Professional Documents
Culture Documents
2 (2017)
haryatita01@gmail.com
ABSTRACT
Analysis of students reflective ability and disposition of mathematical thinking in terms of learning styles
is a description of the students' reflective mathematical thinking ability along with the disposition that
emerges as a support of their reflective ability, which is reviewed based on student learning styles. Learning
styles are used according to DePorter and Hernacki, ie visual, auditorial, and kinesthetic learning styles.
This research is a descriptive qualitative research with the aim to know and describe the ability of reflective
mathematical thinking and disposition of reflective thinking of mathematical students viewed from visual,
auditorial, and kinesthetic learning styles. The subjects of this study are class VIII A in SMPN 13 Kota
Serang selected purposively Sampling on cube and beam material. The result of data analysis showed that
the visual, auditorial, and kinesthetic learning styles had mean percentage of reflective mathematical
thinking ability (KBRM) were 58.333%, 43.056% and 62.5%, respectively and the mathematical reflective
thinking disposition (DBRM) 77.778%, 63.672%, and 62.506%. Based on the level of presentations, it is
found that the relationship between the ability and disposition of reflective thinking mathematically viewed
from the visual, auditorial and kinesthetic learning styles is a negative relationship, which means that good
ability does not guarantee the disposition will also be good, otherwise vice versa.
ABSTRAK
Analisis kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar merupakan
deskripsi tentang kemampuan berpikir reflektif matematis (berpikir tingkat tinggi) siswa beserta disposisi
(sikap) yang muncul sebagai pendukung dari kemampuan reflektif yang dimilikinya, yang ditinjau
berdasarkan gaya belajar siswa. Gaya belajar yang digunakan menurut DePorter dan Hernacki, yaitu gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan berpikir reflektif matematis serta disposisi
berpikir reflektif matematis siswa yang ditinjau dari gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Subjek
penelitian ini adalah kelas VIII A di SMPN 13 Kota Serang yang dipilih secara purposive Sampling pada
materi kubus dan balok. Hasil analisis data menunjukkan bahwa, gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik memiliki rata-rata presentase kemampuan berpikir reflektif matematis (KBRM) berturut-turut
adalah 58.333 %, 43.056 % dan 62.5% dan disposisi berpikir reflektif matematis (DBRM) berturut-turut
yaitu 77.778 % , 63.672 %, dan 62.506%. Berdasarkan tingkatan presentasenya, diperoleh bahwa hubungan
antara kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis yang ditinjau dari gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik adalah hubungan negatif, yang berarti kemampuan yang baik tidak menjamin
disposisinya juga akan baik, begitu pula sebaliknya.
Kata kunci: Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis, Disposisi Berpikir Reflektif Matematis,
Gaya Belajar.
146
Tati Haryati, Hepsi Nindiasari dan Ria Sudiana
A. Pendahuluan
Pembelajaran adalah proses interaksi ada yang cepat dan ada pula yang lambat.
antara peserta didik dengan tenaga pendidik Perbedaan tersebut juga terjadi pada gaya
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar individu. Untuk dapat menyerap
belajar. Pembelajaran dikatakan baik apabila informasi, setiap individu mempunyai gaya
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajarnya masing-masing. Gaya belajar siswa
sistem pembelajaran saling mendukung. juga berpengaruh dalam proses pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2008:197) terdapat empat Hal ini pernah disebutkan dalam jurnal yang
faktor yang berpengaruh terhadap sistem ditulis oleh Hidayatulloh (2015: 97) yang
pembelajaran yaitu faktor guru, faktor siswa, menyatakan bahwa menurut para ahli salah
faktor sarana dan prasarana, dan faktor satu faktor penting untuk keberhasilan
lingkungan. Faktor pertama yang mendukung seseorang dalam proses pembelajaran adalah
dalam proses pembelajaran adalah guru. Peran gaya belajar. Gaya belajar adalah proses
seorang guru sebagai subjek pembelajaran individu untuk menyerap materi pembelajaran.
adalah untuk mengajar, membimbing, Berdasarkan pernyataan diatas, gaya
mendidik, dan mengayomi siswanya. Konsep belajar siswa menjadi salah satu faktor penting
mengajar sebagai proses menyampaikan yang mempengaruhi keberhasilan dalam
materi pelajaran, menempatkan siswa sebagai proses pembelajaran. Gaya belajar sangat
objek yang harus menguasai materi pelajaran. diperlukan siswa dalam proses penyerapan
Proses penguasaan materi untuk setiap informasi ketika pembelajaran berlangsung.
individu tidaklah sama. Ghufron (2012: 9) Terdapat banyak tipe gaya belajar menurut
menepis asumsi bahwa dengan mengajarkan beberapa ahli, diantaranya berdasarkan
bahan yang sama, metode yang sama serta cara kepribadian, pengaruh lingkungan,
penilaian yang sama kepada semua siswa kecenderungan belajar, dan modalitas belajar.
dianggap akan menghasilkan hasil yang sama Gaya belajar yang digunakan dalam penelitian
pula adalah kurang tepat, sebab meski semua ini adalah gaya belajar berdasarkan modalitas
diperlakukan sama namun perlu diingat bahwa belajar siswa. Modalitas belajar lebih mudah
kepribadian, abilitas, emosional, dan minat untuk diamati karena hal tersebut merupakan
siswa berbeda satu sama lain. Tidak tepat cara atau aktifitas seseorang dalam memahami
apabila semua siswa dianggap sama, karena materi pembelajaran di kelas.
setiap siswa pasti memiliki kepribadian, Modalitas belajar digolongkan oleh
inteligensi, jasmani, sosial, emosional yang Depoter dan Hernacki (2011: 116) menjadi
berbeda satu dengan yang lain. Sejalan dengan tiga macam, gaya belajar visual, auditorial dan
Sunarto dan Hartono (2006: 7) yang menyadari kinestetik. Disebut memiliki gaya belajar
kenyataan bahwa para siswa memang berbeda visual karena seseorang akan lebih paham
dalam hal kemampuan untuk menguasai satu terhadap materi pembelajaran dari proses
atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada mengamati, karena orang yang memiliki gaya
dalam satu tingkat perkembangan. belajar visual akan lebih fokus pada apa yang
Suatu proses belajar mengajar dianggap dilihat. Gaya belajar auditorial adalah gaya
berhasil menurut Djamarah dan Zain (2006: belajar yang menekankan pada pendengaran.
105) adalah ketika daya serap siswa terhadap Pemahaman yang ia peroleh adalah berasal dari
bahan pengajaran yang diajarkan mencapai apa yang didengar. Gaya belajar yang terakhir
prestasi tinggi, baik secara individual maupun adalah gaya belajar kinestetik. Gaya belajar
kelompok dan perilaku yang diharapkan dalam kinestetik adalah gaya belajar yang dihasilkan
tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. dari gerakan tubuh. Seseorang dengan gaya
Namun indikator yang banyak digunakan belajar kinestetik akan lebih merespon cepat
sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan pada sentuhan atau gerak tubuh lainnya.
belajar mengajar adalah daya serap siswa. Pembelajaran matematika tidak hanya
Telah diketahui bahwa daya serap siswa bertujuan agar siswa dapat memahami materi
terhadap bahan pengajaran juga berbeda-beda, matematika yang telah diajarkan. Terdapat
147
Analisis Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif
tujuan- tujuan utama lain yang harus dimiliki pembuatan keputusan atau kesimpulan secara
oleh peserta didik setelah memperoleh cepat dan tepat.
pembelajaran misalnya seperti kemampuan Proses berpikir yang dimaksudkan oleh
komunikasi matematika, penalaran sabandar adalah berpikir reflektif, karena yang
matematika, koneksi matematika, representasi dimaksud dengan berpikir reflektif adalah
matematika dan pemecahan masalah berpikir yang bermakna, yang berdasarkan
matematika serta perilaku tertentu yang harus pada alasan dan tujuan. Diperjelas oleh Noer
dimiliki siswa setelah memperoleh (2008) yang menyatakan bahwa berpikir
pembelajaran matematika. Menurut Sumarmo reflektif merupakan jenis pemikiran yang
(Noer, 2008) pembelajaran matematika melibatkan pemecahan masalah, perumusan
diarahkan untuk mengembangkan (1) kesimpulan, memperhitungkan hal-hal yang
kemampuan berfikir matematis yang meliputi: berkaitan, dan membuat keputusan-keputusan
pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, di saat seseorang menggunakan keterampilan
komunikasi, dan koneksi matematis; (2) yang bermakna dan efektif untuk konteks
kemampuan berfikir kritis, serta sikap yang tertentu dan jenis dari tugas berpikir.
terbuka dan obyektif, serta (3) disposisi Disebutkan pula oleh Nindiasari (2013)
matematis atau kebiasaan, dan sikap belajar bahwa berpikir kritis memiliki disposisi dan
berkualitas yang tinggi. Sejalan dengan kemampuan. Seseorang yang memiliki
sumaryati (2013) tujuan pembelajaran kemampuan berpikir kritis matematis yang
matematika antara lain memuat kemampuan baik, maka akan muncul juga disposisi berpikir
dan diposisi: memahami konsep matematika, kritis matematis pada dirinya. Disebutkan pula
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan bahwa, Disposisi berpikir kritis matematis
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara mendasari adanya disposisi berpikir reflektif
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam matematis. Dengan demikian, seorang yang
pemecahan masalah, serta memiliki sikap memiliki kemampuan berpikir reflektif
menghargai kegunaan matematika dalam matematis pasti didalamnya akan muncul
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, disposisi (sikap) yang sesuai dengan karakter
perhatian, dan minat dalam mempelajari reflektif itu sendiri. Sehingga hubungan yang
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri terjalin antara kemampuan dan disposisi adalah
dalam pemecahan masalah (KTSP, 2006). saling mendukung satu sama lain.
Dalam pemahaman materi matematika, Berdasarkan studi pendahuluan yang
seseorang perlu berpikir agar konsep-konsep dilakukan oleh Nindiasari (2013) disalah satu
yang telah dipelajari tersebut dapat dicerna Sekolah Menengah Atas Kabupaten
dengan baik sehingga muncul pengalaman Tanggerang Provinsi Banten diperoleh hasil
belajar yang akan membantunya dalam bahwa masih rendahnya berpikir reflektif
menghadapai masalah yang sama terkait dikalangan siswa. Rendahnya kemampuan
matematika. Keterampilan berpikir juga berpikir reflektif siswa disebabkan oleh
diperlukan untuk menemukan cara yang tepat pembelajaran yang tidak melibatkan
dalam menyelesaikan masalah yang sedang pengembangan kemampuan berpikir siswanya.
dihadapinya. Pendapat tersebut diperkuat oleh Hiebert et al. (Noer, 2008) yang
Sabandar (2010) yang menyatakan bahwa mengemukakan bahwa pembelajaran harus
kegiatan atau proses berpikir yang dijalani agar memberi kesempatan kepada siswa untuk
seseorang mampu menyelesaikan suatu soal berpikir “mengapa”, melakukan inkuiri,
matematika mempunyai keterkaitan dengan mencari solusi, dan menverifikasi solusi.
kemampuan mengingat, mengenali hubungan Pendapat tersebut didukung oleh studi
diantara konsep-konsep matematika, pendahuluan Noer (2009) bahwa dalam
menyadari adanya hubungan sebab akibat, pembelajaran seringkali guru memaksakan
hubungan analogi ataupun perbedaan, yang cara berpikir siswa sama dengan cara berpikir
kemudian dapat memunculkan gagasan- yang dimiliki olehnya sehingga kemampuan
gagasan original, serta lancar dan luwes dalam
148
Tati Haryati, Hepsi Nindiasari dan Ria Sudiana
berpikir reflektif yang dimiliki oleh siswa (2016) tersebut, maka peneliti tertarik untuk
menjadi kurang berkembang. melihat apakah ada perbedaan hasil jika subjek
Alasan memilih subjek penelitian pada penelitian yang dipilih berbeda jenjang, yaitu
Sekolah Menengah Pertama di Kota Serang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
adalah karena mengacu dari penelitian Kota Serang. Berdasarkan uraian tentang
Nindiasari (2016) yang berjudul Desain permasalahan diatas maka akan dilakukan
Didaktis Tahapan Kemampuan dan Disposisi penelitian dengan judul “Analisis
Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir
Gaya Belajar, dengan subjek penelitian siswa Reflektif Matematis Siswa Ditinjau dari
SMA yang ada di Kota Serang. Berdasarkan Gaya Belajar“.
penelitian yang telah dilakukan Nindiasari
B. METODE PENELITIAN
Subyek dalam penelitian adalah siswa diatas, kelas VIII A yang paling memenuhi
kelas VIII A SMPN 13 Kota Serang, yang kriteria.
dipilih dari populasi kelas VIII semester genap Instrumen yang digunakan dalam
pada tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini adalah:
penelitian dipilih menggunakan teknik a) Skala Penggolongan Gaya Belajar
purposive sampling. Menurut sugiyono (2013), Skala penggolongan gaya belajar adalah
Purposive Sampling adalah teknik untuk menentukan gaya belajar siswa, apakah
pengambilan sumber data dengan masuk kedalam gaya belajar visual, auditorial
pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini atau kinestetik. Skala ini berisikan pernyataan
peneliti memilih SMPN 13 Kota Serang, yang menggambarkan karakteristik gaya
karena SMPN 13 Kota Serang termasuk belajar siswa. Siswa memilih karakteristik
kedalam kategori sekolah dengan rata-rata mana yang cocok dengannya dengan cara
siswanya memiliki tingkat kognitif menengah mencentang pada kolom yang disediakan
kebawah, sehingga dapat dikatakan ideal disamping pernyataan. Instrumen yang
apabila digunakan kembali pada sekolah- digunakan berbentuk skala tertutup dan
sekolah menengah keatas (unggulan). berbentuk daftar cek (checklist).
Kelas VIII A dipilih berdasarkan hasil b) Tes Kemampuan Berpikir Reflektif
penyebaran skala gaya belajar yang dilakukan Matematis.
pada populasi penelitian yaitu seluruh kelas Tes kemampuan berpikir reflektif
VIII, sehingga kelas VIII A terpilih matematis berisi enam soal dengan materi
berdasarkan pertimbangan: terdapat gaya kubus dan balok yang sesuai dengan indikator
belajar yang lengkap (visual, auditorial dan yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk
kinestetik) dan jumlah gaya belajar dominan mengetahui kemampuan berpikir reflektif
terbanyak (dominan visual, dominan auditorial matematis siswa. Pedoman penilaian yag
dan dominan kinestetik). Gaya belajar dominan digunakan adalah hasil penggabungan dari
artinya dalam kombinasi gaya belajar pengembangan Nindiasari (2013) dan
(biasanya setiap individu memiliki ketiga gaya Sumarmo (2016).
belajar VAK) terdapat satu gaya belajar yang c) Skala disposisi berpikir reflektif
paling mendominasi dalam diri individu matematis
sehingga akan lebih mudah terlihat apakah Skala disposisi berpikir reflektif
siswa tersebut memiliki gaya belajar visual, matematis berisi soal-soal yang sesuai dengan
auditorial atau kinestetik. Alasan gaya belajar indikator yang telah ditetapkan dengan tujuan
dominan yang menjadi fokus pengamatan untuk mengetahui kemampuan berpikir
adalah supaya peluang terjadinya perubahan reflektif siswa. Skala disposisi berpikir
jenis gaya belajar menjadi terminimalisir. reflektif bersumber dari disertasi Nindiasari
Subjek penelitian yang terplih adalah kelas (2013). Skala berjumlah 40 pernyataan yang
VIII A karena berdasarkan pertimbangan
149
Analisis Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif
sudah valid dengan kategori signifikan. Nilai Likert bergantung pada sifat pernyataan. Untuk
reliabel 0,82 kategori sangat tinggi. pernyataan yang bersifat positif skor jawaban
Pedoman penskoran menggunakan skala adalah: Ss = 4; Sr = 3; Kd = 2; Jr = 1; dan Sj =
Likert. Pilihan jawaban ada lima kategori yaitu 0. Untuk pernyataan yang bersifat negatif
(Ss) bila jawaban yang dipilih Sering sekali, adalah sebaliknya, yaitu: Ss = 0; Sr = 1; Kd =
(Sr) bila jawaban yang pilih Sering, (Kd) bila 2; Jr = 3; dan Sj = 4.
memilih Kadang-kadang, (Jr) bila memilih Setelah skala disposisi berpikir reflektif
Jarang, (Sj) bila memilih Sangat jarang. matematis dihitung kemudian dianalisis
Pemilihan jawaban menggunakan centang berdasarkan kriterianya, adapun kriteria
(checklist) pada kolom yang disediakan. digunakan adalah pengembangan dari
Pedoman Penskoran pilihan jawaban skala Riduwan (2012), tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor
Angka Keterangan
0 % ≤ x ≤ 20 % Sangat Lemah
20 % < x ≤ 40 % Lemah
40 % < x ≤ 60 % Cukup
60 % < x ≤ 80 % Kuat
80 % < x ≤100 % Sangat Kuat
(Riduwan, 2012)
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh 8 siswa yang memiliki gaya belajar visual, 9 siswa
bergaya belajar auditorial dan 20 siswa merupakan kinestetik. Gaya belajar kinestetik adalah gaya
belajar yang paling dominan di kelas VIII A yaitu 20 siswa, sedangkan gaya belajar auditorial 8
siswa dan visual 9 siswa, karena jumlah siswa kelas VIII A adalah 37 siswa.
Kemudian dari siswa-siswa tersebut, akan dipilih kembali menjadi sampel pilihan dengan
secara purposive sampling masing-masing perwakilan siswa dari tipe gaya belajar visual,
auditorial, dan kinestetik. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan dan pendapat guru atau pihak
lain dengan memperhatikan kriteria: (1) telah mengikuti tes gaya belajar, sehingga diketahui
apakah termasuk gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik, (2) memiliki kemampuan berpikir
reflektif matematis yang tergolong tinggi serta jawaban yang paling lengkap, dan (3) dapat
mengemukakan ide atau pendapatnya secara lengkap dan jelas.
2. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis
Tes terdiri 6 butir soal dengan setiap soal mewakili 1 indikator kemampuan berpikir
reflektif yang digunakan. Setelah proses reduksi data, maka diperoleh hasil tes kemampuan
berpikir reflektif matematis dari keenam siswa pilihan yang dapat dilihat pada tabel 3.
150
Tati Haryati, Hepsi Nindiasari dan Ria Sudiana
Data hasil penskoran tersebut kemudian diubah menjadi presentase dengan menggunakan
perhitungan SMI (Skor Maksimal Ideal). Hasil dari perhitungan SMI dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Presentase Sampel Pilihan Hasil Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis
R 22 Visual 28 77.8
58.3
R 17 Visual 14 38.9
R5 Auditorial 16 44.4
43.1
R5 Auditorial 15 41.7
R1 Kinestetik 31 86.1
62.5
R 19 Kinestetik 14 38.9
Tabel diatas adalah sampel hasil perolehan tes kemampuan berpikir reflektif matematis di
kelas VIII A. Dari masing-masing tes terlihat perbedaan perolehan skor berdasarkan gaya
belajarnya. Siswa yang terpilih sebagai sampel pilihan yang selanjutnya memasuki tahap
wawancara untuk pengambilan informasi mendalam yang berguna untuk membantu dalam proses
analisis data. Pada saat deskripsi data kemampuan berpikir reflektif matematis, siswa dipisah
berdasarkan gaya belajarnya. Masing-masing gaya belajar dipilih 1 orang, dari 2 orang siswa
pilihan untuk dideskripsikan data jawabannya, dengan kriteria mana yang paling baik diantara
keduanya.
Berdasarkan deskripsi hasil jawaban siswa, diperoleh bahwa kemampuan reflektif
matematis siswa berdasarkan gaya belajarnya dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis per Indikator
Ditinjau dari Sampel Masing-Masing Gaya Belajar
No Indikator Visual Auditorial Kinestetik
1 Dapat menginterpretasi suatu kasus Sudah mampu Belum mampu Sudah mampu
berdasarkan konsep balok dan kubus
2 Dapat menarik analogi dari dua kasus Sudah mampu Sudah mampu Sudah mampu
serupa
3 Dapat menggeneralisasi dan Sudah mampu Sudah mampu Sudah mampu
menganalisis generalisasi
4 Dapat membedakan antara data yang Kurang Kurang mampu Sudah mampu
relevan dan tidak relevan pada soal mampu
kubus dan balok
151
Analisis Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif
Berdasarkan tabel 4.10 dan analisis kemampuan berpikir reflektif matematis ditinjau dari
gaya belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kinestetik memiliki kemampuan
berpikir reflektif matematis yang tergolong lebih tinggi diantara gaya belajar visual dan auditorial.
Kemudian berada diposisi kedua terdapat gaya belajar visual dan yang terakhir diposisi ketiga
terdapat gaya belajar auditorial. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Vaishnav (2013) yang
mengemukakan bahwa gaya belajar kinestetik ditemukan lebih menonjol dibandingkan gaya
belajar visual dan auditorial dikalangan siswa sekolah menengah.
Tabel 5 diatas adalah perhitungan skala jawaban siswa pada pengisian skala disposisi
disposisi berpikir reflektif yang ditinjau dari berpikir reflektif matematis, adalah sebagai
gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik berikut: siswa visual 77.8% tergolong kuat,
(rata-rata total) serta perhitungan skala siswa auditorial 63.7 % tergolong kuat, dan
disposisi berpikir reflektif tanpa ditinjau dari siswa kinestetik 62.5 % tergolong kuat.
gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik Ketiga gaya belajar tersebut tergolong
(rata-rata kelas). Rata-rata presentase dari kuat, tetapi jika dibandingkan berdasarkan
152
Tati Haryati, Hepsi Nindiasari dan Ria Sudiana
153
Analisis Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif
154
Tati Haryati, Hepsi Nindiasari dan Ria Sudiana
antara data yang relevan dan tidak Gaya belajar auditorial memiliki
relevan masih kurang terasah dengan rata-rata 63.7%, yang menunjukan
baik; kemampuan menganalisis dan bahwa disposisi berpikir reflektif
mengklarifikasi pertanyaan dan jawaban matematis siswa auditorial tergolong
siswa auditorial masih sangat rendah dan kuat. Jika dibandingkan dengan rata-rata
begitu pula dengan kemampuan kelas yaitu 64%, disposisi berpikir
memeriksa kebenaran suatu argumen reflektif matematis siswa auditorial
yang juga masih sangat rendah. termasuk dibawah rata-rata kelas,
c. Kemampuan Berpikir Reflektif artinya siswa auditorial memiliki
Matematis Siswa Kinestetik disposisi berpikir reflektif matematis
Siswa kinestetik sudah mampu yang rendah atau dibawah rata-rata
menginterpretasi suatu kasus kelas.
berdasarkan konsep balok dan kubus c. Disposisi Berpikir Reflektif
secara sistematis dan terarah; dapat Matematis Siswa Kinestetik
menarik analogi dari dua kasus serupa Siswa kinestetik memiliki rata-
berdasarkan informasi yang ada rata 62.5 %, artinya disposisi berpikir
sebelumnya sebagai petunjuk awal; reflektif matematis siswa kinestetik
dapat menggeneralisasi dan tergolong kuat. Dari hasil perhitungan,
menganalisis generalisasi dengan diketahui juga bahwa rata-rata kelas
bantuan pola arahan (generalisasi) yang yaitu 64%. Jika rata-rata siswa kinestetik
diberikan; sudah mampu membedakan dibandingkan dengan rata-rata kelas,
antara data yang relevan dan tidak maka disposisi berpikir reflektif
relevan dari apa yang diketahui; matematis siswa kinestetik termasuk
kemampuan menganalisis dan dibawah rata-rata kelas, artinya siswa
mengklarifikasi pertanyaan dan jawaban kinestetik memiliki disposisi berpikir
siswa kinestetik masih terbilang kurang; reflektif matematis yang tergolong
tetapi memiliki kemampuan yang baik rendah atau dibawah rata-rata kelas.
dalam hal memeriksa kebenaran suatu
argumen. Saran dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
2. Disposisi Berpikir Reflektif 1. Siswa dapat mengembangkan variasi
Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar belajar yang sesuai dengan gaya
a. Disposisi Berpikir Reflektif belajarnya agar bisa lebih optimal dalam
Matematis Siswa Visual penyerapan informasi atau materi
Berdasarkan hasil analisis, pelajaran.
disposisi berpikir reflektif matematis per 2. Guru dapat merancang pembelajaran
gaya belajar. Gaya belajar visual menggunakan model, metode, dan
memiliki rata-rata 65,9% pada disposisi strategi pembelajaran yang dapat
berpikir reflektif matematis, yang berarti memfasilitasi semua siswa dari berbagai
disposisi berpikir reflektif matematis gaya belajar.
siswa visual tergolong kuat. Jika 3. Diharapkan guru dapat memfasilitasi
dibandingkan dengan rata-rata kelas kegiatan belajar siswa berdasarkan gaya
yaitu 64%, disposisi berpikir reflektif belajarnya supaya setiap anak
matematis siswa visual termasuk diatas memperoleh hak yang sama untuk
rata-rata kelas, artinya siswa visual memperoleh materi pelajaran dengan
memiliki disposisi berpikir reflektif caranya masing-masing.
matematis yang tinggi atau diatas rata- 4. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
rata kelas. adalah dengan memberikan
b. Disposisi Berpikir Reflektif pembelajaran pendekatan metakognitif,
Matematis Siswa Auditorial seperti yang sudah dilakukan oleh
155
Analisis Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif
DAFTAR PUSTAKA
156
Tati Haryati, Hepsi Nindiasari dan Ria Sudiana
Noer, Sri Hastuti. 2008. Problem-Based Sukmadinata, Nana Syaodih. 2015. Metode
Learning dan Kemampuan Berpikir Penelitian Pendidkan. Bandung: PT.
Reflektif dalam Pembelajaran Remaja Rosdakarya.
Matematika. 267-280. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/6943/1/P- Sumarmo, Utari. 2010. Berpikir dan Disposisi
22%20Pendidikan%28Sri%20Unila%2 Matematik: Apa, Mengapa, dan
9.pdf. [20 Oktober 2016, 09:32 WIB] Bagaimana Dikembangkan pada
Peserta Didik. 27 Halaman. Tersedia:
Noer, Sri Hastuti. 2009. Meningkatkan http://s3.amazonaws.com/academia.edu
Kemampuan Berpikir Relektif .documents/32185486/KEMANDIRIA
Matematis Siswa SMP melalui N-BELAJAR-MAT-Des-06-
Pembelajaran Berbasis Masalah. 333- new.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAJ56
344. Tersedia: TQJRTWSMTNPEA&Expires=147667
http://eprints.unsri.ac.id/1532/1/Prosidi 7405&Signature=MicwwZFyXVdnGC
ng_Semnas_Pembejaran_Mat_6_Des_0 FU2jvgl5W23DA%3D&response-
9.pdf. [17 Oktober 2016, 17:22 WIB]. content-
disposition=inline%3B%20filename%3
Prashnig, Barbara. 2007. The Power of DKEMANDIRIAN_BELAJAR_APA_
Learning Styles. Bandung: Kaifa MENGAPA_DAN_BAGA.pdf. [17
Oktober 2016, 10:57 WIB]
Sabandar, Jozua. 2010. Berpikir Reflektif
dalam Pembelajaran Matematika. 17 Sumarmo, Utari. 2011. Pembelajaran
halaman.Tersedia:file.upi.edu/ai.php?di Matematika Berbasis Pendidikan
r…%20MATEMATIKA/…Berpikir%2 Karakter. 12 Halaman. Tersedia:
0Reflektif2. [17 Oktober 2016, 10:41 http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files
WIB] /2012/11/Prof.-Dr.-Utari-Sumarmo.pdf.
[8 November 2016, 20:11 WIB]
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Kencana Sumarmo, Utari. 2016. Pedoman Pemberian
Perdana Media Group. Skor pada Beragam Tes Kemampuan
Matematik. 19 Halaman. Tersedia:
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian http://utari-
Kualitatif. Bandung: Alfabeta. sumarmo.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/file
s/2016/05/Pedoman-Pemberian-Skor-
Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Tes-Kemampuan-Berpikir-Matematik-
Kualitatif dan R & D. Bandung: dan-MPP-2016-1.pdf. [12 Januari 2017,
Alfabeta. 21:15 WIB]
Suharna, Heri. dkk. 2013. Berpikir Reflektif Surakhmad, Winaryo. 1994. Pengantar
Mahasiswa dalam Menyelesaikan Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
Masalah Matematika. 280-191.
Tersedia: Suyono & Hariyanto. 2013. Belajar dan
http://fmipa.um.ac.id/index.php/compo Pembelajaran: Teori dan Konsep
nent/attachments/download/147.html. Dasar. Bandung: PT. Remaja
[17 Oktober 2016, 17:15 WIB]. Rosdakarya.
157
Analisis Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif
158