You are on page 1of 44

Vol xx, No xx, xxx 2020

AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Analisis Fraud Hexagon Dalam Mendeteksi Fraudulent Financial Statement Dengan Good
Corporate Governance Sebagai Moderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Bdan Usaha
Milik Negara Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perioe 2016-2021)

Safira Brilian Putri Aditya1 Indra Kusumawardhani2


1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

ABSTRACT
Received: mm-yyyy This research aims to examine and obtain empirical evidence regarding the
influence of Fraud Hexagona analysis on fraudulent financial statements. The study
Reviewed: mm-yyyy also aims to test the relationship between Fraud Hexagona and fraudulent financial
Accepted: mm-yyyy statements, with good corporate governance playing a moderating role. The
population of this study consists of State-Owned Enterprises (SOEs) from the
Published: mm-yyyy period 2016 to 2021. Purposive sampling technique is employed to select the
sample, resulting in a total of 19 companies. Logistic regression analysis is used to
(abaikan)
analyze the data obtained from the financial statements of companies listed on the
Indonesia Stock Exchange (IDX).
The findings reveal that Financial Target, Financial Stability, and Arrogance have a
significant impact on fraudulent financial statements. However, External Pressure,
Ineffective Monitoring, Rationalization, Capability, and Collusion do not influence
fraudulent financial statements. The role of Good Corporate Governance (GCG) as
a moderating variable strengthens the influence of Financial Target, Financial
Stability, External Pressure, and Ineffective Monitoring in detecting fraudulent
financial statements.
Kata Kunci: Fraud Hexagona, fraudulent financial statement, good corporate
governance.

Analisis Fraud Hexagon Dalam Mendeteksi Fraudulent Financial Statement Dengan Good Corporate
Governance Sebagai Moderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Bdan Usaha Milik Negara Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2021)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh analisis fraud hexagona
terhadap fraudulent financial statement. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Fraud Hexagona dan
fraudulent financial statement serta peran good corporate governance sebagai variabel moderasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2016-2021. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sample dalam penelitian ini ada 19 perusahaan. Metode analisis
regresi logistik digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Didapatkan hasil Financial target, Financial stability, Arrogance dapat berpengaruh terhadap Fraudulent financial
statement. Sedangkan External pressure, Ineffective monitoring, Rationalization, Capability, Collusion tidak
berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement. Peran Good Corporate Government (GCG) sebagai variabel
moderasi dapat memperkuat pengaruh antara FTGR, FSP, EXPR, INMO dalam mendeteksi Fraudulent financial
statement
Kata kunci: Fraud Hexagona; fraudulent financial statement; dan good corporate governance.
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas (PSAK 01) Laporan keuangan yang lengkap dinyatakan dalam PSAK 01 memiliki beberapa bagian

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

dari suatu laporan keuangan yang terdiri dari: 1) Laporan Posisi Keuangan; 2) Laporan Laba Rugi
Komprehensif; 3) Laporan Perubahan Ekuitas; 4) Laporan Arus Kas; 5) Catatan Atas Laporan Keuangan
berisi informasi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; 6) Laporan Posisi
Keuangan pada awal periode komparatif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan dan
reklasifikasi pos-pos laporan keuangan dan reklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya (DSAK IAI,
2020). Laporan keuangan akan dijadikan tolok ukur dalam pengambilan keputusan oleh manajemen
perusahaan dan investor. Dalam penyusunan laporan keuangan harus menyajikan laporan dengan relevan
dan akurat sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan serta membutuhkan manajemen yang memiliki
integritas yang tinggi dalam melakukan penyajian, beberapa dari penyaji laporan keuangan melakukan
penyimpangan yang disengaja maupun tidak disengaja agar mendapatkan keuntungan bagi perusahaan
atau pribadi yang substantial dan dapat mempengaruhi keputusan oleh para pemangku kepentingan
(Wungow et al., 2016).
Fraudulent financial statement (kecurangan pelaporan keuangan) berdasarkan Association Fraudulent
Financial Reporting of Certified Fraud Examiners (ACFE) yaitu kesalahpahaman yang disengaja atas
kondisi keuangan suatu perusahaan yang dicapai melalui salah saji yang disengaja atau penghilangan
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk menipu pengguna laporan keuangan.
Sedangkan berdasarkan The Treadway Commission (COSO) yaitu pelaporan keuangan yang curang
merupakan Tindakan yang disengaja baik atau kelalaian yang mengakibatkan kesesatan laporan keuangan
secara material (Sasongko & Wijayantika, 2019). Contoh kecurangan yang terjadi dalam Badan Usaha
Milik Negara yaitu pada kasus Proyek Fiktif sebagai modus tindak pidana korupsi, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) menetapkan Mantan eks Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk, Jarot Subana, mantan
Kepala Bagian Pengendalian pada divisi III PT Waskita Karya yang kini menjabat sebagai Dirut PT
Waskita Beton Precast Tbk, lalu Fakih Usman, mantan Kepala Proyek dan Kepala Bagian Pengendalian
pada Divisi III Waskita Karya sebagai tersangka kasus korupsi Proyek Fiktif (Baskoro, 2020). Kelima
tersangka tersebut telah melakukan kecurangan pada rentang tahun 2009-2015, total kerugian akibat
fenomena tersebut mencapai Rp 202 Miliar (Baskoro, 2020). Berikut ini beberapa modus yang dirangkum
oleh KPK : 1) Pengusaha membujuk Kepala Daerah mengintervensi proses pengadaan dalam rangka
memenangkan perusahaan dalam rangka menentukan harga atau nilai kontrak dan pengusaha memberikan
sejumlah uang kepada pejabat pusat maupun daerah; 2) Pengusaha mempengaruhi Kepala Daerah agar
rekanan dimenangkan dalam tender dan harga dinaikan kemudian dibagi hasilnya; 3) Kepala Daerah
memerintah bawahannya untuk mencairkan dan menggunakan dana yang tidak sesuai dengan
peruntukannya kemudian mempertanggungjawabkan pengeluaran yang dimaksud dengan menggunakan
bukti-bukti fiktif; 4) Kepala Daerah menerbitkan peraturan daerah sebagai pemberian upah pungut atau
honor dengan menggunakan dasar peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang tidak berlaku
lagi; 5) Pengusaha, Pejabat eksekutif, dan pejabat legislatif bersepakat untuk melakukan ruislag atas
pembda dan melakukan markdown atas aset pemda serta mark up atas aset pengganti dari pengusaha; 6)
Para Kepala Daerah meminta uang jasa (dibayar dimuka) kepada pemenang tender sebelum melakukan
proyek; 7) Kepala Daerah memberikan dana kepada pejabat tertentu dengan beban anggaran dengan
alasan DAU/DAK; 8) Kepala Daerah mengeluarkan dana untuk perkara pribadi dengan beban anggaran
daerah, dan beberapa point lainnya (Nasution, 2020).
Hasil survey menunjukkan bahwa fraud yang paling merugikan di Indonesia adalah Korupsi, sebanyak
167 responden atau 69.9% menyatakan bahwa Tindakan fraud yang paling merugikan Indonesia adalah
korupsi. Urutan berikutnya sebanyak 50 responden atau 20.9% menyatakan bahwa penyalahgunaan
aset/kekayaan negara dan perusahaan yang menyebabkan kerugian. Yang ketiga, sebanyak 22 responden
atau 9.2% menyatakan fraud laporan keuangan yang menyebabkan kerugian (ACFE Indonesia, 2020).

Sumber: ACFE Indonesia, 2019


Gambar 1. 1

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Fraud paling mengerikan di Indonesia

Berdasarkan Gambar 1.1, dapat dilihat bahwa Hasil survei fraud Indonesia tahun 2016 sebanyak 48.5%
responden menyatakan bahwa Lembaga yang paling dirugikan akibat fraud adalah pemerintah, yang
paling diragukan adalah perusahaan negara (BUMN) sebanyak 31.8%, diikuti perusahaan swasta 15.1%,
organisasi Lembaga nirlaba 2.9% dan lain-lain sebesar 1.7% (ACFE Indonesia, 2020).

Sumber: ACFE Indonesia, 2019


Gambar 1. 2
Jenis organisasi yang paling dirugikan
Financial statement fraud dapat terjadi karena perbuatan seseorang atas kecerdasannya dalam merangkai
pembuatan laporan keuangan, penyajian financial statement yang tidak menjalankan berdasarkan standar
akuntansi keuangan atau PSAK (Nadziliyah & Primasari, 2022). Kekeliruan yang disengaja pada
penyusunan laporan keuangan dengan cara menyembunyikan kebenaran atas pengungkapannya
merupakan unsur kesengajaan yang bersifat substantif sehingga akan berdampak pada pengambilan
keputusan oleh para pihak terkait (Suryani, 2019). Kecurangan yang terjadi pada suatu badan atau usaha
terhadap laporan keuangan dapat diidentifikasi dengan menggunakan fraud theory, fraud theory
merupakan teori yang mengulas segala hal tentang kecurangan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang menghasilkan suatu keuntungan untuk pribadi atau badan. Perkembangan fraud theory
sudah terjadi sebanyak empat kali, yaitu terdiri dari; 1) Fraud Triangle; 2) Fraud Diamond; 3) Fraud
Pentagon; 4) Fraud Hexagona. Vousinas (2019) memperkenalkan fraud hexagon dengan mengembangkan
fraud diamond dari Wolfe dan Hermanson. Vousinas menambahkan ego dan collusion, hingga elemen
fraud hexagon menjadi S.C.C.O.R.E: stimulus/incentive (pressure), capability, collusion, opportunity,
rationalization dan ego. Penambahan ego dan collusion pada elemen-elemen pemicu terjadinya fraud yang
telah ada sebelumnya oleh Vousinas sangat relevan untuk saat ini, dimana menurut Tickner & Button
(2021), fraud triangle mempunyai keterbatasan karena pengembangan fraud triangle dilakukan pada masa
dimana tenaga kerja dan metode kerja yang sangat berbeda dengan kondisi saat ini. Adanya penambahan
seperti yang disebutkan sebelumnya membuat fraud hexagon Vousinas dengan elemen S.C.C.O.R.E:
stimulus/incentive (pressure)/ stimulus, capability/kapabilitas, collusion/ kolusi, opportunity/ kesempatan,
rationalization/ rasionalisasi dan ego menjadi stimulus fraud yang complete.
Dalam mendeteksi fraud pada lampiran keaungan, salah satu faktor yang dapat memoderasi praktik
tersebut adalah Good Corporate Governance (GCG). GCG merupakan seperangkat prinsip dan praktik-
praktik yang bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan dijalankan secara transparan, bertanggung
jawabg, dan memperhatikan hak-hak para pemangku kepentingan (stakeholders). Berdasarkan hal
tersebut, penelitian ini akan meneliti pengaruh fraud hexagon terhadap fraudulent financial statement.
Dalam analisis fraud hexagona, perlu juga diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
fraud, seperti tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Misalnya, tekanan finansial yang dirasakan oleh
manajemen atau karyawan dapat memicu terjadinya fraud. Oleh karena itu selain memperkuat praktik
GCG, perusahaan juga perlu memperhatikan faktor-faktor ini untuk mencegah terjadinya fraud. Maka dari
itu, penelitian ini akan meneliti pengaruh fraud hexagon terhadap fraudulent financial statement dengan
Good Corporate Governance sebagai moderasi.
Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Bilkis et al.,(2022) “Apakah Good Corporate Governance
Memoderasi Hubungan Kecenderungan Kecurangan Manajemen Terhadap Fraudelent Financial
Statement”. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diambil judul: “ANALISIS FRAUD
HEXAGONA DALAM MENDETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT DENGAN GOOD
CORPORATE GOVERNMENT SEBAGAI MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Badan Usaha
Milik Negara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2021)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang penelitian di atas, peneliti mengidentifikasi rumusan masalah sebagai

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

berikut:
1. Apakah financial target berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement?
2. Apakah financial stability berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement?
3. Apakah external pressure berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement?
4. Apakah ineffective monitoring berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement?
5. Apakah rationalization berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement?
6. Apakah capability berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement?
7. Apakah arrogance berpengaruh dalam mendeteksi Fraudulent financial statement?
8. Apakah collusion berpengaruh dalam mendeteksi Fraudulent financial statement?
9. Apakah Good Corporate Government (GCG) memperkuat atau memperlemah dalam mendeteksi
Fraudulent financial statement?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Menemukan bukti secara empiris apakah financial target berpengaruh 8 terhadap fraudulent
financial statement
b. Menemukan bukti secara empiris apakah Financial Stability berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement
c. Menemukan bukti secara empiris apakah External Pressure berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement
d. Menemukan bukti secara empiris apakah Ineffective Monitoring berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement
e. Menemukan bukti secara empiris apakah Rationalization berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement
f. Menemukan bukti secara empiris apakah Capability berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement
g. Menemukan bukti secara empiris apakah Arrogance berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement
h. Menemukan bukti secara empiris apakah Collusion berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement Menemukan bukti secara empiris apakah Good Corporate Government (GCG) dapat
memperkuat atau memperlemah dalam mendeteksi Fraudulent financial statement
KAJIAN PUSTAKA
1) Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency Theory dikemukakan oleh Jensen & Meckling (1976). Agency theory menggambarkan bahwa
perusahaan dapat dilihat sebagai suatu hubungan kontrak (loosely defined) antara pemegang atau pemilik
saham dengan pihak operasional perusahaan. Suatu hubungan agensi terbentuk ketika satu atau lebih
individu yang disebut pelaku (principals) mempekerjakan satu atau lebih individu lain yang disebut agen
untuk melakukan semua kegiatan operasional perusahaan atas nama pelaku (principals) dalam
kapasitasnya mengambil keputusan. Principal sebagai pemilik modal atau perusahaan memiliki akses dan
ingin mengetahui informasiinformasi yang berkaitan dengan perusahaannya, sedangkan agen sebagai
pelaku riil dalam kegiatan operasional perusahaan dan tentunya mengetahui informasi berkaitan dengan
operasi dan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Keadaan seperti ini disebut sebagai asimetri informasi
(pihak manajemen memiliki informasi yang tidak diketahui oleh pemegang saham). Pihak manajemen
yang dipekerjakan oleh pemegang saham diberikan sebagian kekuasaan untuk mengambil keputusan
terbaik bagi kepentingan pemilik modal. Dalam prakteknya, teori keagenan menjelaskan akan sulit
principal mempercayai manajemen (agent) untuk selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang
saham (principal). Disinilah akan 13 timbul benturan kepentingan, dimana manajemen akan bertindak
demi kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan pemegang saham. Dari adanya benturan
kepentingan ini, timbul sifat-sifat mementingkan diri sendiri dalam diri manajemen. Manajemen akan
bertindak demi kepentingan sendiri tanpa memikirkan kepentingan principal. Hal tersebut akan
mengakibatkan timbulnya beberapa sifat yang dapat memicu terjadinya kecurangan (Aprilia, 2017).

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

2) Laporan Keuangan (Financial Statement)


Laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data
transaksi bisnis. Hasil dari laporan keuangan ini menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan
lebih jauh lagi dapat dijadikan sebagai alat ukur kinerja keuangan dari sebuah perusahaan oleh pihakpihak
yang berkepentingan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan bermanfaat
jika memenuhi unsur andal, relevan, dapat dipahami, dan dapat bandingkan dengan periode sebelumnya.
Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen kepada pihak-pihak yang berkepentingan harus bersifat
andal (reliable) dimana laporan keuangan harus disajikan secara jujur (faithful representation) agar tidak
menyesatkan pengguna laporan keuangan (Agustina & Pratomo, 2019)
3) Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement)
Kecurangan laporan keuangan merupakan tindakan yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan
untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan manipulasi data keuangan.
Tujuannya adalah untuk mendorong 13 investasi melalui penjualan saham, mendapatkan pinjaman,
mempertahankan status organisasi atau tujuan bonus bagi manajemen. Kecurangan laporan keuangan
terjadi diantaranya karena tidak adanya dewan direksi atau komite audit, kurangnya pengawasan, tidak
adanya pengendalian internal dan transaksi yang kompleks dan lain sebagainya (ACFE, 2018).
4) Fraud Hexagona

Sumber: (Yunida & Wilasittha, 2021)


Gambar 2. 1
Fraud Hexagona
Sebelum muncul fraud hexagon, untuk mendeteksi fraud mulanya menggunakan fraud triangle theory
yang ditemukan oleh Cressey (1953). Kemudian berkembang menjadi fraud diamond yang dicetuskan
oleh Wolfe & Hermanson (2004). Selanjutnya teori tersebut diperluas dengan penambahan elemen
arogansi menjadi fraud pentagon yang dikemukakan oleh Howarth (2012). Seiring perkembangan zaman
teori tersebut disempurnakan lagi oleh Vousinas (2018) dengan penambahan elemen kolusi menjadi fraud
hexagon. berikut ini elemen-elemen dari fraud hexagona :
Stimulus; Skousen et al. (2009) menjelaskan bahwa ketika kinerja perusahaan menjadi lebih rendah atau
mengalami penurunan dari rata-rata kinerja industri maka akan terjadi tekanan. keadaan ini menunjukkan
bahwa perusahaan tidak dapat memaksimalkan asetnya, juga tidak dapat menggunakan dana investasi
secara efektif. Di sisi lain para pekerja harus mencapai target yang diinginkan perusahaan. Alhasil dari
tekanan tersebut mendorong para pekerja untuk berbuat memanipulasinya (Faidah & Suwarti, 2018).
Capability; Pemanfaatan kedudukan seseorang dan kemampuan seseorang yang tepat pada suatu
perusahaan dapat mendukung adanya aksi fraud yang dapat menimbulkan kerugian. Wolfe & Hermanson
(2004) mengatakan bahwa faktor capability yang mendorong seseorang untuk berbuat fraud diantaranya:
jabatan yang ia miliki diperusahaan tersebut, kecerdasan yang ia miliki, kepercayaan yang telah diberikan,
kecakapan yang ia miliki maka ia terpaksa untuk bertindak fraud, sebagai perlindungan dari tekanan.
Collusion; mengacu pada sikap dan perilaku ketidakjujuran antara dua orang atau lebih dengan mencapai
kesepakatan maupun perjanjian tertentu. Kolusi antara karyawan perusahaan, kelompok individu di
berbagai perusahaan, dan antar perusahaan pada waktu yang sama (Vousinas, 2018). Terjadinya perilaku
kolusi di suatu perusahaan dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan koneksi yang dimiliki oleh pejabat
perusahaan (Shleifer & Vishny, 1994).
Opportunity; mulai terlihat ketika terjadi kelemahan sistem pengendalian internal di suatu perusahaan.
Menurut Sabrina et al. (2020) keadaan manajemen yang 15 mendorong adanya peluang untuk melakukan
salah saji terhadap laporan keuangan. Lemah-nya pengendalian internal, buruknya pengawasan
manajemen, pemanfaatan posisi jabatan menyebabkan timbulnya peluang untuk bertindak fraud.
Rationalization; tindakan mengizinkan individu dalam melaksanakan fraud serta berpendapat bahwa
perbuatan tersebut benar. Berbagai cara yang dilakukan manajer untuk tindakan fraud dapat berupa
memanajemen laba. Terkadang auditor eksternal mentoleransi adanya manajemen laba, maka auditor

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

eksternal harus teliti dan berhati-hati dalam mengidentifikasi serta mempertimbangkan apa saja resiko
yang akan terjadi sebelum auditor memberikan keputusan untuk menyampaikan opininya (Aprilia, 2017).
Cahyanti (2020) menjelaskan bahwa elemen ego sering terjadi pada individu yang karirnya di posisi
teratas sehingga memunculkan sifat congkak kepada orang lain. Semakin tinggi sifat ego di suatu
perusahaan dapat memicu timbulnya fraud karena wewenang, jabatan dan kekuasaan yang dimiliki dapat
mendorong individu berbuat segala macam cara untuk mempertahankan posisinya.
5) Good Corporate Government (GCG)
FCGI (2003) menyatakan bahwa setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, respon
sibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepenting- an. Berikut ini adalah penjelasan
masing- masing asas GCG yang dikemukakan oleh FCGI 16 (2003).
a) Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menja- lankan bisnis, perusahaan harus menyedia- kan informasi yang
material dan relevan yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
berinisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal penting bagi pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan.
b) Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggung-jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu
perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akunta-
bilitasmerupakanprasyaratyangdiperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinam- bungan.
c) Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan
mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
d) Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak
dapat diintervensi oleh pihak lain.
e) Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan
asas kesetaraan dan kewajaran.
Pengembangan Hipotesa
1) Pengaruh Financial Target terhadap Fraudulent Financial Statement
Pengaruh Financial Target terhadap Fraudulent Financial Statement Financial target (target keuangan)
merupakan sasaran keuangan yang harus dicapai oleh perusahaan. Berdasarkan teori keagenan (Jensen &
Meckling, 1976), financial target merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan manajemen
melakukan kecurangan, kaitannya dalam hal ini yaitu pada keinginan manajemen untuk mendapatkan
bonus atas hasil kerja mereka dalam memenuhi target finansial yang biasanya berupa laba.
Return on asset (ROA) biasanya digunakan untuk mengukur perkembangan perusahaan dalam
menghasilkan laba pada masa lalu yang kemudian diproyeksikan ke masa mendatang tujuannya adalah
melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. Jadi dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi ROA yang ditargetkan perusahaan maka semakin rentan manajemen untuk
melakukan manipulasi laba yang merupakan salah satu dari bentuk kecurangan laporan keuangan.
Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Suhartinah et al. (2018) yang meneliti mengenai
Determinant Financial Statement Fraud: Perspective Theory Of Fraud Diamond. Penelitian yang
melakukan study empiris pada perusahaan sektor perbankan di Indonesia Tahun 2011-2015 menyatakan
bahwa financial targets berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Surjaatmaja (2018) yang meneliti mengenai Detecting Fraudulent

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Financial Statement Using Fraud Triangle: Capability as Moderating Variable. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa financial targets berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud.
Senada dengan kedua penelitian di atas penelitian yang dilakukan oleh Nisa et al. (2019) juga menyatakan
bahwa berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Berdasarkan uraian diatas diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Financial target berpengaruh terhadap fraudulent financial statement.
2) Pengaruh Financial Stability Terhadap Fraudulent Financial Statement
Teori agensi menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal. Sehingga
ketika kondisi keuangan perusahaan tidak stabil atau menurun, situasi tersebut akan mendorong agen
untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. SAS No.99 menjelaskan bahwa ketika stabilitas
keuangan perusahaan terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi, maka
manajemen akan menghadapi tekanan untuk melakukan tindakan kecurangan yaitu dengan manipulasi
laporan keuangan yang berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
semakin rendah perubahan total asset maka kemungkinan kecurangan laporan keuangan pada perusahaan
semakin tinggi.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari & Solikhah (2019) yang menyatakan
bahwa stabilitas keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Penelitian sejenis dilakukan oleh Nisa et al. (2019) menyatakan bahwa financial stability berpengaruh
terhadap fraudulent financial statement. Semakin rendah tingkat pertumbuhan aset suatu perusahaan dapat
mendorong terjadinya fraudulent financial statement. Senada dengan kedua penelitian di atas penelitian
yang dilakukan oleh Aprilia (2017) juga menyatakan bahwa stabilitas keuangan berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas diajukan hipotesis sebagai berikut:
H2: Financial Stability berpengaruh terhadap Fraudulent Financial Statement
3) Pengaruh External Pressure Terhadap Fraudulent Financial Statement
Salah satu tekanan yang dialami manajemen perusahaan yaitu kebutuhan untuk mendapatkan tambahan
utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif (Skousen et al., 2009). Kondisi tersebut
akan menjadi tekanan bagi pihak manajemen untuk menampilkan laporan keuangan yang terbaik dengan
tujuan agar meyakinkan pihak eksternal bahwa perusahaan mampu mengembalikan pinjaman yang telah
diberikan. Salah satu pengukuran yang dilakukan oleh pihak eksternal dalam menilai kemampuan
perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yaitu menggunakan rasio leverage. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi rasio leverage pada perusahaan maka kemungkinan kecurangan laporan keuangan
pada perusahaan semakin tinggi.
Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Tiffany & Marfuah (2015) yang meneliti mengenai
deteksi financial statement fraud dengan analisis fraud triangle pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di bursa efek Indonesia. Penelitian tersebut menyatakan bahwa external pressure berpengaruh positif
signifikan terhadap financial statement fraud. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Faidah & Suwarti
(2018) menyatakan bahwa external pressure (LEV) berpengaruh negatif terhadap financial statement fraud
Senada dengan kedua penelitian diatas, penelitian yang dilakukan oleh Zulfa & Bayagub (2018) juga
menyatakan bahwa external pressure berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Berdasarkan
uraian diatas diajukan hipotesis sebagai berikut:
H3: External Pressure berpengaruh terhadap Fraudulent Financial Statement

4) Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Fraudulent Financial Statement


Pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris independen diindikasikan mampu meningkatkan
pengawasan internal dalam perusahaan sehingga mampu meminimalkan manajemen untuk melakukan
tindakan kecurangan. Hal tersebut dikarenakan dewan komisaris independen merupakan pemonitor yang
tidak memiliki hubungan kerabat, teman atau saudara pada perusahaan, sehingga independensinya tetap
terjaga (Vivianita & Indudewi, 2019). Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi proporsi dewan
komisaris independen dalam perusahaan maka semakin tinggi pengawasan internal terhadap kinerja

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

manajemen sehingga peluang terjadinya kecurangan laporan keuangan akan semakin rendah.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suhartinah et al. (2018) menyatakan bahwa
ineffective monitoring berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud. Hasil peneliti
lain yaitu Surjaatmaja (2018) menyatakan bahwa ineffective monitoring berpengaruh positif signifikan
terhadap financial statement fraud. Berdasarkan uraian diatas diajukan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Ineffective Monitoring berpengaruh terhadap Fraudulent Financial Statement
5) Pengaruh Rationalization Terhadap Fraudulent Financial Statement
Pergantian auditor yang dilakukan perusahaan juga dapat dianggap sebagai suatu bentuk untuk
menghilangkan jejak kecurangan (fraud trail) yang ditemukan oleh auditor sebelumnya (Tessa & Harto,
2016). Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan pergantian auditor maka
semakin tinggi kemungkinan perusahaan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan, tindakan
tersebut dilakukan dengan alasan untuk mencari pembenaran agar praktik kecurangan dalam perusahaan
tidak terdeteksi.
Hal ini juga didukung penelitian dilakukan oleh Wahyuni & Budiwitjaksono (2017) yang meneliti
mengenai Fraud Triangle Sebagai Pendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa pergantian auditor berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud.
Penelitian 72 sejenis dilakukan oleh Saputra & Kesumaningrum (2017) yang meneliti mengenai Analisis
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Reporting Dengan Perspektif Fraud Pentagon
Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015. Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa auditor change berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting.
Berdasarkan uraian diatas diajukan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Auditor Change berpengaruh terhadap Fraudulent Financial Statement
6) Pengaruh Capability Terhadap Fraudulent Financial Statement
Teori agensi yang menjelaskan bahwa dewan direksi sebagai agen memiliki kepentingan pribadi untuk
mendapatkan kesejahteraan mereka sendiri, sehingga hal tersebut menyebabkan kinerja dewan direksi
tidak sesuai dengan harapan prinsipal. Dengan demikian, perusahaan perlu melakukan pergantian direksi
untuk mengurangi adanya konflik agensi yang terjadi antara agen dengan prinsipal. Upaya perusahaan
melakukan pergantian direksi yaitu bertujuan untuk menyembunyikan kecurangan yang telah dilakukan
perusahaan dengan cara menyingkirkan direksi yang dianggap lebih memahami kondisi perusahaan
tersebut. Selain itu pergantian direksi juga bisa dimaksudkan untuk kepentingan politik tertentu untuk
menggantikan jajaran direksi sebelumnya (Tessa & Harto, 2016). Jadi, dapat disimpulkan bahwa apabila
semakin sering perusahaan melakukan pergantian direksi maka mengindikasikan bahwa peluang untuk
melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan juga semakin tinggi.
Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Sasongko & Wijayantika (2019) yang menyatakan
bahwa change of CEO berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Penelitian sejenis juga
dilakukan oleh Zulfa & Bayagub (2018) yang menyatakan bahwa perubahan direksi berpengaruh terhadap
fraudulent financial reporting. Selaras dengan kedua penelitian di atas penelitian yang dilakukan oleh Nisa
et al. (2019) juga menyatakan bahwa perubahan direksi berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement. Berdasarkan uraian diatas diajukan hipotesis sebagai berikut:
H6 : Change of Directors berpengaruh terhadap Fraudulent Financial Statement
7) Pengaruh Arrogance Terhadap Fraudulent Financial Statement
Francis & Krishnan (1999) dan Vermeer et al. (2006) berpendapat bahwa prinsip akrual berhubungan
dengan pengambilan keputusan manajemen dan memberikan wawasan terhadap rasionalisasi dalam
pelaporan keuangan. Menurut Skousen et al. (2009) variabel rasio total akrual dapat digunakan untuk
menggambarkan rasionalisasi terkait dengan penggunaan prinsip akrual oleh manajemen. Total akrual
dikalkulasikan sebagai perubahan aset lancar dikurangi perubahan kas, dikurangi perubahan kewajiban
lancar ditambah perubahan utang jangka pendek dikurangi beban depresiasi dan amortisasi dikurangi
pajak penghasilan yang ditangguhkan ditambah modal, berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini
mengajukan hipotesis sebagai berikut :

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

H7 : Apakah arrogance berpengaruh dalam mendeteksi financial statement.


8) Pengaruh Collusion terhadap Fraudulent Financial Statement
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kolusi merupakan kerjasama rahasia untuk maksud tidak
baik. Misalnya, adanya kesepakatan antara atasan dengan bawahan untuk melakukan pencurian sejumlah
uang, hal ini menyebablan tinggina potensi untuk terjadinya kecurangan. Menurut Vousinas (2019) kolusi
merujuk pada perjanjian menipu atau kompak antara beberapa individu, untuk kemampuannya mengambil
keuntungan dari posisi orang lain atau memanfaatkan korban. Kolusi secara tidak sengaja dapat pula
menjadi pengembang fraud yang ada pada perusahaan (Desviana et al., 2020). Kolusi memainkan peran
penting dalam fraud laporan keuangan. Ketika kolusi itu meningkat, maka potensi terjadinya kecurangan
juga akan semakin tinggi. Menurut Alfarisi (2010) perilaku kolusi yang dimiliki oleh suatu pasar dapat
juga ditelusuri melalui kinerja pasar, tingkat keuntungan yang diperoleh, atau Price-Cost Margin (PCM)
yang dimiliki pasar tersebut. Menurut Martin (2002) dalam Alfarisi (2010), suatu pasar yang memiliki
tingkat konsentrasi yang tinggi yaitu persentase pangsa pasar yang dikuasai oleh perusahaan industry
terhadap pangsa pasar total yang tinggi dan tingkat keuntungan yang tinggi, dapat menandakan bahwa di
dalam pasar tersebut terjadi perilaku kolusi (market power theory) atau semata-mata perusahaan-
perusahaan di dalam pasar tersebut memiliki tingkat efisiensi yag tinggi (efficiency hypothesis), sehingga
dapat menetapkan harga jauh di atas biaya marginal.
Kinerja pasar merupakan pengaruh dari struktur dan perilaku di pasar, dimana kinerja pasar meliputi laba,
inovasi dan efisiensi. Inovasi perusahaan dan 75 efisiensi memberikan insentif kepada perusahaan untuk
mendapatkan posisi atau share di pasar melalui biaya yang lebih rendah, sehingga harga dapat bersaing.
Dengan konsentrasi yang tinggi memungkinkan terjadinya praktik kolusi untuk menetapkan harga,
sehingga pelaku pasar yang mempunyai konsentrasi yang tinggi, akan cenderung memperoleh tingkat
keuntungan yang besar. Kebijakan pemerintah yang cenderung melindungi perusahaan 75ndustry dapat
mendorong 75ndustry yang memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menghasilkan tingkat
keuntungan yang tinggi (Assauri, 2008). Semakin besar rasio kinerja pasar yang dihasilkan perusahaan
maka akan meningkatkan konsentrasi yang tinggi sehingga kecurangan laporan keuangan juga semakin
meningkat. Pernyataan ini didukung oleh penelitian (Sari & Nugroho, 2021); Desviana et al. (2020) yang
menyatakan bahwa kolusi berpengaruh positif terhadap fraud laporan keuangan.
H8 : Collusion berpengaruh terhadap Fraudulent Financial Statement
9) Pengaruh Good Corporate Government (GCG) dalam memperkuat atau memperlemah Fraudulent
financial statement
Corporate governance didefinisikan sebagai suatu rangkaian terstruktur dan sistematis pada tiap kegiatan
perusahaan yang dilakukan untuk peningkatkan nilaiperusahaan yang lebih baik (Muhyi & Suratno, 2021).
Corporate governance yang baik tentunya harus terhindar dari kecurangan. Dalam hal ini, maka perlu
peran serta dari good corporate governance seperti komite audit untuk mengawasi kegiatan perusahaan.
Adapun banyaknya komite audit menjadi proksi GCG dalam upaya meminimalisir kecenderungan
kecurangan yang dilakukan manajemen. Proksi ini telah digunakan pada beberapa penelitian sebelumnya
seperti Zulfa & Tanusdjaja (2022) dan Sugita (2018). Proksi ini dipilih karena dengan banyaknya jumlah
anggota komite audit maka tingkat pengawasan juga akan dianggap semakin ketat. H9 : Good Corporate
Government (GCG) memperkuat dalam mendeteksi Fraudulent financial statement
METODE PENELITIAN
1) Rancangan Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang indikator utamanya memakai
angka yang terdapat dalam variabel penelitian guna menanggapi problematika yang ada dalam penelitian.
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah metode penelitian yang dipakai guna meneliti sampel ataupun
populasi tertentu serta analisis data yang bersifat statistik yang digunakan guna menguji hipotesis
(Sugiyono, 2017). Di dalam penelitian ini dimaksudkan guna mengetahui bagaimana hubungan antara
financial targets, financial stability, external pressure, nature of industry, ineffective monitoring,
rationalization, capability, arrogance serta collusion dalam mendeteksi apakah perusahaan yang listed di

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tahun 2016-2021 terdeteksi melakukan fraud laporan keuangan.
2) Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah kumpulan seluruh individu, objek, atau kejadian yang memiliki
karakteristik yang sama dan relevan dengan tujuan penelitian. Populasi bias berupa kelompok manusia,
hewan, objek, perusahaan, atau lainnya. Sampel dalam penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih
atau diambil untuk dijadikan objek penelitian. Sampel harus diambil secara 78 representative sehingga
dapat mempresentasikan karakteristik yang dimiliki oleh populasi secara keseluruhan.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti simple random sampling
(pengambilan sampel acak seaderhana), stratified random sampling (pengambilan sampel acak sederhana),
cluster sampling (pengambilan sampel berdasarkann klaster atau kelompok), dan systematic sampling
(pengambilan sampek dengan jarak sistematis). Dengan mempertimbangkan kriteria tertentu yang sudah
ditentukan. Kriteria tersebut yaitu; (1) Perusahaan BUMN yang terdaftar perhitungan pada tahun 2016-
2021 secara berturut-turut; (2) Perusahaan BUMN yang menerbitkan laporan tahunan pada website
perusahaan ataupun website BEI selama tahun 2016-2021 secara lengkap; (3) Perusahaan BUMN yang
menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah; (4) Perusahaan BUMN yang menyajikan data-
data yang berhubungan dengan variabel penelitian selama tahun 2016-2021.
Untuk memudahkan penelitian ini peneliti menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service
Solution) versi 21 untuk menganalisis data. Kemudian setelah data telah terkumpul maka dilakukan
analisis data dengan menggunakan metode analisis regresi logistic (logistic regression analysis).
3) Variabel dan Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau bergantung pada variabel lain dalam
penelitian. Varibel dependen biasanya diukur 79 atau diamati dalam penelitian untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini, yang menjadi variabel
dependen adalah fraudulent financial statement, yang diukur menggunakan Beneish M-Score.
b. Fraudulent Financial Statement
Fraudulent financial statement adalah laporan keaungan yang disengaja dimanipulasi atau dipalsukan oleh
pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan, seperti manajemen perusahaan, akuntan, atau
pihak lain yang bertangung jawab dalam menyajikan informasi keuangan perusahaan. Menurut Beneish
(1999) terdapat 8 variabel yang signifikan guna mendeteksi terdapatnya fraudulent financial, dimana
variabel-variabel tersebut adalah :
a) Days Sales in Receivables Index (DSRI)
Days Sales in Receivables Index dapat mengukur rata-rata yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
mengumpulkan piutang dari pelanggan. DSRI dihitung dengan cara membagi piutang dengan rata-rata
penjualan per hari. Semakin tinggi DSRI, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan
untuk mengumpulkan piutang, dan semakin rendah likuiditas perusahaan. Dalam model Beneish M-Score,
semakin tinggi DSRI, semakin tinggi skor MScore dan semakin besar adanya manipulasi laba dalam
laporan keuangan.
b) Gross Margin Index (GMI)
Gross Margin Index (GMI) dapat mengukur presentase margin laba kotor perusahaan dalam periode
tertentu. GMI dihitung dengan cara membagi laba 80 kotor dengan penjualan bersih. Semakin tinggi GMI,
semakin tinggi presentase margin laba kotor perusahaan.
c) Asset Quality Index (AQI)
Asset Quality Index (AQI) adalah salah satu indicator keuangan yang digunakan untuk menilai kualitas
asset perusahaaan. AQI mengukur propose dari asset yang dianggap tidak berkualitas atau berisiko tinggi,
seperti piutang yang tidak tertagih atau persedaian yang kadaluwarsa, terhadap total asset perusahaan, AQI
sering digunakan sebagai indikator kesehatan keuangan perusahaan, terutama pada sektor perbankan dan
keuangan.
d) Sales Growth Index (SGI)

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Sales Growth Index (SGI) adalah salah satu indicator keuangan yang digunakan untuk mengukur
pertumbuhan penjualan perusahaan dari satu period eke periode lainnya, SGI dapat memberikan gambaran
tentang performa perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan pendapatan di masa depan.
e) Depreciation Index (DEPI)
Depreciation Index (DEPI) adalah salah satu indicator keuangan yang digunakan untuk mengukr seberapa
banyak asset tetap perusahaan telah dikurangi atau didepresiasikan pada laporan keuangan, analisis ini
biasanya digunakan untuk menilai kebijakan akuntansi dalam mengelola asset tetap dan mengevaluasi
risiko perusahaan dalam hal penurunan nilai asset tetap.
f) Sales General and Administrative Expenses Index (SGAI)
Sales General and Administrative Expenses Index (SGAI) adalah indicator keuangan yang digunakan
untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam mengelola biaya umum dan administrative dalam
hubungannya dengan pendapatan atau penjualan.
g) Leverage Index (LVGI)
Leverage Index (LVGI) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage atau
penggunaan utang oleh perusahaan dalam melakukan investasi, indicator ini menggabungkan rasio utang
terhadap ekuitas dan rasio utang terhadap total asset untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang penggunaan utang oleh perusahaan.
h) Total Accruals to Total Assets (TATA)
Total Accruals to Total Assets (TATA) adalah salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk
mengevaluasi kualitas laba suatu perusahaan, rasio ini mengukur seberapa besar perubahan dalam akun
accruals, yaitu perubahan dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang belum direalisasikan dalam
laporan keuangan, dibandingkan dengan total asset yang dimiliki oleh perusahaan.

Selanjutnya setiap variabel juga dibandingkan statusnya dengan menggunakan parameter indeks sebagai
berikut:
Index Non Manipulator Grey Manipulator
DSRI ≤ 1.031 1.031 < Index < 1.465 ≥ 1.465
GMI ≤ 1.014 1.014 < Index < 1.193 ≥ 1.193
AQI ≤ 1.039 1.039 < Index < 1.254 ≥ 1.254
SGI ≤ 1.134 1.134 < Index < 1.607 ≥ 1.607
SDEPI ≤ 1.001 1.001 < Index < 1.077 ≥ 1.077
SGAI ≤ 1.001 1.001 < Index < 1.041 ≥ 1.041
LVGI ≤ 1.037 1.037 < Index < 1.111 ≥ 1.111
TATA ≤ 0.018 0.018 < Index < 0.031 ≥ 0.031

Setelah 8 rasio keuangan diatas dihitung, selanjutnya dibuat rumus matematika pada model Beneish M-
Score : -4,84 + 0.920 × DSRI + 0.528 × GMI + 0.404 × AQI + 0.892 ×SGI + 0.115 × DEPI – 0.172 ×
SGAI – 0.327 × LVGI + 4.697 × TATA.
Hal ini berarti jika nilai M-Score yang didapat dari perhitungan diatas ≥ -2,22 sehingga bisa diindikasikan
bahwa perusahaan sedang terdeteksi melaksanakan fraud, sedangkan apabila diperoleh angka ≤ -2,22
maka dapat diindikasikan bahwa perusahaan tersebut tidak melakukan fraud (Beneish et al., 2013).
Kecurangan dalam pelaporan keuangan diukur menggunakan variabel dummy dengan ketentuan apabila
perusahaan tergolong melakukan tindakan kecurangan atau manipulasi bisa ditulis dengan angka “1”
sedangkan sebaliknya jika tidak tergolong melakukan tindakan kecurangan ditulis angka “0”.
c. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel dalam penelitian yang diduga mempengaruhi variabel dependen.
Dalam penelitian, variabel independent sering kali dimanipulasi oleh peneliti untuk melihat pengaruhnya
terhadap variabel dependen. Variabel independent juga dikenal sebagai penjelas, karena digunakan untuk
menjelaskan perubahan pada variabel dependen.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

a) Financial Target
Financial Target merupakan resiko yang diakibatkan karena adanya suatu pressure yang terlalu banyak
dari pihak eksternal kepada manajemen agar meraih target keuangan. Berdasarkan penelitian dari
(Skousen et al., 2009) menerangkan jika return on asset (ROA) dapat digunakan untuk menilai kinerja dari
seorang manajemen serta penentuan peningkatan upah, bonus ataupun insentif. Return on Asset (ROA)
dapat digunakan untuk memproyeksikan Financial Target (FTGR) yang bisa dihitung memakai formula
sebagai berikut :

FTGR : Laba setelah pajak : Total asset


b) Financial Stability
Financial Stability ialah keadaan keuangan suatu perusahaan yang sedang dalam kondisi yang stabil
(Skousen et al., 2009). ACHANGE atau yang dikenal dengan pertumbuhan aset dapat digunakan untuk
memproyeksikan Financial 85 Stability yang bisa dihitung memakai formula sebagai berikut :

c) External Pressure
Externall Pressure ialah suatu tekanan berlebihan yang bisa mengakibatkan seorang manajemen
memungkinkan untuk mengaplikasikan tindakan kecurangan karna terdapatnya tuntutan yang diberikan
oleh pihak luar ataupun pihak ketiga. Rasio leverage dapat digunakan untuk memproksikan Externall
Pressure (EXPR) yang dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
EXPR : Total Liability : Total Asset
d) Ineffective Monitoring
Ineffective Monitoring ialah suatu pengawasan kurang efektif didalam perusahaan yang bisa memberikan
kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan. Ineffective Monitoring (INMO) bisa dihitung dengan
proporsi dewan komisaris independen yaitu :
INMO : ! "#$%& .)#/0%1/0 !"#$%& .)#/0%1/0
e) Rationalization
Rationalization adalah sebuah sikap pembelaan yang terdapat didalam benak seorang manajemen pada
saat perbuatan fraud telah terjadi. Rationalization 86 dalam penelitian ini diproksikan dengan
menggunakan variabel dummy dimana bila ada sebuah pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) di dalam
suatu perusahaan maka akan diberi angka 1, dan sebaliknya bila terdapat pergantian Kantor Akuntan
Publik (KAP) maka akan diberi angka 0 (Damayani et al., 2019).
f) Capability
Capability bisa menunjukkan seberapa besar kapasitas ataupun keahlian yang dipunyai oleh seseorang
sehingga bisa melakukan tindakan tidak jujur di dalam area perusahaan. Capability bisa dihitung dengan
memakai variabel dummy yang diproksikan dengan change in directors. Dimana bila suatu perusahaan
mengalami pergantian susunan direksi dapat diberikan angka 1, sedangkan bila tidak ada pergantian
susunan direksi maka akan diberi angka 0 (Rusmana & Tanjung, 2020).
g) Arrogance
Arrogance adalah perilaku superioritas ataupun keegoisan dari seseorang yang percaya jika aturan tidak
berlaku secara individu. Arrogance diproksikan dengan jumlah gambar CEO yang ada dalam annual
report (Tessa & Harto, 2016)
h) Collusion
Vousinas (2019) menerangkan jika kolusi berkaitan dengan perjanjian yang membuat satu pihak akan
merasa tertipu, hal ini dikarenakan salah satu pihak akan berusaha melakukan perbuatan secara curang
atas hak yang dimiliki kepada pihak ketiga. Collusion (COLL) diproksikan dengan menggunakan variabel
dummy, dimana bila suatu perusahaan menjalin kolusi dengan proyek pemerintah maka diberi angka 1,
dan jika perusahaan tidak menjalin hubungan dengan proyek pemerintah maka diberi angka 0 (Sari &
Nugroho, 2021).
d. Variabel Moderasi

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Variabel moderasi adalah variabel yang mempengaruhi kekuatan atau arah hubungan antara variabel
independent dan variabel dependen. Dalam penelitian, variabel moderasi digunakan untuk mengevaluasi
apakah hubungan antara variabel independent dan dependen lebih kuat atau lebih lemah pada nilai tertentu
dari variabel moderasi. Dalam penelitian ini, variabel moderasi adalah Good Corporate Governance
(GCG).
a) Good Corporate
Governance (GCG) Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang
baik dan bertanggung jawab terhadap seluruh stakeholder perusahaan, seperti pemegang saham,
karyawan, pelanggan, dan masyarakat secara umum. Beberapa bentuk untuk penerapan GCG perusahaan
antara lain, menjalankan proses pengambilan keputusan yang transparan dan adil, menjaga integritas
perusahaan dan karyawan, mencegah dan menangani konflik kepentingan, memberikan laporan keuangan
dan informasi lain yang akurat dan teapt waktu, serta melaksanakan kegiatan bisnis yang ramah
lingkungan dan social. GCG dapat dihitung menggunakan audit comitte, yaitu komite audit sama dengan
jumlah komite audit.
4) Teknik Pengumpulan
Data Teknik pengumpulan data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan
sebagai bukti yang meyakinkan untuk menarik kesimpulan penelitian. Penelitian ini menggunakan jenis
data dokumenter yaitu berupa jurnal penelitian terdahulu, literatur, dan laporan keuangan perusahaan.
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh
secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Sumber data ini
adalah laporan keuangan tahunan yang dapat diunduh dari website Bursa Efek Indonesia. sekunder
berurutan dari waktu ke waktu (periode tahun). Data time series dalam penelitian ini yaitu selama 5 tahun
periode 2016-2021.
5) Teknik Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi logistik
(logistic regression) dengan bantuan program IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi
20.
a. Analisis Statistik Deskriptif
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi logistik
(logistic regression) dengan bantuan program IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi
20.
b. Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik merupakan model prediksi yang variabel dependennya berskala dikotomi atau
mempunyai skala data nominal dengan dua kategori atau lebih seperti ya atau tidak. Dalam penelitian ini
variabel dependen yang bersifat dummy yaitu perusahaan dengan kategori fraud dan non-fraud, dan
variabel independen terdiri dari variabel kontinyu (data metrik) dan variabel kategorial (data non-metrik),
sehingga tidak dapat menguji asumsi multivariate normal distribution. Dalam analisis ini juga tidak lagi
melakukan uji normalitas, uji asumsi klasik, dan uji heteroskedastisitas untuk masing-masing variabel
independen (Ghozali, 2011).
𝑌 = +𝛽1𝑋1a1+𝛽2𝑋2a2+𝛽3𝑋3a3+𝛽4𝑋4a4+𝛽5𝑋5a5+𝛽6𝑋6a6+𝛽7𝑋7a7+ 𝛽8𝑋8a8+𝜀
Keterangan:
Y = Dependent variable (Financial statement fraud)
X1 = Independent variable (financial targets)
X2 = Independent variable (financial stability)
X3 = Independent variable (external pressure)
X4 = Independent variable (ineffective monitoring)
X5 = Independent variable (rationalization)
X6 = Independent variable (capability)
X7 = Independent variable (arrogance)

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

X8 = Independent variable (collusion)


Z = Moderasi variable (Good Corporate Governance)
c. Uji Kelayakan Model Regresi (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji validitas model regresi apakah semua variabel independen yang
dimasukan dalam model layak atau tidak (Ghozali, 2013). Toleransi yang ditetapkan dalam penelitian ini
adalah 5% (α = 0,05) dengan batasan: a. Jika tingkat signifikansi F < 0,05 maka model ini dapat dikatakan
layak. b. Jika tingkat signifikansi F > 0,05 maka model ini tidak dapat dikatakan layak
d. Keseluruhan Model Regresi (Overall Model Fit Test)
Kelayakan model secara keseluruhan dinilai berdasarkan Log Likelihood. Likelihood (L) merupakan
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input dengan Likelihood (L)
ditransformasikan menjadi -2 Log L (Widarjono, 2015). Pengaruh dari seluruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan dapat dilihat dari nilai statistik -2 log likelihood atau nilai
signifikansi. Jika nilai statistik - 2 log likelihood (chi-square hitung) lebih besar dari chi-square tabel atau
nilai signifikansi kurang dari alpha (α), maka terdapat pengaruh simultan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Hal ini berlaku sebaliknya, jika nilai statistik -2 log likelihood (chi-square
hitung) kurang dari chi-square table atau nilai signifikansi lebih dari alpha (α), maka tidak terdapat
pengaruh simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Widarjono, 2015).
e. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien
determinasi untuk data silang relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang
tinggi. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah setiap tambahan satu variabel
independent, R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan nilai adjusted R2 pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan kedalam model. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai
negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. secara matematis, jika nilai R2 = 1, maka
Adjusted R2 = R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1 – k)/(n – k). Jika k > 1, maka
adjusted R2 akan bernilai negatif (Ghozali, 2018).

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN


1. Deskripsi Data
1) Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2016-2021 dengan pencarian data secara daring melalui
website www.idx.com (BEI, 2023). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling, yang bertujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai.

No Kriteria Jumlah
Pemilihan
Sampel
1 Populasi 27

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

yang
terdaftar
pada Bursa
Efek
Indonesia
(BEI) selama
tahun 2016-
2021
Perusahaan
BUMN yang
terdaftar
perhitungan
2 pada tahun (7)
2016-2021
secara
berturut-turut
Perusahaan
BUMN yang
menerbitkan
laporan
3 (1)
keuangan
dalam mata
uang
rupiah
Perusahaan
BUMN yang
menyajikan
data-data
yang
4 berhubungan 19
dengan
variabel
penelitian
selama tahun
20162021
Perusahaan yang terpilih 19
sebagai sampel
Jumlah data observasi (19
Perusahaan x 6 tahun 114
pengamatan)
2) Analisis M-Score
Dalam analisis data ini menggunakan pengukuran indeks dari data keuangan laporan
keuangan perusahaan yang menjadi sampel. Indeks dalam Beneish M-Score terdiri dari
delapan (8) rasio keuangan, yang meliputi Days Sales Receivables Index (DSRI), Gross
Margin Index (GMI), Asset Quality Index (AQI), Sales Growth Index (SGI), Depreciation
Index (DEPI), Sales and General Administrative Index (SGAI), Leverage Index (LVGI), dan

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Total Accrual to Total Assets (TATA). Hasil perhitungan delapan (8) rasio indeks tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4. 2
Hasil Perhitungan Rasio Index Tahun 2016

Sumber: Data diolah


Dalam hasil perhitungan menggunakan delapan variabel dari Beneish MScore pada tahun
2016 yang telah dibandingkan dengan indeks parameter memperoleh hasil seperti tabel diatas.
Pada tahun 2016 ada 13 (tiga belas) perusahaan yang terdeteksi melakukan kecurangan laporan
keuangan atau memanipulasi labanya. Pertama ada BBNI yang terdeteksi melakukan
kecurangan pada nilai akrualnya (TATA), kedua BMRI terdeteksi melakukan manipulasi pada
nilai akrualnya (TATA), ketiga BBRI terdeteksi melakukan manipulasi pada laba kotornya
(GMI), pada kualitias asetnya (AQI), dan pada nilai akrualnya (TATA), keempat PP pada nilai
akrualnya (TATA), kedua BMRI terdeteksi melakukan manipulasi pada nilai akrualnya
(TATA), ketiga BBRI terdeteksi melakukan manipulasi pada laba kotornya (GMI), pada
kualitias asetnya (AQI), dan pada nilai akrualnya (TATA), keempat PP terdeteksi melakukan
manipulasi pada laba kotornya (GMI), kelima SMGR terdeteksi melakukan kecurangan pada
kualitas asetnya (AQI), keenam BBTN terdeteksi melakukan manipulasi pada depresiasi

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

asenya (DEPI), ketujuh WIKA terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan
membayar utang yang tinggi (LEVI), kedelapan ANTM terdeteksi melakukan manipulasi pada
depresiasi asetnya (DEPI), kesembilan SMBR terdeteksi melakukan kecurangan pada hasil
piutang atas penjualan (DSRI) dan pada kualitas asetnya (AQI), kesepuluh KAEF terdeteksi
melakukan kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI), kesebelas INAF
terdeteksi melakukan manipulasi pada laba kotornya (GMI), keduabelas GIAA terdeteksi
melakukan manipulasi pada laba kotornya (GMI) dan pada depresiasi asetnya (DEPI),
ketigabelas WTON terdeteksi melakukan kecurangan pada biaya umum dan administrasi
(SGAI) dan kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI).

Tabel 4. 3
Hasil Perhitungan Rasio Index Tahun 2017

Sumber : Data diolah


Pada tahun 2017, perusahaan yang terdeteksi melakukan kecurangan laporan keuangan
ada 13 perusahaan, yaitu BBNI terdeteksi melakukan kecurangan pada kualitas asetnya (AQI)
dan pada depresiasi asetnya (DEPI), BMRI terdeteksi melakukan kecurangan karena
memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), TINS terdeteksi melakukan
kecurangan pada depresiasi asetnya (DEPI), PP terdeteksi melakukan kecurangan pada
kualitas asetnya (AQI) dan terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan
membayar utang yang tinggi (LEVI), SMGR terdeteksi melakukan kecurangan pada kualitas
asetnya (AQI) dan terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

utang yang tinggi (LEVI), ADHI terdeteksi melakukan kecurangan pada biaya umum dan
administrasinya (SGAI) dan pada nilai akrualnya (TATA), WIKA dan terdeteksi melakukan
kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), SMBR
terdeteksi melakukan kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI) dan
terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi
(LEVI), KAEF terdeteksi melakukan kecurangan pada biaya umum dan administrasinya
(SGAI) dan terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang
yang tinggi (LEVI), INAF terdeteksi melakukan kecurangan pada hasil piutang atas
penjualan (DSRI), pada kualitas asetnya (AQI), dan pada depresiasi asetnya (DEPI), GIAA
terdeteksi melakukan kecurangan pada kualitas asetnya (AQI) dan kecurangan pada biaya
umum dan administrasinya (SGAI), WTON terdeteksi melakukan kecurangan pada kualitas
asetnya (AQI), AGRO terdeteksi melakukan manipulasi pada laba kotornya (GMI).

Tabel 4. 4
Hasil Perhitungan Rasio Index Tahun 2018

Sumber: Data diolah


Pada tahun 2018 terjadi peningkatan atas perusahaan yang terdeteksi melakukan kecurangan
laporna keuangan dari tahun sebelumnya 2017 menjadi 14 perusahaan, yaitu PTBA terdeteksi melakukan
kecurangan pada depresiasi asetnya (DEPI) dan terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki
kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), BBNI terdeteksi memanipulasi pada laba 97 kotornya
(GMI), pada kualitas asetnya (AQI), dan terdeteksi melakukan kecurangan pada depresiasi asetnya
(DEPI), BMRI terdeteksi melakukan manipulasi pada laba kotornya (GMI), TLKM terdeteksi melakukan
kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), BBRI terdeteksi
melakukan manipulasi pada nilai akrualnya (TATA), TINS terdeteksi melakukan kecurangan pada
depresiasi asetnya (DEPI), PP terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

utang yang tinggi (LEVI), SMGR memanipulasi pada laba kotornya (GMI), WIKA memanipulasi pada
laba kotornya (GMI), WSKT (SGAI), terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan
membayar utang yang tinggi (LEVI), terdeteksi melakukan manipulasi pada nilai akrualnya (TATA),
SMBR terdeteksi melakukan kecurangan pada hasil piutang atas penjualan (DSRI), kecurangan pada
biaya umum dan administrasinya (SGAI), terdeteksi melakukan manipulasi pada nilai akrualnya
(TATA), INAF terdeteksi melakukan manipulasi pada nilai akrualnya (TATA), GIAA terdeteksi
melakukan kecurangan pada depresiasi asetnya (DEPI), AGRO kecurangan pada biaya umum dan
administrasinya (SGAI) dan terdeteksi melakukan manipulasi pada nilai akrualnya (TATA).

Tabel 4. 5
Hasil Perhitungan Rasio Index Tahun 2019

Sumber: Data diolah

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Pada tahun 2019 terjadi penurunan atas perusahaan yang terdeteksi melakukan kecurangan
laporan keuangan dari tahun sebelumnya 2018 menjadi 11 perusahaan, yaitu BBNI terdeteksi
memanipulasi pada laba kotornya (GMI) dan PP terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki
kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), BBRI terdeteksi melakukan kecurangan pada depresiasi
asetnya (DEPI) dan terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang
tinggi (LEVI), BBTN kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI) dan terdeteksi
melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), WIKA
terdeteksi memanipulasi pada laba kotornya (GMI), WSKT terdeteksi melakukan kecurangan karena
memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), ANTM terdeteksi melakukan kecurangan
karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), SMBR terdeteksi melakukan
kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), KAEF terdeteksi
melakukan kecurangan pada hasil piutang atas penjualan (DSRI), INAF terdeteksi melakukan
kecurangan pada depresiasi asetnya (DEPI), WTON kecurangan pada biaya umum dan administrasinya
(SGAI), AGRO kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI).

Tabel 4. 6
Hasil Perhitungan Rasio Index Tahun 2020

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Sumber: Data diolah


Pada tahun 2020, terdapat 11 perusahaan yang melakukan kecurangan pada laporan keuangan, yaitu
PTBA kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI), BBNI kecurangan pada biaya umum
dan administrasinya (SGAI), TLKM terdeteksi memanipulasi pada laba kotornya (GMI) dan terdeteksi
melakukan kecurangan pada depresiasi asetnya (DEPI), BBRI terdeteksi memanipulasi pada laba
kotornya (GMI), TINS terdeteksi melakukan kecurangan pada hasil piutang atas penjualan (DSRI),
kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI), terdeteksi melakukan kecurangan karena
memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), PP kecurangan pada biaya umum dan
administrasinya (SGAI) dan terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar
utang yang tinggi (LEVI), SMGR terdeteksi memanipulasi pada laba kotornya (GMI) dan kecurangan
pada biaya umum dan administrasinya (SGAI), BBTN terdeteksi memanipulasi pada laba kotornya
(GMI) dan terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi
(LEVI), ADHI kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI), ANTM terdeteksi
memanipulasi pada laba kotornya (GMI), SMBR terdeteksi melakukan kecurangan pada depresiasi
asetnya (DEPI), INAF terdeteksi melakukan kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang
yang tinggi (LEVI).

Tabel 4. 7
Hasil Rasio Index Tahun 2021

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Sumber: Data diolah

Pada tahun 2021 terdapat 11 perusahaan yang melakukan kecurangan pada laporan keuangan,
yaitu BBRI kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI), PP terdeteksi melakukan
kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), BBTN terdeteksi melakukan
kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), ADHI terdeteksi
memanipulasi pada laba kotornya (GMI) dan kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI),
WIKA terdeteksi melakukan kecurangan pada depresiasi asetnya (DEPI) dan terdeteksi melakukan
kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), WSKT terdeteksi
memanipulasi pada laba kotornya (GMI) dan kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI),
SMBR kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI), KAEF terdeteksi melakukan
kecurangan karena memiliki kebutuhan membayar utang yang tinggi (LEVI), INAF terdeteksi
memanipulasi pada laba kotornya (GMI), WTON terdeteksi melakukan kecurangan pada depresiasi
asetnya (DEPI) dan kecurangan pada biaya umum dan administrasinya (SGAI), AGRO kecurangan pada
biaya umum dan administrasinya (SGAI).

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Tabel 4. 8
Perusahaan Terdeteksi Melakukan Kecurangan Laporan Keuangan

Sumber : Data diolah


Dapat dilihar dari Tabel 4.8 perusahaan yang terdeteksi melakukan kecurangan laporan keuangan
secara 6 tahun berturut-turut adalah PT. Bank Rakyat Indonesia, PT. Aneka Tambang, PT. Kimia Farma,
dan PT Wijaya Beton.
3) Statistik Deskriptif

Tabel 4. 9
Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


FTGR 11 0,00 15,03 1,4667 3,28366
4
FSP 11 638125,5 908388330,9 108718694,712 197800620,2803
4 3 0 3 6
EXPR 11 0,00 15,72 1,4185 2,91530
4
INMO 11 0,56 1,40 0,8236 0,24945
4
RASIONALIZATIO 11 0,00 1,00 0,3158 0,46688
N 4

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

CAPABILITY 11 0,00 1,00 0,8246 0,38202


4
ARROGANCE 11 2,00 4,00 2,4912 0,82275
4
COLLUSION 11 0,00 1,00 0,9912 0,09366
4
Good Corporate 11 2,00 8,00 4,3860 1,70116
Governance 4
FRAUD 11 0,00 1,00 0,7982 0,40308
4
Valid N (listwise) 11
4
Sumber : Data Olah

Dari Tabel 4.9 dapat menunjukkan hasil analisis desktiptif untuk masingmasing variabel
penelitian. Variabel financial target (FTGR) menunjukkan nilai minimum 0,00 dan maksimum 15,03.
Nilai mean sebesar 1,4667 yang berarti bahwa nilai rata-rata financial target (FTGR) sebesar 1,4667%
angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari
pemanfaatan total asetnya sebesar 1,4667%. Sementara itu, standar deviasinya menunjukkan angka
sebesar 3,28366.
Variabel financial stability (FSP) menunjukkan nilai minimun 638125,53 dan maksimum
908388330,90. Nilai mean sebesar 108718694,7123 yang berarti bahwa tingkat perubahan total asset
perusahaan rata-rata sebaesar 108718694,7123%. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat
kemampuan perusahaan dalam mengelola asset sebesar 108718694,7123%. Sementara itu, standar
deviasinya menunjukkan angka sebesar 197800620,28036.
Variabel external pressure (EXPR) menunjukkan nilai minimum 0,00 dan maksimum 15,72.
Nilai mean sebesar 1,4185 yang berarti menunjukkan bahwa rata-rata leverage sebesar 1,4185%. Angka
tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang adalah sebesar
1,4185%. Sementara itu, standar deviasinya menunjukkan angka 2,915030.
Variabel ineffective monitoring (INMO) menunjukkan nilai minimum 0,56 dan maksimum
1,40. Nilai mean sebesar 0,8236 yang berarti menunjukkan bahwa nilai rata-rata INMO sebesar
0,8236%. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengendalian yang tidak efektif dari perusahaan
adalah sebesar 0,8236%. Sementara itu, standar deviasinya menunjukkan angka sebesar 0,2495.
Variabel Rationalization menunjukkan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai mean
sebesar 0,3158 yang berarti menunjukkan bahwa tingkat pergantian auditor di perusahaan sebagai suatu
bagian dari rasionalisasi perusahaan untuk melakukan tindak kecurangan laporan keaungan sebesar
0,3158%.
Sementara itu, standar deviasinya menunjukkan angka sebesar 0,24945.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Variabel Capability menunjukkan nilai minimum 0 dan maksimum 1. Nilai mean sebesar 0,8246
yang berarti menunjukkan bahwa nilai rata-rata 0,8246%. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pergantian direksi di perusahaan sebagai suatu bagian dari kompetensi perusahaan untuk melakukan
tindak kecurangan laporan keuangan adalah sebesar 0,8246%. Sementara itu, standar deviasinya
menunjukkan angka sebesar 0,38202.
Variabel Arrogance menunjukkan nilai minimum 2 dan maksimum 4. Nilai mean sebesar
2,4912 yang menunjukkan bahwa tingkat kemunculan gambar CEO di perusahaan sebagai suatu bagian
dari arogansi perusahaan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan adalah sebesar 2,4912%.
Sementara itu, standar deviasinya menunjukkan angka 0,82275.
Variabel Collusion menunjukkan nilai minimum 0 dan maksimum 1. Nilai mean sebesar 0,9912
yang menunjukkan bahwa tingkat perusahaan menjalin kolusi dengan proyek pemerintahan untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan sebesar 0,9912%. Sementara itu, standar deviasinya
menunjukkan angka 0,9336.
Variabel Good Corporate Governance (GCG) menunjukkan nilai minimum 2 dan maksimum 8.
Nilai mean sebesar 4,3860.
Variabel fraudulent financial statement (fraud) menunjukkan nilai minimum 0 dan maksimum 1.
Nilai mean sebesar 0,7982 yang berarti menunjukkan tingkat indikasi kecurangan laporan keuangan
yang dilakukan oleh perusahaan memiliki rata-rata 79,82%. Sementara itu, standar deviasinya
menunjukkan angka 0,40308.
4) Analisis Regresi Logistik
Tabel 4. 9
Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


FTGR 11 0,00 15,03 1,4667 3,28366
4
FSP 11 638125,5 908388330,9 108718694,712 197800620,2803
4 3 0 3 6
EXPR 11 0,00 15,72 1,4185 2,91530
4
INMO 11 0,56 1,40 0,8236 0,24945
4
RASIONALIZATIO 11 0,00 1,00 0,3158 0,46688
N 4
CAPABILITY 11 0,00 1,00 0,8246 0,38202
4
ARROGANCE 11 2,00 4,00 2,4912 0,82275
4
COLLUSION 11 0,00 1,00 0,9912 0,09366

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

4
Good Corporate 11 2,00 8,00 4,3860 1,70116
Governance 4
FRAUD 11 0,00 1,00 0,7982 0,40308
4
Valid N (listwise) 11
4

a. Variable(s) entered on step 1: FTGR, FSP, EXPR, INMO, RAS, CAP, ARR, COL, GCG.
Sumber : Data Olah

Model regresi logistik yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi parameter pada tabel
diatas adalah sebagai berikut:
Y= 24,067 + 0,850FTGR + 0,150FSP – 0,064EXPR – 1,674INMO – 0,842RAS – 1,355CAP +
0,083ARR – 20,088COL + 0,324GCG.
Dari persamaan di atas, dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
a. Pada model regresi diatas memiliki nilai konstanta sebesar 24,067 yang menunjukkan bahwa
jika seluruh variabel bebas bernilai 0, maka kecurangan laporan keuangan adalah sebesar
24,067. Dengan nilai signifikansi sebesar 1,000 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 (>0,05)
yang berarti bahwa konstanta tidak berpengaruh sigifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
b. Pada variabel FTGR memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,850 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan variabel FTGR akan meningkatkan kecurangan laporan keuangan sebesar
0,850. Hal ini berarti arah model positif, dengan nilai signifikansi sebesar 0,049 dimana nilai
ini lebih rendah dari 0,05 (<0,05). Berdasarkan output tersebut dapat disimpulkan bahwa
FTGR berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
c. Pada variabel FSP memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,150 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan variabel FSP akan meningkatkan kecurangan laporan keuangan sebesar
0,150. Hal ini berarti arah model positif, dengan nilai signifikansi sebesar 0,022 dimana nilai
ini lebih rendah dari 0,05 (<0,05). Berdasarkan output tersebut dapat disimpulkan bahwa FSP
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
d. Pada variabel EXPR memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,064 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan variabel EXPR akan menurunkan kecurangan laporan keuangan sebesar
0,064. Hal ini berarti arah model negatif, dengan nilai signifikansi sebesar 0,419 dimana nilai
ini lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan output tersebut dapat disimpulkan bahwa EXPR
tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
e. Pada variabel INMO memiliki nilai koefisien regresi sebesar -1,674 menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu satuan variabel INMO akan menurunkan kecurangan laporan keuangan
sebesar 1,674. Hal ini berarti arah model negatif, dengan nilai signifikansi sebesar 0,357
dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan output tersebut dapat disimpulkan
bahwa INMO tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

f. Pada variabel RAS memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,842 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan variabel RAS akan menurunkan kecurangan laporan keuangan sebesar
0,842. Hal ini berarti arah model negatif, dengan nilai signifikansi sebesar 0,123 dimana nilai
ini lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan output tersebut dapat disimpulkan bahwa RAS
tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
g. Pada variabel CAP memiliki nilai koefisien regresi sebesar -1,355 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan variabel CAP akan menurunkan kecurangan laporan keuangan sebesar
1,355. Hal ini berarti arah model negatif, dengan nilai signifikansi sebesar 0,330 dimana nilai
ini lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan output tersebut dapat disimpulkan bahwa CAP
tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
h. Pada variabel ARR memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,083 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan variabel ARR akan meningkatkan kecurangan laporan keuangan sebesar
0,083. Hal ini berarti arah model positif, dengan nilai signifikansi sebesar 0,031 dimana nilai
ini lebih rendah dari 0,05
i. Pada variabel COL memiliki nilai koefisien regresi sebesar -20,088 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan variabel COL akan menurunkan kecurangan laporan keuangan sebesar
20,088. Hal ini berarti arah 108 model negatif, dengan nilai signifikansi sebesar 1,000 dimana
nilai ini lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan output tersebut dapat disimpulkan bahwa
COL tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
j. Pada variabel GCG memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,324 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu satuan variabel GCG akan meningkatkan kecurangan laporan keuangan sebesar
0,324. Hal ini berarti arah model negatif, dengan nilai signifikansi sebesar 0,027 dimana nilai
ini lebih kecil dari 0,05 (<0,05). Berdasarkan output tersebut dapat disimpulkan bahwaGCG
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
5) Analisis Moderasi Regresi Logistik

Tabel 4. 11

Hasil Analisis Moderasi Regresi Logistik

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Dari hasil uji regresi logistik moderasi di atas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
a. GCG memperkuat FTGR terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,008 (sig. < 0,05).
b. GCG memperkuat FSP terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,008 (sig. < 0,05).
c. GCG memperkuat EXPR terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,013 (sig. < 0,05).
d. GCG memperkuat INMO terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,007 (sig. < 0,05).
e. GCG melemahkan RAS terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,734 (sig. > 0,05).
f. GCG melemahkan CAP terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,752 (sig. > 0,05)
g. GCG melemahkan ARR terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,803 (sig. > 0,05).
h. GCG melemahkan COL terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilkai signifikansi sebesar
1,000 (sig. > 0,05).
Dari interpretasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance mampu
memperkuat pengaruh antara FTGR, FSP, EXPR, INMO terhadap fraud dan memperlemah
pengaruh antara RAS, CAP, ARR, dan COL terhadap fraud
6) Matriks Klasifikasi
a. Tabel Klasifikasi Block 0
Tabel 4. 12 Hasil Klasifikasi Block O

Predicted
FRAUD Percentage
Observed Tidak Ya Correct
Step FRAUD Tidak 0 23 0,0
0 Ya 0 91 100,0
Overall Percentage 79,8
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Sumber: Data Olah

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Pada Tabel 4.12, menunjukkan kekuatan prediksi sebelum adanya penambahan variabel
independen. Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi model dimana nilai prediksi dari tidak
terindikasi kecurangan laporan keuangan (non-fraud) dengan kategori 0, terdapat sebanyak 0 laporan
keuangan. Sementara itu nilai prediksi dari indikasi kecurangan laporan keuangan (fraud) dengan
kategori 1, terdapat sebanyak 0 laporan keuangan.

b. Tabel Klasifikasi Block 1

TABEL 4. 13 HASIL
KLASIFIKASI BLOCK
1
Predicted
Observed FRAUD Percentage
Tidak Ya Correct
Tidak 11 12 47.8
Step FRAUD
Ya 2 89 97.8
1
Overall Percentage 87.7
a. The cut value is .500
Sumber: Data Olah

Pada Tabel 4.13, menunjuukkan kekuatan prediksi sesudah penambahan variabel independen.
Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari 0 laporan keuangan yang tidak fraud terdapat 12
laporan keuangan yang ternyata melakukan fraud, sehingga presentase kebenarannya sebesar 47,8%.
Sementara itu dari 0 laporan keuangan yang fraud terdapat 2 laporan keuangan yang ternyata tidak
melakukan fraud, sehingga presentase kebenarannya sebesar 97,8%. Berdasarkan output tersebut dapat
disimpulakan bahwa keseluruhan ketepatan dari kekuatan prediksi adalah sebesar 87,7%.

2. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Uji Kelayakan Model (Uji F)

Ho smer and Lemeshow Test


Step Chisquare df Sig.
1 6.631 8 .577
Pada Tabel 4.14 menunjukkan nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test
yaitu sebesar 0,577. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan output
tersebut dapat disimpulkan bahwa model dapat memprediksi data observasi atau dapat dikatakan model
diterima dan layak digunakan dalam sebuah penelitian karena sesuai dengan data observasinya.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

b. Uji Keseluruhan Model Regresi (Overall Model Fit Test)


a) Tabel Uji Keseluruhan Model Regresi Block 0
Tabel 4. 15 Hasil Uji Keseluruhan Model Regresi Block O

-2 Log Coefficients
Iteration
likelihood Constant
1 115.277 1.193
2 114.646 1.366
Step 0
3 114.644 1.375
4 114.644 1.375
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 114.644
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates
changed by less than .001.
Sumber: Data Olah

b) Tabel Uji Keseluruhan Model Regresi Block 1

Coefficients
-2 Log
Iteratio
likeliho Consta ARFT ARFS
ARE
ARINM ARRA ARC ARAR ARCO ARGC
n G X PR
od nt P O S AP R L G
R
1 85.796 - .771 5.703 -.18 -1.873 -.830 .495 5.232 - 4.737
18.09 1 1.318
3
2 76.300 - 1.516 7.829 -.25 -3.946 - .464 9.458 -2.211 8.083
28.31 9 1.305
4
3 74.329 - 2.164 8.978 -.28 -5.464 - .159 12.09 - 9.763
Ste 33.42 0 1.487 2 3.059
p1 1
4 74.128 - 2.474 9.422 -.29 -5.958 - -.021 12.97 - 10.149
34.35 1 1.519 3 4.128
1
5 74.118 - 2.521 9.486 -.29 -6.015 - -.051 13.07 - 10.179
33.57 4 1.522 7 5.376
3
6 74.116 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

32.57 4 1.522 9 6.651


5
7 74.115 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
31.57 4 1.522 9 7.926
4
8 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
30.57 4 1.522 9 9.199
4
9 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
29.57 4 1.522 9 10.47
4 3
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
0 28.57 4 1.522 9 11.746
4
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
1 27.57 4 1.522 9 13.01
4 9
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
2 26.57 4 1.522 9 14.29
4 2
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
3 25.57 4 1.522 9 15.56
4 6
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
4 24.57 4 1.522 9 16.83
4 9
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
5 23.57 4 1.522 9 18.112
4
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
6 22.57 4 1.522 9 19.38
4 5
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
7 21.57 4 1.522 9 20.65
4 9
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
8 20.57 4 1.522 9 21.93
4 2
1 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
9 19.57 4 1.522 9 23.20
4 5
2 74.114 - 2.522 9.487 -.29 -6.016 - -.051 13.07 - 10.180
0 18.57 4 1.522 9 24.47
4 8

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 114.644
d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final
solution cannot be found.
Sumber: Data Olah

Pada Tabel 4.16 menunjukkan bahwa masing-masing nilai -2LogL pada block number 0
adalah sebesar 114,644 dan nilai -2LogL pada block number 1 adalah sebesar 74,114. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai -2LogL dari block number 0 dan block number 1 terjadi penurunan sebesar
40,53 (114,644 – 74,114).
Penurunan nilai -2LogL ini menunjukkan bahwa model regresi untuk penelitian seluruh perusahaan
adalah model regresi yang baik atau juga dapat dikatakan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan
data, serta penambahan variabel independen ke dalam model dapat memperbaiki model fit.

c) Uji Chi-Square Omnimbus Test

Tabel 4. 17
Hasil Uji Chi-Square Omnimbus Test

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chisquare df Sig.
Step 40.530 9 .000
Step 1 Block 40.530 9 .000
Model 40.530 9 .000

Sumber: Data Olah


Nilai dari penurunan -2LogL dapat dilihat pada tabel hasil pengujian Omnibus Test of Model
Coefficients. Hasil dari penelitian ini terdapat pada tabel. Hasil pada kolom chi-square diperoleh nilai
sebesar 40,530 dengan tingkat signifikansi 0,000 (kurang dari 0,05). Nilai signifikansi sebesar 0,000 <
0,05, maka secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

d) Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4. 18
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
-2 Log Cox &
Nagelkerke
Step likelihoo Snell R
R Square
d Square

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

1 74.114a .299 .472


a. Estimation terminated at iteration number
20 because maximum iterations has been
reached.
Final solution cannot be found.
Sumber: Data Olah

Pada Tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,472. Hasil
ini berarti menunjukkan kemampuan variabel independen (FTGR, FSP, EXPR, INMO, RAS, CAP,
ARR, COL, GCG) dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 47,2%, sedangkan sisanya
sebesar 52,8% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.

3. Pembahasan
a. Pengaruh Financial Target Terhadap Fraudulent Financial Statement
Berdasarkan tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa financial target memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 2,522 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel FTGR akan
meningkatkan kecurangan laporan keuangan sebesar 2,522. Hal ini berarti arah model positif,
dengan nilai signifikansi sebesar 0,028 dimana nilai ini lebih rendah dari 0,05 (<0,05), berdasarkan
output tersebut dapat disimpulkan bahwa FTGR berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Sehingga hipotesis ke-1 (H1) dapat disimpulkan bahwa financial target berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini menandakan semakin tinggi rasio ROA, semakin
tinggi kemungkinan terjadinya penipuan laporan keuangan. Oleh karena itu, temua ini
menunjukkan bahwa financial target dapat digunakan sebagai indicator penipuan laporan keuangan
dan hipotesis ke-1 (H1) diterima.
Dalam kegiatan perusahaan, perusahaan akan menetapkan target yang ingin dicapai. Misal,
target dapat berupa tingkat keuntungan yang ingin dicapai perusahaan. Namun, jika target tersebut
melebihi kemampuan perusahaan, hal tersebut akan menimbulkan tekanan untuk mencapai terget
tersebut. Dalam mencapai target tersebut, manajemen akan melakukan segala cara untuk
mencapainya, termasuk melakukan penipuan terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu temuan
ini sesuai dengan penelitian (R. F. Akbar, 2017); Aprillia et al.
(2015); Herdiana & Sari (2018); Huang et al. (2017); Nanda et al. (2019); Rengganis et al. (2019);
Setiawati & Baningrum (2018); Taherinia & Talebi (2019) yang menyatakan bahwa ROA dapat
menunjukkan penipuan laporan keuangan.
b. Pengaruh Financial Stability Terhadap Fraudulent Financial Statement
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa financial stability memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 9,487 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel FSP akan
meningkatkan kecurangan laporan keuangan sebesar 9,487. Hal ini berarti arah model positif,

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 dimana nilai ini lebih rendah dari 0,05 (<0,05). Berdasarkan
output tersebut dapat disimpulkan bahwa FSP berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Temuan ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai FSP, maka akan saemakin tinggi
kecenderungan terjadinya penipuan dalam laporan keuangan. Penelitian ini membuktikan bahwa
variabel FSP dapat mengindikasikan terjadinya penipuan dalam laporan keuangan, dan hipotesis ke-
2 (H2) diterima.
Stabilitas keuangan dapat menyebabkan tekanan bagi perusahaan berada dalam kondisi yang tidak
stabil, manajemen akan terus menjaga stabilitas keuangan dengan memanipulasi laporan
keuangannya. Hal ini terjadi karena perusahaan ingin menampilkan informasi tentang perbaikan
prospek peusahaan, sehingga para investor tetap tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.
Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa stabilitas keuangan
dapat menjadi indikasi dari Penipuan Laporan Keuangan (Aprillia et al., 2015; Prasmaulida, 2016;
Husmawati et al., 2017; Herdiana & Sari, 2018; Susanti, 2018; Rahmatika et al., 2019; Taherinia &
Talebi, 2019).

c) Pengaruh External Pressure Terhadap Fraudulent Financial Statement

Berdasarkan tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa external pressure memiliki nilai koefisien
regresi sebesar -0,294 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel EXPR akan
menurunkan kecurangan laporan keuangan sebesar 0,294. Hal ini berarti arah model negatif,
dengan nilai signifikansi sebesar 0,668 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan
output tersebut dapat disimpulkan bahwa EXPR tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan, maka hipotesis ke-3 (H3) ditolak.
Hal ini berarti tekanan eksternal tidak memiliki pengaruh terhadap penipuan laporan
keuangan dan berkontribusi pada penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari & Solikhah (2019).
Untuk mengatasi tekanan eksternal ini, perusahaan membutuhkan suntikan dana atau tambahan
uang dari kreditur. Namun, jika perusahaan memiliki leverage yang tinggi, itu menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki banyak hutang dan banyak risiko kredit. Semakin besar risiko kredit, kreditur
khawatir memberikan dana pinjaman kepada perusahaan. Oleh karena itu, hal ini dapat
menyebabkan pelaporan keuangan yang curang. Temuan dari penelitian ini bertentangan dengan
temuan penelitian sebelumnya oleh Tiffany & Marfuah (2015), dan Sari & Nugroho (2021).
d) Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Fraudulent Financial Statement

Berdasarkan tabel Tabel 4.10 menunjukkan bahwa ineffective monitoring memiliki nilai
koefisien regresi sebesar -6,016 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel INMO
akan menurunkan kecurangan laporan keuangan sebesar 6,016. Hal ini berarti arah model negatif,
dengan nilai signifikansi sebesar 0,180 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan
output tersebut dapat disimpulkan bahwa INMO tidak berpengaruh.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Terjadinya penipuan dapat dikurangi dengan pembentukan pemantauan yang bijaksana.


Keberadaan dewan komisaris independen diharapkan dapat mengawasi operasi perusahaan secara
objektif dan independen dari intervensi, serta mencegah manajer melakukan penipuan dalam
laporan keuangan. Temuan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa
BDOUT dapat mengindikasikan penipuan dalam laporan keuangan (Husmawati et al., 2017).
Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maghfiroh (2015) yang
menjelaskan bahwa ineffective monitoring tidak berpengaruh signifikan. Kondisi ini dapat
disebabkan karena adanya pembentukan dewan komisaris yang hanya ditujukan sebagai
pemenuhan dalam regulasi saja bukan dengan tujuan untuk terciptanya tata kelola perusahaan yang
baik atau good corporate governance.

e) Pengaruh Rationalization Terhadap Fraudulent Financial Statement


Berdasarkan tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa rationalization memiliki nilai koefisien regresi
sebesar -1,522 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel RAS akan menurunkan
kecurangan laporan keuangan sebesar 1,522. Hal ini berarti arah model negatif, dengan nilai
signifikansi sebesar 0,070 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan output
tersebut dapat disimpulkan bahwa RAS tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Hal ini disebabkan oleh perubahan kantor akuntan publik tidak secara otomatis digunakan
untuk menghilangkan jejak penipuan yang ditemukan oleh auditor sebelumnya (Skousen et al.,
2009). Hasil penelitian ini mendukung teori skala kecurangan, bahwa penipuan dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh integritas seseorang, bukan hanya rasionalisasi. Jika tekanan dan peluang besar,
tetapi seseorang memiliki integritas yang tinggi, kemungkinan penipuan akan rendah. Begitu pula
sebaliknya, jika seseorang memiliki integritas rendah, meskipun peluang dan tekanan kecil, tetap
memungkinkan terjadinya penipuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor (diproksikan
dengan perubahan KAP) bekerja dengan menjaga integritas diri, sehingga rasionalisasi saja tidak
dapat mengukur indikasi penipuan dalam laporan keuangan, tetapi harus mempertimbangkan
integritas masing-masing individu. Hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan oleh
Siddiq, Achyani, dan Zulfikar (2017), Vousinas (2019), Oktafiana, Nisa, dan Sari (2019), Jaunanda,
Tian, Edita, dan Vivien (2020), serta Avortri dan Agbanyo (2020) yang menyatakan bahwa
rasionalisasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap penipuan dalam laporan keuangan.
Penelitian ini mendukung penelitian Desviana et al. (2020), Haqq dan Budiwitjaksono (2020), Sari
& Nugroho (2021), Herdiana dan Sari (2018), serta Damayani et al. (2019) yang menyimpulkan
bahwa rasionalisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penipuan dalam laporan keuangan.
d) Pengaruh Capability Terhadap Fraudulent Financial Statement
Berdasarkan tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa capability memiliki nilai koefisien regresi
sebesar -0,051 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel CAP akan menurunkan
kecurangan laporan keuangan sebesar 0,051. Hal ini berarti arah model negatif, dengan nilai
signifikansi sebesar 0,979 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 (>0,05). Berdasarkan output
tersebut dapat disimpulkan bahwa CAP tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Alasan utama sebuah perusahaan mengganti direktur bukan untuk menutupnutupi
kecurangan yang dilakukan oleh direktur sebelumnya, melainkan karena perusahaan tersebut ingin
meningkatkan kinerja. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Akbar (2017), Husmawati et al. (2017),

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Siddiq et al. (2017), Fahmi & Syahputra (2019), Triyanto (2019), Ulfah et al. (2017),
Utami & Pusparini (2019) yang menemukan bahwa "CHANGE" dapat
mengindikasikan kecurangan dalam laporan keuangan. Namun, temuan ini
mendukung penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa "CHANGE" tidak dapat
mengindikasikan kecurangan dalam laporan keuangan.

e) Pengaruh Arrogance Terhadap Fraudulent Financial Statement


Berdasarkan tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa arrogance memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 13,079 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan
variabel ARR akan meningkatkan kecurangan laporan keuangan sebesar 13,079. Hal
ini berarti arah model positif, dengan nilai signifikansi sebesar 0,012 dimana nilai ini
lebih rendah dari 0,05 (<0,05). Berdasarkan output tersebut dapat disimpulkan bahwa
ARR berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Tingkat kesombongan yang diwakili oleh frekuensi foto CEO dalam laporan
tahunan dapat menggambarkan indikasi kecurangan. Semakin banyak jumlah foto
CEO dalam laporan keuangan, dapat mengindikasikan tingkat kesombongan yang
tinggi dari CEO dalam perusahaan. Tingkat kesombongan yang tinggi dapat
menyebabkan kemungkinan terjadinya kecurangan karena dengan kesombongan dan
superioritas yang dimiliki oleh seorang CEO, CEO tersebut merasa bahwa setiap
kontrol internal tidak berlaku baginya karena status dan posisinya. Marks et al. (2012)
menyatakan kemungkinan bahwa seorang CEO akan melakukan segala cara untuk
mempertahankan posisinya dan statusnya. Hasil dari penelitian ini membuktikan
bahwa jumlah foto CEO yang sering muncul memengaruhi kemungkinan adanya
pelaporan keuangan yang curang. Tessa & Harto (2016) juga membuktikan bahwa
jumlah foto CEO yang sering muncul memiliki pengaruh dalam memprediksi
pelaporan keuangan yang curang.
f) Pengaruh Collusion dalam Mendeteksi Fraudulent Financial Statement

Berdasarkan tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa collusion COL memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 10,180 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel GCG akan
meningkatkan kecurangan laporan keuangan sebesar 10,180. Hal ini berarti arah model negatif,
dengan nilai signifikansi sebesar 0,011 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 (<0,05). Berdasarkan
output tersebut dapat disimpulkan bahwa COL tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan collusion yang diukur dengan rangkap jabatan
dewan komisaris independen tidak berpengaruh pada potensi kecurangan pelaporan keuangan, hal
ini membuktikan bahwa rangkap jabatan dewan komisaris independen tidak menjadikan mereka
untuk bersikap tidak independen terhadap tata kelola perusahaan akan tetapi setiap masing- masing
komisaris independen relatif independen. Hal ini didukung dimana terdapat rangkap jabatan
komisaris independen dalam objek penelitian tidak melanggar Undang-Undang No 19 tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara dan tidak melanggar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan juga
rangkap jabatan hanya didominasi oleh satu kriteria yaitu sebagai mantan pejabat atau mantan
militer.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

g) Pengaruh GCG Memperkuat atau Memperlemah dalam Mendeteksi Fraudulent Financial


Statement
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji regresi logistik moderasi, maka dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a. GCG memperkuat FTGR terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,008 (sig. < 0,05).
b. GCG memperkuat FSP terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,008
(sig. < 0,05)
c. GCG memperkuat EXPR terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,013 (sig. < 0,05)
d. GCG memperkuat INMO terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,007 (sig. < 0,05)
e. GCG melemahkan RAS terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,734 (sig. > 0,05)
f. GCG melemahkan CAP terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,752 (sig. > 0,05)
g. GCG melemahkan ARR terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar
0,803 (sig. > 0,05)
h. GCG melemahkan COL terhadap Fraud, hal ini ditunjukkan dengan nilkai signifikansi sebesar
1,000 (sig. > 0,05)

Terdapat interaksi dari FTGR, FSP, EXPR, INMO dan good corporate governance
terhadap fraud. Artinya, good corporate governance dapat memoderasi pengaruh FTGR, FSP,
EXPR dan INMO terhadap fraud. Artinya, good corporate governance mampu memperkuat
hubungan antara kecenderungan manajemen dengan fraudulent financial statement. Hal ini
mendukung pentingnya faktor penentu good corporate governance dan kemampuannya untuk
memoderasi hubungan antara kecenderungan kecurangan manajemen terhadap fraudulent
financial statement.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

KESIMPULAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terkait analisis fraud hexagona dalam mendeteksi fraudelent
financial statement dengan good corporate government sebagai moderasi maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut:

1 Financial target berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement

2 Financial stability berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement

3 External pressure tidak berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement

4 Ineffective monitoring tidak berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement

5 Rationalization tidak berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement

6 Capability tidak berpengaruh terhadap Fraudulent financial statement

7 Arrogance berpengaruh dalam mendeteksi Fraudulent financial statement

8 Collusion tidak berpengaruh dalam mendeteksi Fraudulent financial statement

9 Good Corporate Government (GCG) dapat memperkuat pengaruh antara FTGR, FSP, EXPR,
INMO dalam mendeteksi Fraudulent financial statement 126.

5.2. Keterbatasan

Adapun keterbatasan penelitian ini hanya membahas mengenai fraud hexagona dalam mendeteksi
fraudulent financial statement dengan good corporate governance sebagai pemoderasi. Selain itu, jumlah
sampel pada penelitian ini masih terbatas hanya sebanyak 19 perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI
tahun 2016-2021.

5.3. Saran

Penelitian selanjutanya diharapkan dapat menambahkan sampel dan memperluas sektor penelitian atau
bahkan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia (BEI). Kemudian untuk perusahaan BUMN
diharapkan dapat meningkatkan pengawasan agar mengurangi adanya kecurangan yang pada akhirnya
akan berdampak pada kesulitan keuangan entita
https://journal.unesa.ac.id/index.php/akunesa/user/register

DAFTAR PUSTAKA
ACFE. (2018). Report to The Nations 2018 Global Study on Occupational Fraud and Abuse. ACFE.
https://doi.org/10.2139/ssrn.2222608
ACFE Indonesia. (2020). Survei Fraud Indonesia 2019. Indonesia Chapter #111, 53(9), 1–76.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Achmad, T., Ghozali, I., & Pamungkas, I. D. (2022). Hexagon Fraud: Detection Of Fraudulent
Financial Reporting In State-Owned Enterprises Indonesia. Economies, 10(1), 13–18.
Agustina, R. D., & Pratomo, D. (2019). Pengaruh Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan
Pelaporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Manajemen,
Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 3(1), 44–62.
https://doi.org/10.31955/mea.vol3.iss1.pp44-62
Akbar, R. F. (2017). Pengungkapan Wajib dan Pengungkapan Sukarela: Sebuah Studi Eskploratif
Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Universitas Airlangga.
Akbar, R. N., Zakaria, A., & Prihatni, R. (2022). Financial Statement Analysis of Fraud with
Hexagon Theory Fraud Approach. Jurnal Akuntansi, Perpajakan Dan Auditing, 3(1), 137–
161.
Alfarisi, D. A. (2010). Metode Untuk Mendeteksi Kolusi. Jurnal Persaingan Usaha, 3(1), 35–60.
Aprilia, A. (2017). Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Menggunakan Beneish Model Pada Perusahaan Yang Menerapkan Asean Corporate
Governance Scorecard. Jurnal ASET
(Akuntansi Riset), 9(1), 101–132.
Apriliana, S., & Agustina, L. (2017). The Analysis Of Fraudulent Financial Reporting Determinant
Through Fraud Pentagon Approach. Jurnal Dinamika Akuntansi, 9(2), 154–165.
Assauri, S. (2008). Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Universitas Indonesia Press.
Aviantara, R. (2021). The Association Between Fraud Hexagon And Government’s Fraudulent
Financial Report. Asia Pacific Fraud Journal, 6(1), 26–42.
Baskoro, S. (2020). Pengungkapan Proyek Fiktif BUMN Waskita Karya yang Rugikan Negara Rp
202 Miliar. Kompas.Com.
BEI. (2023). PT Bursa Efek Indonesia.
Beneish, M. D. (1999). Incentives And Penalties Related To Earnings Overstatements That Violate GAAP.
The Accounting Review, 74(4), 425–457.
Bilkis, M. S., Islam, U., Syarif, N., & Jakarta, H. (2022). APAKAH GOOD
CORPORATE GOVERNANCE MEMODERASI HUBUNGAN
KECENDERUNGAN KECURANGAN MANAJEMEN TERHADAP
FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT. Jurnal Kajian Akuntansi, 6(2),
281–306. http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka
Cahyanti, D. (2020). Analisis Fraud pentagon terhadap Kecurangan Laporan Keuangan. Urnal Ilmu
Dan Riset Akuntansi, 53(9), 1689–1695.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Chantia, D., Guritno, Y., & Sari, R. (2021). Detection of Fraudulent Financial Statement: Fraud
Hexagon SCCORE Model Approach. Prosiding BIEMA (Business Management, Economic,
and Accounting National Seminar), 2, 594–613.
Christian, N. (2022). Efek Mediasi Kesulitan Keuangan dalam Mendeteksi Corporate Fraud di
Indonesia. Jurnal Kajian Akuntansi, 6(1), 44–69.
Cressey, D. R. (1953). Other People’s Money; A Study in The Social Psychology of Embezzlement.
Patterson Smith.
Damayani, F., Yuniarti, E., Sari, R., & Kesuma, N. (2019). The Influence of Pentagon Fraud on The
Financial Statements of Infrastructure Companies Listed in Indonesia Stock Exchange.
Scitepress, 1(2), 537–583.
Desviana, D., Basri, Y. M., & Nasrizal, N. (2020). Analisis Kecurangan Pada Pengelolaan Dana Desa
Dalam Perspektif Fraud Hexagon. Studi Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 3(1), 50–73.
DSAK IAI. (2020). DE Amendemen PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan tentang Klasifikasi
Liabilitas sebagai Jangka Pendek atau Jangka Panjang. Ikatan Akuntan Indonesia.
Fahmi, M., & Syahputra, M. R. (2019). Peranan Audit Internal Dalam Pencegahan (Fraud).
Liabilities (Jurnal Pendidikan Akuntansi), 2(1), 24–36.
Faidah, F., & Suwarti, T. (2018). Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Pentagon
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun
20152017. Dinamika Akuntansi Keuangan Dan Perbankan, 7(2), 147–162.
FCGI. (2003). Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Jilid II. FCGI.
Francis, J. R., & Krishnan, J. (1999). Accounting Accruals And Auditor Reporting Conservatism.
Contemporary Accounting Research, 16(1), 135–165.
Ghozali. (2018). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 25 edisi ke-9. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponergoro.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS21(edisi ketujuh) (edisi
ketu). Badan Penerbit Universitas Diponogero.
Hadi, M. S. W., Kirana, D. J., & Wijayanti, A. (2021). Pendeteksian Fraudulent Financial Reporting
Dengan Fraud Hexagon Pada Perusahaan di Indonesia. Prosiding BIEMA (Business
Management, Economic, and Accounting National Seminar), 2, 1036–1052.
Howarth, C. (2012). The Mind Behind The Fraudsters Crime: Key Behavioral And Environmental
Elements. Crowe Howarth LLP (Presentation).
Husmawati, P., Septriani, Y., Rosita, I., & Handayani, D. (2017). Fraud Pentagon Analysis In
Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Statement
(Study On Manufacturing Firms Listed In Bursa Efek Indonesia Period 20132016). International
Conference of Applied Science on Engineering, Business, Linguistics and Information
Technology, 45–51.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Jannah, V. M., Andreas, A., & Rasuli, M. (2021). Pendekatan Vousinas Fraud Hexagon Model dalam
Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Studi Akuntansi Dan Keuangan Indonesia,
4(1), 1–16.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(1), 305–360.
https://doi.org/10.1016/0304-405X(76)90026-X
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Kurniawan, A., & Trisnawati, R. (2022). Hexagon Fraud Dalam Mendeteksi Fraudulent Financial
Statetment: Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Tahun 2016-2019. Prosiding HUBISINTEK, 2(1), 331–342.
Kusumosari, L., & Solikhah, B. (2021). Analisis Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Fraud
Hexagon Theory. Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 4(3), 753–767.
Larum, K., Zuhroh, D., & Subiyantoro, E. (2021). Fraudulent Financial Reporting: Menguji Potensi
Kecurangan Pelaporan Keuangan Dengan Menggunakan Teori Fraud Hexagon. Accounting
and Financial Review, 4(1), 82–94.
Marks, B. R., Mitra, S., & Hossain, M. (2012). Corporate Ownership Characteristics And Timeliness
Of Remediation Of Internal Control Weaknesses. Managerial Auditing Journal, 1(2), 1–10.
Maryani, N., Natita, R. K., Rudiana, R., & Herawati, T. (2022). Fraud Hexagon Elements as a
Determination of Fraudulent Financial Reporting in Financial Sector Services. Budapest
International Research and Critics InstituteJournal (BIRCI-Journal), 5(1), 4300–4314.
Muhyi, S., & Suratno, S.-U. (2021). Utilitas Pentagon Fraud Pada Fraudulent Financial Reporting
Dan Impaknya Terhadap Kinerja Manajerial. JPAK : Jurnal Pendidikan Akuntansi Dan
Keuangan, 9(2), 179–200.
Mukaromah, I., & Budiwitjaksono, G. S. (2021). Fraud Hexagon Theory dalam Mendeteksi
Kecurangan Laporan Keuangan pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015-2019. Kompak: Jurnal Ilmiah
Komputerisasi Akuntansi, 14(1), 61–72.
Nadziliyah, H., & Primasari, N. S. (2022). Analisis Fraud Hexagon Terhadap Financial Statement
Fraud Pada Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas Dan Transportasi. Accounting and
Finance Studies, 2(1), 21–39.
Nasution, R. P. (2020). Proyek Fiktif Sebagai Modus Korupsi Di Indonesia.
TAQNIN: Jurnal Syariah Dan Hukum, 2(2), 53–65.
https://doi.org/10.30821/taqnin.v2i02.8438
Nisa, K., Oktafiana, N. F., & Sari, S. P. (2019). Fraudulent Financial Statement Ditinjau Dari Model
Fraud Pentagon Horwath. The 9th University Research Colloqium (Urecol), 9(5), 40–53.
Octani, J., Dwiharyadi, A., & Djefris, D. (2022). Analisis Pengaruh Fraud Hexagon Terhadap
Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Efek Indonesia Selama Tahun 2017-2020. Jurnal Akuntansi, Bisnis Dan Ekonomi Indonesia
(JABEI), 1(1), 36–49.
Pemerintah RI. (2003). Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
Pemerintah RI.
Ratnasari, E., & Solikhah, B. (2019). Analysis of Fraudulent Financial Statement: The Fraud
Pentagon Theory Approach. Gorontalo Accounting Journal, 2(2), 98–112.
Rusmana, O., & Tanjung, H. (2020). Identifikasi kecurangan laporan keuangan dengan fraud
pentagon studi empiris BUMN terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Bisnis,
Dan Akuntansi, 21(4), 13–21.
Sabrina, O. Z., Fachruzzaman, F., Midiastuty, P. P., & Suranta, E. (2020). Pengaruh Koneksitas
Organ Corporate Governance, Ineffective Monitoring Dan Manajemen Laba Terhadap
Fraudulent Financial Reporting. Jurnal Akuntansi,
Keuangan, Dan Manajemen, 1(2), 109–122. https://doi.org/10.35912/jakman.v1i2
Saputra, M., & Kesumaningrum, N. D. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Fraudulent Financial Reporting Dengan Perspektif Fraud
Pentagon Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015.
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 22(2), 121– 134.
Sari, S. P., & Nugroho, N. K. (2021). Financial Statements Fraud dengan Pendekatan Vousinas Fraud
Hexagon Model: Tinjauan pada Perusahaan Terbuka di Indonesia. Annual Conference of
Ihtifaz: Islamic Economics, Finance, and Banking, 409–430.
Sasongko, N., & Wijayantika, S. F. (2019). Faktor Resiko Fraud Terhadap Pelaksanaan Fraudulent
Financial Reporting (Berdasarkan Pendekatan Crown’s Fraud Pentagon Theory). Riset
Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 4(1), 67–76.
Shleifer, A., & Vishny, R. W. (1994). Politicians and Firms. The Quarterly Journal of Economics,
109(4), 995–1025.
Siddiq, F. R., Achyani, F., & Zulfikar, Z. (2017). Fraud Pentagon dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud. Seminar Nasional Dan The 4th Call for Syariah Paper, 1–14.
Siregar, A., & Murwaningsari, E. (2022). Pengaruh Dimensi Fraud Hexagon terhadap Financial
Statement Fraud. Jurnal Kajian Akuntansi, 6(2), 211–228.
Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J. (2009). Detecting And Predicting Financial Statement
Fraud: The Effectiveness Of The Fraud Triangle and SAS No. 99. In Corporate governance
and firm performance (Vol. 13, pp. 53–81). Emerald Group Publishing Limited.
Sugita, M. (2018). Peran Komite Audit Sebagai Variabel Moderasi Terhadap Hubungan Fraud
Diaamond Dan Pendeteksian Financial Statement Fraud (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016).(1). 43. JOM FEB,
Faculty of Economics and Business, Riau University, Pekanbaru, Indonesia, 1(1), 430–439.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Suhartinah, S., Warsidi, W., & Pramuka, B. A. (2018). Determinant Financial Statement Fraud:
Perspective Theory of Fraud Diamond (Study Empiris pada Perusahaan Sektor Perbankan di
Indonesia Tahun 2011-2015). Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi, 20(3), 1–19.
Surjaatmaja, L. (2018). Detecting Fraudulent Financial Statement Using Fraud Triangle: Capability
As Moderating Variable. KnE Social Sciences, 1(1), 945– 956.
Suryani, I. C. (2019). Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun
20162018. Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan, 2–12.
https://doi.org/10.25105/semnas.v0i0.5780
Tarjo, T., Anggono, A., & Sakti, E. (2021). Detecting Indications Of Financial Statement Fraud: A
Hexagon Fraud Theory Approach. AKRUAL: Jurnal Akuntansi, 13(1), 119–131.
Tessa, C. G., & Harto, P. (2016). Fraudulent Financial Reporting : Pengujian Teori Fraud Pentagon
pada Sektor Keuangan dan Perbankan di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi XIX. Lampung, 312–319.
Tickner, P., & Button, M. (2021). Deconstructing the Origins of Cressey’s Fraud Triangle. Journal of
Financial Crime, 28(3), 722–731.
Tiffany, L., & Marfuah. (2015). Deteksi Fianancial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan
Auditing Indonesia, 19(2), 112–125.
Triyanto, D. N. (2019). Fraudulence Financial Statements Analysis Using Pentagon Fraud Approach.
Journal of Accounting Auditing and Business, 2(2), 26–36.
Ulfah, M., Nuraina, E., & Wijaya, A. L. (2017). Pengaruh Fraud Pentagon dalam Mendeteksi
Fraudulent Financial Reporting (Studi Empiris pada Perbankan di Indonesia Yang Terdaftar di
BEI. FIPA: Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi, 5(1), 1–12.
Utami, E. R., & Pusparini, N. O. (2019). The Analysis of Fraud Pentagon Theory and Financial
Distress for Detecting Fraudulent Financial Reporting in Banking Sector in Indonesia
(Empirical Study of Listed Banking Companies on Indonesia Stock Exchange in 2012-2017).
5th International Conference on Accounting and Finance (ICAF 2019), 60–65.
Vermeer, T. E., Raghunandan, K., & Forgione, D. A. (2006). The Composition Of Nonprofit Audit
Committees. Accounting Horizons, 20(1), 75–90.
Vivianita, A., & Indudewi, D. (2019). Financial Statement Fraud Pada Perusahaan Pertambangan
Yang Dipengaruhi Oleh Fraud Pentagon Theory (Studi Kasus Di Perusahaan Tambang Yang
Terdaftar Di Bei Tahun 2014-2016). Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 20(1), 1–15.
Vousinas, G. (2018). Elaborating On The Theory Of Fraud. New Theoretical Extensions. New
Theoretical Extensions, 4(1), 101–121.
Vousinas, G. L. (2019). Advancing Theory Of Fraud: The Score Model. Journal of Financial Crime,
26(1), 372–381.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa
Vol xx, No xx, xxx 2020
AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/

Wahyuni, W., & Budiwitjaksono, G. S. (2017). Fraud Triangle Sebagai Pendeteksi Kecurangan
Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi, 21(1), 47–61.
Wicaksono, A., & Suryandari, D. (2021). The Analysis of Fraudulent Financial Reports Through
Fraud Hexagon on Public Mining Companies. Accounting Analysis Journal, 10(3), 220–228.
Widarjono, A. (2013). Analisis Statistika Multivariat Terapan. UPP STIM YKPN.
Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The Fraud Diamond: Considering the Four Elements of
Fraud. CPA Journal, 74(12), 38–42.
Wungow, J. F., Lambey, L., & Pontoh, W. (2016). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Masa Kerja,
Pelatihan Dan Jabatan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Minahasa
Selatan. Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing" Goodwill", 7(2), 1–12.
Yadiati, W., & Rezwiandhari, A. (2023). Detecting Fraudulent Financial Reporting In State-Owned
Company: Hexagon Theory Approach. JAK (Jurnal Akuntansi) Kajian Ilmiah Akuntansi,
10(1), 128–147.
Zulfa, F., & Tanusdjaja, H. (2022). Pengaruh Faktor-Faktor Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Fraudulent Financial Reporting Dengan Moderasi Komite Audit Pada Industri Pertambangan.
Jurnal Ekonomi, 27(3), 41–60.
Zulfa, K., & Bayagub, A. (2018). Analisis Elemen-Elemen Fraud Pentagon Sebagai Determinan
Fraudulent Financial Reporting. Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 1(1), 950–969.

*corresponding author’s email : email penulis pertama


Copyright @ 2019 AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa

You might also like