You are on page 1of 15

98| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.

3 Edisi Desember 2016, 98-112

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK

Yuke Agustin*, Noor Fadiawati, Lisa Tania


FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Sormantri Brojonegoro No.1

*Corresponding author, email: yuke709@gmail.com

Abstract: The Improvement of Student’s Critical Thinking Skills on Reaction


Rate Topics by using Scientific Approach. This research was aimed to describe
the effectiveness of scientific approach to improve critical thinking skills on
reaction rate topics. This research was done by using The Matching-Only-
Pretest-Posttest Control Group Design. This research was conducted in SMA
Negeri 9 Bandarlampung. The sample of this research was student of the 11th
grade of IPA-5 and IPA-6. The effectiveness was determined by the improvement
of critical thinking skills and the activity of student during the learning. The
results showed that the mean of n-gain on critical thinking skills in experimental
and control classes were 0,72 and 0,17 respectively. Based on hypotesis test ,
statistically the mean of n-gain on critical thinking skills in experimental and
control classes were different siginficantly. It can be inffered that scientific
approach was effective to improve critical thinking skills on reaction rate topics.

Keywords: critical thinking skills, reaction rate, scientific approach

Abstrak: Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Laju


Reaksi melalui Pendekatan Saintifik. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
efektivitas pendekatan saintifik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa pada materi laju reaksi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
desain The Matching-Only-Pretest-Posttest Control Group Design. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri 9 Bandarlampung. Sampel dalam penelitian ini
siswa kelas XI IPA 5 dan kelas XI IPA 6. Keefektifan ditentukan dari pening-
katan keterampilan berpikir kritis siswa dan aktivitas siswa selama pembelajan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,72 dan 0,17. Berdasarkan
pengujian hipotesis, secara statistik rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis
siswa pada kelas kontrol dan eksperimen berbeda siginifikan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik efektif
dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi laju reaksi.

Kata kunci: keterampilan berpikir kritis, laju reaksi, pendekatan saintifik

PENDAHULUAN adanya persiapan Sumber Daya


Berkembangnya arus teknologi dan Manusia (SDM). Indonesia harus
informasi, membuat akses tenaga meningkatkan kualitas SDM agar
kerja semakin dinamis. Memasuki mampu bersaing dengan tenaga kerja
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dari negara lain (Fakhriyah, 2014;
dan Asean Free Trade Area (AFTA) Pramudyo, 2014; Hilda, 2015;
pada tahun 2016-2017, menuntut Rukiah, 2015; dan Wibowo, 2017).
Agustin et al. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada …. |99

Salah satu upaya untuk mening- (Dwijananti dan Yulianti, 2010;


katkan kualitas SDM adalah dengan Tilaar, 2011; Rudyanto, 2014;
meningkatkan kualitas pendidikan. Mustakim, 2015). Salah satu proses
Peningkatan kualitas pendidikan akan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir
menghasilkan siswa yang berkom- kritis (Miri dkk., 2007)
peten, yang mampu bersaing dalam Berpikir kritis merupakan ber-
era global. Ada 4 kemampuan yang pikir yang masuk akal dan reflektif
harus dimiliki siswa, agar nantinya yang difokuskan pada pengambilan
mampu berkompetisi dalam era keputusan tentang apa yang dilakukan
global yaitu, kemampuan berpikir atau diyakini. Masuk akal berarti ber-
kritis, kemampuan berkomunikasi, pikir didasarkan atas fakta-fakta
kemampuan bekerja sama dan kreati- untuk menghasilkan keputusan yang
vitas (As’ari,2015). Kemampuan ter- terbaik, reflektif artinya mencari
sebut, dapat dilatih melalui pembel- dengan sadar dan tegas kemungkinan
ajaran di sekolah, terutama dalam solusi yang terbaik (Norris dan Ennis,
pembelajaran IPA (Nafiah dan 1989).
Prasetyo, 2015; Sunarno, 2015). Keterampilan berpikir kritis dapat
Pembelajaran IPA di sekolah dikembangkan pada siswa melalui
merupakan wahana bagi siswa untuk latihan secara bekelanjutan (Kowiyah,
mempelajari alam sekitar secara lang- 2012). Dalam pembelajaran, siswa
sung. Ilmu kimia merupakan salah dihadapkan pada suatu isu persoalan
satu rumpun IPA yang ilmunya di- yang menuntut sikap kritis siswa
peroleh berdasarkan pengamatan te- untuk mempertanyakan dan meragu-
hadap fenomena alam dalam men- kan suatu kebenaran melalui logika
jawab pertanyaan apa, mengapa dan berpikir (Norris dan Ennis, 1989).
bagaimana terkait dengan fenomena Setiap siswa akan memiliki cara
yang sedang diamati (Suyanti, 2010; pandang sendiri dalam memahami
Fadiawati, 2014). Karakteristik ilmu dan menyelesaikan permasalahan.
kimia mencakup tiga aspek yaitu Cara pandang yang didasari dengan
kimia sebagai produk, proses dan penalaran penting dilakukan dalam
sikap ilmiah. Kimia sebagai produk mengemukakan argumen. Ketika ber-
merupakan pengetahuan kimia yang argumen dengan menggunakan pe-
berupa fakta, konsep, hukum dan nalarannya, berarti siswa sedang
prinsip. Kimia sebagai proses ber- melakukan tindakan berpikir kritis
kaitan dengan bagaimana proses pe- (Rosana, 2014). Dengan demikian,
nemuan pengetahuan (Tim Penyusun, keterampilan berpikir kritis dapat
2013; Fathurohman, 2015). Dengan terlatih melalui metode pembelajaran
demikian, apabila mata pelajaran yang melibatkan proses kognitif
kimia disajikan secara utuh sebagai (Cowden dan Santiago, 2015).
produk, proses dan sikap, maka akan Salah satu materi kimia yang
dihasilkan siswa yang terampil dalam dapat melatihkan keterampilan ber-
berpikir tingkat tinggi (Fadiawati, pikir kritis yaitu materi faktor-faktor
2014). yang mempengaruhi laju reaksi.
Berpikir tingkat tinggi adalah Materi tersebut terdapat pada
salah satu kemampuan yang harus Kompetensi Dasar (KD) 4.7 yaitu
dimiliki siswa sebagai bekal untuk merancang, melakukan, dan me-
menghadapi perkembangan Ilmu nyimpulkan serta menyajikan data
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) hasil percobaan faktor-faktor yang
100| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.3 Edisi Desember 2016, 98-112

mempengaruhi laju reaksi dan orde pembelajaran kimia di sekolah ter-


reaksi. Untuk mencapai kompetensi sebut sudah menerapkan kurikulum
tersebut, ada beberapa tahapan yang 2013, namun kegiatan pembelajaran-
harus dilalui siswa. Sebelum me- nya masih didominasi dengan ke-
rancang suatu percobaan, siswa diajak giatan ceramah. Penerapan metode
untuk mengamati fenomena alam ceramah ini, cenderung membuat
yang berhubungan dengan laju dari siswa hanya bisa mengingat dan
suatu reaksi kimia (Roestiyah, 1985). memahami informasi yang disampai-
Berdasarkan hal tersebut, siswa di- kan oleh guru (Fakhriyah, 2014). Di
minta untuk mengidentifikasi dan dalam taksonomi Bloom, mengingat
menentukan variabel serta merumus- dan memahami merupakan ranah
kan masalah. Untuk memperoleh kognitif C1 dan C2, yang masih
jawaban sementara dari rumusan termasuk dalam kategori domain
masalah yang mereka ajukan, siswa kognitif yang rendah (Anderson dan
diminta mencari informasi dari Krathwohl, 2001). Dengan demikian,
berbagai sumber yang tersedia dan di- cara berpikir yang dikembangkan
minta membuat hipotesis terhadap dalam kegiatan belajar tersebut,
rumusan masalah yang diajukan. Se- belum menyentuh ranah kognitif yang
lanjutnya, siswa diminta untuk me- lebih tinggi dan belum melatih
ngendalikan variabel-variabel dan kemampuan berpikir kritis siswa
merancang prosedur percobaan serta (Asta dkk., 2015). Oleh karena itu,
menentukan alat dan bahan yang akan diperlukan berbagai upaya untuk me-
digunakan (Lawson dalam Wiyanto, mecahkan masalah tersebut, salah
2006). Setelah itu siswa melakukan satunya dengan memperbaiki proses
percobaan faktor-faktor yang mem- pembelajaran. Perbaikan proses pem-
pengaruhi laju reaksi untuk menguji belajaran dapat dilakukan dengan cara
hipotesis yang telah diajukan. Data menerapkan pendekatan pembelajaran
hasil percobaan akan digunakan yang bersifat konstruktivisme (Cakir,
sebagai bahan diskusi untuk memper- 2008) yaitu dengan pendekatan
oleh suatu kesimpulan (Roestiyah, saintifik.
1985). Dengan demikian, siswa akan Pendekatan saintifik merupakan
terlatih untuk mengembangkan ke- pendekatan pembelajaran yang ter-
terampilan berpikir kritis yang pusat pada siswa, dimana siswa
dimilikinya (Chase dkk., 2016; Fuad dituntut untuk menemukan sendiri
dkk., 2017). pengetahuan yang berkaitan dengan
Pembelajaran kimia di sekolah mata pelajaran (Tim Penyusun, 2013;
sebaiknya melibatkan siswa secara Fathurrohman, 2015). Pembelajaran
aktif dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri
dengan menyertakan eksperimen dan dari lima tahapan belajar yaitu meng-
dan pengujian yang dilakukan sendiri amati (observing), menanya (ques-
oleh siswa (Moeed, 2013). Namun tioning), mencoba (experimenting),
faktanya, pembelajaran kimia selama mengasosiasi (associating) dan meng-
ini cenderung tidak dibelajarkan se- komunikasikan (networking) (Tim
bagaimana mestinya yang diamanat- Penyusun, 2013).
kan kurikulum 2013 (Fathurrohman, Beberapa hasil penelitian me-
2015). Berdasarkan hasil penelitian nyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendahuluan di SMAN 9 Bandar pendekatan saintifik efektif dalam
Lampung menunjukkan bahwa meningkatkan keterampilan berpikir
Agustin et al. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada …. |101

siswa (Purwaningsih dkk., 2014; serta lembar observasi aktivitas dan


Rismalinda dkk., 2014; Rudyanto, kinerja siswa. Sebelum digunakan
2014; Saputra dkk., 2014; Utami masing-masing instrumen divalidasi
dkk., 2014; Wahyuni dkk., 2014; dengan cara judgement oleh ahli.
Cowden dan Santiago, 2015; Data yang diperoleh dalam
Mustakim, 2015), terutama penelitian ini berupa hasil pretes,
keterampilan berpikir kritis. postes, dan aktivitas siswa. Kefektifan
Berdasarkan uraian di atas, pada pembelajaran ditinjau dari peningkat-
artikel ini akan dipaparkan hasil an keterampilan berpikir kritis siswa
kajian tentang efektivitas pendekatan dan aktivitas siswa. Semua data yang
saintifik pada materi faktor-faktor diperoleh kemudian dianalisis. Untuk
yang mempengaruhi laju reaksi untuk skor pretes dan postes diubah men-
meningkatkan keterampilan berpikir jadi nilai dengan rumus sebagai
kritis siswa. berikut:

METODE s r awa a siswa


i ai 100
Desain yang digunakan dalam s r a si u
penelitian kuasi eksperimen ini adalah
The Matching-Only-Pretest-Posttest selanjutnya, nilai siswa digunakan
Control Group Design, dengan desain untuk menghitung n-Gain, dengan
seperti yang disajikan dalam Tabel 1. rumus sebagai berikut (Hake, 1999):
Berdasarkan desain penelitian diambil
st s r t s
2 kelas sampel dengan menggunakan n g in
teknik purposive sampling dari 100 r t s
seluruh siswa kelas XI IPA SMA sedangkan skor aktivitas siswa di-
Negeri 9 Bandarlampung Tahun ubah menjadi persentase skor dengan
Pelajaran 2016-2017 yang tersebar rumus sebagai berikut (Purwanto,
dalam 6 kelas. Melalui pengundian 2 2008):
kelas tersebut, diperoleh kelas XI IPA
s r siswa
5 sebagai kelas eksperimen dan kelas s r 100
XI 6 sebagai kelas kontrol. s r a si u
Pengujian hipotesis yang di-
Tabel 1. Desain Penelitian (Fraenkel gunakan dalam penelitian ini adalah
dkk, 2012) uji kesamaan dua rata-rata dengan
Kelas Perlakuan data pretes keterampilan berpikir
Eksperimen M O1 X O2 kritis siswa dari kedua kelas sampel
Kontrol M O1 C O2
keterangan: M adalah matching, O1 adalah
dan uji perbedaan dua rata-rata.
pretes, X adalah pembelajaran dengan dengan data n-gain keterampilan ber-
pendekatan saintifik, C adalah pembelajaran pikir kritis siswa pada materi faktor-
konvensional dan O2 adalah postes. faktor yang mempengaruhi laju reaksi
dari kedua kelas sampel. Uji
Instrumen yang digunakan dalam kesamaan dua rata-rata bertujuan
penelitian ini berupa silabus, Rencana untuk melakukan matching nilai
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), antara kedua kelas sampel. Sebelum
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dilakukan pengujian hipotesis dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju uji kesamaan dua rata-rata dan per-
reaksi, soal pretes dan postes yang bedaan dua rata-rata, perlu dilakukan
mewakili keterampilan berpikir kritis, uji prasyarat yaitu uji normalitas dan
102| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.3 Edisi Desember 2016, 98-112

uji homogenitas pada data penelitian Kriteria uji yang digunakan adalah
tersebut. tolak H0 jika –ttabel< thitung< ttabel
Uji normalitas dilakukan meng- dengan taraf nyata 0,05.
gunakan uji chi kuadrat dengan rumus Setelah dilakukan uji normalitas
sebagai berikut (Sudjana, 2005): dan uji homogenitas terhadap n-Gain
2
( )2 kedua kelas sampel, selanjutnya
∑ dilakukan uji perbedaan dua rata-rata
dengan hipotesis nol (H0) yaitu kedua menggunakan uji statistik parametrik
kelas sampel berasal dari populasi yaitu uji t. Hipotesis dalam uji
yang berdistribusi normal dan perbedaan dua rata-rata yaitu, H0
hipotesis alternatif (H1) yaitu kedua adalah rata-rata n-gain keterampilan
sampel berasal dari populasi tidak berpikir kritis siswa pada kelas yang
berdistribusi normal. Kriteria uji diterapkan pembelajaran mengguna-
yang digunakan adalah terima H0 jika kan pendekatan saintifik lebih tinggi
daripada rata-rata n-gain keterampilan
hitung ≤
2 2
tabel dengan taraf nyata
berpikir kritis siswa pada kelas yang
0,05.
diterapkan pembelajaran konvensio-
Uji homogenitas dilakukan
nal dan H1 yaitu rata-rata n-gain
dengan uji kesamaan dua varians,
keterampilan berpikir kritis siswa pada
dengan rumus sebagai berikut
kelas yang diterapkan pem-belajaran
(Sudjana, 2005):
varia s t r sar
menggunakan pendekatan saintifik
lebih rendah daripada rata-rata n-gain
varia s t r i
keterampilan berpikir kritis siswa pada
dengan H0 yaitu kedua kelas kedua kelas yang diterapkan pembelajaran
kelas penelitian mempunyai varians konvensional. Kriteria uji yang
yang homogen dan H1 yaitu kedua digunakan adalah tolak H0 jika thitung >
kelas penelitian mempunyai varians ttabel dengan taraf nyata 0,05.
yang tidak homogen. Kriteria uji
yang digunakan adalah tolak H0 jika HASIL DAN PEMBAHASAN
Fhitung Ftabel dengan taraf nyata Data rata-rata nilai pretes dan
0,05. postes keterampilan berpikir kritis
Uji kesamaan dua rata-rata di- siswa disajikan dalam Gambar 1.
lakukan dengan uji statistik para- 100
metrik yaitu uji t dengan rumus se- 78,11
bagai berikut (Sudjana, 2005): 80
rata-rata nilai

x̅ 1 x̅2 60 Pretes
itu 38,77
1 1 40 Postes
s √ 26,51 27,75
1 2 20
dengan H0 yaitu rata-rata nilai pretes
keterampilan berpikir kritis siswa pada 0
Kontrol Eksperimen
kelas eksperimen sama dengan rata-
rata nilai pretes keterampilan berpikir Kelas Penelitian
kritis siswa pada kelas kontrol dan H1 Gambar 1. Rata-rata nilai pretes dan
yaitu rata-rata nilai pretes keterampil- postes keterampilan ber-
an berpikir kritis siswa pada kelas pikir kritis siswa.
eksperimen tidak sama dengan rata-
rata nilai pretes keterampilan berpikir Pada Gambar 1 diketahui bahwa
kritis siswa pada kelas kontrol. setelah diterapkan pembelajaran,
Agustin et al. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada …. |103

terjadi peningkatan keterampilan ber- Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai


pikir kritis siswa, baik pada kelas Fhitung yang diperoleh lebih kecil
eksperimen maupun kelas kontrol. daripada Ftabel, maka berdasarkan
Pada kelas eksperimen terjadi pe- kriteria uji disimpulkan bahwa data
ningkatan nilai siswa sebesar 50,36. sampel terima H0 atau dengan kata
Peningkatan yang terjadi di kelas lain kedua kelas penelitian mem-
eksperimen lebih tinggi dibandingkan punyai variansi yang homogen.
di kelas kontrol yang hanya sebesar Berdasarkan hasil perhitungan uji
12,26. Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan dua rata-rata, diperoleh
peningkatan keterampilan berpikir nilai thitung untuk keterampilan awal
kritis siswa pada kelas eksperimen siswa sebesar 0,318 dan nilai ttabel
lebih baik daripada pada kelas sebesar ±1,995. Nilai thitung yang
kontrol. diperoleh lebih besar daripada –ttabel
Berdasarkan hasil perhitungan uji dan lebih kecil dari-pada nilai ttabel.
r a itas, di r ar a 2hitung Dengan demikian berdasarkan kriteria
untuk keterampilan awal siswa yang uji disimpulkan bahwa data sampel
disajikan dalam Tabel 2. terima H0 atau dengan kata lain rata-
rata nilai pretes keterampilan berpikir
Tabel 2. Ni ai 2hitung, 2tabel dan peng- kritis siswa pada kelas eksperimen
ambilan keputusan uji nor- tidak berbeda secara signifikan
malitas keterampilan awal dengan rata-rata nilai pretes ke-
siswa terampilan berpikir kritis siswa pada
Nilai kelas yang kontrol pada materi faktor-
2 2
Kelas hitung Keputusan
tabel faktor yang mempengaruhi laju
Uji
reaksi.
Kontrol 7,603 7,814 normal
Eksperimen 5,254 7,814 normal Berdasarkan hasil perhitungan,
diperoleh rata-rata n-Gain ke-
terampilan berpikir kritis siswa pada
Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai
2 kelas kontrol dan kelas eksperimen
yang diperoleh pada kelas eks-
hitung
yang disajikan dalam Gambar 2.
perimen dan kelas kontrol lebih kecil
Pada Gambar 2, terlihat bahwa rata-
daripada nilai 2tabel.. Dengan demikian,
rata n-gain keterampilan berpikir
berdasarkan kriteria uji maka dapat
kritis siswa pada kelas eksperimen
disimpulkan terima H0 atau dengan
memperoleh hasil lebih tinggi
kata lain sampel di kelas kontrol dan
dibandingkan rata-rata n-gain ke-
kelas eksperimen berasal dari
terampilan berpikir kritis siswa pada
populasi yang berdistribusi normal.
kelas kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan uji
homogenitas, diperoleh nilai Fhitung 0,8 0,72
yang disajikan dalam Tabel 3.
rata-rata n-gain

0,6
Kelas
Tabel 3. Nilai Fhitung, Ftabel dan peng- 0,4 Kontrol
ambilan keputusan uji 0,17 Kelas
0,2 Eksperimen
homogenitas keterampilan
awal siswa 0
Kelas Penelitian
Nilai Kriteria Keputusan
Uji Uji Gambar 2. Rata-rata n-gain kete-
Fhitung 1,112 Fhitung Homogen rampilan berpikir kritis
Ftabel 1,767 Ftabel siswa
104| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.3 Edisi Desember 2016, 98-112

Berdasarkan hasil perhitungan uji siswa. Berdasarkan hasil perhitung-


normalitas terhadap n-gain, diperoleh an, diperoleh nilai thitung untuk kete-
ar a 2hitung untuk keterampilan rampilan berpikir kritis siswa sebesar
berpikir kritis siswa yang disajikan 18,799 dan nilai ttabel sebesar 1,995.
dalam Tabel 4. Nilai thitung yang diperoleh lebih besar
daripada nilai ttabel. Dengan demi-
Tabel 4. Ni ai 2hitung, nilai 2tabel dan kian, berdasarkan kriteria uji di-
pengambilan keputusan uji simpulkan bahwa data sampel terima
normalitas keterampilan H0 dan tolak H1 atau dengan kata lain
berpikir kritis siswa rata-rata n-gain keterampilan berpikir
Kelas Nilai Keputusan kritis siswa pada kelas eksperimen
2 2 Uji
hitung tabel lebih tinggi daripada rata-rata n-gain
Kontrol 7,330 7,814 normal
keterampilan berpikir kritis siswa
Eksperimen 6,582 7,814 normal
pada kelas kontrol pada materi faktor-
Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai faktor yang mempengaruhi laju
2
yang diperoleh pada kelas eks-
hitung
reaksi.
perimen dan kelas kontrol lebih kecil Untuk mendeskripsikan keaktifan
daripada nilai 2tabel.. Dengan demikian, siswa selama mengikuti proses
berdasarkan kriteria uji maka dapat pembelajaran di kelas digunakan data
disimpulkan terima H0 atau dengan aktivitas siswa. Aktivitas siswa yang
kata lain sampel di kelas kontrol dan dikaji dalam penelitian ini meliputi
kelas eksperimen berasal dari popu- kegiatan mengajukan dan menjawab
lasi yang berdistribusi normal. pertanyaan, mengemukakan pendapat,
Berdasarkan hasil perhitungan serta kritis dalam merancang percoba-
diperoleh nilai Fhitung untuk ke- an. Selama pembelajaran penilaian
terampilan berpikir kritis siswa. Nilai aktivitas siswa dilakukan sebanyak 4
Fhitung, Ftabel dan pengambilan ke- kali pengamatan. Rata-rata skor
putusan uji homogenitas disajikan aktivitas siswa kelas eksperimen
dalam Tabel 5. disajikan dalam Gambar 3.

Tabel 5. Nilai Fhitung, Ftabel dan peng-


9
rata-rata skor aktivitas

ambilan keputusan uji homo- 8,1


genitas keterampilan berpikir 7,9
8
kritis siswa 7,0
Nilai Kriteria Keputusan 7
Uji Uji
5,8
Fhitung 1,725 Fhitung Homogen 6
Ftabel 1,767 Ftabel
5
Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai 1 2 3 4
Fhitung yang diperoleh lebih kecil Pengamatan Ke-
daripada Ftabel, maka berdasarkan Gambar 3. Rata-rata skor aktivitas
kriteria uji disimpulkan bahwa data
sampel terima H0 dan tolak H1 atau Pada Gambar 3 terlihat bahwa
dengan kata lain kedua kelas pe- setelah diterapkan pembelajaran
nelitian mempunyai variansi yang dengan pendekatan saintifik, terjadi
homogen. peningkatan skor aktivitas siswa pada
Selanjutnya, dilakukan uji per- kelas eksperimen. Dengan demikian,
bedaan dua rata-rata terhadap n-Gain dapat disimpulkan bahwa pendekatan
Agustin et al. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada …. |105

saintifik dapat menjadikan siswa lebih mengasosiasi dan mengkomunikasi-


aktif dalam proses pembelajaran. kan
Berdasarkan pengujian hipotesis
dapat disimpulkan bahwa pendekatan Mengamati (Observing)
saintifik efektif dalam meningkatkan Pada tahap ini siswa diminta
keterampilan berpikir kritis siswa untuk melakukan pengamatan pada
pada materi faktor-faktor yang mem- suatu fakta atau fenomena yang
pengaruhi laju reaksi. Untuk menge- berhubungan dengan faktor-faktor
tahui bagaimana hal tersebut dapat yang mempengaruhi laju reaksi
terjadi, dapat dikaji sesuai fakta yang melalui kegiatan melihat dan mem-
terjadi pada tahapan-tahapan pem- baca wacana yang ada pada LKPD.
belajaran menggunakan pendekatan Melalui kegiatan ini, siswa dilatih
saintifik. untuk memahami dan menganalisis
Sebelum masuk dalam tahapan poin penting dari suatu masalah, yang
pembelajaran dengan pendekatan merupakan indikator dari langkah
saintifik, guru memulai pembelajaran dalam proses berpikir kritis yang
pada setiap pertemuan dengan me- sedang diteliti.
nyampaikan indikator dan tujuan Pada LKPD 1, siswa diminta
pembelajaran. Kemudian guru mem- untuk membaca wacana tentang
berikan apersepsi dengan mengajukan pengaruh konsentrasi terhadap laju
fakta yang berupa pernyataan atau reaksi yang erat kaitannya dengan
pertanyaan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu feno-
faktor yang mempengaruhi cepat atau mena knop pengatur nyala api pada
lambatnya suatu reaksi kimia. kompor gas. Selanjutnya, siswa di-
Selama pembelajaran siswa di- minta untuk membaca wacana kimia
kelompokkan secara heterogen dan tentang pengaruh konsentrasi ter-
dibagi dalam 6 kelompok yang hadap laju reaksi, yang nantinya
beranggotakan 5-6 orang siswa, serta wacana ini digunakan untuk menentu-
dikondisikan untuk duduk bersama kan variabel pada kegiatan selanjut-
teman kelompoknya masing-masing. nya. Sama halnya dengan LKPD 1,
Pengelompokkan ini bertujuan untuk pada LKPD 2 sampai LKPD 4, siswa
membantu siswa mengembangkan ke- juga diminta untuk membaca wacana
terampilan berpikir yang dimilikinya. yang berhubungan dengan faktor-
Ketika duduk bersama kelompoknya, faktor yang mempengaruhi laju reaksi
siswa terlihat lebih antusias dan aktif (pengaruh luas permukaan, suhu, dan
di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan katalis) yang erat kaitannya dengan
pernyataan Vygotsky (dalam Dahar, kehidupan sehari-hari. Ketika mem-
1989) yang mendefinisikan bahwa baca wacana secara kritis berarti
tingkat perkembangan potensi sebagai siswa telah melakukan kegiatan ber-
tingkat yang dapat dicapai oleh pikir kritis. Hal ini sesuai dengan
individu dengan bantuan orang lain, pendapat Hasruddin (2009) yang
seperti teman sejawat. Selanjutnya menyatakan bahwa keterampilan ber-
masing-masing kelompok tersebut pikir kritis dimulai dari keterampilan
diberikan LKPD berbasis pendekatan membaca secara kritis.
saintifik yang telah dirancang untuk Pada saat membaca wacana di
mampu melatih keterampilan berpikir LKPD 1, siswa masih mengalami ke-
kritis siswa, yang terdiri dari tahapan sulitan untuk memahami dan me-
mengamati, menanya, mencoba, nemukan poin penting dari wacana
106| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.3 Edisi Desember 2016, 98-112

yang ada dalam kegiatan mengamati, masalah secara mandiri. Sama halnya
sehingga siswa perlu memperoleh dengan beberapa siswa dari kelompok
bimbingan dari guru untuk me- lain. Keterampilan siswa dalam me-
mahami wacana tersebut. Setelah nentukan variabel dan merumuskan
memperoleh bimbingan dari guru masalah semakin baik dari LKPD 2
siswa sudah bisa untuk memahami sampai LKPD 4, hal itu terlihat
dan menemukan poin penting dari dengan setiap kelompok tidak me-
sebuah wacana. Kemampuan siswa merlukan waktu yang lama untuk
dalam memahami dan menganalisis menyelesaikannya dengan benar.
poin penting dari suatu masalah
semakin baik dari LKPD 2 sampai Mencoba (Experimenting)
LKPD 4. Hal itu terlihat, ketika Pada kegiatan ini, siswa diminta
siswa yang dipilih guru secara acak, untuk mencari informasi dari berbagai
mampu untuk mengungkapkan poin sumber yang tersedia (buku, modul,
penting dari masalah yang disajikan. dan internet). Berdasarkan informasi
yang telah diperoleh, siswa me-
Menanya(Questioning) ngemukakan jawaban sementara
Dalam kegiatan menanya, siswa (hipotesis) dari rumusan masalah
diberikan kesempatan secara luas yang diajukan. Melalui kegiatan ini,
untuk bertanya mengenai apa yang keterampilan berpikir kritis siswa di-
sudah dilihat, disimak, dibaca atau latihkan untuk membuat kesimpulan
dilihat pada kegiatan mengamati. sementara (hipotesis).
Melalui kegiatan menanya ini, siswa Selanjutnya, siswa diminta untuk
dilatih untuk bertanya dan menjawab merancang dan melakukan percobaan
pertanyaan-pertanyaan menantang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
dalam bentuk rumusan masalah, yang reaksi. Dalam merancang percobaan,
merupakan indikator dari langkah siswa diminta untuk mengendalikan
dalam proses berpikir kritis yang variabel yang telah ditentukan pada
sedang diteliti. tahap menanya, menyusun prosedur
Pada pelaksanaan dikelas eks- percobaan, dan menentukan alat
perimen, siswa diminta untuk me- bahan yang digunakan serta me-
nentukan variabel dan merumuskan rancang tabel hasil pengamatan. Pada
masalah. Pada LKPD 1, siswa me- tahap ini siswa dilatih untuk menentu-
ngalami kesulitan dalam menentukan kan strategi dan taktik yang me-
variabel dan merumuskan masalah, rupakan indikator dari langkah dalam
sehingga guru harus membimbing proses berpikir kritis.
siswa terlebih dahulu. Setelah mem- Pada LKPD 1, siswa mengalami
peroleh bimbingan dari guru, ada kesulitan dalam merancang percoba-
beberapa siswa yang sudah mampu an, sehingga guru harus membimbing
untuk menentukan variabel dan siswa untuk merancang percobaan.
merumuskan masalah secara mandiri Setelah siswa memperoleh bimbingan
di LKPD 2. Salah satunya siswa dari dari guru, siswa masih terlihat
kelompok 1 yaitu siswa No absen 24. bingung. Hal ini terlihat dari se-
Pada awalnya siswa tersebut sering bagian besar siswa yang masih terus
bertanya tentang cara untuk me- bertanya tentang cara mengendalikan
rumuskan masalah, namun setelah di variabel pada saat mengerjakan
LKPD 2 tanpa banyak bertanya, siswa LKPD 2. Keterampilan siswa dalam
tersebut mampu untuk merumuskan merancang percobaan semakin baik
Agustin et al. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada …. |107

dari LKPD 2 sampai LKPD 4, ter- pengamatan untuk memperoleh suatu


utama pada LKPD 3 dan LKPD 4. kesimpulan. Setelah ada bimbingan
Pada saat diminta untuk merancang dan latihan dari guru, siswa menjadi
percobaan di LKPD 3 dan 4, setiap terbiasa untuk membuat suatu ke-
kelompok sudah mampu merancang simpulan dari data hasil pengamatan.
percobaan secara mandiri tanpa
bantuan dan bimbingan dari guru. Mengkomunikasikan (Networking)
Kemudian siswa melakukan per- Dalam kegiatan ini, perwakilan
cobaan dengan prosedur yang di- dari setiap kelompok diberikan
berikan oleh guru dan diminta untuk kesempatan untuk mengkomunikasi-
menuliskan hasil percobaannya pada kan hasil pengamatan dan ke-
tabel hasil pengamatan. Melalui ke- simpulannya didepan kelas sedang-
giatan praktikum, siswa melakukan kan kelompok lain diberikan ke-
klarifikasi lanjutan yang merupakan sempatan untuk mengemukakan pen-
langkah dalam proses berpikir kritis. dapatnya. Hasil tersebut dinilai oleh
Hal ini sesuai dengan pendapat Gabel guru sebagai hasil belajar siswa atau
(dalam Rismalinda, 2014) yang kelompok siswa. Melalui kegiatan
menyatakan bahwa melalui kegiatan ini, siswa dilatih untuk meng-
laboratorium terutama praktikum komunikasikan hasil keputusan ke-
memberi kesempatan kepada siswa pada orang lain, yang merupakan
untuk mengembangkan keterampilan indikator dari langkah dalam proses
berpikir siswa. berpikir kritis.
Pada LKPD 1 ini terlihat bahwa
Mengasosiasi (Associating) siswa belum terbiasa untuk meng-
Pada tahap ini, siswa meng- komunikasikan hasil belajarnya, se-
analisis informasi atau data yang hingga guru harus menentukan salah
diperoleh dari langkah mengumpul- satu kelompok untuk meng-
kan data untuk memperoleh suatu komunikasikan hasil diskusinya di
kesimpulan. Melalui kegiatan ini, depan kelas. Pada saat perwakilan
siswa belajar menemukan pola, ke- kelompok menyampaikan hasil ke-
cenderungan, persamaan, atau per- simpulannya, belum ada tanggapan
bedaan berdasarkan identifikasi yang dari kelompok lain, sehingga guru
telah dilakukan. membimbing siswa dari kelompok
Pada pelaksanaannya di kelas lain untuk memberikan tanggapan.
eksperimen, siswa diminta untuk Setelah tahap mengkomunikasikan di
menganalisis data percobaan yang LKPD 2 ada beberapa siswa yang
diperoleh dari kegiatan mengumpul- sudah mulai berani untuk meng-
kan data. Siswa bekerja sama dalam komunikasikan kesimpulannya di
kelompok untuk menganalisis data depan kelas dan berani untuk mem-
hasil percobaan dengan menjawab berikan tanggapan. Hal ini terlihat
beberapa pertanyaan yang ada pada dari sebagian besar siswa yang me-
tahap mengasosiasi sampai diperoleh nunjukkan antusiasnya untuk meng-
suatu kesimpulan. Melalui kegiatan komunikasikan kesimpulannya di
ini, siswa dilatih untuk mengem- depan kelas. Keterampilan siswa
bangkan keterampilan berpikir kritis dalam mengkomunikasikan kesimpul-
yang dimilikinya. an didepan kelas semakin baik dari
Pada awalnya siswa belum LKPD 2 sampai LKPD 4 terutama
terbiasa untuk mengolah data hasil pada LKPD 4.
108| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.3 Edisi Desember 2016, 98-112

Berdasarkan pemaparan diatas, ter- berpikir kritisnya.


lihat bahwa setiap tahapan dalam Peningkatan keterampilan ber-
pendekatan saintifik dapat mening- pikir kritis siswa ini, dikarenakan se-
katkan keterampilan berpikir kritis tiap tahapan dalam pendekatan sain-
siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan tifik melatih proses berpikir kritis
dengan hasil tes keterampilan berpikir siswa, sehingga setelah diterapkan
kritis siswa yang disajikan dalam pembelajaran dengan pendekatan
Gambar 4. Pada Gambar 4 terlihat saintifik, siswa akan terlatih untuk
bahwa semua siswa dikelas eks- mengembakan keterampilan berpikir
perimen memperoleh nilai postes kritisnya. Hal ini sesuai dengan
yang lebih tinggi daripada nilai karateristik dari pendekatan saintifik
pretes, bahkan ada beberapa siswa yaitu melibatkan proses kognitif yang
yang mengalami peningkatan nilai tes potensial dalam merangsang per-
secara signifikan (lebih tinggi dari kembangan intelek, khususnya ke-
rata-rata selisih peningkatan) yaitu terampilan berpikir tingkat tinggi
siswa dengan No absen 1, 4, 9, 12, siswa (Tim Penyusun, 2014).
15, 21, 22, 30, 31, 34 dan 35. Pembelajaran dengan pendekatan
Misalnya siswa No absen 21, pada saintifik menjadikan siswa lebih aktif
saat pretes siswa tersebut hanya dalam pembelajaran. Aktivitas siswa
memperoleh nilai 14, tetapi saat yang dapat berkembang yaitu ber-
postes siswa tersebut memperoleh tanya, mengemukakan pendapat,
nilai 77. Terjadi peningkatan sebesar kritis dalam merancang dan melaku-
63 poin pada hasil tes keterampilan kan percobaan.
.

97
100 95 95 95 95 95
95 90 90 90
90 86 86 86 86 86 86 86 86
85
77
80
73 73 73 73 73 73 72 73
75
68 68 68 68
70 64 64 64
65 59 59
60 54 54 Pretes
55 50 50 50 50
Nilai Siswa

49 Postes
50
45 41 41 41 41 41
40 36
32 32 32 32 32 32
35
30
23 23 23 23 23 23 23
25
18
20 14 14 14 14 14
15
10
5 0 0 0 0 0
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

No. Absen

Gambar 4. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen


Agustin et al. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada …. |109

Berdasarkan hasil penelitian, ada tahapan dalam pendekatan saintifik


beberapa siswa yang mengalami melibatkan siswa secara aktif dalam
peningkatan skor aktivitas secara pembelajarannya.
signifikan yaitu siswa dengan No Berdasarkan perhitungan yang
absen 17, 22, dan 34. Pada peng- telah dilakukan, skor aktivitas siswa
amatan 1 dan 2 ketiga siswa tersebut di kelas eksperimen semakin me-
memperoleh skor aktivitas paling ningkat disetiap pengamatan. Dari
rendah yaitu 5, namun setelah peng- pengamatan 1 sampai pengamatan 4
amatan 3 dan 4 terjadi peningkatan diperoleh rata-rata skor aktivitas
skor aktivitas. siswa sebesar 72 dan persentase skor
Persentase siswa yang mencapai sebesar 80%. Berdasarkan kategori
skor standar (memperoleh skor 7) persentase skor menurut Purwanto
pada pengamatan pertama sampai (2008), aktivitas siswa di kelas
keempat disajikan dalam Gambar 5a eksperimen masuk dalam kategori
(pengamatan 1), Gambar 5b baik atau dengan kata lain siswa
(pengamatan 2), 5c (Pengamatan 3) terlibat aktif didalam pembelajara
dan Gambar 5d (pengamatan 4). dengan menggunakan pendekatan
Berdasarkan keempat gambar saintifik. Apabila siswa terlibat aktif
tersebut, dapat diketahui bahwa didalam pembelajaran, maka siswa
jumlah siswa yang memperoleh skor sedang melatih keterampilan berpikir
aktivitas diatas standar mengalami kritisnya. Hal ini sesuai dengan
peningkatan disetiap pengamatan. pendapat Santrock (dalam Saragih,
Dengan demikian, pembelajaran 2008) yang menyatakan bahwa untuk
dengan pendekatan saintifik mampu memiliki keterampilan berpikir secara
meningkatkan aktivitas siswa dalam kritis siswa harus mengambil peran
pembelajaran. Peningkatan skor aktif dalam proses belajar mengajar di
aktivitas ini, dikarenakan pada setiap dalam kelas.

0%
25%
39% 36%

75%
25%
(a) (b)

0%
28 22
% %

67 5%
% 78
%

(c) (d)
Gambar 4. Persentase siswa yang memperoleh skor aktivitas (a) pada pengamatan 1;
(b) pada pengamatan 2; (c) pada pengamatan 3; (d) pada pengamatan 4.
110| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.3 Edisi Desember 2016, 98-112

SIMPULAN and Their Implications for Science


Rata-rata n-gain keterampilan Pedagogy: A Literature Review.
berpikir kritis siswa pada kelas yang International Journal of Enviro-
diterapkan pembelajaran mengguna- mental and Science Education. 3(4):
kan pendekatan saintifik berbeda se- 193-206.
cara signifikan dengan rata-rata n-
gain keterampilan berpikir kritis pada Chase,M.A., Clancy H.A.,
kelas yang diterapkan pembelajaran Lachance R.P., Mathison B.M., Chiu
konvensional pada materi faktor- M.M., Wheaver G.C.. 2016.
faktor yang mempengaruhi laju Improving Critical Thinking via
reaksi. Penerapan pembelajaran Authenticity : The CASPiE Research
menggunakan pendekatan saintifik experience in a Military Academy
menjadikan siswa terlibat aktif dalam Chemistry Course. Journal of
pembelajaran. Dengan demikian, di- Chemistry Education Research and
peroleh kesimpulan bahwa pem- Practice. 18(1): 55-63.
belajaran menggunakan pendekatan
saintifik efektif dalam meningkatkan Cowden, D.C. dan Santiago
keterampilan berpikir kritis siswa M.F..2015. Interdisciplinary Ex-
pada materi faktor-faktor yang plorations: Promoting Critical Think-
mempengaruhi laju reaksi. ing via Problem-Based Learning in an
Advanced Biochemistry Class.
DAFTAR RUJUKAN Journal of Chemical Education. 3(93)
Anderson, L.W dan Krathwohl : 464-469.
D.R..2001. A Taxonomy for Learning,
Te ching, nd A Revision of Bloom’s Dahar, R.W.1989. Teori-Teori
Taxonomy of Education Objectives. Belajar. Jakarta: Erlangga.
New York : Addison Wesley Lonman
Inc. Dwijananti, P. dan Yulianti D.
2010.. Pengembangan Kemampuan
As’ari. A.R.. 2015. Pendidikan Berpikir Kritis Mahasiswa melalui
Matematika Kreatif Untuk Mening- Pembelajaran Problem Based Ins-
katkan Daya Saing Siswa Indonesia truction pada Mata Kuliah Fisika
Dalam Era Global. Makalah disaji- Lingkungan. Jurnal Pendidikan
kan dalam Stadium Generale dan Fisika Indonesia. 6: 108-114.
Seminar Nasional Pendidikan
MIPA,UNILA, Bandarlampung 12 Fadiawati, N.2014. Ilmu Kimia
September 2015. sebagai Wahana Me-ngembangkan
Sikap dan Ke-terampilan Berpikir..
Asta, I.K.R., Agung A.A.G. dan Eduspot Edisi 10 (Maret-Juni), hlm 8-
Widiana I.W.. 2015. Pengaruh Pen- 9.
dekatan Saintifik dan Kemampuan
Berpikir Kritis Terhadap Hasil Be- Fakhiriyah, F. 2014. Penerapan
lajar IPA. Jurnal PGSD Universitas Problem Based Learning dalam
Pendidikan Ganesha. 3(1): 1-10. Upaya Mengembangkan Kemampu-
an Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal
Cakir, M. 2008. Construtivist Pendidikan IPA Indonesia.1(3): 95-
Approaches to Learning in Science 101.
Agustin et al. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada …. |111

Fathurrohman, M. 2015. Research in Science Education.


Paradigma pembelajaran Kurikulum 37(4): 353-369.
2013. Yogyakarta: Kalimedia.
Mustakim. 2015. Implementasi
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Pembelajaran Pemecahan Masalah
Hyun, H.H. 2012. How to Design and dengan Pendekatan Saintifik untuk
Evaluate Research in Education Meningkatkan Kemampuan Berpikir
(Eigth Edition). New York: Siswa Kelas VII SMP Negeri 2
McGrawHill. Patean Semester II Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal Pendidikan. 16
Fuad, N.M., Mahanai S., Suarsini (1): 15-28.
E., Zubaidah S.. 2017. Improving
Ju i r Hi S s’ Criti a Nafiah, I dan Prasetyo,
Thinking Skills Based on Test Three A.P.B..2015. Analisis Kebutuhan
Different Models of Learning. Berpikir Kritis Siswa saat Pem-
Interna tional Journal of Instruction. belajaran IPA Kurikulum 2013 Ber-
10(1): 102-116. pendekatan Scientific. Unnes Journal
of Biology Education. 4(1): 53-59.
Hake, R. 1999. Analyzing
Change/ Gain Scores. Journal Norris, S.P. dan Ennis R.. 1989.
Departement. Of Physic Indiana Evaluating Critical Thinking. Pacific
University. 16(7): 1-4. Grove, CA : Midwest Publications.

Hasruddin. 2009. Memaksimal- Pramudyo, A. 2014. Mem-


kan Kemampuan Berpikir melalui persiapkan Sumber Daya Manusia
Pendekatan Kontekstual. Jurnal Indonesia dalam Menghadapi
Tabularasa PPS Unimed. 6(1): 48-60. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun
2015. Jurnal of Business
Hilda, L. 2015. Pendekatan Management and Accounting. 2(2):
Saintifik pada Proses Pembelajaran 92-100.
(Telaah Kurikulum 2013). Jurnal
Darul Ilmi. 3(1): 70-84. Purwaningsih, E., Fadiawati N.
dan Kadaritna N.. 2014. Penggunaan
Kowiyah.2012. Kemampuan Ber- Pendekatan Scientific pada Pem-
pikir Kritis. Jurnal Pendidikan. 3(5): belajaran Kesetimbangan Kimia
175-179. dalam Meningkatkan Keterampilan
Elaborasi. Jurnal Pendidikan dan
Moeed, A. 2013. Science Inves- Pembelajaran Kimia. 3(1): 1-14.
tigation That Best Supports Student
L ar i : T a rs’ U d rsta di Purwanto, M.N. 2008. Prinsip-
Science Investigation. International prinsip dan Teknik Evaluasi Belajar.
Journal of Enviromental and Science Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Education. 8: 537-559.
Rismalinda. A., Fadiawati N.,
Miri, B., David B.C., Uri Z. dan Rudibyani R.B.. 2014. Pem-
2007. Purposely Teaching for the belajaran Pendekatan Ilmiah dalam
Promotion of Higher-order Thinking Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Skills: A Case of Critical Thinking. Lancar pada Materi Kesetimbangan
112| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.3 Edisi Desember 2016, 98-112

Kimia. Jurnal Pendidikan dan Pem- Stadium Generale dan Seminar


belajaran Kimia. 3(1): 1-15. Nasional Pendidikan MIPA, UNILA,
Roestiyah 1985. Strategi Belajar Bandarlampung 12 September 2015.
Mengajar: Salah Satu Unsur Pelak-
sanaan Strategi Belajar Mengajar : Suyanti, R.D. 2010. Strategi
Teknik Penyajian. Jakarta: Rineka Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu:
Cipta. Yogyakarta.

Rosana, L.N. 2014. Pengaruh Tilaar, H.A.R. 2011. Pedagogik


Metode Pembelajaran dan Ke- Kritis, Perkembangan di Indonesia.
mampuan Berpikir Kritis terhadap Rineka Cipta: Jakarta.
Hasil Belajar Sejarah Siswa. Jurnal
Pendidikan Sejarah. 3(1): 34-44. Tim Penyusun 2013. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Rudyanto, H.E.2014. Model Republik Indonesia Nomor 81A tahun
Discovery Learning dengan Pen- 2013 tentang Implementasi
dekatan Saintifik Bermuatan Karak- Kurikulum. Jakarta: Kementerian
ter untuk Meningkatkan Kemampuan Pendidikan dan Kebudayaan.
Berpikir Kreatif. Premium Edu-
candum. 4(1): 41-48. Utami, R.R., Fadiawati N., dan
Tania L.. 2014. Pendekatan Ilmiah
Rukiah. 2015. Strategi Pengem- pada Materi Larutan Elektrolit dan
bangan SDM Syariah Menghadapi Nonelektolit dalam Meningkatkan
Pasar Global. Jurnal Ilmu Manajemen Kepekaan Siswa. Jurnal Pendidikan
dan Bisnis Islam. 1(2): 105-121. dan Pembelajaran Kimia. 3(2): 1-15.

Saputra, H.A., N. Fadiawati, dan Wahyuni, E., Fadiawati N., dan


Rudibyani R.B.. 2014. Pembelajaran Kadaritna N.. 2014. Penggunaan
menggunakan Pendekatan Ilmiah Pendekatan Scientific pada Pem-
dalam Meningkatkan Keterampilan belajaran Kesetimbangan Kimia
Mengevaluasi Materi Kesetimbangan dalam Meningkatkan Keterampilan
Kimia. Jurnal Pendidikan dan Fleksibilitas. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia.3(1): 1-15. Pembelajaran Kimia. 3(1): 1-15.

Saragih, S. 2008. Mengembang- Wibowo, W.P. 2017. Pengem-


kan Keterampilan Berfikir Mate- bangan Diri dalam Menghadapi
matika. Makalah dipresentasikan pada Pasar Kerja di Era Global. Makalah
seminar Pendidikan Matematika di disajikan dalam seminar nasional
UNY, Yogyakarta pada tanggal 28- fakultas ekonomi Universitas Islam
12-2008: 310-32. Malang, Malang 21 Januari.

Sudjana.2005. Metode Statistika. Wiyanto. 2006. Pengembangan


Bandung : Tarsito. Kemampuan Merancang Kegiatan
Laboratorium Fisika berbasis Inkuiri
Sunarno, W. 2015. Kontribusi Bagi Mahasiswa Calon Guru. Jurnal
Pendidikan IPA dalam Menyiapkan Pendidikan dan Pengajaran IKIP
Generasi Kreatif di Era Kompetisi Negeri Singaraja. 39 (2): 422-436.
Global. Makalah disajikan dalam

You might also like