Professional Documents
Culture Documents
Erbi Bunyanuddin, Doni Bowo N., Rahayu Rizky P., Rizki Junianto,
dan Muhammad N.H.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract
Communication is a fundamental human need to interact with each other. For
children with special needs, particularly children with hearing impairment, communi-
cation becomes very important because they must learn to communicate harder than
the normal ones. In Karnna Manohara Special School an articulation mirror is used as
a device to train children with hearing impairment in communication, especially in
terms of facial expressions. Unfortunately, however, the device is less effective
because it is large and not portable. The purpose of this program is to implement
Electronic Portable Articulation Mirror (EPAM) which is a modification of a large
mirror articulation into a portable, practical and more effective one. This program is
conducted through several steps, namely observation, device improvement, feasibility
test (calibration), evaluation and revision, application of device, and evaluation. The
results of this program is EPAM design that consists of a mirror, an LCD display, a
control menu, sound indicator light, power indicator light, power button, display
baterray checker, 3.5 mm audio port, audio port 7 mm, charger port, speakers,
headsets, and microphone. The implementation of EPAM in speech therapy business
unit of Karnna Manohara Special School has succeeded in increasing the facial
expressions of the deaf children with the gain of 0.72 and increasing the capacity with
a high criterion.
62
Universitas Negeri Yogyakarta 63
informasi linguistik melalui suara dengan yang berada di sekitarnya. Sehingga anak
alat bantu mendengar maupun tidak tunarungu merupakan anak yang meng-
(Hallahan dan Kauffman, 2009). Tuna- alami hambatan dalam menerima infor-
rungu dibagi menjadi dua kategori yaitu masi berupa suara dengan alat bantu
kesulitan dalam mendengar (hard of dengar maupun tidak sehingga ber-
hearing) sebagai dampak dari hilangnya dampak pada kesulitan komunikasi, per-
kemampuan pada tingkat 35 dB hingga masalahan pribadi maupun sosial
69dB sedangkan dikatakan tuli (deaf- (Muhammad, 2008). Selanjutnya Sar-
ness) apabila kehilangan kemampuan djono (2005) menyatakan bahwa ko-
mendengar lebih dari 70 dB (Winarsih, munikasi dapat berlangsung dengan baik
2007). Anak tunarungu berkomunikasi dengan adanya empat komponen yang
dengan menggunakan bahasa mimik harus berfungsi, yaitu: suara, artikulasi,
atau dengan bahasa isyarat. Kedua kelancaran, kemampuan berbahasa.
bahasa ini memfokuskan pada indera Di SLB Karnna Manohara, yang
penglihatan untuk melihat dan membaca merupakan sekolah khusus bagi anak
bahasa yang diucapkan. Bahasa mimik tunarungu, terdapat unit usaha terapi
menekankan pada kemampuan meng- wicara yang memiliki media untuk
ucapkan kata dengan artikulasi yang melatih kemampuan bahasa mimik yaitu
jelas dan kemampuan membaca gerakan cermin artikulasi. Pada dasarnya media
bibir kawan bicara. pembelajaran merupakan segala sesuatu
Klasifikasi anak tunarungu terbagi yang dapat digunakan untuk menyalur-
dalam 5 yaitu 15-30 dB golongan ringan, kan pesan serta dapat merangsang pi-
31-60 dB sedang, 61-90 dB berat, 91-120 kiran, perasaan, perhatian, dan kemam-
dB Sangat berat, dan 121 ke atas masuk puan siswa sehingga dapat mendorong
dalam golongan Total (Bunawan, Yuwita, terjadinya proses belajar yang disengaja,
dan Cecilia, 2000). Sedangkan Winarsih bertujuan, dan terkendali (Miarso, 2004).
(2007) berpendapat tunarungu diklasifi- Untuk itu cermin artikulasi sangat
kasikan tuli dan kesulitan mendengar. penting guna mendukung pembelajaran
Kesulitan dalam mendengar sebagai karena setiap orang termasuk anak
dampak dari hilangnya kemampuan pada tunarungu tidak mampu melihat bibir
tingkat 35 dB hingga 69dB dan dikatakan masing-masing. Hal ini diungkapkan oleh
tuli apabila kehilangan kemampuan men- Hernawati (2011). Selain itu, belajar
dengar lebih dari 70 dB. Penggolongan bahasa mimik juga perlu intensif, tidak
ini didasarkan pada ketidakmampuan hanya disekolah, tetapi juga dirumah
telinga dalam proses mendengar bunyi dengan pendampingan orang tua. Namun
Electronic Portable Articulation Mirror (EPAM): Media untuk Meningkatkan Bahasa Mimik Anak Tunarungu
64 Universitas Negeri Yogyakarta
Electronic Portable Articulation Mirror (EPAM): Media untuk Meningkatkan Bahasa Mimik Anak Tunarungu
66 Universitas Negeri Yogyakarta
Electronic Portable Articulation Mirror (EPAM): Media untuk Meningkatkan Bahasa Mimik Anak Tunarungu
68 Universitas Negeri Yogyakarta
Electronic Portable Articulation Mirror (EPAM): Media untuk Meningkatkan Bahasa Mimik Anak Tunarungu
70 Universitas Negeri Yogyakarta
LCD menjadi informasi intensitas suara kan oleh pendamping dengan arti-
dalam satuan dB. Sinyal ini juga akan kulasi yang benar.
dikeluarkan ke lampu indikator sebagai j. Poin h dan i dilakukan secara ber-
penanda kerasnya suara dalam bentuk ulang-ulang sampai artikulasi yang
cahaya lampu LED. Selain itu sinyal juga diucapkan anak tunarungu menjadi
dikeluarkan dalam bentuk suara oleh benar.
speaker dan speaker headset yang dapat Penerapan program EPAM pada
diatur keras-kecil intensitasnya melalui anak tunarungu melalui beberapa tahap
control menu. mulai dari penerapan awal (adanya pre-
Prinsip kerja pengoperasian EPAM test), kemudian Monitoring I, Monitoring
terdiri dari beberapa tahap, sebagai II dan Monitoring III serta dilakukannya
berikut. pos-test untuk mengetahui seberapa
a. Pendampingduduk di sebelah kiri signifikan penerapan EPAM pada anak
anak tunarungu. tunarungu SLB Karnna Manohara. Beri-
b. Buka hardcase EPAM kut ini adalah hasil dari penerapan EPAM
c. Posisikan cermin sehingga pendam- yang dilakukan.
ping dan anak tunarungu dapat saling
melihat kedua mulut masing-masing Hasil Kualitatif
d. Hubungkankeduajackmicrophone. Secara kualitatif terdapat pening-
pada port microphone dan jack katan yang signifikan. Hal ini dapat
headset dengan port headset. dilihat dari setiap fonem yang diujikan
e. Hidupkan EPAM dengan menekan ataupun yang dilatihkan oleh guru dan
tombol power OFF ke ON. orang tua meningkat. Contohnya pada
f. Tekan tombol OK dan atur volume fonem P, pada pre-test, sebagian besar
dengan menekan tombol atas bawah anak tunarungu fonem P tidak terdengar
sesuai kebutuhan. ataupun tidak jelas mengucapkannya.
g. Pasangkanheadset Selain itu, suara kebanyakan anak tuna-
padatelingaanaktunarungu rungu masih sengau. Sengau muncul
h. Pendamping memegang microphone 1 karena pengaturan udara yang keluar
dan memberikan contoh mengucap- belum stabil. Udara yang dikeluarkan
kan huruf atau kata dengan artikulasi dari hidung dan mulut. Untuk melatihnya
yang benar. dengan menekan kedua lubang hidung
i. Anak tunarungu memegang micro- dan sembari memperhatikan artikulasi
phone 2 dan melakukan pengucapan yang benar melalui EPAM. Dapat dilihat
huruf atau kata sesuai yang diucap- pada Luthfi, diawal Pena diucapkan bena
Hasil Kuantitatif
Electronic Portable Articulation Mirror (EPAM): Media untuk Meningkatkan Bahasa Mimik Anak Tunarungu
72 Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk nilai gain yang dialami oleh yaitu Putra dan Irvan, yang memiliki
masing-masing anak adalah sebagai beri- grafik peningkatan kemampuan ber-
kut. bahasa mimik yang kurang stabil me-
Tabel 2. Nilai gain nandakan terdapatnya faktor-faktor lain
No. Nama Nilai gain yang mempengaruhi dalam pembelajar-
1. Lutfhi 0,85 an.
2. Ibra 0,64 Kemudian berdasarkan nilai gain
3. Ifah 0,70 yang dihasilkan, terdapat empat anak
4. Putra 0,81 yaitu Lutfhi, Ifah, Putra, dan Rayhan yang
5. Irvan 0,57 memiliki nilai gain lebih dari 0,70 dengan
6. Rayhan 0,72 kriteria tinggi dan dua anak yaitu Irvan
dan Ibra memiliki nilai gain dibawah
Untuk keseluruhan nilai gain pada 0,70 dengan kriteria sedang. Untuk nilai
penerapan program EPAM adalah 0,72. gain tertinggi dimiliki oleh Lutfhi yaitu
Secara kuantitatif, penerapan EPAM ber- sebesar 0,85, dan nilai gain terendah
hasil meningkatkan bahasa mimik pada diperoleh Irvan, yaitu sebesar 0,57. Se-
anak tunarungu. Berdasarkan data yang cara keseluruhan nilai gain pada pe-
diolah dan disajikan dalam bentuk grafik nerapan program EPAM untuk mening-
seperti Gambar 5. menunjukkan bahwa katkan kemampuan bahasa mimik anak
peningkatan kemampuan bahasa mimik tunarungu adalah 0,72. Berarti nilai
terlihat dari perubahan kemampuan tersebut terdapat direntang .
anak tanarungu dalam pengucapan Sehingga dapat dikategorikan penerapan
fonem. Dari grafik tersebut dapat dikaji EPAM dalam meningkatkan kemampuan
bahwa karakteristik setiap anak tuna- berbahasa mimik termasuk dalam kri-
rungu berbeda-beda dalam belajar me- teria tinggi.
ningkatkan bahasa mimik menggunakan
EPAM. PENUTUP
Terdapat empat dari enam anak Berdasarkan penerapan Electronic
tunarungu yaitu Lutfhi, Ibra, Ifah, dan Portable Articulation Mirror (EPAM)
Rayhan memiliki grafik peningkatan untuk meningkatkan kemampuan bahasa
secara linear. Hal ini menunjukkan EPAM mimik anak tunarungu yang telah dilaku-
mampu menjadi media pembelajaran kan dapat ditarik simpulan bahwa desain
yang membantu anak tunarungu dalam EPAM terdiri dari cermin, display LCD,
meningkatkan kemampuan berbahasa Control Menu, lampu indikator suara,
mimik secara stabil. Dua anak sisanya lampu indikator Power, tombol Power,
DAFTAR PUSTAKA
Bunawan, Lani & Yuwita, Cecilia Susila.
2000. Penguasaan Bahasa Anak
Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi
Rama.
Electronic Portable Articulation Mirror (EPAM): Media untuk Meningkatkan Bahasa Mimik Anak Tunarungu