You are on page 1of 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal FKIP Universitas Mataram (Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan)

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KAUSALITIK DALAM
MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK

Imam Al Anshori*, Joni Rokhmat, I Wayan Gunada


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: imamalanshory96@gmail.com

DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jpft.v5i2.1215

Abstract - This study aims to determine the effect of causal learning models on the creativity of class X
students of MAN 2 Mataram academic year 2018/2019. The type of research used was quasi-
experimental design with untreated control group design with pretest-and posttest. The population in
this study were all students of class X MIA MAN 2 Mataram. The research sample was taken by using
purposive sampling technique, so that students of class X MIA 6 were selected as many as 33 people as
the experimental class and the X MIA 5 class as many as 34 people as the control class. The experimental
class was given treatment in the form of causal learning models and control classes using conventional
learning. The instrument used to measure the creativity of students in the form of a description test as
many as 6 items. The research hypothesis was tested using the t-test with a significance level of 5%. The
results of the t-test obtain a t-count value of 5.02 smaller than t_table which is equal to 2.00 (H0 is
rejected and Ha is accepted). So it can be concluded that there is the influence of causal learning models
on the creativity of students. This result can be proven by the N-gain test, where there is an increase in
creativity by 37% for the experimental class and the control class by 19% with the medium category.

Keywords: Causalitic Learning Model; Causality; Creativity


PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan serta teknologi untuk memiliki keterampilan abad ke-21.
pada abad ke-21 berkembang cukup pesat Satu dari lima keterampilan abad ke-21 yang
dan mempengaruhi segala bidang kehidupan harus dimiliki peserta didik adalah
terutama di bidang pendidikan. kreativitas. Hal ini juga dikemukakan oleh
Perkembangan ini memunculkan tantangan Rawat et. al. (2012) yang menyatakan
baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. kemampuan berpikir kreatif merupakan
Salah satu cara untuk mengahadapai salah satu tujuan utama seluruh pendidikan
tentantangan tersebut adalah dengan di dunia. Kreativitas dapat dipandanga
membekali peserta didik dengan sebagai process, product, person, dan press.
keterampilan-keterampilan tertentu. Sebagai process kreativitas berarti
Menurut Saavedra & Opfer (2012:4) kemampuan berpikir untuk membuat
terdapat lima keterampilan yang harus kombinasi baru, sebagai product kreativitas
dimiliki oleh peserta didik pada abad ke-21 diartikan sebagai karya baru, berguna, dan
yaitu, kreativitas serta inovasi, berpikir kritis dapat dipahami oleh masyarakat pada waktu
(critical thinking), pemecahan masalah tertentu, sebagai person kreativitas berarti
(problem solving), pengambilan keputusan ciri-ciri kepribadian non kognitif yang
(decision making), dan metakognitif. Sejalan melekat pada orang kreatif, dan sebagai
dengan itu Trilling & Fadel (2009) press artinya pengembangan kreativitas itu
menyatakan bahwa penguasaan terhadap ditentukan oleh faktor lingkungan baik
keterampilan tersebut memungkinkan internal maupun ekternal (Aziz, 2009).
penguasaan terhadap keterampilan dan Sejalan dengan itu Munandar (2012)
kompetensi lain yang diperlukan untuk menjelaskan keempat hal tersebut saling
keberhasilan kehidupan di abad ke-21. Oleh berhubungan antara satu sama lain, pribadi
karena itu sangat penting bagi peserta didik kreatif yang melibatkan diri dalam proses

205
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan antara konsep fisika karena rendahnya
dari lingkungan, akan menghasilkan produk kreativitas. Proses pembelajaran yang masih
kreatif. bersifat teacher centered menjadi salah satu
Kreativitas yang dimiliki oleh sebab rendahnya kreativitas peserta didik.
peserta didik dapat membantu peserta didik Kurang aktifnya peserta didik dalam
untuk berkambang dalam proses kegiatan pembelajaran mengakibatkan
pembelajaran di kelas terutama pada proses pembelajaran fisika hanya berfokus
pembelajaran fisika. Keterampilan berpikir pada penyelesaian contoh soal. Hal ini sesuai
kreatif mampu mambantu siswa untuk dengan pendapat Rokhmat (2015) yang
memahami suatu informasi berupa gagasan, menyatakan bahwa guru memiliki
konsep, teori, dan sebagainya (Gunawan, kecenderungan untuk memperkenalkan
2017). Menurut Gunawan et. al. (2015) fisika sejumlah persamaan (rumus) pada
merupakan bagian dari sains yang fenomena-fenomena terkait. Kegiatan
memfokuskan kajiannya pada materi, pembelajaran yang berfokus pada
energi, dan hubungan antara keduanya. penyelesaian soal menggunkan persamaan
Dalam pembelajaran fisika peserta didik tidak melatih kreativitas peserta didik.
dihadapkan dengan banyak konsep-konsep Selain itu tes inteligasi maupun tes prestasi
fisika yang saling berhubungan satu dengan belajar kebanyakan hanya meliputi tugas-
yang lain. Untuk dapat memahami hubungan tugas yang harus dicari jawaban yang benar
antara konsep-konsep fisika tersebut maka atau berpikir konvergen (Munandar, 2012).
dibutukan kreativitas. Munandar (2012) Keadaan ini mengakibatkan kemampuan
menyatakan bahwa kreativitas adalah berpikir divergen dan kreatif, yaitu
kemampuan untuk membuat kombinasi menjajaki berbagai kemungkinan jawaban
baru, berdasarkan data, informasi atau atas suatu masalah sangat jarang diukur
unsur-unsur yang ada. Sejalan dengan itu sehingga pengembangan kemampuan
Fitriani. et al. (2017) juga menyatakan kreativitas peserta didik diabaikan.
bahwa kreativitas adalah kemampuan yang Berdasarkan permasalahan di atas
dimiliki siswa yang digunakan dalam maka dibutuhkan model pembelajaran yang
menyelesaikan suatu permasalahan melaui lebih efektif dalam meningkatkan kreativitas
pengetahuan yang dimilikinya untuk peserta didik. Menurut Gunawan et. al.
menemukan banyak kemungkinan jawaban (2015) pembelajaran harus dirancang
terhadap suatu masalah. Berdasarakan mampu merangsang peserta didik untuk
peryataan di atas diketahui bahwa kreativitas berpikir dan mendorong menggunakan
peserta didik dapat mempengaruhi hasil pikirannnya secara sadar untuk memecahkan
belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan masalah. Pembelajaran yang baik juga harus
pendapat yang menyatakan bahwa mampu mendukung siswa untuk berpikir
kreativitas merupakan suatu proses mental ilmiah (Gunawan, 2015). Salah satu cara
individu yang melahirkan gagasan, proses, untuk dapat mengembangkan kreativitas
metode ataupun produk baru yang efektif peserta didik adalah dengan melatih peserta
dalam berbagai bidang (Rachmawati, 2012). didik untuk berpikir kausalitik. Menurut
Hasil Observasi yang dilakukan di Helmi et. al. (2017) berpikir kausalitik
MAN 2 Mataram menunjukan bahwa hasil terdiri dari berpikir kausalitas dan analitik.
belajar peserta didik masih kurang. Hasil Rokhmat et. al. (2013a) menyatakan dalam
belajar peserta didik yang demikian patut berpikir kausalitas peserta didik dituntut
diduga terjadi akibat kurangnya untuk mampu menentukan komponen
kemampuan dalam memahami hubungan penyebab dan berdasarkan pada kondisi
206
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
penyebab tersebut, peserta didik dituntut Indikator Kreativitas (IK) yang
untuk mampu memprediksi semua peristiwa diukur terdiri dari empat indikator yaitu
(akibat) yang berpeluang terjadi secara sebagai berikut: IK-1 berpikir lancar
deduktif. Sedangkan saat berpikir analitik, (fluency), IK-2 berpikir luwes (flexibility),
peserta didik dituntut mampu untuk IK-3 berpikir orisinil (originality). dan IK-4
mengidentifikasi bagaimana kondisi dari berpikir terperinci (elaboration). Rokhmat
penyebab-penyebab yang dapat et. al. (2017:163) menjelaskan bahwa
menimbulkan suatu peristiwa atau akibat kefasihan menunjukkan berapa banyak
tertentu berdasarkan pada pengetahuan yang jawaban yang diprediksi peserta didik,
sudah dimiliki yang meliputi konsep, fleksibilitas terkait dengan bagaimana
prinsip, teori, atau hukum-hukum fisika tingkat kesulitan jawaban yang dirancang,
(Rokhmat et. al,. 2012). orisinalitas ditunjukkan dari tambahan
Berdasarkan pertimbangan tersebut jawaban yang ditulis oleh peserta didik, dan
peneliti berkeinginan menggunakan teknik elaborasi ditunjukkan dari bagaimana
berpikir kausalitik dalam meningkatkan peserta didik membangun ide-ide mereka.
kreativitas namun bukan sebagai pendekatan Instrumen tes kreativitas sebelum
berpikir melainkan digunakan sebagai digunakan dalam penelitian harus memenuhi
model pembelajaran. Sehingga patut diduga beberapa syarat yaitu uji validitas,
model pembelajaran kausalitik dapat reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
meningkatkan kreativitas peserta didik. pembeda soal. Uji analisis data yang
Menurut Rokhmat (2018) tahapan-tahapan digunakan dalam penelitian ini yaitu
kegiatan pembelajaran pada model menggunakan uji-t dengan taraf signifikan
pembelajaran kausalitik terdiri dari 4 fase 5% dan derajat kebebasan (𝑛1 + 𝑛2 ) − 2
pembelajaran yaitu: (1) Fase orientasi (2) dan digunakan pula uji N-gain untuk
Fase eksplorasi dan pengembangan konsep mengetahui peningkatan kreativitas per-
kausalitas (3) Fase penyusunan argumen (4) indikator pada kelas eksperimen maupun
Fase evaluasi. kelas kontrol.
Peneltian ini dilaksanakan dalam
METODE PENELITIAN lima kali pertemuan, pertemuan pertama dan
Jenis penelitian yang dilakukan kelima digunakan untuk pretest dan
adalah quasi experimental dengan desain posttest. Kelas eksperimen diberi perlakuan
untreated control group design with pretest- model pembelajaran kausalitik, sedangkan
and posttest. Pepulasi penelitian ini adalah pada kelas kontrol menggunakan
seluruh peserta didik kelas X MIA MAN 2 pembelajaran konvensional. Kedua kelas
Mataram dengan teknik pengambilan kemudian diberikan pembelajaran selama 3
sampel menggunakan purposive sampling, kali pertemuan dengan alokasi waktu per
sehingga diperoleh X MIA 5 yang berjumlah pertemuan selama 135 menit atau 3 jam
34 peserta didik sebagai kelas kontrol dan X pelajaran pada materi usaha dan energi.
MIA 6 yang bertujuan 33 peserta didik
sebagai kelas eksperimen. Variabel dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu Penelitian ini bertujuan untuk
model pembelajaran kausalitik, variabel mengetahui pengaruh model pembelajaran
terikat yaitu kreativitas peserta didik, serta kausalitik terhadap kreativitas peserta didik.
variabel kontrol yaitu materi ajar, guru yang Penelitian dilakukan dengan pemberian
mengajar, dan alokasi waktu pembelajaran. perlakuan berupa model pembelajaran
kausalitik pada kelas eksperimen dan
207
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
penggunaan pembelajaran konvensional Rendahnya nilai rata-rata pretest
pada kelas kontrol. Hasil penelitian kreativitas peserta didik dapat disebabkan
dianalisis berdasarkan hasil pretest dan oleh beberapa hal, antara lain peserta didik
posttest pada kedua kelas sampel. belum memperoleh materi usaha dan energi
Hasil penelitian berdasarkan pretest sesui dengan jenjangnya serta tidak
kreativitas peserta didik kelas kontrol terbiasanya peserta didik untuk berpikir
maupun kelas eksperimen menunjukan terbuka dalam menyelesaiakan suatu
bahwa kreativitas peserta didik sebelum permasalahan. Data hasil pretest kreativitas
diberikan perlakuan masih rendah. Hal ini kedua kelas dianalisis untuk mengetahui
dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest homogenitas data. Hasil pertest kreativitas
kreativitas peserta didik pada kedua kelas. peserta didik kelas eksperimen dan kelas
Nilai rata-rata pretets kreativitas untuk kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
eksperimen yaitu 52 dan untuk kelas kontrol
adalah 36.

Tabel 1. Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol


2
Kelas Jumlah Siswa (N) Nilai Max. Nilai Min. Rata-rata s Varians
Eksperimen 33 79 35 53 14,78
Kontrol 34 74 6 36 15,30 Homogen

Tabel 1 menunjukan bahwa data hasi kausalitik dilakukan posttest dengan materi
pretest kreativitas kelas eksperimen dan dan bobot soal yang sama seperti yang
kelas kontrol homogen. Berdasarkan uji diberikan pada pretest. Hasil posttest
homogenitas dapat disimpulkan bahwa kreativitas peserta didik yang dianalisis
kreativitas peserta didik setara sebelum menunjukan nilai rata-rata kelas eksperimen
diberikan perlakuan. Hal ini sesuai dengan yaitu 71 lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas
pendapat Herawati et al. (2010) uji kontrol yaitu 48. Data posttest kreativitas
homogenitas berfungsi untuk mengetahui kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji
kesetaraan kemampuan awal kedua kelas. normalitasnya sebagai prasyarat uji
Untuk mengukur pengaruh hipotesis. Hasil posttest kreativitas peserta
peningkatan kreativitas peserta didik setelah didik kelas eksperimen dan kelas kontrol
diberi perlakuan model pembelelajaran dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Kelas Jumlah Siswa (N) Nilai Max. Nilai Min. Rata-rata 𝝌𝟐 Data
Eksperimen 33 97 42 71 4,25
Normal
Kontrol 34 93 15 48 3,44

Tabel 2 menunjukan bahwa data hasi data menjadi syarat untuk menentukan jenis
posttest kreativitas kelas eksperimen dan statistk apa yang dipakai dalam analisaan
kelas kontrol normal ditentukan dari nilai chi selanjutnya.
kuadrat data kedua kelas. Berdasarkan uji Analisis uji hipotesis yang digunakan
normalitas dapat disimpulkan bahwa data adalah uji-t. Adapun hasil uji hipotesis
posttest kreativitas peserta didik dapat diperoleh nilai thitung lebih besar dari ttabel
digunakan untuk melakukan uji hipotesis. yaitu 5,02 > 2,00. Hasil ini menunjukkan
Hal ini sesuai dengan pendapat Sundayana bahwa model pembelajaran kausalitik
(2016) yang menyatakan normalitas sebaran berpengaruh dalam peningkatan kreativitas

208
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
peserta didik. Peningkatan kreativitas Sejalan dengan pendapat Sahidu et. al.
peserta didik setelah diberikan perlakuan (2018) yang menyatakan bahwa kreativitas
model pembelajaran kausalitik disebabkan muncul karena adanya perhatian dan
karena penerapan model kausalitik mampu aktifitas-aktifitas mental seperti mengajukan
meningkatkan aktifitas belajar peserta didik pertanyaan, mempertimbangkan informasi-
dimana peserta didik dilatih untuk informasi baru dan ide-ide yang tidak
menyelesaiakn pemasalahan yang bersifat biasanya dengan suatu pikiran terbuka.
kausalitik dan membutukan jawaban lebih Peningkatan kreativitas peserta didik
dari satu. Hal ini didukung oleh pendapat lebih lanjut dapat dilihat dari hasil uji N-gain
Rokhmat (2015) menjelaskan bahwa per-indikator. Hasil uji N-gain secara
pendekatan berpikir kausalitas berpusat pada keseluruhan indikator kreativitas pada kelas
aktivitas peserta didik. eksperimen menunjukan nilai yang lebih
Akitivitas peserta didik pada kelas besar dibanding kelas kontrol. Hasil uji N-
eksperimen berlangsung ketika peserta didik gain kreativitas peserta didik pada kelas
menyelesaikan Lember Kerja Peserta Didik eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
(LKPD) dan pada saat kegiatan diskusi. pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Data Hasil Uji N-Gain Kreativitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
N-Gain per Indikator Kreativitas
Kelas N-Gain Total Kriteria
IK-1 IK -2 IK -3 IK -4

Eksperimen 58% 26% 31% 34% 37% Sedang


Kontrol 37% 14% 12% 16% 19% Kurang

Berdasarakan Tabel 3, terlihat didik. Hal ini didukung oleh pendapat


presentase peningkatan kreativitas peserta Rokhmat (2013b) yang menyatakan bahwa
didik pada kelas eksperimen lebih baik kelebihan proses berpikir kausalitas dan
dibanding kelas kontrol untuk setiap analitik adalah memiliki lima kelebihan
indikator. Peningkatan kreativitas pada kelas yaitu: 1) peserta didik akan terlatih untuk
eksperimen termasuk dalam kategori menganalisis fenomena fisika, 2) memahami
sedang, sementara peningkatan pada kelas konsep secara menyeluruh, 3) berpikir
kontrol termasuk kategori kurang. secara kritis dan sintesis, 4) berpikir secara
Perbedaan hasil peningkatan pada kedua divergen, dan 5) menjawab permasalahan
kelas dikarenakan perbedaan perlakuan yang berdasarkan konsep fisika. Lima kelebihan
diberikan, dimana pada kelas kontrol model pemebelajaran kausalitik di atas dapat
diterapkan pembelajaran konvensional dan menfsilitasi berkembanya setiap indikator
pada kelas eksperimen diterapkan model kreativitas yang diukur.
pembelajaran kausalitik. Indikator kreativitas pada kelas
Penerapan model pembelajaran kontrol yang mengalami peningkatan dalam
kausalitik pada kelas eksperimen membuat kategori sedang adalah IK-1, sedangkan
kreativitas peserta didik berkembang lebih indikator IK-2, IK-3, dan IK-4 mengalami
baik. Hal ini dapat terjadi karena dalam peningkatan pada kategori rendah. Berbeda
kegiatan pembelajaran kausalitik peserta dengan kelas kontrol pada kelas eksperimen
didik dilatih untuk berpikir kausalitas dan indikator kreativitas yang mengalami
analitik. Berpikir kausalitas dan analatik peningkatan dengan kategori sedang adalah
dapat meningkatakan kreativitas peserta IK-1, IK-3, dan IK-4, sedangkan

209
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
peningkatan indikator IK-2 berada pada peningkatan indikator berpikir luwes ini
kategori rendah. Pada kelas kontrol masih rendah karena perserta didik
indikator kreativitas juga mengalami cenderung tidak menambahkan konsep-
peningkatan pada setiap indikator, Hal ini konsep fisika yang terkait dalam menjawab
menunjukan bahwa pembelajaran pesoalan yang diberikan.
konvensional juga mampu dalam Hasil penelitian di atas sesui dengan
meningkatakan kreativitas peserta didik. pendapat Rokhamt et al. (2017), Meyer &
Adapun rendanya peningkatan kreativitas Lederman (2015), Anwar et al. (2012) yang
peserta didik pada kelas kontrol disebabkan menyatakan bahwa proses berpikir
oleh kegiatan pembelajaran yang bersifat kausalitas mampu meningkatkan keempat
monoton dan pemberian soal-soal latihan indikator kreativitas. Hal ini didukung oleh
yang hanya berorentasi pada penggunaan pendapat Helmi et al. (2017) yang
persaman (rumus) sehingga pemahaman menyatakan bahwa salah satu kelebihan
terhadap konsep fisika dan kreativitas berpikir kausalitik ialah dapat merangsang
peserta didik dikesampingkan. peserta didik untuk berpikir terbuka dan
Pada kelas eksperimen peningkatan menyeluruh dalam menyelesaikan masalah,
indikator tertinggi terjadi pada indikator sehingga peserta didik dapat memiliki
pertama yakni berpikir lancar (fluency). Hal pengetahuan lebih untuk menyelesaikan
ini dikarenakan selama proses pembelajaran masalah fisika, serta dapat melatih peserta
peserta didik dibiasakan untuk didik untuk memahami makna konsep,
menyelesiakan soal-soal yang memiliki prinsip teori dan hukum fisika.
kemungkinan jawaban lebih dari satu atau Dalam pelaksaan penelitian terdapat
kemampuan berpikir divergen. Peningkatan beberapa faktor yang mengakibatkan hasil
selanjutnya terjadi pada indikator empat penelitian menjadi kurang maksimal. Faktor
yakni berpikir terperinci (elaboration). Hal pertama adalah kurang terbisanya pesert
ini dikarenakan model pembelajran kausaliti didik dengan model pembelajaran
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kausalitik, faktor kedua yaitu sulitnya
kritis dan sintesis peserta didik, sehingga peserta didik dalam memahami fenomena
peserta didik mampu memberikan fisika yang diajarkan.
penjelasan-penjelasan yang terpericih pada
setiap jawabanya. Selanjutnya peningkatan PENUTUP
juga terjadi pada indikator tiga yakni Pada taraf signifikan 5% model
berpikir orisinil (originality). Hal ini pembelajaran kausalitik berpengaruh dalam
dikarenakan model pembelajaran kausalitik peningkatan kreativitas peserta didik. Uji N-
mampu meningkatkan pemahaman konsep gain yang dilakukan didapatkan bahwa kelas
peserta didik secara menyeluruh sehingga eksperimen dan kelas kontrol mengalami
jawaban dari peserta didik lebih berfariasi peningkatan kreativitas per indikatornya,
karenan menggunakan bahasanya sendiri tetapi kelas ekperimen memiliki
tampa harus terpaku dengan bahasa buku. peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan
Kemudian indikator yang mengalami dengan kelas kontrol.
peningkatan adalah indikator dua yakni Model pembelajaran kausalitik ini
berpikir luwes (flexibility). Hal ini dapat diterapkan untuk meningkatkan
dikarenakan penerapan model pembelajaran kreativitas peserta didik dengan
kausalitik dapat melatih peserta didk untuk memperhatikan beberapa hal seperti alokasi
menjawab persoalan yang diberikan waktu selama pembelajaran,
menggunakan konsep-konsep fisika. Namun pengelompokkan peserta didik, tata bahasa
210
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
pada LKPD, serta pemaparan materi kepada Negeri 6 Palembang. Jurnal
peserta didik secara baik. Pendidikan Matematika, 4(1), 70-80.
Meyer, A. A., and Lederman, N. G. (2015).
REFERENSI “Creative Cognition on Secondary
Anwar, M., N., Aness, M., Kizar, A., Naseer, Science: An exploration of divergent
M., & Muhammad, G. (2012). thinking in science among
Relationship of creative thinking with adolescents”.International Journal of
the academic achievements of Science Education. Retrieved from:
secondary school students. http://dx.doi.org/10.1080/09500693.2
International Interdisciplinary 015.1043599.
Journal of Education, 1(3), 44. Munandar, U. 2012. Pengembangan
Aziz, R. 2009. Karakteristik Pribadi Kreatif Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
dan Kemampuan Menulis Rineka Cipta.
Kreatif. Anima, Indonesian Rachmawati, Y. 2012. Strategi
Psychological Journal, 24(2), 116- Pengembangan Kreativitas Pada
123. Anak. Prenada Media.
Gunawan, G., Harjono, A., & Sahidu, H. Rawat, K. J., Qazi, W., & Hamid, S. (2012).
2015. Pengembangan Model Creativity and education. Academic
Laboratorium Virtual Berorientasi Research International, 2(2), 264.
pada Kemampuan Pemecahan
Masalah bagi Calon Guru Fisika. Rokhmat, J. 2013a. Kemampuan Proses
Jurnal Materi dan Pembelajaran Berpikir Kausalitas dan Berpikir
fisika, 5(2), 41-46. Analitik Mahasiswa Calon Guru
Fisika. Jurnal Pengajaran
Gunawan. 2015. Model Pembelajaran Sains MIPA, 18(1), 78-86.
Berbasis ICT. Mataram: FKIP
Universitas Mataram. . 2013b. Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah
Gunawan. 2017. Keterampilan Berpikir Mahasiswa Calon Guru Fisika melalui
dalam Pembelajaran Sains. Mataram: Berpikir Kausalitas dan Analitik [The
Arga Puji Press. Increase of Problem-solving Ability of
Fitriani, N., Gunawan, G., & Sutrio, S. Physics Pre-service Student through
(2017). Berpikir Kreatif dalam Fisika Causality and Analytic
dengan Pembelajaran Conceptual Thinking]. Disertasi Doktor pada
Understanding Procedures (CUPs) Pendidikan IPA. Universitas
berbantuan LKPD. Jurnal Pendidikan Pendidikan Indonesia: tidak
Fisika dan Teknologi, 3(1), 24-33. diterbitkan.
Helmi, F., & Rokhmat, J. 2017. Pengaruh . 2015. Penerapan pendekatan
Pendekatan Berpikir Kausalitik Ber- berpikir kausalitik ber-scaffolding
scaffolding Tipe 2b Termodifikasi dalam meningkatkan KPM hukum
Berbantuan Lks Terhadap Newton tentang gerak. In Seminar
Kemampuan Pemecahan Masalah Nasional Fisika, 12(3), 76-82.
Fluida Dinamis Siswa. Jurnal . 2018. Model Pembelajaran
Pendidikan Fisika dan Kuasalitik. Mataram: Arg Puji Press.
Teknologi, 3(1), 68-75.
Rokhmat, J., Marzuki, M., Hikmawati, H., &
Herawati, O. D. P., Siroj, R. A., & Basir, M. Verawati, N. N. S. P. 2017. The Causal
D. 2010. Pengaruh Pembelajaran Model in Physics Learning with a
Problem Posing Terhadap Causalitic-thinking Approach to
Kemampuan Pemahaman Konsep Increase the Problem-solving Ability
Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA of Pre-service Teachers. Pertanika

211
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 5 No.2, Desember 2019
Journal of Social Science and
Humanities JSSH, 25(S), 153-168.
Rokhmat, J., Setiawan, A., & Rusdiana, D.
2012. Pembelajaran Fisika Berbasis
Proses Berpikir Kausalitas dan
Berpikir Analitik (PBK-BA), Suatu
Pembiasaan Berpikir Secara Terbuka.
In Seminar Nasional VII Pendidikan
Biologi, 9(1), 391-397.
Saavedra, A., & Opfer, V. 2012. Teaching
and Learning 21st Century Skills:
Lessons from the Learning Sciences. A
Global Cities Education Network
Report. New York, Asia Society.
Sahidu, H., Gunawan, G., Rokhmat, J., &
Rahayu, S. (2018). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Fisika
Berorientasi Pada Kreativitas Calon
Guru. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 4(1), 1-6.
Sundayana, R. 2016. Statistik Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Trilling, B., & Fadel, C. 2009. 21st century
skills: Learning for life in our times.
John Wiley & Sons.

212

You might also like