You are on page 1of 10

JIPVA (JURNAL PENDIDIKAN IPA VETERAN)

Volume 2-Nomor 1 2018


Available online at JIPVA website:
http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/jipva
email: jipva.veteran@gmail.com

MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN KETERAMPILAN


PROSES SAINS MAHASISWA CALON GURU FISIKA
STKIP AL HIKMAH SURABAYA
Faiz Hasyim
Pendidikan Fisika, STKIP Al Hikmah Surabaya
email: faiz.stkiph@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan memetakan penguasaan kemampuan berpikir analitis dan
keterampilan proses sains mahasiswa calon guru fisika. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa calon guru fisika STKIP Al
Hikmah Surabaya. Teknik pengumpulan data menggunakan data kemampuan awal
mahasiswa dan teknik tes kemudian data dianalisis menggunakan teknik analisis secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan kemampuan berpikir analitis dan
keterampilan proses sains mahasiswa calon guru fisika STKIP Al Hikmah Surabaya terbagi
dalam tiga level yaitu level tinggi sebanyak 33%, level sedang sebanyak 50%, dan level
rendah sebanyak 17%. Penguasaan keterampilan berpikir untuk masing-masing kriteria adalah
satu kriteria berada pada kategori tinggi, dua kriteria berada pada kategori sedang, dan satu
kriteria berada pada kategori rendah.
Kata kunci: kemampuan berpikir analitis, keterampilan proses sains, mahasiswa calon guru
fisika.

MEASURING PRE-SERVICE PHYSICS TEACHERS’ ANALYTICAL THINKING


ABILITY AND SCIENCE PROCESS SKILLS OF STKIP AL HIKMAH SURABAYA

Abstract
This research is designed to classify pre-service physics teachers’ analytical thinking
ability and science process skills. It is a descriptive qualitative research. This research was
conducted on pre-service physics teachers of STKIP Al Hikmah Surabaya. Data collection
technique used in this research was the result of students' pretest and test, afterwards the data
were analyzed using descriptive analysis technique. The result shows that the pre-service
physics teachers’ analytical thinking ability and science process skills of STKIP Al Hikmah
Surabaya is divided into three level, those are high level (33,3%), moderate level (50%), and
low level (16,7%). The proficiency of thinking skill ability for each criterion is divided into
three categories: first, a criterion is considered as high category; second, two criteria are
considered as medium category; and third, one criterion is considered as low category.

Keywords: analytical thinking ability, science process skills, pre-service physics teacher.

Copyright © 2018, Jurnal Pendidikan IPA Veteran


81 JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran), Volume 2-Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN karakteristik pembelajaran fisika.


Sebuah negara yang maju pasti akan Mundilarto (2010) dalam bukunya
menjadikan pendidikan sebagai unsur utama menjelaskan bahwa fisika sebagai ilmu
dalam skala prioritas baik anggaran, SDM, dasar memiliki karakteristik yang mencakup
maupun infrastrukturnya. Sesuai dengan bangun ilmu yang terdiri atas fakta, konsep,
tujuan pendidikan nasional, mencerdaskan prinsip, hukum, postulat, dan teori serta
kehidupan bangsa menjadi salah satu metodologi keilmuan. Fisika merupakan
variabel yang tidak bisa dipandang sebelah ilmu yang terbentuk melalui prosedu baku
mata. Pembangunan suatu negara dapat atau biasa disebut sebagai metode ilmiah.
dikatakan berhasil jika memiliki Sumber Salah stau urutan
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Kemampuan berpikir analitis
Hasyim (2015) mengatakan bahwa merupakan domain ke empat dari revisi
pembangunan dibidang pendidikan Taksonomi Bloom. Derivasi dari
merupakan usaha untuk mencerdaskan suatu kemampuan ini salah satunya adalah
bangsa khususnya untuk peningkatan kemampuan untuk menganalisis suatu
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masalah. Penjelasan detail terkait
dengan tujuan meningkatkan kualitas SDM. kemampuan berpikir analitis menurut
Implikasinya, hal ini dapat meningkatkan Anderson & Krathwohl (2010) bahwa
kualitas suatu bangsa. kemampuan menganalisis mencakup belajar
Surapranata (2005) berpendapat untuk menentukan potongan-potongan
bahwa kurikulum, proses pembelajaran, dan informasi yang relevan atau penting
penilaian tiga dimensi penting dalam (membedakan), menentukan cara-cara untuk
pendidikan. Antara satu dimensi dengan menata potongan-potongan informasi
dimensi yang lain saling berhubungan. tersebut (mengorganisasikan), dan
Kurikulum menjadi sangat penting karena menentukan tujuan dibalik informasi itu
merupakan turunan dari tujuan pendidikan, (mengatribusikan). Penjelasan tersebut di
sedangkan proses pembelajaran juga sangat atas dapat diketahui bahwa kemampuan
penting karena merupakan usaha yang menganalisis terbagi dalam tiga kategori
dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan yaitu membedakan, mengorganisasikan, dan
pendidikan. Senada dengan kedua dimensi mengatribusikan. Rustaman (2005)
di atas, penilaian sebagai parameter mengupas taksonomi Bloom khususnya
tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh kemampuan analitis ditandai dengan
karena itu, keberhasilan pencapaian tujuan beberapa kata kerja operasional yaitu:
pendidikan tidak hanya tergantung pada memecahkan, membuat diagram, membe-
kurikulum dan proses pembelajaran saja tapi dakan, memisahkan, mengidentifikasi,
penilaian juga menjadi tolak ukur menggambarkan, menarik kesimpulan,
keberhasilan. Hasil penilaian ini haruslah membuat garis besar/menginferensi,
mengungkapkan informasi secara lengkap menunjukkan, menghubungkan, memilih,
dan sesuai dengan data yang diperlukan, memisahkan, dan mendeskripsikan/merinci.
sedangkan hasil penilaian yang sesuai bisa Dari beberapa pendapat di atas, maka
diperoleh hanya menggunakan instrumen dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan
penilaian yang tepat. analitis adalah suatu kemampuan peserta
Dalam proses pembelajaran sains didik untuk menguraikan suatu hal ke dalam
khususnya fisika, harus memenuhi bagian-bagiannya dan dapat mencari

Copyright © 2018, JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran)


MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN KETERAMPILAN PROSES 82
SAINS MAHASISWA CALON GURU FISIKA STKIP AL HIKMAH SURABAYA
Faiz Hasyim

keterkaitan antara bagian-bagian tersebut. menafsirkan pengamatan atau inferensi,


Kemampuan berpikir analitis ditandai mengelompokkan atau klasifikasi,
dengan beberapa kata kerja operasional prediksi/meramalkan,berkomunikasi/
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. mengkomunikasikan hasil, berhipotesis,
Dalam penelitian ini, pengukuran merencanakan percobaan, menerapkan
kemampuan berpikir analitis yang dipilih konsep, dan mengajukan pertanyaan. Dalam
empat kemampuan yang sesuai dengan penelitian ini, keterampilan proses sains
keterampilan proses yang dipilih yaitu yang akan diukur terbatas dalam empat
mengorganisasikan, menganalisis, membuat kriteria saja yaitu keterampilan
garis besar, dan mendeskripsikan. merencanakan percobaan, keterampilan
Prasetyo, et. al (2011) mengatakan memprediksi, keterampilan menginferensi,
bahwa penguasaan natural sains melalui dan keterampilan mengkomunikasikan hasil.
pembelajaran secara teoritis sangat Sudijono (2007) sudah menjelaskan
ditentukan oleh kemampuan dan kreatifitas bahwa kemampuan analisis adalah
peserta didik dalam menguasai keterampilan kemampuan untuk menguraian atau merinci
proses sains. Dalam pembelajaran fisika, keadaan ke bagian yang lebih kecil serta
peserta didik dituntut untuk aktif. Peserta dapat memahami hubungan antarbagian
didik tidak hanya diam menerima materi tersebut. Dari pernyataan tersebut
secara teori yang diberikan oleh guru tanpa menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
mengetahui proses yang dilakukan dalam analitis sangat cocok untuk menyajikan soal
menemukan suatu konsep. Pembelajaran fisika khususnya pokok bahasan elastisitas,
fisika seharusnya berupa proses untuk karena pada pokok bahasan ini
menemukan suatu gejala dengan melibatkan membutuhkan kejelian mahasiswa calon
etika dan keterampilan. guru fisika dalam penyelesaian soal. Selain
Keterampilan proses sains diangkat itu, keterampilan proses sains juga tidak bisa
sebagai kemampuan yang terintegrasi pada lepas dalam penyampaian pokok bahasan
materi pelajaran, artinya keterampilan tersebut. Misalnya dalam praktikum hukum
proses sains sama pentingnya dengan Hooke, mahasiswa calon guru fisika dituntut
konsep sains. Pada pembelajaran sains untuk menggunakan keterampilan prosesnya
menekankan pada pemberian pengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan.
belajar secara langsung dengan Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan
mengembangkan keterampilan proses sains keterampilan proses sains dan kemampuan
agar mahasiswa calon guru fisika dapat berpikir analitis tidak bisa terlepas satu sama
menjelajahi dan memahami fenomena alam. lain dalam memahami pokok bahasan
Selain itu, penggunaan dan pengembangan elastisitas, sehingga sangat diperlukan
keterampilan proses sains dan sikap ilmiah integrasi kedua variabel ini.
dalam pembelajaran sains bertujuan agar Usman (2006) mengatakan bahwa
mahasiswa calon guru fisika mampu selain dengan pengamatan langsung,
memahami konsep-konsep dan mampu keterampilan proses sains memang dapat
memecahkan masalah sains. dilakukan dengan cara tes tertulis. Oleh
Keterampilan proses sains menurut karena itu untuk melihat hasil belajar peserta
Rustaman (2005) dibagi menjadi sembilan didik yang akurat dan mencapai dua sasaran
indikator yaitu: melakukan pengamatan, pencapaian sekaligus (keterampilan proses

Copyright © 2018, JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran)


83 JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran), Volume 2-Nomor 1, 2018

sains dan kemampuan berpikir analitis), Kemampuan berpikir analitis peserta


diperlukan sebuah integrated assessment didik juga diteliti oleh Groothoff, et. al
yang dapat mengukur keterampilan proses (2008). Dari penelitian ini dapat
sains dan kemampuan berpikir analitis disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
peserta didik SMA. analitis berkembang dari waktu ke waktu,
Dalam penelitian yang dilakukan namun kemampuan ini perlu dilatih
Nuangchalerm (2009) menyatakan bahwa sehingga kemampuannya semakin
hasil analisis kemampuan berpikir analitis berkembang. Terbukti bahwa pelatihan
peserta didik kelas dua yang telah dipelajari untuk meningkatkan kemampuan berpikir
melalui kegiatan pembelajaran berbasis analitis dalam waktu yang singkat tidak
penyelidikan dengan bantuan program memberikan efek signifikan. Berbeda jika
Wilcoxon Matched Signed-Peringkat Test. kemampuan ini dilatih dalam proses yang
Hal ini dapat disimpulkan bahwa skor kontinyu dan terstruktur akan mendapatkan
posttest memiliki skor yang lebih tinggi hasil yang lebih bagus.
daripada pretes dengan taraf signifikansi Sebagai calon guru fisika, pemetaan
0,5. Selanjutnya, Husain, et. al (2012) kemampuan berpikir analitis perlu dilakukan
mengadakan penelitian tentang berpikir untuk mengetahui keterampilan berpikir
analitis dan berpikir kritis. Hasil penelitian tingkat tinggi. Kemampuan analitis
ini dapat diamati bahwa tingkat merupakan salah satu domain dari
keterampilan berpikir kritis dan analitis keterampilan berpikir tingkat tinggi.
antara peserta didik rendah. Hanya 2 dari 70 Kemampuan berpikir rtingkat tinggi salah
pertanyaan yang diajukan dapat diklaim satu bekal calon guru fisika menterjemahkan
mengandung unsur berpikir kritis tinggi dan dan mentranformasi konsep fisika ke murid-
memenuhi kriteria MST. Sebagian besar muridnya.
pertanyaan dapat diklasifikasikan sebagai Dari beberapa sumber di atas, dapat
kategori rendah sinkron dengan rendahnya ditarik kesimpulan bahwa menjadi guru
tingkat kemampuan berpikir kritis. fisika harus memiliki keterampilan proses
Penelitian penguasaan keterampilan sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
berpikir kritis dan analitis yang dilakukan salah satunya kemampuan berpikir analitis.
McDonald (2012) menghasilkan data Oleh karena itu, mahasiswa calon guru
penguasaan keterampilan berpikir kritis dan fisika di semester awal harus sudah
analitis dari 40 tugas akhir hanya 12,5% dipetakan berdasarkan penguasaan
yang dikuasai peserta didik. Meskipun kemampuan berpikir tersebut agar
masih tergolong rendah dalam penguasaan pengembangan mahasiswa calon guru fisika
keterampilan berpikir kritis dan analitis, lebih terarah.
namun hal ini membuktikan usaha peserta
didik dalam menyelesaikan tugas akhir METODE
sangat tinggi. Rusou, et. al (2013) Jenis Penelitian
melakukan penelitian mengintegrasikan Penelitian ini bertujuan untuk
antara intuisi dan berpikir analitis terhadap memetakan kemampuan berpikir analitis
satu sama lain pada tugas-tugas. Hasil dan keterampilan proses sains mahasiswa
penelitian menunjukkan konsistensi pilihan calon guru. Subjek penelitian diberi
yang lebih tinggi (transitivitas) saat intuisi instrumen tes (Intsrumen Integrated
dan berpikir analitis dipadukan. Assessment Fisika) yang sudah

Copyright © 2018, JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran)


MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN KETERAMPILAN PROSES 84
SAINS MAHASISWA CALON GURU FISIKA STKIP AL HIKMAH SURABAYA
Faiz Hasyim

dikembangkan sebelumnya oleh Hasyim Prosedur


(2015). Prosedur penelitian ini dilakukan
Penelitian ini termasuk ke dalam dengan menentukan subjek penelitian
penelitian deskriptif. Cohen, et. al (2000) terlebih dahulu, mengumpulkan data awal
menjelaskan bahwa penelitian deskriptif subjek penelitian, dan pengambilan data.
adalah penelitian yang mengungkapkan dan Penelitian difokuskan pada pengambilan
menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi data berupa hasil tes mengggunakan
pada kondisi saat ini. Pendekatan pada Intsrumen Integrated Assessment Fisika
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini kemudian
Waktu dan Tempat Penelitian disinkronkan dengan data kemampuan awal
Penilitian dilakukan pada bulan mahasiswa yaitu nilai akademik tes
September 2017. Tempat penelitian adalah penjaringan mahasiswa baru STKIP Al
di kampus keguruan STKIP Al Hikmah Hikmah Surabaya.
Surabaya. Data, Intrumen, dan Teknik
Subjek Penelitian Pengumpulan Data
Target penelitian ini adalah Jenis data yang dikumpulkan dalam
mahasiswa calon guru fisika semester 1. penelitian ini yaitu data kualitatif. Teknik
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa pengumpulan data menggunakan teknik tes.
pendidikan fisika STKIP Al Hikmah
Surabaya. Subjek tersebut dipilih atas dasar
lokasi dan persebaran asal sekolah
mahasiswa.
Lokasi STKIP Al Hikmah
Kampus Surabaya
Penentuan Subjek Daerah asal mahasiswa:
Penelitian Sidoarjo, Mojokerto,
Persebaran sekolah
asal mahasiswa Kediri, Jember, dan Padang

Data kemampuan
awal mahasiswa Nilai akademik tes masuk STKIP Al
(Hasil Tes masuk Hikmah Surabaya
Akademik)

Hasil tes
menggunakan Klasifikasi kemampuan berpikir analitis dan
Instrumen Integrated keterampilan proses sains berdasarkan hasil
Assessmen Fisika tes menggunakan Instrumen Integrated
Assessmen Fisika

Gambar 1. Diagram Prosedur Penelitian

Copyright © 2018, JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran)


85 JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran), Volume 2-Nomor 1, 2018

Instrumen pengumpul data guru fisika. Kampus yang digunakan sebagai


menggunakan data awal mahasiswa dan lokasi penelitian dipilih berdasarkan dua
instrumen tes yang yang sudah kriteria yaitu 1) lokasi kampus, 2)
dikembangkan oleh Hasyim (2015) dan persebaran asal sekolah mahasiswa.
sudah diuji validitasnya yaitu Instrumen Lokasi sekolah sebagai subjek
Integrated Assessmen Fisika. penelitian berada di Jawa Timur dan berada
di pusat kota Jawa Timur yaitu Kota
Teknik Analisis Data Surabaya. Selain itu, persebaran daerah asal
Teknik analisi data menggunakan mahasiswa sudah mencangkup beberapa
teknik analisis data secara deskriptif. Untuk kota/kabupaten di provinsi Jawa Timur.
mengetahui tingkat penguasaan kemampuan Berdasarkan hasil tes, klasifikasi
berpikir analitis dan keterampilan proses kemampuan berpikir analitis dan
sains dikategorikan berdasarkan rata-rata keterampilan proses sains mahasiswa calon
ideal dan simpangan baku ideal. Skor guru fisika dibagi menjadi tiga kategori
tertinggi ideal adalah skor tertinggi yang berdasarkan adaptasi Sukardjo (2012)
mungkin diperoleh dari keseluruhan seperti pada Tabel 2.
jawaban soal. Skor terendah ideal ialah skor
terendah yang mungkin diperoleh dari Tabel 2. Teori Klasifikasi Kemampuan
keseluruhan jawaban soal. Menurut Berpikir Analitis dan Keterampilan
Sukardjo (2012) lima level kemampuan Proses Sains
memiliki rentang seperti pada Tabel 1. Kategori Persentase Skor
Kelima level tersebut adalah level sangat Rendah 0 % > X ≥ 33,3 %
tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat Sedang 33,3 % > X ≥ 66,7 %
rendah. Tinggi 66,7 % > X ≥ 100 %

Tabel 1. Konversi Nilai Aktual Menjadi Berdasarkan hasil pengmbilan data,


Nilai Skala 5 persentase penguasaaan kemampuan
Rentang Skor (i) Nilai Kategori berpikir analitis dan keterampilan proses
x > ̅ + 1,80 SBi A Sangat tinggi sains mahasiswa calon guru secara umum
̅ + 0,60 SBi < x ̅ + 1,80 SBi B Tinggi terbagi menjadi tiga kelompok besar yang
̅ - 0,60 SBi < x ̅ + 0,60 SBi C Sedang dapat dilihat pada Tabel 3.
̅ – 1,80 SBi < x ̅ – 0,60 SBi D Rendah
x ̅ - 1,80 SBi E Sangat rendah Tabel 3. Klasifikasi Kemampuan Berpikir
Analitis Mahasiswa Calon Guru
Keterangan : Kategori Persentase Skor
Xi : ½ (skor maksimal + skor minimal ideal) Rendah 17%
Sbi : 1/6 (skor maksimal ideal-skor minimal Sedang 50%
ideal). Tinggi 33%

HASIL DAN PEMBAHASAN Data di atas, peneliti coba sinkronkan


Penelitian ini bertujuan untuk dengan data awal subjek penelitian yaitu
mengetahui pemetaan penguasaan nilai akademik tes masuk STKIP Al Hikmah
kemampuan berpikir analitis dan seperti pda tabel 4.
keterampilan proses sains mahasiswa calon

Copyright © 2018, JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran)


MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN KETERAMPILAN PROSES 86
SAINS MAHASISWA CALON GURU FISIKA STKIP AL HIKMAH SURABAYA
Faiz Hasyim

Tabel 4. Nilai Akademik Tes Masuk Gambar 2 memberi informasi bahwa


Mahasiswa Calon Guru berdasarkan teori yang diadaptasi dari
Kategori Persentase Skor Sukardjo (2012) dari empat kemampuan
Rendah 33% berpikir analitis yang diukur, rata-rata
Sedang 50% prosentase penguasaan kemampuan berpikir
Tinggi 17% analitis mahasiswa calon guru fisika berada
Dari kedua tabel di atas, persebaran pada posisi sedang. Hal ini dapat ditarik
kemampuan awal mahasiswa dan hasil kesimpulan bahwa sebenarnya input
penelitian memiliki persebaran yang relatif mahasiswa calon guru fisika secara
sama. Mahasiswa yang berada pada kategori keseluruhan cukup bagus.
sedang sebanyak 50% dari seluruh jumlah Dari grafik yang disajikan dalam
mahasiswa. Prosentase jumlah mahasiswa gambar 2 dapat dilihat bahwa penguasaan
yang memiliki kemampuan rendah dan kemampuan membuat garis besar
tinggi yaitu antara 33% dan 17%. Hal ini mahasiswa calon guru merupakan
dapat diinterpretasikan bahwa pemetaan kemampuan yang paling tinggi.
kemampuan berpikir analitis dan Kemampuan ini mendukung mahasiswa
keterampilan proses sains mahasiswa calon lebih mudah dalam menarik kesimpulan dari
guru tidak jauh dari data awal mahasiswa. permasalahan-permasalahan fisika. Kemam-
Hasil ini yang akan menjadi pijakan dalam puan mengorganisasikan dan menganalisis
menghasilkan lulusan guru fisika yang berada pada kategori sedang, walaupun
berkualitas dan memiliki kompetensi yang penguasaan kemampuan mengorganisasikan
dibutuhkan di lapangan. cenderung lebih tinggi daripada kemampuan
Penguasaaan kemampuan berpikir menganalisis. Kemampuan ini yang akan
analitis masing-masing indikator yang membekali mahsiswa bagaimana
dikuasai mahasiswa calon guru fisika dapat menganalisis fenomena alam sehingga bisa
dilihat pada Gambar 2 sedangkan diinterpretasikan ke dalam konsep-konsep
penguasaan keterampilan proses sains dapat fisika. Penguasaan kemampuan mendeskrip-
dilihat pada Gambar 3. sikan merupakan kemampuan yang paling
lemah yang dimiliki oleh mahasiswa calon
guru fisika. Sehingga, jika ditarik
kesimpulan penguasaan kemampuan
berpikir analitis mahasiswa calon guru ada
satu kriteria yang paling dikuasai, dua
kriteria cukup dikuasai, dan satu kriteria
kurang dikuasai yaitu kemampuan
mendeskripsikan sesuatu.
Pada dasarnya hampir semua
penguasaan kemampuan berpikir analitis
secara rata-rata masuk kategori sedang. Hal
ini dapat ditarik benang merah dari hasil tes
Gambar 2. Rata-Rata Penguasaan akademik seperti yang sudah dipaparkan di
Kemampuan Berpikir Analitis depan. Proses perkuliahan kedepan
seharusnya lebih menitikberatkan pada

Copyright © 2018, JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran)


87 JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran), Volume 2-Nomor 1, 2018

keterampilan berpikir yang cenderung percobaan dan ketrampilan memprediksi


rendah. Dalam hal ini adalah ketampilan walaupun keterampilan merencanakan
berpikir mendeskripsikan sesuatu. Akan percobaan cenderung lebih tinggi nilainya
tetapi, porsi untuk melatih kemampuan daripada ketrampilan memprediksi. Kedua
mengorganisasikan dan kemampuan keterampilan ini cukup dikuasai mahasiswa
menganalisis juga memiliki porsi yang calon guru sehingga mahasiswa calon guru
cukup diberikan kepada mahasiswa calon dalam menghadapi praktikum-praktikum
guru. Sistem perkuliahan yang lebih pada nantinya tidak terlalu kesulitan.
menitikberatkan peningkatan kemampuan Kompetensi ini ditambah dengan
berpikir tingkat tinggi sangat diperlukan, kemampuan memprediksi, mahasiswa dapat
apalagi menyiapkan calon guru fisika masa lebih kritis dan kreatif dalam menghadapi
depan. persoalan-persoalan fisika.
Dari hasil penelitian di atas,
menginformasikan bahwa penguasaan
keterampilan berpikir analitis dan
keterampilan proses sains sangat dibutuhkan
oleh mahasiswa calon guru, terlebih calon
guru fisika. Menjadi guru fisika tidaklah
cukup faham materi saja, namun proses
pemahaman ini disertai dengan peningkatan
kemampuan berpikir yang memadai
sehingga hal ini akan menjadi bekal saat
menjadi guru fisika. Keterampilan proses
Gambar 3. Rata – Rata Penguasaan sains merupakan bagian yang tak
Keterampilan Proses Sains terpisahkan dari seorang saintis, termasuk di
dalamnya guru fisika. Karena, dengan skill
Gambar 3. di atas merupakan gambaran ini, mahasiswa bisa menemukan hal-hal
penguasaan keterampilan proses sains baru dengan metode yang jelas serta terukur.
mahasiswa calon guru. Grafik di atas Berdasarkan penelitian ini, dihasilkan sejauh
memberi informasi bahwa penguasaan mana pengusanaan kemampuan berpikir
keterampilan menginferensi merupakan analitis dan keterampilan proses sains
keterampilan yang paling dikuasai subjek mahasiswa. Dari pemetaaan inilah,
penelitian. Keterampilan mengkomunika- pembelajaran fisika dapat dikonsentrasikan
sikan hasil adalah keterampilan proses sains pada kekurangan mahasiswa tersebut. Hal
yang kurang dikuasai mahasiswa calon guru. ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Padalah keterampilan ini sangat dibutuhkan oleh Hasyim (2015) bahwa pemetaan
oleh seorang guru fisika, bagaimana bisa keterampilan berpikir analitis dan
menginterpretasi data yang disajikan dalam keterampilan proses sains peserta didik
sebuah grafik. Jika keterampilan ini tidak hendaklah dilakukan sedini mungkin untuk
diasah dengan baik, mahasiswa calon guru menentukan pola pembelajaran fisika pada
fisika kurang dapat menyajikan data-data peserta didik selanjutnya.
hasil percobaan dalam laporan.
Keterampilan yang memiliki nilai hampir
sama adalah keterampilan merencanakan

Copyright © 2018, JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran)


MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN KETERAMPILAN PROSES 88
SAINS MAHASISWA CALON GURU FISIKA STKIP AL HIKMAH SURABAYA
Faiz Hasyim

SIMPULAN DAN SARAN Prihantoro). New York: Addison


Simpulan Wesley Longman, Inc. (Buku asli
Hasil pengukuran kemampuan diterbitkan tahun 2001).
berpikir analitis dan keterampilan proses Cohen, Louis., Manion, Laurence., &
sains mahasiswa calon guru fisika tersebar Morrison, Keith. (2000). Research
menjadi tiga level, yaitu 17% berada pada Mehtods in Education. London:
level rendah, 50% pada level cukup, dan Routledge Falmer.
sebanyak 33% pada level tinggi.
Groothoff, J.W., Frenkel, J., Tytgat,
Penguasaan keterampilan berpikir
G.A.M., et. al, (2008). Growth of
untuk masing-masing kriteria adalah satu analytical thinking skills over time as
kriteria berada pada kategori tinggi, dua measured with the MATCH test.
kriteria berada pada kategori sedang, dan Journal of Medical Education, 42,
satu kriteria berada pada kategori rendah. 1037–1043. Diambil pada tanggal 14
Saran Mei 2015, dari
Saran yang dapat direkomendasikan http://eds.b.ebscohost.com/eds/detail
/detail?sid=a85894bf-9815-4a46-
adalah tindak lanjut dalam perkuliahan di
9385.
sesuaikan dengan kondisi mahasiswa.
Proses perkuliahan fisika yang akan Hasyim, Faiz. (2015). Pengembangan
berlangsung berawal dari peningkatan Instrumen Integrasted Assessment
kemampuan berpikir yang kurang dikuasai Fisika untuk Mengukur
mahasiswa. Hal ini dilakukan agar lulusan Keterampilan Proses Sains dan
Kemampuan Berpikir Analitis
calon guru fisika menguasai kemampuan
Peserta Didik SMA pada Pokok
berpikir tingkat tinggi (kemampuan berpikir Bahasan Elastisitas. Thesis, tidak
analitis) dan keterampilan proses sains. Jika dipublikasikan. Universitas Negeri
semua kebutuhan dalam peningkatan Yogyakarta.
kemampuan berpikir analitis dan
Husain, H., Mokri, S.S., Hussain, A., et. al,
keterampilan proses sains tercukupi, maka
(2012). The level of critical and
subjek penelitian akan menjadi guru yang analytical thinking skills among
mampu mengajarkan materi fisika secara electrical and electronics engineering
komprehensif dan kreatif. Penelitian ini students. Journal of Asian Social
sangat disarankan diduplikasi kampus lain Science, 8, 80-87. Diambil pada
sebagai upaya memetakan kemampuan awal tanggal 14 Mei 2015, dari
mahasiswa khususnya mahasiswa http://search.proquest.com/docview/
1346923175/BF201.
pendidikan fisika. Hal ini dapat menjadi
pijakan dalam proses pembelajaran fisika McDonald, G. (2012). Teaching critical &
yang akan dilakukan pada tahap selajutnya. analytical thinking in high school
biology. Journal of The American
DAFTAR PUSTAKA Biology Teacher, 74, 178–181.
Diambil pada tanggal 14 Mei 2015,
Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2010). dari
Kerangka landasan untuk http://search.proquest.com/docview/
pembelajaran, pengajaran, dan 947862175/BF201ED45A9C41E0P
asesmen: Revisi taksonomi pendidikan Q/8?Ac..
bloom. (Terjemahan Agung

Copyright © 2018, JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran)


89 JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran), Volume 2-Nomor 1, 2018

Mundilarto.(2010). Penilaian hasil belajar of transitivity. Journal of


fisika. Yogyakarta: Pusat Psychonomic Bulletin & Review, 20,
Pengembangan Instruktional Sains. 608-614. Diambil pada tanggal 17
Mei 2015, dari
Nuangchalerm, P. (2009). Cognitive http://eds.b.ebscohost.com/eds/detail
development, analytical thinking and /detail?sid=73c86b33-
learning satisfaction of second grade 25674929ac4b31d4e9f1b02f.
students learned through inquiry-
based learning. Journal of Asian Rustaman, N. (2005). Strategi belajar
Social Science, 5, 82-87. Diambil mengajar biologi. Malang: UM
pada tanggal 17 Mei 2015, dari Press.
http://www.eric.ed.gov/contentdelive
ry/servlet/ERICServlet?accno=ED50 Sudijono, A. (2007). Pengantar evaluasi
6511. pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Prasetyo, Z. K., Senam, Wilujeng, I., et. al,
(2011). Pengembangan perangkat Sukardjo. (2012). Evaluasi pembelajaran
pembelajaran sains terpadu untuk IPA. Yogyakarta: UNY.
meningkatkan kognitif, keterampilan
proses, kreativitas serta menerapkan Surapranata, S. (2005). Panduan penulisan
konsep ilmiah peserta didik SMP. tes tertulis: Implementasi kurikulum
Laporan Penelitian. UNY. 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rusou, Z., Zakay, D., & Usher, M. (2013). Usman, M. U. (2006). Menjadi guru
Pitting intuitive and analytical profesional. Bandung: PT Remaja
thinking against each other: The case Rosdakarya.

Copyright © 2018, JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran)

You might also like