasi proses bisnis. sehingga proses bisnis tidak tersekat-sekat
Dalam rangka melakukan integrasi proses berdasarkan masing-masing tahapan proses
bisnis dan mendukung kolaborasi antar unit bisnis atau sub sistem yang berbeda-beda.
organisasi baik pada lembaga pemerintahan, 3) Automasi Sistem
BUMN, perusahaan publik maupun swasta Sistem belanja perjalanan dinas dengan
serta memperkuat efektivitas SPI, sistem transaksi yang meliputi beberapa tahapan
belanja perjalanan dinas dapat diterapkan pemrosesan data dengan dukungan keterlibatan
melalui sistem informasi E-Government. layanan pihak ketiga sebagai penyedia jasa,
7) Memperkuat komponen SPI pada proses bisnis. diharapkan dapat mengadopsi suatu sistem
Keefektifan SPI pada proses bisnis perjalanan automasi pada pemrosesan transaksi elektronik.

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 81


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

Melalui automasi diharapkan dapat mewujudkan sehingga masing-masing entitas bisnis dapat saling
keandalaan sistem informasi dalam mencegah terhubung pada proses bisnis yang terintegrasi.
potensi kecurangan karena sistem mengurangi Sesuai dengan prinsip konektivitas seluruh
intensitas interaksi manusia. entitas bisnis pengguna sistem, baik lembaga
4) Kolaborasi pemerintahan maupun pihak ketiga selaku
Proses bisnis melibatkan interaksi para penyedia jasa saling terhubung melalui jaringan
pemangku kepentingan seperti pengguna anggaran komunikasi data. Adapun pengguna pada
dengan KPPN, hal ini melibatkan transaksi yang lembaga pemerintahan meliputi satker pengguna
dapat terjadi pada hampir setiap daerah di Indonesia, anggaran dan para pegawai yang terdapat pada
termasuk juga melibatkan lembaga keuangan setiap kementerian negara dan lembaga. Adapun
perbankan maupun penyedia jasa seperti Kementerian Keuangan selaku BUN yang diwakili
perusahaan transportasi dan penginapan. Melalui KPPN di setiap kabupaten/kota di Indonesia,
rancangan E-Government yang terintegrasi maka selaku bendahara pengeluaran negara juga
berbagai interaksi tersebut diarahkan terjalin melalui merupakan pengguna sistem E-Government ini.
kolaborasi yang intensif disertai dengan tata kelola Melalui sistem tersebut, KPPN sebagai pihak
pelayanan sesuai dengan prosedur yang baku yang yang bertanggungawab pada pembayaran dan
diadopsi. pengeluaran kas atas belanja perjalanan dinas
5) Fleksibilitas yang dilakukan oleh PA.
Dengan rancangan model E-Government
yang mengintegrasikan seluruh tahapan proses
bisnis serta berkolaborasi dengan para
pemangku kepentingan yang terlibat, maka
prinsip fleksibilitas menjadi hal yang wajib pada
tataran operasional sistem secaa keseluruhan.
Dengan demikian dapat mengurangi kendala
operasional sistem ketika sistem sedang berjalan,
artinya pengguna dihindarkan dari kendala
berupa prosedur yang rumit dan kaku terkait
dnegan transaksi secara teknis, masalah
birokrasi, ketersediaan penyedia layanan yang
terhubung dengan sistem perjalanan dinas, Gambar 11. Diagram Model Integrasi Sistem
dokumen bukti belanja perjalanan dinas, dsb. Sumber: diolah dari berbagai sumber
6) Kemudahan
Prosedur operasional model E-Government Sementara itu pengguna sistem lainnya
dirancang agar memberikan kemudahan para meliputi perbankan, maskapai udara,
pengguna pada seluruh tingkatan sesuai dengan perusahaan/agen transportasi, biro perjalanan,
peran (role) dan wewenang (authority) pada masing- hotel dan penginapan, termasuk event
masing proses bisnis para pemangku kepentingan. organizer, dsb. Adapun manfaat yang diperoleh
Tampilan pada lapis antarmuka (interface) pada perusahaan penyedia jasa dengan terhubung
modul, menu, formulir dan lainnya dapat dengan pada sistem E-Government perjalanan dinas,
mudah diakses dan dipahami oleh para pengguna antara lain perusahaan tersebut mempunyai
sehingga menghindari kerumitan dalam menjalankan kesempatan yang besar untuk mengajukan
aplikasi. penawaran layanan penyediaan jasa pada
belanja perjalanan dinas yang dibiayai APBN,
4.2.2. Model Integrasi E-Government sehingga muncul kompetisi untuk menawarkan
Integrasi sistem meliputi penyatuan proses jasa transportasi dan penginapan yang
bisnis yang tersekat-sekat berdasarkan fungsi, berkualitas, murah dan kompetitif.
Seluruh tahapan proses bisnis perjalanan dinas
tahapan dan unit organisasi yang berinteraksi
dengan proses bisnis tersebut. Proses bisnis diintegrasikan, dihubungkan melalui jaringan data

diintegrasikan melalui suatu sistem informasi yang mampu menghubungkan data dan informasi

perjalanan dinas berbasiskan E-Government secara berkesinambungan dengan meninggalkan


jejak audit (audit trail) pada seluruh transaksi yang

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 82


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

terjadi. Diagram pada Gambar 11 menggambarkan Selanjutnya pada tahapan pembiayaan, berupa
model integrasi sistem belanja perjalanan dinas mekanisme untuk membebankan komponen
yang mengadopsi model E-Government. pembiayaan perjalanan dinas berdasarkan batasan
Model E-Government dirancang mampu biaya (standard cost) sesuai dengan peraturan
mengintegrasikan seluruh siklus pada proses bisnis perundang-undangan. Sistem dimungkinkan untuk
sehingga penyederhanaan proses birokrasi memberikan kemudahan dan fleksibilitas
memungkinkan terjadi. Dengan proses pembebanan komponen perjalanan dinas sesuai
birokrasi yang sederhana dan hemat maka dengan yang batasan yang dimungkinkan misalnya
pemrosesan transaksi pada belanja negara terkait metode pembayaran uang persediaan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien. ataupun langsung (LS). Adapun model sistem E-
Government bisa menerapkan pembiayaan dengan
4.2.3. Gambaran Umum Proses Bisnis basis mata uang elektronik (e-money) yang
Model integrasi sistem berpengaruh pada didistribusikan secara virtual ke masing-masing
mekanisme dan prosedur transaksi belanja akun pelaksana kegiatan perjalanan dinas dalam
perjalanan dinas. Penerapan model E-Government rangka keperluan transaksi elekronik ataupun uang
yang terintegrasi mengubah lingkungan pemrosesan tunai yang ditransfer melalui rekening pegawai untuk
data dari semula berbasis tradisional menjadi transaksi lainnya.
lingkungan sistem berbasis TI. Adapun gambaran Pada tahapan pelaksanaan perjalanan dinas,
umum proses bisnis model E-Government sistem pengguna atau pelaksana SPD melakukan
belanja perjalanan dinas yang mengintegrasikan transaksi pemesanan tiket perjalanan dinas dan
keseluruhan tahapan/siklus dengan para pemangku penginapan melalui tampilan menu yang tersedia
kepentingan sistem yang memungkinkan kolaborasi pada dashboard akun masing-masing pegawai.
pada proses bisnis sebagaimana nampak pada Selanjutnya, mekanisme pembayaran transaksi
Gambar 12. dilakukan oleh kuasa BUN melalui sistem
Secara ringkas, mekanisme proses bisnis pembayaran elektronik yang melibatkan
diawali dengan tahapan penugasan, pada tahapan ini perbankan dengan perusahaan penyedia layanan
diawali dengan pengajuan usulan penugasan dari jasa. Adapun batas transaksi sesuai dengan
pemilik kegiatan masing-masing satuan kerja, yang nominal kredit e-money yang tersedia pada akun
selanjutnya diikuti dengan prosedur otorisasi virtual pengguna sistem.
persetujuan penugasan dan penerbitan surat Adapun pada tahap pertanggungjawaban berupa
perjalanan dinas. Prosedur tersebut dilaksanakan pelaporan bukti pertanggungjawaban, pengujian
oleh para pegawai (user account) melalui tampilan bukti-bukti serta pembayaran dana kepada rekanan.
muka dashboard sistem perjalanan dinas sesuai Bukti pertanggungjawaban dikumpulkan secara
dengan peran dan tanggungjawab masing-masing elektronik melalui sistem, sementara itu laporan-
pengguna (user roles and tasks). laporan dan bukti transaksi lainnya yang terjadi
menggunakan mekanisme berbasis kertas (paper
based) atau diluar sistem E-Government, maka
berkas disampaikan dengan cara
mendokumentasikan dalam format berkas pdf hasil
pemindaian yang selanjutnya diupload ke sistem E-
Government. Mekanisme pengujian bukti-bukti
transaksi oleh pejabat yang terkait baik PPK, KPA
hingga pejabat di KPPN dapat dilakukan secara
otomatis ataupun semi otomatis. Pada tahap akhir
berupa pencairan dana dilakukan setelah verifikasi
berkas secara elektronik oleh kuasa BUN atas
dokumen seperti SPM, SP2D dan diterbitkan
dokumen permintaan transfer pembayaran secara
Gambar 12. Diagram Alir Aktivitas elektronik kepada bank operasional. Bank
Sumber: diolah dari berbagai sumber melakukan pemindahbukuan sejumlah nominal
sesuai dengan permintaan Kuasa BUN.

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 83


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

4.2.4. Penyempurnaan pada Proses Bisnis informasi berbasis elektronik memungkinkan


Rancangan model E-Government yang pemrosesan data secara automatis sehingga dapat
terintegrasi memerlukan penyempurnaan menghemat penggunaan kertas dan mampu menjaga
proses bisnis atas prosedur dan mekanisme efektivitas SPI karena sistem dapat mencegah upaya
yang dirancang untuk memperkuat pemalsuan dokumen transaksi.
efektivitas pengendalian intern dalam 4) Mekanisme E-Payment dan Minimal
mencegah terjadinya potensi penyimpangan Transaksi Tunai
belanja negara. Adapun beberapa perbaikan Model E-Government dirancang agar
proses bisnis antara lain sebagai berikut: penggunaan uang tunai untuk keperluan transaksi
1) Mengadopsi Model Database Tunggal belanja terjadi secara minimal dan terbatas.
Skema database ini mengintegrasikan seluruh Berdasarkan prinsip-prinsip pokok sistem E-
data secara komprehensif yang sebelumnya Government maka penggunaan uang tunai untuk
tersekat-sekat berdasarkan aplikasi dan sistem keperluan transaksi dengan pihak penyedia jasa
tunggal. Melalui model database tunggal ini berbagai dapat dibatasi, karena transaksi diarahkan dalam
data dan informasi tidak perlu dilakukan perekaman bentuk pembayaran elektronik. Penerapan transaksi
secara berulang-ulang pada setiap tahapan proses elektronik pada proses bisnis belanja perjalanan
bisnis maupun para pengguna sistem E- dinas akan memberikan kemudahan transaksi dan
Government. Dengan model single database pada mengurangi risiko penyimpangan belanja oleh
sistem E-Government belanja perjalanan dinas, pelaksana perjalanan dinas. Hal ini karena transaksi
maka berbagai manipulasi untuk menghilangkan yang terjadi bersifat formal dalam bentuk
jejak data dan transaksi akan sulit dilakukan government to business sehingga dapat mengurangi
sehingga mampu menjaga integritas risiko adanya rekayasa transaksi yang dapat
data dan informasi dalam rangka merugikan keuangan negara. Namun demikian,
pertanggungjawaban perjalanan dinas. penerapan transaksi e-payment tidak menghilangkan
2) Sistem Automasi pada Pemrosesan Data sama sekali transaksi tunai (cash transaction).
Sistem dirancang dapat memproses data Sesuai dengan prinsip fleksibilitas, dalam hal terjadi
transaksi secara otomatis sehingga mengurangi transaksi diluar mekanisme normal sebagai akibat
campur tangan manusia yang berpotensi sistem E-Government tidak dapat diimplementasikan
menimbulkan kekeliruan, ketidakakuratan secara sempurna, maka sistem masih
maupun manipulasi data. Sistem automasi mengakomodasi penggunaan transaksi tunai.
pemrosesan data dapat menyederhanakan
prosedur, mempercepat proses birokrasi dan
menjaga integritas data. Sistem secara otomatis 4.2.5. Arsitektur Jaringan Model E-Government
menyampaikan notifikasi pesan kepada para Model E-Government dirancang sebagai suatu
pengguna sistem sesuai dengan hak dan sistem informasi yang terintegrasi pada seluruh
tanggung jawab masing-masing. proses bisnis dan para pemangku kepentingan yang

Adapun proses input data pada seluruh meliputi lembaga pemerintahan, BUMN dan swasta.

tahapan proses bisnis dapat dilakukan secara Dengan cakupan sistem tersebut, maka sistem

automatis melalui sistem, sehingga data yang secara terpusat akan menghubungkan seluruh

diperlukan pada siklus pembiayaan dapat pengguna yang tersebar di seluruh wilayah

dihasilkan secara automatis melalui sistem Indonesia. Sistem E-Government menghubungkan

aplikasi berdasarkan input data pada siklus seluruh entitas yang terkait dengan proses bisnis

sebelumnya. Demikian pula berbagai data dan melalui jaringan komunikasi data, baik jaringan

berkas elektronik pada tahapan intranet maupun internet. Diagram pada Gambar 14

pertanggungjawaban belanja dihasilkan berikut menyajikan gambaran umum arsitektur

otomatis melalui subsistem yang terintegrasi. jaringan untuk rancangan model E-Government
sistem perjalanan
3) Transaksi Hemat Kertas (Less-Paper)
Sistem E-Government dirancang dinas.
mempergunakan berkas elektronik sehingga
penggunaan dokumen kertas (paper-based)
diupayakan seminimal mungkin. Dengan sistem

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 84


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

besar terdapat tiga jenis pengendalian aplikasi,


SISTEM BELANJA yaitu pengendalian masukan (input control),
PERJALANAN
KUASA pengendalian pemrosesan (processing control)
PA / BUN KPA dan pengendalian output (output control).

DATA PENYEDIA BANK 4.2.7. Aspek SDM pada Lingkungan


BARANG DAN
JASA
Pengendalian

Lingkungan pengendalian berperan pada


Gambar 14. Arsitektur Jaringan Model E-Government
Sumber: diolah dari berbagai sumber keberhasilan keefektifan SPI, sehingga perlu
dirancang secara memadai agar mampu
4.2.6. Model Rancangan SPI pada E-Government membentuk kesadaran seluruh pegawai akan
Model E-Government sistem perjalanan dinas telah pentingnya pengendalian intern pada sistem
mengubah paradigma pengendalian (control) dari perjalanan dinas. Beberapa hal yang dapat
lingkungan sistem berbasis tradisional menuju memperkuat kesadaran untuk melaksanakan
pengendalian intern dengan lingkungan sistem pengendalian antara lain berupa penanaman
berbasis TI. Pada lingkungan berbasis TI, prosedur integritas, nilai etika dan budaya organisasi,
pengendalian diarahkan pada dua kategori utama munculnya keteladanan dan sikap anti korupsi
yaitu pengendalian umum (general control) dan dari para pejabat tinggi negara, pemberian
pengendalian aplikasi (application control). insentif berupa tunjangan penghasilan yang
Prosedur pengendalian pada tahapan proses memadai kepada pegawai, dan penerapan
bisnis dirancang untuk memberikan keyakinan sanksi disiplin yang tegas terkait pelanggaran
memadai (reasonable assurance) bahwa data dan praktik perjalanan dinas.
informasi dibuat, diproses, dikelola dan 4.2.8. Implementasi E-Government
dihasilkan melalui prosedur yang menjaga dan Permasalahan Birokrasi
kredibilitas pemrosesan transaksi elektronik pada Implementasi model E-Government pada

sistem online. Dengan demikian, informasi yang sistem belanja perjalanan dinas akan mengubah
dihasilkan sesuai dengan tujuan-tujuan SPI dan perilaku dan tatanan model bisnis. Hal tersebut akan
kualitas informasi yang diharapkan. menimbulkan reaksi baik yang bersifat positif berupa
Adapun tujuan yang diharapkan pada praktik munculnya dukungan, maupun yang bersifat negatif
dan prosedur pengendalian terhadap model E- berupa munculnya perlawanan (resistensi) terhadap
Government terkait dengan SPI antara lain berupa penerapan sistem yang baru. Dengan demikian, para
kelengkapan (completeness), keakuratan pengambil kebijakan hendaknya mampu menyusun
(accuracy), keabsahan (validity), dan suatu strategi terbaik yang dituangkan melalui
otorisasi (authorization). proses manajemen perubahan yang komprehensif.
1) Pengendalian Umum
Jenis-jenis pengendalian umum yang dapat
diterapkan pada model E-Government antara lain 5. KESIMPULAN
berupa pengendalian proses implementasi sistem Proses bisnis pada sistem belanja perjalanan
E-Government, pengendalian piranti lunak sistem dinas meliputi empat siklus, yaitu penugasan,
E-Government, pengendalian piranti keras, pembiayaan, pelaksanaan, dan
pengendalian keamanan data, dan pengendalian pertanggungjawaban perjalanan dinas. Namun,
administrasi, dsb. sistem perjalanan dinas saat ini masing-masing
2) Pengendalian Aplikasi tahapan proses bisnis tersebut memiliki sistem
Sementara itu pengendalian aplikasi aplikasi yang berbeda-beda, termasuk
diimplementasikan pada sistem aplikasi E- menghasilkan data dengan jenis, format dan
Government belanja perjalanan dinas, baik standar yang berbeda. Mekanisme dan prosedur
berupa prosedur manual maupun automasi untuk pengendalian intern pada sistem belanja
memastikan bahwa hanya data yang telah perjalanan dinas saat ini masih membuka adanya
diotorisasi secara cukup diproses melalui sistem celah yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan
aplikasi secara akurat dan lengkap. Secara garis tindakan penyimpangan belanja negara.
Dengan sistem dan aplikasi yang masih

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 85


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

tersekat-sekat berdasarkan proses bisnis dan unit sinergisitas antara proses bisnis dengan model
satker yang berbeda menjadikan prosedur kerja sistem informasi yang diadopsi. Melalui
yang berdiri sendiri, sehingga belum mampu rancangan model E-Government diharapkan
mendeteksi adanya praktik-praktik penugasan dapat memperkuat keefektifan SPI pada sistem
fiktif dan ganda. Di sisi yang lain munculnya perjalanan dinas sehingga mampu meminimalkan
peluang penugasan perjalananan dinas fiktif dan potensi terjadinya fraud atau penyimpangan pada
ganda membuka peluang munculnya belanja negara. Pada penelitian ini, penulis
penyimpangan pada tahapan selanjutnya, yaitu mengulas rancangan model E-Government pada
pada saat tahapan pembiayaan, pelaksanaan dan sistem perjalanan dinas dengan gagasan yang
pertanggungjawaban perjalanan dinas. Dengan bersifat umum yang disinergikan dengan bentuk-
demikian proses bisnis pada perjalanan dinas bentuk penerapan TI dan penerapan SPI pada
saat ini masih belum efektif mencegah terjadinya lingkungan berbasiskan TI.
potensi penyimpangan belanja perjalanan dinas. Pada penelitian ini, penulis tidak membahas
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk secara rinci proses bisnis beserta prosedur
memperkuat rancangan sistem dengan SPI yang operasional secara teknis rancangan model E-
secara efektif mampu mencegah munculnya Government. Penulis juga tidak membahas
peluang terjadinya penyimpangan belanja negara secara khusus perancangan aplikasi (prototype)
atau fraud, penulis menyajikan suatu rancangan pada sistem perjalanan dinas. Termasuk
sistem informasi model E-Government dengan berkenaan dengan rancangan SPI, penulis hanya
rancangan sistem yang mengintegrasikan seluruh menguraikan gambaran umum dan gagasan
tahapan proses bisnis dan para pemangku pokok implementasi prosedur pengendalian yang
kepentingan yang terkait. dapat memperkuat keefektivan SPI pada belanja
Rancangan model E-Government, hendaknya perjalanan dinas. Sehingga perihal implementasi
disertai dengan penyempurnaan proses bisnis, yaitu komponen SPI secara lengkap dan sistematis
dengan mengadopsi single database, automasi pada rancangan model E-Government perjalanan
pemrosesan data, rancangan sistem less paper, dinas tidak dibahas secara khusus.
mengadopsi transaksi elektronik (e-payment) Melalui penelitian ini penulis mengharapkan
dengan mengurangi transaksi tunai. Dengan para praktisi, pengambil kebijakan maupun
rancangan model E-Government yang akademisi dapat melakukan kajian yang lebih
mengintegrasikan seluruh proses bisnis dan mendalam pada pembahasan yang lebih luas,
seluruh stakeholder maka ketersediaan khususnya terkait dengan aspek kelayakan
infrastruktur jaringan data perlu (feasibility study) maupun perancangan sistem
mendapatkan prioritas, yaitu dalam rangka E-Government tersebut secara keseluruhan.
menyediakan koneksi Internet dan Intranet Termasuk pembahasan dari aspek teknis
bagi para pengguna sistem tersebut. ketersediaan infrastruktur pendukung sistem
Model E-Government pada sistem perjalanan E-Government berupa jaringan data di seluruh
dinas dirancang dengan lingkungan sistem wilayah Indonesia.
pemrosesan data berbasis teknologi informasi,
sehingga harus mengadopsi berbagai prosedur
DAFTAR PUSTAKA
pengendalian berbasis TI supaya dapat secara
Sumber Buku
efektif memperkuat sistem. Dengan demikian
Turban, E. dan Linda Volonino. 2011. Information
prosedur pengendalian perlu diselaraskan dengan
Technology for Management – Improving
model E-Government dalam rangka memperkuat
Strategic and Operational Performance. Edisi
keandalan rancangan SPI sehingga mampu
8. USA: John Wiley & Sons, Inc.
mencegah penyimpangan belanja perjalanan dinas.

Naskah Produk Kebijakan


6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Republik Indonesia. Undang-Undang No.17 Tahun
Penelitian ini membahas bagaimana 2003 tentang Keuangan Negara.
mengelaborasi pemanfaatan TI dalam bentuk
rancangan model E-Government pada sistem Presiden Republik Indonesia. Instruksi Presiden
perjalanan dinas sehingga dapat mendukung RI No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 86


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

Strategi Nasional Pengembangan E- Vol.39. No.1: hal 29-42.


Government.
Ameen, A.A. dan Kamsuriah Ahmad. 2011. The
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Role of Financial Information Systems in
113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Anti Financial Corruptions : A Theoritical
Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Review. Journal of IEEE. hal 1-6.
Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap.
Chen, Guoying. dan Qiong Xu. 2012. The
BPK RI, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Effectiveness and Limitations of Internet Anti-
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Corruption: A Perspective of Institutional
Tahun 2015. Analysis. Jurnal IEEE. Vol. 12: hal 85-90.

BPK RI, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI COSO. 2013. Internal Control - Integrated
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Framework: Executive Summary. Publikasi.
Tahun 2014.
COSO. 1994. Internal Control-Integrated
BPK RI, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Framework. Publikasi.
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Tahun 2013. Fang, Zhiyuan. 2002. E-Government in Digital Era:
Concept, Practice and Development.
BPK RI, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI International Journal of Computer, the Internet
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat and Management. Vol.10. No.2: hal 1-22.
Tahun 2012.
INTOSAI. 2004. Guidelines for Internal
BPK RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester Control Standars for the Public Sector.
I Tahun 2016. Vieena, Austria.

BPK RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester Irani, Z., Madi Al-Sebie, dan Tony Elliman.
I Tahun 2012. 2006. Transacation Stage of E-Government
System: Identification of Location and
Sumber Jurnal Ilmiah Importance. Journal of IEEE. Vol.6. hal 1-9.
Agrawa R., et al. 2006. Taming Compliance with
Sarbanes-Oxley Intern Controls Using ISACA. 2012. COBIT 5 Introduction. diakses dari
Database Technology. Journal IEEE. Vol.06. http://www.isaca.org/cobit/pages/default.asp x
pada 19 Juni 2014.
Akinyomi O.J. 2012. Examination of Fraud in
the Nigerian banking Sectors and its ISACA. 2013a. COBIT 5 A Business Framework for
Prevention. Asian Journal of Management the Governance and Management of Enterprise
Research. Vol.3. No. 1: hal 184-192. IT. diakses dari
http://www.isaca.org/COBIT/Pages/COBIT-5-
Al-Laith, Ali Abdl Ghani. 2012. Adaptation of the Framework-product-page.aspx pada 19 Juni
Internal Control Systems with the Use of 2014.
Information Technology and its Effects on the
Financial Statements Reliability: An Applied ISACA. 2013b. COBIT 5 Enabling Information.
Study on Commercial Banks. International diakses dari
Management Review. Vol.8. No.1: hal 12-20. http://www.isaca.org/COBIT/Pages/COBIT-5-
Framework-product-page.aspx diakses
Almarabeh, T. dan Amer AbuAli. 2010. General pada 19 Juni 2014.
Framework for E-Government: Definition Maturity
Challenges, Opportunities, and Success. Khther, R.A. dan Marini Othman. 2013. COBIT
European Journal of Scientific Research. Framework As a Guideline of Effective IT
Governance in Higher Education: A Review.

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 87


RANCANGAN MODEL E-GOVERNMENT TERINTEGRASI UNTUK MENCEGAH PENYIMPANGAN PADA BELANJA PERJALANAN DINAS
Suprayitno

International Journal of Information Based on Citizen-Centric Approach in


Technology Convergence and Services, Regional Government in Developing
Vol.3. No.1: hal 21-29. Countries. International Journal of Electronic
Commerce Studies. Vol.3 No.1: hal 145-164.
Kim, C.K. 2013. Anti-Corruption Initiatives and E- Soepardi, Eddy Mulyadi. 2010. Peran BPKP
Government : A Cross-National Study, Springer. dalam Penangangan Kasus Berindikasi
Korupsi Pengadaan Jasa Konsultasi
KPMG. 2013. COSO Internal Control Integrated Instansi Pemerintah, hal 1-17.
Framework (2013). Publikasi, hal 1-8.
Suwitri, Sri. 2007. Pemberantasan Korupsi di
Lakis, Vaclovas dan Lukas Giriunas. 2012. Indonesia: Sebuah Upaya Reformasi
The Concept of Internal Control System: Birokrasi. Jurnal Ilmu Administrasi dan
Theoritical Aspect, Jurnal Ekonomika. Kebijakan Publik. Vol 4, No.1: hal 23-41.
Vol. 91. No. 2: hal 142-152.
United Nation. 2002. Benchmarking E-
Litan, D. et al. 2011. Business New Government: A Global Perspective. diakses dari
Requirement: Information System http://www.cm-
Integration–Method and Technologies. porto.pt/users/0/61/Benchmarking_EGovern
International Journal of Computers and ment_A_Glo_ffc7b1db93264a81aaf21c64cec46
Communication. Vol.5. No.3: hal 1. d94.pdf. pada 24 Juni 2014.

McNally, J.S. 2013. The 2013 COSO World Bank. 2002. The E-Government Handbook
Framework & SOX Compliance: One for Developing Countries. Publikasi Online.
Approach to an Effective Transition. diakses dari www.infodev.org/infodev-
Strategic Finance .Edisi Juni: hal 1-18. files/resource/InfodevDocuments_16.pdf. pada
23 Juni 2014
NAZ, R. 2009. E-Government for Improved Public .
Services Delivery in Fiji. Journal of Service Yanging, Guo. 2011. The Potential
Science & Management. Vol. 3. hal 190-203. Opportunities and Challenges of E-
Government. Journal of IEEE. Vol.11.
OECD E-Government Task Force. 2003. The Case
of E-Government : Excerpts from OECD Zhang, S. dan Hans Le Fever. 2013. An
Report “The E-Government Imperative”. OECD Examination of the Practibility of COBIT
Journal on Budgeting. Vol.3. No.1: hal 61-131. Framework and the Proposal of a COBIT-BSC
Model. Journal of Economics, Business and
Shahkooh, K.A. dan Ali Abdollahi. 2007. A Management. Vol.1. No.4: hal 391-395.
Strategi-based Model for e-government
planning. Journal of IEEE, Vol.7. Zhang, J. dan Zengtian Zhang. 2009.
Applying E-Government information
Shareef, S.M., Hamid Jahankhani dan Mohammad system for Anti-corruption Strategy.
Dastbaz. 2013. E-Government Stage Model: Journal of IEEE. Vol.09: hal 112-115.

Jurnal BPPK Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 88

You might also like