You are on page 1of 12

JPPM Vol. 10 No.

2 (2017)

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS SISWA
SMA DI BOGOR TIMUR
Leny Dhianti Haeruman1), Wardani Rahayu2) dan Lukita Ambarwati3)
Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

lenydhianti@yahoo.com

ABSTRACT
The study aims to see the effect of the application of discovery learning model in improving the ability of
critical thinking mathematically and students self-confidence. The population of this research is high school
students in East Bogor Regency. The sample of the research is the students of 10th grade Science Major
from 116 students. This research is a quasi experimental research with pretest and postest control group
research design. The instrument used is a matter of mathematical critical thinking and self-confidence
questionnaire test. Data analysis was performed on the normalized gain level between the two sample
groups. The result of this research are (1) There is an improvement of mathematical critical thinking ability
of students who are treated with discovery learning model is better than students who get conventional
learning; (2) There is an interaction between learning model and early math ability (KAM) to improving
students' mathematical critical thinking ability; (3) There is an improvement of mathematical critical
thinking ability in students with high KAM; (4) There is no improvement of mathematical critical thinking
ability in students with low KAM; (5) Increased self-confidence of students who are treated with discovery
learning model is better than students who received conventional learning; (6) There is an interaction
between learning model and math early ability to increase student self-confidence; (7) There is an
improvement of self-confident in students with high KAM; (8) There is no improvement of self-confidence
in students with low KAM.

Keywords: Critical Mathematical Thinking, Self Confidence, Discovery Learning, Prior Knowledge.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan model discovery learning untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis dan self-confidence siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA
Negeri di Kabupaten Bogor Timur. Sampel penelitiannya adalah siswa SMA Negeri kelas X MIPA yang
berjumlah 116 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain penelitian
pretest-postest control group design. Instrumen yang digunakan berupa soal tes kemampuan berpikir kritis
matematis dan lembar angket self-confidence. Analisis data dilakukan terhadap rataan gain ternormalisasi
antara dua kelompok sampel. Hasil penelitian ini adalah (1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang diberi perlakuan model discovery learning lebih tinggi daripada siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional; (2) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
awal matematika (KAM) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa; (3) Terdapat
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa dengan KAM tinggi; (4) Tidak terdapat
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa dengan KAM rendah; (5) Peningkatan self-
confidence siswa yang diberi perlakuan model discovery learning lebih tinggi daripada siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional; (6) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
awal matematika terhadap peningkatan self-confidence siswa, dan (7) Terdapat peningkatan self-confident
pada siswa dengan KAM tinggi; (8) Tidak terdapat peningkatan self-confidence pada siswa dengan KAM
rendah

Kata kunci: Kemampuan Berpikir Kritis Matematis, Self Confidence, Discovery learning,
Kemampuan Awal Matematika.

157
Leny Dhianti Haeruman, Wardani Rahayu dan Lukita Ambarwati

A. Pendahuluan
Masalah pendidikan merupakan hal dicapai peserta didik Indonesia ternyata juga
yang paling banyak dibicarakan sekarang lebih rendah apabila dibandingkan dengan
ini, terutama berkaitan dengan mutu beberapa negara lain dikawasan Asia seperti
pelajaran di sekolah yang mengalami Thailand (dengan rata-rata nilai 427), Korea
kemunduran. Tentu saja itu semua Selatan (554), Singapura (573), Jepang (536)
merupakan tantangan bagi para guru untuk bahkan Malaysia (421). Berdasarkan hasil
mengambil tindakan dalam mengoreksi PISA maka dapat diidentifikasikan bahwa
segala kelemahan yang ada. Perkembangan peserta didik Indonesia memiliki
matematika dapat memberikan kontribusi kemampuan berpikir kritis matematis yang
dalam perkembangan teknologi, informasi rendah karena peserta didik mengalami
dan komunikasi. Pelajaran matematika dapat kesulitan dalam menyelesaikan soal yang
meningkatkan kemampuan berpikir logis, menuntut peserta didik harus dapat
analitis, sistematis, kritis, kreatif dan merumuskan dan menafsirkan masalah
kemampuan kerjasama. Hal ini sejalan sehingga dapat menentukan strategi yang
dengan Mathematics Asssosiation of tepat dalam memecahkan masalah.
America ( Masduki, 2015), belajar Menurut Noor (2014), berpikir kritis
matematika harus mendorong peserta didik adalah sebuah konsep yang kompleks yang
mampu menerapkan konsep matematika melibatkan keterampilan kognitif dan
sederhana untuk menyelesaikan masalah kepercayaan diri, hal ini dapat juga
nyata serta mampu menghubungkan konsep, dipengaruhi oleh beberapa cara yang
ide, maupun prosedur matematika dengan digunakan guru dalam menyampaikan
topik-topik dalam matematika maupun di konsep materi kepada peserta didik. Berpikir
luar bidang matematika. kritis juga membutuhkan penalaran logis dan
Peserta didik banyak yang kemampuan untuk memisahkan fakta dan
menganggap bahwa pelajaran matemaika opini, memeriksa informasi kritis dan bukti
merupakan pelajaran yang menakutkan dan sebelum menerima atau menolak ide – ide
sulit untuk dipelajari. Kendati diakui bahwa pertanyaan sehubungan dengan masalah
matematika berguna bagi kehidupan sehari- yang akan diselesaikan. Hal senada
hari namun banyak orang yang belum bisa diungkapkan oleh Chukwuyenum (2013),
merasakan manfaatnya, kecuali dalam keterampilan berpikir kritis merupakan cara
berhitung praktis. yang efektif untuk meningkatkan
Permasalahan tersebut dikarenakan pemahaman peserta didik tentang konsep –
oleh model pembelajaran yang digunakan konsep matematika karena keterampilan ini
guru tidak mengaitkan dalam permasalahan dapat membantu dalam menafsirkan,
kehidupan sehari-hari. Guru biasanya menganalisis, mengevaluasi dan penyajian
mengajarkan dengan memberitahukan tanggal secara logis dan berurutan. Berpikir
rumus yang sudah jadi tanpa dijelaskan kritis (critical thinking) sering disamakan
darimana rumus itu berasal, sehingga artinya dengan berpikir konvergen, berpikir
kemampuan berpikir kritis peserta didik logis (logical thinking), dan reasoning.
Indonesia berada pada level rendah. Hal ini Menurut Kusumaningsih (2011), berpikir
terlihat dari rendahnya hasil PISA kritis bukan sekedar berpikir logis sebab
(Programme for International Student berpikir kritis harus memiliki keyakinan
Assesment). dalam nilai-nilai, dasar pemikiran, dan
Hasil studi yang dilakukan percaya sebelum didapatkan alasan yang
PISA(2012), Indonesia berada diperingkat logis dari padanya. Jadi ketika seseorang
ke-64 dari 65 negara peserta dengan skor telah berpikir kritis maka ia pun telah
rata-rata matematika yang dicapai hanya 375 berpikir logis, sebab di dalam berpikir kritis
jauh dibawah rata – rata internasional PISA membutuhkan pemikiran – pemikiran yang
yang mencapai 500 (PISA, 2012). Nilai yang logis. Tetapi seseorang yang telah berpikir

158
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

logis belum tentu ia juga telah berpikir kritis, serta mempertimbangkan dan mengevaluasi
sedangkan menurut Johnson (2009), berpikir informasi. Sedangkan tujuannya untuk
kritis merupakan sebuah proses terarah dan mengambil keputusan.
jelas yang digunakan dalam kegiatan mental Krathwohl (Suherman, 2003)
seperti memecahkan masalah, mengambil mengungkapkan bahwa proses
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dan melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan disadari, maka perubahan tingkah laku siswa
Robert H. Ennis memberikan sebuah definisi dalam bidang afektif pun harus disadari, baik
sebagai berikut, “Critical thinking is oleh guru maupun siswa itu sendiri.
reasonable, reflective thinking that is Krathwohl juga mengungkapkan banyak
focused on deciding what to believe and do” faktor efektif yang dapat dinilai, sikap
yang artinya berpikir kritis adalah berpikir percaya diri atau self-confidence sendiri
secara beralasan dan reflektif dengan merupakan salah satu aspek yang dapat
menekankan pembuatan keputusan tentang dinilai dalam kegiatan pembelajaran
apa yang harus dipercayai atau dilakukan. matematika. Menurut Ficha (2017) self-
Berpikir kritis merupakan jenis pemikiran confidence adalah keyakinan diri sendiri
yang erat berasosiasi dengan penalaran, terhadap kemampuan dan kelebihan yang
pengambilan keputusan dan pemecahan dimiliki siwa sehingga mampu
masalah. Berpikir kritis didasarkan dengan menyelesaikan suatu permasalahan yang
penalaran untuk menarik kesimpulan diberikan dengan cara penyelesaian yang
tentang gagasan suatu peristiwa dan baik dan efektif sesuai dengan aspek yang
melibatkan berbagai proses kognitif . diamati. Self-confidence merupakan modal
Dari beberapa pendapat, kemampuan dasar untuk sukses disegala bidang. Dengan
berpikir kritis matematis adalah kemampuan kepercayaan diri yang tinggi siswa akan
dalam mengidentifikasi, menghubungkan, lebih bersemangat dan fokus terhadap tujuan
menganalis, mengevaluasi dan memecahkan hidupnya. Jadi dapat dikatakan bahwa aspek
masalah matematika. Berpikir kritis self-confidence sangat penting untuk
matematis adalah kemampuan intelektual dimiliki setiap siswa.
seseorang dalam memahami suatu masalah Menurut Ragunathan (2000), percaya
matematik, menganalisis masalah, dan diri adalah langkah utama untuk kemajuan,
memutuskan pemecahan masalah yang pencapaian pembangunan, dan kesuksesan.
sesuai. Berpikir kritis matematis merupakan Bahkan jika seseorang mempunyai banyak
proses berpikir secara tepat, terarah, kemampuan dan pengetahuan, tetapi tidak
beralasan, dan reflektif dalam pengambilan memiliki kepercayaan diri maka ia tidak bisa
keputusan yang dapat dipercaya. Berpikir sukses. Tapi, sebaliknya, jika seseorang
kritis berarti berpikir tepat dalam pencarian hanya memiliki kemampuan dan
relevansi dan andal tentang ilmu pengetahuan rata-rata, tetapi memiliki
pengetahuan dan nilai-nilai tentang dunia. percaya diri yang tak ada habisnya,
Seseorang yang berpikir kritis dapat kemungkinan besar ia akan mencapai apa
mengajukan pertanyaan dengan tepat, yang ingin diinginkan.
memperoleh informasi yang relevan, efektif, Menurut Lauster (2011), aspek-aspek
dan kreatif dalam memilah-milah informasi, kepercayaan diri adalah sebagai berikut:(1)
alasan logis dari informasi, sampai pada Keyakinan kemampuan diri, keyakinan
kesimpulan yang dapat dipercaya dan kemampuan diri adalah sikap positif
meyakinkan tentang dunia yang seseorang tentang dirinya merupakan
memungkinkan untuk hidup dan beraktifitas keyakinan kemampuan diri. Ia mampu
dengan sukses di dalamnya. Jadi berpikir secara sungguh-sungguh akan apa yang
kritis dapat diartikan sebagai proses dilakukannya; (2) Optimis, optimis adalah
penggunaan keterampilan berpikir secara sikap positif yang dimiliki seseorang yang
aktif dan rasional dengan penuh kesadaran selalu berpandangan baik dalam

159
Leny Dhianti Haeruman, Wardani Rahayu dan Lukita Ambarwati

menghadapi segala hal tentang diri dan rendah akan rentan mengalami rasa
kemampuannya. Selalu yakin kalau dirinya pesimisme terhadap sesuatu yang dialami
pasti mampu dalam menghadapi masalah; dan cenderung akan menyalahkan orang
(3) Objektif, seseorang yang memandang lain. Hal yang demikian juga dapat terjadi
permasalahan sesuai dengan kebenaran yang pada peserta didik yang akan menyebabkan
semestinya, bukan menurut dirinya; (4) motivasi belajarnya menjadi terhambat dan
Bertanggung jawab, bertanggung jawab cenderung untuk menempuh segala cara
adalah kesediaan seseorang untuk untuk menghindari kegagalan yang akan
menanggung segala sesuatu yang telah dialaminya.
menjadi konsekuensinya; (5) Rasional dan Menurut Astuti (2015) mengartikan
realistis, rasional dan realistis adalah analisis bahwa Kemampuan adalah kesanggupan,
terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan
suatu kejadian dengan menggunakan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga
pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan dan Sri Hadiati (2001) mendefenisikan
sesuai dengan kenyataan. kemampuan sebagai suatu dasar seseorang
Berdasarkan beberapa pendapat di yang dengan sendirinya berkaitan dengan
atas, maka self-confidence adalah keyakinan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau
yang membentuk pemahaman dan perasaan sangat berhasil. Kemampuan awal
siswa tentang kemampuannya dalam aspek- merupakan hasil belajar yang didapat
aspek keyakinan kemampuan diri, optimis, sebelum mendapat kemampuan yang lebih
objektif, bertanggung jawab serta berpikir tinggi. Kemampuan awal peserta didik
rasional dan realistis. Sikap percaya diri merupakan prasyarat untuk mengikuti
adalah sikap positif seseorang individu pembelajaran sehingga dapat melaksanakan
untuk merasa memiliki kompetensi, proses pembelajaran dengan baik.
kemampuan serta keyakinan, dan percaya Kemampuan seseorang yang diperoleh dari
diri bahwa dia bisa mengembangkan pelatihan selama hidupnya, dan apa yang
penilaian positif terhadap diri sendiri dibawa untuk menghadapi suatu
ataupun terhadap lingkungan/situasi yang pengalaman baru. Menurut Astuti (2015)
dihadapinya untuk mencapai tujuan yang yang mengatakan bahwa “kemampuan awal
diinginkan prasyarat awal untuk mengetahui adanya
Peserta didik yang memiliki self- perubahan”.
confidence yang tinggi akan cenderung Menurut Hanun (2012), kemampuan
memiliki kestabilan dalam belajar. awal matematika adalah kemampuan
Kepercayaan diri tumbuh dalam diri setiap kognitif yang telah dimiliki siswa sebelum ia
individu. Hal ini berarti dengan rasa percaya mengikuti pelajaran matematika yang akan
diri dapat mendorong seorang individu diberikan dan merupakan prasyarat baginya
untuk mewujudkan harapan dan cita-cita, dalam mempelajari pelajaran baru atau
karena tanpa adanya rasa percaya diri maka pelajaran lanjutan. Kemampuan awal
seseorang akan cenderung ragu-ragu dalam dikenal sebagai prasyarat penting untuk
mengambil tindakan dan pengambilan konstruksi pengetahuan individu dan hasil
keputusan dan hal ini dapat merugikan diri belajar. Peserta didik dapat mengkonstruksi
sendiri dan orang lain. Percaya diri akan pengetahuan baru berdasarkan kemampuan
menimbulkan rasa aman, dua hal ini akan awal yang telah dimilikinya. Peserta didik
tampak pada sikap dan tingkah laku dapat menghubungkan berbagai
seseorang yang terlihat tenang, tidak mudah pengetahuan yang telah dimilikinya untuk
bimbang atau ragu-ragu, tidak mudah gugup, mengkontstruksi pengetahuan baru.
dan tegas. Percaya diri juga menimbulkan Reigeluth (1983) menjelaskan bahwa
rasa optimisme terhadap berbagai macam kemampuan awal merupakan seluruh
keadaan yang akan dihadapi. Ketika kompetensi pada level bawah (sub tugas-
individu memiliki sikap percaya diri yang tugas) yang seharusnya telah dikuasai

160
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

sebelum siswa memulai suatu rangkaian dalam kelompok belajarnya, bahkan dalam
pembelajaran khusus untuk mengerjakan menjawab pertanyaan dari guru. Hal itu
kompetensi di atas kemampuan awal. menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
Kemampuan awal juga bisa disebut kritis matematis dan self-confidence siswa
dengan prior knowledge (PK). Prior dalam belajar matematika masih rendah.
Knowledge merupakan langkah penting di Dalam upaya meningkatkan
dalam proses belajar, dengan demikian kemampuan berpikir kritis matematis siswa
setiap guru perlu mengetahui tingkat PK dan self-confience siswa, terdapat banyak
yang dimiliki para peserta didik. Dalam hal yang dapat membantu proses
proses pemahaman, PK merupakan faktor pembelajaran dalam pencapaian tujuan
utama yang akan mempengaruhi pembelajaran matematika itu sendiri. Salah
pengalaman belajar bagi para peserta didik. satu cara yang dapat dilakukan adalah
Dalam proses belajar, PK merupakan dengan memilih model pembelajaran yang
kerangka di mana peserta didik menyaring sesuai. Model pembelajaran yang baik
informasi baru dan mencari makna tentang adalah model yang disesuaikan dengan
apa yang sedang dipelajari olehnya. Proses materi yang akan disampaikan, kondisi
membentuk makna melalui membaca peserta didik, sarana yang tersedia dan
didasarkan atas PK di mana peserta didik penguasaan kompetensi. Suatu model
akan mencapai tujuan belajarnya. Dari pembelajaran mempunyai spesifikasi
uraian tersebut, kemampuan awal tersendiri, artinya suatu model pembelajaran
merupakan prasyarat yang harus dimiliki yang cocok untuk suatu materi belum tentu
peserta didik sebelum memasuki cocok untuk materi yang lain.
pembelajaran materi pelajaran berikutnya Saat ini banyak model pembelajaran
yang lebih tinggi. yang digunakan dalam kurikulum 2013,
Kemampuan berpikir kritis dan self- salah satunya adalah model pembelajaran
confidence siswa yang rendah juga terjadi di discovery learning. Model pembelajaran
SMA Negeri 1 Jonggol. SMA Negeri 1 discovery learning menuntut peserta didik
Jonggol merupakan sekolah yang memiliki belajar secara aktif, dimana pembelajaran
karakteristik seperti SMA pada umumnya. tidak hanya dinilai dari hasil, melainkan dari
Hal ini dapat diketahui dari hasil proses belajar. Dari proses belajar tersebut
pengamatan bahwa kondisi dan situasi peserta didik dapat menemukan masalah-
sekolah, usia siswa, dan proses pembelajaran masalah dan berusaha untuk memecahkan
sama dengan sekolah setara pada umumnya. masalah tersebut, bahkan peserta didik dapat
Berdasarkan hasil pengamatan dan menemukan pengetahuan baru dari masalah
wawancara dengan guru mitra diperoleh tersebut.
informasi bahwa kegiatan pembelajaran Menurut Lestari (2016), discovery
masih menggunakan model pembelajaran learning adalah suatu model pembelajaran
konvensional yang mengakibatkan siswa yang dirancang sedemikian rupa sehingga
pasif dan kesulitan dalam menyelesaikan siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
masalah dalam matematika. prinsip–prinsip melalui proses mentalnya
Selain itu guru mitra juga sendiri. Maksud dirancang sedemikian rupa
memaparkan bahwa sebagian besar siswa di adalah dilakukan melalui beberapa tahapan-
SMA Negeri 1 Jonggol masih mengalami tahapan pembelajaran discovery learning
kesulitan dalam mengungkapkan ide yang mengarahkan siswa hingga ke tahap
pemikiran-pemikiran mereka baik dalam menemukan konsep–konsep baru.
bentuk visual, ekspresi matematis ataupun Menurut Suryobroto (2002),
kata-kata ketika menyelesaikan masalah discovery learning merupakan komponen
matematika. Siswa juga merasa takut untuk dari praktek pendidikan yang meliputi
mempresentasikan hasil dari pekerjaannya metode mengajar yang memajukan cara
dalam diskusi baik di depan kelas maupun belajar aktif, berorientasi pada proses,

161
Leny Dhianti Haeruman, Wardani Rahayu dan Lukita Ambarwati

mengarahkan sendiri dan reflektif. Peserta kesimpulan. Discovery terjadi bila individu
didik tidak langsung mendapat jawaban dari terlibat, terutama dalam penggunaan proses
setiap permasalahan, melainkan harus mentalnya untuk menemukan beberapa
mencarinya sendiri dan melalui proses- konsep dan prinsip. Discovery dilakukan
proses dan apabila dalam menjalankan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
proses–proses tersebut peserta didik prediksi, penentuan dan inferi. Proses
menemukan kesulitan-kesulitan maka tersebut disebut cognitive process
mereka dapat menganalisis kembali sedangkan discovery itu sendiri adalah the
masalah-masalah yang telah diidentifikasi mental process of assimilatig conceps and
sehingga dapat menentukan langkah apa principles in the mind (Robert B. Sund
yang seharusnya dilakukan agar kesulitan– dalam Malik, 2001)
kesulitan tersebut dapat diatasi. Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya
Menurut Joolingen (Putrayasa, 2014), model discovery learning merupakan
discovery learning adalah suatu tipe pembentukan kategori-kategori atau konsep-
pembelajaran dimana siswa membangun konsep, yang dapat memungkinkan
pengetahuan mereka sendiri dengan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori
mengadakan suatu percobaan dan Bruner tentang kategorisasi yang nampak
menemukan sebuah prinsip dari hasil dalam discovery, bahwa discovery adalah
percobaan tersebut. Membangun pembentukan kategori-kategori, atau lebih
pengetahuan artinya peserta didik dapat sering disebut sistem-sistem coding.
mengidentifikasi masalah, melakukan Pembentukan kategori-kategori dan sistem-
percobaan, mengumpulkan data hingga sistem coding dirumuskan demikian dalam
menarik kesimpulan. Dari proses tersebut arti relasi-relasi (similaritas & difference)
peserta didik diharapkan mendapat yang terjadi diantara obyek-obyek dan
pengetahuan baru. Model discovery learning kejadian-kejadian ( events).
adalah teori belajar yang didefinisikan Di dalam proses belajar, Bruner
sebagai proses pembelajaran yang terjadi mementingkan partisipasi aktif dari tiap
bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran siswa, dan mengenal dengan baik adanya
dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan perbedaan kemampuan. Untuk menunjang
mengorganisasi sendiri, (Kemendikbud, proses belajar perlu lingkungan
2014). memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada
Bruner (Dalyono, 1996), model tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan
discovery learning menuntut peserta didik discovery learning environment, yaitu
dapat mengorganisasi bahan yang dipelajari lingkungan dimana siswa dapat melakukan
dengan suatu bentuk akhir. Bahan yang eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang
dipelajari tersebut muncul etelah peserta belum dikenal atau pengertian yang mirip
didik dihadapkan pada suatu problema atau dengan yang sudah diketahui. Lingkungan
masalah, lalu mereka mencoba mencari seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses
bahan–bahan apa saja yang harus dipelajari belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih
untuk menyelesaikan permasalahn tersebut. kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar
Bahan yang dipelajari disusun hingga yang baik dan kreatif harus berdasarkan
menghasilkan petunjuk, dari petunjuk– pada manipulasi bahan pelajaran sesuai
petunjuk tersebut maka didapatlah suatu dengan tingkat perkembangan kognitif
bentuk akhir. Bentuk akhir yang dimaksud siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan
adalah suatu kesimpulan atau generalisasi untuk memfasilitasi kemampuan siswa
dari bahan yang telah dipelajari. dalam berpikir (merepresentasikan apa yang
Menurut Budiningsih (2005), model dipahami) sesuai dengan tingkat
discovery learning adalah memahami perkembangannya.
konsep, arti, dan hubungan melalui proses Takdir (Istikomah, 2014), ada tiga
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu implikasi mendasar discovery learning

162
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

antara lain: (1) Melalui pembelajaran nantinya. Aturan atau prosedur yang
discovery, potensi intelektual peserta didik ditemukan peserta didik berasal dari
akan semakin meningkat, sehingga percobaan sebelumnya, berdasarkan
menimbulkan harapan baru untuk menuju informasi dalam buku atau sumber lain
kesuksesan. Dengan perkembangan itu, seperti internet. Dalam model discovery
mereka menjadi cakap dalam learning bahan ajar tidak disajikan dalam
mengembangkan strategi di lingkungan bentuk akhir, siswa dituntut untuk
yang teratur maupun tidak teratur.(2) melakukan berbagai kegiatan menghimpun
Dengan menekankan discovery learning informasi, membandingkan,
peserta didik akan belajar mengorganisasi mengkategorikan, menganalisis,
dan menghadapi problem dengan metode hit mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
dan miss. Mereka akan berusaha mencari serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Hal
pemecahan masalah sendiri yang sesuai tersebut memungkinkan murid-murid
dengan kapasitas mereka sebagai pembelajar menemukan arti bagi diri mereka sendiri,
(learners). (3) Discovery learning yang dan memungkinkan mereka untuk
diperkenalkan Bruner mengarah pada self mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa
reward. Dengan kata lain, peserta didik akan yang dimengerti mereka, (kemendikbud,
mencapai kepuasan karena telah 2014). Menurut Syah (2004) dalam
menemukan pemecahan sendiri, dan dengan mengaplikasikan model discovery learning
pengalaman memecahkan masalah itulah, ia di kelas, ada beberapa prosedur yang harus
bisa meningkatkan skill dan teknik dalam dilaksanakan dalam kegiatan belajar
pekerjaannya melalui problem-problem riil mengajar yaitu stimulasi, identifikasi
di lingkungan ia tinggal. masalah, pengumpulan data, pengolahan
Dengan mengaplikasikan model data, pembuktian dan menarik kesimpulan.
discovery learning secara berulang-ulang Dari beberapa pendapat di atas, maka
dapat meningkatkan kemampuan penemuan dapat disimpulkan bahwa model discovery
diri individu yang bersangkutan. learning adalah suatu model pembelajaran
Karakteristik yang paling jelas mengenai yang berorientasi kepada peserta didik,
discovery sebagai model mengajar ialah artinya peserta didik mengikuti setiap proses
bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial discovery learning secara aktif dari mulai
(pemulaan) mengajar, bimbingan guru mengidentifikasi masalah sampai menarik
hendaklah lebih berkurang dari pada kesimpulan dengan tujuan peserta didik
metode-metode mengajar lainnya. Hal ini mendapatkan pengalaman belajar secara
tak berarti bahwa guru menghentikan untuk langsung serta mendapat pengetahuan–
memberikan suatu bimbingan setelah pengetahuan baru dari setiap proses
problema disajikan kepada pelajar. Tetapi pembelajaran yang telah dilaluinya. Peserta
bimbingan yang diberikan tidak hanya didik tidak hanya memahami materinya saja
dikurangi direktifnya melainkan pelajar melainkan memahami konsepnya. Sehingga
diberi responsibilitas yang lebih besar untuk ketika menemukan masalah yang rumit dan
belajar sendiri. membutuhkan kemampuan berpikir kritis
Menurut Russell (2014) model maka peserta didik dapat mengaplikasikan
discovery learning menggunakan konsep yang telah dipahami.
pendekatan induktif, atau penyelidikan Dalam mengaplikasikan model
untuk belajar, model ini menggunakan discovery learning guru berperan sebagai
strategi percobaan dan kesalahan. Tujuan pembimbing dengan memberikan
pembelajaran ini adalah untuk memacu kesempatan kepada siswa untuk belajar
pemahaman konten yang lebih mendalam secara aktif, sebagaimana pendapat guru
melalui keterlibatan dengan konten tersebut. harus dapat membimbing dan mengarahkan
Jadi peserta didik secara langsung terlibat kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
dalam hal – hal yang akan ia temukan Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan

163
Leny Dhianti Haeruman, Wardani Rahayu dan Lukita Ambarwati

belajar mengajar yang teacher oriented berorientasi pada guru (Teacher centered
menjadi student oriented. Penggunaan approach) dikatakan demikian, sebab dalam
model discovery learning, ingin merubah strategi ini guru memegang peran yang
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan sangat dominan. Melalui pembelajaran ini
kreatif. Mengubah modus konvensional guru menyampaikan materi pembelajaran
siswa hanya menerima informasi secara secara tersetruktur dengan harapan materi
keseluruhan dari guru ke modus discovery pelajaran yang disampaikan itu dapat
siswa menemukan informasi sendiri, dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama
sehingga diharapkan siswa memiliki strategi ini adalah kemampuan akademik
kecakapan dan pengetahuan baru dari hal siswa.
yang telah ditemuinya. Menurut Novita (2013), model
Menurut Mushlihin (2013), filsafat pembelajaran ekspositori adalah model
yang mendasari pembelajaran konvensional pembelajaran yang menekankan kepada
adalah behaviorisme dalam penganutnya proses penyampaian materi secara verbal
objectivism. Pemikiran filsafat ini dari seorang guru kepada sekelompok siswa
memandang bahwa belajar sebagai usaha dengan maksud agar siswa dapat menguasai
mengajarkan berbagai disiplin ilmu materi pembelajaran secara optimal.
pengetahuan terpilih sebagai pembimbing Pembelajaran ekspositori adalah
pengetahuan terbaik. Sedangkan mengajar pembelajaran yang menekankan pada proses
adalah memindahkan pengetahuan kepada penyampaian materi secara verbal dari
orang yang belajar. Siswa sendiri diharapkan seorang guru kepada sekelompok peserta
memiliki pemahaman yang sama dengan didik dengan tujuan agar peseta didik
guru terhadap pengetahuan yang mampu menguasai materi pelajaran secara
dipelajarinya. Menurut Harsono (2009) optimal. Keterlibatan aktif peserta didik
model pembelajaran konvensional adalah dalam pembelajaran ini masih kurang karena
penuturan dan penjelasan guru secara lisan. pengajaran cenderung berorientasi pada
Dalam pelaksanaannya guru dapat gutu. Guru memiliki peran yang sangat
menggunakan alat bantu mengajar untuk dominan sebagai sumber belajar utama bagi
memperjelas uraian yang disampaikan peserta didik, guru lebih banyak berbiacara
kepada murid -muridnya. dalam menyampaikan materi pembelajaran
Pembelajaran konvensional guru dan memberikan contoh-contoh ssoal serta
dalam melakukan pembelajaran di kelas menjawab permasalahan-permasalahan
yaitu bersifat informatif dari guru kepada yang dialami peserta didik. Dalam hal ini
peserta didik. Peserta didik mendengar, peserta didik hanya menerima transfer
mencatat dan mengerjakan latihan yang informasi yang diberikan, mengahafalnya
diberikan oleh guru yang biasa disebut serta banyak mengerjakan latihan soal untuk
dengan metode ekspositori. Menurut Hanani menguasai pelajaran yang telah diberikan
(2014), pembelajaran ekspositori merupakan oleh guru.
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang

B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam awal matematika peserta didik. Kemampuan
penelitian ini yaitu metode kuasi awal matematika peserta didik di bagi
eksperimen. Penelitian ini melibatkan empat menjadi dua, yaitu kemampuan awal
variabel, yaitu dua variabel bebas dan dua matematika tinggi ( ) dan kemampuan
variabel terikat. Variabel bebas pada awal matematika rendah ( ).Penelitian ini
penelitian ini terdiri dari satu variabel aktif menggunakan metode eksperimen dengan
yaitu model discovery learning ( ) dan factorial design 2x2 treatment by level
model pembelajaran konvensional ( ), dan dengan empat variabel, yaitu satu variabel
satu variabel moderator yaitu kemampuan bebas, satu variabel moderator dan dua

164
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

variabel terikat. Variabel bebas yang Untuk mengukur kemampuan


dimaksud adalah model pembelajaran, berpikir kritis matematis siswa digunakan
variabel moderator adalah kemampuan awal instrumen tes subjektif yang disusun
matematika peserta didik, sedangakan berdasarkan indikator-indikator kemampuan
variabel terikat adalah kemampuan berpikir berpikir kritis matematis yang telah
kritis dan self-confidence peserta didik. diungkapkan di pendahuluan, sedangkan
Desain penelitian yang digunakan dalam untuk mengukur self-confidence siswa
penelitian ini berbentuk Randomized Pre- digunakan angket berjumlah 19 butir dan
test and Post-Test Control Group Design. disusun berdasarkan indikator-indikator
Populasi terjangkau dalam penelitian yang telah diungkapkan di pendahuluan.
ini adalah seluruh peserta didik kelas X Sebelum dilakukan perlakuan, siswa terlebih
MIPA SMA Negeri 1 Jonggol kabupaten dahulu diukur kemampuan awal
Bogor tahun ajaran 2016/2017. Sampel matematikanya dengan menggunakan
dalam penelitian ini diambil menggunakan instrumen tes yang terdiri dari 10 soal
teknik cluster random dan dipilih empat pilihan ganda lalu siswa dari kelompok
kelas yang berdistribusi normal dan eksperimen dan kelompok kontrol
homogen yaitu kelas X MIPA 1 dan X MIPA dikelompokkan ke dalam kelompok
5 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah kemampuan awal matematika (KAM) tinggi
58 orang dan kelas X MIPA 2 dan X MIPA dan KAM rendah untuk selanjutnya
4 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 58 dianalisis hasil pretes dan postesnya.
orang.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil pengujian hipotesis analisis data juga menunjukkan bahwa
yang pertama membuktikan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir
peningkatan kemampuan berpikir kritis kritis matematis bagi peserta didik yang
matematis pada peserta didik yang mendapat mendapat perlakuan model discovery
perlakuan model discovery learning dan learning dengan kemampuan awal
perlakuan pembelajaran ekspositori matematis tinggi. Peserta didik yang diberi
memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil perlakuan model discovery learning lebih
dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat memperoleh menfaat yang lebih besar dalam
interaksi antara model pembelajaran dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
kemampuan awal matematis peserta didik matematis peserta didik. Hal yang berbeda
terhadap penimgkatan kemampuan berpikir dengan pernyataan di atas, pada peserta
kritis matematis. Hasil analisis data didik dengan kemampuan awal matematis
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir rendah berlaku sebaliknya, yaitu tidak
kritis matematis peserta didik sangat terdapat perbedaan yang signifikan bagi
dipengaruhi oleh model pembelajaran dan peserta didik dengan kemampuan awal
dilihat dari taraf signifikan bahwa matematis rendah yang mendapat perlakuan
peningkatan kemampuan berpikir kritis model discovery learning dengan peserta
matematis peserta didik yang mendapat didik yang mendapat perlakuan model
perlakuan model discovery learning sangat pembelajaran ekspositori.
signifikan peningkatannya. Selain dapat meningkatkan
Berdasarkan hasil analisis data rata- kemampuan berpikir kritis matematis siswa,
rata N-gain kemampuan berpikir kritis berdasarkan analisis deskriptif dan uji
matematis peserta didik yang mendapat statistik menunjukkan bahwa terdapat
perlakuan dengan menggunakan model perbedaan yang signifikan antara
discovery learning lebih tinggi daripada peningkatan self-confidence peserta didik
peserta didik yang mendapat perlakuan ditinjau dari kemampuan awal matematis
model pembelajaran ekspositori. Hasil peserta didik yang mendapat perlakuan

165
Leny Dhianti Haeruman, Wardani Rahayu dan Lukita Ambarwati

model discovery learning dibandingkan mendapat perlakuan model discovery


dengan peserta didik yang mendapat learning dengan kemampuan awal
perlakuan pembelajaran ekspositori. Hal ini matematis tinggi. Peserta didik yang diberi
menunjukkan bahwa peningkatan self- perlakuan model discovery learning lebih
confidence peserta didik yang mendapat memperoleh menfaat yang lebih besar dalam
perlakuan model discovery learning lebih meningkatkan self-confidence peserta didik.
tinggi dibandingkan dengan peserta didik Hal yang berbeda dengan pernyataan
yang mendapat perlakuan model di atas, pada peserta didik dengan
pembelajaran ekspositori. kemampuan awal matematis rendah berlaku
Berdasarkan analisis data sebaliknya, yaitu tidak terdapat perbedaan
menunjukkan adanya interaksi antara model yang signifikan bagi peserta didik dengan
pembelajaran dan kemampuan awal kemampuan awal matematis rendah yang
matematis terhadap peningkatan self- mendapat perlakuan model discovery
confidence. Hasil analisis data juga learning dengan peserta didik yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mendapat perlakuan model pembelajaran
self-confidence bagi peserta didik yang ekspositori.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan yang mendapat pembelajaran dengan
pembahasan Bab IV mengenai pengaruh Model Discovery Learning lebih
model pembelajaran discovery learning tinggi daripada peserta didik yang
terhadap peningkatan kemampuan berpikir mendapat pembelajaran
kritis matematis dan self-confidence ditinjau Konvensional.
dari kemampuan awal matematika siswa, 4. Peningkatan self-confidence peserta
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai didik yang mendapat pembelajaran
berikut. Model Discovery Learning secara
1. Peningkatan kemampuan berpikir keseluruhan lebih tinggi daripada
kritis matematis peserta didik antara peserta didik yang mendapat
yang mendapat pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.
Model Discovery Learning secara 5. Terdapat interaksi antara model
keseluruhan lebih tinggi daripada pembelajaran yang digunakan dan
peserta didik yang mendapat kemampuan awal matematis (KAM)
pembelajaran Konvensional. terhadap peningkatan self-confident
2. Terdapat interaksi antara model peserta didik.
pembelajaran dengan kemampuan 6. Peningkatan self-confidence peserta
awal matematis peserta didik terhadap didik dengan kemampuan awal
peningkatan kemampuan berpikir matematika tinggi yang mendapat
kritis matematis peserta didik. pembelajaran dengan Model
3. Peningkatan kemampuan berpikir Discovery Learning lebih tinggi
kritis peserta didik dengan daripada peserta didik yang mendapat
kemampuan awal matematika tinggi pembelajaran Konvensional.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner J. S. (1999). The Process of
Astuti. (2015). "Pengaruh Kemampuan Education. A landmark in
Awal Dan Minat Belajar Terhadap Educational Theory. University
Prestasi Belajar Fisika". Jurnal States Of America. Harvard
Formatis. Vol. 1. 68-75 University Press

166
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Chukwuyenum, Asuai Nelson. (2013). and why it’s here to stay (Ibnu
"Impact of Critical Thinking On Setiawan. Terjemahan). Bandung:
Performance in Mathematics among MLC. Buku asli diterbitkan tahun
Senior Secondary School Students in 2002.
Lagos, State". IOSR Journal of
Research & Method in Education Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(IOSR-JRME). Vol. 3. 18-25 2014. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Ennis, R.H. (2000). “An Outline of Goals for Republik Indonesia nomor 103
a Critical Thinking Curriculum tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
andIts Assessment”. This is a Sekolah Menengah Atas/Madrasah
revised version of a presentation at Aliyah
the Sixth International Conference
on Thinking at MIT, Cambridge, Kusumaningsih. (2011). " Upaya
MA, July, 1994. Diakses dari Meningkatkan Kemampuan
http://www.criticalthinking.net/goal Berpikir Kritis Siswa Kelas X-C
s.html padatanggal 10 Maret 2011. Sma d Yogyakarta Melalui
Pembelajaran Matematika Dengan
Ficha. (2017). "Pengaruh Discovery Pendekatan Contextual Teaching
Learning Terhadap Kemampuan And Learning (Ctl) Pada Materi
Representasi Matematis dan Self- Perbandingan Trigonometri". Jurnal
confidence Siswa". Skripsi: Fakultas Pendidikan Matematika. Vol. 1, 23-
Keguruan dan Ilmu Pendidikan 26.
Univeristas Lampung, Bandar
Lampung. Lautser, P. (2012). Tes Kepribadian. Jakarta:
Bumi Aksara
Hanani. (2014). "Penerapan Strategi
Pembelajaran Ekspositori Untuk NCTM. (2000). Principles and Standars for
Peningkatan Hasil Pembelajaran School Mathematics. Virginia: The
IPS Bagi Peserta Didik". Jurnal National Council of Teachers of
Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Mathematics, Inc.
Veteran Semarang. Vol. 1. 56-80.
Noor. (2014). "Peningkatan Kemampuan
Hanun, F. (2013). "Pengaruh Metode Berpikir Kritis Matematis Siswa
Pembelajaran terhadap dan Melalui Model Pembelajaran
Kemampuan Awal Matematika Discovery Learning". Tesis:
terhadap Hasil Belajar". Jurnal Universitas Muhammadiyah
Study EKsprimen , 123-125. Surakarta

Istikomah. (2014). "Penerapan Model Novita. (2013). "Efektivitas Model


Discovery Learning Untuk Pembelajaran Ekspositori Untuk
Meningkatkan Kualitas Proses Dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Hasil Belajar Geografi Pada Materi Pontianak": Tesis: Universitas
Pemanfaatan Lingkungan Hidup Tanjung Pura
Kaitannya Dengan Pembangunan
Berkelanjutan". Jurnal Pendidikan Putrayasa. (2014). "Pengaruh Model
Matematika. Vol. 1, 4-12. Pembelajaran Discovery Learning
Dan Minat Belajar Terhadap Hasil
Johnson, Elaine B. (2009). Contextual Belajar Ipa Siswa". Jurnal Mimbar
Teaching and Learning: what it is

167
Leny Dhianti Haeruman, Wardani Rahayu dan Lukita Ambarwati

PGSD Universitas Pendidikan Ridwan, L. d. (2015). Penelitian Pendidikan


Ganesha. Vol. 2, No. 1. 2-11. Matematika. Bandung: Refika
Aditama
Raghunatan, A. (2000). Self Confidence.
Psychology4all.com. [Online]. Sudjana. (2005). Metoda Statistika.
Tersedia: Bandung: Tarsito
http://www.Psychology4all.com.
[22 Oktober 2012] Sugiyono. (2007). Metode penelitian
Kuantitatif, Kualitatifdan R&D.
Reigeluth, C. M. (1983). Instructional Bandung: Alfa beta.
Design Theories and Models.
London: Lawrence Erlbaum Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar
Associates Publishers. Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

168

You might also like