You are on page 1of 15

Laporan Penelitian

Hubungan bentuk dan ukuran linggir alveolar pada model studi


pasien edentulus penuh di RSGM USU

Tri Rizki1*, Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K)2

Departement Prostodonsia, Facultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara

*korespondensi: e-mail: tririzkyyy@gmail.com

ABSTRACT

Introduction: Losing the entire teeth may cause changes to the alveolar ridge or known as
resorption. Resorption may change the shape and size of alveolar ridge. The changes of the shape
and size of the alveolar ridge may influence the retention and stability of dentures. The shapes of
alveolar ridge are divided into U, V, and flat; meanwhile its size can be categorized into large,
medium, and small. This research aims to discover the percentage of shape and size of the alveolar
ridge based on gender, as well as to know the relation between the alveolar ridge’s shape and size.
Methodology: This research design is descriptive analysis that used cross sectional method with
samples of 100 patient models with intact full edentulous. A cut on premolar area was conducted on
each sample, then the alveolar ridge was visually observed, and the measurement was conducted by
using digital caliper. After that, the result was analyzed using chi-square test and fisher’s exact to see
the correlation of shape and size of the alveolar ridge. Result: The result of this research shows that
the alveolar ridge U-shaped is more large size, V-shaped is more small size, and flat ridge is more
medium size. Based on gender, this research shows that large U-shaped is more common in men,
small V-shaped and medium flat ridge are more common in women. The result of this research also
shows that there is a significant correlation between the shape and size of alveolar ridge based on
gender, as seen from the value of p=0,0001 (p<0,05). Conclusion: The shape and size of alveolar
ridge are significant correlated because both can change due to resorption and the duration of
edentulous that may influence retention and stability of full denture.

Keywords: Edentulous, resorption, alveolar ridge, full denture

ABSTRAK

Pendahuluan: Kehilangan seluruh gigi menyebabkan perubahan pada linggir alveolar yang
disebut dengan resorpsi. Resorpsi yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan pada bentuk dan
ukuran linggir alveolar. Perubahan bentuk dan ukuran yang terjadi pada linggir alveolar dapat
memengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan. Bentuk linggir alveolar dibagi menjadi U, V, dan flat,
sedangkan ukuran linggir alveolar dibagi menjadi besar, sedang, dan kecil. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui persentase bentuk dan ukuran linggir alveolar berdasarkan jenis kelamin, serta
untuk mengetahui hubungan antar bentuk dan ukuran linggir alveolar tersebut. Metode: Rancangan
penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan metode cross sectional dengan sampel
model studi pasien edentulus penuh yang masih utuh pada rahang atas dan rahang bawah sebanyak
100 model. Setiap sampel dilakukan pemotongan pada daerah premolar, kemudian melihat bentuk
linggir alveolar secara visual dan melakukan pengukuran dengan menggunakan kaliper digital,
setelah itu hasil yang didapat dianalisis dengan uji chi-square dan fisher’s exact untuk melihat
hubungan bentuk dan ukuran linggir alveolar. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa linggir
alveolar yang berbentuk U lebih banyak yang berukuran besar, berbentuk V lebih banyak yang
berukuran kecil, dan yang berbentuk flat lebih banyak yang berukuran sedang. Berdasarkan jenis
kelamin, penelitian ini menunjukkan bahwa linggir alveolar berbentuk U yang berukuran besar lebih
banyak terdapat pada laki-laki, berbentuk V yang berukuran kecil lebih banyak terdapat perempuan,
dan berbentuk flat yang berukuran sedang juga lebih banyak terdapat pada perempuan. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara bentuk dan ukuran linggir
alveolar berdasarkan jenis kelamin, dilihat dari nilai p=0,0001 (p<0,05). Simpulan: Ada hubungan
yang signifikan antara bentuk dan ukuran linggir alveolar, karena keduanya dapat mengalami
perubahan yang disebabkan resorpsi dan lamanya edentulus yang dapat memengaruhi retensi dan
stabilisasi gigi tiruan penuh.

Kata Kunci : Edentulus, resorpsi, linggir alveolar, gigi tiruan penuh

PENDAHULUAN

Edentulus penuh merupakan suatu kondisi hilangnya seluruh gigi asli atau keadaan
tak bergigi pada rahang atas dan rahang bawah didalam rongga mulut. 1 Kehilangan gigi
dapat disebabkan oleh kerusakan gigi, periodontitis, ataupun karena trauma.2 Edentulus
mempunyai dampak negatif terhadap kualitas hidup mencakup fungsi pengunyahan,
penampilan, kemampuan berbicara, dan kepercayaan diri.1,2,3
Gigi tiruan penuh merupakan perawatan yang dapat diberikan kepada pasien
edentulus penuh.1 Gigi tiruan penuh adalah gigi tiruan yang digunakan untuk mengganti
seluruh gigi yang hilang pada rahang atas dan rahang bawah yang didukung oleh mukosa,
jaringan ikat, dan tulang.7 Pembuatan gigi tiruan penuh perlu memperhatikan syarat
keberhasilan gigi tiruan.2,7 Untuk mencapai keberhasilan perawatan, suatu gigi tiruan harus
1,2
memenuhi beberapa syarat yaitu meliputi retensi, stabilisasi, oklusi, dan estetik.
Pembuatan gigi tiruan juga membutuhkan dukungan sebagai daya tahan terhadap
komponen vertikal dari pengunyahan atau tekanan-tekanan lain yang dijatuhkan kearah
daerah pendukung. Dukungan yang dapat digunakan pada gigi tiruan penuh adalah
dukungan pada linggir alveolar karena tidak ada lagi gigi yang dapat digunakan.1,2,8
Linggir alveolar terdiri dari mukosa pada gigi tiruan, submukosa, periosteum dan
tulang alveolar dibawahnya. Linggir alveolar akan mengalami penurunan dan perubahan
bentuk setelah terjadinya kehilangan gigi pada lengkung rahang yang disebut dengan
resorpsi.1,2 Proses resorpsi linggir alveolar dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah
faktor anatomis, faktor prostodontik, faktor sistemik, dan faktor jenis kelamin. Pada faktor
jenis kelamin, beberapa peneliti menyatakan bahwa perempuan memiliki resiko resorpsi
yang lebih besar dibanding laki-laki, dan lebih signifikan pada perempuan yang sudah
mengalami menopause.1,2,8 Pengaruh dari resorpsi tulang alveolar akan menyebabkan
perubahan bentuk dan ukuran pada linggir alveolar.1 Bentuk dan ukuran linggir alveolar
dapat mempengaruhi retensi dan stabilisasi pada gigi tiruan penuh. Perubahan yang terjadi
dapat menyebabkan retensi dan stabilisasi yang berbeda pada setiap bentuk dan ukuran
linggir alveolar.1,8,13
Menurut Nalaswamy pada tahun 2005, klasifikasi linggir berdasarkan bentuk ada 3
bagian yaitu linggir dengan tinggi yang cukup, linggir yang rata, dan linggir berbentuk knife
edge.3 Bentuk linggir menurut Itjiningsih pada tahun 1996 juga ada tiga, diantaranya adalah
bentuk U yaitu permukaan labial/bukal sejajar permukaan lingual/palatal, bentuk V yaitu
berpuncak sempit, dan bentuk jamur/bulbous yaitu bentuknya membesar atau melebar
dipuncaknya.8 Keadaan pada bentuk linggir tergantung dari bentuk tulang dan juga dilihat
berdasarkan ada atau tidaknya resorpsi yang terjadi pada linggir. Beberapa peneliti juga
menyatakan klasifikasi bentuk linggir alveolar, diantaranya Atwood pada tahun 1963 yang
mengklasifikasikan atas 6 kelas yaitu linggir sebelum pencabutan, linggir pasca pencabutan,
linggir tinggi yang berbentuk well-rounded, Knife edge, linggir rendah yang berbentuk well-
rounded, dan bentuk linggir depressed yang kemudian keenam kelas tersebut
disempurnakan oleh Cawood dan Howel pada tahun 1988.9,10 Dari hasil beberapa
penelitian, para peneliti menyatakan bahwa bentuk dan ukuran linggir alveolar memengaruhi
retensi dan stabilisasi gigi tiruan, dan menjelaskan bentuk linggir alveolar yang paling
mendukung untuk pembuatan gigi tiruan.1,11 Menurut Ruby dkk pada tahun 2015, bentuk
linggir memengaruhi retensi dan stabilisasi. Bentuk linggir yang baik adalah berbentuk U
karena memiliki tinggi yang mampu menahan gaya lateral dan kesejajaran dinding yang
dapat menahan seal dengan jarak yang tepat untuk menahan gaya yang melepaskan dari
arah vertikal.11 Peneliti Maller dkk pada tahun 2010, menyatakan bentuk linggir yang baik
adalah linggir dengan puncak yang rata dan sejajar pada kedua sisi dinding labial / bukal
dan lingual / palatal.12 Menurut Zarb dkk pada tahun 2012, bentuk linggir alveolar yang ideal
untuk memberi dukungan pada gigi tiruan penuh adalah linggir yang memiliki tulang yang
berbentuk membulat dan sedikit persegi pada region labial, bukal, lingual serta ditutupi oleh
perlekatan mukosa yang baik.1
Peneliti Pietrokovski pada tahun 2003 membagi klasifikasi linggir berdasarkan ukuran
menjadi 3 kelas yaitu besar, sedang, dan kecil. Beberapa peneliti ada yang
mengklasifikasikan ukuran linggir alveolar berdasarkan tingginya, diantaranya Zarb pada
tahun 2012 yang mengklasifikasikan menjadi klas I, klas II, klas III, klas IV dan peneliti
Maller dkk pada tahun 2010 yang mengklasifikasikan menjadi klas I, klas II, klas III. Zarb
pada tahun 2012 menyatakan ukuran linggir alveolar dapat memberikan dukungan terhadap
gigi tiruan disebabkan kemampuannya menahan gaya vertikal dan lateral yang terjadi pada
gigi tiruan.1 Ukuran linggir alveolar yang ideal terhadap retensi adalah ukuran yang besar,
karena dapat dijadikan sebagai pendukung pembuatan gigi tiruan yang baik. Luas
permukaan dukungan gigi tiruan penuh berkorelasi positif dengan faktor-faktor retensi yang
terjadi pada gigi tiruan. Ukuran dari linggir alveolar dapat memengaruhi faktor-faktor retensi
gigi tiruan penuh yaitu adhesi, kohesi, tegangan permukaan, tekanan atmosfer, dan gravitasi
yang terjadi pada permukaan basis gigi tiruan penuh.1,2
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase bentuk dan ukuran pada
linggir alveolar pada rahang atas dan rahang bawah, serta mengetahui hubungan bentuk
dan ukuran dari linggir alveolar pada pasien edentulus penuh berdasarkan jenis kelamin.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memahami dan mengetahui
klasifikasi dari setiap bentuk dan ukuran linggir alveolar setelah kehilangan gigi, dan sebagai
prognosa untuk mengetahui stabilisasi dan retensi dalam pembuatan gigi tiruan dengan
melihat bentuk dan ukuran linggir alveolar.

METODE

Rancangan penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan metode cross
sectional. Penelitian deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah dari
setiap variabel yaitu bentuk linggir alveolar dan ukuran linggir alveolar, sedangkan penelitian
analitiknya bertujuan untuk mengetahui hubungan antar kedua variabel tersebut. Populasi
penelitian adalah model studi pasien edentulus penuh yang datang ke Klinik Prostodonsia
RSGM USU dari tahun 2015-2016, dengan sampel model studi pasien edentulus penuh
pada rahang atas dan rahang bawah sebanyak 100 model. Penelitian ini dilakukan pada
bulan September – Oktober 2017, di Klinik Prostodonsia RSGM USU. Setiap sampel
dilakukan pemotongan pada daerah premolar, lalu melihat bentuk linggir alveolar secara
visual dan melakukan pengukuran dengan menggunakan kaliper digital. Kemudian
menentukan persentase dari setiap bentuk dan ukuran linggir alveolar, serta jenis kelamin
dari setiap model studi edentulus yang disajikan dalam bentuk tabel. Setelah itu hasil yang
didapat dianalisis dengan uji chi-square dan fisher’s exact untuk melihat hubungan bentuk
dan ukuran linggir alveolar .
HASIL

Hasil penelitian dari 100 model studi edentulus penuh di RSGM USU menunjukkan
persentase bentuk linggir alveolar pada rahang atas yang berbentuk U adalah sebanyak
36% (36 model), yaitu pada laki-laki sebanyak 26% (26 model) dan pada perempuan
sebanyak 10% (10 model). Bentuk V sebanyak 34% (34 model), yaitu pada laki-laki
sebanyak 14 % (14 model) dan pada perempuan sebanyak 20% (20 model). Bentuk flat
sebanyak 30% (30 model), yaitu pada laki-laki 7% (7 model) dan pada perempuan sebanyak
23% (23 model). Persentase bentuk linggir alveolar pada rahang bawah yang berbentuk U
sebanyak 36% (36 model), yaitu pada laki-laki sebanyak 22% (22 model) dan pada
perempuan sebanyal 14 model (14%). Bentuk V sebanyak 34% (34 model), yaitu pada laki-
laki sebanyak 15% (15 model) dan pada perempuan sebanyak 19% (19 model). Bentuk flat
sebanyak 30% (30 model), yaitu pada laki-laki sebanyak 10% (10 model) dan pada
perempuan sebanyak 20% (20 model). (Tabel 1).

Tabel 1. Persentase bentuk linggir alveolar pada rahang atas dan rahang bawah yang berbentuk U, V, dan flat pada
pasien edentulus penuh berdasarkan jenis kelamin di RSGM USU

Rahang atas Rahang bawah

Bentuk Jenis kelamin Jenis kelamin


Total Total
Lk Pr n (%) Lk Pr n (%)
n (%) n (%) n (%) n (%)

U 26 10 36 22 14 36
V 14 20 34 15 19 34
Flat 7 23 30 10 20 30
Total 47 53 100 47 53 100

Berdasarkan metode Pietrokovski pada tahun 2003, linggir alveolar dibagi menjadi 3
yaitu besar, sedang, dan kecil. Hasil penelitian dari 100 model studi edentulus penuh di
RSGM USU menunjukkan persentase ukuran linggir alveolar pada rahang atas yang
berukuran besar adalah sebanyak 51% (51 model), yaitu pada laki-laki sebanyak 28% (28
model) dan pada perempuan sebanyak 23% (23 model). Ukuran sedang sebanyak 21% (21
model), yaitu pada laki-laki sebanyak 6% (6 model) dan pada perempuan sebanyak 15% (15
model). Ukuran kecil sebanyak 28% (28 model), yaitu pada laki-laki sebanyak 13% (13
model) dan pada perempuan sebanyak 15% (15 model). Persentase ukuran linggir alveolar
pada rahang bawah yang berukuran besar sebanyak 49% (49 model), yaitu pada laki-laki
sebanyak 27% (27 model) dan pada perempuan sebanyak 22% (22 model). Ukuran sedang
sebanyak 19% (19 model), yaitu pada laki-laki sebanyak 8% (8 model) dan pada perempuan
sebanyak 11% (11 model). Ukuran kecil sebanyak 32% (32 model), yaitu pada laki-laki
sebanyak 12% (12 model) dan perempuan sebanyak 20% (20 model). (Tabel 2).

Tabel 2. Persentase ukuran linggir alveolar pada rahang atas dan rahang bawah yang berukuran besar, sedang, dan
kecil pada pasien edentulus penuh di RSGM USU berdasarkan jenis kelamin

Rahang atas Rahang bawah

Jenis kelamin Jenis kelamin


Ukuran Total
Total
Lk Pr n (%) Lk Pr n (%)
n (%) n (%) n (%) n (%)

B 28 23 51 27 22 49

S 6 15 21 8 11 19
K 13 15 28 12 20 32
Total 47 53 100 47 53 100

Keterangan : B = Besar, S = Sedang, K = Kecil

Hubungan antara bentuk dan ukuran linggir alveolar pada rahang atas dianalisis
dengan menggunakan uji chi-square dan fisher’s exact. Hasil uji tersebut menunjukkan ada
hubungan antara bentuk dan ukuran linggir alveolar pada rahang atas, dengan nilai p =
0,0001 (p<0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa linggir alveolar yang berbentuk U dengan ukuran yang
besar pada laki-laki sebanyak 24 model dan pada perempuan sebanyak 12 model,
sedangkan dengan ukuran yang sedang dan kecil tidak ada. Linggir alveolar yang berbentuk
V dengan ukuran yang besar pada laki-laki tidak ada dan pada perempuan sebanyak 2
model, dengan ukuran yang sedang pada laki-laki ada 1 model dan pada perempuan
sebanyak 3 model, sedangkan dengan ukuran yang kecil pada laki-laki sebanyak 13 model
dan perempuan sebanyak 15 model. Linggir alveolar berbentuk flat dengan ukuran yang
besar pada laki-laki sebanyak 4 model dan perempuan sebanyak 9 model, dengan ukuran
yang sedang pada laki-laki sebanyak 5 model dan perempuan sebanyak 9 model,
sedangkan dengan ukuran yang kecil pada laki-laki tidak ada dan pada perempuan
sebanyak 12 model. (Tabel 3).
Tabel 3. Hubungan bentuk dan ukuran linggir alveolar rahang atas pada pasien edentulus penuh berdasarkan
jenis kelamin di RSGM USU

Laki-laki Perempuan

Bentuk Ukuran Ukuran


Total p Total p
B S K B S K

U 24 0 0 24 12 0 0 12
V 0 1 13 14 2 3 15 20
0.0001* 0.0001*
Flat 4 5 0 9 9 9 12 21
Total 28 6 13 47 23 15 15 53
Keterangan : B = Besar, S = Sedang, K = Kecil, * = signifikan

Hubungan antara bentuk dan ukuran linggir alveolar pada rahang bawah dianalisis
dengan menggunakan uji chi-square dan fisher’s exact. Hasil uji tersebut menunjukkan
adanya hubungan antara bentuk dan ukuran linggir alveolar pada rahang atas, dengan nilai
p = 0,0001 (p<0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa linggir alveolar yang berbentuk U dengan ukuran yang
besar pada laki-laki sebanyak 21 model dan pada perempuan sebanyak 15 model,
sedangkan dengan ukuran yang sedang dan kecil tidak ada. Linggir alveolar yang berbentuk
V dengan ukuran yang besar pada laki-laki ada 1 model dan pada perempuan tidak ada,
dengan ukuran yang sedang pada laki-laki juga ada 1 model dan pada perempuan tidak
ada, sedangkan dengan ukuran yang kecil pada laki-laki sebanyak 12 model dan
perempuan sebanyak 20 model. Linggir alveolar berbentuk flat dengan ukuran yang besar
pada laki-laki sebanyak 5 model dan perempuan sebanyak 7 model, dengan ukuran yang
sedang pada laki-laki sebanyak 7 model dan perempuan sebanyak 11 model, sedangkan
dengan ukuran yang kecil tidak ada. (Tabel 4).

Tabel 4. Hubungan bentuk dan ukuran linggir alveolar rahang bawah pada pasien edentulus penuh berdasarkan
jenis kelamin di RSGM USU

Laki-laki Perempuan

Bentuk Ukuran Ukuran


Total p Total p
B S K B S K

U 21 0 0 21 15 0 0 15

V 1 1 12 14 0 0 20 20
0.0001* 0.0001*
Flat 5 7 0 12 7 11 0 18
Total 27 8 12 47 22 11 20 53

Keterangan : B = Besar, S = Sedang, K = Kecil, * = signifikan


PEMBAHASAN

Persentase dan jumlah bentuk linggir alveolar terbanyak pada rahang atas dan rahang
bawah yaitu berbentuk U sebanyak 36% (36 model), sedangkan yang berbentuk V
sebanyak 34% (34 model) dan yang berbentuk flat sebanyak 30% (30 model) (Tabel 1).
Menurut Samyukta dkk pada tahun 2010, bentuk linggir alveolar akan berubah karena
adanya resorpsi. Perubahan bentuk pada linggir alveolar terjadi pada permukaan linggir
dalam arah vertikal dan dalam arah labio-lingual/palatal dari posisi awal yang berbentuk U.
Proses resorpsi yang berlanjut pada daerah labio-lingual/palatal akan menyebabkan puncak
linggir alveolar menjadi semakin sempit seperti mata pisau atau berbentuk V, dan seiring
proses terus berlanjut puncak linggir alveolar yang seperti mata pisau akan menjadi lebih
pendek atau bahkan hilang yang menyebabkan linggir alveolar menjadi rendah dan datar
atau berbentuk flat yang dipengaruhi oleh durasi pasca pencabutan.1,21 Proses resorpsi juga
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor anatomis, prostodontik, sistemik, dan jenis
kelamin1,15,16 Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa persentase linggir alveolar yang
berbentuk U lebih banyak dibandingkan yang berbentuk V dan flat. Hal ini dapat terjadi
karena durasi pasca pencabutan yang belum lama terjadi, sehingga proses resorpsi belum
lama berlangsung.1,16 Menurut Yanikoglu dkk pada tahun 2005, perubahan pada bentuk
linggir alveolar berlangsung paling besar pada enam bulan pasca pencabutan sampai satu
tahun penggunaan gigi tiruan dan akan terus berlangsung dalam porsi yang lebih sedikit.17
Tetapi kelemahan penelitian ini tidak diketahui lamanya edentulus untuk melihat durasi
antara pasca pencabutan sampai dilakukannya pembuatan gigi tiruan. Berdasarkan jenis
kelamin, hasil penelitian ini menunjukkan persentase linggir alveolar pada rahang atas yang
berbentuk U lebih banyak terdapat pada laki-laki yaitu sebesar 26%, sedangkan persentase
linggir alveolar berbentuk V dan flat lebih banyak terdapat pada perempuan yaitu V
sebanyak 20% dan flat sebanyak 23%. Persentase linggir alveolar pada rahang bawah yang
berbentuk U lebih banyak terdapat pada laki-laki yaitu sebesar 22%, sedangkan persentase
linggir alveolar berbentuk V dan flat lebih banyak terdapat pada perempuan yaitu V
sebanyak 19% dan flat sebanyak 20%. Hal ini dapat terjadi sesuai dengan pendapat Canger
dkk pada tahun 2010 yang mengatakan bahwa resorpsi yang berlebihan lebih sering terjadi
pada perempuan karena perubahan pasca menopause.15 Weitzmann pada tahun 2006 juga
mengatakan pada masa menopause akan diikuti dengan kehilangan tulang karena
defesiensi esterogen yang dapat menyebabkan proses osteoklas lebih besar dari
osteoblast.22 Hasil pada penelitian ini sesuai dengan pendapat Al-Jabrah dkk pada tahun
2014 yang mengatakan bahwa perempuan memiliki rasio lebih besar 8% dibanding laki-laki
saat terjadinya resorpsi (perempuan : laki-laki dengan rasio 3:2), dan lebih signifikan pada
perempuan yang sudah mengalami menopause.23 Menopause yang dialami pada
perempuan terjadi pada usia lansia. WHO menggolongkan lanjut usia (lansia) menjadi 4,
diantaranya adalah usia pertengahan (middle age) yaitu berusia 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu berusia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old age) yaitu berusia 75-90 tahun, dan
usia sangat tua (very old) yaitu berusia diatas 90 tahun. Pada penelitian ini, mayoritas model
studi menunjukkan bahwa pasien berusia 45-65 tahun.5
Persentase dan jumlah ukuran linggir alveolar pada rahang atas yang berukuran besar
sebanyak 51% (51 model), yang berukuran sedang sebanyak 21% (21 model), dan yang
berukuran kecil sebanyak 28% (28 model) (Tabel 2). Jumlah dan persentase ukuran linggir
alveolar pada rahang bawah yang berukuran besar sebanyak 49% (49 model), sedangkan
yang berukuran sedang sebanyak 19% (19 model), dan yang berukuran kecil sebanyak 32%
(32 model) (Tabel 2). Menurut Samyukta dkk pada tahun 2010, ukuran linggir alveolar akan
berubah karena adanya resorpsi. Tulang alveolar yang mengalami resorpsi secara terus
menerus akan menyebabkan ukuran linggir alveolar menjadi semakin kecil yang dipengaruhi
oleh durasi pasca pencabutan.1,16 Proses resorpsi juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
faktor anatomis, prostodontik, sistemik, dan jenis kelamin1,15,16 Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa persentase linggir alveolar yang berukuran besar lebih banyak
dibandingkan dengan yang berukuran sedang dan kecil. Hal ini dapat terjadi kemungkinan
karena durasi pasca pencabutan yang belum lama terjadi, sehingga proses resorpsi belum
lama berlangsung.1,13 Menurut Yanikoglu dkk pada tahun 2005, perubahan pada ukuran
linggir alveolar berlangsung paling besar pada enam bulan pasca pencabutan sampai satu
tahun penggunaan gigi tiruan dan akan terus berlangsung dalam porsi yang lebih sedikit. 17
Tetapi kelemahan penelitian ini tidak diketahui lamanya edentulus untuk melihat durasi
antara pasca pencabutan sampai dilakukannya pembuatan gigi tiruan. Berdasarkan jenis
kelamin, hasil penelitian ini menunjukkan persentase linggir alveolar pada rahang atas yang
berukuran besar lebih banyak terdapat pada laki-laki yaitu sebesar 28%, sedangkan
persentase linggir alveolar berukuran sedang dan kecil lebih banyak terdapat pada
perempuan yaitu ukuran sedang sebanyak 15% dan ukuran kecil juga sebanyak 15%.
Persentase linggir alveolar pada rahang bawah yang berukuran besar lebih banyak terdapat
pada laki-laki yaitu sebesar 27%, sedangkan persentase linggir alveolar berukuran sedang
dan kecil lebih banyak terdapat pada perempuan yaitu ukuran sedang sebanyak 11% dan
ukuran kecil sebanyak 20%. Hal ini dapat terjadi sesuai dengan pendapat Canger dkk pada
tahun 2010 yang mengatakan bahwa resorpsi yang berlebihan lebih sering terjadi pada
perempuan karena perubahan pasca menopause.15 Menurut Weitzmann pada tahun 2006,
pada masa menopause akan diikuti dengan kehilangan tulang karena defesiensi esterogen
yang dapat menyebabkan proses osteoklas lebih besar dari osteoblast.22 Hasil penelitian ini
sesuai dengan pendapat Al-Jabrah dkk pada tahun 2014 yang mengatakan bahwa
perempuan memiliki rasio lebih besar 8% dibanding laki-laki saat terjadinya resorpsi
(perempuan : laki-laki dengan rasio 3:2), dan lebih signifikan pada perempuan yang sudah
mengalami menopause.23 Peneliti sebelumnya, Zarb dkk juga menyatakan bahwa fungsi
pengunyahan perempuan lebih banyak menurun dibandingkan laki-laki karena perempuan
memiliki pengurangan tulang yang lebih besar dikaitkan dengan berkurangnya ketebalan
kortikal, dan mengakibatkan penurunan pada tulang alveolar.1,13 Menopause yang dialami
pada perempuan terjadi pada usia lansia. WHO menggolongkan lanjut usia (lansia) menjadi
4, diantaranya adalah usia pertengahan (middle age) yaitu berusia 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu berusia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old age) yaitu berusia 75-90 tahun, dan
usia sangat tua (very old) yaitu berusia diatas 90 tahun. Pada penelitian ini, mayoritas model
studi menunjukkan bahwa pasien berusia 45-65 tahun.5
Bentuk dan ukuran linggir alveolar pada rahang atas dan rahang bawah yang
dianalisis dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan
p=0,000 (p<0,05) (Tabel 3 dan 4). Bentuk dan ukuran linggir alveolar memiliki hubungan
karena dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh resorpsi dan dipengaruhi oleh
lamanya edentulus.1,16,21 Beberapa faktor lain yang berperan dalam terjadinya resorpsi ini
adalah faktor anatomis, prostodontik, sistemik, dan jenis kelamin.15 Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa linggir alveolar yang berbentuk U lebih banyak berukuran besar yang
dipengaruhi oleh lamanya edentulus. Linggir alveolar yang berbentuk V lebih banyak
berukuran kecil dikarenakan adanya resorpsi pada permukaan linggir dalam arah labio-
lingual/palatal dan durasi pasca pencabutan gigi yang sudah berlangsung lama. Linggir
alveolar yang berbentuk flat lebih banyak berukuran yang sedang dikarenakan adanya
resorpsi pada permukaan linggir alveolar dalam arah vertikal. Perubahan yang terjadi pada
bentuk linggir alveolar akan diikuti dengan adanya perubahan ukuran linggir alveolar.1,15,16
Berdasarkan jenis kelamin, penelitian ini menunjukkan bahwa linggir alveolar
berbentuk U yang berukuran besar lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan, berbentuk V yang berukuran kecil lebih banyak terdapat perempuan
dibandingkan laki-laki, dan berbentuk flat yang berukuran sedang juga lebih banyak terdapat
pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Hal ini dapat terjadi sesuai dengan pendapat
Canger dkk pada tahun 2010 yang mengatakan bahwa resorpsi yang berlebihan lebih sering
terjadi pada perempuan karena perubahan pasca menopause.15 Weitzmann pada tahun
2006 juga mengatakan pada masa menopause akan diikuti dengan kehilangan tulang
karena defesiensi esterogen yang dapat menyebabkan proses osteoklas lebih besar dari
osteoblast.22 Hasil pada penelitian ini sesuai dengan pendapat Al-Jabrah dkk pada tahun
2014 yang mengatakan bahwa perempuan memiliki rasio lebih besar 8% dibanding laki-laki
saat terjadinya resorpsi (perempuan : laki-laki dengan rasio 3:2), dan lebih signifikan pada
perempuan yang sudah mengalami menopause.23 Menopause yang dialami pada
perempuan terjadi pada usia lansia. WHO menggolongkan lanjut usia (lansia) menjadi 4,
diantaranya adalah usia pertengahan (middle age) yaitu berusia 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu berusia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old age) yaitu berusia 75-90 tahun, dan
usia sangat tua (very old) yaitu berusia diatas 90 tahun. Pada penelitian ini, mayoritas model
studi menunjukkan bahwa pasien berusia 45-65 tahun.5
Bentuk dan ukuran linggir alveolar dapat memengaruhi retensi dan stabilisasi dalam
pembuatan gigi tiruan penuh.1,3 Menurut beberapa peneliti bentuk linggir alveolar memegang
peranan penting dalam stabilisasi gigi tiruan, karena mampu menahan gerakan
horizontal.1,16 Menurut beberapa peneliti, linggir berbentuk U paling ideal dan
menguntungkan, karena linggir ini memiliki puncak yang lebar yang dapat menahan tekanan
dan sisi yang sejajar dapat menahan daya ungkit dan daya tahan terhadap gerakan
horizontal sehingga didapatkan stabilisasi yang baik.1,8 Linggir yang berbentuk V memiliki
stabilisasi yang kurang baik, karena puncaknya yang tajam seperti mata pisau menimbulkan
rasa sakit karena mukoperiosteum sekitar linggir terasa terjepit. 3,8 Linggir alveolar yang
berbentuk flat menyebabkan stabilisasi yang tidak baik pada gigi tiruan, karena bentuk
linggirnya yang datar dan sisi linggir alveolar yang tidak sejajar.3,24
Ukuran linggir alveolar memengaruhi retensi, karena semakin luas jaringan pendukung
maka semakin baik retensi yang diperoleh.1,13 Ukuran yang besar menghasilkan retensi yang
ideal, karena memiliki jaringan pendukung yang luas dalam pembuatan gigi tiruan. Ukuran
linggir yang sedang masih menghasilkan retensi yang bagus pada linggir dan tidak menjadi
masalah utama, dikarenakan masih memiliki luas jaringan yang cukup untuk memberikan
dukungan pada gigi tiruan. Ukuran linggir yang kecil menyebabkan retensi yang sulit
1,3,12
didapatkan, karena kecilnya luas jaringan pendukung pada linggir alveolar.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini pengaruh bentuk dan ukuran linggir alveolar terhadap
stabilisasi dan retensi yaitu linggir alveolar yang berbentuk U dengan ukuran besar memiliki
stabilisasi dan retensi yang baik. Linggir alveolar yang berbentuk V dengan ukuran kecil
memiliki stabilisasi dan retensi yang kurang baik. Linggir alveolar yang berbentuk flat
dengan ukuran sedang memiliki stabilisasi yang tidak baik, tetapi retensi tidak menjadi
masalah utama.
Linggir alveolar yang berbentuk V dan flat harus lebih diperhatikan dalam pembuatan
gigi tiruan karena memiliki stabilisasi yang kurang baik. Menurut dari beberapa peneliti
linggir alveolar berbentuk V kurang menguntungkan karena tajam seperti mata pisau. Gigi
tiruan yang dipasang akan menimbulkan rasa sakit. Untuk mengatasinya dapat dilakukan
dengan relief menggunakan tin foil pada daerah linggir alveolar. Linggir alveolar berbentuk V
juga dapat diatasi dengan menggunakan soft liners yaitu bahan pelapis lunak yang
diaplikasikan pada bagian puncak linggir sehingga menghasilkan stabilisasi yang optimal.
Hal ini dikarenakan soft liner dapat mengurangi rasa sakit pada puncak linggir alveolar yang
tajam, mendistribusikan tekanan pengunyahan terhadap jaringan pendukung gigi tiruan,
serta menahan konsentrasi tekanan dan menambah kecekatan gigi tiruan.1,35 Pada linggir
alveolar yang berbentuk flat, untuk mendapatkan stabilisasi yang baik harus memperhatikan
teknik pencetakannya. Teknik pencetakan harus sesuai dengan batas-batas pencetakan
yang telah ditentukan dan juga dapat dilakukan dengan cara perluasan basis pada gigi
tiruan. Dalam pembuatan gigi tiruan, ukuran pada linggir alveolar juga harus diperhatikan.
Ukuran pada linggir alveolar memengaruhi retensi, terutama ukuran linggir yang kecil karena
semakin kecil ukuran linggir semakin sulit retensi yang didapatkan. Pada linggir alveolar
yang berukuran kecil dapat diatasi dengan memperhatikan teknik pencetakan. Pencetakan
harus dilakukan dengan tepat untuk mendapatkan hasil cetakan yang akurat yang dapat
mendukung retensi gigi tiruan. Keakuratan pencetakan diperoleh dengan menggunakan
sendok cetak individu dan border moulding untuk mendapatkan peripheral seal. 1,7

SIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa linggir alveolar yang berbentuk U lebih banyak
yang berukuran besar, berbentuk V lebih banyak yang berukuran kecil, dan yang berbentuk
flat lebih banyak yang berukuran sedang.
Berdasarkan jenis kelamin, penelitian ini menunjukkan bahwa linggir alveolar
berbentuk U yang berukuran besar lebih banyak terdapat pada laki-laki, berbentuk V yang
berukuran kecil lebih banyak terdapat perempuan, dan berbentuk flat yang berukuran
sedang juga lebih banyak terdapat pada perempuan.
Ada hubungan yang signifikan antara bentuk dan ukuran linggir alveolar, karena
keduanya dapat mengalami perubahan yang disebabkan resorpsi dan lamanya edentulus
yang dapat memengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh.
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai prognosa untuk mengetahui
stabilisasi dan retensi dalam pembuatan gigi tiruan dengan melihat bentuk dan ukuran
linggir alveolar. Berdasarkan dari hasil penelitian ini pengaruh bentuk dan ukuran linggir
alveolar terhadap stabilisasi dan retensi yaitu linggir alveolar yang berbentuk U dengan
ukuran besar memiliki stabilisasi dan retensi yang baik. Linggir alveolar yang berbentuk V
dengan ukuran kecil memiliki stabilisasi dan retensi yang kurang baik. Linggir alveolar yang
berbentuk flat dengan ukuran sedang memiliki stabilisasi yang tidak baik, tetapi retensi tidak
menjadi masalah utama.
DAFTAR PUSTAKA

1. Zarb G, Hobkirk John A, Eckert Steven E, Jacob Rhonda F. Prosthodontic Treatment for
edentulous patients. Complete Denture and Implant Supported Prostheses. 13th ed.
Singapore: Elsiver, 2012: 437-442
2. Kumar Lalit. Biomechanics and Clinical Implications of Complete Edentulous State.
JCGG 2014: 101-4.
3. Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers, 2003: 4, 19-
25, 29-31, 60-3.
4. Gosavi SS, Ghanci M, Malik SA, Sanyal P. A Survey of Complete Denture Patients
Experiencing Difficulties with Their Prostheses. The Journal of Contemporary Dental
Practice 2013; Vol. 14: 524-527.
5. Dye Bruce A, Thornton-Evans G, Li Xianfen, J Timothy. Dental Caries and Tooth Loss in
Adults in the United States, 2011-2012. NCHS Data Brief 2015; 197: 1-8
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
7. Kuntjoro M, Rostiny, Widajati W. Alveolar ridge rehabilitatiton to increase full denture
retention and stability. Dent. J 2010; Vol. 43, No. 4 : 181-5.
8. Harshanur Itjingningsih W, ed Juwono Lilian. Geligi Tiruan Lengkap Lepas Jakarta:
EGC, 1996: 8-9.
9. Ajay et al. Residual ridge resorbtion, a review. Indian journal of dental scienc ; 2010;
Vol. 3, No. 2 : 2.
10. Ribeiro J.A.M, Resende C.M.B.M, Lopes.A.L.C, Neto A.F, Carreiro A.F.P. The influence
of Mandibular Ridge Anatomy on Treatment outcome with conventional complete
dentures. Acta Odontol. Latinoam 2014; Vol. 27, No. 2 : 53-57
11. Ruby, Kumar Manish, Chaudhary Hanish, Singh Abhinav Kumar. Evaluation of Stress
Distribution in U shaped and V Shaped Maxillary Edentulous Residual Alveolar Ridge by
Using Finite Element Analysis. International journal of enhance medicines & dental care
2015; Vol. 2 : 15-21.
12. Maller et al. A review on diagnosis and treatment planning for completely edentulous
patients. JIADS 2010; Vol. 1 : 15-20.
13. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Stern RM. Prosthodontic
Treatment for Edentulous Patient. 12 th ed. St Louis: Elsevier, 2004: 25, 92, 441, 486,
514
14. Gerdin EW, Einarson S, Jonsson M, Aronsson K, Johansson I. Impact of dry mouth
conditions on oral health-related quality of life in order people. Gerodontology 2005; Vol.
22 : 219-26
15. Canger EM, Celenk P. Radiographic evaluation of alveolar ridge height of dentate and
edentulous patients. Gerodontology 2012; Vol. 29 : 17-23
16. Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Gunnar EC. Buku ajar prostodonti untuk pasien tak
bergigi menurut boucher. 10th ed., Jakarta: EGC, 2002; 143-147
17. Yanikoglu N, Ceylan G, Aladag I. A comparison of the basal seat areas of the maxillary
and mandibular according to arch shapes. Attaturk Univ Diss Hek. 2005; Vol.15: 29-33.
18. Pietrokovski J, Harfin J, Levy F. The Influence of age and denture wear on the size of
edentulous structures. Gerodontology 2003; Vol. 20, No. 2 : 100-5.
19. Blahova Z, Neuman M. Physical factors in retention of complete dentures.J
Prosth.Dent.1971:25(3):230-235
20. Jacobson T.E, Krol A.J. A contemporary review of the factors involved in complete
dentures. Part II : Stability. The Journal Of Prosthetic Dentistry 1983. Vol. 49 : 165-172
21. Koshino H, Hirai Toshihiro, Yokoyama Yuichi, et al. Mandibular Ridge Shape and The
Masticatory Ability in Complete Denture Weares. J Jpn prosthodont 2008; 488-93.
22. D Krishna Prasad, Mehra Divya, D Anupuma Prasad. Prosthodontic Mangement of
Compromised Ridges and Situations. NUJHS 2014; Vol. 4, No. 1 : 141-8.
23. The academy of Prosthodontics. The Glossary of Prosthodontic Terms. The Journal
Prosthetic Dentistry 2017; Vol. 117: 34
24. Divaris K, Ntounis A, Marinis A, Polyzois G, Polychronopoulou A. Loss of natural
dentition: multi-level effects among a geriatric population. Gerodontology 2010; Vol. 1 :
1-8
25. Reich KM, Huber CD, Lippnig WR, Ulm C, Watzek G,Tangl S. Atrophy of the residual
alveolar ridge following tooth loss in an historical population. Oral Diseases 2011 : Vol.
17: 33-44
26. Basker R.M, Davenport J.C, Tomlin H.R. Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak
Bergigi. Alih Bahasa. Titi S. Soebakti, Hamzia Arsil. Edisi 3. Jakarta : EGC, 1996: Vol.
33: 47-48
27. Jagadeesh, Patil, Kattimani. Clinical evaluation of mandibular height inrelation to aging
and legth of edentulism. IOSR 2013; Vol. 3 : 44-47
28. Kovacic I, Celebic A, Zlataric D. Decreasing of residual alveolar ridge height in complete
Denture wearer. A five year follow up study. Col. Antropol 2010; Vol. 3: 1051-1056.
29. Gupta A, Tiwari B, Goel H, Shekhawat H. Residual Ridge Resorption: A review. Indian
Journal of Dental Sciences 2010; Vol. 2 : 7-11.
30. Roessler DM. Complete denture success for patients and dentists. Int Dent J 2003; 53
(5): 340-5.
31. Samyukta, G. Abirami. Residual Ridge Resorption in Complete Denture Wearers. JPSR
2016; Vol. 8 : 565-569
32. Weitzmann M.N, Pacifici R. Estrogen deficiency and bone loss: an inflammatory tale.
JCI 2006; Vol. 116 : 1186-1194
33. Al-Jabrah O, Al-Shumailan Y. Association of complete denture wearing with the rate of
reduction of mandibular residual ridge using digital panoramic radiography. IJDR 2014;
Vol. 2 : 20-25
34. Jedrzejewski K, Ledzion S, Zmylowska E. Factors affecting mandibular residual ridge
resorption inedentulous patient: a preliminary report. Via Medica 2007 : Vol. 66 (3): 346-
352.
35. Ignatia W. Penggunaan pelapis lunak untuk mengurangi rasa sakit pada alveolar ridge
yang tajam. E-Journal WIDYA 2013; Vol. 1 : 18-23

You might also like