Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Febrina Susilawati, S.Farm 1731015320007
Ma’ruf Algifarie, S.Farm 1731015310015
Safira Evani Rizki Anwar, S.Farm 1731015320032
1
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas MIPA Universitas
Lambung Mangkurat
Disetujui oleh :
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
1
Abstrak
1
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1
2. Captopril dan
spiranolakton yaitu
sebesar 66,7%
Diperoleh 112 kasus
berpotensi terjadi interaksi
obat berdasarkan Drug
Interaction Facts: The
authority on drug
interaction (Tatro, 2008).
Interaksi Obat yang terjadi
adalah sebagai berikut :
1. Captopril dan Furosemid
yaitu sebesar 53 kasus
dari 112 kasus
2. Lisinopril dan
Furosemid yaitu 15
kasus dari 112 kasus
3. Captopril dan Clobazam
yaitu sebesar 1 kasus
dari 112 kasus
4. Ramipril dan Furosemid
yaitu 1 kasus dari 112
kasus
Pahlawan, 2013 Penggunaan Penderita hipertensi Metode deskriptif Dari 170 sampel didapatkan ACEI Inhbitor-
M.K, et al Obat Anti- di bagian rawat jalan berupa studi hasil interaksi obat obat antihipertensi
Hipertensi pada RSMP periode Juli penggunaan obat, dan hipertensi golongan ACEI golongan lain
Pasien 2011-Juni 2012. pendataan melalui Inhibitor
Hipertensi di rekam medik. a. Sinergistik
Bagian Rawat 1. ACE Inhibitor+
Jalan RS Antagonis Kalsium :
Muhammdiyah Captopril + Amlodi-pine
Palembang (13,5%),
Periode Juli captopril+Diltiazem
2011–Juni 2012 (0,6%) Captopril
+Nifedipine (17,1%).
2. ACE Inhibitor +Beta
Blocker : Captopril +
Alprenolol (0,6%),
Captopril + Bisoprolol
(4,1%)
3. ACE Inhibitor + Diuretik
: Captopril + Furosemid
(3,5%), Captopril + HCT
(4,1%)
4. ACE Inhibitor +
Antagonis Kalsium +
Beta Blocker : Captopril
+Amlodipine +Bisoprolol
(1,2%), Captopril
+Nifedipine +Propanolol
(0,6%)
5. ACE Inhibitor +
Antagonis Kalsium +
Diuretik : Captopril
+Amlodipine +HCT
(1,8%), Captopril
+Nifedipine+ Furosemid
(1,2%)
6. ACE Inhibitor +Beta
Blocker +Diuretik :
Captopril +Bisoprolol
+HCT (0,6%)
b. Antagonistik
1. ACE Inhibitor
+Adrenolitik Sentral
: captopril+klonidin
(0,6%)
2. ACE Inhibitor
+Diuretik Hemat
Kalium : Captopril
+Spironalactone
(0,6%).
Mahamudu, et 2017 Kajian Potensi Karakteristik penelitian non Obat yang berinteraksi yaitu : ACE Inhibitor
al Interaksi Obat pasien, meliputi : eksperimental dengan Furosemid dan Ramipril Ramipril -
Antihipertensi Jenis kelamin yaitu pendekatan deskriptif Furosemid
Pada laki-laki berjumlah dengan pengambilan
Pasien 29 pasien dan data diambil secara
Hipertensi perempuan retrospektif yang
Primer Di berjumlah 15 pasien didasarkan pada data
Instalasi Rawat rekam medik rawat.
Jalan Umur Pasien yaitu
Rsud Luwuk 20-39 tahun
Periode Januari berjumlah 2 orang,
– Maret 2016 40-59 tahun
berjumlah 26 orang
dan lebih dari 60
tahun berjumlah 16
orang
Berdasarkan penelitian oleh Fiqrianty, A., et al (2014), Obat-obatan yang
berpotensi mengalami kejadian interaksi obat dengan tingkat keparahan minor pada
penelitian ini paling banyak terjadi pada penggunaan captopril dan Calcium
Carbonate (CaCO3) yaitu sebanyak 42,6 %. Potensi interaksi major yang paling
banyak terjadi adalah pada penggunaan captopril dan spironolakton (66,7 %).
Interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat probabilitas yang tinggi
kejadian yang membahayakan pasien termasuk kejadian yang menyangkut nyawa
pasien dan dapat terjadinya kerusakan permanen pada organ (Bailie, 2004). ACE
inhibitor yang dikombinasikan dengan spironolakton dapat menyebabkan
hiperkalemia klinis yang relevan atau berat (Stockley, 2008).
Dari 112 kasus potensi interaksi obat, diperoleh 70 potensi interaksi obat
yang termasuk ke dalam tingkat signifikansi 3, yaitu penggunaan kaptopril-
furosemid (53 kasus), furosemide-lisinopril (15 kasus), kaptoprilklobazam (1
kasus), dan furosemide-ramipril (1 kasus). Interaksi dengan taraf signifikansi 3
merupakan interaksi obat yang memiliki tingkat keparahan minor (tidak
berbahaya), dengan onset tertunda (tidak langsung terjadi), dan mempunyai level
kejadian interaksi obat suspected (interaksi obat diduga terjadi). Akibat dari
interaksi ini mungkin mengganggu atau tidak disadari, tetapi tidak mempengaruhi
secara signifikan terhadap efek obat yang diinginkan. Penggunaan kombinasi antara
ACE inhibitor dan loop diuretic dapat menyebabkan terjadinya hipotensi dan
hipovolemia (Stockley, 2010). Sedangkan pemberian klobazam bersama
antihipertensi, dapat mengakibatkan efek aditif pada tekanan darah dan hipotensi
orthostasis (Feder, 1991).
Penelitian Pahlawan, M.K., et al (2013) didapatkan hasil bahwa interaksi
obat antihipertensi dengan obat antihipertensi lain yang bersifat sinergistik paling
banyak digunakan pada pasien hipertensi yaitu golongan obat ACE Inhibitor
dengan antagonis kalsium berupa captopril dengan amlodipin serta captopril
dengan nifedipine dengan masing-masing 23 pasien (13,5%) dan 29 pasien
(17,1%).
ACE Inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu,
10
degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah
meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE Inhibitor. Vasodilatasi
secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya
aldosteron akan menyebabkan eksresi air dan natrium dan retensi kalium. Menurut
Locatelli et al (2002), CCB mempunyai kemampuan dalam mengurangi induksi
vasokontriksi oleh angiotensin II pada arteriol eferen glomerulus dan mengganggu
vasokonstriksi ginjal. CCB bertindak seperti antagonis postreseptor non-spesifik
angiotensin II. Kombinasi ACEI dengan CCB yaitu dari satu sisi mengurangi
pembentukan angiotensin II (efek diperantarai ACEI), dari sisi lain mengganggu
aksi angiotensin II (efek dari CCB). Mekanisme kerja terjadinya interaksi obat
antara ACEI dan CCB adalah farmakodinamik dimana adanya efek yang
sinergisme apabila keduanya dikombinasikan sehingga meningkatkan efek
hipotensi. Penanganan yang tepat untuk efek sinergisme ini hanya monitoring
tekanan darah Pasien hipertensi.
Selain itu golongan obat ACE Inhibitor dengan diuretik juga memiliki efek
sinergistik dengan 13 pasien (7,6%). Interaksi obat antihipertensi yang bersifat
antagonistik yaitu kombinasi antara golongan obat ACE Inhibitor dan adrenolitik
sentral berupa captopril dengan klonidin dan kombinasi antara golongan obat ACE
Inhibitor dan diuretik hemat kalium berupa captopril dan spironalactone masing-
masing 1 pasien (0,6%). Selain itu terdapat pula interaksi obat yang tidak jelas dapat
meningkatkan efek antihipertensi juga ditemukan yaitu kombinasi antara diuretik
dan antagonis kalsium. Kombinasi antara Calcium channel blockers (CCB) dan
diuretik menyebabkan vasodilatasi dan natriuresis, kemudian masing-masing dapat
mengaktifkan sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS). Renin Angiotensin
Aldosteron System adalah suatu sistem/mekanisme hormon yang mengatur
keseimbangan tekanan darah dan cairan dalam tubuh sehingga efektif dalam
menurunkan tekanan darah (Nice Guideline, 2004).
ACE Inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang, maupun berat.
Bahkan beberapa diantaranya dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti
captopril. Obat ini efektif pada sekitar 70% pasien. Kombinasi dengan diuretik
memberikan efek sinergistik (sekitar 85% tekanan darahnya terkendali dengan
11
kombinasi ini),sedangkan efek hipokalemia diuretik dapat dicegah. Dari skema
kerja sistem RAAS, jika angiotensin II berikatan dengan reseptornya, maka akan
menghasilkan efek vasodilatasi, sekresi aldosteron dimana aldosteron
menimbulkan efek retensi natrium dan cairan serta ekskresi kalium, dan
meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Efek tersebut dapat menyebabkan tekanan
darah meningkat. ACE Inhibitor menghambat angiotensin converting enzym
sehingga angiotensin I tidak dirubah menjadi angiotensin II. Akibatnya efek yang
ditimbulkan ACEI Inhibior adalah vasodilatasi, penghambatan sekresi aldosteron,
sehingga menghambat terjadinya retensi cairan, meningkatkan eksresi natrium dan
penahan kalium serta menurunkan aktivitas saraf simpatis. Berdasarkan kinerja
ACE Inhibitor, maka efek samping dari obat ini adalah hiperkalemia atas dasar
penghambatan sekresi aldosteron. Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium
dan air dan meretensi atau menahan kalium. Apabila dalam terapi, ACEI inhibitor
dan diuretik digunakan secara bersamaan, maka harus tetap dipantau kadar
kaliumnya.
Antagonis kalsium telah menjadi salah satu golongan antihipertensi tahap
pertama, antagonis kalsium memberikan efektivitas yang sama dengan obat
antihipertensi lain. Kombinasi ACE Inhibitor dengan beta blocker dan antagonis
kalsium memberikan efek aditif. Beta blocker bekerja menghalangi norepineprhrin
dan epinephrin (adrenalin) dari pengikatan pada reseptor-reseptor beta pada saraf-
saraf. Antagonis kalsium bekerja mendepresi fungsi nodus SA dan AV, juga
vasodiltasi arteri dan arteriol koroner serta perifer. Efek bradikardia dari beta
blocker dapat aditif dengan keterlambatan dalam konduksi melalui node
atrioventrikular (AV node). Hal ini menguntungkan karena meningkatkan efek
antianginal pada kebanyakan pasien, tetapi beberapa efek ini dapat memperburuk
kelainan jantung. Kombinasi dengan vasodilator lain, termasuk prazosin memberi
efek yang baik. Antagonis kalsium terbukti sangat efektif pada hipertensi dengan
kadar renin yang rendah seperti pada usia lanjut. Pasien lanjut usia dengan
hipertensi sistolik dan diastolik memiliki output jantung, volume intravaskuler,
aliran darah ke ginjal dan aktivitas plasma renin yang lebih rendah ,serta terjadi
resistensi perifer. Renin adalah enzim yang berperan dalam mengatur tekanan darah
12
dengan menyeimbangkan kadar natrium dan kalium dalam darah dan tingkat cairan
dalam tubuh. Antagonis kalsium bekerja dengan cara mempengaruhi jalan masuk
kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-otot di dalam dinding pembuluh darah
sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah.
Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator. Golongan obat ini menurunkan
daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
Kombinasi dengan ACE Inhibitor memberikan efek yang aditif, kombinasi dengan
diuretik tidak jelas meningkatkan efek antihipertensi antagonis kalsium.
Penelitian Mahamudu, et al (2017), dilakukan pengkajian potensi interaksi
obat antihipertensi pada pasien hipertensi primer dengan 714 kasus di RSUD
Luwuk. Metode penelitian yaitu non eksperimental dengan pendekatan deskriptif
dengan pengambilan data diambil secara retrospektif yang didasarkan pada data
rekam medik rawat. Populasi dalam penelitian ini merupakan 78 pasien rawat jalan
yang didiagnosis hipertensi primer periode Januari-Maret 2016 yang telah
memenuhi kriteria Inklusi yaitu sebagai berikut :
1. Usia minimal 20 tahun dan maksimal 75 tahun.
2. Pasien dengan diagnosa tunggal hipertensi primer dan/tanpa penyakit
penyerta.
3. Pasien rawat jalan di RSUD Luwuk pada bulan Januari – Maret 2016.
4. Pasien mendapat terapi 2 jenis obat atau lebih.
5. mempunyai data rekam medik dengan kelengkapan data: nomor rekam
medik, jenis kelamin, umur, dagnosis, tekanan darah, dan terapi
pengobatan.
13
Hasil yang diperoleh yaitu ditemukan interaksi obat ACEI dengan obat lain
yaitu interaksi obat ramipril (ACEI) dan furosemid (Diuretik) pada fase
farmakodinamik yang bersifat sinergisyaitu efek kedua obat memiliki efek terapi
yang sama sehingga menguatkan efek terapi obat. Umumnya kombinasi ramipril
dan furosemid aman dan efektif namun terdapat efek samping yaitu hipotensi
(pusing hingga pingsan) apabila kedua obat tersebut digunakan secara bersamaan,
dikarenakan obat tersebut sama-sama menguatkan penurunan tekanan darah. Pasien
yang mengkonsumsi obat golongan diuretik, maka obat ACEI harus dimulai dengan
dosis yang sangat rendah. Interaksi antara furosemid dan ramipril juga dapat
menyebabkan hipokalemia. Penyebab hipokalemia akibat dari efek diuretik yang
bekerja memperbanyak pengeluaran kalium dan air. 50% kalium yang difiltrasi
oleh glomerulus akan direabsorbsi di tubulus proksimal dan sebagian besar dari
sisanya di reabsorbsi di ascending limb loop dari Henle. Hanya 10% yang mencapai
tubulus konvolutus distal. Kalium ada yang disekresi di pars recta tubulus distal.
Terjadinya hipokalemia pada pemberian diuretik disebabkan oleh: Peningkatan
aliran urin dan natrium di tubulus distal, meningkatkan sekresi kalium di tubulus
distal. Peningkatan kadar bikarbonat dalam tubulus distal akibat hambatan
reabsorbsi di tubulus proksimal oleh penghambat karbonik anhidrase akan
meningkatkan sekresi kalium di tubulus distal. Diuretik osmotik akan menghambat
reabsorbsi kalium ditubulus proksimal. Diuretik loop juga menghambat reabsorbsi
kalium di thickascending limb (Tierney & Stephen, 2004).
Menurut Tatro, tingkat keparahan interaksi furosemid dan ramipril yaitu
minor atau hanya menimbulkan efek yang ringan, atau mungkin tidak timbul dan
biasanya tidak mempengaruhi outcome terapi. Tingkat kepercayaan dikategorikan
suspected (diduga adanya interaksi obat tapi harus dilakukan penelitian lebih lanjut)
dan interaksi obat memiliki onset delay dalam beberapa hari/minggu.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan tiga penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa :
14
1. Obat antihipertensi golongan ACE Inhibitor berpotensi mengakibatkan
interaksi jika digunakan dengan obat antihipertensi golongan lain, baik
efek sinergisme maupun efek antagonis. Oleh karena itu penggunaan obat
antihipertensi secara kombinasi harus diperhatikan, agar tidak
menimbulkan potensi interaksi obat yang merugikan atau berefek
antagonis sehingga mengakibatkan obat tidak bekerja maksimal atau
berakibat fatal terhadap pasien.
2. Penelitian Fiqrianty, A. et al (2014) didapatkan bahwa potensi interaksi
antagonis major yang paling banyak terjadi adalah pada penggunaan
captopril dan spironolakton.
3. Penelitian Pahlawan, M.K., et al (2013) mendapatkan potensi interaksi
obat antihipertensi golongan ACEI terbesar adalah interaksi sinergisme
obat golongan ACEI dengan Antagonis Kalsium, yaitu
captopril+amlodipine dan captopril+nifedipine.
4. Penelitian Mahamudu, et al (2017) didapatkan efek interaksi sinergisme
antara Ramipril dan furosemide ketika digunakan secara bersamaan
15
DAFTAR PUSTAKA
Fiqrianty,A. et al. 2014. Kajian Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien
Penderita Gagal Ginjal Kronik Stadium V Di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari 2013 – Juni 2014. Jurnal
Pharmascience, Vol 1, No. 2, Oktober 2014, hal: 9 - 15
Locatelli et al. 2002. Role Of Combination Therapy With ACE Inhibitors And
Calcium Channel Blockers In Renal Protection. Kidney International, Vol.
62, Supplement 82 (2002), pp. S53–S60.
Mahamudu et al. 2017. Kajian Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Pada pasien
Hipertensi Primer Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Luwuk Periode Januari
– Maret 2016. Pharmacon. Vol.6. No.3
Tierney, L.M., and Stephen, J. 2004. Current Medical Diagnosis Treatment. Lange
Medical Book. Jakarta.
12
Lampiran 1. Jadwal Karya Tulis Ilmiah (KTI) Mahasiswa Prodi Profesi Apoteker
Universitas Lambung Mangkurat
April Mei Juni
Jenis Kegiatan
II III IV I II III IV I II III IV
Pembagian
pembimbing KTI
Pengumpulan judul
KTI
Bimbingan
Pengumpulan data
Penyusunan KTI
Diseminasi
12
Lampiran 2. Lembar Konsultasi
13