Professional Documents
Culture Documents
Abstract. This study aims to evaluate the application of the State Loss Calculation (PKN) method in the Indonesian
Supreme Audit Board (BPK). The research framework uses Policeman Theory which emphasizes the auditor's
responsibility to detect fraud. One of the effects of fraud / corruption in managing state finances is the occurrence of
state losses. The PKN method used in calculating state losses due to a corruption case is still diverse and has not
been standardized. The study uses a qualitative research methodology with a case study approach so that it is more
focused on exploring the phenomenon of PKN that occurs at BPK. The study was conducted by collecting secondary
data in the form of a document of court decisions on corruption cases that have permanent legal force (inkracht).
The results showed that the BPK had significantly met the expectations of the auditor's duties according to
Policeman Theory in detecting fraud. The choice of various BPK PKN methods in calculating state losses caused by
fraud is based on the consideration of irregularities that occur in cases of corruption, the availability of sufficient
and appropriate evidence, and the condition of PKN objects. The PKN method used by BPK investigative
investigators and already accepted in court includes Principal Plus Interest, Total Loss, Net Loss and Real Cost.
Keywords: BPK; Corruption; Method of Calculating State Losses; Policeman Theory; State Losses
Abstrak. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerapan metode Penghitungan Kerugian Negara (PKN) di Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Kerangka penelitian menggunakan Policeman Theory yang menekankan tanggung
jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan. Salah satu dampak akibat terjadinya kecurangan/korupsi dalam
pengelolaan keuangan negara adalah timbulnya kerugian negara. Metode PKN yang digunakan dalam menghitung
kerugian negara akibat suatu kasus korupsi masih beragam dan belum terstandarisasi. Penelitian menggunakan
metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus sehingga lebih menitikberatkan mengenai menggali
fenomena PKN yang terjadi di BPK. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa dokumen
putusan pengadilan kasus korupsi yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa BPK secara signifikan telah memenuhi ekspektasi tugas auditor menurut Policeman Theory dalam
mendeteksi fraud. Pemilihan metode PKN BPK yang beragam dalam menghitung kerugian negara yang diakibatkan
fraud didasari pertimbangan penilaian penyimpangan yang terjadi dalam kasus korupsi, ketersediaan bukti yang
cukup dan tepat, serta kondisi obyek PKN. Metode PKN yang digunakan oleh pemeriksa investigatif BPK dan
sudah diterima dalam pengadilan antara lain Pokok Plus Bunga, Total Loss, Net Loss dan Real Cost.
Kata Kunci: BPK; Korupsi; Kerugian Negara; Metode Penghitungan Kerugian Negara; Policeman Theory
dari 180 negara yang disurvei. Skor ini baik sengaja maupun lain yang dilakukan oleh
mengalami peningkatan dua poin pengelola keuangan negara”. Kondisi ini
dibandingkan skor CPI Indonesia di tahun diperkuat pula oleh Surat Edaran Mahkamah
2018 sebesar 38. Penilaian skor 0 dari CPI Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2016 yang
menunjukkan negara tersebut sangat korup, menyebutkan bahwa BPK adalah lembaga
dan skor 100 menunjukkan suatu negara yang berwenang secara konstitusional untuk
sangat bersih. Skor CPI rata-rata global menyatakan adanya kerugian keuangan
sebesar 43 poin, sedangkan untuk rata-rata negara. Kondisi tersebut menggambarkan
skor CPI negara-negara Association of South pentingnya peranan BPK dalam membantu
East Asia Nations (ASEAN) berada di skor APH ketika menangani perkara suatu kasus
46. Hal ini menunjukkan bahwa skor CPI korupsi.
Indonesia masih berada di bawah rata-rata Dalam rangka memperkuat peranan
skor CPI global dan negara-negara ASEAN. BPK membantu pemberantasan tindak pidana
Sementara itu, menurut Indonesia korupsi dan dilatarbelakangi banyaknya
Corruption Watch (ICW) sebagaimana dimuat permintaan pemeriksaan investigatif dan
dalam kajiannya “Tren Penindakan Kasus penghitungan kerugian negara dari APH, BPK
Korupsi 2019” (2020) selama tahun 2019 telah membentuk unit eselon satu tersendiri
terdapat 271 perkara kasus korupsi yang yang menangani penghitungan kerugian
diproses oleh Aparat Penegak Hukum (APH) negara dan pemeriksaan investigatif yaitu
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Auditorat Utama Investigasi (AUI). Unit kerja
Kepolisian dan Kejaksaan dengan jumlah ini dibentuk berdasarkan Keputusan BPK
tersangka sebanyak 580 orang. Selain itu Nomor 10 Tahun 2016 yang mengatur tentang
menurut ICW (2020), kasus korupsi yang struktur organisasi BPK.
terjadi pada tahun 2019 mengakibatkan Sementara itu, di sisi lain, hasil
kerugian negara sebesar Rp8,4 triliun. Hal ini penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan
menunjukkan kasus korupsi di Indonesia Chariri (2015) pada Kantor BPK Perwakilan
masih signifikan dan memerlukan usaha Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa
bersama dalam melakukan pencegahan dan BPK menerapkan metode Penghitungan
mengurangi dampak yang disebabkan oleh Kerugian Negara (PKN) yang berbeda-beda
kasus korupsi. sesuai dengan jenis kasus korupsinya. Kajian
Salah satu perkembangan hukum terkait KPK pada tahun 2007 dalam (Tuanakotta,
penindakan kasus korupsi yang 2018) menyebutkan bahwa penerapan metode
mengakibatkan kerugian negara adalah PKN dalam kasus tindak pidana korupsi
adanya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) sering kali tidak konsisten, tidak terlihat
Nomor 25 tahun 2016. Menurut Putusan MK adanya suatu pola penghitungan yang dapat
ini, unsur kerugian negara harus dibuktikan digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
terlebih dahulu oleh APH sebelum menghitung kerugian keuangan negara.
meningkatkan tahap penyelidikan ke tahap Belum adanya metode PKN yang baku
penyidikan kasus korupsi. Kondisi ini tersebut dapat menimbulkan risiko perbedaan
menyebabkan pembuktian adanya unsur pandangan dari proses pengadilan dalam
kerugian negara semakin memegang peranan memutuskan apakah terdapat kerugian
penting dalam pengungkapan kasus korupsi. keuangan negara dalam suatu perkara kasus
Salah satu instansi yang berwenang dugaan korupsi.
untuk melakukan penghitungan kerugian Salah satu kasus dugaan korupsi yang
negara yang diakibatkan kasus korupsi adalah menggunakan PKN dari BPK adalah kasus
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hal ini kredit macet PT Tirta Amarta Bottling (TAB)
berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2006 pada Bank Mandiri. Kasus ini menurut PKN
tentang BPK yang menyebutkan salah satu BPK diduga merugikan negara sebesar Rp1,8
wewenang BPK adalah “menilai dan/atau triliun. Tujuh terdakwa dalam kasus ini
menetapkan jumlah kerugian negara yang dibebaskan oleh Hakim Pengadilan Tindak
diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung.
118 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.1 | 2020
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (1), 2020, 117-129
Policeman Theory yang merupakan salah satu Dalam mengevaluasi pemahaman Pemeriksa
teori terkait permintaan dan penawaran jasa Investigatif BPK tentang kerugian negara
audit (Hayes, Wallage, & Gortemaker, 2017). yang terjadi, penelitian ini menggunakan
Berdasarkan teori ini, Pemeriksa Investigatif Better-Offness Concept yang merupakan
BPK diberikan tanggung jawab untuk acuan definisi kerugian negara dalam
mendeteksi kecurangan yang terjadi di obyek Keputusan BPK Nomor 9 Tahun 2015 tentang
pemeriksaan dan menghasilkan PKN akurat Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan
untuk digunakan oleh APH dalam penanganan Investigatif. Adapun mengenai metode yang
kasus korupsi. digunakan dalam menghitung kerugian negara
Selain menggunakan Policeman Theory yang diakibatkan kasus korupsi, penelitian ini
sebagai kerangka dasar, penelitian ini juga menggunakan Daubert Test sebagai acuan
menggunakan Fraud Theory Approach dalam dalam mengindentifikasi dan
ACFE (2014) sebagai acuan dalam melakukan menginventarisasi metode PKN yang sudah
evaluasi dan menganalisis langkah-langkah diterima di pengadilan. Berdasarkan
yang dilakukan Pemeriksa Investigatif BPK identifikasi dan inventarisasi metode PKN
dalam mendeteksi fraud atau tindak pidana yang sudah diterima di pengadilan tersebut,
korupsi yang terjadi di obyek pemeriksaan. selanjutnya akan merekomendasikannya
Selain itu, ketika sudah mendeteksi tindak sebagai pedoman dalam melakukan PKN atas
pidana korupsi yang terjadi di obyek kasus korupsi selanjutnya yang sejenis.
pemeriksaan, Pemeriksa Investigatif BPK Berdasarkan kerangka berpikir di atas,
selanjutnya akan menghitung kerugian negara maka kerangka penelitian dapat diilustrasikan
yang diakibatkan kasus korupsi tersebut. seperti gambar 1
.
(7,69%); (2) Putusan hakim menolak hasil langkah-langkah yang dilakukan Pemeriksa
PKN BPK sejumlah satu kasus (7,69%); (3) Investigatif BPK dalam mendeteksi telah
Putusan hakim sependapat dengan hasil PKN terjadi korupsi yang mengakibatkan kerugian
BPK sejumlah 11 kasus (84,62%). negara adalah sebagai berikut: Melakukan
Berdasarkan hasil putusan hakim di atas analisis dengan melihat dokumen/keterangan
yang menerima PKN BPK sejumlah 11 kasus awal untuk memastikan telah terjadi indikasi
(84,62%), maka dapat disimpukan bahwa penyimpangan yang menyebabkan kerugian
Pemeriksa Investigatif BPK secara signifikan negara. Jika berdasarkan analisis disimpulkan
telah memenuhi ekspektasi atas tugas auditor terdapat hubungan kausalitas antara
untuk dapat mendeteksi terjadinya fraud di penyimpangan dengan kerugian negara yang
obyek pemeriksaan yang dimintakan oleh terjadi maka BPK akan membentuk tim untuk
APH. Hal ini sesuai dengan Policeman melakukan PKN.
Theory yang menyatakan bahwa auditor Tim ini melakukan pemeriksaan dengan
bertanggungjawab untuk mendeteksi dan meminta keterangan atau meminta data dan
menemukan kecurangan. bukti lainnya yang diperlukan untuk
Analisis lebih lanjut mengenai alasan mendukung kesimpulan telah terjadi
hakim tidak sependapat dan/atau menolak penyimpangan dan mengakibatkan kerugian
hasil PKN BPK, berdasarkan hasil review atas negara yang akan dihitung. Bukti ini
dokumen putusan pengadilan tipikor yang didapatkan dari penyidik APH atau jika bukti
telah inkracht tersebut juga diketahui bahwa dari penyidik dirasakan kurang maka tim
alasan hakim tidak sependapat dan/atau dapat melakukan koordinasi dengan penyidik
menolak hasil PKN BPK disebabkan hakim untuk memperoleh bukti lainnya. Berdasarkan
tidak sependapat dengan pemilihan metode bukti-bukti yang diperoleh selanjutnya tim
PKN yang digunakan BPK. PKN akan meneliti, menelaah, menganalisis
Sementara itu, terkait penerapan metode dan melakukan rekonstruksi fakta berdasarkan
PKN yang digunakan Pemeriksa Investigatif bukti-bukti tersebut. Tim PKN kemudian
BPK berdasarkan putusan pengadilan atas 13 menyimpulkan hasil penghitungan kerugian
kasus korupsi yang telah inkracht dapat negara.
dikelompokkan sebagai berikut: (1) Pokok Langkah-langkah yang dilakukan oleh
plus bunga sejumlah empat kasus (30,77%); Pemeriksa Investigatif BPK dalam
(2) Total loss sejumlah tiga kasus (23,08%); mendeteksi korupsi yang menyebabkan
(3) Net loss sejumlah empat kasus (30,77%); kerugian negara telah sesuai dengan Fraud
(4) Real cost sejumlah dua kasus (15,38%). Theory Approach. Hal ini diketahui
Berdasarkan pengelompokkan metode berdasarkan Fraud Theory Approach yang
PKN diketahui bahwa terdapat satu metode menggambarkan langkah-langkah melakukan
PKN yang belum ada di pola PKN menurut investigasi terhadap dugaan atau tanda-tanda
Tuanakotta (2018) yaitu metode Real Cost. fraud sebagai berikut: (a) Menganalisis data
Berdasarkan keterangan ahli yang diberikan yang tersedia; (b) Membuat hipotesis; (c)
oleh Pemeriksa Investigatif BPK di Menguji hipotesis; (d) Menyempurnakan dan
pengadilan sebagaimana dicantumkan dalam mengubah hipotesis.
putusan pengadilan tipikor, metode ini Pemeriksa Investigatif BPK dalam
diterapkan dengan menghitung selisih antara menetapkan telah terjadi kerugian negara
uang yang dikeluarkan oleh negara menggunakan definisi kerugian negara yang
dibandingkan dengan nilai pengeluaran rill disebutkan dalam UU Nomor 1 Tahun 2004
yang dikeluarkan oleh pihak ketiga untuk tentang Perbendaharaan Negara dan UU
menyediakan barang/jasa kepada negara Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK, yaitu
sesuai perjanjian kontrak yang disepakati. “kekurangan uang, surat berharga, dan
Menurut keterangan ahli yang barang, yang nyata dan pasti jumlahnya
disampaikan oleh Pemeriksa Investigatif BPK sebagai akibat perbuatan melawan hukum
dalam persidangan sebagaimana tercantum baik sengaja maupun lalai”.
dalam dokumen putusan pengadilan tipikor,
122 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.1 | 2020
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (1), 2020, 117-129
negara. Selain digunakan dalam kasus korupsi BUMN/BUMD tersebut bukan merupakan
terkait pengadaan barang dan jasa, metode risiko bisnis biasa yang dialami oleh
Total Loss juga dapat digunakan dalam kasus perbankan melainkan ada tindak pidana
penggelapan dana nasabah bank korupsi di dalamnya.
BUMD/BUMD, dan penggelapan kas. Selain berdasarkan pertimbangan
Penggunaan metode ini dihitung berdasarkan tersebut di atas, pemeriksa Investigatif BPK
seluruh kerugian yang ditimbulkan oleh juga menggunakan atau meminta pendapat
tindak pidana korupsi tersebut. ahli lain apabila diperlukan untuk
Pertimbangan tim Pemeriksa memberikan masukan terkait teknis pekerjaan
Investigatif BPK dalam menggunakan metode yang sedang dilakukan pemeriksaan
Net Loss adalah karena selain adanya investigatif dalam rangka PKN. Pendapat ahli
penyimpangan yang mengakibatkan kerugian ini selanjutnya dijadikan dasar pertimbangan
negara, tim juga menilai bahwa hasil suatu dalam melakukan PKN termasuk metode
pekerjaan pengadaan barang/jasa yang PKN yang dipilih oleh tim Pemeriksa
dibiayai oleh negara hanya dapat Investigatif BPK.
dimanfaatkan sebagian sedangkan sebagian Berdasarkan 13 kasus tipikor yang telah
lagi tidak dapat dimanfaatkan atau berkekuatan hukum tetap (inkracht) dan
volume/spesifikasi pekerjaan tidak sesuai menggunakan PKN BPK, dilakukan analisis
dengan kontrak yang disepakati sehingga tim lebih lanjut mengenai putusan hakim atas 13
menggunakan metode Net Loss dalam kasus korupsi tersebut, sebagai berikut:
menghitung kerugian negara yang terjadi. Putusan hakim pengadilan tipikor yang
Penggunaan metode Real Cost oleh tim sependapat dengan hasil PKN BPK termasuk
Pemeriksa Investigatif BPK dikarenakan metode PKN yang digunakan terdapat pada
adanya indikasi penyimpangan suatu 11 kasus. Menurut dokumen putusan
pengadaan barang/jasa sudah terjadi sejak pengadilan, putusan hakim ini
penganggaran, perencanaan hingga dilatarbelakangi hasil PKN BPK telah
pelaksanaan pekerjaan sehingga harga kontrak menggambarkan bahwa perbuatan melawan
yang disepakati dengan pihak ketiga bukan hukum yang didakwakan telah memenuhi
merupakan harga wajar yang dapat unsur merugikan keuangan negara atau
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, tim perekonomian negara.
Pemeriksa Investigatif BPK menggunakan Hakim pengadilan tipikor tidak
metode Real Cost yang merupakan nilai sependapat dengan hasil PKN BPK terdapat
pekerjaan riil yang dikeluarkan oleh pihak pada satu kasus dikarenakan hakim menilai
ketiga dalam menyediakan barang/jasa kepada penggunaan metode PKN oleh tim Pemeriksa
negara sesuai kontrak yang disepakati. Investigatif BPK berupa metode Total Loss
Metode ini digunakan ketika tim Pemeriksa tidak tepat. Hal ini disebabkan hakim
Investigatif BPK dapat memperoleh pengadilan lebih menggunakan pendapat ahli
komponen biaya rill yang dikeluarkan oleh teknis lain terkait pekerjaan yang jadi obyek
pihak ketiga melalui penyidik. PKN. Pendapat ahli teknis ini
Penggunaan metode Pokok plus Bunga mengungkapkan jika pekerjaan pengadaan
oleh tim Pemeriksa Investigatif BPK untuk barang/jasa yang jadi obyek PKN sebenarnya
kasus terkait perbankan. Kasus ini banyak telah dikerjakan dan dapat dimanfaatkan
melibatkan kredit macet yang dialami oleh namun terdapat perbedaan spesifikasi dari
Bank BUMN/BUMD. Kredit macet yang yang seharusnya dikerjakan sesuai kontrak
dialami diawali adanya penyimpangan sehingga metode PKN yang digunakan
prosedur sejak tahap analisis kredit dan seharusnya menurut pendapat ahli teknis
persetujuan kredit sampai dengan tahap adalah Net Loss bukan Total Loss.
pencairan dan penggunaan kredit berdasarkan Hakim pengadilan tipikor menolak hasil
bukti yang diperoleh oleh tim Pemeriksa PKN BPK terdapat pada satu kasus
Investigatif BPK. Kondisi menyebabkan disebabkan karena selain tidak terdapat unsur
kredit macet yang dialami Bank perbuatan melawan hukum dalam kasus yang
124 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.1 | 2020
JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (1), 2020, 117-129
didakwakan oleh APH, PKN BPK juga hanya Daubert Test yang menyatakan bahwa teknik
menghitung jumlah hutang pokok, bunga dan atau metode yang disampaikan oleh ahli
denda atas kredit macet tanpa menghitung dalam pengadilan harus sudah diuji secara
agunan dari kreditur yang dijadikan jaminan ilmiah sehingga tingkat kesalahan dalam
atas hutangnya. Selain itu, tim Pemeriksa menerapkan teknik tersebut dapat ditaksir
Investigatif BPK tidak menggunakan Laporan dengan memadai atau diketahui. Berdasarkan
Hasil Audit Internal entitas yang menyatakan penerapan metode PKN yang selama ini
bahwa pemberian kredit sudah dilaksanakan digunakan Pemeriksa Investigatif BPK dan
sesuai prosedur. Hal ini menurut hakim sudah diterima di pengadilan, didapatkan pola
menjadikan unsur yang dapat merugikan PKN yang dapat dijadikan acuan dalam
keuangan negara atau perekonomian tidak menghitung kerugian negara selanjutnya
terbukti kebenarannya. seperti disajikan pada tabel 2.
Pemeriksa Investigatif BPK sendiri
mengungkapkan alasan tidak Tabel 2. Metode PKN yang dapat dijadikan
menghitung agunan kreditur dalam acuan
melakukan PKN yaitu bahwa karena Jenis Kasus Metode PKN yang
Bank selaku debitur belum melelang Korupsi dapat digunakan
agunan tersebut sejak kredit tersebut Kredit macet Pokok plus bunga
macet. Selain itu, nilai wajar aset Pengadaan Net Loss
agunan berdasarkan penghitungan barang dan
Real Cost
Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) jasa
hanya berlaku enam bulan sedangkan Penggelapan
Total Loss
penghitungan KJPP disusun pada Kas
tahun 2015 sehingga nilainya akan Penggelapan
berubah dan menimbulkan Dana Nasabah Total Loss
ketidakpastian jika aset agunan Bank
tersebut belum dilelang oleh bank
selaku debitur. Metode Pokok plus bunga dapat
Berdasarkan tren putusan hakim diterapkan untuk kasus terkait perbankan (dhi.
pengadilan kasus tipikor, dapat diketahui Kasus kredit macet). Kredit macet yang
bahwa PKN yang dilakukan BPK diterima dialami oleh Bank BUMN/BUMD diawali
oleh hakim dalam memutuskan perkara karena adanya penyimpangan prosedur sejak
korupsi dengan kondisi sebagai berikut: Kasus tahap analisis kredit dan persetujuan kredit
korupsi yang didakwakan telah memenuhi sampai dengan tahap pencairan dan
unsur perbuatan melawan hukum, dalam hal penggunaan kredit. Kondisi tersebut
ini merupakan ranah APH. Terdapat mengakibatkan perjanjian kredit yang macet
hubungan kausalitas antara perbuatan menjadi kerugian negara dengan menghitung
melawan hukum dengan kerugian negara yang jumlah kredit yang dicairkan dikurangi
ditimbulkan. PKN yang dilakukan BPK angsuran dan aset jaminan yang telah
termasuk metode yang digunakan dapat dijual/dilelang ditambah bunga yang tidak
menggambarkan kerugian keuangan negara dilunasi dan dinyatakan sebagai kredit macet.
atau perekonomian negara yang timbul akibat Metode Net Loss diterapkan untuk kasus
perbuatan tindak pidana korupsi. pengadaan barang yang terdapat
PKN yang dilakukan BPK telah penyimpangan dengan kondisi barang yang
menghitung semua unsur terkait obyek diterima oleh negara hanya dapat
pemeriksaan. Pemilihan metode PKN harus dimanfaatkan sebagian atau
dapat diuji oleh ahli teknis lainnya sehingga spesifikasi/volume barang tidak sesuai dengan
pemeriksa invetigatif BPK harus memastikan perjanjian kontrak yang disepakati. Kerugian
PKN dan metode yang digunakan telah sesuai negara untuk kasus ini dihitung antara selisih
serta mendapatkan pertimbangan ahli teknis pembayaran yang dikeluarkan oleh negara
yang kompeten. Hal ini sesuai konsep
125 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.1 | 2020
SUMARTO & YAN RAHADIAN/ Evaluasi Penerapan Metode Penghitungan Kerugian Negara Dalam Membantu
Penanganan Kasus Tindak Pidana Korupsi
investigatif BPK juga telah mengacu kepada (setelah dikurangi pajak) dibandingkan
kriteria menurut peraturan perundang- dengan nilai pengeluaran rill yang dikeluarkan
undangan yang berlaku. Konsep kerugian oleh pihak ketiga untuk menyediakan
negara ini sendiri mengacu kepada Better- barang/jasa kepada negara sesuai perjanjian
offness concept yang menyatakan bahwa kontrak yang disepakati. Metode ini dapat
kekayaan atau milik (seseorang, negara, dijadikan acuan dalam menghitung kerugian
perusahaan dan lain-lain) pada suatu titik negara karena penggunaannya telah diterima
dibandingkan kekayaan atau miliknya pada oleh hakim pengadilan tipikor melalui putusan
titik waktu sebelum atau sesudahnya. yang berkekuatan hukum tetap (inkracht).
Proses terakhir dalam PKN adalah Berdasarkan temuan penelitian, BPK
pemberian keterangan ahli yang dilakukan dapat menyempurnakan pedoman
oleh pemeriksa investigatif BPK di pemeriksaan investigatif dalam rangka
pengadilan. Berdasarkan proses pengadilan menghitung kerugian negara dengan
yang digambarkan dalam putusan pengadilan memasukan jenis metode PKN yang dapat
diketahui bahwa pemeriksa investigatif BPK digunakan dan diterima dalam pengadilan
dalam menjelaskan dan mempertahankan sebagai acuan. Metode PKN yang dijadikan
PKN termasuk metode yang digunakan telah acuan ini dengan tetap mempertimbangkan
melalui pengujian ahli lain baik ahli teknis fleksibilitas jenis kasus
terkait yang dimintakan pendapatnya saat korupsi/penyimpangan yang terjadi, kondisi
proses pemeriksaan atau ahli lain yang obyek PKN dan bukti yang diperoleh. Hal ini
dihadirkan saat proses pengadilan untuk dapat memberikan gambaran dan pedoman
memberikan pendapat mengenai PKN yang berkelanjutan bagi pemeriksa investigatif
dilakukan BPK. Hal ini sesuai Daubert Test BPK lainnya yang bisa jadi silih berganti
yang menyatakan bahwa bahwa teknik atau personel sehingga pemahaman mengenai
metode yang disampaikan oleh ahli dalam metode PKN yang digunakan dapat terus
pengadilan harus sudah diuji secara ilmiah berlanjut dan berada dalam level yang sama.
oleh ahli lainnya sehingga tingkat kesalahan Penelitian ini memiliki keterbatasan
dalam menerapkan teknik tersebut dapat berupa instrumen penelitian yang digunakan
ditaksir dengan memadai. hanya dokumen sekunder sehingga belum
Metode PKN yang digunakan menggali lebih dalam mengenai pendapat
Pemeriksa Investigatif BPK didasari pemeriksa investigatif BPK secara langsung.
pertimbangan penilaian penyimpangan yang Selain itu, dokumen putusan pengadilan yang
terjadi, ketersediaan bukti yang cukup dan digunakan hanya terbatas putusan pengadilan
tepat, serta hasil pekerjaan yang menjadi yang menggunakan PKN BPK sehingga
obyek PKN. Metode PKN yang digunakan ini pemetaan metode PKN lebih terbatas.
(Pokok plus Bunga, Total Loss, Net Loss dan Penelitian selanjutnya dapat memperluas
Real Cost) berdasarkan tren penggunaannya instrumen dan data penelitian sehingga dapat
telah mengikuti pola tertentu dan sudah menghasilkan penelitian yang lebih
diterima di pengadilan sehingga dapat komprehensif.
digunakan sebagai acuan dalam menghitung
kerugian negara yang diakibatkan kasus DAFTAR PUSTAKA
korupsi. Association of Certified Fraud Examiners
Salah satu metode PKN yang digunakan (ACFE). (2014). Fraud Examiners
BPK adalah Real Cost. Metode ini relatif baru Manual.
karena belum termasuk dalam pola PKN yang Badan Pemeriksa Keuangan. (2015).
diinventarisasi oleh Tuanakotta (2018). Keputusan BPK Nomor 9/K/I-
Metode Real Cost digunakan dengan XIII.2/12/2015 tentang Petunjuk
menghitung menghitung selisih antara dana Pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif
yang dikeluarkan oleh negara untuk dan Penghitungan Kerugian Negara.
memperoleh barang/jasa dari pihak ketiga