Professional Documents
Culture Documents
3, 69-78
doi:10.14693/jdi.v21i3.262
ORIGINAL ARTICLE
Orofacial Disorders of Patients with End Stage Renal Disease Undergoing
Haemodialysis
Yohana Gowara1, Afi S. Sarsito2, Parlindungan Siregar3, Yuniardini S. Wimardhani2
1
Oral Medicine Residency Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
2
Department of Oral Medicine, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
3
Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
Corresponding e-mail to: ygowara@yahoo.com
ABSTRACT
Several orofacial disorders in patients with end stage renal disease (ESRD) undergoing hemodialysis have been
reported. However, up to the present, particularly in Indonesia, such data still limited. Objective: the purpose of this
study was to assess the orofacial disorders in patients with ESDR undergoing hemodialysis at Cipto Mangunkusumo
Hospital, Indonesia. Methods: The study was conducted through observation using a cross-sectional design. The
VXEMHFWVZHUHVHOHFWHGE\FRQVHFXWLYHVDPSOLQJ1LQHW\WKUHHSDWLHQWVIXO¿OOHGWKHLQFOXVLRQFULWHULDDQGHQUROOHGLQ
this study. They participated in the structural interview-using questionnaire assessing subjective complaints;; clinical
examinations;; and salivary measurements. Results: Xerostomia (82.8%) dysgeusia (66.7%), metal taste (57%), perioral
DQHVWKHVLDZHUHWKHFRPPRQV\PSWRPV&OLQLFDO¿QGLQJVFRQVLVWHGRIWRQJXHFRDWLQJFDOFXOXVGHSRVLWV
SDOORURIRUDOPXFRXVVLDORVLVXUHPLFRGRUKDHPRUUKDJLFVSRWDQJXODU
FKHLOLWLVJLQJLYDOEOHHGLQJDQGRUDOFDQGLGLDVLVZHUHDOVRIRXQG6DOLYDU\FKDQJHVVKRZHGWKH
LQFUHDVHRIVDOLYDU\YLVFRVLW\S+EXIIHUFDSDFLW\ZKHUHDVGHFUHDVHRIPXFRXVK\GUDWLRQOHYHO
DQGWKHÀRZUDWHVRIXQVWLPXODWHGDQGVWLPXODWHGZKROHVDOLYDZHUHREVHUYHGConclusion:
7KH¿QGLQJVRIRURIDFLDOGLVRUGHUVUHTXLUHGDWWHQWLRQDQGIXUWKHUFRPSUHKHQVLYHPDQDJHPHQWWRHQKDQFHWKHTXDOLW\
of life of patients with ESDR.
ABSTRAK
Kelainan regio orofasial pada GGT pasien gagal ginjal terminal (GGT) yang menjalani hemodialisis. Beberapa
kelaian orofasial pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis telah dilaporkan. Namun, sampai
saat ini, terutama di Indonesia, data yang ada tentang hal tersebut masih sangat terbatas. Tujuan: Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kelainan orofasial pada pasien GGT yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Indonesia. Metode: Desain penelitian adalah studi observasi potong lintang. Subjek penelitian
dipilih berdasarkan metode consecutive sampling. Sebanyak 93 pasien yang memenuhi kriteria inklusi merupakan
subjek penelitian ini. Subjek berpartisipasi dalam wawancara menggunakan kuesioner yang menanyakan tentang
adanya keluhan subjektif, pemeriksaan klinis dan pengukuran saliva. Hasil: Serostomia (82,8%), dysgeusia (66,7%),
rasa metal (57%), rasa baal perioral (24,7%) merupakan gejala yang sering ditemukan. Temuan klinis meliputi tongue
FRDWLQJGHSRVLWNDONXOXVPXNRVDPXOXW\DQJSXFDWVLDORVLVEDXXUHPLN
EHUFDNKHPRUDJLNDQJXODUNHLOLWLVSHUGDUDKDQJLQJLYDOGDQNDQGLGLDVLVRUDO3HUXEDKDQ
VDOLYDWHUNDLWSHQLQJNDWDQYLVNRVLWDVS+NDSDVLWDVGDSDU6HODQMXWQ\DWHUMDGLSHQJXUDQJDQ
WLQJNDWKLGUDVLPXNRVDGDQODMXDOLUVDOLYDWDQSDVWLPXODVLGDQGHQJDQVWLPXODVLSimpulan:
Temuan kelaianan orofasial pada penelitian ini membutuhkan perhatian dan penanganan yang menyeluruh untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gagal gingjal terminal GGT.
Key words: end stage renal disease, oral mucosa, orofacial disorder, saliva
69
Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3, 69-78
PENDAHULUAN PHPXQJNLQNDQWHUMDGLGH¿VLHQVLQXWULVL\DQJSDGD
akhirnya dapat memperburuk kualitas hidup pasien.
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu sindrom Pengenalan dini dan penatalaksanaan pasien GGT yang
klinis yang disebabkan oleh kerusakan fungsi ginjal yan menjalani hemodialisis, beserta dengan manifestasi di
bersifat menahun dan progresif. Penyakit ini memiliki regio orofasial, termasuk di dalamnya penilaian fungsi
etiologi yang beragam dan kompleks. Saat ini lebih dari kelenjar saliva dapat mencegah komplikasi atau efek
NDVXVJDJDOJLQMDONURQLVEHUNDLWDQGHQJDQGLDEHWHV merugikan lebih lanjut dan membantu meningkatkan
melitus dan hipertensi.2 Kecenderungan peningkatan kualitas hidup pasien.6
prevalensi diabetes dan hipertensi, secara tidak langsung
dapat meningkatkan komplikasi penyakit, antara lain Dari penelusuran literatur, penelitian mengenai
resiko terjadinya GGK.2,3 serostomia dan disfungsi kelenjar saliva pada pasien
GGT yang menjalani hemodialisis masih terbatas.
Di negara-negara maju didapatkan variasi prevalensi Sementara penelitian mengenai masalah mulut pada
dan insidensi gagal ginjal tahap terminal (GGT) yang pasien GGT dengan hemodialisis juga masih sedikit.
cukup besar. Insidensi berkisar antara 77-283 per Selain itu, walaupun penurunan laju alir saliva telah
juta penduduk, sedangkan prevalensi yang menjalani dilaporkan terjadi pada pasien GGT yang menjalani
KHPRGLDOLVLV DQWDUD SHU MXWD SHQGXGXN hemodialisis, namun faktor penyebab keadaan tersebut
Berdasarkan data National Kidney Foundation K/ belum diketahui pasti dan masih diperlukan penelitian
'24,WDKXQVHNLWDUSHQGXGXN$PHULND lebih lanjut.6
menderita GGT atau lebih dikenal dengan End Stage
Renal Disease (ESRD). 3 Sebesar 62% dari angka Di Indonesia sendiri data tersebut belum jelas, padahal
tersebut membutuhkan perawatan hemodialisis. masalah di mulut akan memperburuk kualitas hidup
0HQXUXWGDWD1DWLRQDO5HJLVWU\WDKXQVHEDQ\DN pasien. Berdasarkan data buku catatan pasien, sepanjang
RUDQJPHQGHULWD**7GDQGLDQWDUDQ\DSHUOX WDKXQWHUGDSDWSDVHLQ**.\DQJGLUXMXNNH
menjalani hemodialisis.3 poli gigi dan mulut bagian ilmu penyakit mulut untuk
evaluasi dan tata laksana masalah gigi dan mulut.
Data prevalensi pasien GGK di Indonesia dapat Dari pemeriksaan didapatkan sejumlah kelainan yang
dikatakan belum ada, karena studi epidemiologi dapat menjadi masalah bagi pasien GGT. Namun
mengenai penyakit ini masih sangat terbatas. Hal ini karena keterbatasan waktu dan alat, pemeriksaan
disebabkan di Indonesia sampai saat ini belum terdapat yang dilakukna terbatas pada pemeriksaan rutin,
penelitian yang bersifat nasional dan multisenter, yang sehingga data yang tersedia tidak memadai. Selain itu
dapat menggambarkan prevalensi GGT dengan tepat. data masalah kelainan orofasial yang dijumpai pada
Selain itu seringkali pasien GGK tidak terdiagnosis pasien GGT yang menjalani hemodialisis di RSCM
atau tidak dirujuk ke rumah sakit. Dengan demikian MXJDEHOXPWHUVHGLD$WDVGDVDUSHUWLPEDQJDQWHUVHEXW
data yang ada adalah banyaknya pasien GGK yang maka diperlukan penelitian tentang kelainan orofasial
masuk fase terminal (GGT) karena membutuhkan atau termasuk perubahan saliva yang terjadi pada pasien
sedang menjalani terapi hemodialisis. Berdasarkan GGT yang menjalani hemodialisis.
data tersebut, diperkirakan pasien GGK adalah
VHNLWDUSHUMXWDSHQGXGXN,QGRQHVLD,QIRUPDVL
dari bagian hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat METODE
Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyatakan jumlah
pasien yang sedang menjalani hemodialisis dalam 2 Penelitian observasional potong lintang ini dilakukan
WDKXQ WHUDNKLU GLSHUNLUDNDQ VHNLWDU SDVLHQ SDGDSHUWHQJDKDQ-DQXDULVDPSDLDNKLU)HEXDULGL
Pesatnya perkembangan di bidang teknologi dan medis bagian hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
kedokteran memungkinkan pasien GGT menjalani Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM).
hemodialisis, sehingga memiliki harapan hidup yang
lebih lama. Di sisi lain komplikasi yang mungkin timbul
akibat penyakit dan proses hemodialisis membutuhkan Subjek
kerja sama antar berbagai bidang ilmu, termasuk dokter 6HPELODQSXOXKWLJDGDULSDVLHQEHUXVLDDQWDUD
gigi, untuk menangani pasien secara komprehensif.4,5 VDPSDLWDKXQ\DQJPHPHQXKLNULWHULDLQNOXVL
menjadi subjek dalam penelitian ini. Kriteria subjek yang
Cukup banyak laporan tentang adanya masalah oral ditetapkan adalah semua pasien GGT yang menjalani
yang dikeluhkan pasien GGT yang sedang menjalani hemodialisis di RSUPN-CM pada saat penelitian sedang
hemodialisis.6-8 Keluhan ini kemungkinan terkait dengan dilakukan, kondisi umum pasien memungkinkan untuk
proses penyakit ginjal, penggunaan obat serta proses dilakukan pemeriksaan klinis, pengukuran saliva dan
hemodialisis.6-9$GDQ\DNHODLQDQGLPXOXWWHUVHEXWGDSDW bersedia mengikuti penelitian sampai selesai dengan
menganggu asupan nutrisi pasien, padahal nutrisi yang menandatangani lembar persetujuan.
adekuat diperlukan oleh pasien hemodialisis. Hal ini
Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3, 69-78
Pasien GGT dengan dialisis praoperatif atau dialisis stimulasi, pH, kapasitas dapar, tingkat hidrasi mukosa
temporer, kondisi kesadaran pasien menurun sehingga labial bawah dan tingkat viskositas saliva
tidak memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan
klinis dan pengukuran saliva, atau yang tidak Pengukuran saliva dengan metode spitting, pada saliva
komunikatif dan tidak dapat bekerja sama menurut keseluruhan tanpa dan dengan stimulasi paraffin
peneliti tidak disertakan dalam penelitian. wax (*&$VLD'HQWDOGLODNXNDQVHEHOXPSURVHGXU
hemodialisis dimulai. Pengukuran pH dan kapasitas
Bahan dan alat dapar saliva dilakukan dengan kertas lakmus khusus
$ODW\DQJGLJXQDNDQXQWXNSHPHULNVDDQNOLQLNDGDODK berindikator dan saliva buffer test kit*&$VLD'HQWDO
instrumen standar kedokteran gigi dan senter diagnostik. sesuai petunjuk pabrik. Tingkat hidrasi mukosa labial
Pemeriksaan saliva dilakukan dengan kertas lakmus diperiksa secara visual dengan mengamati kecepatan
S+EHULQGLNDWRU*&$VLD'HQWDOGDQsaliva buffer SHPEHQWXNDQEXWLUDQVDOLYDGDULRUL¿VNHOHQMDUVDOLYD
test kit *&$VLD'HQWDO/HPEDUUHNDPPHGLNSDVLHQ minor di mukosa labial bawah untuk menilai tingkat
GLJXQDNDQXQWXNPHQGDSDWNDQGDWDGHPRJUD¿ULZD\DW hidrasi mukosa mulut. Penilaian viskositas saliva
medis, dan status hemodialisis. Kuesioner yang terkait dilakukan secara visual terhadap saliva keseluruhan
dengan serostomia, disgesia, rasa metal, perdarahan tanpa stimulasi. Pada penelitian ini juga dilakukan
gingiva, rasa nyeri pada mukosa mulut dan lidah, dan pemeriksaan kebersihan mulut dan status dental,
perioral anesthesia juga disertakan. sebab hal ini berpengaruh pada kondisi mulut secara
keseluruhan. Pemeriksaan meliputi pengukuran
Prosedur skor Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S), serta
Data demografi, data riwayat medis dan status pengukuran skor Decay, Missing, Filling Teeth (DMF-T).
hemodialisis diperoleh dari rekam medik dan wawancara
langsung oleh peneliti kepada subjek penelitian
atau anggota keluarganya jika data yang diperoleh HASIL
sebelumnya kurang jelas. Wawancara terstruktur
meliputi pertanyaan-pertanyaan mengenai keluhan Sembilan puluh tiga pasien memenuhi kriteria inklusi,
subjektif terkait kelainan regio orofasial (serostomia, WHUGLULGDULSDVLHQODNLODNLGDQ
disgesia, rasa metal, rasa nyeri pada lidah dan atau SDVLHQSHUHPSXDQ7DEHO6HEDJLDQEHVDUVXEMHN
mukosa mulut, perioral anesthesia). (79,6%) yang diperiksa telah menjalani hemodialisis
VHODPDVDPSDLWDKXQ5DWDUDWDGXUDVLKHPRGLDOLVLV
Data objektif diperoleh dengan melakukan pemeriksaan DGDODK6'WDKXQGHQJDQUHQWDQJVDPSDL
klinis pada mukosa jaringan lunak regio orofasial WDKXQ(WLRORJL**7\DQJWHUEDQ\DNGLMXPSDLDGDODK
(kelenjar parotis, kelenjar limfe submandibula, bibir, JORPHUXORQHIULWLV\DLWXNDVXV6HEDQ\DN
mukosa labial atas dan bawah, mukosa bukal kiri dan VXEMHNWLGDNGLNHWDKXLHWLRORJLQ\DWHUPDVXN
kanan, gingiva, palatum durum, palatum molle, lidah 3 (3,2%) dengan rekam medik yang tidak lengkap.
(dorsum, ventral, lateral kiri dan kanan), dan dasar Sedangkan riwayat penggunaan rutin jamu atau obat-
mulut) yang dilakukan saat subjek sedang menjalani obatan yang diketahui memiliki efek nefrotoksik
prosedur hemodialisis. ditemukan pada 23 (24,7%) subjek penelitian.
Kelainan jaringan lunak regio orofasial yang diperiksa Medikasi yang mungkin berkaitan dengan kelainan di
adalah dysgeusia, rasa metal, nyeri mukosa atau mulut dan sedang dikonsumsi oleh subjek penelitian
lidah, perioral anesthesia, serostomia, pembesaran pada saat pemeriksaan, adalah anti hipertensi pada 68
asimptomatik kelenjar saliva (sialosis), bau uremik, VXEMHNVHUWDDQWLNRDJXODQDWDXDQWLSODWHOHW
stomatitis uremik, kandidiasis oral, mukosa mulut pucat, SDGDVXEMHN$QWLKLSHUWHQVL\DQJGLNRQVXPVL
bercak hemoragik (ptekie dan ekimosis), perdarahan meliputi golongan ACE inhibitor, anti adrenergic,
gingiva, tongue coatingGHSRVLVLNDONXOXVLQÀDPDVL -blocker, Ca channel blocker dan diuretik. Sementara
/pembesaran gingiva. Penilaian sialosis dilakukan LWXULZD\DWPHGLNDVLVXEMHNWLGDNGDSDWGLNHWDKXL
secara visual dan palpasi akan adanya pembesaran
kelenjar saliva parotis yang asimptomatik, bilateral, 6HOXUXKVXEMHNPHQXQMXNNDQDWDXOHELKWDQGDGDQ
WDQSDLQÀDPDVLGDQEXNDQPHUXSDNDQNHJDQDVDQ'DWD atau gejala kelainan jaringan lunak regio orofasial.
serostomia diperoleh dengan mencatat riwayat keluhan Karakteristik dan distribusi frekuensi kelainan tersebut
pasien dan riwayat medis, menggunakan kuesioner GDSDWGLOLKDWSDGD7DEHO/HVLPXOXW\DQJPHUXSDNDQ
Fox dan ditunjang dengan pemeriksaan klinis adanya manifestasi oral khas GGT yaitu stomatitis uremik
mukosa mulut yang tampak kering serta pengukuran laju ternyata tidak ditemukan pada penelitian ini.
aliran saliva untuk melihat ada tidaknya hiposalivasi.
Pemeriksaan bau uremik dilakukan secara organoleptik. Pada seluruh subjek dijumpai lapisan (coating) yang
menutupi dorsum lidah dengan berbagai kategori
Karakteristik saliva yang diperiksa dalam penelitian ini ketebalan. Deposit kalkulus dan inflamasi gingiva
meliputi laju aliran saliva keseluruhan tanpa dan dengan GLMXPSDLSDGDVXEMHN7HPXDQNOLQLVODLQ
Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3, 69-78
yang perlu dicermati karena dijumpai pada sebagian Tabel 1. Distribusi frekuensi pasien gagal ginjal terminal
besar subjek adalah adanya cheilitis pada 92 (98,9%) yang sedang menjalani hemodialisis di RSUPN-CM pada
EXODQ-DQXDUL)HEXDULPHQXUXWNHORPSRNXPXUGDQ
subjek, fissured tongue pada seluruh subjek, atropi jenis kelamin (n=93)
ODWHUDOOLGDKSDGDVXEMHNGDQDWULVLJLJLSDGD
79 (84,9%) subjek. (%)
Kelompok usia Jenis kelamin Jumlah
Pengukuran laju aliran saliva keseluruhan tanpa (Tahun)
/DNLODNL Perempuan (%)
VWLPXODVLPHQXQMXNNDQQLODLUDWDUDWDVHEHVDU6'
POPHQLW6HEDQ\DNVXEMHNWHUPDVXN 3 (3,2) 3 3,2
NDWHJRULKLSRVDOLYDVLODMXDOLUDQVDOLYDGLEDZDKPO 3 (3,2) 3 3,2
menit). Sedangkan untuk pengukuran laju aliran saliva 6 (6,5) 3(3,2) 9 9,7
NHVHOXUXKDQ GHQJDQ VWLPXODVL VHEDQ\DN 36 38,7
subjek termasuk kategori hiposalivasi (laju aliran saliva 24 25,8
OHELKNHFLOGDULPOPHQLW7DEHOGDQ
4 (4,3)
5DWDUDWD S+ VDOLYD VXEMHN DGDODK 6' 3 (3,2) 4 4,3
6HEDQ\DNVXEMHNPHPSXQ\DLS+VDOLYD Jumlah 36 (38,7) 93
yang cenderung basa. Rata-rata kapasitas dapar adalah Rata-rata usia
6'6HEDQ\DNVXEMHNPHPLOLNL (tahun)
NDSDVLWDVGDSDUVDOLYD\DQJWLQJJLVXEMHN
termasuk kategori sedang, sedangkan 5(5,4%) subjek Tabel 2. Distribusi f rekuensi karakteristik kelainan jaringan
lunak regio orofasial pada pasien gagal ginjal terminal yang
dijumpai termasuk kategori rendah. sedang menjalani hemodialisis di RSUPN-CM pada bulan
-DQXDUL)HEXDULQ
Mayoritas yaitu 74(79,6%) subjek memiliki tingkat
hidrasi rendah dan peningkatan viskositas saliva. Karakteristik Ya % Tidak % Jumlah %
kelainan jaringan
6HEDJLDQEHVDUVXEMHN\DLWXVXEMHNPHPLOLNL lunak regio
saliva yang bergelembung dan berbuih dan bahkan orofasial
SDGDVXEMHNYLVNRVLWDVVDOLYDQ\DOHQJNHWGDQ Gangguan 62 66,7 33,3 93
berbuih (Tabel 4). Rata-rata laju aliran saliva tanpa dan pengecapan
dengan stimulasi pada subjek penelitian yang mengalami (dysgeusia)
sialosis ternyata lebih rendah bila dibandingkan dengan Rasa metal (metal 53 93
taste)
yang tidak mengalami sialosis. Demikian juga dengan
nilai rata-rata pH, kapasitas dapar, tingkat hidrasi, dan Nyeri mukosa atau 33,3 62 66,7 93
lidah
viskositasnya.
Perioral anesthesia 23 24,7 75,3 93
Tabulasi silang antara keluhan serostomia dan sialosis, Serostomia 77 82,8 93
PHQXQMXNNDQGDULVXEMHNGHQJDQVLDORVLVVHEDQ\DN Sialosis 75,3 23 24,7 93
VXEMHNPHQJHOXKNDQDGDQ\DVHURVWRPLD Bau uremik 38 55 93
6HGDQJNDQ VHEDQ\DN VXEMHN PHUDVD (Uremic Odor)
serostomia, namun tidak dijumpai sialosis dan pada 6 Stomatitis uremik 93 93
VXEMHNWLGDNGLMXPSDLNHGXDNHODLQDQWHUVHEXW (Uremic Stomatitis)
(Tabel 5)
$QJXODUFKHLOLWLV 35 37,7 58 62,3 93
Selanjutnya dilakukan eksplorasi data (Tabel 6) dan Pseudomembranous 3 3,2 96,8 93
Candidiasis
dijumpai rata-rata laju aliran saliva keseluruhan tanpa
Mukosa pucat 88 94,6 5 5,4 93
dan dengan stimulasi pada subjek penelitian yang
mengalami serostomia dan sialosis ternyata lebih rendah Bercak hemoragik 37 39,8 56 93
bila dibandingkan dengan yang tidak mengalami hal Perdarahan 79 84,9 93
tersebut. gingival
Tongue coating 93 93
Eksplorasi pada faktor-faktor yang mungkin terkait Deposit kalkulus 97,8 2 2,2 93
dengan laju aliran saliva tanpa dan dengan stimulasi, ,QÀDPDVLJLQJLYDO 97,8 2 2,2 93
yaitu dengan penggunaan obat anti hipertensi, /DLQODLQ
serostomia, dan dysgeusia juga menunjukkan bahwa
Cheilitis 92 98,9 93
rata-rata laju aliran saliva lebih rendah pada kelompok
subjek yang menggnakan obat, serta mengalami Fissured Tongue 93 93
serostomia dan dysgeusia (Tabel 7). Sebanyak 83 $WURSLODWHUDO 66 27 93
lidah
(89,2%) subjek memiliki kebersihan mulut buruk dan
$WULVLJLJL 79 84,9 93
72
Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3, 69-78
Tabel 3. Distribusi frekuensi perbandingan antara keluhan Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik saliva pasien
serostomia dan hasil pengukuran laju aliran saliva gagal ginjal terminal yang sedang menjalani hemodialisis
keseluruhan pada pasien gagal ginjal terminal yang sedang GL56831&0SDGDEXODQ-DQXDUL)HEXDULQ
menjalani hemodialisis di RSUPN-CM pada bulan Januari-
)HEXDULQ
Karakteristik saliva Jumlah %
Serostomia Jumlah % pH Saliva
Kriteria laju aliran
saliva keseluruhan Ya Tidak $VDP 2 2,2
Tanpa stimulasi 0RGHUDW
+LSRVDOLYDVLPO Basa (6.8-7.8) 75
22,6
menit) Jumlah 93
Di bawah kisaran Rata-rata Ph
normal
27 5 32 34,4
!POPHQLW Kapasitas Dapar Saliva
1RUPDOPO 5HQGDK 5 5,4
5 23 24,7
menit)
Sedang (6-9)
Di atas kisaran normal
6 7LQJJL 76,3
!POPHQLW Jumlah 93
Jumlah 77 93 Rata-rata kapasitas dapar
sisanya memiliki kebersihan mulut sedang. Rata-rata Penelit ia n d ila k u ka n d i RSU PN- CM denga n
VNRU2+,6DGDODK6'6HEDQ\DN karakteristik sebagian besar subjek penelitian termasuk
subjek tidak dapat disertakan dalam penghitungan skor golongan sosial ekonomi menengah ke bawah dan
OHI-S, karena jumlah gigi yang tersisa tidak mewakili ELD\D SHUDZDWDQQ\D GLWDQJJXQJ $6.(6 +DO LQL
regio yang diperlukan dalam penghitungan atau subjek mempengaruhi tingkat pemahaman, kesadaran dan
menggunakan gigi tiruan. sikap subjek terhadap pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut, termasuk kepatuhan pasien akan instruksi
3DGDSHQJXNXUDQVNRU'0)7GLWHPXNDQKDQ\D medis terkait dengan kondisinya, yang pada akhirnya
GDULVXEMHN\DQJEHEDVNDULHVGDQWXPSDWDQ berperan pada kelainan-kelainan orofasial yang mungkin
serta memiliki jumlah gigi lengkap. Sebanyak 4 (4,3%) dijumpai.
subjek tidak dapat dihitung skor DMF-T, karena jumlah
gigi yang tersisa tidak mewakili untuk penghitungan. Pada pasien GGT yang menjalani hemodialisis dilaporkan
6NRU'0)7SRSXODVL\DQJGLSHUROHKDGDODK\DQJ dapat dijumpai sejumlah manifestasi orofasial.6,7 Pada
menurut kriteria WHO termasuk kategori rendah, yaitu SHQHOLWLDQLQLSDGDVHOXUXKVXEMHNGLMXPSDLDWDXOHELK
GDODPUHQWDQJ/DMXNDULHVVXEMHNGLKLWXQJ tanda dan atau gejala kelainan jaringan lunak orofasial
dengan rata-rata skor Decay populasi yaitu 2,64. (Tabel 2). Jenis temuan klinis tersebut sesuai dengan
manifestasi oral subjek GGT dengan hemodialisis yang
dinyatakan pada berbagai literatur.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, dysgeusia ditemukan pada 62
Pada penelitian ini, GGT lebih banyak ditemukan pada (66,7%) subjek dan dari anamnesis beberapa subjek
NHORPSRNXVLDWDKXQGHQJDQUDWDUDWDXVLDVXEMHN mengeluhkan adanya gangguan rasa manis dan
adalah 49,97 tahun dan tidak terdapat kecenderungan asam, serta mulut terasa pahit. Hal ini sesuai dengan
JHQGHU7DEHO beberapa penelitian terdahulu yang melaporkan adanya
73
Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3, 69-78
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan proporsi antara sialosis dan serostomia pada pasien gagal ginjal terminal yang sedang
PHQMDODQLKHPRGLDOLVLVGL56831&0SDGDEXODQ-DQXDUL)HEXDULQ
Serostomia
Pembesaran kelenjar
Parotis (Sialosis) Ya (%) Tidak (%) Jumlah
Ya
Tidak 23
Jumlah 77 93
Tabel 6. Distribusi frekuensi perbandingan sialosis dan serostomia dengan karakteristik saliva pasien gagal ginjal terminal
\DQJVHGDQJPHQMDODQLKHPRGLDOLVLVGL56831&0SDGDEXODQ-DQXDUL)HEXDULQ
/DMX$OLUDQ6DOLYD.HVHOXUXKDQ7DQSD6WLPXODVL
/DMX$OLUDQ6DOLYD.HVHOXUXKDQ'HQJDQ6WLPXODVL
Tabel 7. Distribusi frekuensi perbandingan laju aliran saliva tanpa dan dengan stimulasi, penggunaan anti hipertensi,
serostomia dan dysgeusia pada pasien gagal ginjal terminal yang sedang menjalani hemodialisis di RSUPN-CM pada bulan
-DQXDUL)HEXDULQ
/DMX$OLUDQ6DOLYD.HVHOXUXKDQ7DQSD6WLPXODVL
/DMX$OLUDQ6DOLYD.HVHOXUXKDQ'HQJDQ6WLPXODVL
indikasi bahwa pengecapan terhadap rasa manis dan serta bau uremik dan tongue coating. Rasa metal yang
asam lebih terpengaruh dibandingkan rasa asin dan dialami pasien hemodialisis diduga terkait dengan
pahit.7 Tingginya kadar ureum, dimetil dan trimetil adanya kecenderungan perdarahan pada gingiva dan
amin dalam saliva dan rendahnya kadar seng diduga PXNRVDPXOXW/LWHUDWXUODLQPHQJNDLWNDQUDVDPHWDO
terkait dengan penurunan persepsi rasa pada pasien dengan tingginya kadar ureum dalam saliva.
hemodialisis.7 Kemungkinan faktor penyebab lainnya
DGDODKDGDQ\DJDQJJXDQPHWDEROLVPHGDQGH¿VLHQVL Bau uremik yang lazim dijumpai pada penderita gagal
vitamin, yang sering terjadi pada pasien GGT sehingga ginjal kronik, disebabkan tingginya kadar ureum dalam
menyebabkan terjadinya atropi kuncup pengecap. darah, dimana ureum akan dipecah menjadi ammonia
Gangguan pengecapan pada penderita gagal ginjal yang kadarnya meningkat dalam saliva sehingga
kronik mungkin juga berkaitan dengan rasa metal, menimbulkan halitosis. Pada penelitian ini pengukuran
bau uremik, penurunan laju aliran saliva, akumulasi bau uremik dilakukan secara organoleptik saja, yaitu
lapisan debris di lidah dan diperburuk oleh kebersihan dengan indera penghidu oleh peneliti. Diperkirakan
mulut yang buruk. Pemikiran ini didasari oleh temuan bau uremik yang terdeteksi berkaitan dengan tingginya
bahwa sejumlah subjek dengan dysgeusia ternyata juga kadar ureum darah. Namun hal ini perlu dibuktikan
mengalami keluhan rasa metal dan mulut yang kering, lebih jauh dengan pemeriksaan laboratorium darah
74
Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3, 69-78
kadar ureum dan kreatinin sebagai penunjang, yang pembesaran kelenjar saliva melalui intervensi fungsi
pada penelitian ini tidak dilakukan karena keterbatasan saraf otonom. Untuk kejelasan patogenesis sialosis dan
penelitian. kaitannya dengan perubahan saliva masih diperlukan
penelitian lebih lanjut.
Pada penelitian ini nyeri pada mukosa mulut dan
atau lidah ditemukan pernah terjadi pada sekitar Dari perbandingan antara serostomia dan sialosis,
sepertiga dari keseluruhan subjek. Hal ini sesuai didapatkan persentase serostomia sedikit lebih tinggi
dengan pernyataan bahwa akumulasi kadar ammonia dari sialosis. Perbedaan hal ini mungkin disebabkan
dalam saliva dapat mengiritasi mukosa mulut.7 Selain serostomia mer upakan keluhan subjektif yang
itu beberapa subjek juga pernah merasakan rasa kebas lebih dipengaruhi toleransi pasien terhadap kondisi
atau seperti kesemutan pada daerah di sekitar mulut dan penyakitnya. Namun karena penelitian ini adalah
wajah (perioral anesthesia). Diduga hal ini berkaitan penelitian deskriptif maka hasil yang didapatkan
dengan gangguan saraf (neuropati perifer) yang terjadi tidak dapat dipakai untuk melihat hubungan sebab
pada pasien gagal ginjal kronik. Beberapa literatur akibat. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menyatakan gangguan saraf dapat terjadi pada daerah mengetahui apakah sialosis merupakan kompensasi
muka dan perioral, walaupun jarang. dari keadaan serostomia, atau sebaliknya, serostomia
terjadi akibat sialosis mengingat pada penelitian ini
Serostomia merupakan keluhan utama pada penelitian juga didapati penurunan rata-rata laju aliran saliva pada
ini, yang dijumpai pada 77 (82,8%) subjek. Namun penderita sialosis dibandingkan yang tidak mengalami
karena serostomia merupakan keluhan subjektif, hal tersebut.
yang tidak selalu mencerminkan fungsi dan kondisi
kelenjar saliva sesungguhnya, maka serostomia saja /HVLPXOXW\DQJPHUXSDNDQPDQLIHVWDVLRUDONKDV**7
tidak dapat menjadi patokan adanya gangguan kelenjar yaitu stomatitis uremik ternyata tidak ditemukan pada
saliva. Temuan serostomia ini sesuai dengan penelitian ini. Tidak ditemukannya lesi ini diperkirakan
beberapa penelitian terdahulu bahwa serostomia banyak sejalan dengan hemodialisis yang rutin dijalani
dijumpai dan menjadi keluhan utama pasien GGT.5-8 subjek. Walaupun hilangnya resistensi jaringan dan
Kemungkinan adanya gangguan atau perubahan pada ketidakmampuan jaringan bertahan terhadap pengaruh
kelenjar saliva akibat kadar ureum darah yang tinggi traumatik, kebersihan mulut yang buruk diperkirakan
akan mempengaruhi penurunan laju aliran saliva juga berperan dalam terjadinya stomatitis uremik.
dan serostomia.7 Selain itu faktor terbatasnya asupan Melalui proses hemodialisis akan terjadi reduksi kadar
cairan serta pengaruh medikasi seperti anti hipertensi ureum darah, sehingga mengurangi kemungkinan
yang memiliki efek samping serogenik berperan WHUMDGL VWRPDWLWLV XUHPLN /LWHUDWXU PHQ\HEXWNDQ
pada terjadinya serostomia.6HEDQ\DN jarangnya stomatitis uremik dan ulserasi intra oral
subjek diketahui mendapat anti hipertensi, meliputi PHUHÀHNVLNDQNRQGLVLVXEMHNWHODKGDODPSHUDZDWDQ
golongan ACE inhibitor, anti adrenergic, E-blocker, medis yang memadai.7
Ca channel blocker dan diuretik. Medikasi tersebut
diketahui memiliki efek samping serogenik. Namun Dugaan infeksi candida yang ditemukan pada penelitian
karena subjek umumnya menggunakan kombinasi anti ini didukung oleh gejala klinis adanya plak-plak
hipertensi, tidak dapat diketahui medikasi mana yang putih yang dapat diangkat dan meninggalkan dasar
lebih dominan pengaruhnya pada kekeringan mulut dan hiperemis. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang
laju aliran saliva. GLVHUWDLNRQ¿UPDVLSHPHULNVDDQNXOWXUNDQGLGDGLVDOLYD
untuk ketepatan diagnosis. Saliva memegang peranan
Sialosis pada penelitian ini dijumpai sebesar 75,3%. penting dalam menjaga keseimbangan homeostasis
Meskipun demikian mekanisme dan etiologi peningkatan rongga mulut, melalui aktivitas antimikrobial dan fungsi
insidens sialosis ini belum diketahui. Dari penelusuran lubrikasi bagi mukosa mulut, sehingga kondisi mulut
literatur mengenai pasien GGT hanya dijumpai sedikit yang kering dan kebersihan mulut yang buruk akan
data mengenai perubahan kelenjar saliva. Sialosis dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi di rongga mulut.
ditemukan pada kondisi ketidakseimbangan hormonal,
GH¿VLHQVLQXWULVLDONRKROLVPHDWDXJDQJJXDQPHNDQLVPH Mukosa mulut yang pucat (94,6%) pada pasien GGT
kontrol neural. Pada pasien GGT diperkirakan hal ini merupakan manifestasi klinis adanya anemia, yang
terkait dengan kompensasi kelenjar saliva terhadap lazim dijumpai pada pasien GGT, yang melibatkan
dehidrasi episodik,GH¿VLHQVLQXWULVL35 serta akibat patogenesis multifaktorial. Temuan klinis ini sebaiknya
toksin uremik yang diduga menyebabkan perubahan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium darah.
pada kelenjar saliva. Gangguan fungsi saliva pada
SDVLHQKHPRGLDOLVLVWHUNDLWGHQJDQDWUR¿JODQGXODUGDQ Pada penelitian ini, dijumpai bercak hemoragik pada 37
¿EURVLVNHOHQMDUVDOLYDPLQRU,DMXJDPHQ\DWDNDQEDKZD VXEMHNGDQSHUGDUDKDQJLQJLYDSDGD
uremia dapat mempercepat terjadinya kemunduran subjek. Selain itu dari rekam medik pasien diketahui
fungsi kelenjar terkait dengan proses menua. Selain sebanyak 9(9,7%) subjek mendapat medikasi oral anti
itu adanya penggunaan medikasi anti hipertensi koagulan atau anti platelet, yang diduga berkaitan
anti adrenergik (clonidin) diketahui menyebabkan dengan timbulnya bercak hemoragik di mukosa mulut
75
Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3, 69-78
dan bahkan perdarahan gingiva secara spontan. Hal akibat gangguan metabolisme pada pasien gagal ginjal
ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kronik. Fisur pada dorsum lidah juga lazim dijumpai
bercak hemoragik di mukosa atau perdarahan mukosa seiring dengan peningkatan usia dan pada beberapa
dan atau gingiva pada pasien GGT, berkaitan dengan OLWHUDWXUGLNDLWNDQGHQJDQWUDXPDGH¿VLHQVLYLWDPLQ
defek platelet akibat toksin uremik, serta pengaruh dan kelainan perkembangan.3DGDSHQHOLWLDQLQL¿VXU
penggunaan medikasi anti koagulan atau anti platelet.2,7 GLMXPSDLWHUEDQ\DNSDGDNHORPSRNXVLDWDKXQ
Pada subjek yang tidak menggunakan medikasi oral Tidak dapat ditarik kesimpulan apakah peningkatan
anti koagulan, ternyata juga didapati adanya bercak XVLDEHUKXEXQJDQGHQJDQ¿VXUNDUHQDVHEDUDQGDWD
hemoragik dan perdarahan gingiva pada mukosa penelitian ini memang terkumpul pada kelompok usia
mulutnya. Kemungkinan hal ini berkaitan dengan tersebut. Melihat fisur yang dijumpai pada seluruh
penggunaan heparin dalam prosedur dialisis. Dalam subjek, mungkin dapat dilakukan penelitian lebih lanjut
KDOLQLSHUOXDGDQ\DNRQ¿UPDVLOHELKODQMXWGHQJDQ untuk melihat adakah kaitan GGT, hemodialisis dan
pemeriksaan darah. ¿VXUSDGDOLGDK
Pada penelitian ini sesuai dengan literatur7, dijumpai Pada penelitian ini perubahan saliva dilihat dari
tongue coating dengan kategori ketebalan yang penurunan laju aliran saliva keseluruhan, baik tanpa
bervariasi pada seluruh subjek. Kondisi mulut yang dan dengan stimulasi, pH dan kapasitas dapar saliva,
kering sehingga menyebabkan berkurangnya self- serta pengukuran tingkat hidrasi mukosa labial bawah
cleansing, penggunaan berbagai medikasi sistemik dan dan viskositas saliva. Pengukuran laju aliran saliva
kebersihan mulut yang buruk berperan pada terjadinya dengan stimulasi menggunakan stimulasi mekanik,
tongue coating. Selain itu faktor ketidaktahuan yaitu SDUDI¿QZD[ inert (GC) untuk meminimalkan
mayoritas pasien bahwa permukaan dorsum lidah terjadinya bias pada pengukuran kapasitas dapar. Pada
perlu dibersihkan pada saat menyikat gigi diduga juga pelaksanaannya dalam penelitian ini, dijumpai beberapa
berperan. subjek yang ternyata mual saat harus mengunyah
paraffin. Hal ini mungkin berpengaruh pada hasil
B e b e r a p a p e n el it i a n t e r d a hu lu m el a p o r k a n pengukuran laju aliran saliva dengan stimulasi dan
kecenderungan terbentuknya deposit kalkulus yang dapat menjadi faktor pengganggu pada hasil penelitian
tinggi. Diduga bahwa gangguan keseimbangan ini. Hal lain yang juga berpengaruh adalah waktu
serum fosfat dan kalsium menyebabkan hal tersebut. pengambilan saliva yang tidak bisa disamakan, karena
Hal ini sesuai dengan temuan pada penelitian ini, di subjek penelitian terbagi menjadi 2 giliran pagi dan
mana pada hampir seluruh subjek ditemukan deposit siang dalam menjalani hemodialisis. Dengan demikian
kalkulus supra dan sub gingiva yang menyeluruh. kemungkinan efek ritme biologis mempengaruhi hasil
Kondisi ini ditambah dengan tingginya akumulasi pengukuran laju aliran saliva tersebut tidak dapat
plak menyebabkan kebersihan mulut yang buruk dan dihindari. Dijumpai ada perbedaan antara rata-rata
sejalan dengan inflamasi gingiva yang ditemukan, laju aliran saliva keseluruhan dengan stimulasi pada
\DLWXSDGDVXEMHN3DGDSHQHOLWLDQLQLIDNWRU NHORPSRNSDJL/$6.76/$6.'6GDQ
lain yang diduga berperan adalah ketidaktahuan atau VLDQJ/$6.76/$6.'6+DVLOWHUVHEXW
ketidakmampuan pasien membersihkan gigi dan mulut tidak sesuai dengan teori, namun faktor apa yang
dengan baik, atau rendahnya frekuensi subjek ke dokter berpengaruh di sini tidak diketahui. Diperkirakan
gigi terkait status sosial ekonominya. adanya kerusakan pada kelenjar saliva individual lebih
berperan dibandingkan efek ritme biologis yang terjadi.
Temuan klinis lain yang dijumpai adalah keilitis, yang Hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut
bervariasi berupa bibir yang kering, deskuamasi atau disertai pengukuran fungsi kelenjar saliva. Selain itu
EHUGDUDK\DQJGLGXJDEHUKXEXQJDQGHQJDQGH¿VLHQVL diduga pada subjek kelompok siang, faktor dehidrasi dan
nutrisi dan kondisi dehidrasi cairan tubuh secara cuaca yang panas mempengaruhi laju aliran salivanya.
keseluruhan, serta terbatasnya asupan cairan yang dapat
dikonsumsi pasien. Perlu penelitian lebih lanjut, sebab Pada pengukuran laju aliran saliva tanpa stimulasi,
penulis belum menemukan literatur yang membahas VXEMHN\DQJWHUPDVXNNDWHJRULKLSRVDOLYDVLDGDODK
keilitis pada pasien GGT. Pada pemeriksaan juga terlihat (22,6%) subjek, namun sebanyak 32 (34,4%) subjek
kecenderungan terjadinya atrisi permukaan gigi, yang berada pada ambang batas bawah, yaitu di antara
dijumpai pada 79 (84,9%) subjek. Temuan ini sesuai POPHQLW+DOLQLVHVXDLGHQJDQOLWHUDWXU\DQJ
dengan penelitian yang melaporkan frekuensi atrisi yang menunjukkan adanya kecenderungan penurunan
WLQJJLSDGDSDVLHQ**7/LWHUDWXUPHQJNDLWNDQKDOLQL laju aliran saliva pada pasien GGT yang menjalani
dengan proses menua atau kondisi mulut yang kering. hemodialisis. Penurunan laju aliran saliva ini
Kebiasaan pasien mengunyah es batu untuk mengatasi disebabkan kombinasi keterlibatan langsung uremik
rasa kering di mulut, karena asupan cairan yang dibatasi pada kelenjar saliva serta dehidrasi yang terkait
mungkin berpengaruh pada kelainan ini.9 Selain itu pembatasan asupan cairan.4,6,7 Namun subjek penelitian
GLWHPXNDQDGDQ\D¿VXU¿VXUSDGDGRUVXPOLGDK\DQJ ini diketahui seringkali tidak mematuhi anjuran dokter
diduga terkait dengan kondisi mulut yang kering, serta dalam membatasi asupan cairan dan hal ini mungkin
DGDQ\DGH¿VLHQVLQXWULVLWHUXWDPDYLWDPLQ%NRPSOHNV berpengaruh pada hasil pengukuran laju aliran saliva.
76
Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3, 69-78
Sedangkan pada pengukuran laju aliran saliva dengan Untuk konfirmasi temuan ini sebaiknya dilakukan
stimulasi, temuan hiposalivasi dijumpai pada 29 analisa komponen saliva yang lain. Subjek penelitian
VXEMHN1RUPDOQ\DODMXDOLUDQVDOLYDGHQJDQ juga diperiksa tingkat hidrasi mukosa mulutnya dan
VWLPXODVLDGDODKVHNLWDUPOPHQLWdan hiposalivasi KDPSLUVXEMHNWHUPDVXNNDWHJRULUHQGDK+DOLQL
ELODQLODLQ\DOHELKNHFLOGDULPOPHQLW Data subjek menggambarkan adanya gangguan pada fungsi kelenjar
dengan keadaan hiposalivasi mendukung hasil penelitian saliva minor pada mukosa mulut dan menunjang data
terdahulu bahwa memang terjadi gangguan fungsi penurunan laju aliran saliva. Sebanyak 2 (2,2%) subjek
kelenjar saliva yang menyebabkan reduksi sekresi saliva ternyata memiliki tingkat hidrasi tinggi, yang diduga
pada pasien GGT dengan hemodialisis. berkaitan dengan usia subjek tersebut yang relatif muda
dan durasi penyakit relatif masih sebentar, yaitu sekitar
Sebagian subjek penelitian memiliki keluhan mulut WDKXQ
kering, meskipun yang benar-benar termasuk hiposalivasi
KDQ\D VXEMHN VDDW WDQSD VWLPXODVL GDQ Viskositas saliva subjek yang mayoritas adalah kental
VXEMHNGHQJDQVWLPXODVL6HMXPODKVXEMHN dan berbuih sesuai dengan gambaran klinis adanya
masih memiliki laju aliran saliva normal, namun hiposalivasi, yaitu laju aliran saliva menurun dan
mengeluhkan adanya mulut kering. Hal sebaliknya viskositas saliva meningkat. Hal ini disebabkan adanya
dapat terjadi bahwa ada subjek dengan penurunan laju kondisi dehidrasi secara umum yang berpengaruh pada
aliran saliva, tetapi tidak merasa mulutnya kering, yang penurunan jumlah cairan pembentuk saliva.
mungkin disebabkan adanya toleransi dari mekanisme
WXEXKSDVLHQ/LWHUDWXUPHQ\HEXWNDQEDKZDVHURVWRPLD Menurut literatur kebersihan mulut pasien hemodialisis
memang dapat terjadi tanpa disertai penurunan laju cenderung buruk, mungkin berkaitan dengan kondisi
aliran saliva dan sebaliknya bisa dialami oleh subjek penyakit dan proses hemodialisis itu sendiri telah
dengan aliran saliva normal.+DOLQLSHUOXGLNRQ¿UPDVL menyita waktu dan perhatian subjek, sehingga
lebih lanjut dengan tes fungsi kelenjar saliva. Pada kebersihan mulut cenderung terabaikan. Padahal
penelitian ini didapati juga laju aliran saliva subjek kebersihan gigi dan mulut sangat penting, apalagi dalam
yang di atas kisaran normal. Diduga hal ini disebabkan kaitannya dengan rentannya pasien gagal ginjal kronik
subjek tersebut mengalami hipersalivasi atau karena terhadap infeksi. Kebersihan gigi dan mulut yang
ada perbedaan waktu pengukuran laju aliran saliva. buruk akan menjadi fokus infeksi yang dapat menyebar
Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa neuropati lokal, menimbulkan septikemia, menyebar jauh dan
diabetes berperan pada penurunan laju aliran saliva dan bahkan menyebabkan kemunduran kondisi sistemik
serostomia.22 Namun peranan mekanisme neuopati pada pasien, yang pada akhirnya akan memperburuk kualitas
pasien GGT terhadap penurunan laju aliran saliva dan hidup pasien.
serostomia belum diketahui jelas, jadi perlu penelitian
lebih lanjut.
SIMPULAN
Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu, pH saliva
keseluruhan tanpa stimulasi pada subjek penelitian Kelainan-kelainan yang ditemukan sebagian besar
ini dijumpai cenderung tinggi atau basa.23,24 Hal ini sesuai dengan yang tertera di berbagai literatur,
disebabkan tingginya konsentrasi amonia dalam saliva QDPXQDGDEHEHUDSDKDO\DQJVSHVL¿NSDGDSHQHOLWLDQ
akibat hidrolisis urea oleh mikroorganisme oral. ini. Keluhan utama yang ditemukan adalah adanya
Meskipun pada penelitian ini kadar fosfat saliva tidak serostomia, sedangkan kelainan orofasial yang paling
GLSHULNVDVHFDUDVSHVL¿NQDPXQGLODNXNDQSHQJXNXUDQ banyak adalah tongue coating.
kapasitas dapar dengan menggunakan kit khusus (GC
FRUS$NDQOHELKEDLNELODGLODNXNDQSHQHOLWLDQODQMXWDQ Pengenalan dini dan penanganan gangguan pada
disertai pemeriksaan kadar fosfat saliva. Hasil yang kelenjar saliva pada pasien hemodialisis perlu mendapat
diperoleh menunjukkan sebagian besar subjek termasuk perhatian khusus. Hal ini disebabkan adanya penurunan
memiliki kapasitas dapar yang tinggi. Perubahan laju aliran saliva dan mulut yang kering dapat menjadi
keseimbangan serum fosfat dan kalsium berakibat predisposisi kelainan mulut lainnya. Mukosa mulut
pada tingginya konsentrasi fosfat dalam saliva dan yang kering akan mudah terluka dan menyebabkan
berpengaruh pada peningkatan kapasitas dapar saliva. asupan nutrisi pasien terganggu, yang pada akhirnya
Hal ini dapat menjadi suatu keuntungan bagi subjek, akan menurunkan kualitas hidup pasien.4,6 Dengan
terutama yang mengalami hiposalivasi, karena pH dan demikian temuan kelainan orofasial pada pasien GGT
kapasitas dapar saliva yang tinggi akan memperkecil dengan hemodialisis ini membutuhkan penatalaksanaan
kemungkinan terjadinya karies. komprehensif yang lebih lanjut.
Pada penelitian ini juga didapatkan data yang di luar Penelitian ini dapat menjadi dasar dan perlu
perkiraan, yaitu ada subjek yang memiliki pH tinggi, ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian lain pada
namun ternyata kapasitas daparnya rendah. Diduga pasien GGT yang menjalani hemodialisis.
ada faktor eksternal lain yang menyebabkan hal ini.
77
Journal of Dentistry Indonesia 2014, Vol. 21, No. 3, 69-78
78