You are on page 1of 17

JOURNAL READING

FOLLOW UP FISIK DAN FUNGSIONAL PASIEN TUBERKULOSIS


PADA FASE PERAWATAN INTENSIF AWAL DI KAMERUN
MENGGUNAKAN TES JALAN KAKI 6 MENIT

DISUSUN OLEH:
ANA ERDINA G99162148
TRISNA RIZKI PRASETYO G99172017
GILANG SUKMA MUHAMAD G99172081
SHANTY FITRIA ANDRIANI G99172152

PEMBIMBING:
Dr. Noer Rachma, dr., Sp.KFR

KEPANITERAAN KLINIK / PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2018
Physical and functional follow-up of tuberculosis patients in initial
intensive phase of treatment in Cameroon using 6-min walk test
W.R. Guessogo ● S.H. Mandengue ● P.B.A. Ndemba ● U.O. Medjo ● E.E.Minye S.
Ahmaid ● A. Ternferno on behalf of the
Practice Recommendations Developmental Group
Journal of exercise Rehabilitation Vol 12 No.4, August 2019

CRITICAL APPRAISAL

General Description
1. Design : quantitative research, cohort study design
2. Subject : patients with tuberculosis (TB) in initial intensive phase of
treatment
3. Title : interesting, concise and straightforward
4. Authors : clearly written constitution and there are correspondence
address
5. Abstract : clear and appropriate rules
6. Introduction : consists of seven paragraphs and contain purpose of
the study

Level of Evidence
2C "Outcomes" Research; ecological studies

P-I-C-O Analysis
1. Population : Patients with tuberculosis in initiative phase of treatmen
2. Intervention : Medication for the treatment of tuberculosis. Performance
parameters were determined using the 6MWT

1
3. Comparison : Yes. This study compare the baseline physical characteristics
of TB patients with those of age matched group of healthy
people and to evaluate functional capacities of Cameroonian
TB patients in initial intensive phase of treatment using the
6MWT. Wilcoxon signed rank test was done to compare
values obtained at the baseline and two months after, and
Mann–whitney test was used to compare baseline
characteristics of TB patients and healthy age-matched group.
Pre- and post- 6MWT were also measures compared using the
Wilcoxon rank test.
4. Outcome : There were significant differences in all anthropometric
parameters between TB patients and healthy people, except
age and height. There were also significant differences in
baseline cardiorespiratory characteristics between TB
patients and healthy people. The performance characteristics
were lower in the TB patients compared to healthy group. We
noted that neither at diagnosis nor 2 months later, there was
no difference between intermediate distances covered each 2
min during each 6MWT. But, significant differences existed
between the distance covered at diagnosis and that after 2
months during every 2 min of walk

V-I-A Analysis
1. Validity :
a. The procedure and mechanism of 6MWT described well in this journal.
b. The method of this study was a cohort study with control group, so the
chance for the occurrence of biases are low

2
2. Importance :
a. The journal provides an evidence-base instrument to assist in practical and
clinical decision-making for evaluate physical and functional capacities of
TB paients in initial phase of treatment.
b. The reader is confident in the truth of the results of this review because the
authors had elaborated and analysed all the results well, had published their
original article, and had also provided the correspondence address
3. Applicability :
The journal may be valuable to evaluate physical and functional capacities of
TB patient in clinical practice using 6MWT.

3
FOLLOW UP FISIK DAN FUNGSIONAL PASIEN TUBERKULOSIS PADA
FASE PERAWATAN INTENSIF AWAL DI KAMERUN MENGGUNAKAN
TES JALAN KAKI 6 MENIT
Diterjemahkan dari:
Physical and functional follow-up of tuberculosis patients in initial
intensive phase of treatment in Cameroon using 6-min walk test
W.R. Guessogo ● S.H. Mandengue ● P.B.A. Ndemba ● U.O. Medjo ● E.E.Minye S.
Ahmaid ● A. Ternferno on behalf of the
Practice Recommendations Developmental Group
Journal of exercise Rehabilitation Vol 12 No.4, August 2019

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kapasitas fungsional pada pasien Tuberkulosis
(TB) Kamerun pada saat fase intensif awal yang menggunakan terapi tes berjalan 6
menit (6MWT) dan dibandingkan dengan kelompok sehat sesuai usia. Dua puluh
delapan pasien baru terdiagnosis TB dan 19 orang sehat sesuai usia berpartisipasi dalam
penelitian ini. Parameter kinerja ditentukan menggunakan 6MWT. Antropometri dan
parameter kardiorespirasi diukur pada awal dan setelah 6MWT. Dua bulan kemudian,
pasien TB dikirim untuk dievaluasi. Kami menemukan perbedaan yang signifikan pada
parameter antropometri diantara dua kelompok. Parameter baseline kardio respirasi
dan karakteristik kinerja pasien TB lebih rendah daripada kelompok kontrol (571,7 ±
121,0 m vs 841,6 ± 53,0 m, P < 0,0001 untuk jarak 6 menit berjalan (6MWD) dan 18,1
± 2,8 mL/kg/min vs 24,3±1,2 mL/kg/min, P <0,0001 untuk rata rata konsumsi oksigen
maksimal). Dua bulan kemudian, perbaikan signifikan tercatat pada antropometri,
kardiorespirasi dan parameter kinerja kecuali untuk massa tulang dan rasio
FEV1/FEV6 (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik / 6 detik). Hubungan yang
signifikan ditemukan antara 2-min walked distance (P<0,0001, r= 0,95), 4-min walked
distance (P<0,0001, r= 0,97) dan 6MWD. Kesimpulan didapatkan pasien TB memiliki

4
kerusakan kapasitas fungsional fisik terganggu tetapi membaik setelah pengobatan
selama 2 bulan. 6MWT dapat berguna sebagai alat menilai parameter fisik dan
kapasitas fungsional kardiorespirasi rehabilitasi pasien TB selama pengobatan.
Kata kunci : Tuberkulosis, Kapasitas Fisik, Kapasitas Fungsional, Fase Intensif Awal,
Tes Berjalan 6 Menit

Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) terus menunjukkan tingkat morbiditas dan mortalitas
tertinggi diantara infeksi kronis didunia. Setiap tahun, 8,9 juta kasus baru dan 1,6 juta
meninggal. Prevalensi TB di negara berkembang tetap tinggi. Kamerun baru baru ini
melaporkan 26,110 kasus TB secara nasional, dengan 15,080 kasus baru smear-positif,
masing-masing sebesar 124 dan 73 per 100.000 penduduk.
TB menyebabkan ventilasi dan pertukaran gas yang buruk dan penurunan
keseluruhan status fungsional. Selanjutnya, penyakit respirasi seperti TB menghasilkan
penurunan fungsi tubuh, atrofi otot, terganggunya fungsi paru dan pertukaran gas.
Konsekuensi dari perubahan yang diamati dalam sistem otot adalah toleransi latihan
yang lebih rendah, penurunan aktivitas fisik harian dan gangguan kualitas hidup.
TB tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat global meskipun ada
farmakoterapi TB yang efektif selama lebih dari 50 tahun dan penggunaan vaksin
selama lebih dari 90 tahun. Sekarang, pengobatan TB terdiri dari 2 fase : fase intensif
awal 2 bulan terdiri dari asosiasi etambutol (E), isoniazid (H), rifampicin (R) dan
pirazinamid (Z) (2HRZE) dan fase lanjutan selama 4 bulan terdiri dari R dan H (4HR).
Tindak lanjut pemulihan kesehatan pasien TB didasarkan baik pada pemeriksaan
klinik, radiografi dan laboratorium, (yang sering lebih mahal untuk populasi miskin)
atau, pada deklarasi subyektif berkenaan dengan peningkatan akhir kapasitas fisik
mereka. Meskipun kemampuan untuk berjalan jauh adalah ukuran fungsi fisik yang
cepat dan tidak mahal dan komponen penting dari kualitas hidup karena mencerminkan
kapasitas untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

5
Secara umum, functional walk test digunakan untuk mengevaluasi status
fungsional, pemantauan efektivitas pengobatan dan mengembangkan prognosis. Tes
berjalan 6 menit (6MWT) digunakan secara luas untuk mengevaluasi kapasitas latihan
pada penyakit pernapasan dan penyakit paru-paru lainnya. 6MWT memberikan banyak
keuntungan karena lebih praktis dan sederhana, biaya murah, konsisten dan nyaman
untuk beberapa orang pasien dan hanya membutuhkan kemampuan berjalan. 6MWT
adalah tes yang digunakan sebagai indikator kapasitas fungsional pada pasien penyakit
kardiorespirasi. Tes ini mencerminkan aktifitas sehari hari dibandingkan tes
labolatorium, tes tersebut ditoleransi dengan baik oleh pasien dan dapat juga digunakan
untuk mengavaluasi efek pengobatan yang diberikan. Jarak yang ditempuh pasien pada
permukaan datar berjalan 6 menit dapat digunakan sebagai ukuran satu kali status
fungsional atau sebagai ukuran hasil dari program rehabilitasi.
Beberapa penelitian yang dilakukan menggunakan rehabilitasi pulmonary
telah menunjukkan kemanjurannya pada TB dan pasien post TB. Karena tingginya
resiko kontaminasi, sedikit perhatian telah diberikan kepada efek TB paru dalam hal
cacat fisik, sedangkan kinerja pasien bisa memberikan informasi tentang gravitasi
penyakit dan efikasi pengobatan yang diberikan.
Penelitian terbaru memiliki 2 tujuan yaitu membandingkan karakteristik fisik
pasien TB dengan usia yang sama dengan kelompok orang yang sehat dan untuk
mengevaluasi kapasitas fungsional pasien Kamerun dengan TB dalam fase perawatan
intensif awal menggunakan 6MWT.

Material dan Metode


Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di Jamot Hospital of Yaounde (Cameroon). Dua puluh
delpan pasien baru yang terdiagnosis TB BTA (+) laki-laki maupun perempuan, yang
menandatangani informed concent untuk menjadi responden penelitian. Kriteria inklusi
antara lain pasien yang mampu berjalan, dengan RR > 30 kali per menit, indeks
Karnofsky (IK) > 70. Semua pasien TB mulai pengobatan TB sebagai terapi TB.

6
Sembilan belas pasien sehat dari populasi normal dipilih sebagai kelompok kontrol
untuk pembanding. Penelitian ini disetujui oleh komite ilmiah rumah sakit. Peneitian
dilakukan sesuai Deklarasi Helsinki yang direvisi pada 1989.
Design Penelitian
Evaluasi umum, kardiovaskuler, pulmoner dan 6MWT dilakukan saat diagnosis
dan setelah 2 bulan oleh investigator dan perawat terlatih.
Evaluasi Umum
Setelah dignosis ditetapkan oleh dokter, berat badan, massa otot dan massa
tulang direkam menggunakan skala bio-impedance meter Tania BC-532 (Tania Corp.,
Tokyo, Japan). IK ditentukan menggunakan skala yang diusulkan oleh Karnofsky dan
Burchenal (1949). BMI dihitung dengan perhitungan berat badan dalam kilogram
dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter.
Evaluasi Kardiovaskuler dan Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen dan HR diukur menggunakan pulse oksimeter elektronik
(ChoiceMMel, Oxy-WatchC20, Beijing, China). Tekanan darah sistolik dan diastolik
diukur menggunakan tensimeter elektronik (Medisana AG, Neuss, Germany).
Evaluasi Pulmoner
Evaluasi mengikuti rekomendasi American Thoracic Society/European
Respiratory Society (Miller et al., 2005). FEV1 dan FEV6, dan rasio FEV1/FEV6
ditentukan menggunakan peak-flow meter elektrik (Piko 6; nSpire Health Inc.,
Longmont, CO, USA). Untuk masing-masing responden, dua manuver ekspirasi paksa
dilakukan setelah inspirasi maksimal dan nilai terbaik yang diambil.
Tes Jalan 6 Menit
Tes dilakukan berdasarkan pedoman dari American Thoracic Society di koridor
lurus rumah sakit sepanjang 40 meter, dengan garis penanda di setiap meternya.
Responden diberi intruksi mengenai tujuan dari uji ini yaitu untuk mengetahui seberapa
jauh responden dapat berjalan selama 6 menit. Responden diinstruksikan untuk
berjalan dari satu titik ke titik lain, sejauh mungkin sepanjang waktu yang disediakan.
Tidak ada dukungan verbal yang diberikan selama tes berlangsung, hanya

7
pemberitahuan tentang sisa waktu tiap menit yang diberikan. Ketika tes, responden
dapat beristirahat jika mereka menginginkannya. Mereka diizinkan berhenti apabila
terdapat gejala seperti nyeri dada, pusing dan kram kaki. Namun, mereka dimnta untuk
melanjutkan jalan sesegera mungkin jika mereka bisa. Jarak yang ditempuh dicatat
pada menit ke 2, 4 dan 6. Pada akhir menit ke-6, parameter kardiovaskuler dan
pulmoner dihitung kembali. 6MWD dicatat dan skor Borg (Rating of Perceived Exertion,
RPE) ditentukan menggunakan skala analog visual Borg (Borg, 1982).
6MWD di konversi dalam 6MWW (6-min walk work) dengan mengalikan berat
badan dalam kilogram dengan 6MWD dalam meter (kg/m). Puncak rata-rata konsumsi
oksigen (VO2 puncak) dihitung menggunakan rumus Ross et al. (2010): VO2 puncak (mL/
kg/menit) = 4,948 + 0,023 × 6MWD (m).
Analisa Statistik
Data dianalisis menggunakan Statview software (SAS Institute Inc., Cary,
NC, USA) dan digambarkan sebagai nilai rata-rata ± standard deviasi. Wilcoxon signed
rank test dilakukan untuk membandingkan nilai yang diperoleh pada baseline dan dua
bulan setelahnya, dan uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan
karakteristik baseline pasien TB dan kelompok usia yang sehat. Analisis pengukuran
berulang dari varian digunakan untuk membandingkan jarak yang dicatat pada 2, 4,
dan 6 menit selama 6MWT dan uji Fischer Least Significant Difference post hoc
dilakukan untuk menemukan perbedaan ini. Pengukuran pra- dan pasca- 6MWT juga
dibandingkan dengan menggunakan uji peringkat Wilcoxon. Interaksi antara parameter
ditentukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Tingkat signifikansi
ditetapkan pada P < 0,05.

Hasil
Dua puluh delapan pasien yang baru saja didiagnosis TB BTA (+) (71% laki-
laki) dan 19 subjek sehat (69% laki-laki) diikutkan di penelitian ini. Ketika diagnosis
(baseline), selain umur dan tinggi badan, terdapat perbedaan signifikan di semua

8
parameter antropometri antara pasien Tb dengan subjek sehat. Karakteristk performa
pasien TB lebih rendah dibandingkan subjek sehat (571.7±121.0 m vs 841.6±53.0 m,
P<0.0001 untuk 6MWD dan 18.1±2.8 mL/kg/menit vs 24.3±1.2 mL/kg/menit,
P<0.001 untuk rata-rata VO2 puncak). Karakteristk baselinedari responden dan
karakteristik pasien TB ditampilkan di Tabel 1.
Peneliti mencatat perubahan signifikan pada parameter antropometri,
kardiorespirasi dan performa yang di ukur pada pasien TB. Hanya massa tulang dan
rasio FEV1/FEV6 yang tidak berubah melebihi fase intensif awal dari terapi. Nilai
antropometri dan varian performa yaitu 4.4% (P<0.01) untuk berat badan, 4.5%
(P<0.05) untuk BMI, 2.7% (P<0.05) untuk massa otot dan 14.8% (P<0.001) untuk IK,
11.8% (P<0.001) untuk 6MWD, dan 8.8% (P<0.01) untuk rata-rata VO2 puncak.
Dilihat dari kesulitan upaya, RPE pasien TB lebih tinggi dibandingkan
kelompok sehat (2.9±1.1 vs 1.4±0.3, P<0.01). Akan tetapi 2 bulan kemudian, erdapat
penurunan RPE pasien TB dari baseline sampai akhir terapi fase intesif awal (2.9±1.1
vs 2.1±1.1, P<0.05).
Tabel 2 menunjukkan varian pra- dan pasca- 6MWT parameter kardiorespirasi
di baseline dan 2 bulan setelah awal terapi. Pada baseline, terdapat perubahan
signifikan di SBP (P<0.05), SpO2 (P<0.001), dan HR (P<0.0001) setelah tes. 2 bulan
setelahnya, peneliti mencatat perubahan di DBP (P<0.001), SpO2 (P<0.001), dan HR
(P<0.0001). Parameter respirasi (FEV1, FEV6, dan FEV1/FEV6) tidak berubah secara
signifikan.

9
Tabel 1. Perbandingan Karakteristik baseline pasien TB dengan kelompok sehat, dan karakteristik varian pasien TB

Pasien TB

Karakteristik Subjek Sehat


Baseline Setelah 2 Bulan

Antropometri
Umur (th) 29± 8 - 28±3
Tinggi Badan (cm) 172.0± 0.1 - 173.7±8.7
Berat Badan (kg) 59.8± 7.9 62.4± 7.9** 73.7±11.1***
Body mass index (kg/m2) 20.2± 2.3 21.1±2.4* 24.4±3.0**
Massa Otot (%) 49.0± 6.4 50.3±6.6* 67.1±5.1***
Massa Tulang (%) 2.6± 0.3 2.6±0.5 3.5±0.3*
Indeks Karnosky (%) 82.2± 7.0 94.4± 5.8*** 100.0± 0***
Performa dan Kardiresprasi
SBP (mmHg) 105± 9 118± 11** 114± 8*
DBP (mmHg) 67± 9 78± 7** 70±5
SpO2 (%) 96.5± 2.5 97.5±1.1* 98.2±0.7*
RHR (bpm) 97± 15 88±18** 75± 9***
FEV1 (L) 1.8± 0.7 2.1±0.7* 3.0±0.8*
FEV6 (L) 1.9± 0.8 2.2±0.7* 3.4±1.0*
FEV1/FEV6 0.95± 0.06 0.95±0.10 0.89±0.06*
6MWD (m) 571.7± 121.0 639.0±99.7** 841.6±53.0***
VO2 puncak (mL/kg/min) 18.1± 2.8 19.7±2.3* 24.3±1.2**
10,18
6MWW (kg/m) 34,441± 7 40,173.6±9,841.8** 61,961.2±9,522.3***
RPE 2.9± 1.1 2.1±1.1** 1.4±0.3*
TB, tuberculosis; SBP, systolic blood pressure; DBP, diastolic blood pressure; SpO2, oxygen saturation; RHR, resting heart rate; FEV1, forced
expiratory volume 1 second; FEV6, forced expiratory volume 6 seconds; 6MWD, 6-min walk distance; 6MWW, 6-min walk work; VO2 peak,
konsumsi oksigen puncak; RPE, rating of perceived exertion. *P < 0.05. **P < 0.01. ***P < 0.001.
Tabel 2. Nilai pra- dan pasca- tes kardiorespirasi pasien TB

Baseline Setelah 2 Bulan


Variabel
Pra-6MWT Pasca-6MWT Pra-6MWT Pasca-6MWT

SBP 105± 9 110± 12* 118± 11 120± 10


DBP 67± 9 69± 10 78± 7 83± 11**
SpO2 96.5± 2.5 93.3± 4.7*** 97.5± 1.1 95.2± 3.8**
HR 97± 15 147± 19*** 88± 18 150± 21***
FEV1 1.8± 0.7 1.7± 0.7 2.1± 0.7 2.1± 0.8
FEV6 1.9± 0.8 1.8± 0.8 2.2± 0.7 2.2± 0.8
FEV1/FEV6 0.95± 0.06 0.93± 0.10 0.95± 0.10 0.96± 0.05
6MWT, 6-min walk test; SBP, systolic blood pressure; DBP, diastolic blood pressure; SpO2, oxygen saturation; HR, heart rate;
FEV1,forced expiratory volume 1 second; FEV6, forced expiratory volume 6 second. *P < 0.05. **P < 0.01. ***P < 0.001
.Jarak yang ditempuh pasien TB setiap 2 menit selama 6MWT ditampilkan pada

gambar 1. Peneliti mencatat bahwa ketika diagnosis maupun 2 bulan setelahnya, tidak
terdapat perbedaan antara jarak intermediet yang ditempuh setiap 2 menit setiap
6MWT. Tetapi, terdapat perbedaan signifikan antara jarak yang ditempuh ketika
diagnosis dengan 2 bulan setelahnya tiap 2 menit berjalan (P<0.0001).

Gambar 1. Jarak intermediet yang ditempuh tiap 2 menit selama tes. 6MWD, 6-min walk distance.
**P < 0.01. ***P < 0.001.

Gambar 2 menunjukkan ineraksi antara jarak yang ditempuh setelah 2 dan 4


menit berjalan dengan total jarak yang ditempuh 6 menit (6MWD). Korelasi signifikan
dan kuat tercatat antara jarak tempuh berjalan 2 menit (P<0.0001, r=0.95) dan jarak
berjalan 4 menit (P<0.0001, r=0.97) dengan 6MWD.
Gambar 2. Korelasi antara jarak intermediet (A: jarak jalan 2 menit; B: jarak jalan 4 menit ) and total
jarak yg ditempuh. 6MWD, 6-min walk distanc.

Diskusi
Karakteristik dasar pasien TB lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
orang dengan usia sehat. Namun parameter antropometri, kardiorespirasi dan kinerja
pasien TB membaik setelah fase intensif awal pengobatan. Penelitian ini adalah yang
pertama dilakukan pada pasien TB di Kamerun dengan tujuan ini, dan hasilnya dapat
memungkinkan dokter untuk mengambil keputusan yang lebih baik dan obyektif
selama tindak lanjut dan pengelolaan pasien mereka.
Laporan hasil tes latihan dan evaluasi kapasitas fungsional fisik pada orang
dengan gagal pernapasan kronis sebagai konsekuensi dari TB sangat jarang, karena

1
risiko tinggi kontaminasi. Sivaranjini dkk. (2010) telah menunjukkan bahwa ada
perbedaan kapasitas fisik yang signifikan antara kelompok orang dewasa normal dan
pasien dengan gejala sisa TB. Kelompok sequelae TB memiliki kapasitas aerobik yang
buruk yang merupakan dampak besar dari gejala sisa TB pada daya tahan
kardiorespirasi. Hasil penelitian ini dikuatkan dengan temuan Sivaranjini et al. (2010)
(Tabel 1). Selanjutnya, 6MWT telah dilaporkan menjadi penting dalam evaluasi
obyektif untuk kapasitas latihan fungsional dalam rehabilitasi paru (Adedoyin et al.,
2010). Rata-rata awal 6MWD pasien TB secara signifikan lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok usia yang sehat (P <0,001). Hasil yang sebanding juga ditemukan
dalam beberapa penelitian (Ramos et al., 2006; Sivaranjini et al., 2010) dan
menunjukkan tingginya insiden TB terhadap kapasitas fungsional fisik pasien.
Ketika membandingkan hasil 6MWD pasien TB dalam penelitian ini dengan
pasien TB dalam beberapa studi yang diterbitkan sebelumnya, kami menemukan
bahwa pasien dalam penelitian kami memiliki kinerja fisik yang lebih baik. Misalnya,
rata-rata awal 6MWD dalam penelitian ini adalah 571,7 ± 121,0 m, lebih baik daripada
yang diperoleh oleh Adedoyin et al. (2010) (491,9 ± 57,5 m), Ando et al. (2003) (342
± 77 m), Godoy dkk. (2012) (525,3 ± 109,0 m), dan Yoshida et al. (2006) (467 ± 65
m). Perbedaan dapat dikaitkan dengan usia, jenis kelamin atau parameter demografi
populasi yang diteliti dan, menunjukkan fakta bahwa dalam setiap konteks, untuk
interpretasi hasil yang lebih baik, nilai spesifik 6MWD harus disediakan.
Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan signifikan parameter
antropometri, kardiorespirasi dan kinerja selama fase intensif awal pengobatan, kecuali
rasio BM dan FEV1 / FEV6. Temuan ini menunjukkan efektivitas pengobatan yang
diusulkan. Menurut parameter pernapasan, Maguire et al. (2009) telah memperoleh
bahwa FEV1 dan kapasitas vital paksa (FVC) berubah seiring waktu, dengan keduanya
meningkat dari 0 hingga 2 bulan (P <0,001) dan 2 hingga 6 bulan (P <0,001), ketika
mengevaluasi dampak TB paru. pada fungsi paru-paru. Mengenai 6MWD, kami
mencatat peningkatan jarak yang diselesaikan setelah 2 bulan sebesar 11,8% (P
<0,001). Perbaikan ini dikonfirmasi IK (P <0,001), SpO2 (P <0,05), FEV1 dan FEV6

2
(P <0,05), 6MWW (P <0,001), dan puncak VO2 rata-rata (P <0,01). Tingkat
peningkatan 6MWD mirip dengan Maguire et al. (2009) yang memperoleh tingkat
12,3%, dan membenarkan ameliorasi toleransi latihan pasien TB. Yoshida et al. (2006)
menguji apakah latihan olahraga menggunakan nontreadmill walking efektif untuk
peningkatan kinerja latihan pasien dengan gejala sisa TB paru dan menunjukkan bahwa
tidak ada perubahan pada fungsi paru (FEV1 / FVC) tetapi, ada peningkatan dari
VO2max setelah 2 minggu pelatihan olahraga berjalan setiap hari.
Terlepas dari fakta bahwa dalam penelitian ini, tidak ada latihan olahraga,
hasilnya sesuai dengan penelitian Yoshida et al. (2006). Studi sebelumnya
menyimpulkan bahwa tampaknya tidak perlu mengirimkan pasien yang menderita TB
paru ke rehabilitasi paru (Hall dan De Charmoy, 2002). Namun demikian, bertentangan
dengan penelitian kami, tidak ada variasi SpO2 setelah 2 minggu, mungkin karena
durasi pelatihan latihan yang singkat. Latihan olah raga nampak tidak penting dalam
peningkatan fungsi paru pasien TB, karena pasien dari kelompok intervensi dalam studi
de Grass et al. (2014) tidak mengalami variasi FEV1 dan FVC sejauh toleransi latihan
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Dalam penelitian ini, parameter istirahat (pra-) kardiorespirasi peserta
dibandingkan dengan tanggapan pasca-6MWT kardiorespirasi (Tabel 2). Tidak ada
perbedaan signifikan dalam parameter pernapasan rata-rata peserta post 6MWT
dibandingkan dengan nilai-nilai pra-6MWT. Karena status kesehatan mereka,
kecepatan berjalan tidak cukup untuk menginduksi perubahan fungsi paru selama tes.
Itulah alasan mengapa, selama tes, pasien tidak lelah dan temuan inisejalan dengan
Singh et al. (1994), di mana pasien tidak lelah di akhirshuttle walking. Dalam studi
Yoshida et al. (2006), tidak ada variasi fungsi paru juga tercatat pada pasien dengan
gejala sisa TB setelah pelatihan latihan 2 minggu. Selanjutnya, kami mencatat
penurunan SpO2 yang signifikan antara pra dan pasca tes (P <0,001). Hasil ini
dijelaskan oleh fakta bahwa pasien dengan gejala sisa TB paru memiliki tekanan vena
oksigen yang rendah sebagai akibat dari keterbatasan transportasi oksigen (Yamamoto,
1996). Mengenai tekanan darah, penelitian ini menunjukkan bahwa SBP hanya

3
berubah pada awal (P <0,05) dan DBP hanya setelah 2 bulan (P <0,01). Adedoyin dkk.
(2010) memperoleh variasi yang signifikan dari SBP dan DBP setelah 6MWT pada
pasien TB paru tetapi alasan untuk perubahan tekanan ini tidak dijelaskan. Mereka
menyimpulkan bahwa 6MWT dapat berguna untuk penilaian parameter kardiovaskular
pasien TB.
Seperti yang direkomendasikan (ATS Committee pada standar kemahiran
untuk laboratorium fungsi paru klinis, 2002), kami mencatat jarak pada periode 0-2
menit, 2-4 menit, dan 4-6 menit, untuk mengevaluasi keletihan pasien TB (Gambar 1).
Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jarak yang
tercakup dalam tiga periode pada awal dan 2 bulan setelahnya. Kami menyarankan
pasien TB tersebut menyelesaikan tes dengan kecepatan konstan dan tanpa kelelahan
tambahan. Tes 6MWT tampaknya tidak menjadi tes yang tepat untuk menilai kelelahan
pada pasien TB. Namun pada Gambar. 2, kami menemukan korelasi yang signifikan
antara jarak yang tercakup pada 2 menit dan 6MWD (r = 0,95, P <0,0001), dan jarak
tertutup pada 4 menit dan 6MWD (r = 0,97, P <0,0001). Hasil ini menduga bahwa jarak
berjalan pada 2 menit mencerminkan 6MWD. Kemudian, kita dapat menggunakan tes
jalan kaki 2 menit dalam penilaian toleransi latihan pada pasien TB. Hasil serupa telah
dilaporkan oleh Negm et al. (2012) pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), yang menemukan korelasi signifikan antara jarak berjalan dalam 2 menit dan
6 menit. Para peneliti menyimpulkan bahwa tes berjalan 2-mnt berlaku, praktis,
sederhana dan ditoleransi dengan baik untuk penilaian kapasitas latihan pada pasien
dengan PPOK.
Kesimpulannya, penelitian ini memberikan informasi tentang kapasitas
fungsional fisik awal pasien TB dan pemulihan mereka selama fase intensif awal
pengobatan. 6MWT dapat mendeteksi perubahan kapasitas fisik di antara pasien TB
selama pengobatan, kemudian, dapat berguna dalam penilaian kapasitas fungsional
fisik pasien TB. Tes 2 menit berjalan efisien dalam penilaian toleransi latihan pada
pasien TB. Ukuran sampel penelitian ini dapat membatasi generalisasi hasil.

You might also like