You are on page 1of 14

.

Jurnal Penelitian Karet, 2011, 29 (1) : 35 - 48


Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2011, 29 (1) : 35 - 48

KARAKTERISASI KARET SIKLO BERBASIS LATEKS KARET


ALAM BERBOBOT MOLEKUL RENDAH

Cyclo Rubber Characterization of NR Latex


with Low Molecular Weight
Adi CIFRIADI, Emil BUDIANTO1), dan Ary Achyar ALFA
Summary

To develope the use of cyclo rubber based on natural rubber latex, the
research of cyclo rubber charachterization has been carried out, directed to
fresh natural rubber latex and natural rubber latex with low molecular
weight. The research was conducted in two steps. Firstly, the degradation of
natural rubber latex using a combination of H2O2 and NaNO2 as degradation
agents to produce natural rubber latex with low molecular weight was
studied. Secondly, the characteristics, both cyclo rubber produced by
cyclisation of natural rubber latex and of natural rubber latex with low
molecular weight were studied. The research result showed that the natural
rubber latex with low molecular weight was produced by degradation of
natural rubber latex using 1 phr H2O2 and 3 phr NaNO2 as the degradation
agents at 70OC for eight hours' reaction time. The cyclo rubber produced by
cyclisation natural rubber latex with low molecular weight natural rubber
latex indicated good adhesion characteristic on rubber to metal and metal to
metal substrate.

Keywords : Natural rubber latex, NR latex with low molecular weight,


degradation of natural rubber, cyclo rubber

Ringkasan

Untuk mengembangkan penggunaan karet siklo berbasis lateks


karet alam, penelitian karakterisasi karet siklo yang berasal dari lateks
karet alam dan lateks karet alam berbobot molekul rendah telah
dilakukan. Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
dilakukan penelitian tentang degradasi lateks karet alam menggunakan
kombinasi bahan pendegradasi H2O2 dan NaNO2 untuk menghasilkan
lateks karet alam berbobot molekul rendah. Tahap kedua dipelajari
karakteristik karet siklo dari siklisasi lateks karet alam dan lateks karet
alam berbobot molekul rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
degradasi lateks karet alam pada temperatur reaksi sebesar 70OC dengan
bahan pendegradasi H2O2 1 bsk dan NaNO2 3 bsk selama 8 jam waktu
reaksi dapat menghasilkan lateks karet alam yang memiliki bobot molekul
rendah. Karet siklo dari siklisasi lateks karet alam berbobot molekul
rendah memiliki daya rekatan lebih baik pada substrat karet-logam dan
logam-logam.

Kata kunci : Lateks karet alam, lateks karet alam berbobot molekul
rendah, degradasi karet alam, karet siklo

1)
Departemen Kimia, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

35
Cifriadi, Budianto, Alfa

PENDAHULUAN (Van Veersen, 1951). Karet siklo


memiliki sifat daya rekat yang baik
Indonesia merupakan negara sehingga penggunaan utama dari
utama penghasil karet alam di produk ini sebagian besar untuk
dunia, namun konsumsi karet alam bahan baku perekat, cat, dan
di dalam negeri masih rendah hanya pelapis. Oleh karena itu, dalam
10 - 15% dari produksinya. Lang- penelitian ini akan dikaji pembuatan
kah-langkah yang dapat ditempuh karet siklo dari siklisasi lateks karet
untuk meningkatkan penggunaan alam yang memiliki bobot molekul
rendah untuk menghasilkan karet
karet alam adalah melalui pengem-
siklo yang diprediksi memiliki sifat
bangan produk karet untuk industri
rekatan yang baik serta karakteristik
barang jadi karet alam serta
unik lainnya sehingga karet siklo
diversifikasi produk karet alam.
tersebut dapat diaplikasikan secara
Salah satu bentuk diversifikasi
lebih luas.
produk karet alam yang dapat
dilakukan adalah dengan modifikasi
struktur molekul karet alam secara
fisika ataupun kimia sehingga BAHAN DAN METODE
menghasilkan material baru yang
memiliki karakteristik unik untuk Pada penelitian ini, untuk
penggunaan yang baru dan luas tahap awal dilakukan kajian
dalam bidang tertentu. pengaruh dosis kombinasi bahan
pendegradasi (H2O2 dan NaNO2) dan
Teknologi modifikasi struktur waktu reaksi dalam proses degradasi
molekul karet alam secara kimia lateks karet alam. Berdasarkan
maupun fisika telah lama dikem- penelitian awal tersebut diperoleh
bangkan oleh para ilmuan dan ahli lateks karet alam yang memiliki
teknologi polimer. Modifikasi struk- bobot molekul relatif rata-rata
tur secara fisika dapat dilakukan viskositas karet terendah yang
dengan cara antaraksi molekul selanjutnya dijadikan sebagai bahan
secara fisika karet alam dengan karet baku dalam pembuatan karet siklo.
sintesis, sedangkan modifikasi Karet siklo yang dihasilkan tersebut
secara kimia pada karet alam kemudian dibandingkan karakte-
dilakukan dengan mereaksikan ristiknya dengan karet siklo yang
bahan kimia tertentu sehingga dapat diperoleh dari reaksi siklisasi lateks
mengubah struktur molekul karet karet alam. Bahan-bahan kimia
alam, seperti epoksidasi, hidro- yang dipakai dalam penelitian ini
genasi, degradasi kimia, klorinasi, adalah : Lateks kebun klon
pencangkokan (grafting), dan campuran dari kebun Ciomas-
siklisasi karet alam. Salah satu Bogor, H2O2, NaNO2 , H2SO4, ZnO,
bentuk modifikasi secara kimia pada asam stearat, sulfur, TBBS (N-tert
karet alam adalah karet siklo. Karet Buthyl-benzothiazole 2-sulphena-
siklo merupakan turunan dari karet mide), surfaktan emal, dan
alam yang diperoleh melalui proses surfaktan emulgen.
siklisasi karet alam, yaitu proses
modifikasi struktur molekul karet Degradasi Lateks Karet Alam
alam secara kimia yang semula
berupa rantai terbuka menjadi Degradasi lateks karet alam
struktur molekul yang melingkar pada percobaan ini menggunakan

36
Karakterisasi karet siklo berbasis lateks karet alam berbobot molekul rendah

teknik degradasi secara kimia alam (berat asam sulfat pekat : berat
melalui oksidasi lateks karet alam karet alam = 2,3 : 1). Kondisi reaksi
yang dipicu dengan energi panas dipertahankan pada kisaran
(thermo-oxidation), dengan prosedur temperatur 100±3oC dan waktu
sebagai berikut : lateks pekat reaksi selama 2,5 jam. Untuk karet
sebanyak 400 gram dimasukkan ke siklo kontrol digunakan bahan baku
dalam gelas kimia 1 L, lalu di- dari lateks pekat.
tambahkan emal dengan dosis 1
bsk, asam askorbat 3 bsk, serta H2O2
dan NaNO2 dengan dosis divariasi- Pembuatan Kompon Karet dan
kan (sesuai formula pada Tabel 1). Perekat
Sampel dalam gelas kimia tersebut
kemudian diletakkan di dalam water Karet alam, karet siklo, dan
bath dengan temperatur sistem bahan kimia karet dicampurkan di
dipertahankan sebesar 70OC sambil dalam mesin giling dua rol terbuka
diaduk dengan agitator dengan untuk membuat kompon karet.
putaran sebesar 200 rpm. Degradasi Formulasi bahan sesuai dengan
lateks karet alam dilakukan dengan Tabel 2. Perekat dibuat dengan cara
variasi waktu reaksi selama 2, 4, 6, melarutkan kompon karet dengan
dan 8 jam. pelarut toluen teknis. Dalam
percobaan ini, untuk melarutkan
kompon karet digunakan per-
Pembuatan Karet Siklo bandingan berat antara kompon
karet dengan toluen sebesar 1 (satu)
Sebanyak 400 gram lateks bagian berbanding 4 (empat) bagian.
hasil degradasi molekul yang
memiliki bobot molekul karet
terendah ditambahkan surfaktan Karakterisasi dan Pengujian
emulgen dengan dosis 2 bsk. Bahan
Kemudian ditambahkan asam sulfat
pekat sedikit demi sedikit sambil Pengujian viskositas instrinsik
dilakukan pengadukan. Asam sulfat ([h]) karet alam hasil degradasi
yang ditambahkan ke dalam lateks ditentukan secara viskometri. Ber-
disesuaikan dengan berat karet dasarkan hasil pengujian viskositas

Tabel 1. Formulasi bahan kimia untuk proses degradasi karet alam


Table 1. Materials formulation for natural rubber latex degradation
Resep kering Resep basah
Dry recipe Wet recipe
Karet alam Lateks alam (KKK 55,5 %)
Natural rubber 100 bsk Natural rubber latex (DRC 55,5%) 400 gr

H2 O2 1 ; 2 ; 3 bsk H2 O2 (50 %) 4,44 gr ; 8,88 gr ; 13,32 gr


NaNO 2 1 ; 2 ; 3 bsk NaNO 2 (50 %) 4,44 gr ; 8,88 gr ; 13,32 gr
Emal 1 bsk Emal (20 %) 11,1 gr
As. Askorbat 3 bsk Asam Askorbat (25 %) 26,64 gr

bsk = bagian per seratus karet (part per hundred rubber/phr)

37
Cifriadi, Budianto, Alfa

Tabel 2. Formulasi bahan kimia atau proses untuk merekayasa


untuk pembuatan kompon struktur polimer melalui pemutusan
karet ikatan dalam tulang punggung
Table 2. Materials formulation for polimer sehingga menyebabkan
rubber compound prepara- turunnya bobot molekul atau
tion pemendekan panjang rantai polimer.
Bagian per seratus karet (bsk)
Produk lateks karet alam hasil
Bahan
Part per hundred rubber (phr) degradasi yang memiliki bobot
Material molekul paling rendah dalam
A B
Karet Alam 100 100 percobaan ini selanjutnya akan
ZnO 5 5 dijadikan sebagai bahan baku dalam
Asam stearat 2 2 pembuatan karet siklo.
Karet siklo A 35 -
Karet siklo B - 35 Dalam penelitian ini, diamati
TBBS 0,7 0,7 pengaruh waktu reaksi dan bahan
Sulfur 2,25 2,25 pendegradasi lateks karet alam
terhadap lateks hasil degradasinya
sampel karet hasil degradasi pada dan sebagai bahan pendegradasi
beberapa konsentrasi larutan karet digunakan kombinasi bahan
dapat diketahui nilai viskositas pendegradasi yaitu H2O2 dan NaNO2,
intrinsik karet alam hasil degradasi sedangkan waktu reaksi degradasi
yang selanjutnya bobot molekul dilakukan pada 2 , 4, 6, dan 8 jam.
relatif rata-rata viskositas (Mv) dapat Penggunaan bahan pendegradasi
ditentukan dengan menggunakan H2O2 dan NaNO2 dalam proses
persamaan Mark-Houwink- degradasi lateks karet alam ini
Sakurada. merupakan jenis degradasi secara
kimiawi melalui proses oksidasi.
Karakterisasi karet siklo me- Kedua bahan pendegradasi tersebut
liputi : spektra FTIR menggunakan adalah bahan inisiator yang
spektrometer FTIR Biorad FTS 135 berfungsi sebagai sumber radikal
dan sifat termal menggunakan DSC bebas. Umumnya bahan inisiator
(Differential Scanning Calorimetry) apabila diberikan energi (panas,
Mettler Toledo type 821e dan cahaya, atau radiasi) yang memadai
pengujian kuat rekatan karet siklo dapat terjadi pembentukan radikal
dalam kompon karet menggunakan bebas. Dalam percobaan ini,
alat Tensometer Instron. pemanasan sistem pada temperatur
sebesar 70OC dapat menyebabkan
senyawa H2O2 mengalami dekom-
HASIL DAN PEMBAHASAN posisi menjadi sumber radikal
bebas, yaitu radikal hidroksi (.OH),
Degradasi Lateks Karet Alam sedangkan senyawa NaNO2 dapat
menghasilkan radikal bebas NO. dan
Degradasi lateks karet alam NO2. melalui hidrolisis NaNO2.
dilakukan untuk mendapatkan Pembentukan radikal bebas dari
lateks yang memiliki bobot molekul senyawa NaNO2 dapat dijelaskan
lebih rendah, seperti yang dijelaskan berdasarkan persamaan reaksi
oleh Surdia (2000) bahwa degradasi berikut ini :
polimer merupakan suatu teknik

38
Karakterisasi karet siklo berbasis lateks karet alam berbobot molekul rendah

NaNO2 + H2 O HNO2 + NaO H Bobot molekul relatif rata-rata


viskositas paling rendah yang
2 HNO2 H 2N 2 O4 diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebesar 4,82 x 105, dihasilkan dari
H2 N2 O4 N 2O3 + H 2 O proses degradasi dengan perlakuan
. . dosis kombinasi bahan pendegradasi
N2 O3 NO2 + NO H2O2 sebanyak 1 bsk NaNO2 sebanyak
Molekul radikal bebas yang 3 bsk. Peningkatan dosis bahan
dihasilkan dari senyawa H2O2 dan NaNO2 sebagai bahan pendegradasi
NaNO2 selanjutnya menjadi pemicu karet alam menunjukkan penurunan
reaksi degradasi secara oksidatif bobot molekul relatif rata-rata
pada molekul karet alam. Ber- viskositas yang cukup besar sehingga
dasarkan hasil penelitian yang bahan NaNO2 cukup efektif untuk
ditunjukkan pada Gambar 1 sampai memutuskan rantai molekul karet
dengan 4 bahwa peningkatan dosis alam. Pada saat bahan pendegradasi
kombinasi bahan pendegradasi NaNO2 dihidrolisis, menurut
dapat menurunkan viskositas terbentuk sumber radikal bebas NO.
intrinsik dan bobot molekul relatif dan NO 2 . yang berfungsi untuk
rata-rata viskositas. Pada perlakuan menginisiasi proses degradasi
perubahan dosis H2O2 (dosis 1 molekul karet alam. Molekul radikal
sampai dengan 3 bsk) dengan dosis bebas ini akan menyerang ikatan
NaNO2 dan waktu reaksi tetap (tidak rangkap C=C pada molekul karet
ada perubahan), hasil menunjukkan alam dan selanjutnya melalui proses
bahwa viskositas intrinsik dan bobot oksidasi (O2) terjadi pemutusan
molekul relatif rata-rata viskositas rantai molekul karet alam. Dalam
mengalami penurunan yang tidak penelitian ini juga ditambahkan
nyata, sedangkan perlakuan asam askorbat yang dapat bereaksi
perubahan dosis NaNO2 (dosis 1 dengan NaNO2 melalui reaksi redoks.
sampai dengan 3 bsk) dengan dosis Menurut Detrembleur et al. (2002),
H2O2 dan waktu reaksi tetap, hasil reaksi asam askorbat dengan NaNO2
menunjukkan sebaliknya bahwa merupakan reaksi redoks yang
viskositas intrinsik dan bobot menghasilkan sumber radikal radikal
molekul relatif rata-rata viskositas nitroksil (NO.). Dengan demikian,
mengalami penurunan yang nyata. adanya asam askorbat dapat
Hal ini mengindikasikan bahwa berfungsi untuk meningkatkan
bahan pendegradasi NaNO2 lebih efektifitas reaksi oksidasi molekul
efektif dapat memutuskan rantai karet alam.
molekul karet alam menjadi rantai
molekul yang lebih pendek Pengaruh waktu reaksi degra-
dibandingkan dengan bahan dasi lateks karet alam dengan
pendegradasi H2O2. Berdasarkan menggunakan bahan kombinasi
Rastogi Adityaet et al. (2006), bahan bahan pendegradasi H2O2 dan NaNO2
H2O2 memiliki waktu paruh (half-life) terhadap viskositas intrinsik dan
yang singkat sehingga proses bobot molekul relatif rata-rata
degradasi molekul karet alam secara viskositas karet alam cukup nyata,
oksidatif yang terjadi kurang baik, seperti yang ditunjukkan pada
belum efektif memutuskan rantai Gambar 1 sampai dengan 4.
molekul karet alam. Lamanya waktu reaksi degradasi

39
Cifriadi, Budianto, Alfa

dapat mengakibatkan produk degra- produk karet alam degradasi yang


dasi memiliki viskositas intrinsik memiliki viskositas intrinsik dan
dan bobot molekul relatif rata-rata bobot molekul relatif rata-rata
viskositas karet alam yang semakin viskositas karet alam paling rendah
rendah. Keadaan ini menunjukkan yakni viskositas intrinsik sebesar
bahwa semakin lama waktu reaksi 279,31 dan bobot molekul relatif
dapat mengakibatkan pemutusan rata-rata viskositas karet alam
rantai molekul karet alam menjadi sebesar 4,82 x 105.
rantai molekulnya semakin pendek.
Hal ini tampak secara jelas terutama
pada degradasi lateks karet alam Pembuatan Karet Siklo
dengan perlakuan perubahan dosis
bahan pendegradsi NaNO2. Dalam penelitian ini, karet
siklo dibuat dengan cara menam-
Pada waktu reaksi degradasi bahkan asam sulfat pekat ke dalam
lateks karet alam berlangsung lateks karet alam. Asam sulfat pekat
selama 8 jam dengan perbandingan berfungsi sebagai katalis untuk
dosis kombinasi bahan pendegra- pembentukan ion karbonium pada
dasi H2O2 dengan NaNO2 sebesar 1 molekul karet alam yang selanjut-
bsk berbanding 3 bsk menghasilkan nya terjadi proses siklisasi. Penam-
Viskositas intrinsik
Intrinsic viscosity

Waktu reaksi (jam)


Reaction time (hour)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=1:1)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=1:1)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=1:2)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=1:2)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=1:3)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=1:3)

Gambar 1. Pengaruh waktu reaksi terhadap viskositas intrinsik dengan


variasi rasio H2O2/NaNO2
Figure 1. Effect of reaction time on intrinsic viscosity with variation of H2O2/
NaNO2 ratio

40
Karakterisasi karet siklo berbasis lateks karet alam berbobot molekul rendah
Viskositas intrinsik
Intrinsic viscosity

Waktu reaksi (jam)


Reaction time (hour)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=1:1)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=1:1)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=2:1)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=2:1)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=3:1)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=3:1)
Gambar 2. Pengaruh waktu reaksi terhadap viskositas intrinsik dengan
variasi rasio H2O2/ NaNO2
Figure 2. Effect of reaction time on intrinsic viscosity with variation of H2O2/
NaNO2 ratio

Waktu reaksi (jam)


Reaction time (hour)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=1:1)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=1:1)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=1:2)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=1:2)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=1:3)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=1:3)

Gambar 3. Pengaruh waktu reaksi terhadap bobot molekul relatif rata-rata


viskositas dengan variasi rasio H2O2/ NaNO2
Figure 3. Effect of reaction time on molecular weight of relatively average
viscocity with variation of H2O2/NaNO2 ratio

41
Cifriadi, Budianto, Alfa

Waktu reaksi (jam)


Reaction time (hour)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=1:1)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=1:1)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=2:1)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=2:1)
Degradasi lateks karet alam dengan bahan (H2O2:NaNO2=3:1)
NR degradation with (H2O2:NaNO2=3:1)
Gambar 4. Pengaruh waktu reaksi terhadap bobot molekul relatif rata-rata
viskositas dengan variasi rasio H2O2/ NaNO2
Figure 4. Effect of reaction time on molecular weight of relatively average
viscosity with variation of H2O2/NaNO2 ratio

bahan asam sulfat pekat ke dalam Karakteristik Karet Siklo


lateks karet alam dapat menyebab-
kan penurunan kestabilan lateks Menurut Riyajan dan
sehingga dalam penelitian ini Sakdapipanich (2006), penampakan
ditambahkan emulgen (surfaktan) produk hasil siklisasi bermacam-
yang berfungsi untuk menjaga macam tergantung derajat siklisasi-
kestabilan partikel lateks karet nya, seperti : bahan menyerupai
alam. karet (rubbery), bahan menyerupai
Indikator visual yang dijadikan karet yang keras (hard rubbery),
penanda keberhasilan proses dan bahan menyerupai serbuk
siklisasi lateks karet alam biasanya (powdery). Dalam penelitian ini,
melalui perubahan warna pada dibuat karet siklo dari dua jenis
lateks alam. Lateks karet alam bahan lateks yang berbeda dengan
berupa cairan yang berwarna putih kondisi proses pembuatannya yang
ketika direaksikan dengan asam sama, yakni pada temperatur reaksi
sulfat pekat, jika terjadi proses sebesar 100 ± 3OC selama 2,5 jam
siklisasi pada lateks karet alam, dengan menggunakan asam sulfat
maka terjadi perubahan warna pekat (98%). Jenis bahan yang
menjadi berwarna ungu dan dosis dipakai adalah lateks karet alam dan
asam sulfat pekat mempengaruhi lateks karet alam berbobot molekul
intensitas warna ungu tersebut. rendah (lateks hasil degradasi
Semakin tinggi dosis asam sulfat molekul karet). Karet siklo yang
pekat maka akan terbentuk warna dihasilkan dari siklisasi lateks karet
ungu yang semakin gelap.

42
Karakterisasi karet siklo berbasis lateks karet alam berbobot molekul rendah

alam berbobot molekul relatif rata- untuk mengamati terjadinya


rata viskositas terendah memiliki siklisasi karet alam yang terlihat dari
bentuk berupa serbuk berwarna munculnya spektra khas pada
putih kecoklatan, sedangkan karet bilangan gelombang 800 - 900 cm-1
siklo dari siklisasi lateks karet alam yang menunjukkan vibrasi tekuk
berupa serbuk berwarna putih. ikatan C-H dari eksosiklik. Derajat
Karakteristik karet siklo yang dibuat siklisasi karet tersebut dapat dilihat
dalam penelitian tertera pada Tabel dari perubahan intensitas serapan
3. spektra FTIR pada bilangan gelom-
bang 880 - 885 cm-1 dan 836 cm-1,
semakin tinggi intensitas serapan
Spektra FTIR Karet Siklo pada bilangan gelombang 880 - 885
cm-1 serta semakin rendah intensitas
Analisis spektrometri FTIR serapan pada bilangan gelombang
(Fourier Transform Infra Red) diguna- 836 cm-1 menunjukkan peningkatan
kan untuk mengetahui gugus derajat siklisasi karet alam.
fungsional yang terdapat dalam
suatu molekul. Siklisasi karet alam Spektrogram FTIR yang di-
merupakan suatu teknik modifikasi tampilkan pada Gambar 5 merupa-
kimia melalui perubahan struktur kan perbandingan antara spektro-
molekul karet alam secara kimiawi gram FTIR karet alam sebagai
yang semula berupa rantai terbuka kontrol dengan karet siklo dari
menjadi struktur molekul yang siklisasi lateks karet alam dan karet
melingkar (Van Veersen, 1951). siklo dari siklisasi lateks karet alam
Perubahan struktur molekul ini berbobot molekul rendah. Berdasar-
dapat diamati dengan teknik analisa kan spektra FTIR pada Gambar 5
spektrometri FTIR, melalui peng- terlihat bahwa spektra FTIR sampel
amatan perbandingan spektrogram karet siklo dari siklisasi lateks karet
FTIR dari karet alam dengan karet alam (b) dan karet siklo dari siklisasi
siklo. Menurut Victor dan Prajna lateks karet alam berbobot molekul
dalam Riyajan dan Sakdapipanich rendah (c) berbeda dengan spektra
(2006), spektroskopi infra merah FTIR karet alam, terlihat puncak-
dapat digunakan sebagai indikator puncak spektra yang baru serta

Tabel 3. Karakteristik karet siklo


Table 3. Characteristic of cyclo rubber
Karakteristik Karet siklo (A) Karet siklo (B)
No.
Characteristic Cyclo rubber (A) Cyclo rubber (B)

1. % Rendemen 93,2 90,2


2. Bentuk serbuk serbuk
3. Warna putih putih ke coklatan
- Karet siklo (A) = karet siklo dari siklisasi lateks karet alam
Cyclo rubber (A) = cyclo rubber produced from NR latex cyclization
- Karet siklo B = karet siklo dari siklisasi lateks karet alam berbobot molekul rendah
Cyclo rubber (B) = cyclo rubber produced from cyclization of NR latex with low molecular weight

43
Cifriadi, Budianto, Alfa

terjadi pergeseran puncak spektra. bilangan gelombang 883 cm - 1


Pada spektrogram FTIR karet siklo menunjukkan vibrasi tekuk ikatan
muncul puncak-puncak spektra C-H dari eksosiklik. Kemudian
baru yaitu pada bilangan gelombang puncak spektra di daerah bilangan
3400 - 3500 cm-1, 1700 - 1710 cm-1, gelombang 814 cm-1 menunjukkan
883 cm - 1 , dan 814 cm - 1 serta deformasi/vibrasi keluar bidang
menghilangnya puncak spektra (out-of-plane deformation) dari ikatan
pada bilangan gelombang 836 cm-1 C-H metin olefinik tiga-tersubtitusi
bila dibandingkan dengan spektra (the tri-subtituted olefinic methine)
FTIR karet alam. pada struktur tersiklisasi. Di-
samping itu, pada sampel karet siklo
Pada spektrogram FTIR karet dari lateks karet alam juga terdapat
siklo, puncak spektra dengan puncak spektra pada bilangan

(c)
% Transmittance
% transmisi

(b)

(a)

Bilangan gelombang (cm-1)


Wave number (cm-1)
Gambar 5. Spektra FTIR (a) karet alam (b) karet siklo dari siklisasi lateks karet
alam (c) karet siklo dari siklisasi lateks karet alam berbobot
molekul rendah
Figure 5. FTIR spectra (a) natural rubber (b) cyclo rubber produced from NR
latex cyclization (c) cyclo rubber produced from cyclizationof NR latex
with low molecular weight

44
Karakterisasi karet siklo berbasis lateks karet alam berbobot molekul rendah

gelombang 1700 - 1710 cm-1 yang dari siklisasi lateks karet alam
menunjukkan adanya gugus asam berbobot molekul rendah memiliki
karboksilat dan diperkuat muncul- suhu transisi (Tg) yang lebih kecil
nya puncak spektra pada bilangan daripada suhu transisi (Tg) karet
gelombang 3400 - 3500 cm-1, sedang- siklo dari siklisasi lateks karet alam.
kan untuk sampel karet siklo dari Suhu transisi (Tg) karet siklo dari
hasil degradasi karet alam muncul siklisasi lateks karet alam dan lateks
puncak spektra yang melebar pada karet alam berbobot molekul rendah
daerah bilangan gelombang 3400 - berturut-turut sebesar 88,07oC dan
3500 cm-1 menunjukkan gugus 72,22oC. Suhu transisi (Tg) karet
hidroksil (-OH). Gugus-gugus siklo dari siklisasi lateks alam
fungsional tersebut diperkirakan berbobot molekul rendah lebih kecil
dari reaksi oksidasi sebagai reaksi daripada suhu transisi (Tg) karet
samping dalam siklisasi lateks karet siklo dari siklisasi lateks karet alam.
alam. Ini disebabkan interaksi antar
partikelnya lebih lemah karena
rantai molekul karet siklo dari
Sifat Termal Karet Siklo siklisasi lateks karet alam berbobot
molekul rendah lebih pendek.
Pada umumnya polimer
bersifat semikristalin yaitu sebagian
rantai polimer bersifat kristalin dan Kuat Rekatan
sebagian bersifat amorf. Analisis
sifat termal karet siklo dengan DSC Aplikasi karet siklo yang
dapat digunakan untuk mengetahui dibuat dari siklisasi lateks karet
struktur rantai polimernya apakah alam selama ini masih belum
bersifat kristalin atau amorf melalui optimal, tetapi berdasarkan karak-
pengamatan suhu transisi (Tm dan teristik secara umum karet siklo
Tg). Dalam penelitian ini dimaksud- memiliki daya lekat yang baik
kan untuk mengetahui perbedaan sehingga karet siklo yang dihasilkan
suhu transisi tersebut antara karet dalam penelitian ini diuji-cobakan
siklo yang dibuat dari siklisasi lateks sebagai perekat. Perekat merupakan
karet alam dengan karet siklo yang suatu bahan yang mampu menyam-
dibuat dari siklisasi lateks karet bungkan atau menyatukan kedua
alam berbobot molekul rendah.
Tabel 4. Suhu transisi gelas (Tg)
Hasil analisis sifat termal karet siklo
dengan DSC karet siklo dapat dilihat Table 4. Glass transition temperature
pada Tabel 4. Berdasarkan hasil (Tg) of cyclo rubber
pengujian sifat termal, karet siklo
hanya memiliki suhu transisi (Tg) Suhu transisi
sehingga karet siklo secara Bahan gelas (Tg)
keseluruhan memiliki rantai polimer No polimer Glass transition
bersifat amorf. Transisi (Tg) adalah Polymer temperature (Tg)
suhu pada saat polimer terjadi (OC)
perubahan dari keadaan gelas
1. Karet siklo (A) 88,07
menjadi karet. Semakin tinggi Tg Cyclo rubber
menunjukkan polimer yang semakin 2. Karet siklo (B) 72,22
getas. Karet siklo yang dihasilkan Cyclo rubber

45
Cifriadi, Budianto, Alfa

permukaan benda sehingga mem- karet ke logam, dan logam ke logam


punyai kekuatan yang memadai saat melalui pengamatan hasil pengujian
dikenai beban tertentu (Salomon kuat rekatan. Hasil pengujian kuat
dan Schonlau, 1951). Perekat yang rekatannya dirangkum dalam Tabel
dibuat dalam penelitian merupakan 5.
perekat berbasis pelarut dan dibuat
dengan cara mencampurkan karet Berdasarkan hasil pengujian
siklo, karet alam, dan bahan kimia kuat rekatan yang ditunjukkan pada
karet tertentu membentuk kompon Tabel 5 bahwa kuat rekanan kompon
karet. Formulasi kompon karet yang karet yang mengandung karet siklo
mengandung karet siklo untuk A pada substrat karet-karet memiliki
membuat perekat seperti yang nilai lebih tinggi dibanding substrat
ditunjukkan dalam Tabel 2. karet-logam dan logam-logam
Formulasi yang dibuat mengacu dengan nilai kuat rekatan pada
kepada formulasi pembuatan kom- substrat karet-karet, karet-logam,
pon karet standar ASTM 2A yang dan logam-logam berturut-turut
dimodifikasi melalui penggantian sebesar 3,07 kg/cm2; 0,46 kg/cm;
carbon black dengan karet siklo. dan 1,52 kg/cm2; sedangkan kuat
Dalam kompon karet yang dibuat, rekatan kompon karet yang
karet siklo berfungsi sebagai bahan mengandung karet siklo B memiliki
pelekat/pelengket (tackifier), ZnO nilai paling tinggi pada substrat
dan asam stearat berfungsi sebagai logam-logam dengan nilai kuat
bahan pengaktif vulkanisasi, TBBS rekatan pada substrat karet-karet,
berfungsi sebagai bahan pencepat karet-logam, dan logam-logam
vulkanisasi, dan sulfur berfungsi berturut-turut sebesar 1,17 kg/cm2;
sebagai bahan pemvulkanisasi. 1,29 kg/cm2; dan 2,83 kg/cm2.

Dalam penelitian ini, karet Kuat rekatan kompon karet


siklo yang diperoleh dari siklisasi yang mengandung karet siklo A pada
lateks karet alam dan dari siklisasi substrat karet-karet lebih baik dari
lateks karet alam berbobot molekul pada kuat rekatan kompon karet
rendah dibandingkan sifat lekatan- yang mengandung karet siklo B,
nya pada substrat karet ke karet, sebaliknya untuk substrat karet-

Tabel 5. Kuat rekatan kompon karet yang mengandung karet siklo


Table 5. Adhesion of rubber compound containing cyclo rubber

Kompon karet yang Kuat Rekatanx)


mengandung Adhesion x)
No. Rubber compound Karet ke karet Karet ke logam Logam ke logam
containing Rubber to rubber Rubber to metal Metal to metal
kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2

1. Karet siklo (A) 3,07 0,46 1,52


Cyclo rubber
2. Karet siklo (B) 1,17 1,29 2,83
Cyclo rubber
x)
= sesuai formulasi kompon karet pada Tabel 2 (according to rubber compound
formulation in Tabel 2)

46
Karakterisasi karet siklo berbasis lateks karet alam berbobot molekul rendah

logam dan logam-logam kompon dan dosis bahan pendegradasi serta


karet yang mengandung karet siklo waktu reaksi.
B lebih unggul. Hal ini menunjukkan
karet siklo B memiliki sifat lekatan Lateks karet alam hasil degra-
yang baik pada substrat logam. dasi polimer menggunakan kom-
Alasan ini diperkuat berdasarkan binasi bahan pendegradasi H2O2 1
hasil analisa spektrometri FTIR, bsk dan NaNO2 3 bsk dengan waktu
karet siklo B mengandung gugus reaksi degradasi selama 8 jam yang
fungsional hidroksil (-OH) pada memiliki bobot molekul relatif rata-
struktur molekulnya begitu juga rata viskositas terendah telah
pada struktur molekul karet siklo A. berhasil disiklisasi dengan meng-
Namun jumlah gugus hidroksil pada gunakan katalis asam sulfat pekat.
karet siklo B lebih banyak di- Karet siklo yang dihasilkan dari
bandingkan dengan karet siklo A, proses siklisasi pada bahan tersebut
seperti yang ditunjukkan pada memiliki bentuk berupa serbuk
Gambar 6 karet siklo B memiliki luas berwarna putih kecoklatan. Hasil
area pada bilangan gelombang 3400 spektra FTIR menunjukkan bahwa
- 3500 cm-1 lebih besar daripada proses siklisasi dari lateks karet
karet siklo A. Semakin banyak alam berbobot molekul rendah telah
jumlah gugus hidroksil pada karet berhasil disintesis yang ditunjukkan
siklo dapat menunjukkan pe- melalui pembentukan puncak-
ningkatan polaritas bahan. Oleh puncak khas spektra FTIR dari karet
karena itu, polaritas karet siklo B le- siklo yaitu munculnya puncak
bih besar daripada karet siklo A se- spektra pada bilangan gelombang
hingga karet siklo B lebih kuat untuk 883 cm-1 dan menghilangkan puncak
menyatukan substrat logam dengan spektra khas dari karet alam yakni
logam dari pada karet siklo A. pada panjang gelombang 836 cm-1.

Hasil analisis sifat termal


KESIMPULAN dengan DSC menunjukkan bahwa
karet siklo yang dihasilkan dari
Kombinasi bahan pendegra- siklisasi lateks karet alam berbobot
dasi yang digunakan dan peningkat- molekul rendah memiliki suhu
an waktu reaksi terbukti dapat transisi Tg yang lebih kecil daripada
menurunkan viskositas instrinsik suhu transisi Tg karet siklo dari
dan bobot molekul relatif rata-rata siklisasi lateks karet alam. Suhu
viskositas karet alam. Degradasi transisi Tg karet siklo dari siklisasi
lateks karet alam pada temperatur lateks karet alam dan lateks karet
reaksi sebesar 70OC dengan bahan alam berbobot molekul rendah
pendegradasi H2O2 1 bsk dan NaNO2 berturut-turut sebesar 88,07oC dan
3 bsk selama 8 jam waktu reaksi 72,22oC.
dapat menghasilkan karet alam yang
memiliki viskositas intrinsik dan Hasil pengujian kuat rekatan
bobot molekul relatif rata-rata kompon karet yang mengandung
viskositas terendah dengan nilai karet siklo dari siklisasi lateks karet
viskositas intrinsik sebesar 279,31 alam berbobot molekul rendah me-
dan bobot molekul relatif rata-rata miliki kuat rekatan yang lebih baik
viskositas sebesar 4,82 x 10 5 . daripada karet siklo dari siklisasi
Dengan demikian laju degradasi lateks karet alam pada rekatan sub-
lateks karet alam tergantung jenis strat karet-logam dan logam-logam,

47
Cifriadi, Budianto, Alfa

sebaliknya pada rekatan substrat Riyajan, S., and J.T. Sakdapipanich.


karet-karet daya rekatannya lebih 2006. Cationic cyclization of
rendah. deproteinized natural rubber
using sulfuric acid. Elastomer
and Plastics, 104-109.
DAFTAR PUSTAKA
Salomon, G., and Schonlau. 1951.
Coomarasamy, A., P.P., Perera, and Rubbery Adhesive. In de
M. Nadarajah. 1981. Bruyne, N. A., and R. Houwink.
Preparation and uses of Adhesion and Adhesive.
cyclised rubber obtained from Elsevier Publishing Company,
papain coagulated natural Amsterdam.
rubber, J. Rubb. Res. Inst. Sri
Lanka, 58, 46-57. Stolka, M., J. Vodehnal, and I.
Kossler. 1964. J. Polymer. Sci.
Detrembleur, C., A. Mouithys A2, 3987.
Nikcalad, P. Teyssie, and R.
Jerome. 2002 Sodium nitrite Solanky, S.S., R.P. Sing, D. Reyx,
and ascorbic acid : A metal free and I. Campistron. 2000.
combinations that controls the Photo-controlled degradation of
free-radical polymerization of natural rubber. J. Nat. Rubb
tert-buthyl methacrylate in Res, 3(2), 76-94.
water. e-Polymer Journal (004).
Surdia, N.M. 2000. Degradasi
Direktorat Jendral Perkebunan. polimer. Majalah Polimer
2010. Statistik Perkebunan Indonesia. 3(1), 20-21.
Indonesia : Karet. Sekretariat
Direktorat Jendral Perkebun- Solanky, S.S., and R.P. Sing. 2003.
an, Jakarta. Functional End Group Deter-
mination in Photo-degraded
IRSG. 2006. Rubber Statistical Liquid Rubbers. J. Nat. Rubb
Bulletin, International Rubber Res, 6(1), 1-11.
Study Group, Wembley, United
Kingdom, 61 (1). Suda Kiatkamjornwong, Roongkan
Nuisin, Guang-Hui Ma, and
Rastogi Aditya, Souhail Al-Abed, and Shinzo Omi. 2000. Synthesis
Dionysios D. Dionysiou. 2006. of styrenic toner particles by
Iron-Peroxymonosulfate : A SPG emulsification techni-
Novel Sulfate Radical Based que. Chinese J. of Polymer
Advanced Oxidation Techno- Science, 18 (4), 309-322.
logy for Degradation of PCBs.
The 12th International Van Veersen, G.J. 1951. The
Conference on Advanced structure of cyclised rubber.
Oxidation Technologies for Rubber Chemistry and
Treatment of Water Air and Soil, Technology, 24, 957-969.
Pennsylvania, Sept. 25-28.

48

You might also like