You are on page 1of 21

(1) Pengenalan tentang zaman prasejarah

1. Zaman Prasejarah dibahagikan

i. Zaman Paleolitik

ii. Zaman Mesolitik

iii. Zaman Neolitik

iv. Zaman Logam.

2. Tempoh masa setiap zaman beza antara satu tempat dengan satu tempat yang lain.

3. Perbezaan zaman bergantung kepada kemajuan tempat tersebut.

4. Zaman Prasejarah di Malaysia

i. Zaman Paleolitik,

ii. Zaman Neolitik

iii. Zaman Logam.

5. Malaysia tidak mengalami Zaman Mesolitik

6. Penyelidikan terdahulu – selepas Zaman Paleolitik, kita mengalami Mesolitik bercirikan alat batu
Hoabinh di Vietnam.

7. Alat batu bercirikan alat batu Hoabinh di Bukit Jawa, Lenggong ialah alat batu Zaman Paleolitik.

8. Zaman Logam terbahagi :

i. zaman Gangsa

ii. zaman Besi

(2) Zaman Paleolitik

a) Ciri-ciri penempatan.

1. Hidup berpindah-randah (nomad).

2. Tempat tinggal ialah

i. di kawasan terbuka (luar gua),

ii. dalam gua

iii. sekitar tasik.


b) Kegiatan dan peralatan.

1. Buru binatang liar.

2. Pungut hasil hutan

3. Hidup sara diri.

4. Guna alat batu yang kasar untuk memotong daging dan menetak pokok.

5. Alat batu penetak – utk meraut & memotong.

c) Kepercayaan.

1. Animisme – percaya benda seperti batu mempunyai semangat

2. upacara perkuburan.

3. Mayat dikebumikan bersama barang-barang

4. Manusia Perak dikebumikan kaki berlipat.

d) Petempatan zaman Paleolitik di Malaysia.

1. Di Perak – Bukit Jawa, Kota Tampan dan Bukit Bunuh di Lenggong,.

2. Di Sarawak – Gua Niah

3. Di Sabah – Tingkayu

e) Penemuan zaman Paleolitik di Malaysia.

1. Di Kota Tampan – disahkan melalui pentarikhan saintifik dan menandakan Malaysia antara negara
terawal mengalami Zaman Prasejarah Dunia.

2. Gua Niah – kegiatan penggalian dilakukan.

3. Gua Gunung Runtuh – ditemui manusia Perak

(3) Zaman Neolitik

a) Ciri-ciri penempatan.

1. Menetap di dalam gua /hamper dgn sungai.

2. Wujud sistem bermasyarakat – mempunyai ketua dan pembahagian kerja.

b) Kegiatan dan peralatan.

1. Cipta alat tembikar seperti periuk


2. Bercucuk tanam.

3. Tangkap ikan.

4. Ternak binatang.

5. Berburu

6. Pungut hasil hutan.

7. Berdagang secara tukar barang.

8. Guna alat batu tetapi lebih kemas buatannya

9. Cipta barang kemas spt kalung, anting-anting

c) Kepercayaan.

1. Mengamalkan kepercayaan animisme

d) Petempatan zaman Neolitik di Malaysia.

1. Di Kelantan – Gua Cha

2. Di Sabah – Bukit Tengkorak

e) Penemuan zaman Neolitik di Malaysia.

1. Gua Cha, Kelantan – ditemui pengebumian manusia

2. Bukit Tengkorak, Sabah –

3. Gua Harimau, Perak – ditemui artifak tembikar.

(4) Zaman Logam

a) Ciri-ciri penempatan.

1. tinggal menetap

2. ada masih tinggal di dalam gua

3. ada tinggal berhampiran sungai.

b) Kegiatan dan peralatan.

1. alat logam daripada gangsa dan besi.

2. bercucuk tanam.
3. Tangkap ikan.

4. ternak binatang.

5. Berburu.

6. Perdagangan tukar barang.

c) Kepercayaan.

1. Kepercayaan dan pegangan hidup tertentu.

2. Pengebumian menggunakan kepingan batu.

d) Petempatan zaman Logam di Malaysia.

1. Di Pahang – Sungai Tembeling

2. Di Perak – Gua Harimau dan Changkat Menteri

e) Penemuan zaman Logam di Malaysia.

1. Sg Tembeling, Pahang – dijumpai kapak dan mata lembing

2. Lembah Bernam, Selangor – ditemui sabit.

3. Klang, Selangor – ditemui pisau.

4. Gua Harimau,Perak–kapak gangsa & acuannya

5. Raub, Pahang – dijumpai tulang mawas.

(5) Rumusan

1. Penemuan di Bukit Jawa buktikan zaman pra sejarah di Malaysia bermula 200000 – 300000 tahun
dahulu.

2. Malaysia terkenal dengan penemuan Manusia Perak.

3. Harus contohi kegigihan dan semangat berusaha

4. Harus jadi warganegara yang gigih dan berdikari tanpa mengharapkan bantuan daripada orang luar.
Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat pada Zaman Prasejarah

. A. Zaman Palaeolitikum

Zaman Batu Tua berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini alat-alat banyak dibuat
dari batu kasar yang tidak dihaluskan. Alat yang digunakan antara lain Chopper atau kapak genggam.

Kebudayaan pertama di Indonesia ada 2, yaitu:

· Kebudayaan Pacitan

Pada tahun 1935 di dekat Pacitan dalam penelitian yang dilakukan oleh Von Koenigswald ditemukan
sejumlah peralatan-peralatan batu, chopper (kapak batu/alat penetak yang kasar pembuatannya dan
tidak bertangkai). Peralatan ini disebut juga kapak genggam, yaitu alat yang berfungsi seperti kapak
tetapi tidak bertangkai. Ketika mempergunakannya ialah dengan cara menggenggamnya di tangan
yang berasal dari lapisan trinil, alat chopper ini terdapat pula di daerah Parigi dan Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi, Lahat dan Sangiran.

· Kebudayaan Ngandong

Disekitar daerah Ngandong dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) didapati banyak alat-alat
dari tulangdi samping kapak-kapak genggam dari batu. Ada diantaranya yang dibuat dari tulang
binatang menjadi semacam alat penusuk (belati), ada yang dari tanduk rusa. Ada juga alat-alat seperti
ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya, yang mungkin dipergunakannya untuk menangkap ikan.
Juga ditemukan alat-alat dari tulang yang disebut Bone Culture, bentuk alatnya berupa tulang.

Di sangiran juga ditemukan alat-alat yang kecil, yang biasa dinamakan flakes. Alat-alat itu berasal dari
ploeistocen atas. Maka mungkinlah bahwa alat-alat itu merupakan hasil kebudayaan Homo Soloensis
dan Homo Wajakensis

Kehidupan masyarakat pada zaman ini masih sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
mereka masih bergantung pada alam. Oleh karena itu tempat tinggal mereka berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat lainnya (nomaden). Mereka hidup dengan cara berburu dan menangkap ikan
serta mengambil makanan dari alam (food gathering).

Mereka belum memiliki tempat tinggal yang tetap. Cara hidup mereka belum berkelompok, kehidupan
rohani dalam bentuk kepercayaan pada masa itu belum ada, kemungkinan besar merekapun belum
mengenakan penutub tubuh, karena bukti-bukti untuk itu tidak ditemukan.

B. Zaman Mesolitikum
Pada zaman ini, bentuk benda-benda atau alat-alat masih sama dengan zaman batu tua, yaitu
berbentuk kasar, tidak diasah, dan tidak dihaluskan. Alat-alat yang dihasilkan pada zaman ini antara
lain pebble(kapak genggam) sejenis chopper pada masa Palaeolitikum dan hacle courte (kapak pendek).

Pada zaman ini, tempat tinggal masyarakat sudah mulai menetap atau tidak berpindah-pindah. Mereka
tinggal di gua-gua dan tepi pantai.

Mereka sudah menanam tumbuh-tumbuhan di sekitar tempat tinggal mereka. Walaupun masih
terbatas pada tumbuh-tumbuhan tertentu yang hanya mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-hari
saja, dalam pengertian bukan foodproducing, karena tanda-tanda telah melakukan pertanian yang
sifatnya foodproducing belum ditemukan, dengan demikian mereka sudah mengenal hidup bercocok
tanam dan mulai beternak. Mereka sudah tidak bergantung pada alam, mereka sudah mulai
memikirkan persediaan makanannya.

Namun begitupun, kemungkinan mereka sudah memulai hidup berkelompok walaupun bukan kelompok
masyarakat tapi masih kelompok-kelompok kecil atau keluarga inti, rasa malupun sudah ada, mereka
mulai menutup tubuhnya walau masih baru pada tahap menutup bagian-bagian tertentu saja. Pada
masa ini bagaimana cara buat api sudah mulai dikenal. Juga perasaan, kasih saying serta penghormatan
terhadap manusia lainpun sudah mulai ada.

C. Zaman Neolitikum

Pada zaman batu muda ini alat-alat dibuat dari batu yang sudah diasah atau dihaluskan. Selain itu,
pembuatan alat-alat ini sudah mulai memperhatikan nilai seninya.

Dari hasil penelitian, para ahli menyimpulkan masyarakat zaman neolitikum ini telah memiliki tenpat
tinggal yang menetap dengan kepoandaian membuat rumah, alat yang digunakan pada masa ini
adalah beliung persegi. Rumah didirikan dengan tiang-tiang yang tinggi. Maksudnya untuk menghindari
bahaya banjir dan binatang buas. Juga digunakan sebagai kandang hewan ternak mereka.

Dalam kehidupan sehari-harinya, mereka telah foodgathering sudah menanam kebutuhan pokok,
memelihara dan beternak untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mereka butuhkan sehari-hari.

Hidup berkumpul berarti telah ada pembentukan suatu masyarakat yang tertib dan pemerintahan yang
memerlukan segala peraturan serta kerjasama, pemimpin pada masa itu disebut Primus Inter Pares
yang dipilih secara musyawarah dan mufakat berdasarkan syarat-syarat yang mereka sepakati
bersama. Pembagian kerja memungkinkan terbentuknya gotong royong.

Kerajinan tangan seperti menenun dan membuat periuk belanga dan cangkul sangat dapat mendapat
kemajuan. Mereka juga sudah pandai menenun tekstil yang agak halus. Dan mereka juga telah
mempunyai kepercayaan, seperti Anymisme dan Dynamisme.
D. Zaman Megalitikum

Zaman Megalitikum atau zaman besar, para ahli tidak memasukan zaman megalitikum ini ke dalam
kelompok batu terutama zaman neolitikum dab juga tidak memasukkannya ke dalam kelompok zaman
perunggu. Kemungkinan dikarenakan walaupun dalam kehidupan sehari mereka masih menggunakan
peralatan hidup yang terbuat dari bahan batu namun demikian manusia pada masa ini juga telah
mempergunakan peralatan hidup sehari-hari mereka dari bahan-bahan yang terbuat dari perunggu.

Megalitikum dapat dikatakan adalah kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan


dari batu-batu besar, ada yang sudah dihaluskan dan ada yang dikaitkan dengan kehidupan nenek
moyangya ada juga yang dipakai sebagai tanda peringatan atau monument, zaman ini berakar pada
zaman Neolitikum dan berkembang terus pada zaman Perunggu. Zaman ini masih menggunakan batu
sebagai hasil budayanya.

E. Zaman Perunggu

Masa perundagian ini sangat besar artinya bagi perkembangan sejarah Indonesia pada masa
selanjutnya kemajuan-kemajuan telah dicapai diberbagai bidang teknologi. Peningkatan kesejahteraan
hidup menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk. Masyarakat telah berkelompok dan membentuk
perkampungan dan pemerintahan yang disebut Primus Interpares.

Primus Interpares ini adalah pemimpin mayarakat pada masa ini dimana sifatnya hanya seumur hidup.
Apabila Primus Interpares ini meninggal dunia maka diadakan kembali pemilihan berdasarkan
musyawarah dan mufakat.

Bentuk mata pencaharian yang berkembang pasa masa itu perundagian adalah pertanian dalam bentuk
berladang atau bersawah, perikanan laut dan perdagangan kemahiran membuat peralatan pertanian
dan peralatan untuk hidup sehari-hari semakin berkembang. Akhirnya terbentuklah keahlian khusus
dalam pekerjaan, secara sederhana mereka juga percaya pada hal-hal yang menakutkan atau kekuatan
yang dianggap serba hebat yang tak terjangkau oleh akal fikiran manusia, yaitu Anymisme dan
Dynamisme.

SENARAI TAPAK ARKEOLOGI WARISAN KEBANGSAAN

GUA HARIMAU BUKTI KEWUJUDAN ZAMAN LOGAM SEKITAR 4,000 TAHUN DAHULU

PENYELIDIKAN:

Gua Harimau mula diekskavasi oleh Williams-Hunt dalam tahun 1951. Beliau telah menemui satu rangka kanak-
kanak, beliung, tembikar dan sisa makanan. Beliau telah dapat membuat pentarikhan radiocarbon, 3,450 ± 150 BP,
yang merupakan pentarikhan radiokarbon pertama Malaysia. Kajian lanjutan telah dijalankan oleh USM sejak 1987
dan menemui bukti pengkebumian daripada 4,920 ± 270 BP hingga 1,760 ± 95 BP.
KEPENTINGAN TAPAK:

Gua Harimau merupakan sebuah tapak prasejarah yang penting di Malaysia. Faktor yang
membawa kepada kepentingannya adalah penemuan kebudayaan zaman gangsa yang terawal
sekali di Malaysia. Pentarikhan radiokarbon yang diberikan ke atas pengkebumian tersebut
adalah di antara 3,000 hingga 4,000 tahun dahulu. Ekskavasi arkeologi telah menemui
pengkebumian yang merangkumi dua zaman budaya, iaitu budaya Neolitik dan Gangsa.
Ekskavasi di Gua Harimau telah menemui artifak kapak gangsa yang lengkap dengan acuanya
yang ditemui buat pertama kali dalam keadaan tidak terganggu. Tapak ini juga menghasilkan
pelbagai jenis tembikar tanah prasejarah yang lengkap serta perhiasan prasejarah seperti kalong
dan anting siput, gelang cengkerang dan batu. Kajian saintifik yang dijalankan atas rangka
manusia dan tembikar mencadangkan bahawa masyarakat prasejarah Gua Harimau mempunyai
persamaan dan hubungan dengan populasi manusia zaman Neolitik yang mendiami tapak Gua
Cha di Kelantan dan Ban Kao di Thailand.

Artifak gangsa umumnya diperbuat dengan mengggabungkan tiga jenis logam iaitu kuprum,
timah dan plumbum. Bukti arkeologi pertama tentang gangsa di Malaysia diperolehi pada satu
ekskavasi pada tahun 1988 iaitu satu kapak gangsa serta acuan tembikar yang digunakan untuk
menghasilkannya dijumpai pada satu pengebumian yang dipertarikhkan sekitar 3,500-4,000
tahun dahulu di dalam Gua Harimau di Lembah Lenggong, Perak. Ini menunjukkan
kemungkinan adanya industri gangsa asli di Malaysia dan tidak terhad di negara Thai sahaja
seperti yang dianggap sebelum ini.

JUMPAAN:
Jumpaan pada tapak ini, terdiri daripada sekurang-kurangnya 12 rangka manusia yang ditemui
dalam posisi lunjur dengan barangan kiriman yang terdiri daripada kapak gangsa dan acuannya,
tembikar tanah, alat batu dan pemukul kulit kayu, barangan kemas seperti gelang cengkerang dan
batu, anting dan kalong cengkerang, manik kaca, dan sisa makanan tulang haiwan dan siput
sungai. Tapak ini berfungsi sebagai tapak pengkebumian zaman Neolitik dan Gangsa.

Gua Harimau merupakan sebuah tapak prasejarah yang penting iaitu penemuan kebudayaan
zaman gangsa yang terawal sekali di Malaysia. Kajian saintifik yang dijalankan atas rangka
manusia dan tembikar mencadangkan bahawa masyarakat prasejarah Gua Harimau mempunyai
persamaan dan hubungan dengan populasi manusia zaman Neolitik yang mendiami tapak Gua
Cha di Kelantan dan Ban Kao di Thailand.

GUA TELUK KELAWAR

PENYELIDIKAN:

Tapak Gua Teluk Kelawar juga terletak di Bukit Kepala Gajah, telah diekskavasi pada 1990
(Zuraina; 1996, 2003). Pelindung batuan yang berusia lebih 31 ribu tahun (Mokhtar; 2005) ini
mendedahkan bukti alat batu dan sisa makanan Paleolitik Akhir. Tapak ini kini menjadi tapak
kajian utama bagi kajian kesinambungan Paleolitik akhir ke Neolitik.

KEPENTINGAN TAPAK:

Tapak ini berusia sekitar 10,000 hingga 2,000 tahun dengan kaedah pentarikhan radiokarbon.
Pada lapisan >10,000 tahun dahulu- ditemui alat batu, sisa makanan. Material alat batunya
adalah terdiri daripada pebel sungai dan batu kapur. Pada lapisan 8,000 tahun dahulu ditemui
pengkebumian rangka manusia Holosen.Tapak ini telah memberikan bukti aktiviti Pleistosen
Akhir-Awal Holosen di Lembah Lenggong. Adaptasi masyarakatnya adalah tasik, sungai,
sekitaran hutan seperti sekarang.

Gua Teluk Kelawar terletak dalam kompleks batu kapur Bukit Kepala Gajah. Gua ini berada
pada kedudukan latitude 5˚ 07. 44’ utara dan longitud timur, dengan ketinggian 76 meter di atas
aras laut. Tapak ini telah mula dijalankan kajian oleh USM sejak 1990. Hasil kajian
mendedahkan tapak Gua Teluk Kelawar telah digunakan daripada sekitar 11,000 hingga 6,000
tahun dahulu.

JUMPAAN:

Kebanyakan artifak yang ditemui ialah alat batu unifas dan bifas, serta sisa makanan seperti siput
sedut sungai Brotia Costula dan Brotua Spinosa, dan bukti fauna lain eperti babi hutan, kijang,
pelanduk dan rusa. Bukti fauna ini menunjukkan bahawa rupa bentuk sekitaran pada masa
tersebut adalah sama seperti yang kita lihat sekarang, iautu dalam hutan hujan tropikan. Kajian
juga menemui satu rangka manusia GTK1) yang bertarikh sekitar 8,000 tahun dahulu. Rangka
ini telah dikebumikan dalam keadaan terlipat bersama alat batu unifas dan bifas serta sisa
makanan. Pengebumian ini menunjukkan bahawa zaman Paleolitik di Malaysia berterusan
sehingga awal Holosen, sebelum mereka boleh menghasilkan tembikar. Selain bukti arkeologi,
Gua Teluk Kelawar mendedahkan bentuk pelindung batuan yang sering ditemui di formasi batu
kapur Malaya
KOTA JOHOR LAMA

LATAR BELAKANG:

Kota Johor Lama juga dikenali sebagai Kota Batu mempunyai sejarah yang begitu menarik. Kota
ini telah dibina dengan arahan Sultan Alauddin Riayat Syah II iaitu putera kepada Sultan
Mahmud Syah I , Sultan Melaka terakhir. Selepas Melaka dikalahkan Portugis pada tahun 1511,
Sultan Mahmud telah mendirikan pusat-pusat pemerintahan di beberapa tempat iaitu di Muar,
Pagoh, Bentan, dan Kampar. Baginda mangkat di Kampar dan dimakamkan disana pada 1528.
Putera baginda ditabalkan menjadi Sultan dikenali sebagai Sultan Alauddin Riayat Syah II telah
berpindah ke Johor dari Kampar.

PERTAHANAN KOTA JOHOR LAMA:

Pada masa dahulu , beberapa pucuk meriam yang siap dengan pengawal-pengawal ditempatkan
di tembok kota yang terletak dihujung Tanjung Batu itu, kerana dari situ pemandangan ke arah
Sungai Johor dapat dilihat dengan jelas sama ada ke arah hilir atau hulunya. Kawasan kota
merupakan kawasan strategik kerana dapat melihat pergerakan musuh yang melalui sungai Johor
dengan jelas sekali dan pihak musuh pula tidak mudah dapat memanjat tebing sungai yang tinggi
dan curam kota ini. Musuh-musuh yang datang menyerang menghadapi risiko yang besar dan
akan ditembak peluru-peluru meriam yang dipasang dari atas kota sekiranya hendak melintasi
melalui sungai Johor menuju ke arah hulu. Disebelah hulu pula mereka akan menghadapi
tentangan yang hebat dari peluru meriam yang dipasang dari arah sebuah lagi kota atau kubu
yang terletak di pinggir sungai Johor Lama. Kota tersebut dikenali sebagai Kubu Budak atau
Kota Budak sememangnya menjadi pusat pertahanan yang terpenting jika terdapat serangan dari
pihak musuh dari arah hulunya.

Di Johor, baginda telah mendirikan pusat pemerintahan di Pekan Tua yang kini dikenali Kangkar
Lubuk Pekan di Hulu Sungai Johor, kira-kira 11 km ke hulu ke Bandar Kota Tinggi. Ke hilir
sedikit dari tempat baginda bersemayam, didirikan sebuah kota pertahanan yang di kenali
sebagai Kota Kara. Pada tahun 1553, setelah lima tahun bersemayam di Pekan Tua, angkatan
perang Portugis dari Melaka di bawah pimpinan Estevao da Gama telah datang menyerang Kota
Kara dan menguasai kota tersebut. Sultan Alauddin Riayat Syah II dan pengikutnya telah
berundur dari Pekan Tua sebelum Portugis datang menyerang. Baginda telah berundur ke
Sayong dan mendirikan sebuah kota pertahanan di sana. Baginda datang semula ke Pekan Tua
dan membaiki Kota Kara yang diserang Portugis.

Pada tahun 1536, Portugis sekali lagi datang menyerang Kota Kara dan Pekan Tua. Selepas
Pekan Tua dan Kota Kara diserang, baginda telah berundur ke Muar. Kemudian pada 1540
baginda bersemayam di Bentan dan Kampar, pada tahun itu juga baginda kembali ke Johor dan
membuat pusat pemerintahan di Johor Lama di tepi Sungai Johor. Sebuah kota pertahanan telah
dibina di atas Tanjung Batu bertujuan untuk mengawal musuh-musuh yang datang menceroboh
melalui sungai Johor ke atas Johor Lama yang berkembang sebagai sebuah pusat perdagangan.

Kira-kira 24 tahun Sultan Alauddin Riayat Syah II berkerajaan di Johor Lama, satu angkatan
perang dari Acheh telah datang menyerang Johor Lama dibawah pimpinan Sultan Alauddin
Riayat Syah Al-Qahhar. Peperangan yang berlaku pada tahun 1564 berkesudahan dengan
kekalahan dipihak Johor. Johor Lama dan pusat pertahanan kerajaan Johor di Kota Batu
dibinasakan dan berbagai-bagai barang berharga dirampas dan dibawa ke Acheh termasuk
beratus-ratus pucuk meriam. Sultan Alauddin Riayat Syah II juga telah ditawan dan dibawa ke
Acheh.

Putera baginda yang bernama Raden Badar telah dimashyurkan sebagai Sultan Johor yang baru
oleh pihak Acheh dengan gelaran Sultan Muzaffar Syah. Baginda telah dihantar kembali ke
Johor dan baginda telah membaiki semula Kota Batu. Baginda yang tidak suka dikuasai oleh
Acheh telah memindahkan pemerintahan baginda ke Seluyut. Baginda membuat keputusan ini
kerana kemungkinan Acheh akan datang menyerang Johor sekiranya baginda tidak menurut
perintah dari Sultan Acheh. Seluyut dijadikan sebagai pusat pemerintahan yang baru dan tempat
ini semakin ramai penduduk . ( Tun Seri Lanang dilahirkan di Seluyut pada tahun 1565).

Pada tahun 1571 Sultan Muzaffar Syah mangkat di Seluyut dan dimakamkan di sana dikenali
sebagai Marhum Seluyut. Baginda digantikan oleh anak saudara baginda iaitu Sultan Abdul Jalil
atas wasiat baginda mahukan anak saudaranya mengambil alih tahta yang ditinggalkan. Sultan
Abdul Jalil pada masa itu hanya berusia 8 tahun dan baginda mangkat setelah genap setahun
ditabalkan. Baginda digantikan oleh ayahanda baginda yang bergelar Sultan Ali Jalla Abdul Jalil
Syah II. Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Syah II pada mulanya bersemayam di Seluyut tetapi tidak
lama kemudian baginda telah memidahkan pusat pemerintahan di Johor Lama.

Kota Johor Lama yang telah ditinggalkan selama 9 tahun telah diperbaiki dan diperbesarkan.
Kota Johor Lama yang telah diperbaiki ini telah diperlengkapkan dengan meriam-meriam untuk
mempertahankan kota tersebut apabila diserang. Pada masa pemerintahan Sultan Ali Jalla Abdul
Jalil Syah II, Kota Johor Lama menjadi sebuah pusat pertahanan yang penting. Sungai Johor
merupakan laluan para pedagang yang datang dari luar seperti Gujerat, China dan sebagainya.
Johor Lama menjadi sebuah pusat perdagangan yang maju dan telah menjejaskan pusat
perdagangan Portugis di Melaka.

Oleh itu untuk membendung keadaan yang kurang menyenangkan terutama sikap bermusuhan
yang ditunjukkan oleh Sultan Johor, pada tahun 1576 Portugis telah menghantar satu angkatan
perang menyerang Johor tetapi serangan ini berjaya dipatahkan oleh askar Johor di Kota Johor
Lama. Portugis tidak berputus asa dan pada tahun 1578 portugis melancarkan serangan terhadap
Johor Lama dan sekali lagi ianya gagal untuk memusnahkan kota ini. Serangan terhadap Johor
Lama tidak datang dari pihak Portugis tetapi juga dari pihak Acheh. Walaupun ada hubungan
kekeluargaan antara kedua pihak hasil perkahwinan antara Sultan Ali Jalla Abdul Jalil II dengan
salah seorang puteri Acheh, baginda sultan tidak menyukai dengan tindakan pihak Acheh yang
menganggap Johor sebagai sebahagian daripada Acheh dan perlu menurut arahan daripada
pemerintah Acheh. Keretakan ini membawa kepada peperangan pada tahun 1582 antara Acheh
dan Johor tetapi Acheh gagal menewaskan Johor kerana pihak Johor mendapat bantuan daripada
Portugis di Melaka.

Sejak mendapat pertolongan daripada Portugis, terjalin persahabatan antara kedua pihak selama
5 tahun tetapi ianya tidak kekal lama. Perselisihan demi perselisihan terjadi antara kedua pihak
dan membawa kepada peperangan pada 21 April 1587. Portugis telah menghantar angkatan
perang menyerang Kota Johor Lama diketuai oleh Antonio de Noronha. Portugis sekali lagi
gagal menawan Kota Johor Lama dan berundur balik ke Melaka. Kegagalan serangan tersebut
tidak melemahkan semangat Portugis sebaliknya pada 10 Ogos 1587, satu pasukan perang yang
diketuai oleh Poulo de Lima Pereira datang membantu pasukan Portugis yang sedang menyerang
Kota Johor Lama dan akhirnya Kota Johor Lama berjaya ditawan. Kawasan Kota Budak atau
Kubu Budak juga telah dapat ditawan oleh pihak Portugis.

MEGALITIK PENGKALAN KEMPAS

PENYELIDIKAN:
Kajian dan penyelidikan arkeologi megalitik di Semenanjung Malaysia pertama kali dilakukan
oleh I.H.N Evans di tapak Pengkalan Kempas pada tahun 1919. Data yang dilaporkan oleh
Evans, terdapat sekitar 15 batu granit sementara tiga menhir utama serta batu laterit dalam
keadaan berselerakan, condong dan rebah. Sewaktu proses gali cari dilakukan telah ditemui
seramik berwarna keabu-abuan (kemungkinan kesan glaze yang terhakis bercampur dengan
tanah yang berair), seladon bahagian mangkuk dan dasar blue-white serta bahagian cawan blue-
white. Di samping itu ditemui juga pecahan seladon cawan dan penutup berwarna kelabu
kehijauan. Turut ditemui pecahan kaca berbentuk bulat, tiga daripadanya berwarna gelap (dua
berwarna biru) dan satu yang telus cahaya (cerah), batu yang dipercayai digunakan untuk tujuan
pengasahan dan syiling yang telah berkarat.

Dari sudut stratigrafi pula, budaya di Pangkalan Kempas adalah sedalam dua kaki (kesan pasir
yang berbeza dengan lapisan atas). Lapisan tanah tidak menunjukkan sebarang kesan gangguan
sementara kesan pembakaran turut ditemui. Sepanjang proses gali cari di tapak ini tidak ditemui
sebarang rangka manusia. Secara keseluruhan beliau berpendapat tapak ini bertarikh sekitar abad
14-15 M. Pentarikhan ini dikaitkan dengan kubur Syeikh Ahmad Majnun yang mempunyai
pentarikhan kematian sekitar 1467 M.

INTERPRETASI PENYELIDIKAN:

Hubungan antara Megalitik dan kesenian dapat dilihat berdasarkan kepada peninggalan batu
hidup yang wujud di Pengkalan Kempas, Negeri Sembilan. la dapat dibahagi kepada dua aspek
utama, iaitu pertama, Megalitik yang mempunyai bentuk kemudi, sudu (payung) dan pedang
(keris). Kedua, pola hias atau estetika pada batu hidup ini turut dapat dibahagikan kepada dua
unsur iaitu, alam dan binatang yang diwakili hidupan langit, air dan daratan. Sementara pahatan
binatang pula diwakili oleh burung merak yang sedang mengembangkan sayapnya, kuda, (batu
tegak kemudi), ular dan gajah (batu tegak pedang / keris). Hiasan binatang air pula seperti ikan
/ katak (batu tegak kemudi), hiasan yang bersifat tumbuhan pula adalah suluran bunga (batu
tegak kemudi).

Kesemua aspek ini asasnya dapat dikaitkan dengan kepimpinan yang diwujudkan dalam bentuk
perlambangan dan jelas menunjukkan bagaimana pola hias ini mempunyai hubungan dengan
adat yang diamalkan di Negeri Sembilan. Pada waktu yang sama terdapat juga pola hias yang
mewakili zaman berlainan berdasarkan kepada ragam keseniannya, sebagai contoh pada batu
hidup berbentuk pedang terdapat hiasan yang mewakili zaman Klasik iaitu kala. la dalam
pengertian ikonografi berperanan sebagai pengusir dan mengawal daripada gangguan kuasa
jahat. Pada bahagian atasnya pula mempunyai kalimah Allah yang jelas menunjukkan
penerimaan Islam telah dikenali oleh masyarakat semasa pembuatannya dengan tidak
melepaskan unsur-unsur sebelumnya.Justeru, keberadaan batu hidup, kuburan Syeikh Ahmad
Majnun dan batu bersurat menggambarkan peranan tempat ini yang sememangnya sesuai
dengan konsep sakral. Terdapat tiga batu tegak yang berbentuk kemudi, sudu dan pedang.
Terdapat batu persegi empat di hadapannya sebagai batu duduk. Terdapat juga makam yang
dikenali dengan Syeikh Ahmad Majnun. Hiasan pada batu tegak berunsur binatang kuda, ular,
ikan, kala, merak, Allah dan suluran bunga melambangkan unsur prasejarah, klasik dan Islam.
Berperanan sebagai tempat perbincangan masyarakat dan menjatuhkan hukuman berhubung
dengan status adat.

PULAU KALUMPANG

PENYELIDIKAN:

Tapak ini terletak di kawasan paya bakau di Pulau Kalumpang. Penyelidikan pertamanya
dijalankan oleh I.H.N. Evans dalam tahun 1920an dan 1930an setelah mendapat laporan dari
B.W.F Barnard iaitu Timbalan pemulih Hutan Perak Utara pada tahun 1924. Tapak ini
dipercayai tinggalan masyarakat zaman protosejarah. Penyelidik lain seperti Quaritch-Wales
(1936), Sieveking (1955), Dr. Gibson Hill (1956) dan Peacock, Lord Medway, Alastair Lamb
serta isterinya Venice Lamb dalam tahun 1963. Pada tahun 1987, penyelidikan dan ekskavasi
arkeologi telah dilaksanakan oleh Jabatan Muzium dengan kerjasama jabatan lain di peringkat
negeri.

Lokasi yang dipilih ialah Pulau Buluh iaitu salah sebuah pulau daripada jumlah 8 buah pulau
keseluruhan yang terdapat di Pulau Kalumpang ini. Penyelidikan berikutnya dilakukan pada
tahun 1988 oleh Jabatan Muzium & Antikuiti dengan kerjasama agensi peringkat negeri dan
Universiti Kebangsaan Malaysia.
JUMPAAN:

Artifak yang pernah dilaporkan oleh Evans melalui ekskavasi yang dijalankan ialah
perahu tebuk, tulang manusia, pecahan tembikar, manik dari batu akid, kaca dan
carnelian. Artifak berunsurkan Hindu juga dijumpai antaranya ialah cincin emas
berukiran Dewa Visnu di atas garuda dan gambar cop mohor dalam tulisan Pallava,
Sanskrit. Jumpaan ini merupakan bukti akan kewujudan petempatan maritim
masyarakat zaman protosejarah di kepulauan ini dan ianya terletak di perairan lalulintas
perdagangan antarabangsa suatu ketika dahulu dan pelabuhan di mana pedagang
mendapatkan air bersih dan makanan.

Jumpaan beribu-ribu manik kaca Indo-Pasifik dan bahan mentahnya menunjukkan


bahawa tapak ini merupakan salah satu tapak yang menghasilkan manik kaca Indo-
Pasifik manakala jumpaan beibu-ribu serpihan tembikar tanah juga menunjukkan
masyarakat tempatan menghasilkan tembikar tanah untuk diperdagangkan ke kawasan
pedalaman. Berdasarkan kepada pentarikhan mutlak, tapak ini sudah pun diduduki oleh
masyarakat pesisir sejak 200 SM. Masyarakat Pulau Kelumpang juga merupakan
pelayar dan pedagang yang hebat berdasarkan jumpaan ekofak berupa tulang ikan
yang berasal dari laut dalam.
Pengenalan
Peranan Bahagian Arkeologi berperanan memastikan warisan arkeologi negara sama ada dalam
bentuk tapak dan relik arkeologi dilindungi melalui penyelidikan, pemuliharaan dan pemeliharaan
selaras dengan Akta Warisan Kebangsaan 2005 (Akta 645). Bahagian ini bertanggungjawab
membangunkan tapak arkeologi sebagai pusat rujukan penyelidikan dan pelancongan negara.
Bahagian Arkeologi terdiri daripada tiga cawangan utama iaitu Cawangan Arkeologi Daratan,
Cawangan Arkeologi Bawah Air dan Cawangan Repositori dan Pengembangan. Cawangan
Arkeologi Daratan menjalankan penyelidikan tentang tapak dan relik arkeologi darat melalui kerja
survei, ekskavasi, menganalisis, dan mengintepretasi artifak dan tapak arkeologi secara sistematik
dan saintifik. Kajian yang dijalankan menggunakan sumber primer dan sekunder bagi mendapatkan
maklumat awalan sebelum kerja di lapangan dijalankan.
Sementara itu, Cawangan Arkeologi Bawah Air pula bertanggungjawab dalam kerja-kerja
penyelidikan melalui survei dan salvaj warisan kebudayaan bawah air. Cawangan ini turut
berperanan memelihara dan memulihara khazanah warisan kebudayaan bawah air melalui aktiviti
yang dilaksanakan termasuklah mencari, mengumpul, menilai, dan merekod tapak dan jumpaan
kapal karam secara sistematik, tepat, dan bersepadu untuk rujukan dan penyelidikan.
Seterusnya, Cawangan Repositori dan Pengembangan pula melaksanakan pemeliharaan dan
pemuliharaan relik arkeologi melalui konservasi objek secara sistematik dan saintifik. Cawangan ini
turut memberi khidmat nasihat dan kepakaran serta sokongan dalam usaha pemuliharaan dan
pemeliharaan warisan arkeologi untuk dilindungi dan diwartakan sebagai Warisan dan Warisan
Kebangsaan. Selain itu, Cawangan ini turut berperanan menjalankan aktiviti pengembangan dan
promosi warisan arkeologi dengan membangunkan tapak-tapak arkeologi sebagai pusat rujukan
penyelidikan dan pelancongan.
Carta Bahagian Arkeologi
Zaman pra sejarah

1. ZAMAN PRASEJARAH <ul><li>PRASEJARAH </li></ul><ul><li>Juga dikenali sebagai ‘zaman batu lama’.


Terdiri daripada dua zaman iaitu Paleolitik Awal dan Akhir. Berlansung sekitar 50 000 SM hingga 10 000
SM. Wujud manusia purba ‘Peking Man’, Java Man’ dan ‘Neanderthal’ pada paleolitik awal dan ‘Cro
Magnon’ pada paleolitik akhir. </li></ul>

2. ZAMAN PALEOLITIK <ul><li>CIRI-CIRI </li></ul><ul><li>Tiada tempat tinggal yang tetap


</li></ul><ul><li>Hidup dengan memungut hasil hutan </li></ul><ul><li>Alatan dari batu dan kasar
buatannya </li></ul>

3. ZAMAN MESOLITIK <ul><li>CIRI-CIRI </li></ul><ul><li>Tempat Tinggal </li></ul><ul><li>mereka mula


menetap ditepi sungai, persisiran pantai untuk mendapatkan sumber makanan dan air.
</li></ul><ul><li>Kegiatan Ekonomi </li></ul><ul><li>masih sama dengan manusia paleolitik, namun
mereka sudah pandai bercucuk tanam secara pertanian pindah. </li></ul><ul><li>Kemajuan dan
Pembangunan </li></ul><ul><li>Alatan yang dibuat lebih kecil dan halus pembuatannya
</li></ul><ul><li>Alat kecil ini dikenali sebagai mikrolit </li></ul><ul><li>Panah dan jaring telah
digunakan untuk memburu binatang. </li></ul><ul><li>Sosial. </li></ul><ul><li>hidup dalam kelompok
keluarga / secara berkumpulan. </li></ul><ul><li>amalan ritual juga berlaku. </li></ul>

4. ZAMAN NEOLITIK <ul><li>Merupakan zaman prasejarah akhir dan juga dikatakan sebagai zaman batu
baru. Berlansung sekitar 7000 SM hingga 3000 SM . Zaman ini juga dikenali sebagai ‘Revolusi Pertanian’
(Mc Kay, Hill dan Buckler 1987). </li></ul><ul><li>Zaman ini telah dipelopori sekumpulan manusia yang
berasal dari Asia Barat dab berpindah ke Afrika, Eropah dan Asia Timur. (Burn dan Ralph 1958).
</li></ul>

5. CIRI-CIRI ZAMAN NEOLITIK <ul><li>FIZIKAL </li></ul><ul><li>Hidup di dalam rumah yang diperbuat


drp tanah liat atau kayu. </li></ul><ul><li>Hidup dalam kumpulan yang besar atau bermasyarakat dan
berpentempatan tetap. Contoh Jarno di utara Iraq, Catal Huyuk di Turki dan Jericho di Palestin.
</li></ul><ul><li>Manusia pada zaman ini bermigrasi ke serata dunia. Contoh Kepulauan Hawaii dan
New Zealand. </li></ul>

6. CIRI-CIRI ZAMAN NEOLITIK <ul><li>KEMAJUAN DAN PEMBANGUNAN </li></ul><ul><li>Penemuan


perahu, rakit dan kapal layar. Digunakan untuk migrasi dan berdagang. </li></ul><ul><li>Berkemahiran
dalam menenun dan memintal kain. </li></ul><ul><li>Mahir dalam membuat tembikar dan membina
rumah dengan tanah liat dan kayu. </li></ul><ul><li>Pengunaan roda dan perlatan gangsa.
</li></ul><ul><li>Mahir dalam pertanian, contoh, pembinaan terusan, tajak , cangkul dan bajak.
</li></ul>

7. CIRI-CIRI ZAMAN NEOLITIK <ul><li>EKONOMI </li></ul><ul><li>Aktiviti ekonomi ini mendorong


kepada kehidupan tetap dan kemunculan kampung-kampung dan seterusnya bandar.
</li></ul><ul><li>Antara tanaman ialah gandum, barli dan kacang. </li></ul><ul><li>Banyak teknologi
yang digunapakai, roda untuk kereta lembu bagi membawa hasil pertanian. Pembinaan terusan untuk
mengairi kawasan pertanian. </li></ul><ul><li>Kegiatan pertanian ini memberi kesan yang besar
terhadap kemajuan masyarakat neolitik. </li></ul>

8. CIRI-CIRI ZAMAN NEOLITIK <ul><li>PENTERNAKAN </li></ul><ul><li>Keadaan petempatan yang tetap


membolehkan aktiviti penternakan dilakukan. </li></ul><ul><li>Antara binatang yang diternak ialah
kambing, bebiri, lembu dan memelihara anjing. </li></ul><ul><li>Binatang ternakan juga digunakan
dalam aktiviti pertanian seperti lembu. </li></ul>

9. CIRI-CIRI ZAMAN NEOLITIK <ul><li>PERDAGANGAN </li></ul><ul><li>Aktiviti perdagangan berlaku


berikutan kepesatan kegiatan pertanian. </li></ul><ul><li>Dijalankan secara sistem barter.
</li></ul><ul><li>Penggunaan perahu, rakit dan kapal layar mengiatkan lagi aktiviti ini.
</li></ul><ul><li>Contoh penemuan pelabuhan awal di santubung dan Kuala Selinsing. </li></ul>

10. CIRI-CIRI ZAMAN NEOLITIK <ul><li>SOSIAL </li></ul><ul><li>Berperanan mengasuh, mendidik dan


menjaga anggota yang lebih kecil dalam keluarga. </li></ul><ul><li>Berlaku dasar pemilikan dan
pewarisan harta. </li></ul><ul><li>Wujud dalam dua bentuk iaitu poligami dan monogami
</li></ul><ul><li>Monogami – perkahwinan antara seorang lelaki dan seorang perempuan
</li></ul><ul><li>Poligami – perkahwinan antara seorang lelaki dan lebih daripada seorang perempuan.
</li></ul>

11. CIRI-CIRI ZAMAN NEOLITIK <ul><li>INTITUSI AGAMA </li></ul><ul><li>Kepercayaan terhadap kuasa


luar biasa yang berkait rapat dengan fenomena alam seperti kesuburan tanaman dan iklim.
</li></ul><ul><li>Ritual keagamaan dan upacara korban dilakukan. Contoh: Tarian hujan dilakukan oleh
masyarakat Indian di Amerika. </li></ul><ul><li>Upacara korban untuk menyuburkan tanaman.
</li></ul>

12. CIRI-CIRI ZAMAN NEOLITIK <ul><li>INSTITUSI NEGARA </li></ul><ul><li>Negara merujuk kepada


sebuah masyarakat tersusan yang mendiami sesebuah wilayah dan mempunyai autoriti.
</li></ul><ul><li>Wujud undang-undang dan kawalan sosial dalam kehidupan seperti untuk
menjalankan pertanian secara intensif. </li></ul><ul><li>Berikutan wujudnya kerajaan dan berautoriti,
aktiviti ketentaraan dijalankan. </li></ul>

13. ZAMAN LOGAM <ul><li>Bermula sekitar tahun 2500 SM. Dapat dibahagikan kepada bahagian iaitu
zaman gangsa dan zaman besi. Hidup lebih maju dan wujud tamadun utama seperti Tamdun Shang
(Hwang-Ho), Tamadun Sumaria (Mesopotamia) dan Tamadun Mesir. </li></ul>

14. CIRI-CIRI ZAMAN LOGAM <ul><li>FIZIKAL </li></ul><ul><li>Manusia zaman ini hidup dalam
kelompok masyarakat. </li></ul><ul><li>Mereka menetap dilembah-lembah sungai.
</li></ul><ul><li>Petempatan berbentuk kota atau bandar terancang. </li></ul>

15. CIRI-CIRI ZAMAN LOGAM <ul><li>Kemajuan dan Pembangunan </li></ul><ul><li>Dapat meleburkan


logam seperti gangsa. </li></ul><ul><li>Buktinya, loceng gangsa ditemui di Batu Buruk Terangganu dan
di Sungai Lang, Selangor. </li></ul><ul><li>Mereka juga mahir dalam melombong bijih timah
menggunakan perlatan logam dan kemahiran meelebur logam. </li></ul>

16. CIRI-CIRI ZAMAN LOGAM <ul><li>EKONOMI </li></ul><ul><li>Pertanian, penternakan dan


berdagang. </li></ul><ul><li>Aktiviti perdagangan mula meluas ke negara-negara lain.
</li></ul><ul><li>Mereka juga menjalankan kegiatan melombong bijih timah. </li></ul>

17. CIRI-CIRI ZAMAN LOGAM <ul><li>SOSIAL </li></ul><ul><li>Wujud negara berkerajaan yang lebih
mantap </li></ul><ul><li>Kepentingan ilmu mula berkembang dalam institusi masyarakat
</li></ul><ul><li>Amalan keagamaan juga berkembang. </li></ul><ul><li>Contoh mayat dikuburkan
dalam kubur batu atau keranda. </li></ul><ul><li>Upacara seperti perkahwinan juga wujud. </li></ul>

18. Perbezaan zaman prasejarah awal dengan zaman prasejarah akhir

19. Perbezaan zaman prasejarah awal dengan zaman prasejarah akhir Dari Segi Fizikal <ul><li>Prasejarah
awal </li></ul><ul><li>Manusia pada zaman itu hidup secara nomad </li></ul><ul><li>Berada dalam
kumpulan kecil </li></ul><ul><li>Tinggal di dalam gua </li></ul><ul><li>Prasejarah akhir
</li></ul><ul><li>Manusia hidup menetap </li></ul><ul><li>Hidup dalam kumpulan lebih besar.
</li></ul><ul><li>Tinggal di dalam rumah </li></ul>

20. Perbezaan zaman prasejarah awal dengan zaman prasejarah akhir (kemajuan & pembangunan)
<ul><li>Prasejarah awal </li></ul><ul><li>Bergantung kepada alatan batu dan tulang sahaja
</li></ul><ul><li>Alatan diaplikasi untuk tujuan sara hidup </li></ul><ul><li>Prasejarah akhir
</li></ul><ul><li>Dapat mempelbagaikan peralatan </li></ul><ul><li>Alatan diaplikasikan lebih daripada
tujuan sara diri, malah untuk keselesaan dan interaksi. </li></ul>

21. Perbezaan zaman prasejarah awal dengan zaman prasejarah akhir (ekonomi) <ul><li>Prasejarah awal
</li></ul><ul><li>Aktiviti ekonomi tidak tetap </li></ul><ul><li>Contoh pertanian pindah
</li></ul><ul><li>Tidak berdagang dengan dunia luar </li></ul><ul><li>Prasejarah akhir
</li></ul><ul><li>Aktiviti ekonomi yang tetap </li></ul><ul><li>Contoh penternakan dan pertanian
setempat </li></ul><ul><li>Menjalankan perdagangan dengan dunia luar. </li></ul>
22. Perbezaan zaman prasejarah awal dengan zaman prasejarah akhir ( sosial ) <ul><li>Prasejarah awal
</li></ul><ul><li>Hanya berinteraksi antara individu dalam kumpulan </li></ul><ul><li>Pemerintahan
tertinggi hanya pada tahap ketua kumpulan atau puak </li></ul><ul><li>Prasejarah akhir
</li></ul><ul><li>Berinteraksi dengan masyarakat luar. </li></ul><ul><li>Hidup dalam masyarakat
</li></ul><ul><li>Wujud kerajaan sebagai institusi pemerintahan. </li></ul>

23. KESIMPULAN <ul><li>Perbezaan antara zaman prasejarah awal dan zaman prasejarah akhir
menampakan perkembangan dari semua aspek. Dua zaman ini terdapat jurang di antaranya akibat
evolusi yang berlaku dalam hidup manusia. Selain itu hal ini menjelaskan kita tentang perkembangan
tamadun yang berlaku dalam hidup manusia. </li></ul>

You might also like