You are on page 1of 12

Jurnal Penelitian Karet, 2018, 36 (1) : 65 - 76

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2018, 36 (1) : 65 - 76


Doi : https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v36i1.444

SIFAT FISIKA ASPAL MODIFIKASI KARET ALAM PADA BERBAGAI


JENIS DAN DOSIS LATEKS KARET ALAM

Physical Properties of Natural Rubber Modified Asphalt at Various Type


and Dosage of Natural Rubber Latex

Henry PRASTANTO1*, Yusef FIRDAUS2, Santi PUSPITASARI1,


Arief RAMADHAN1, dan Asron Ferdian FALAAH1
1
Pusat Penelitian Karet
Jalan Salak Nomor 1 Bogor 16151 Jawa Barat
*Email : hprastanto@yahoo.com
2
Balai Bahan dan Perkerasan Jalan, Puslitbang Jalan dan Jembatan
Jalan AH Nasution Nomor 264 Ujung Berung Bandung 40294 Jawa Barat

Diterima : 26 April 2018 / Disetujui : 28 Mei 2018

Abstract Abstrak

Biopolymer natural rubber latex is Biopolimer lateks karet alam


highly potencial to be used as additive in berpotensi digunakan sebagai bahan aditif
rubberized asphalt production. This research dalam pembuatan aspal modifikasi polimer
was aimed to study the effect of various types atau aspal karet. Penelitian ini bertujuan
and dosages of natural rubber latex to untuk mempelajari pengaruh berbagai jenis
physical properties of rubberized asphalt. The dan dosis lateks karet alam terhadap sifat
natural rubber latex were used consits of pure fisika aspal karet. Lateks karet alam yang
latex, cationic latex, and prevulcanized latex digunakan meliputi lateks karet alam pekat
at 1 and 4 hours. Asphalt pen 60 was also murni, lateks karet alam kationik, dan lateks
selected as main material. The determination karet alam yang telah dipravulkanisasi
of rubberized asphalt quality was based on selama 1 dan 4 jam. Aspal sebagai bahan
penetration, softening point, ductility, utama dipilih jenis aspal pen 60. Penilaian
penetration index, TFOT, and elastic recovery mutu aspal karet didasarkan pada hasil
test. The mixing of asphlat pen 60 and latex pengujian penetrasi, titik lembek, daktilitas,
was conducted at 140-150oC. The dosage of indeks penetrasi, uji TFOT, dan elastic
latex addition was varied at 3, 5, and 7% (to recovery. Pencampuran lateks karet alam
asphlat pen 60 weight). The result showed dalam aspal pen 60 dilakukan pada suhu
that cationic latex (L2) and 4 hours 140 – 150oC. Dosis penambahan lateks karet
prevulcanized latex (L3) produced an better alam divariasikan sebesar 3, 5 dan 7%
quality of rubberized asphalt compared to terhadap berat aspal pen 60. Berdasarkan
pure natural rubber latex (L1) and 1 hour hasil pengujian diperoleh bahwa lateks
prevulcanized latex (L4). Cationic latex (L2) kationik (L2) dan lateks pravulkanisasi 4 jam
gave higher softening point on rubberized (L3) menghasilkan aspal karet yang lebih
asphalt, however it has lower elastic recovery baik daripada aspal karet dengan aditif
and storage stability than 4 hours lateks pekat biasa (L1) dan lateks pekat
prevulcanized latex (L3) since the cationic pravulkanisasi 1 jam (L4). Lateks L2
latex (L2) was not prevulcanized. The
menghasilkan aspal karet dengan titik
presence of crosslink on 4 hours
lembek yang lebih tinggi daripada lateks L3
prevulcanized latex (L3) caused the
namun memiliki elastic recovery dan
rubberized asphalt had high elastic recovery
stabilitas penyimpanan yang lebih rendah
and better storage stability.
daripada lateks L3 karena lateks L2 tidak
melalui proses pravulkanisasi. Adanya
Keywords : Latex; natural rubber; physical
properties; rubberized asphalt ikatan silang pada lateks pravulkanisasi L3
membuat karet pada campuran aspal karet

65
Prastanto, Firdaus, Puspitasari, Ramadhan, dan Falaah

memiliki elastisitas yang lebih tinggi dan Lateks karet alam segar yang
stabilitas penyimpanan yang lebih baik. diperoleh dari hasil eksploitasi pohon Hevea
brasiliensis merupakan koloid berwarna
Kata kunci : Aspal karet; karet alam; lateks; putih yang tersusun atas biopolimer rantai
sifat fisika panjang cis-1,4 poliisoprena dan beberapa
komponen non poliisoprena seperti protein,
lemak, dan karbohidrat (Guidelli et al., 2011;
PENDAHULUAN Salomez et al., 2014). Namun lateks karet
alam segar tidak dapat langsung
Pemanfaatan produk karet alam diaplikasikan sebagai aditif aspal karet
sebagai material pendukung dalam karena tingginya kandungan air dalam
pembangunan infrastruktur nasional telah lateks karet alam segar tersebut akan
menjadi prioritas pemerintah. Langkah ini mempersulit pencampurannya terutama
dipercaya sebagai salah satu solusi untuk dalam aspal panas yang menyebabkan
meningkatkan konsumsi domestik sekaligus timbulnya percikan dan sifatnya yang tidak
kembali mengangkat harga karet alam di stabil cenderung akan menyebabkan
pasar internasional. Aspal modifikasi timbulnya agglomerasi partikel karet dalam
polimer (Polymer Modified Asphalt, PMA) aspal. Penurunan kadar air dalam lateks
berbasis karet alam atau aspal karet karet alam melalui teknik sentrifugasi dan
merupakan salah satu produk karet alam penambahan zat ammoniak untuk
yang sangat menjanjikan untuk dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid
merealisasikan target pemerintah tersebut. lateks karet alam segar menjadi lateks karet
Implementasi teknologi aspal karet di dalam alam pekat kadar ammoniak tinggi dinilai
negeri diperkirakan mampu mengkonsumsi dapat menimalisir risiko kegagalan
60 ribu ton karet alam. Aspal karet memiliki pencampurannya pada aspal panas saat
keunggulan dibandingkan aspal murni produksi aspal karet. Selain itu dengan
dalam hal ketahanan terhadap deformasi menggunakan lateks karet alam pekat yang
(alur/cekungan) pada arah memanjang di telah dimodifikasi diharapkan dapat
permukaan jalan sekitar jejak roda semakin meningkatkan mutu aspal karet
kendaraan akibat beban lalu lintas yang terutama sifat stabilitas panas.
berat, pengelupasan lapisan aspal dengan
agregat, serta ketahanan terhadap retakan Riset ini mempelajari pengaruh
jalan akibat perubahan suhu lingkungan penambahan berbagai jenis lateks karet
(Shafii et al., 2011; Mashaan et al., 2013; alam pekat ke dalam aspal panas penetrasi
Shaffie et al., 2015). (pen) 60 terhadap sifat fisik aspal karet.
Lateks karet alam pekat yang diujicobakan
Aspal karet diperoleh dari meliputi lateks karet alam pekat murni dan
pencampuran material karet pada lateks karet alam pekat yang telah
konsentrasi tertentu dalam aspal (Al-Ani, dimodifikasi secara kimiawi.
2009). Jenis karet yang ditambahkan
meliputi karet sintetik (styrene butadiene
rubber, SBR) dan karet termoplastik (styrene BAHAN DAN METODE
butadiene styrene, SBS dan ethylene vinyl
acetate, EVA) bahkan dalam bentuk serbuk Penelitian telah dilaksanakan di
ban bekas (scrap rubber). Bahan aditif Pabrik Percobaan dan Laboratorium Penguji
tersebut hanya dapat digunakan untuk Pusat Penelitian Karet untuk kegiatan
aspal panas. Oleh karena itu, negara persiapan dan pengujian bahan karet alam
produsen karet alam seperti Indonesia mulai dan Pusat Penelitian Pengembangan Jalan
mengembangkan jenis aditif aspal karet dan Jembatan untuk kegiatan pembuatan
berbasis lateks karet alam yang dapat dan pengujian aspal karet. Bahan utama
diaplikasikan baik untuk aspal panas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
maupun aspal emulsi (Malithong & lateks karet alam pekat yang diperoleh dari
Thongpin, 2010; Wen et al., 2015; Wang et Koperasi Karyawan INIRO Bogor, aspal
al., 2017). panas Pen 60 diproduksi oleh PT. Pertamina
(Persero) serta surfaktan anionik (sodium

66
Sifat Fisika Aspal Modifikasi Karet Alam pada Berbagai Jenis dan Dosis Lateks Karet Alam

lauril sulfat) dan nonionik (polieksilena lauril lateks pravul dibuat dengan cara
eter) didapatkan dari PT. KAO Indonesia. mencampurkan bahan kimia dispersi
Selanjutnya digunakan juga bahan kimia kompon karet yang terdiri dari dispersi
kompon lateks meliputi bahan antioksidasi campuran (bahan pengaktif + bahan
(ionol), bahan pengaktif (ZnO), bahan pencepat + bahan antioksidasi) dan dispersi
pencepat (ZDEC dan ZMBT), bahan sulfur ke dalam lateks karet alam pekat
pemvulkanisasi (sulfur) serta bahan bantu murni yang telah distabilkan dengan
olah dispersi (tamol dan bentonit) kompon penambahan surfaktan pada suhu ruang.
lateks yang seluruhnya diperoleh dari Campuran lateks dan bahan aditifnya
supplier lokal PT. Multi Citra Chemindo kemudian dipanaskan pada suhu 70oC
Nusa pada spesifikasi teknis. Asam kuat selama 4 jam (L3) dan 1 jam (L4).
untuk lateks kationik menggunakan jenis
asam klorida (HCl) 35% dari CV. Setia Guna Tahap ketiga yaitu pencampuran
Bogor. Sementara alat yang digunakan lateks karet alam pada konsentrasi 5%
meliputi reaktor pravulkanisasi, mixer aspal dengan aspal panas diawali dengan
karet, serta peralatan gelas laboratorium. memanaskan aspal panas hingga suhu
140oC. Ketika telah tercapai suhu 140oC, ke
Prosedur dalam penelitian terbagi dalam aspal panas yang telah mencair
menjadi tiga tahapan yaitu karakterisasi ditambahkan lateks karet alam sedikit demi
lateks karet alam pekat (sesuai ASTM sedikit sekaligus diaduk agar terbentuk
D1076) dan aspal pen 60 (sesuai Spesifikasi campuran aspal modifikasi polimer (aspal
Umum Bina Marga), persiapan lateks karet karet) yang homogen. Selanjutnya
alam sebagai bahan aditif aspal modifikasi campuran aspal karet dipindahkan ke dalam
polimer dilanjutkan dengan pembuatan dan mixer aspal karet dengan terus dilakukan
pengujian aspal modifikasi polimer berbasis pengadukan pada suhu 150oC selama 15
aspal panas dan lateks karet alam. Lateks menit. Dalam mixer ini, pengadukan
karet alam yang dipersiapkan sebagai bahan diperkuat dengan penggunaan blender
aditif meliputi lateks karet alam pekat murni pemotong berlubang kecil untuk menjamin
(lateks murni, L1), lateks karet alam asam homogenitas aspal karet. Lebih lanjut pada
(lateks kationik, L2), dan lateks karet alam tahap ini juga diujicobakan variasi dosis
pravulkanisasi (lateks pravul). penambahan lateks karet alam dalam aspal
pen 60 sebesar 3% dan 7% terhadap bobot
Lateks murni merupakan lateks aspal pen 60 murni. Aspal karet yang
karet alam pekat kadar ammoniak tinggi diperoleh selanjutnya dikarakterisasi sifat
yang langsung diperoleh dari produsen fisika meliputi parameter penetrasi (SNI
lateks pekat tanpa mendapatkan perlakuan 2456:2011), titik lembek (SNI 2434:2011),
awal. Sedangkan lateks kationik adalah daktilitas (SNI 2432:2011), kehilangan berat
lateks pekat yang telah dikurangi kadar dengan TFOT (SNI 06-2440-1991), penetrasi
ammoniak dengan penambahan asam kuat, setelah kehilangan berat (SNI 2456:2011),
dan lateks pravul adalah lateks pekat yang titik lembek setelah kehilangan berat (SNI
telah dimodifikasi dengan penambahan 2434:2011), daktilitas setelah kehilangan
bahan pemvulkanisasi sehingga terbentuk berat (SNI 2432:2011), keelastisan setelah
ikatan silang antara molekul karet dalam pengembalian (AASHTO T 301-98), dan
lateks tersebut. Lateks kationik stabilitas penyimpanan (perbedaan titik
dipersiapkan dengan menambahkan lembek) (ASTM D5976 part 6.1). Secara
surfaktan diikuti dengan asam kuat pekat ke terperinci kode sampel aspal karet berbasis
dalam lateks karet alam pekat hingga pH lateks karet alam dan aspal pen 60 diuraikan
lateks menjadi sebesar 3 dan kadar dalam Tabel 1.
ammoniaknya berkurang. Selanjutnya

67
Prastanto, Firdaus, Puspitasari, Ramadhan, dan Falaah

Tabel 1. Rincian kode sampel aspal karet berbasis lateks pravulkanisasi


Table 1. Sample code details of rubberized asphalt based on prevulcanized latex
Dosis
Kode Jenis lateks karet alam
No Dosage
Code Natural rubber latex type
(%)
1 A Lateks karet alam pekat murni (L1) 3
2 B Lateks karet alam pekat murni (L1) 5
3 C Lateks karet alam pekat murni (L1) 7
4 D Lateks karet alam kationik (L2) 3
5 E Lateks karet alam kationik (L2) 5
6 F Lateks karet alam kationik (L2) 7
7 G Lateks karet alam pravulkanisasi 4 jam (L3) 3
8 H Lateks karet alam pravulkanisasi 4 jam (L3) 5
9 I Lateks karet alam pravulkanisasi 4 jam (L3) 7
10 J Lateks karet alam pravulkanisasi 1 jam (L4) 3
11 K Lateks karet alam pravulkanisasi 1 jam (L4) 5
12 L Lateks karet alam pravulkanisasi 1 jam (L4) 7

HASIL DAN PEMBAHASAN sedangkan kualitas aspal pen 60 yang


digunakan di Indonesia mengikuti Standar
Karakterisasi Bahan Baku Lateks Karet Umum Bina Marga. Tabel 2 memperlihatkan
Alam Pekat dan Aspal Pen 60 hasil pengujian mutu aspal karet pen 60
murni dan Tabel 3 merangkum karakteristik
Kualitas bahan baku lateks karet lateks karet alam pekat murni.
alam pekat dan aspal pen 60 akan
berpengaruh terhadap mutu aspal karet. Aspal pen 60 merupakan jenis aspal
Bahan baku yang berkualitas tinggi keras selain aspal pen 80 yang banyak
diharapkan akan dapat menghasilkan aspal digunakan di Indonesia untuk pembentuk
karet yang mampu memenuhi syarat ideal lapisan perkerasan jalan. Aspal pen 60
aspal karet yaitu kekakuan tinggi pada suhu sesuai diaplikasikan pada kondisi beban lalu
tinggi sehingga dapat memperkecil lintas yang berat dan cuaca di wilayah tropis
deformasi, kekakuan yang rendah pada yang cenderung panas (Mashaan et al.,
suhu rendah untuk meminimalisir 2013). Faktor inilah yang mendasari
timbulnya retakan pada permukaan jalan pemilihan aspal pen 60 dalam pembuatan
serta dapat meningkatkan rekatan antara aspal karet berbasis lateks karet alam. Dari
aspal dengan agregat sehingga permukaan Tabel 2 dapat diketahui bahwa aspal pen 60
jalan tidak mudah mengelupas (Al-Mansob yang digunakan dalam riset memenuhi
et al., 2016). Kualitas standar lateks karet syarat mutu aspal keras sesuai Standar
alam pekat mengacu pada ASTM D1076, Umum Bina Marga sehingga sesuai

Tabel 2. Sifat fisik aspal pen 60


Table 2. Physical properties of asphalt pen 60
Parameter Standar mutu Hasil pengujian
No
Parameters Quality standard Test result
1 Penetrasi pada 25oC (0,1 mm) 60 – 70 63
2 Viskositas kinematik 135oC, (cSt) Min 300 408
3 Titik lembek, ( oC ) Min 48 49,2
4 Daktilitas pada 25oC, (cm) Min 100 =140
5 Titik nyala, ( oC ) Min 232 324
6 Kehilangan berat, (%) Maks 0,8 0,0292
7 Penetrasi setelah kehilangan berat (0,1 mm) Min 54 81,0
8 Titik lembek setelah kehilangan berat (oC) 51,6
9 Daktilitas setelah kehilangan berat (cm) Min 100 =100

68
Sifat Fisika Aspal Modifikasi Karet Alam pada Berbagai Jenis dan Dosis Lateks Karet Alam

Tabel 3. Karakteristik bahan baku lateks karet alam pekat murni


Table 3. Characteristic of pure natural rubber latex concentrate as raw material
Lateks karet alam pekat
Standar mutu
Parameter murni
Quality
Parameters Pure natural rubber latex
standard
concentrate
Kadar karet kering, K3, (%) Min 59,8 60,5
Kadar jumlah padatan, KJP, (%) Min 61,3 61,5
Kadar bahan non karet, KJP-K3, (%) Maks 2 1,0
Kadar alkalinitas NH3, (%) Min 0,60 0,76
Bilangan KOH Maks 0,8 0,65
Waktu kemantapan mekanik, WKM, Min 650 650
(detik)

diaplikasikan dalam pembuatan aspal karet Parameter kadar alkalinitas,


berbasis campuran lateks karet alam dan bilangan KOH, dan waktu kemantapan
aspal panas. Parameter utama penentu mekanik berkaitan dengan kestabilan
kualitas aspal meliputi penetrasi yang lateks. Dengan parameter kestabilan yang
menunjukkan tingkat kekerasan aspal, memenuhi syarat maka koloid lateks karet
daktilitas yang mengindikasikan ketahanan alam pekat akan tetap stabil dalam fasa cair
aspal terhadap retak dalam fungsinya dan tidak mudah mengalami koagulasi
sebagai lapisan perkerasan, titik lembek ketika dimodifikasi secara kimiawi. Lateks
memperlihatkan besarnya suhu saat aspal yang tidak stabil cenderung mudah
mencapai derajat kelembekkan atau mulai terkoagulasi akibatnya tidak dapat
meleleh, dan titik nyala yaitu suhu pada saat dimodifikasi karena zat pemodifikasi tidak
tampak nyala singkat pada suatu titik di atas akan mampu menembus dan berinteraksi
permukaan aspal. Ketiga parameter utama dengan partikel karet alam. Dengan
tersebut dapat digunakan untuk demikian lateks karet alam pekat murni ini
memprediksi ketahanan pengusangan dinilai dapat berfungsi dengan optimal
(ageing resistance) aspal (Cong et al., 2010; sebagai bahan baku dalam pembuatan
Shafii et al., 2011; Yin et al., 2013; Sheng et lateks kationik dan lateks pravulkanisasi
al., 2017). untuk aditif aspal karet berbasis aspal pen
60.
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa
lateks karet alam pekat murni yang akan Dalam riset ini tidak dilakukan
digunakan sebagai bahan baku dalam pengujian dengan parameter lengkap
pembuatan bahan aditif aspal karet yaitu terhadap mutu lateks karet alam kationik
lateks pravulkanisasi dan lateks kationik (L2) dan lateks pravulkanisasi (L3 dan L4)
berkualitas baik karena mampu memenuhi seperti pada lateks karet alam murni,
spesifikasi mutu sesuai persyaratan ASTM dikarenakan belum terdapatnya standar
D1076. Kadar karet kering menggambarkan mutu lateks karet alam modifikasi yang akan
kandungan partikel karet sedangkan kadar digunakan sebagai bahan aditif aspal karet.
jumlah padatan menunjukkan total jumlah Pengujian mutu lateks karet alam katonik
karet dan bahan non karet yang terdispersi dan pravulkanisasi hanya meliputi kadar
dalam koloid lateks. Lateks dinilai karet kering. Dalam pembuatan aspal karet,
berkualitas baik apabila memiliki kadar parameter kadar karet kering (K3) menjadi
karet kering tinggi namun kadar bahan non basis perhitungan bobot lateks yang akan
karet yang rendah. Lateks tersebut banyak ditambahkan ke dalam aspal pen 60.
mengandung partikel karet alam Berdasarkan hasil pengujian diperoleh K3
poliisoprena namun hanya sedikit latek kationik (L2), lateks pravulkanisasi L3
mengandung impurities. dan L4 masing-masing sebesar 49,58%,
50,71% dan 49,56%.

69
Prastanto, Firdaus, Puspitasari, Ramadhan, dan Falaah

Dari data tersebut terlihat bahwa, K3 penetrasi aspal namun meningkatkan nilai
lateks kationik L2 sebanding dengan lateks titik lembek. Berkurangnya penetrasi yang
pravulkanisasi L4 yang disebabkan oleh diikuti dengan meningkatnya titik lembek
jumlah komposisi bahan pemodifikasi yang berarti bahwa aspal karet menjadi semakin
ditambahkan ke dalam lateks murni saat keras, kental serta tahan terhadap
pembuatan kedua jenis lateks tersebut perubahan suhu dibandingkan dengan
hampir sama. Bahan pemodifikasi pada aspal pen 60 murni (Liu, 2013; Albrka,
lateks kationik mencangkup larutan 2018). Perubahan sifat aspal pen 60 ini
surfaktan dan asam kuat pekat, sementara disebabkan oleh meningkatnya elastisitas
lateks pravulkanisasi meliputi dispersi aspal karet karena adanya kandungan
bahan kimia kompon karet dan larutan partikel karet dalam lateks yang juga
surfaktan. Baik dalam larutan surfaktan terdistribusi dalam aspal pen 60. Aspal karet
maupun dispersi bahan kimia kompon karet dengan sifat penetrasi rendah dan titik
banyak mengandung air yang dapat lembek yang tinggi sesuai digunakan untuk
menyebabkan berkurangnya K3 lateks hasil pembentuk lapisan perkerasan jalan di
modifikasi (sebesar 49,5%) dibandingkan wilayah dengan suhu lingkungan yang
lateks murni (sebesar 60,5%). Selanjutnya cenderung panas (Kishore & Gottala, 2015).
pada lateks pravul 4 jam (L3) dan 1 jam (L4),
terlihat peningkatan nilai K3 yang cukup Daktilitas aspal sangat ditentukan
tajam pada L3 daripada L4. Waktu oleh komposisi kimiawi (senyawa
pravulkanisasi yang lama menyebabkan hidrokarbon) penyusun aspal tersebut
semakin banyak bahan non karet terutama termasuk bahan aditifnya (Mandeel, 2012).
air dalam lateks pravulkanisasi yang Adanya partikel karet yang menyebabkan
mengalami penguapan yang kemudian meningkatnya keelastisan aspal, justru
diikuti dengan naiknya nilai K3 pada lateks mengakibatkan aspal karet memiliki nilai
L3. daktilitas yang cenderung lebih rendah
kecuali aspal karet yang terbuat dari
Sifat Fisika Aspal Karet Dengan campuran aspal pen 60 dengan lateks L1.
Penambahan Berbagai Jenis Lateks Karet Daktilitas menggambarkan sifat plastis dari
Alam aspal, oleh karena itu adanya komponen
yang bersifat elastis menurunkan daktilitas
Sifat fisik aspal karet yang diperoleh dari aspal tersebut (Sheng et al., 2017). Dari
dari hasil penambahan 5% berbagai jenis keempat jenis lateks karet alam yang
lateks karet alam dalam aspal pen 60 digunakan sebagai bahan aditif aspal karet,
dirangkum dalam Tabel 4. Tabel 4 lateks L3 dan L4 memiliki sifat elastis
menginformasikan bahwa penambahan 5% tertinggi karena dalam lateks tersebut antar
lateks karet alam menurunkan angka partikel karet telah saling membentuk

Tabel 4. Sifat fisik aspal karet berbasis 5% lateks karet alam dan aspal pen 60
Table 4. Physical properties of rubberized asphalt based on 5% natural rubber latex and
asphalt pen 60
Aspal Kode sampel lateks
Parameter murni Latex sample code
Parameters Pure
B E H K
asphalt
Penetrasi, (mm) 63 58 59 60 56
Daktilitas, (cm) 140 >140 140 39 43
Titik lembek, ( oC ) 49,2 54,2 54,25 52,2 51,7
Indeks penetrasi -0,86 0,14 0,23 -0,21 -0,51
Kehilangan berat dengan TFOT, (% asli) 0,0223 0,0165 0,0245 0,0456 0,0535
Penetrasi setelah TFOT, (% asli) 81,1 92,8 83,8 86,4 95,0
Titik lembek setelah TFOT, ( oC ) 51,6 54,3 53,6 52,7 52,2
Daktilitas setelah TFOT, (cm) >140 >140 >140 >140 51
Keelastisan setelah pengembalian, (%) - 29,5 31,3 34,5 30

70
Sifat Fisika Aspal Modifikasi Karet Alam pada Berbagai Jenis dan Dosis Lateks Karet Alam

ikatan silang melalui mekanisme penguapan ketika aspal karet dipanaskan


pravulkanisasi. Selain itu, akibat pada suhu 140oC saat pengujian TFOT.
pembentukan ikatan silang maka ukuran Aspal karet dengan penambahan lateks
partikel karet alam dalam L3 dan L4 menjadi kationik L2 memiliki sifat fisik (penetrasi,
besar. Peningkatan ukuran partikel karet titik lembek, dan daktilitas) yang relatif
alam turut berkonstribusi terhadap paling baik diantara jenis lateks karet alam
penurunan nilai daktilitas aspal karet yang lain. Dalam lateks kationik L2, terdapat
(Zhang et al., 2011; Gao & Huang, 2013). surfaktan dosis tinggi. Surfaktan inilah yang
Lateks pravulkansasi selama 4 jam (L3) diperkirakan berperan dalam
memiliki tingkat elastisitas yang terbaik mempertahankan sifat fisik aspal karet
dibanding jenis lateks karet alam yang lain, selama kondisi pemanasan berulang.
karena melalui mekanisme pravulkanisasi
telah terbentuk ikatan silang antar molekul Pada pengujian keelastisan setelah
karet. Ikatan silang tersebut tidak terjadi pengembalian (elastic recovery) terlihat
pada lateks karet alam pekat (L1) dan lateks bahwa lateks pravul L3 memberikan
kationik (L2), dan belum terbentuk pengaruh elastic recovery yang tertinggi
sempurna pada lateks pravulkanisasi 1 jam untuk aspal karet berbasis lateks karet
(L4) (Malithong & Thongpin, 2010). alam. Aspal karet ini memiliki daya kohesi
yang tinggi sehingga memiliki kemampuan
Seperti pada parameter titik lembek, lentur yang baik, dapat meminimalisir
indeks penetrasi aspal karet turut terjadinya retak permukaan karena
meningkat akibat penambahan lateks karet pergerakan tanah dasar, serta mampu
alam. Indeks penetrasi mencerminkan menahan beban lalu lintas yang berat.
ketahanan aspal terhadap perubahan suhu Kemampuan lentur yang mumpuni sebagai
atau sensitivitas aspal terhadap panas akibat dari adanya partikel karet yang saling
(Erkus et al., 2017; Remisova & Holy, 2017). berikatan silang dalam aspal karet berbasis
Peningkatan nilai indeks penetrasi terbesar lateks pravul L3.
diperoleh dari pencampuran lateks kationik
L2 dalam aspal pen 60. Aspal karet tersebut Sifat Fisika Aspal Karet Dengan
memiliki ketahanan terhadap perubahan Penambahan Berbagai Jenis dan Dosis
suhu yang baik dibandingkan aspal karet Lateks Karet Alam
lainnya. Keberadaan kandungan senyawa
sulfur yang tinggi dalam lateks kationik yang Peningkatan dosis lateks karet alam
berasal dari penambahan surfaktan SLS mempengaruhi tingkat kekerasan aspal
berperan dalam meningkatkan ketahanan yang diindikasikan dengan penurunan nilai
aspal terhadap oksidasi. Senyawa sulfur penetrasi (Tabel 5). Dengan kadar partikel
dapat berfungsi sebagai radical scavenger karet yang semakin banyak dalam
(Owaid, 2014). Peningkatan titik lembek dan campuran aspal karet maka akan semakin
indeks penetrasi bersamaan dengan banyak partikel karet yang memenuhi
menurunnya penetrasi dan daktilitas secara ruang-ruang antar partikel aspal. Pada saat
simultan merupakan indikasi terjadinya proses pencampuran, jarak antar partikel
pengerasan aspal. aspal menjadi renggang disebabkan oleh
adanya pemanasan. Pada saat partikel aspal
Thin Film Oven Test (TFOT) bertujuan menjadi rengang, partikel karet alam akan
untuk mengetahui kehilangan minyak dan masuk ke dalam ruang-ruang antara
bahan mudah menguap lainnya dalam aspal partikel aspal dan menyerap minyak yang
karet akibat pemanasan berulang sekaligus terkandung dalam aspal sehingga karet
perubahan kinerja aspal akibat kehilangan alam mengembang. Partikel karet tersebut
berat. Kehilangan berat terbesar terlihat dari mengisi ruang-ruang diantara partikel aspal
penambahan lateks pravul L3 dan L4. Dalam sehingga aspal karet yang dihasilkan
kedua jenis lateks tersebut, banyak menjadi lebih padat dan keras. Sifat aspal
mengandung bahan mudah menguap karet yang menjadi lebih padat dan keras
(utamanya air) yang berasal dari bahan juga diikuti dengan peningkatan nilai titik
dispersi kompon lateks yang digunakan saat lembek serta indeks penetrasi. Seiring
pembuatan lateks pravulkanisasi. Air dalam penambahan dosis lateks, diikuti dengan
campuran apal karet akan mengalami penurunan daktilitas. Sifat ini sesuai

71
Prastanto, Firdaus, Puspitasari, Ramadhan, dan Falaah

Tabel 5. Penambahan berbagai jenis dan dosis lateks karet alam terhadap sifat fisik
aspal karet
Table 5. Effect of varoius types and dosages of natural rubber latex addition on physical
properties of rubberized asphalt
Kode sampel lateks
Parameter Latex sample code
Parameters
A C D F G I J L
Penetrasi, (mm) 61 51 62 56 61 52 61 51
Daktilitas, (cm) >140 119 140 140 48 41 49 29
Titik lembek, ( oC ) 52,6 57,4 51,6 57,85 51,1 52,5 50,4 52,5
Indeks penetrasi -0,08 0,55 -0,29 0,89 -0,46 -0,52 -0,63 -0,54
Kehilangan berat dengan 0,0073 0,0160 0,0485 0,0132 0,0195 0,0113 0,0211 0,0565
TFOT, (% asli)
Penetrasi setelah TFOT, 86,2 91,8 81,7 86,3 86,9 88,0 84,9 108,2
(% asli)
Titik lembek setelah 52,65 56,5 53,1 54,6 51,6 53,1 51,1 54,6
TFOT, ( oC )
Daktilitas setelah TFOT, (cm) >140 >140 >140 >140 >140 81 64 68
Keelastisan setelah 3,0 35,0 20,0 40,0 22 55 25 40
pengembalian, (%)

dengan hasil penelitian Mashaan et al. Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar


(2011) dan Nejad et al. (2012) yang 2 dapat diketahui bahwa aspal karet
menemukan bahwa penurunan daktilitas berbasis aspal pen 60 dan lateks karet alam
merupakan akibat dari terserapnya jenis lateks kationik (L2) dan lateks pravul
komponen minyak dalam aspal karet oleh (L3) pada dosis 3 dan 5% terhadap bobot
partikel karet alam sehingga menambah aspal memiliki stabilitas mutu yang relatif
massa pertikel karet alam tersebut. Elastic baik. Sifat ini dibuktikan dari perbedaan
recovery yang cenderung naik tentu nilai penetrasi aspal kurang dari 4 poin dan
disebabkan karena semakin banyaknya titik lembek aspal karet yang lebih kecil dari
kandungan material elastis (polimer karet 0,5oC (<2oC) (Suroso, 2008). Terdapatnya
alam) dalam komposisi bahan penyusun kandungan surfaktan dosis tinggi dalam L2
aspal karet. yang meningkatkan kompatibilitas antara
campuran aspal pen 60 dengan lateks
Hasil pengujian aspal karet setelah kationik L2 serta telah terjalinnya ikatan
TFOT pada variasi dosis lateks karet alam silang dalam molekul karet alam yang
yang ditambahkan ke dalam aspal pen 60 dijembatani oleh sulfur akibat proses
menunjukkan bahwa terjadinya pravulkanisasi pada L3 turut berkonstribusi
peningkatan nilai penetrasi dan titik lembek, terhadap kestabilan karakteristik aspal
kehilangan berat yang fluktuatif, serta karet selama penyimpanan (storage stability)
daktilitas cenderung konstan kecuali L3 (Ghaly, 2008).
yang turun drastis. Nilai penetrasi yang
direkomendasikan untuk aspal modifikasi Pengujian stabilitas penyimpanan
setelah uji TFOT minimum sebesar 65%. aspal lateks sangat penting untuk
Sedangkan selisih nilai titik lembek yang mengetahui homogenitas campuran aspal
diizinkan untuk aspal modifikasi yang telah lateks dan ketahanan terhadap aspal lateks
diuji TFOT adalah sebesar 1-2oC atau tidak terhadap panas. Stabilitas penyimpanan
boleh lebih dari 5oC (Altieb et al., 2016). yang baik menunjukkan aspal lateks tetap
Persyaratan nilai titik lembek setelah TFOT homogen dan tidak banyak terdegradasi
tersebut dapat dipenuhi oleh seluruh aspal yang ditandai dengan relatif seragamnya
karet kecuali aspal karet dengan penetrasi dan titik lembek selama
penambahan L2 dan L4 sebanyak 7%. penyimpanan. Lateks L2 memiliki stablitas
penyimpanan yang lebih rendah karena

72
Sifat Fisika Aspal Modifikasi Karet Alam pada Berbagai Jenis dan Dosis Lateks Karet Alam

100
90
Penetration difference
i
Perbedaan penetrasi
e 80
s
a n
rt e
r 70
e e
ff
(0,1 mm)
n i ) 60
e d m 50
p m
n n
o 40
a it 1
,
a a 0
( 30
d
e rt
b e 20
re n
e 10
P P
0
D E F G H I J K L
Sampel aspal karet
Rubberized asphalt sample

Langsung 1 x 24 jam 2 x 24 jam 5 x 24 jam


o
Gambar 1. Pengaruh penyimpanan pada 163 C terhadap penetrasi
Figure 1. Effect of storage at 163oC on penetration

7
k e
Softening point difference

c
Perbedaan titik lembek

e n 6
b e r
me f 5
le fi
ik d
ti tn ) 4
(ºC)

t i º(
n op
3
a
a g 2
d n
e in
b
tf 1
re e
P oS 0
D E F G H I J K L

Sampel aspal karet


Rubberized asphalt sample
Langsung 1 x 24 jam 2 x 24 jam 5 x 24 jam

Gambar 2. Pengaruh penyimpanan pada 163oC terhadap titik lembek


Figure 2. Effect of storage at 163oC on softening point

karet cenderung mengapung akibat KESIMPULAN


perbedaan densitas karet dan aspal serta
terdegradasi akibat panas selama Kesimpulan yang dapat diuraikan
penyimpanan. Karet yang tidak berdasarkan uraian hasil penelitian adalah
tervulkanisasi lebih mudah terdegradasi bahwa penambahan karet alam dalam aspal
akibat panas. Berbeda dengan lateks L3 dan pen 60 dalam pembuatan aspal modifikasi
L4 yang memiliki stabilitas penyimpanan polimer (aspal karet) dapat meningkatkan
yang lebih baik karena telah tervulkanisasi. sifat fisik aspal yang diindikasikan dengan

73
Prastanto, Firdaus, Puspitasari, Ramadhan, dan Falaah

bertambahnya nilai titik lembek, penurunan Al-Mansob, R.A., Ismail, A., Yusoff, N.I.M.,
nilai penetrasi dan kenaikan keelastisan Albrka, S.I., Azhari, C.H., & Karim,
setelah pengembalian aspal karet. M.R. (2016). Rheological characteristic
Parameter ini yang akan berpengaruh of unaged and aged epoxidized natural
terhadap kemampuan aspal karet dalam rubber modified asphalt. Construction
menahan kelelehan plastis dan and Building Materials, 102, 190-199.
meningkatkan tahanan geser. Doi : 10.1016/j.conbuildmat.
2015.10.133.
Secara umum lateks kationik L2 dan
lateks pravul L3 memiliki sifat yang lebih Altieb, Z.A., Aziz, M.M.A., Anuar, K., &
baik daripada lateks L1 dan L4. Lateks Jibrin, H.B. (2016). A short review on
kationik (L2) pada dosis 5% terhadap bobot using crumb rubber as modification of
aspal pen 60 adalah jenis lateks karet alam bitumen binder. Jurnal Teknologi, 78,
dapat digunakan sebagai bahan aditif dalam 29-36.
produksi aspal modifikasi polimer (aspal
karet) karena meningkatkan titik lembek Cong, P., Chen, S., Yu, J., & Wu, S. (2010).
yang cukup baik namun hanya memiliki Effects of aging on the properties of
stabilitas penyimpanan yang lebih rendah modified asphalt binder with flame
bila dibandingkan dengan Lateks retardants. Construction and Building
Pravulkanisasi L3 sehingga dikhawatirkan Materials, 24, 2554-2558. Doi :
aspal karet yang dihasilkan kurang homogen 10.1016/j.conbuildmat.2010.05.022.
dan kurang tahan panas selama
penyimpanan. Sedangkan Lateks jenis L3 Erkus, Y., Kok, B.V., & Yilmaz, M. (2017).
memiliki sifat yang lebih baik dalam hal Effects of graphite on rheological and
keelastisan setelah pengembalian dan conventional properties of bituminous
stabilitas penyimpanan meskipun memiliki binders. International Journal of
titik lembek yang sedikit lebih rendah Pavement Research and Technology,
daripada lateks L2. Parameter keelastisan 10, 315-321. Doi : 10.1016/j.ijprt.
setelah pengembalian ini sangat penting 2017.04.003.
karena aspal diharapkan memiliki
elastisitas yang tinggi. Stabilitas Gao, G., & Huang, W. (2013). Performance
penyimpanan juga sangat penting untuk analysis and research of warm asphalt
mejamin homogenitas aspal karet dan rubber. Proceedings of the 4th
ketahanan aspal karet selama International Conference on
penyimpanan. Transportation Engineering (p. 2516-
2524). Chengdu, China : ASCE. Doi :
10.1061/9780784413159.366.
DAFTAR PUSTAKA
Ghaly, N.F. (2008). Effect of sulfur on the
Al-Ani, T.M.A. (2009). Modification of asphalt storage stability of tire rubber modified
mixture performance by rubber asphalt. World Journal of Chemistry,
silicone additive. Anbar Journal of 3(2), 42-50.
Engineering Science, 2(1), 71-81.
Guidelli, E.J., Ramos, A.P., Zaniquelli,
Albrka, S.I. (2018). Evaluation of the M.E.D., & Baffa, O. (2011). Green
performance of asphalt binder synthesis of colloidal silver
modified with nanoparticles. Trends in nanoparticles using natural rubber
Civil Engineering and Material Science, latex extracted from Hevea
1(1), 1-5. brasiliensis. Spectrochimica Acta Part
A, 82, 140–145. Doi : 10.1016/j.saa.
2011.07.024.

74
Sifat Fisika Aspal Modifikasi Karet Alam pada Berbagai Jenis dan Dosis Lateks Karet Alam

Kishore, K.S.N., & Gottala, A. (2015). A study Remizova, E., & Holy, M. (2017). Changes of
on effect of addition of natural rubber properties of bitumen binders by
on the properties of bitumen & additives application. IOP Conference
bituminous mixes. International Series : Materials Science and
Journal of Science Technology & Engineering (7 p.). Doi : 10.1088/1757-
Engineering, 2(1), 206 – 212. 899X/245 /3/032003.

Liu, S. (2013). Study of physical and Salomez, M., Subileau, M., Intapun, J.,
rheological properties of wax modified Bonfils, F., Sainte-Beuve, J., Vaysse,
binders using classic and SHRP testing L., & Dubreucq, E. (2014). Micro-
methods. Indian Journal of Engineering organisms in latex and natural rubber
& Material Science, 20, 132 – 138. coagula of Hevea brasiliensis and their
impact on rubber composition,
Malithong, S., & Thongpin, C. (2010). The structure and properties. Journal of
modification of asphalt emulsion using Applied Microbiology, 117(4), 921 –
pre-vulcanized natural rubber latex for 929. Doi : 10.1111/jam.12556.
highway application. Advanced
Material Research, 93-94, 639 – 642. Shaffie, M., Ahmad, J., Arshad, A.K.,
Doi : 10.4028/www.scientific.net Kamarun, D., & Kamaruddin, F.
/AMR.93-94.639. (2015). Stripping performance and
Mandeel, T.A.J. (2012). Viscosity and volumetric properties evaluation of hot
ductility improvement of natural mix asphalt (HMA) mix design using
asphalt in (Heet-Anbar) areas using natural rubber latex polymer modified
industrial waste for the purpose of binder (NRMB). Proceedings of the
recycling. Tikrit Journal of Pure Science, International Civil and Infrastructure
17(4), 120-128. Engineering 2014 (p. 873-884).
Singapore: Springer. Doi :
Mashaan, N.S., Ali, A.H., Karim, M.R., & 10.1007/978-981-287-290-6.
Abdelaziz, M. (2011). Effect of crumb
rubber concentration on the physical Shafii, M.A., Abdul Rahman, M.Y., & Ahmad,
and rheological properties of J. (2011). Polymer modified asphalt
rubberised bitumen binders. emulsion. International Journal of Civil
International Journal of the Physical & Enviromental Engineering, 11(6), 43 –
Science, 6(4), 684-690. 49.

Mashaan, N.S., Ali, A.H., Koting, S., & Karim, Sheng, Y., Li, H., Geng, J., Tian, Y., Li, Z., &
M.R. (2013). Performance evaluation of Xiong, R. (2017). Production and
crumb rubber modified stone mastic performance of desulfurized rubber
asphalt pavement in Malaysia. asphalt binder. International Journal of
Advances in Material Science and Pavement Research and Technology,
Engineering, 2013, p.8. Doi : 1 0 , 2 6 2 - 2 7 3 . D o i :
10.1155/2013/304676. 10.1016/j.ijprt.2017.02.002.

Nejad, F.M., Aghajani, P., Modarres, A., & Suroso, T.W. (2008). Pengaruh penambahan
Firoozifar, H. (2012). Investigating the plastik LDPE (Low Density Poly
properties of crumb rubber modified Wthylene) cara basah dan cara kering
bitumen using classic and SHRP terhadap kinerja campuran beraspal.
testing methods. Construction and Media Komunikasi Teknik Sipil, 16(3),
Building Materials, 26(1), 481-489. Doi 208-222.
: 10.1016/j. conbuildmat.
2011.06.048. Wang, T., Xiao, F., Amirkhanian, S., Huang,
W., & Zheng, M. (2017). A review on low
Owaid, K.A. (2014). Effect of aging on the temperature performance of
rheological properties of the modified rubberized asphalt materials.
asphalt-rubber system using Construction and Building Materials,
microwave technique. European 145, 483-505. Doi : 10.1016/
Chemicall Bulletin, 3(7), 668-671. Doi : j.conbuildmat.2017.04.031.
10.17628 /ECB.2014.3.668

75
Prastanto, Firdaus, Puspitasari, Ramadhan, dan Falaah

Wen, Y., Wang, Y., Zhao, K., & Sumalee, A. Zhang, Z., Wu, Q., & Zhao, Z. (2011).
(2015). The use of natural rubber latex Evaluation of sasobit warm mix rubber
as a renewable and sustainable asphalt properties. Proceedings of the
modifier of asphalt binder. 3rd International Conference on
International Journal of Pavement Transportation Engineering (p. 1932-
Engineering, 18(6), 547 – 559. Doi : 1938). Chengdu, China : ASCE.
10.1080/10298436.2015.1095913.

Yin, J.M., Wang, S.Y., & Lu, F.R. (2013).


Improving the short-term aging
resistance of asphalt by addition of
crumb rubber radiated by microwave
and impregnated epoxidized soybean
oil. Construction and Building
Materials, 49, 712-719. Doi :
10.1016/j.conbuildmat.2013.08.067.

76

You might also like