You are on page 1of 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal)

Vol. 8, No.1, 36-47, Maret 2019

PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KANDUNGAN


KOMPONEN BIOAKTIF DAN KARAKTERISTIK SENSORIS TEH
WHITE PEONY
The Effect of Drying Temperature on The Bioactive Component Contents and Sensory
Characteristics of White Peony Tea

Dewa Ayu Tri Ulandari 1), Komang Ayu Nocianitri 2), Ni Made Indri Hapsari Arihantana2)
1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
2)
Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of drying temperature on the bioactive component contents of white
peony tea and to know the proper drying temperature in white peony tea to produce the highest bioactive
component contents and the best sensory characteristics. The experimental design used was Completely
Randomized Design with a drying temperature as the treatment consisting of five levels: 60oC, 70oC, 80oC, 90oC,
and 100oC. The treatment was repeated 3 times to obtain 15 experiment units. The data obtained were analyzed
by variance and if the treatment had an effect on the observed variable then continued with The Duncan Multiple
Range Test. The results showed that the 90oC drying temperature treatment produced white peony tea with the
highest bioactive component contents and the best sensory characteristics with water content 4,06% (wet basis),
yield 52,54%, total phenolic 211,01 mg GAE/g tea, flavonoid 10,90 mg CE/g tea, catechin 3,55 mg/g tea,
antioxidant activity 50,20%, brew color yellow and liked, astringent taste and usual, aroma liked and overall
acceptance rather liked.
Keywords : white peony tea, drying temperature, flavonoids, catechins, antioxidant activity

PENDAHULUAN white peony sedang dikembangkan di Bali


oleh PT. Bali Cahaya Amerta, dimana
Teh putih adalah teh yang dibuat dari tanaman teh khususnya varietas sinensis
helaian pucuk daun Camellia sinensis yang sebagai bahan baku pengolahan teh white
masih sangat muda dan diolah tanpa melalui peony berasal dari perkebunan perusahaan
proses oksidasi enzimatis seperti pada tersebut yang berlokasi di Banjar Tegeh, Desa
pengolahan teh hitam dan teh oolong (Anon., Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupaten
2013). Teh putih secara umum Tabanan.
dikelompokkam menjadi dua jenis yaitu, Teh white peony dibuat tanpa melibatkan
silver needle dan white peony. reaksi oksidasi enzimatis sama halnya dengan
Teh silver needle merupakan jenis teh teh hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa
putih yang umumnya lebih dikenal tahapan-tahapan pengolahan teh white peony
masyarakat dibandingkan teh white peony, hampir sama dengan teh hijau, yaitu
namun jika dibandingkan dengan teh silver pemetikan, pelayuan, penggulungan, dan
needle, white peony termasuk jenis teh putih pengeringan. Bahan baku pengolahan teh
yang memiliki rasa lebih khas serta harga jual white peony adalah pucuk ditambah satu
yang lebih terjangkau, sehingga saat ini teh sampai dua daun dibawah pucuk (p+1-2),

*Korespondensi Penulis:
Email: triulandari88@yahoo.com1)

36
Ulandari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

sedangkan teh hijau adalah pucuk ditambah tertinggi (IC50 terendah) yaitu 167,166 µg/ml,
satu sampai tiga daun di bawah pucuk (p+1- sedangkan suhu pengeringan 100oC
3). Perbedaan teh white peony dengan teh menghasilkan total flavonoid tertinggi yaitu
hijau selain rumus petik adalah metode 38,18 mg QE/g. Menurut Setyopratomo
pelayuan serta banyaknya pengeringan selama (2014), suhu pengeringan yang digunakan
proses pengolahan (Anon., 2017). selama proses pengolahan teh hijau untuk
Bahan terpenting pada pengolahan teh mempertahankan kandungan komponen
putih adalah pucuk daun (peko) karena bioaktifnya sebaiknya tidak melebihi 100oC,
mengandung senyawa bioaktif tertinggi yang sedangkan belum ada penelitian yang
disebut polifenol dibandingkan bagian daun menyatakan suhu pengeringan yang tepat
lainnya. Polifenol utama yang terdapat pada pada pengolahan teh white peony, maka dari
teh merupakan senyawa yang termasuk dalam itu, perlu dilakukan penelitian mengenai
kelas flavanol yaitu katekin (Hartoyo, 2003). pengaruh suhu pengeringan terhadap
Menurut Hilal dan Engelhardt (2007), komponen bioaktif dan krakteristik sensoris
kandungan total polifenol rata-rata pada teh teh white peony.
putih adalah 21,54 g/100 g serta kandungan
katekin pada teh putih adalah 13,22 g/100 g. METODE PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penurunan jumlah katekin terbesar selama Tempat dan Waktu
pengolahan teh terjadi pada tahap pelayuan Pengolahan teh white peony dilaksanakan
(7,40%) serta penggilingan (6,70%) dan di PT. Bali Cahaya Amerta yang berlokasi di
terkecil pada pengeringan akhir (1,60%) Jln. Prof. Dr. Ida Bagus Mantra No.8, Desa
(Syah, 2006). Pengeringan pada pengolahan Lebih, Kecamatan Gianyar, Kabupaten
teh white peony merupakan proses yang Gianyar. Proses analisis dilaksanakan di UPT.
melibatkan panas secara langsung serta dalam Laboratorium Analitik, Laboratorium
waktu yang cukup lama. Panas yang diterima Terpadu Biosains dan Bioteknologi, Analisis
selama pengolahan dapat menyebabkan Pangan, Pengolahan Pangan, serta Biokimia
terjadinya epimerisasi yang dapat dan Nutrisi Program Studi Ilmu dan
menyebabkan penurunanan jumlah katekin. Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Menurut penelitian Wang et al. (2008), Pertanian Universitas Udayana. Penelitian ini
katekin dapat mengalami epimerisasi pada dilaksanakan pada bulan April sampai dengan
suhu 98oC. Menurut penelitian Saklar et al. bulan Juli 2018.
(2015), katekin pada teh hijau Turki
mengalami epimerisasi pada suhu 95°C yang Bahan dan Alat
mendapat perlakuan panas selama 45 menit. Bahan-bahan yang digunakan dalam
Menurut penelitian Seto et al. (1997), katekin melaksanakan penelitian ini terdiri dari bahan
mengalami epimerisasi ketika dipanaskan baku dan bahan kimia. Bahan baku yang
pada suhu 120oC selama 30 menit. digunakan adalah daun teh varietas sinensis
Beberapa penelitian mengenai pengaruh dengan rumus petik p+1-2 yang diperoleh dari
suhu pengeringan dalam pengolahan teh perkebunan PT. Bali Cahaya Amerta yang
khususnya teh hijau terhadap kandungan berlokasi di Banjar Tegeh, Desa Angseri,
bioaktif teh telah dilakukan seperti pada Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
penelitian Roshanak et al. (2015) yang Bahan kimia yang digunakan antara lain:
melaporkan bahwa suhu pengeringan 60oC aseton 70%, metanol (p.a), metanol 85%,
menghasilkan total fenolik tertinggi yaitu asam galat, reagen Folin-Ciocalteu, sodium
209,17 mg GAE/g serta aktivitas antioksidan karbonat (Na2CO37,5%), AlCl310%, NaOH 1

37
Vol.8, No.1, Maret 2019. Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan …

M, DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila


0,004%, Na2CO3 0,5%, standar katekin dan digengam terasa lembut dan bila dilemparkan
aquades. tidak akan buyar serta timbul aroma yang
Alat-alat yang digunakan dalam khas seperti buah masak), daun teh lalu
melaksanakan penelitian ini antara lain: dikukus dengan suhu 90oC selama 2 menit.
tampah pelayuan, oven, termometer, blender Setelah itu diangin-anginkan kembali hingga
(philips), ayakan 60 mesh, rotary evaporator dingin. Selanjutnya, dilakukan proses
vakum, tabung reaksi (pyrex), labu takar penggulungan.
(pyrex), kertas saring Whatman no. 1, orbital e. Penggulungan
shaker (biosan), gelas ukur (pyrex), Penggulungan dilakukan dengan mesin
erlenmeyer 250 ml (pyrex), botol gelap, Top Roller (TR) selama 5 menit hingga daun
timbangan analitik (sartorius), mikropipet, teh menggulung secara sempurna yang
pipet ukur (pyrex), cawan aluminium, ditandai dengan daun menggulung dengan
spektrofotometer UV-Vis (biochrom) dan baik, bila dijatuhkan gulungannya tetap utuh,
aluminium foil. bila dipegang tidak menempel dan tidak
mengeluarkan air, dan menghasilkan aroma
Pelaksanaan Penelitian
1. Pengolahan Teh White Peony yang khas.
f. Pengeringan
Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan
pengolahan teh white peony sebagai berikut. Proses pengeringan dilakukan dengan
oven. Daun teh dimasukkan ke dalam oven
a. Pemetikan daun teh
Pemetikan daun teh sebagai bahan baku dengan perlakuan suhu pengeringan (60oC,
70oC, 80oC, 90oC dan 100oC). Pengeringan
teh white peony menggunakan rumus petik
dilakukan hingga daun teh memiliki ciri fisik
(p+1-2) yaitu pucuk (peko) ditambah satu
: berwarna hijau kehitaman, muncul aroma
sampai dua daun yang ada di bawah pucuk.
khas seperti aroma karamel dan daun mudah
b. Sortasi
dipatahkan serta akan hancur bila diremas.
Setelah daun teh sampai di pabrik,
Proses pengeringan ini menyebabkan teh
dilakukan penerimaan bahan baku serta
white peony memiliki kadar air 4-5%. Untuk
proses sortasi dengan memeriksa keadaan
mencapai kadar air tersebut, proses
daun teh yang meliputi : kesesuaian rumus
pengeringan dilakukan selama 90 menit pada
petik, keutuhan daun, dan kesegaran daun.
suhu 60oC, 80 menit pada suhu 70oC, 70
c. Pelayuan
menit pada suhu 80oC, 60 menit pada suhu
Proses pelayuan dilakukan di ruang
90oC dan 50 menit pada suhu 100oC.
pelayuan pada suhu 27oC selama 20 jam
dengan cara menghamparkan daun teh pada
2. Proses Pembuatan Ekstrak Teh White
tampah pelayuan yang kemudian disusun
Peony
pada rak-rak pelayuan, lalu diangin-anginkan
Persiapan sampel untuk pengujian kadar
dengan bantuan kipas angin untuk membuat
total fenol, flavonoid, katekin dan aktivitas
sirkulasi udara lebih lancar serta pengaturan
antioksidan dilakukan dengan metode
suhu dengan bantuan AC (Air Conditioner).
Selanjutnya, dilakukan pelayuan kembali ekstraksi. Ekstraksi sampel dilakukan dengan
cara teh white peony dihancurkan dengan
dengan sinar matahari secara tidak langsung
selama kurang lebih satu jam hingga muncul blender. Setelah itu dilakukan pengayakan
dengan ayakan 60 mesh. Ditimbang sampel
aroma khas pada daun teh.
d. Pengukusan (Steaming) uji, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
dilarutkan dengan aseton 70% dengan
Setelah memenuhi kriteria layu (pucuk
layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak perbandingan sampel dan pelarut adalah 1:10

38
Ulandari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

(b/v). Selanjutnya dishaker selama 60 menit dengan air tersebut dan didiamkan selama 5
dengan kecepatan 150 rpm, selanjutnya menit. Sampel dengan perlakuan suhu
disaring dengan kertas saring whatman no.1. pengeringan yang berbeda diberikan kode
Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan yang berbeda. Lalu disajikan pada gelas untuk
rotary evaporator vakum pada suhu 30ºC diujikan kepada panelis.
sehingga diperoleh ekstrak kasar daun teh
Parameter yang Diamati
(Druzynska, 2007 yang dimodifikasi; Shabri
Parameter yang diamati dalam penelitian
dan Rohdiana, 2016; Widarta dan Arnata, ini adalah kadar air (AOAC, 1995), rendemen
2017). Ekstrak kasar tersebut kemudian
ekstrak (Handayani et al., 2016), total fenol
dilakukan pengujian terhadap kadar total
(Sakanaka et al., 2003), flavonoid (Chang et
fenol, total flavonoid, katekin dan aktivitas
al., 2006), katekin (Ramlah, 2017) aktivitas
antioksidan. antioksidan (Vasic et al., 2012 yang
3. Proses Penyeduhan Teh White Peony untuk dimodifikasi), serta karakteristik sensoris
Pengujian Karakteristik Sensoris yang meliputi: warna, rasa, aroma, dan
Pengujian terhadap karakteristik sensoris peneriman keseluruhan terhadap seduhan teh
teh white peony dilakukan oleh 15 orang white peony (Soekarto, 1985).
panelis semi terlatih dengan metode skoring
terhadap warna dan rasa serta hedonik HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap warna seduhan, aroma, rasa dan
Hasil analisis kadar air, rendemen, total
penerimaan keseluruhan. Metode penyeduhan
fenol, flavonoid, katekin dan aktivitas
teh white peony yaitu : ditimbang sebanyak 2
antioksidan teh white peony dapat dilihat pada
g sampel (dalam bentuk daun) pada setiap Tabel 1. Kadar total fenol, flavonoid, katekin
perlakuan. Disiapkan air panas dengan suhu dan aktivitas antioksidan dihitung dalam
80oC sebanyak 150 ml. Daun teh diletakkan bahan kering (b/k).
di dalam teko porselin, kemudian diseduh

Tabel 1. Nilai rata-rata kadar air, rendemen, total fenol, flavonoid, katekin dan aktivitas antioksidan
teh white peony
Suhu Kadar air Rendemen Total fenol Flavonoid Katekin Aktivitas
Pengeringan (% b/b) ekstrak (%) (mg GAE/g teh) (mg CE/g teh) (mg/g teh) antioksidan
(%)
60oC 6,88 ± 0,01 a 42,95 ± 2,2 c 159,63 ± 5,6 c 6,45 ± 0,2 e 2,60 ± 0,1 c 43,28 ± 2,2 c
70oC 5,44 ± 0,09 b 46,15 ± 0,8 b 169,58 ± 1,9 c 7,95 ± 0,3 d 3,06 ± 0,02 b 44,88 ± 0,7 bc
80oC 5,27 ± 0,08 c 48,54 ± 1,5 b 180,60 ± 7,6 b 8,98 ± 0,3 c 3,02 ± 0,09 b 46,85 ± 1,7 b
90oC 4,06 ± 0,05 d 52,54 ± 0,8 a 211,01 ± 6,7 a 10,90 ± 0,2 b 3,55 ± 0,04 a 50,20 ± 1,0 a
100oC 3,62 ± 0,04 e 46,99 ± 2,3 b 146,21 ± 3,7 d 11,70 ± 0,6 a 2,87 ± 0,2 b 43,95 ± 2,6 bc
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata
(P>0,05)

Kadar Air sesuai dengan Standar Nasional Indonesia


Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa (SNI 01-3836-2013) mengenai standar mutu
suhu pengeringan pada proses pengolahan teh (Camellia sinensis) kering dalam
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kemasan, yaitu kadar air maksimal adalah 8%
kadar air teh white peony. Rata-rata kadar air (b/b). Kadar air tertinggi diperoleh pada
teh white peony dapat dilihat pada Tabel 1. perlakuan suhu pengeringan 60oC yaitu
Kadar air teh white peony berkisar antara 6,88%, sedangkan kadar air terendah
3,62% (b/b) hingga 6,88% (b/b). Hal ini diperoleh pada perlakuan suhu pengeringan

39
Vol.8, No.1, Maret 2019. Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan …

100oC yaitu 3,62%. Semakin tinggi suhu Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
pengeringan maka terjadi penurunan kadar suhu pengeringan pada proses pengolahan
air. Menurut Taib et al. (1997) dalam Fitriani berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
(2008), hal ini terjadi karena meningkatnya kandungan total fenol teh white peony. Rata-
kemampuan suatu bahan untuk melepaskan rata total fenol teh white peony dapat dilihat
air dari permukaannya seiring dengan pada Tabel 1. Total fenol tertinggi diperoleh
meningkatnya suhu udara pengering. Menurut pada perlakuan suhu pengeringan 90oC yaitu
Winarno (1995), semakin tinggi suhu 211,01 mg GAE/g teh dan terendah pada suhu
pengeringan maka semakin cepat terjadi 100oC yaitu 146,21 mg GAE/g teh. Semakin
penguapan, sehingga kandungan air di dalam meningkatnya suhu pengeringan
bahan semakin rendah. menyebabkan total fenol teh white peony
semakin tinggi, namun suhu pengeringan
Rendemen Ekstrak yang terlalu tinggi yaitu pada suhu 100oC
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dapat menyebabkan penurunan kadar total
suhu pengeringan pada proses pengolahan fenol. Hal ini terjadi karena panas dapat
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap
rendemen ekstrak teh white peony. Rata-rata komponen penyusun dinding sel daun yaitu
rendemen ekstrak teh white peony dapat karbohidrat (termasuk serat selulosa) dan
dilihat pada Tabel 1. Rendemen tertinggi protein sebagai komponen tidak terlarut.
diperoleh pada perlakuan suhu pengeringan Kerusakan ini dapat memudahkan keluarnya
90oC yaitu 52,54% dan terendah pada suhu senyawa polifenol dari dalam daun karena
60oC yaitu 42,95%. Rendemen ekstrak polifenol merupakan senyawa yang memiliki
mengalami peningkatan seiring dengan berat molekul rendah, sehingga mudah untuk
meningkatnya suhu pengeringan, namun terinfusi ke dalam pelarut (Chu dan Juneja,
mengalami penurunan pada suhu pengeringan 1997). Proses pemanasan saat pengeringan
100oC. Hal ini terjadi karena panas yang juga berfungi untuk menginaktivasi enzim
digunakan selama proses pengeringan dapat polifenol oksidase (Tuminah, 2004). Semakin
menyebabkan kerusakan protein, karbohidrat tinggi suhu pengeringan mengakibatkan
dan komponen-komponen penyusun dinding peningkatan proses inaktivasi enzim polifenol
sel (Chu dan Juneja, 1997). Kerusakan oksidase, sehingga aktivitas enzim akan
komponen-komponen tersebut dapat semakin rendah dan kerusakan senyawa
menyebabkan membukanya sistem membran polifenol semakin sedikit, namun jika suhu
sel secara optimal, sehingga proses ekstraksi pengeringan melampaui suhu optimum, maka
dapat terjadi lebih sempurna, namun stabilitas senyawa polifenol akan terganggu
pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan penurunan
yaitu 100oC dapat menyebabkan penurunan kandungan senyawa polifenol pada bahan
rendemen pada ekstrak akibat membran sel (Susanti, 2008).
membuka sangat maksimal yang akhirnya
menyebabkan kerusakan terhadap komponen- Total Flavonoid
komponen penyusun membran sel (Chu dan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
Juneja, 1997). Nilai rendemen dapat suhu pengeringan pada proses pengolahan
digunakan untuk memperkirakan banyaknya berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
senyawa bioaktif yang terdapat pada bahan kandungan flavonoid teh white peony. Rata-
(Martono, 2016). rata kandungan flavonoid teh white peony
dapat dilihat pada Tabel 1. Kandungan
Total Fenol flavonoid tertinggi diperoleh pada perlakuan

40
Ulandari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

suhu pengeringan 100oC yaitu 11,70 mg CE/g meningkatnya suhu pengeringan sampai
teh dan terendah pada suhu 60oC yaitu 6,45 mencapai titik optimum dan akhirnya
mg CE/g teh. Hal ini terjadi karena proses mengalami penurunan. Katekin merupakan
pengeringan pada daun teh segar dapat senyawa yang kurang stabil dan mudah
menghancurkan lapisan lilin yang ada di mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
permukaan luar daun dan selanjutnya akan panas yang berlebih selama proses
memecah dinding sel sehingga akan pengeringan (Nindyasari, 2012). Suhu
memudahkan senyawa flavonoid untuk pengeringan yang melebihi 90oC selama
berdifusi ke dalam pelarut (Setyopratomo, pengeringan teh white peony, dapat
2014). Semakin tinggi suhu pengeringan menyebkan kerusakan pada katekin. Katekin
menyebabkan semakin tinggi pula kerusakan yang utama dalam teh adalah epicatechin
terhadap dinding sel, sehingga semakin tinggi (EC), epicatechin gallate (ECG),
jumlah senyawa flavonoid yang berdifusi ke epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin
dalam pelarut. Komponen flavonoid yang gallate (EGCG). Jika katekin mengalami
banyak terdapat di dalam daun teh adalah kerusakan oleh panas, maka EGCG, ECG,
katekin, flavonol glikosida, dan flavon C- EGC dan EC akan mengalami epimerisasi
glikosida (Handoko, 2007). Menurut Jeong et menjadi gallocatechin gallate (GCG),
al. (2004), perlakuan pemanasan pada bahan catechin gallate (CG), gallocatechin (GC),
dapat menyebabkan keluarnya beberapa dan catechin (C) (Chen et al., 2001).
senyawa fenolik dengan berat molekul Epimerisasi ini menyebabkan kadar katekin
rendah, dimana flavonoid yang terdapat pada total akan menurun (Setyopratomo, 2014).
teh merupakan senyawa fenolik yang Hal ini sesuai dengan penelitian Wang et al.,
memiliki berat molekul rendah. Pernyataan 2008, yaitu katekin dapat mengalami
ini sesuai dengan hasil penelitian yang epimerisasi pada suhu 98oC dimana
diperoleh yaitu ketika teh white peony epimerisasi ini menyebabkan menurunnya
dipanaskan pada suhu 100oC, masih total katekin seiring dengan meningkatnya
memungkinkan senyawa flavonoid untuk suhu pemanasan.
keluar dari dalam sel khususnya dari bagian
vakuola sel, sehingga didapatkan kadar Aktivitas Antioksidan
flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
dengan perlakuan suhu pengeringan lainnya. suhu pengeringan pada proses pengolahan
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
Katekin aktivitas antioksidan teh white peony. Rata-
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rata aktivitas antioksidan teh white peony
suhu pengeringan pada proses pengolahan dapat dilihat pada Tabel 1. Aktivitas
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap antioksidan tertinggi diperoleh pada
o
kandungan katekin teh white peony. Rata-rata perlakuan suhu pengeringan 90 C yaitu
kandungan katekin teh white peony dapat 50,20% dan terendah pada suhu 60oC yaitu
dilihat pada Tabel 1. Kandungan katekin 43,28%. Perlakuan pengeringan pada suhu 70
tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu dan 100oC menunjukkan perbedaan tidak
pengeringan 90oC yaitu 3,55 mg/g teh dan nyata terhadap aktivitas antioksidan teh white
terendah pada suhu 60oC yaitu 2,60 mg/g teh. peony. Aktivitas antioksidan teh white peony
Pengeringan pada suhu 70, 80 dan 100oC dipengaruhi oleh kadar total fenol, flavonoid
menunjukkan perbedaan tidak nyata terhadap dan katekin.
kandungan katekin teh white peony. Kadar Suhu pengeringan yang terlalu tinggi yaitu
katekin mengalami peningkatan seiring 100oC menyebabkan penurunan terhadap

41
Vol.8, No.1, Maret 2019. Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan …

aktivitas antioksidan. Hal ini terjadi karena sebanyak 50%. Nilai IC50 yang semakin kecil,
katekin yang terdapat pada daun teh menunjukkan kemampuan antioksidan yang
merupakan metabolit sekunder yang termasuk lebih tinggi dalam menangkal radikal bebas.
senyawa polifenol dan tergolong sebagai Bahan yang memiliki nilai IC50 sebesar < 50
flavonoid yang memiliki sifat tidak tahan ppm memiliki sifat antioksidan yang sangat
terhadap panas yang terlalu tinggi. Katekin kuat (Molyneux, 2004). Teh white peony
merupakan senyawa yang memiliki sifat memiliki nilai IC50 sebesar 4,97 mg/L,
sebagai antioksidan (Hasanah, 2012). Gugus sehingga dapat digolongkan sebagai bahan
hidroksil fenolik yang dimiliki oleh katekin yang memiliki sifat antioksidan sangat kuat.
merupakan donor elektron yang potensial
untuk berikatan dengan radikal bebas Sifat Sensoris
(Ramlah, 2017). Menurut Handoko (2007), Evaluasi sensoris teh white peony
polifenol katekin memiliki aktivitas dilakukan dengan uji hedonik dan skoring.
antioksidan lebih besar jika dibandingkan Uji hedonik dilakukan terhadap warna, rasa,
dengan vitamin C atau β-karoten. arocma dan penerimaan keseluruhan. Nilai
Perlakuan dengan aktivitas antioksidan rata-rata uji hedonik terhadap warna, rasa,
tertinggi yaitu pada suhu pengeringan 90oC aroma dan penerimaan keseluruhan teh white
dilakukan pengujian terhadap IC50. Nilai IC50 peony dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai rata-
diperoleh pada konsentrasi 4,97 mg/L. Hal ini rata uji skoring terhadap warna dan rasa teh
berarti bahwa pada konsentrasi 4,97 mg/L, teh white peony dapat dilihat pada Tabel 3.
white peony dapat menghambat radikal bebas

Tabel 2. Nilai rata-rata uji hedonik terhadap warna, rasa, aroma dan penerimaan keseluruhan teh
white peony
Suhu Warna Rasa Aroma Penerimaan keseluruhan
Pengeringan
60oC 6,07 ± 0,5 a 5,93 ± 0,5 a 6,07 ± 0,5 ab 5,87 ± 0,6 a
70oC 6,20 ± 0,6 a 5,20 ± 1,1 b 6,33 ± 0,6 a 5,53 ± 0,9 ab
80oC 6,00 ± 0,7 a 5,60 ± 1,0 ab 5,73 ± 0,6 bc 5,80 ± 0,7 ab
90oC 6,07 ± 0,6 a 4,47 ± 1,4 c 5,67 ± 0,5 c 5,47 ± 0,6 b
100oC 6,00 ± 0,5 a 5,40 ± 0,8 b 6,00 ± 1,0 abc 5,73 ± 1,0 ab
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata
(P>0,05)
Kriteria hedonik : 1 (sangat tidak suka); 2 (tidak suka); 3 (agak tidak suka); 4 (biasa); 5 (agak suka); 6 (suka); 7 (sangat
suka)
Tabel 3. Nilai rata-rata uji skoring terhadap warna dan rasa teh white peony
Suhu Pengeringan Warna Rasa

60oC 2,93 ± 0,5 c 3,73 ± 0,6 a


70oC 3,47 ± 0,6 a 2,73 ± 0,7 b
80oC 3,20 ± 0,4 b 3,07 ± 0,7 b
90oC 3,33 ± 0,5 ab 2,33 ± 1,0 c
100oC 2,67 ± 0,5 d 3,80 ± 0,7 a
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata
(P>0,05)
Nilai skoring warna : 1 (bening); 2 (kuning muda); 3 (kuning); 4 (kuning tua);
5 (kuning kecokelatan)
Nilai skoring rasa : 1 (sangat sepat); 2 (sepat); 3 (agak sepat); 4 (agak tidak sepat); 5 (tidak sepat)

42
Ulandari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

Warna terhadap rasa teh white peony berkisar antara


Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa 4,47-5,93 dengan kriteria biasa-suka. Rasa
suhu pengeringan berpengaruh tidak nyata sepat yang ada pada seduhan teh white peony
(P>0,05) terhadap warna seduhan teh white cenderung menurunkan tingkat kesukaan
peony yang dilakukan dengan uji hedonik. panelis, sehingga untuk mengetahui tingkat
Rata-rata hasil uji hedonik terhadap warna kesepatan rasa teh white peony, dilanjutkan
seduhan teh white peony dapat dilihat pada dengan uji skoring.
Tabel 2. Nilai rata-rata kesukaan panelis Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
terhadap warna seduhan teh white peony suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata
berkisar antara 6,00-6,20 dengan kriteria (P<0,01) terhadap rasa teh white peony yang
suka. Kesukaan panelis terhadap warna dilakukan dengan uji skoring. Rata-rata hasil
seduhan teh white peony kemudian uji skoring terhadap rasa teh white peony
dilanjutkan dengan uji skoring. dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai rata-rata rasa
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa teh white peony berkisar antara 2,33-3,80
suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata dengan kriteria sepat-agak tidak sepat.
(P<0,01) terhadap warna seduhan teh white Perlakuan suhu pengeringan 60 dan 100oC
peony yang dilakukan dengan uji skoring. cenderung menimbulkan rasa agak tidak sepat
Rata-rata hasil uji skoring terhadap warna pada seduhan teh white peony, suhu
seduhan teh white peony dapat dilihat pada pengeringan 70 dan 80oC cenderung
Tabel 3. Nilai rata-rata warna seduhan teh menimbulkan rasa agak sepat serta suhu
white peony berkisar antara 2,67-3,47 dengan pengeringan 90oC cenderung menimbulkan
kriteria warna seduhan adalah kuning. Kadar rasa sepat. Rasa sepat yang timbul disebabkan
flavonoid tertinggi dapat dilihat dari warna adanya senyawa katekin. Katekin dapat
seduhan yang dihasilkan. Warna yang lebih memberi rasa pahit dan sepat pada seduhan
pekat menunjukkan kadar flavonoid yang teh (Ramlah, 2017), sehingga semakin tinggi
tinggi dengan aktivitas antioksidan yang kandungan katekin pada teh white peony
tinggi pula (Ramlah, 2017). Flavonoid dapat maka rasa dari teh tersebut akan semakin
memberi warna kuning kecokelatan pada sepat. Epicatechin (EC) dan epigallocatechin
seduhan dan akan berubah menjadi cokelat (EGC) yang merupakan bagian dari katekin,
gelap bila terjadi reaksi oksidasi lebih lanjut mampu memunculkan rasa sedikit sepat
(Winardi, 2010). Perlakuan suhu pengeringan dengan sedikit manis setelah diminum,
70, 80 dan 90oC memberikan perbedaan tidak sedangkan bentuk gallatenya (EGC dan
nyata terhadap warna seduhan teh white EGCG) memunculkan rasa sepat yang kuat
peony yaitu cenderung berwarna kuning, (Yamanishi, 1991 dalam Mitrowihardjo,
sedangkan suhu pengeringan 60 dan 100oC 2012).
menyebabkan warna kuning yang lebih muda
karena mengandung senyawa flavonoid yang Aroma
lebih sedikit. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata
Rasa (P<0,01) terhadap aroma teh white peony
Hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang dilakukan dengan uji hedonik atau
sangat nyata (P<0,01) terhadap rasa teh white kesukaan. Rata-rata hasil uji hedonik terhadap
peony yang dilakukan dengan uji hedonik. aroma teh white peony dapat dilihat pada
Rata-rata hasil uji hedonik atau kesukaan Tabel 2. Nilai rata-rata aroma teh white peony
terhadap rasa teh white peony dapat dilihat berkisar antara 5,67-6,33 dengan kriteria
pada Tabel 2. Nilai rata-rata kesukaan panelis suka. Menurut Ciptadi dan Nasution (1979),

43
Vol.8, No.1, Maret 2019. Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan …

senyawa pembentuk aroma teh terutama bioaktif tertinggi dan karakteristik sensoris
terdiri dari minyak atsiri yang bersifat mudah terbaik yaitu : kadar air 4,06%, rendemen
menguap dan bersifat mudah direduksi 52,54%, kadar total fenol 211,01 mg
sehingga dapat menghasilkan aroma harum GAE/g teh, flavonoid 10,90 mg CE/g teh,
pada teh, selain itu teh juga mengandung katekin 3,55 mg/g teh, aktivitas
senyawa asam galat. Ketika terjadi proses antioksidan 50,20%, warna seduhan kuning
pengeringan pada teh, asam galat akan dan disukai, rasa sepat dan biasa, aroma
teroksidasi menjadi senyawa thearubigin disukai dan penerimaan keseluruhan agak
(TR). Senyawa thearubigin bertanggungjawab suka.
pada aroma harum yang ada pada seduhan teh
Saran
(Kim et al., 2011).
Adapaun saran yang dapat diberikan yaitu
proses pengeringan dalam pengolahan teh
Penerimaan keseluruhan white peony untuk memperoleh produk teh
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
dengan kandungan komponen bioaktif
suhu pengeringan berpengaruh tidak nyata
tertinggi dan karakterisrik sensoris terbaik
(P>0,05) terhadap penerimaan keseluruhan
sebaiknya dilakukan pada suhu 90oC selama
teh white peony yang dilakukan dengan uji 60 menit hingga memiliki ciri fisik yaitu daun
hedonik atau kesukaan. Rata-rata hasil uji berwarna hijau kehitaman, muncul aroma
hedonik terhadap penerimaan keseluruhan teh khas seperti aroma karamel, daun mudah
white peony dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai dipatahkan serta akan hancur bila diremas.
rata-rata penerimaan keseluruhan teh white
peony berkisar antara 5,47-5,87 dengan DAFTAR PUSTAKA
kriteria agak suka-suka. Perlakuan suhu
pengeringan 60, 80 dan 100oC cenderung Anonimus. 2013. Teh Putih yang Langka dan
disukai panelis, sedangkan suhu pengeringan Mahal.
70 dan 90oC cenderung agak disukai panelis. http://balittri.litbang.pertanian.go.id/
Karakteristik sensoris yang sangat index.php/berita/info-teknologi/177-teh
mempengaruhi penerimaan keseluruhan putih-yang-langka-dan-mahal.Diakses
panelis terhadap teh white peony adalah rasa tanggal 21 Oktober 2018.
seduhan teh, sehingga semakin sepat rasa
seduhan teh white peony, kesukaan panelis Anonimus. 2017. Proses Pengolahan dan
akan menurun. Standar Mutu Teh White peony. PT.
Bali Cahaya Amerta, Denpasar.
SIMPULAN DAN SARAN
AOAC, 1995. Official Methods of Analysis.
Simpulan Association of Official Analytical
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Chemists. Benjamin Franklin Station,
disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Washington DC.
1. Suhu pengeringan pada proses pengolahan
teh white peony berpengaruh sangat nyata Ciptadi, W. dan M. Z. Nasution. 1979.
terhadap kadar air, rendemen ekstrak, total Mempelajari Cara Pemanfaatan Teh
fenol, flavonoid, katekin, aktivitas Hitam Mutu Rendah untuk Pembuatan
antioksidan, warna (uji skoring), rasa (uji Teh Dadak. Institut Pertanian Bogor,
skoring dan hedonik) serta aroma (uji Bogor.
hedonik). Chang, Q., Z. Zuo, M.S.S. Chow danW.K.K.
2. Suhu pengeringan 90oC menghasilkan teh Ho. 2006. Effect of storage temperature
white peony dengan kandungan komponen

44
Ulandari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

on phenolics stability in hawthorn katekin dari beberapa jenis kualitas teh


(Crataegus pinnatifda Var. Major) hitam (camellia sinensis l.[o] kuntze) di
fruits and a hawthorn drink. Food pusat penelitian teh dan kina (pptk)
Chemistry. 98(3):426-430. gambung. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and
Chen, Z.Y., Q.Y. Zhu., D. Tsang., Y. Huang. Technology. 1(1):7-12.
2001. Degradation of green tea catechin
in tea drinks. Journal of Agriculture and Hilal, Y dan U. Engelhardt. 2007.
Food Chemistry. 49:477-482. Characterisation of white tea –
comparison to green and black tea.
Chu, D.C dan L.R. Juneja. 1997. General Journal of Consumer Protection and
Chemical Composition of Green Tea Food Safety. 2:414-421.
and Its Infusion Chemistry and
Applications of Green Tea. CRC Press Jeong, S. M., S.Y. Kim., D.R. Kim., S.C. Jo.,
LLC., USA, p.13- 21. K.C. Nam., D.U. Ahn dan S.C. Lee.
2004. Effect of heat treatment on the
Druzynska, B., A. Stepniewska dan R. antioxidant activity of extracts from
Wołosiak. 2007. The influence of time citrus peels. Journal of Agricultural and
and type of solvent on efficiency of the Food Chemistry. 52:3389–3393.
extraction of polyphenols from green tea
and antioxidant properties obtained Kim, Y., K.L. Goodner., J. Park., J. Choi dan
extracts. Journal of Technologia S.T. Talcott. 2011. Changes in
Alimentaria. 6(1): 27-36. antioxidant phytochemical and volatile
composition of Camellia sinensis by
Fitriani, S. 2008. Pengaruh suhu dan lama oxidation during tea fermentation. Food
pengeringan terhadap beberapa mutu Chem. 129:1331-1342.
manisan belimbing wuluh
(Averrhoabellimbi L.). Jurnal SAGU. Martono, B., S. Falah dan E. Nurlela. 2016.
7(1):32-37. Aktivitas antioksidan teh varietas gmb 7
pada beberapa ketinggian tempat. J.
Handoko, D. 2007. Pengaruh Tekanan Dan TIDP. 3(1):53–60.
Suhu Pada Kondisi Evaporasi Ekstrak
Daun Teh Hijau. Skripsi. Tidak Mitrowihardjo, S. 2012. Kandungan Katekin
dipublikasikan. Fakultas Matematika Dan Hasil Pucuk Beberapa Klon Teh
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze)
Pertanian Bogor, Bogor. Unggulan pada Ketinggian yang
Berbeda di Kebun Pagilaran. Disertasi.
Handayani, H., F.H. Srihefyna dan Yunianta. Tidak dipublikasikan. Fakultas
2016. Ekstraksi antioksidan daun sirsak Pertanian UGM, Yogyakarta.
metode ultrasonic bath (kajian rasio
bahan: pelarut dan lama ekstraksi). Molyneux, P. 2004. The use of stable radical
Jurnal Pangan dan Agroindustri. diphenylpicril-hydrazyl (dpph) for
4(1):262-272. estimating antioxidant activity.
Songklanakarin Journal of Science
Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya bagi Technology. 26(2):211–219.
Kesehatan. Kanisius, Yogyakarta.
Nindyasari, S. 2012. Pengaruh Suhu dan
Hasanah, S.U., S. Hamdani dan A. Waktu Penyeduhan Teh Hijau (Camellia
Firmansyah. 2012. Perbandingan kadar sinensis) serta Proses Pencernaan In

45
Vol.8, No.1, Maret 2019. Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan …

Vitro terhadap Aktivitas Inhibisi Lipase. Hijau Dari Berbagai Pelarut. Jurnal
Skripsi. Tidak dipublikasikan. Fakultas Penelitian Teh dan Kina. 19(1):57-66.
Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik
Ramlah. 2017. Penentuan Suhu Dan Waktu untuk Industri Pangan dan Hasil
Optimum Penyeduhan Daun Teh Hijau Pertanian, Bhratara Aksara, Jakarta.
(Camellia Sintesis L.) P+2 Terhadap
Kandungan Antioksidan Kafein, Tanin Susanti, D.Y. 2008. Efek Suhu Pengeringan
Dan Katekin. Skripsi. Tidak terhadap Kandungan Fenolik dan
dipublikasikan. Fakultas Sains dan Kandungan Katekin Ekstrak Daun
Teknologi UIN Alauddin, Makassar. Kering Gambir. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Pertanian Universitas
Roshanak, S., M. Rahimmalek dan S.A.H. Gadjah Mada, Yogyakarta.
Goli. 2015. Evaluation of seven
different drying treatments in respect to Syah, A.N.A. 2006. Taklukkan Penyakit
total flavonoid, phenolic, vitamin c dengan Teh Hijau. PT. Agromedia
content, chlorophyll, antioxidant Pustaka, Tangerang.
activity and color of green tea (Camellia Taib, G., G. Said dan S. Wiraatmadja. 1997.
sinensis or C. Assamica) leaves. Journal Operasi Pengeringan Pada Pengolahan
of Food Science Technology. Hasil Pertanian. Mediyatama Sarana
53(1):721-729. Perkasa, Jakarta.
Sakanaka, S., Y. Tachibana., Y. Okada. 2003. Tuminah S. 2004. Teh [Camellia sinensis o. k
Preparationand antioxiant properties of var. assamica (mast)] sebagai salah satu
extracts of Japanese persimo leaf tea sumber antioksidan. J Cermin Dunia
(kakinocha-cha). Food chemistry. Kedokteran. 144:52-54.
89:569-575.
Vasic, S.M., O.D. Stefanovic., B.Z. Licina.,
Saklar, S., E. Ertas., S. Ibrahim., Ozdemir dan I.D. Radojevic dan L.R. Comic. 2012.
B. Karadeniz. 2015. Effects of different Biological activities of extracts from
brewing conditions on catechin content cultivated Granadilla passiflora alata.
and sensory acceptance in Turkish green EXLI Journal. 11:20821-ISSN 1611-
tea infusions. J Food Sci Technol. DOI 2156.
10.1007/s13197-015-1746-y.
Wang, R., W. Zou dan X. Jiang. 2008.
Seto, R., H. Nakamura., F. Nanjo dan Y. Reaction kinetics of degradation and
Hara. 1997. Preparation of epimers of epimerization of epigallocatechin
tea catechins by heat treatment. Journal gallate (egcg) in aqueous system over a
of Bioscience, Biotechology and wide temperature range. Journal of
Biochcmistry. 61(9):1434-1439. Agricultural and Food Chemistry.
Setyopratomo, P. 2014. Extraction of 56(8): 2694–2701.
phenolic compounds from green tea Widarta, I.W.R dan I.W. Arnata. 2017.
using ethanol. Journal of Engineering Ekstraksi komponen bioaktif daun
and Applied Sciences. 9(9):1516-1521. alpukat dengan bantuan ultrasonik pada
Shabri dan D. Rohdiana. 2016. Optimasi Dan berbagai jenis dan konsentrasi pelarut.
Karakterisasi Ekstrak Polifenol The Jurnal Agritech. 37(2):148-157.

46
Ulandari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

Winardi, R.R. 2010. Perubahan kadar


flavonoid selama fermentasi seduhan teh
hijau dan potensi khasiatnya. Jurnal
Saintech. 2(3):63-68.
Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yamanishi, T. 1999. Tea Plavor. In Jain N.K.
(Ed). Global Advances in Tea Science.
Aravali Book International Ltd., New
Delhi, p. 707-722.

47

You might also like