You are on page 1of 8

Jurnal Geliga Sains 6(1), 39-46, 2018

 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau


ISSN 1978-502X; e-ISSN 2614-5383

THE APPLICATION OF GUIDED DISCOVERY LEARNING MODEL TO


IMPROVE STUDENTS’ CRITICAL THINGKING ABILITY AT THE
EIGHTH GRADE STUDENTS’ OF MTs AL-HUDA PEKANBARU

Arif Fadillah*1), Yennita2), Muhammad Sahal3)


1, 2, 3)
Physics Education, University of Riau

e-mail: arif_fadillah47@yahoo.com
yennitacaca@yahoo.com
mhmmdsahal18@gmail.com

Abstract

Critical thinking is one of the high-level thinking stages that can be interpreted as a process of thinking
precisely, directed, reasoned, and reflective in decision-making that can be trusted. This study was aimed to
determine the improvement of critical thinking skills toward Guided Discovery Learning model of grade VIII
students at MTs Al-Huda Pekanbaru on light material. The type of research used was experimental research.
Descriptive analysis was used to analyze the data. This analysis gave the description about influence of
Guided Discovery Learning model toward student's critical thinking ability. The subjects of this study were
58 students. The data was collected based on critical thinking skill's test result which consisted of 15 essay
questions for 5 indicators after Guided Discovery Learning model was applied on experiment class and
conventional model on control class. Mean score of sudents' critical thinking ability on experiment class was
78.45 which was in a high category and average score of students' critical thinking skill on control class was
70.52 which was in low category. Based on the result of students' critical thinking skill, it can be concluded
that there was an improvement of critical thinking ability after guided discovery learning model was applied
by 11.24% compared to conventional learning model.

Keywords: critical thinking, light, guided discovery learning.

PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS
VIII MTs AL-HUDA PEKANBARU

Arif Fadillah*1), Yennita2), Muhammad Sahal3)


1, 2, 3)
Pendidikan Fisika, Universitas Riau

Abstrak

Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi yang dapat diartikan sebagai proses
berpikir secara tepat, terarah, beralasan, dan reflektif dalam pengambilan keputusan yang dapat dipercaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis terhadap model
pembelajaran Guided Discovery Learning siswa kelas VIII MTs Al-Huda Pekanbaru pada materi cahaya.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuasi eksperimen. Analisis data hasil penelitian ini adalah analisis
deskriptif untuk memberikan gambaran tentang pengaruh model Guided Discovery Learning terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa. Subjek penelitian sebanyak 58 siswa. Pengumpulan data penelitian ini
berdasarkan hasil tes keterampilan berpikir kritis berupa soal essay berjumlah 15 soal untuk 5 indikator

*1)
Komunikasi Penulis
40 Arif Fadillah, Yennita, Muhammad Sahal Penerapan Model Guided Discovery ...

setelah diterapkan model Guided Discovery Learning pada kelas eksperimen dan model konvensional pada
kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperiment
setelah diterapkannya model pembelajaran guided discovery learning lebih tinggi dibanding kelas kontrol
yang diterapkan model pembelajaran konvensional. Rata-rata skor keterampilanberpikir kritis siswa kelas
eksperimen adalah 78.45 dengan kategori tinggi dan rata-rata skor keterampilan berpikir kritis siswa kelas
kontrol adalah 70.52 dengan kategori rendah. Berdasarkan hasil analisis data keterampilan berfikir kritis
siswa, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis setelah diterapkan
model pembelajaran guided discovery learning sebesar 11.24 % dibanding dengan model pembelajaran
konvensional.

Kata kunci: berpikir kritis, cahaya, guided discovery learning.

Pendahuluan pembelajaran yang dapat memfasilitasi


kemampuan berpikir kritis dan sistematis
Pendidikan merupakan suatu kegiatan siswa perlu dikembangkan tidak hanya untuk
yang sistematis dan sistemik terarah kepada beberapa mata pelajaran melainkan untuk
terbentuknya kepribadian peserta didik. seluruh mata pelajaran, tidak terkecuali mata
Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 pelajaran fisika. Fisika bukan sebagai ilmu
adalah usaha sadar dan terencana untuk hafalan rumus, tetapi merupakan proses
mewujudkan suasana belajar dan proses penemuan. Oleh sebab itu, proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif pembelajaran fisika seharusnya menekankan
mengembangkan potensi dirinya untuk pada pemberian pengalaman langsung kepada
memiliki kekuatan spritual keagamaan, siswa agar dapat mengembangkan kemampuan
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, berpikir kritis yang dimiliki siswa.
akhlak mulia, serta keterampilan yang Keterampilan berfikir kritis yang perlu
diperlukann dirinya, masyarakat, bangsa, dan dikuasai individu mencakup menganalisis,
negara (Permendikbud, 2016). Suyono dan mengkritisi, memutuskan, mengevaluasi,
Hariyanto (2011) mengungkapkan bahwa salah membandingkan, dan menaksir (Wowo, 2012).
satu tujuan pendidikan adalah untuk Berdasarkan hasil pengamatan penulis melalui
membentuk siswa yang memiliki kecakapan pemberian instrumen soal berupa 10 soal
hidup (life skill) yang baik. Secara umum objektif tentang konsep dasar fisika yang
kecakapan hidup diklasifikasikan menjadi mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
empat jenis, yaitu: (a) kecakapan personal Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata siswa
(personal skill) yang mencangkup kecakapan hanya mampu menjawab 3-4 soal dengan
mengenal diri (self awareness) dan kecakapan benar atau 30% - 40% dari jumlah soal yang
berfikir (thinking skill), (b) kecakapan social tersedia. Sehingga hal ini dapat dijadikan
(social skill), (c) kecakapan akademik sebagai landasan yang memperkuat observasi
(academic skill), dan (d) kecakapan vokasional dan wawancara penulis bahwa tingkat
(vocational skill). keterampilan berpikir siswa khususnya dalam
Seiring dengan perkembangan tek- pembelajaran ipa masih tergolong rendah.
nologi informasi yang begitu pesat, Untuk memecahkan permasalahan pem-
kompetensi yang dimiliki siswa tidak terbatas belajaran yang demikian perlu dilakukan
pada keterampilan proses, melainkan perlu upaya antara lain berupa perbaikan strategi
memiliki kemampuan berpikir dan bertindak pembelajaran yaitu mengubah model pem-
untuk menerima, memilih, dan mengolah belajaran yang dapat memfasilitasi terjadinya
informasi. Kemampuan berpikir yang perlu komunikasi antara siswa dengan siswa dan
dikembangkan adalah kemampuan berpikir guru dengan siswa, sehingga mampu
kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan menumbuhkan berpikir kritis siswa.
salah satu modal dasar atau modal intelektual Salah satu model pembelajaran yang
yang penting bagi setiap orang dan merupakan dapat digunakan sesuai dengan naluri manusia
bagian yang paling mendasar dari kematangan untuk selalu berusaha mencari, menemukan,
berpikir manusia (Kowiyah, 2012). Model dan memberikan tanggapan adalah dengan
Arif Fadillah, Yennita, Muhammad Sahal Penerapan Model Guided Discovery ... 41

menggunakan model pembelajaran penemuan Tabel 2. Kategori Peningkatan Keterampilan


terbimbing (guided discovery learning) Berpikir Kritis
(Rusman, 2012). Oleh sebab itu penelitian
tentang penerapan model pembelajaran fisika Kategori
guided discovery learning untuk meningkatkan ∆
kemampuan berpikir kritis siswa perlu ∆ >0 Terjadi peningkatan
dilakukan. ∆ =0 Tidak Terjadi peningkatan
∆ <0 Terjadi penurunan

Bahan dan Metode


Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan MTs Al-Huda
Pekanbaru pada bulan Maret – Juni 2018. Jenis Soal tes kemampuan berpikir kritis
penelitian yang dilakukan adalah kuasi siswa diujikan menggunakan 15 butir soal
eksperimen. Rancangan yang digunakan pada essay yang dikembangkan berdasarkan 5
penelitian ini adalah Intact Group Comparison indikator berpikir kritis yaitu kemampuan
(Setyosari, 2010). Rancangan penelitian ini interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan
dapat dilihat pada Gambar 1. kemampuan menjelaskan. Berikut data hasil
tes keterampilan berpikir kritis sebagaimana
Kelas Eksperimen X O1 terlihat pada Tabel 3.
Kelas Kontrol O2
Gambar 1. Rancangan penelitian. Tabel 3.Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Dimana :
O1 = Skor posttest kelas eksperimen
O2 = Skor posttest kelas kontrol
X = Perlakuan dengan penerapan model
pembelajaran guided discovery
learning

Analisis data dilakukan secara


deskriptif. Hasil analisis data secara deskriptif Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata
ditunjukkan dalam bentuk tingkat keterampi- kemampuan berpikir kritis siswa kelas
lan berpikir kritis seperti pada Tabel 1. eksperiment setelah diterapkannya model
pembelajaran guided discovery learning lebih
Tabel 1. Kategori tingkat keterampilan berpikir tinggi dibanding kelas kontrol yang diterapkan
kritis siswa model pembelajaran konvensional. Tabel 3
SKBKS Kategori juga menunjukkan bahwa rata-rata
85.01 ≤ SKBKS ≤ 100 Sangat Tinggi kemampuan berpikir kritis siswa kelas
75.01 ≤ SKBKS ≤ 85 Tinggi eksperiment setelah diterapkannya model
65.01 ≤ SKBKS≤ 75 Rendah pembelajaran guided discovery learning lebih
≤ 65 Sangat Rendah tinggi dibanding kelas kontrol yang diterapkan
SKBKS : Skor Keterampilan Berpikir Kritis model pembelajaran konvensional. Hal ini
Siswa. sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Candra Eko Purwanto, et al. (2012)
Untuk melihat peningkatan keterampilan dengan hasil yang didapat adalah pembelajaran
berpikir kritis dapat dilihat pada kategori guided discovery dapat meningkatkan
peningkatan keterampilan berpikir ritis seperti kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian
pada Tabel 2. yang dilakukan oleh Angga Riantino dan
Wasis (2014) juga membuktikan bahwa
pembelajaran dengan guided discovery dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis
42 Arif Fadillah, Yennita, Muhammad Sahal Penerapan Model Guided Discovery ...

siswa. Hasil yang didapat bahwa model guided pada soal 1 tentang melukiskan pembentukkan
discovery dapat meningkatkan berpikir kritis bayangan pada cermin cekung dengan
pada siswa pada setiap indikator dimana perolehan skor kelas kontrol yang sedikit lebih
indikator yang digunakan adalah domain baik dibanding kelas eksperimen. Hal ini
kognitif penerapan (C3), Analisis (C4), menandakan bahwa keterampilan mengeks-
Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6). Tingkat presikan makna pada sub pembahasan
keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap pemantulan kelas kontrol sudah dapat
indikator dapat di analisis sebagai berikut. dikategorikan baik. Secara keseluruhan
diperoleh kemampuan interpretasi kelas
Keterampilan interpretasi eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol.
Keterampilan interpretasi diartikan
sebagai kemampuan yang menuntut siswa Keterampilan analisis
dapat memahami dan mengekspresikan makna Keterampilan analisis diartikan sebagai
dari berbagai macam pengalaman, situasi, dan kemampuan yang menuntut siswa dapat
data mencakup kemampuan mengkategorikan mengidentifikasi hubungan antara pertanyaan-
ataupun mengklarifikasi makna dari per- pertanyaan, konsep-konsep, dan deskripsi
masalahan yang dihadapi oleh siswa untuk mengekspresikan penilaian, alasan,
(Kowiyah, 2012). Pada tahap ini rata-rata kelas informasi dan opini meliputi pengujian data,
eksperimen memperoleh skor 87.36 dengan pendeteksian argumen dan menganalisis
kategori sangat tinggi, sedangkan rata-rata argumen sebagai sub kecakapan dari
kelas kontrol memperoleh skor 79.60 dengan kemampuan analisis (Kowiyah, 2012). Pada
kategori tinggi. Perbandingan hasil kemam- tahap ini rata-rata kelas eksperimen mem-
puan berpikir kritis untuk setiap soal pada peroleh skor 73.85 dengan kategori rendah,
indikator interpretasi dapat dilihat pada demikian pula dengan rata-rata kelas kontrol
Gambar 2. yang memperoleh skor 67.24 dengan kategori
rendah. Perbandingan hasil kemampuan
berpikir kritis untuk setiap soal pada indikator
analisis dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kemampuan berpikir kritis


Gambar 2. Kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator analisis.
siswa pada indikator interpretasi.
Kemampuan berpikir kritis siswa
Kemampuan berpikir kritis siswa indikator interpretasi untuk soal 5 diperoleh
indikator interpretasi untuk soal 2 dan 3 skor kelas eksperimen lebih tinggi dalam
diperoleh skor kelas eksperimen lebih tinggi menentukan jarak fokus lensa dibanding kelas
dibanding kelas kontrol dalam melukiskan kontrol. hal ini disebabkan siswa kelas kontrol
proses pembiasan pada prisma dan pembentu mengalami kesulitan dalam menganalisis
kan bayangan pada lensa. hal ini disebabkan hubungan antara representasi gambar yang
siswa kelas kontrol mengalami kesulitan dalam disajikan dengan konsep yang berlaku untuk
memahami dan mengekspresikan makna dari menentukan jarak fokus lensa. Sedangkan pada
suatu masalah sehingga kemampuan dalam soal 6 skor kelas kontrol sedikit lebih tinggi
menginterpretasi persoalan kurang terlaksana dibanding kelas eksperimen, hal ini
dengan baik. Hal sebaliknya diperlihatkan
Arif Fadillah, Yennita, Muhammad Sahal Penerapan Model Guided Discovery ... 43

menandakan kelas kontrol sedikit lebih baik lemah dan tidak relevan. Kelas eksperimen
dalam menganalisis hubungan antara memiliki kemampuan evaluasi yang sedikit
representasi grafik yang disajikan dengan lebih baik dibanding kelas kontrol setelah
konsep yang berlaku untuk menentukan jarak diterapkan model guided discovery learning.
fokus lensa. Untuk soal 4 tentang menganalisis Hal ini dikarenakan dalam tahapan model
konsep pembiasan cahaya dalam kehidupan pembelajaran guided discovery menurut
sehari-hari kedua kelas memperoleh skor yang kemendikbud (2013) ditekankan tentang
sama. tahapan verification sebagai proses siswa
Berdasarkan data diatas diperoleh dalam melakukan pemeriksaan secara cermat
bahwa keterampilan menganalisis siswa kelas untuk membuktikan benar atau tidaknya
eksperimen lebih tinggi dibanding kelas hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
kontrol, hal ini disebabkan karena dalam alternatif, dihubungkan dengan hasil data
pembelajaran discovery terbimbing disusun processing.
dari tahap demi tahap sampai akhirnya siswa
dapat menemukan sendiri konsep yang
dipelajari. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Saido, et al. (2015) yang
mengatakan bahwa salah satu pembelajaran
yang efektif untuk mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
adalah pembelajaran yang dapat mengaktifkan
pengetahuan dan kemam-puan analisis siswa
dengan memanfaatkan apa yang siswa tahu
melalui pengajuan dan pengolahan hipotesis,
guru dapat mendukung siswa dalam proses
pembelajaran.

Keterampilan evaluasi Gambar 4. Kemampuan berpikir kritis


Keterampilan evaluasi diartikan sebagai siswa pada indikator evaluasi.
kemampuan yang menuntut siswa dapat
menaksir kredibilitas pernyataan atau deskripsi
dari persepsi, pengalaman dan menaksir Keterampilan kesimpulan
kekuatan logis dari hubungan inferensial baik Keterampilan menyimpulkan diartikan
itu berupa deskripsi maupun bentuk sebagai kemampuan yang menuntut siswa
representasi lainnya (Kowiyah, 2012). Pada dapat mengidentifikasi dan memperoleh unsur-
tahap ini rata-rata kelas eksperimen unsur yang diperlukan untuk membuat
memperoleh skor 74.43 dengan kategori kesimpulan-kesimpulan yang logis, membuat
rendah, sedangkan rata-rata kelas kontrol dugaan dan hipotesis serta mempertimbangkan
memperoleh skor 63.51 dengan kategori sangat informasi yang relevan (Kowiyah, 2012). Pada
rendah. tahap ini rata-rata kelas eksperimen
Perbandingan hasil kemampuan berpikir memperoleh skor 80.75 dengan kategori
kritis untuk setiap soal pada indikator evaluasi tinggi, sedangkan rata-rata kelas kontrol
dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan memperoleh skor 73.56 dengan kategori
analisis data dari ketiga soal pada kemampuan rendah. Perbandingan hasil kemampuan
evaluasi siswa kelas eksperimen berada pada berpikir kritis untuk setiap soal pada indikator
kategori rendah sedangkan pada kelas kontrol kesimpulan dapat dilihat pada Gambar 5.
kemampuan evaluasi tergolong sangat rendah Kemampuan berpikir kritis siswa
hal ini menunjukkan bahawa tingkat kemam- indikator kesimpulan untuk soal 11 dan 12
puan evaluasi sebagai salah satu indikator diperoleh skor kelas eksperimen lebih tinggi
berpikir kritis siswa masih tergolong rendah. dibanding kelas kontrol dalam menyimpulkan
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu hubungan jarak fokus terhadap kelengkungan
kecakapan dalam membedakan antara argumen cermin serta mengidentifikasi tingkat
yang kuat dan relevan dengan argumen yang kerapatan suatu medium berdasarkan hukum
44 Arif Fadillah, Yennita, Muhammad Sahal Penerapan Model Guided Discovery ...

pembiasan snellius. Kedua soal ini Keterampilan penjelasan diartikan


menandakan tingkat kemampuan menyimpul sebagai kemampuan yang menuntut siswa
kan akan lebih maksimal ketika kelas mampu menyatakan hasil-hasil dari penalaran
diterapkan dengan model pembelajaran yang dan menjelaskan penalaran tersebut secara
mampu merangsang peningkatan kemampuan konseptual, metodologis dan kontekstual
menyimpulkan seperti model guided discovery (Kowiyah, 2012). Pada tahap ini rata-rata kelas
learning dibanding model pembelajaran eksperimen memperoleh skor 75.86 dengan
konvensional. Hal sebaliknya dapat dilihat kategori tinggi, sedangkan rata-rata kelas
pada soal 10 tentang menyimpulkan sifat kontrol memperoleh skor 68.68 dengan
bayangan pada cermin datar diperoleh kategori rendah. Perbandingan hasil
kemampuan kelas kontrol sedikit lebih baik kemampuan berpikir kritis untuk setiap soal
dibanding kelas eksperimen. pada indikator penjelasan dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 5. Kemampuan berpikir kritis


siswa pada indikator kesimpulan.
Gambar 6. Kemampuan berpikir kritis
siswa pada indikator penjelasan.
Berdasarkan analisis data dari ketiga
soal pada kemampuan menyimpulkan siswa
kelas eksperimen berada pada kategori yang Kemampuan berpikir kritis siswa
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal indikator penjelasan untuk soal 11 dan 12
ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh diperoleh skor kelas eksperimen lebih tinggi
positif setelah diterapkannya model pem- dibanding kelas kontrol, hal ini menunjukan
belajaran guided discovery dalam meningkat terdapat pengaruh positif setelah diterapkannya
kan keterampilan menyimpulkan sebagai salah model guided discovery learning terhadap
satu indikator keterampilan berpikir kritis. Hal kelas eksperimen. Sedangkan untuk soal 10
tersebut diperkuat dalam salah satu tahapan tentang menjelaskan pengaruh intensitas
model guided discovery learning yang dimuat cahaya terhadap bentuk bayangan diperoleh
dalam Kemendikbud (2013) berupa tahap skor rata-rata kelas kontrol lebih baik
generalisasi/menarik kesimpulan yang diarti- dibandingkan kelas eksperiment. Hal ini
kan sebagai proses menarik sebuah kesimpulan menandakan tingkat kemampuan penjelasan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan kelas kontrol untuk soal tersebut lebih baik
berlaku untuk semua kejadian atau masalah dibanding kelas eksperimen, sehingga dapat di
yang sama, dengan memperhatikan hasil analisis yang menjadi salah satu penyebabnya
verifikasi. adalah beberapa siswa yang mengalami
kesulitan dalam menjelaskan konsep yang
Keterampilan penjelasan abstrak atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan baik itu
Arif Fadillah, Yennita, Muhammad Sahal Penerapan Model Guided Discovery ... 45

secara konseptual, metodologis dan konteks- sebagai landasan untuk penelitian-penelitian


tual. yang relevan.
Berdasarkan analisis data dari ketiga
soal pada keterampilan penjelasan siswa kelas
eksperimen berada pada kategori tinggi Daftar Pustaka
sedangan kelas kontrol berada pada kategori
rendah, hal ini menunjukkan terdapat Angga Riantino & Wasis, 2014. Pembelajaran
perbedaan tingkat kemampuan berpikir kritis Berorientasi Keterampilan Proses Sains
pada indikator penjelasan setelah diterap- dengan Model Guided Discovery untuk
kannya model pembelajaran guided discovery Meningkatkan Keterampilan Berpikir
learning pada kelas eksperimen dan model Kritis Siswa di Kelas XI SMA Negeri 1
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Krian Sidoarjo. Jurnal Inovasi
Menurut Ratumanan (2002) melalui pem- Pendidikan Fisika (JIPF), 03(01), 19-
belajaran penemuan terbimbing atau guided 24.
discovery learning, siswa belajar menemukan Candra Eko Purwanto, Sunyoto Eko Nugroho,
pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, & Wiyanto, 2012. Penerapan Model
sehimgga siswa mampu menjelaskan dan Pembelajaran Guided Discovery pada
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan Materi Pemantulan Cahaya untuk
yang diberikan. Sehingga dapat diartikan Meningkatkan Berpikir Kritis. Unnes
kemampuan penjelasan siswa dapat tumbuh Physics Education Journal, 01(1).
dan berkembang setelah melaui tahapan Kemendikbud, 2013. Model Pembelajaran
berupa Stimulasi atau Pemberian Rangsangan, Penemuan (Discovery Learning) HO-
identifikasi masalah, pengumpulan dan 2.2-3. Kemendikbud, Jakarta.
pengolahan data serta verivikasi dan Kiki Yuliani & Sahat Saragih, 2015. The
generalisasi sebagai tahapan dalam pelak- Development of Learning Devices
sanaan model pembelajaran guided discovery Based Guided Discovery Model to
learning. Hal ini persis seperti yang ditulis Improve Understanding Concept and
oleh Kiki Yuliani & Sahat saragih (2015) Critical Thinking Mathematically
bahwa model pembelajaran guided discovery Ability of Students at Islamic Junior
adalah model pembelajaran yang menyajikan High School of Medan. Journal of
masalah atau pertanyaan yang membuat siswa Education and Practice, 6(24), (Online).
dapat berpikir, mengamati, membuat dugaan, Kowiyah, 2012. Kemampuan Berpikir Kritis.
menjelaskan dan menganalisis untuk menemu Jurnal Pendidikan Dasar, 3(5).
kan pengetahuan baru. Permendikbud, 2016. Permendikbud RI No.22:
Standar Proses Pendidikan Dasar Dan
Menengah. BNSP, Jakarta.
Kesimpulan dan Saran Ratumanan, 2002. Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Berdasarkan hasil keterampilan berfikir yang Efektif . Bumi Aksara, Jakarta.
kritis siswa, maka dapat disimpulkan bahwa Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran.
terdapat peningkatan kemampuan berpikir Rajagrafindo Persada, Jakarta.
kritis setelah diterapkan mdel pembelajaran Saido, Gulistan, A.M., Siraj, Saedah., Nordin,
guided discovery learning sebesar 11.24% A.B., & Omed, S.A. 2015. Teaching
dibanding dengan model pembelajaran Strategies for Promoting Higher Order
konvensional. Thinking Skills: A Case of Secondary
Melalui kajian ini, dikomendasikan agar Science Teachers. Malaysian Online
guru dapat menerapkan model pembelajaran Journal of Education Management
guided discovery learning sebagai salah satu (MOJEM), 3, (4), 16-30, E-ISSN:2289-
alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran 4489. Malaysia.
dalam menciptakan suasana yang membangun Setyosari, Punaji, 2010. Interaksi dan Motivasi
keterampilan berpikir kritis siswa. Bagi Belajar Mengajar. Rajawali, Jakarta.
peneliti lain diharapkan penelitian ini berguna
46 Arif Fadillah, Yennita, Muhammad Sahal Penerapan Model Guided Discovery ...

Suyono & Hariyanto, 2011. Belajar dan Wowo Sunaryo Kuswana, 2012. Taksonomi
Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya Kognitif Perkembangan Ragam
Offset, Bandung. Berpikir. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.

You might also like