Professional Documents
Culture Documents
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Sosiologi
Oleh: Retno
Setyowati
1113111000016
2018
PPEE
RRNN
YYAA
T TAA
AANNBB
EEBB
ASA SPP
LLAA
GGIAIA
RIRSIM
SEME
SSkrkirpispisiyan
yagngbebrejurjduudl:ul:
PPEE
RREE
MMPU AN A
PU ANSSEEBBAA
GGAA
I IKK
OORB
RABN
ANDD
AALL
AAMMKK
AASUS SKK
SU EK
EEKREARSASNAN
DD
AALL
AAMMRR
UUMM
AH GA
AHTTAA
NNGG A
((SStutu
did iteterh adaadpapPPeenn
gaglaalm ananLL
im a aKK
orobrabnanKK n dalam Rumah Tangga
ekeekrearsan
rh am im an dalam Rumah Tangga
ddi iKKeecam
camataatnanPP
am
amulualnagn, g,TT
anagnegrearnagngSS
elealtaatna)n)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
1. M erupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan basil karya asli
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan basil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Syarif Hidayatullah Jakarta.
J
Retno Setyowati
NIM: 1113111000016
NIM: 1113111000016
i
PERRSSEETTUUJJU
PE AN PE
UA PEMMBBIIM G SK
B ING
MB RRIP
SK IPSSII
DD
enegnagnaniniin, iP, ePmbibm
em bbininggSkSrkiprispisimm
im eneynaytaatkakaannbabhawa amm
hw ahaahsaisiw
swa:a:
NN
am
ama:aR
: eRtentonoSeSteytoyw
owataiti
NN
IM 0000000001166
I:M1: 11113113111
PrPorgorgarmamStSutduid:iS:oSsoiosiloolgoigi
TeTleahlahmm eneyneyleeleasikaaiknapnepneunlis
ulaisnansksrkiprispi sdiednegnagnanjujduudlu: l:
PE
PERR
EEMMPPUUAANN SESB
EBAAGGAA
I I KK
OORR
BBAA
NN DA
DLAAMM KK
LA AASUS S KE
SU KK EE
EK RR
AASS
AANN
DD
ALAALMAMRUM
RUM AA
HHTTAANNGGG
GAA
(S(tSutduidti etrehrahdaadpapPePnegnaglaalm
amaannLiLmim
a aKK
orobrabnanKek
Keekrearsaasanndadlalm
amRuRmahaT
um h aTnagnggaga
didK
i eKceacmatatnanPaPm
am ulualanngg, ,TaTnagnegrearannggSeSlaeltaatna)n)
am
DD
ananteltaehlahmm eneunhuihpiepresyrsayraatraantaunnutn
emem uktudkiduijui.ji.
JakaJrtaak,a0r8ta,N0o8veNmobveerro2~017:2.o\7
MM
enegnegtaehtauhi,ui, MM
eneyneytuejtuuij,ui,
KK
etueatuParPorgorgarmam
StSutduidi PePmebmim
bibminbgin, g,
- '
r. rC.uCcuucN
DD uNuruhrahyaaytia,tM
i, M
.S.iSi D
NN 3112222003333
IPI.P1. 917967069019812802003 9 911003322000022
NINPI.P1.91695605101515919
ra. Vinita Susanti, M.Si
ii ii
PENGESAHAN PENELITIAN UJIAN SKRIPSI
PENGESAHAN PENELITlAN UJIAN SKRIPSI
1 1113311110000000010616
1
1 00
aa hankan dalam sidang ujian skrip akkuultas Ilmu Sosial dan Il.nu Politik
TelaTheladhipdeirptacrhta nkan dalam sidang ujian skripp sii ddii FFa ltas Ilmu Sosia l dan Ilm u Politik
s e ka ta p 1
UniUvenrisvictarssitaIs laIsmlamNeNge grieriSySayraifrifHH ka rtta p ada tanggal 111 Januari 2018.
idiadyaaytautulllalahh JJaak ada tangga l 1 Janua ri 201 8.
Skripsi ini tclah diterima scbagai salah satu syarat m meem
mpcrolch gclar Sarjana Sosial
Skripsi in i telah diterima sebagai salah satu syarat peroleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua,
Dr. CK
uceutuNau, rhayati, M.Si Sekretaris,
Dr. Cucu Nurhayati, M.S i Dr. Joharotul Jamilah, M.Si
v
Dra. Ida Rosyidah, M.A Dzuriyatun Thoyibah, M.Si., M.A
NIP. 197608032003122003
nenuhi syarat kelulusan pada tanggal 13 April 2017.
dinyatakan mer Ketua Program Studi SosiologN
NIP. 196306161990032002 i IP. 197608032003122003
Diterima dan dinyatakan memenuhiFsISyIaPr aUIN
t kelJAKARTAulusangal 13 April 2017.
Ketua Progpada tang
FISIP ram Studi Sosiologi
UIN JAKARTA
iii
3
ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji tentang „Perempuan Sebagai Korban Kekerasan dalam
Rumah Tangga (Studi terhadapp Lima Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga
di Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan).‟ Penelitian feminis ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui mengapa perempuan selalu menjadi korban pada
kasus kekerasan dalam rumah tangga serta mengetahui faktor pendukung adanya
kekerasan tersebut.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
teknik wawancara dan studi kepustakaan. Subjek pada penelitian ini adalah lima
orang yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Proses analisis data
dilakukan dengan menggunakan pengklasifikasian bentuk-bentuk kekerasan
dalam rumah tangga menurut Iklilah Muzayyanah Dini Fajriyah dan Kristi
Poerwandari untuk melihat bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi di lapangan.
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanau Wa Ta‟ala dan Nabi besar kita,
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam yang sudah memberikan nikmat dan
karunia sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Puji dan syukur
penulis panjatkan karena melancarkan segala urusan penulis terkait dalam
penulisan skripsi ini. Kendala dan hambatan yang penulis dapatkan dalam
merampungkan tugas akhir skripsi ini yang datang dari pihak luar maupun pihak
dalam berhasil penulis kesampingkan berkat adanya semangat dan doa dari orang-
orang terdekat yang selalu memberikan support hingga akhirnya tulisan ini
selesai. Oleh sebab itu, dikesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah
memberi saran dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si, selaku Sekertaris Prodi Sosiologi yang telah
membantu dan melancarkan skripsi ini.
4. Dra. Vinita Susanti, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang selalu
memberikan arahan, waktu, dan ilmunya dalam membimbing penulis. Serta
semangat yang dia berikan hingga selesainya tulisan ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Program Studi Sosiologi,
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan pembelajaran yang
sangat berharga selama kurang lebih empat tahun.
6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Suyadi dan Ibunda Sumarni yang tidak
pernah kenal lelah dalam memberikan semangat, nasihat agar penulis tidak
bermalas-malasan, kerja keras, serta doanya ketika penulis sedang
menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa pula untuk kedua adik penulis, yaitu
5
Arif Furqoon dan Putra Hilmi Nurrahman yang telah menghibur ketika
penulis merasa kekurangan semangat. Skripsi ini untuk kalian.
7. Seluruh pengurus dan petugas Kepolisian Sektor (KAPOLSEK) Pamulang,
Tangerang Selatan yang telah membantu penulis dalam memperoleh data
yang akurat seputar jumlah korban kekerasan dalam rumah tangga pada
kurun waktu tahun 2016 hingga 2017 awal.
8. Herlina Mustikasari, S.Pd, MA selaku Ketua Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) beserta Bapak Muhamad
Rizki Firdaus, S.H selaku Konselor Hukum, dan Ibu Nur Wal Jiniyana, S.
Pd selaku Pengurus P2TP2A karena telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh informan yang telah bersedia untuk diwawancarai dan berbagi
pengalaman kepada penulis, yaitu Ibu S, Ibu LY, Ibu M, Ibu TST, dan Ibu
A. Terima kasih karena telah memberikan penulis data yang lengkap dan
pembelajaran melalui cerita-cerita yang tidak sungkan untuk dibeberkan
kepada penulis demi kepentingan data dalam skripsi ini.
10. Bidadari surga, teman semasa SMP, SMA, bahkan hingga bangku
perkuliahan ini, yaitu Dhiafah Rahmawati yang telah banyak sekali
membantu penulis ketika sebelum turun ke lapangan, saat turun lapangan,
bahkan setelah selesai turun lapangan. Terima kasih untuk waktu, tenaga,
dan idenya selama ini.
11. Teman yang merangkap menjadi dosen pembimbing kedua penulis, yaitu
Tino Pratama yang telah memberikan arahan, masukan, nasihat, semangat,
dan bimbingannya (yang lebih banyak ngerumpinya haha) yang tiada henti.
Terima kasih sekali lagi penulis ucapkan.
12. Kalian yang tergabung dalam grup Park Shin Hye yang isinya manusia-
manusia konyol, Siti Zahara Putri, Novilia Anggraeni, dan Hima Hafiya
Fitri. Berkat kalian, penulis tidak merasakan stres selama proses
penyelesaian skripsi ini walaupun ketika bertemu yang dibicarakan tidak
jauh seputar skripsi dan KKN (obrolan ini yang sebenarnya membuat
6
penulis semakin stres haha). Terima kasih pula karena kalian tidak jarang
untuk membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi ini.
13. Keluarga Sosiologi A 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
terima kasih untuk rasa kebersamaannya, dukungan, dan pembelajarannya
selama empat tahun ke belakang.
14. Teman seperjuangan semasa SMP dan SMA yang kalian tidak ketahui
namanya akan ditulis, yaitu Sri Yuningsih, Shabrina Khansa, Diena
Adyanthy, Dian Harianti, Farhana Awaliyah Daufayanti, Putri Fauziyah
Yuniyanti, Rayditya Maulana Yusuf (Yudit), yang telah memberikan
informasi seputar keberadaan korban kekerasan dalam rumah tangga di
Wilayah Pamulang, Tangerang Selatan.
15. Terakhir, terima kasih kepada kalian yang telah memberikan semangat serta
doa tiada henti yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Maka dari
itu, penulis membuka kritik, saran, serta masukannya dari beberapa pihak.
Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan, semoga segala bantuan dan
kebaikan kalian mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Semoga
skripsi ini akan bermanfaat untuk kemudian hari.
Penulis,
Retno Setyowati
NIM. 1113111000016
vii
DAFTAR ISI
88
8
2. Faktor Pemicu .................................................................................... 58
B. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga di Kecamatan Pamulang,
Tangerang Selatan ....................................................................................... 70
1. Kekerasan Fisik .................................................................................. 70
2. Kekerasan Psikis ................................................................................ 74
3. Kekerasan Bahasa .............................................................................. 76
4. Kekerasan Seksual.............................................................................. 77
5. Kekerasan Ekonomi ........................................................................... 79
6. Kekerasan Spiritual ............................................................................ 83
C. Dampak Adanya Kekerasan dalam Rumah Tangga .................................... 84
1. Dampak terhadap Kesehatan Mental.................................................. 84
2. Dampak terhadap Kesehatan Reproduksi .......................................... 86
3. Dampak terhadap Ekonomi ................................................................ 87
D. Perempuan sebagai Objek Kekerasan dalam Rumah Tangga ..................... 88
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 89
A. Kesimpulan .................................................................................................. 89
B. Saran ............................................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. xii
9
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1. Data Kekerasan dalam Rumah Tangga di Wilayah Jakarta,
Tangerang, dan Bogor Tahun 1997-2011……………………………………...4
Tabel I.A.2. Data Kekerasan dalam Rumah Tangga di Tangerang Selatan Tahun
2012-2015........................................................................................................... 5
Tabel I.D.3. Matriks Tinjauan Pustaka ................................................................. 11
Tabel I.G.4. Sumber Data Penelitian dan Metode Penelitian ............................... 11
Tabel II.A.5. Daftar Kelurahan di Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan
Tahun 2016 ....................................................................................................... 30
Tabel II.A.6. Tabel Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Pamulang Tahun 2016 ......
.............................................................................................................. 32
Tabel II.B.7. Rumah Tangga Miskin di Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 .... 33
Tabel II.B.8. Penduduk Menurut Keyakinan Agama di Kecamatan Pamulang
Tahun 2014 ....................................................................................................... 35
Tabel II.C.9. Data Korban yang Melapor ke Polri Daerah Metro Jaya Resort
Tangerang Selatan Sektor Pamulang Tahun 2016-2017 .................................. 39
Tabel II.E.10. Daftar Ringkasan Korban beserta Jenis Kekerasan dalam Rumah
Tangga yang Diterima ...................................................................................... 50
1
0
DAFTAR GAMBAR
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Kekerasan dalam ranah rumah tangga merupakan permasalahan yang cukup
krusial dan sudah ada sejak dahulu. Dibanyak pemberitaan media cetak
maupun media online, tindak kekerasan dalam rumah tangga banyak dialami
memiliki sifat feminin dan lemah lembut yang dimiliki perempuan sering
adaptasi setiap anggota keluarga sehingga ada yang memiliki kekuasaan dan
eksternal, adanya campur tangan dari pihak luar yang dapat mempengaruhi
ego terhadap suatu permasalahan, bahkan sering dilakukan sebagai bentuk dari
dominasi tersebut. Dominasi peran laki-laki ini biasa dikenal dengan istilah
1
pihak laki-laki menguasai seluruh anggota keluarga, harta, sumber-sumber
laki dinilai memiliki kedudukan yang tinggi dari perempuan yang dipercayai
adalah harta milik laki-laki yang harus dikuasai (Retnowulandari, 2010: 27).
Selain budaya patriarki, pemahaman agama yang keliru juga menjadi salah
dipaksa mengabdi dan berbakti secara total kepada suami dengan cara bersikap
wajar ketika menerima suatu kekerasan dari suami, serta menuruti semua
dijadikan alat untuk memenuhi kebutuhan yang dinginkan oleh suami. Hal ini
tidak dapat dihindarkan dalam cakupan dunia sekalipun. Menurut situs web
kekerasan seksual. Negara Korea Selatan dan India termasuk dalam presentase
tersebut.
Gender Gap Report pada tahun 2015 yang dikekeluarkan oleh World Economic
2
Berawal ketika laki-laki mengungkapkan rasa kebenciannya melalui sebuah
forum online yang berisi konten pornografi, lalu mengunggah foto perempuan
tersayang, teler hanya karena dua bir,” atau, “Saya sudah membiarkan tiga
Kejadian ini terjadi sebelum pembunuhan pada tanggal 17 Mei 2016 lalu di
Kekerasan seksual juga terjadi di jalan layang di Munirka, New Delhi, India.
Berita yang dimuat pada news.detik.com pada tahun 2014 silam tersebut
lelakinya, Awindra Pandey, dilempar dari mobil bus setelah diserang dan
diperkosa oleh enam orang pelaku yang sedang mabuk. Awindra pingsan
setelah dihajar dan dipukuli, sehingga para pelaku bisa memperkosa Jyoti di
bagian belakang bus. Kemaluan, rahim, dan usus Jyoti dirusak oleh salah satu
kunci L tersebut dicabut keras-keras hingga ususnya terburai. Setelah kritis dan
Fakta Catatan Tahunan (Catahu) 2016, terdapat 16.217 kasus yang masuk dari
3
kekerasan dalam rumah tangga atau ranah personal tercatat 69% atau 11.207
kasus. Dalam 11.207 kasus di ranah kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan
4.304 kasus, diikuti dengan kekerasan seksual sebanyak 30% atau 3.325 kasus,
kekerasan psikis sebanyak 23% atau 2.607, dan ekonomi 9% atau 971 kasus.
Lain halnya untuk di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bogor berdasarkan pada
tangga dimulai pada tahun 1997 hingga tahun 2011. Berikut data statistik yang
http://perempuan.or.id):
Tabel I.A.1. Data Kekerasan dalam Rumah Tangga di Wilayah Jakarta, Tangerang,
dan Bogor Tahun 1997-2011
No. Tahun Jumlah Kasus Kekerasan
dalam Rumah Tangga
1. 1997 64 Kasus
2. 1998 101 Kasus
3. 1999 113 Kasus
4. 2000 232 Kasus
5. 2001 258 Kasus
6. 2002 226 Kasus
7. 2003 272 Kasus
8. 2004 329 Kasus
9. 2005 455 Kasus
10. 2006 323 Kasus
11. 2007 284 Kasus
12 2008 279 Kasus
13. 2009 204 Kasus
14. 2010 287 Kasus
15. 2011 209 Kasus
Sumber: http://perempuan.or.id, 2017.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga
terus mengalami kenaikan dari tahun 1997 sampai tahun 2005 dan mengalami
kenaikan serta penurunan pada tahun 2006 sampai tahun 2011. Berbeda dengan
4
data yang berada di wilayah Tangerang Selatan sendiri, faktor paling dominan
BPMPPKB menjelaskan bahwa dari tahun 2012 hingga 2015, telah terjadi
penurunan kekerasan dalam rumah tangga. Berikut adalah data statistik yang
Tabel I.A.2. Data Kekerasan dalam Rumah Tangga di Tangerang Selatan Tahun
2012-2015.
No. Tahun Jumlah Kasus Kekerasan
dalam Rumah Tangga
1. 2012 116 Kasus
2. 2013 187 Kasus
3. 2014 447 Kasus
4. 2015 86 Kasus
Sumber: http://tangselpost.co.id, 2017
Dari data yang terlampir terlihat bahwa kekerasan dalam rumah tangga yang
tahun 2012 yang memiliki 116 kasus sampai pada tahun 2014 yang mengalami
dalam kurun waktu satu tahun, dari 447 kasus yang terjadi pada tahun 2014
86 kasus ini tersebar di tujuh Kecamatan yang ada di Tangerang Selatan, terdiri
5
Kecamatan Setu sebanyak 3 kasus, dan di luar wilayah sebanyak 5 kasus.
Tangerang Selatan.
setiap tahunnya ini menandakan bahwa aturan yang telah dibentuk pada
rumah tangga. Menurut Ni'mah (2012: 56), aturan ini diberlakukan untuk
dilakukan suami dapat dikenakan pidana selama 4 bulan atau denda paling
kekerasan psikis yang dilakukan oleh suami dapat dikenakan pidana selama 4
bulan atau denda paling banyak Rp3.000.000,00,- (tiga juta rupiah). Terakhir,
6
dapat dikenakan pidana selama 12 tahun atau denda paling banyak
tergolong tinggi memiliki kasus kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini
menjadi alasan peneliti untuk memilih wilayah tersebut untuk diteliti. Selain
B. Pertanyaan Penelitian
1. Apa saja faktor yang menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga di
7
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam
rumah tangga.
Sedangkan untuk manfaat penelitian dari hasil penelitian yang akan dikaji
Sedangkan dari segi praktis untuk menambah wawasan dan cakrawala bagi
terutama jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta masukan untuk
para penegak hukum untuk lebih serius menjalankan visi dan misi yang
D. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengetahuan peneliti mengkaji karya-karya ilmiah, belum ada
penelitian yang sama dengan penelitian ini. Namun dalam melakukan kajian
pustaka, peneliti menemukan empat tema karya ilmiah yang berhubungan erat
8
dalam Rumah Tangga (Studi terhadap Pengalaman Lima Korban Kekerasan
Penelitian ini tertuang dalam Jurnal Sosiologi, Vol. 14, No. 1: 69-82 yang
Pada Istri Dengan Perilaku Kekerasan Ibu Pada Anak (Studi Di Wilayah
berupa uji korelasi Rank Spearman. Penelitian ini membahas tentang kekerasan
yang dilakukan oleh suami terhadap istri dan akan berdampak kepada
kekerasan yang dilakukan istri ke anak. Dapat terlihat bahwa kekerasan yang
dilakukan oleh istri kepada anak merupakan proses meniru dari kekerasan yang
Dra. Dwiyanti Hanandini, M.Si, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Andalas. Penelitian ini hanya menjelaskan teori yang
9
dapat digunakan dalam kasus kekerasan rumah tangga, seperti Teori Goode,
terjadinya kekerasan, motif kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga, dan
dilihat bergeser karena dengan menguatnya keluarga inti, mamak juga punya
Hanandini, 4).
Penelitian ketiga, dalam karya ilmiah tahun 2007 yang ditulis oleh Vera
dalam Rumah Tangga)‟ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
HKBP Nommensen. Karya ilmiah yang tidak menjelaskan teori ini memiliki
publik. "Pendidikan publik tentang KDRT dan UU Nomor 23 tahun 2004 harus
Penelitian keempat, skripsi tahun 2014 yang ditulis oleh Fita Khairul
10
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Penelitian ini
menggunakan teori Tiga Pilar Lembaga milik W. Richard Scott dan memiliki
hasil yang sesuai dengan teori tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa FPKK sudah memiliki regulatif, kognitif, dan normative dan sudah
anggota. Namun sampai saat ini FPKK masih banyak kekurangan dalam faktor
Dan penelitian kelima, merupakan jurnal pada tahun 2007 yang ditulis oleh
Dra. Fachrina, Msi dan Dra. Nini Anggraini, Mpd dengan judul, „Kekerasan
11
melakukan tindak
Metode: Metode kekerasan kepada anak
eksplanatori dengan dalam enam bulan
menggunakan teknik terakhir ini.
pengambilan data kuesioner
dan dokumentasi, dan
analisa data menggunakan
data statistik berupa uji
korelasi Rank Spearman.
2. Penulis: Indraddin, S.Sos, Hanya Peran keluarga luas Membahas Membahas
M.Si. menjelaska dalam menyelesaikan kekerasan kekerasan
Dra. Dwiyanti Hanandini, n teori-teori KDRT pada masyarakat dalam dalam
M.Si. yang dapat Minangkabau perkotaan rumah rumah
dipergunak umumnya menasehati tangga dari tangga
Judul: Hubungan Antara an dalam keluarga yang sedang segi sebagai
Pergeseran Peran Keluarga kasus mengalami kasus gender. akibat dari
Luas Matrilineal Dengan kekerasan KDRT, apabila sudah adanya
Kekerasan Dalam Rumah dalam mengarah kepada sistem
Tangga (Kajian Jender rumah tindakan kriminal patrilineal
Terhadap Kekerasan Dalam tangga, biasanya membantu (garis
Rumah Tangga di seperti teori melaporkan kepada keturunan
Masyarakat Minangkabau Goode, polisi. Peran mamak bapak).
Perkotaan). teori sub- tidak lagi banyak karena
budaya, dengan menguatnya
Metode: Analisis Kualitatif. dan teori keluarga inti, mamak
milik juga punya tanggung
Rachel jawab yang besar
Jawkes. terhadap rumah
tangganya.
3. Penulis: Vera A.R Pasaribu Tidak Selain dengan Membahas Membahas
S.Sos., MSP. dijelaskan. melakukan penegakan bentuk- faktor,
hukum (Undang-undang bentuk bentuk, dan
Judul: Penghapusan KDRT Penghapusan Kekerasan kekerasan dampak
(Kekerasan dalam Rumah Dalam Rumah dalam kekerasan
Tangga). Tangga/PKDRT), upaya rumah yang dalam
pencegahan dan tertera rumah
Metode: Analisis Kualitatif. penangggulangan dalam tangga.
masalah kekerasan Undang-
dalam rumah tangga Undang
juga harus dilakukan No. 23
melalui pendidikan Tahun
publik. 2004.
4. Penulis: Fita Khairul Tiga Pilar Forum Penanganan Membahas Membahas
Umami. Lembaga Korban Kekerasan tentang kekerasan
W. Richard (FPKK) adalah forum kekerasan dalam
Judul: Peran Forum Scott yang sudah memiliki dalam rumah
Penanganan Korban tiga pilar dari lembaga rumah tangga
Kekerasan Daerah Istimewa dari W. Richard Scott tangga di melalui
Yogyakarta Dalam Upaya karena memiliki lihat dari pendekatan
Perlindungan Perempuan regulatif, kognitif, dan korban. feminis
12
dan Anak Korban Kekerasan normatif. radikal.
dalam Rumah Tangga.
Metode: Kualitatif
Deskriptif.
5. Penulis: Dra. Fachrina, Msi Tidak Dari 30 orang responden Membahas Membahas
dan dijelaskan. dperoleh data sebanyak tentang tentang
Dra. Nini Anggraini, Mpd. 33,33% mengalami kekerasan kekersan
KDRT mayoritas terhadap dalam
Judul: Kekerasan Terhadap responden yang perempuan rumah
Perempuan mengalami KDRT pada tangga yang
Dalam Keluarga Pada secara fisik (70%), masyarakat terjadi di
Masyarakat emosional dan ekonomi Minangkab Kecamatan
Minangkabau Kontemporer. masing-masing 57,14% au Pamulang,
serta seksual (66,66%) kontempore Tangerang
Metode: Kualitatif memilih sikap r. Selatan.
Deskriptif. diam/pasrah saja.
judul yang ingin penulis teliti dan memiliki permasalahan yang berbeda-beda.
menurut Kristi Poerwandari dan Iklilah Muzayyanah Dini Fajriyah yang akan
yang menjadi perhatian para feminis. Feminis radikal menilai bahwa kekerasan
dalam rumah tangga sebagai suatu tindakan yang tidak rasional karena relasi
13
laki-laki dan perempuan menurut mereka harus setara (Tong, 2008: 69).
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menunjukan ada pihak yang lebih
KDRT pada umumnya terjadi relasi laki-laki dan perempuan (dalam hal ini
sehingga salah satu pihak menderita secara fisik, psikologis, atau seksual,
menderita, seperti rasa sakit, luka, penganiayaan, dan tidak memberikan nafkah
Dalam konteks sosial, kekerasan dalam rumah tangga dinilai sebagai kasus
yang jarang terekspos karena berada pada ranah privat dan lebih dianggap
sebagai aib keluarga daripada suatu tindak kejahatan (Jurnal Cita Hukum,
2014: 256). Sedangkan dalam konteks agama, kuatnya budaya patriarki yang
perempuan dinilai sulit jika disejajarkan dengan laki-laki (Rofiah, 2017: 39).
14
Hal ini membuat relasi yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan
kekerasan dalam rumah tangga merubah yang awalnya ranah privat menjadi
ranah publik (Abdurrachman, 2010: 477). Namun, penerapan aturan yang tidak
dari seseorang yang aktif dengan memaksa pihak pasif ketika berhubungan
belakang dengan perilaku aslinya. Seperti, merasa baru bangun dari mimpi,
15
bertentangan dengan hatinya. Kekerasan psikis adalah kekerasan yang
dalam rumah tangga dibagi menjadi lima macam, yaitu: kekerasan fisik
berupa kekerasan yang menimbulkan rasa takut dan kehilangan percaya diri,
tangga terjadi karena adanya faktor internal yang terjadi akibat sifat agresif
Biasanya, sifat agresif ini dibentuk melalui interaksi dalam keluarga atau
lingkungan sosial. Sedang faktor esternal terjadi di luar dari diri pelaku
dan biasanya tindak kekerasan terjadi jika pelaku dihadapkan pada situasi
suami atau istri, anak terjerumus pada pergaulan bebas, dan sebagainya.
16
Konsep bentuk-bentuk dan faktor tersebut akan digunakan untuk melihat
Kekerasan dalam rumah tangga tidak bisa terlepas dari adanya korban
dan pelaku. Seseorang yang menderita secara fisik, psikis, maupun ekonomi
oleh suatu tindak pidana disebut dengan korban (Malinda, 2016: 63).
rohani akibat dari kepentingan orang lain yang bertentangan dengan hak
berupa melakukan tindak kejahatan kepada korban. Dalam hal ini, tindakan
3. Konsep Gender
Relasi antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai salah satu
ranah publik. Relasi yang timpang ini diperkuat dengan adanya sosialisasi
17
ditekankan untuk bersikap pasrah, selalu mendahulukan kepentingan orang
anaknya (Susanti, 2015: 26). Hal ini dapat menimbulkan kekerasan dalam
rumah tangga.
laki-laki dan perempuan dalam konteks sosial dan budaya yang melihat cara
Sedangkan jenis kelamin atau sex adalah perbedaan laki-laki dan perempuan
pertumbuhan otot, dan hormon (Susanti, 2015: 25). Jenis kelamin atau sex
jenis kelamin atau sex merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan
terlihat dari peran gender dalam sebuah keluarga, seperti perempuan pergi
ke pasar dan mengurus anak sedangkan laki-laki pergi bekerja di luar rumah
18
4. Konsep Budaya Patriarki
Budaya patriarki meletakan kekuasaan di tangan laki-laki sebagai
penguasa dalam lingkup rumah tangga (Rokhmansyah, 2016: 32). Hal ini
suami.
Menurut Kate Millet (Munti, 2005: 43) dalam karyanya yang berjudul
Agama, sikap-sikap popular dan untuk beberapa derajat, ilmu pengetahuan yang
bersifat patriarkis mengasumsikan perbedaan-perbedaan psikososial yang
diletakkan di atas perbedaan biologis di antara kedua jenis kelamin. Jadi
budayalah yang membentuk perilaku (Munti, 2005: 43).
19
F. Kerangka Pemikiran
Berikut adalah gambar skema kerangka pemikiran untuk lebih memahami
dan intepretasi agama yang bias dapat menyebabkan kekerasan dalam rumah
G. Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini akan menggunakan penelitian feminis. Hal ini diperlukan
rumah tangga atas dominasi oleh laki-laki. Selain itu berbagi pengalaman
kepada orang lain dapat membuka diri terhadap penderitaan yang dialami
20
Pembelajaranpun dapat diperoleh dari pengalaman-pengalaman korban
sehingga dapat menjadi sebuah strategi dalam bertahan hidup di kemudian hari.
1. Pendekatan Penelitian
Karena penelitian ini merupakan penelitian feminis, maka penulis
21
digambarkan secara cermat dan deskriptif sesuai dengan keadaan yang
terjadi. Selain itu, metode ini dipilih untuk memahami korban kekerasan
2. Sebjek Penelitian
Penulis memperoleh lima informan yang sesuai dengan syarat dari
22
dalam rumah tangga yang berada di Kecamatan Pamulang melalui dunia
maya.
merupakan bagian dari program nasional yang diharuskan ada pada tiap
data dalam penulisan skripsi ini. Setelah itu penulis memberikan proposal
diajukan agar pihak P2TP2A tidak kesulitan untuk mencari data korban
23
oleh pewawancara kepada responden, kemudian jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam dengan alat perekam atau tape recorder.
data untuk melengkapi penelitian ini yang termasuk interaksi yang bersifat
dapat dijadikan sebagai rujukan. Dengan kata lain, studi literatur adalah
24
Tangerang Selatan, yang menempati urutan pertama adalah Kecamatan
data seputar perempuan yang menjadi korban dalam kurun waktu 2016-
2017 awal, akhirnya pada awal bulan Mei 2017 tersebut peneliti mencari
waktu yang dibutuhkan adalah dari bulan Mei 2017 hingga akhir bulan
Juli 2017 untuk diberi kesempatan wawancara. Hal ini terbilang lama
5. Proses Penelitian
a. Tahap Pertama
25
permasalahan terhadap kekerasan dalam rumah tangga cenderung
b. Tahap Kedua
korban tersebut.
c. Tahap Ketiga
26
mengenai lokasi tempat pemberdayaan tersebut dan mendatanginya
d. Tahap Keempat
Pada tahap ini, penulis dihubungi oleh pihak P2TP2A untuk datang
itu penulis mewawancarai dua orang informan dalam satu hari karena
e. Tahap Kelima
Pada tahap ini penulis dihubungi kembali pada 19 Juli 2017 oleh
27
kurang dan jika masih memerlukan korban kekerasan dalam rumah
6. Analisis Data
Setelah data selama berada di lapangan terkumpul melalui teknik
instansi lain karena masalah perizinan. Selain itu penulis memiliki jeda
waktu yang cukup panjang, yaitu satu bulan untuk menunggu dihubungi
sungkan dan menutup diri untuk diwawancara karena dinilai sebagai suatu
aib yang bersifat sensitif dan tidak diceritakan kepada orang lain. Namun,
28
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini akan diuraikan lebih lanjut ke dalam 4 (empat) bab
dengan pembagian yang rinci lagi kedalam sub bab-sub bab yang disusun
keseluruhan isi penelitian yang akan digali dengan tujuan untuk membuka
korban dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga (studi kasus terhadap
sistematika penulisan.
ekonomi, isu kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi, budaya patriarki di
wilayah tersebut, profil P2TP2A, serta ulasan para korban kekerasan rumah
Selanjutnya Bab III Temuan dan Analisis, akan diuraikan hasil penelitian
I, II, III, dan IV akan diketengahkan rangkuman hasil penelitian dan analisa
29
BAB II
posisi 6° 20' 34" LS dan 106° 44' 18" BT. Menurut data Statistik Daerah
km² dengan persentase terhadap luas kota sebesar 18.22% dari total luas
dengan Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur di bagian Utara, lalu
di bagian Timur berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta,
bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, dan
pada bagian Selatan berbatasan dengan Kota Depok Provinsi Jawa Barat
30
Bentuk topografi wilayah Kecamatan Pamulang merupakan wilayah daratan
di mana masing-masing kelurahan memiliki ketinggian yang sama dan ada juga
yang berbeda. Kelurahan Pondok Benda, Bambu Apus, dan Benda Baru
Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Udik, dan Pondok Cabe Ilir
jiwa, penduduk perempuan 164.932 jiwa, dan jumlah rumah tangga sebanyak
Kecamatan Pamulang adalah sebesar 102 yang menandakan bahwa setiap 100
perempuan). Sex ratio terbesar terdapat di Kelurahan Pondok Cabe Ilir sebesar
31
Tabel II.A.6. Tabel Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Pamulang Tahun 2016
Rasio Jenis
Penduduk Kelamin
No. Kelurahan
Sex Ratio
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Pondok Benda 26.553 26.22 52.773 101,27
2. Pamulang Barat 28.994 28.275 57.269 102,54
3. Pamulang Timur 19.726 19.813 39.539 99,56
4. Pondok Cabe Udik 12.612 12.445 25.057 101,34
5. Pondok Cabe Ilir 18.862 18.274 37.136 103,21
6. Kedaung 23.754 23.053 46.807 103,04
7. Bambu Apus 16.17 15.373 31.907 102,75
8. Benda Baru 21.381 21.115 42.496 101,26
Kecamatan Pamulang 168.052 164.932 332.984 101,89
Sumber: Kecamatan Pamulang dalam Angka, 2017.
sebanyak 25.057 jiwa. Rata-rata penduduk per km² Kecamatan Pamulang pada
tahun 2015 mencapai 12.416 penduduk per km² atau untuk setiap satu
berada di Kelurahan Pondok Cabe Udik mencapai 5.187 per km² (Statistik
32
tangga yang berada di Kecamatan Pamulang, salah satunya yaitu masalah
2014, RTM atau yang biasa dikenal dengan Rumah Tangga Miskin di
Tabel II.B.7. Rumah Tangga Miskin di Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
No. Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM)
1. Ciputat 2.711
2. Ciputat Timur 1.938
3. Pamulang 4.668
4. Pondok Aren 2.865
5. Serpong 1.850
6. Serpong Utara 1.078
7. Setu 1.567
Total 16.677
Sumber: tangseloke.com, 2017.
tahun 2014 memiliki angka kemiskinan cukup tinggi, yaitu sebanyak 4.668
Rumah Tangga Miskin. Lalu disusul oleh Kecamatan Pondok Aren sebesar
1.938, lalu ada Kecamatan Serpong memiliki 1.850, Kecamatan Setu sebesar
1.567, dan yang terakhir Kecamatan Serpong Utara sebanyak 1.078 Rumah
sensitif. Pasalnya, mereka rela melakukan 1001 macam cara apapun demi
33
menutupi permasalahan ekonomi yang dialami. Tindakan kekerasanpun
Herman (46) memukul istrinya, Herawati (43) lantaran belum membayar listrik.
Insiden pemukulan tersebut terjadi di pinggir jalan dekat rumah Suzan, adik
Herawati, di Blok F1 No.15 Kompleks Villa Dago To, Pamulang, Kota
Tangerang Selatan. Persoalan sepele tersebut berujung pada keributan hingga
mengundang polisi. “Maklum suami kakak saya belum kerja lagi,” ujar Susan.
Walaupun telah didatangi polisi, pihak keluarga tidak mau melaporkannya karena
dianggap salah paham dan bias diperbaiki. Wakapolsek Ciputat AKP Basuki yang
datang ke lokasi kejadian mengatakan, polisi dalam hal ini hanya menjadi
penengah dalam kasus salah paham ini.
kekerasan dalam rumah tangga karena menerima pukulan dari suami. Tindakan
Pamulang dalam Angka, 2016: 79). Berikut data penduduk menurut keyakinan
34
Tabel II.B.8. Penduduk Menurut Keyakinan Agama di Kecamatan Pamulang
Tahun 2014
No. Kelurahan Islam Katoli Protes Hindu Budha Kongh
k tan ucu
1. Pondok Benda 39.687 1.367 3.763 168 348 5
2. Pamulang Barat 43.738 2.266 4.700 179 667 20
3. Pamulang Timur 29.503 1.006 1.725 130 175 12
4. Pondok Cabe Udik 19.178 501 1.438 81 271 178
5. Pondok Cabe Ilir 36.140 230 1.107 78 62 -
6. Kedaung 47.890 700 1.843 115 103 5
7. Bambu Apus 21.734 404 924 48 116 3
8. Benda Baru 33.492 1.063 2.821 140 211 12
Kecamatan 271.362 7.537 1.831 889 1.953 234
Pamulang
Sumber: Kecamatan Pamulang dalam Angka, 2017.
Pamulang, Tangerang Selatan. Hal ini sangat berkaitan dengan kasus kekerasan
dalam rumah tangga yang terjadi. Pasalnya, dalam agama Islam disebutkan
bahwa laki-laki adalah pemimpin dari perempuan yang diperkuat dengan kisah
dari Nabi Adam Salallahu Alaihi Wassalam yang diciptakan terlebih dahulu
kelak.
saja. Salah satunya yang menjadi isu dalam penelitian ini yaitu Kecamatan
35
Serpong Utara masing-masing 15 kasus, Kecamatan Pamulang memiliki angka
Pamulang adalah kekerasan seksualitas yang terjadi pada tahun 2014. Berikut
karena sejak awal, pelaku sudah merencanakan niat jahatnya terhadap korban
dengan cara menyuruh anaknya membeli kue. Dalam hal ini, dapat pula
dikatakan korban mengalami kekerasan psikis lantaran akan merasa takut dan
untuknya.
36
Kecamatan Pamulang pada tahun 2014, terdapat kasus penelantaran anak di
metro.sindonews.com:
Dari kasus tersebut dapat dikatakan bahwa kekerasan yang dialami adalah
diperkuat juga oleh kekerasan dalam bentuk psikis berupa bapaknya yang
Melihat kondisi korban ketika ditanya tentang keluarganya dan hanya diam
Sementara pada tahun 2016 dan tahun 2017 berdasarkan data yang diperoleh
dari Polri Daerah Metro Jaya Resort Tangerang Selatan Sektor Pamulang,
terdapat lima kasus kekerasan dalam rumah tangga yang termasuk dalam
kategori kekerasan fisik. Kasus pertama terjadi di Jl. Sumbawa, Benda Baru,
pada 13 Mei 2016. Pelaku dengan inisial LAR telah melakukan kekerasan
terhadap istrinya, yaitu I selaku korban pada pukul 23:00 WIB dengan cara
37
Kerugian yang dialami oleh korban berupa luka memar pada wajah di bagian
bawah mata sebelah kanan. Kasus ini ditutup dengan penyelesaian secara
Jl. Kemiri, Pondok Cabe Udik. Kejadian kekerasan dalam rumah tangga
tersebut berlangsung pada 17 Mei 2016, pukul 20:00 WIB. Korban mengalami
luka bengkak di bibir sementara kepala dan wajah korban tergores. Modus
Tangga.
Lalu pada kasus ketiga, terjadi di Jl. Aria Putra, Kedaung, pada 15 Juni
2016 pada pukul 23:00 WIB. Dalam kasus ini, istri yang menjadi korban
dengan inisial NA telah mengalami kerugian berupa luka memar pada bagian
lengan tangan kiri dan paha sebelah kanan. Luka-luka tersebut diperoleh dari
menekan tangan dan kaki korban dengan tangan dan kaki pelaku. Kasus inipun
Pada kasus keempat kasus kekerasan dalam rumah tangga telah menimpa
seorang istri berinisial TA pada 07 Januari 2017. Korban mengalami luka tusuk
38
di bagian paha sebelah kiri, dada sebelah kiri, dan pinggang sebelah kiri.
Kejadian ini terjadi pada pukul 15:30 WIB di Jl. Tabanas Raya, Kedaung.
Pelaku yang merupakan suami korban berinisial AIS telah menusuk korban
Dan pada kasus kelima dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga terjadi
pada sepasang suami istri, yaitu suami berinisial MRN yang menjadi pelaku
dan istrinya yang berinisial RP selaku korban. Kejadian tersebut terjadi di Jl.
Aria Putra RT 06 RW 15, Kedaung, pada pukul 20:00 WIB. Tidak dijelaskan
kerugian berupa luka memar. Kasus ini ditutup dengan penyelesaian secara
kekerasan dalam rumah tangga yang melapor ke Polri Daerah Metro Jaya
Tabel II.C.9. Data Korban yang Melapor ke Polri Daerah Metro Jaya Resort
Tangerang Selatan Sektor Pamulang Tahun 2016-2017
No No. LP dan Pasal Identitas Pelaku TKP dan Modus Kerugian Penyelesa
Pelapor/ Waktu ian
Korban
1. LP/666/K/V/2016/SE Inisial I, Suami Jl. Menjambak Mengalami Diselesaik
KPAM Perempua Korban Sumbawa Rambut Luka Memar an Secara
13 Mei 2016 n. Inisial , Benda Pelapor, Lalu Pada Wajah di Kekeluarg
LAR. Baru Membenturk bawah Mata aan.
Pasal 44 UU RI No. 23 an Wajah Sebelah
Tahun 2004 KUHP Pelapor ke Kanan.
Kekerasan Dalam Lutut Pelaku.
Rumah Tangga
2. LP/689/K/V/2016/SE Inisial Y, Suami Jl. Dipukul, Mengalami Diselesaik
39
KPAM Perempua Korban Kemiri, Dibenturkan Luka Bengkak an Secara
17 Mei 2016 n. Pondok ke Tembok, di Bibir, Kekeluarg
Inisial Cabe dan Wajah Kepala, Wajah aan.
Pasal 351 JO 44 UU S. Udik dicakar. Tergores.
RI No. 23 Tahun 2004
KUHP Kekerasan 20:00
Dalam Rumah Tangga WIB.
3. LP/822/K/VI/2016/SE Inisial Suami Jl. Aria Menyeret, Mengalami Diselesaik
KPAM NA, Korban Putra, Menekan Luka Memar an Secara
15 Juni 2016 Perempua Kedaung Tangan, dan Pada Bagian Kekeluarg
n. Inisial Kaki Korban Lengan aan.
Pasal 44 UU RI No. 23 AA. 23:00 dengan Tangan Kiri
Tahun 2004 KUHP WIB. Tangan dan dan Paha
Kekerasan Dalam Kaki Pelaku. Sebelah
Rumah Tangga Kanan.
4. LP/12/K/I/2016/SEKP Inisial Suami Jl. Menusuk Mengalami Diselesaik
AM TA, Korban Tabanas dengan Luka Tusuk di an Secara
7 Januari 2017 Perempua Raya, Menggunaka Paha, Dada, Kekeluarg
n. Inisial Kedaung n Senjata dan Pinggang aan.
Pasal 44 UU RI No. 23 AIS. Tajam Sebelah Kiri.
Tahun 2004 KUHP 15:30 Sejenis Pisau
Kekerasan Dalam WIB. Kecil.
Rumah Tangga
5. LP/131/K/ Inisial Suami Jl. Aria Melakukan Mengalami Diselesaik
III/2017/SEKPAM RP, Korban Putra RT Kekerasan di Luka Memar. an Secara
6 Maret 2017 Perempua 16 RW Dalam Kekeluarg
n. Inisial 15, Rumah aan.
Pasal 44 UU RI No. 23 MRN. Kedaung Tangga.
Tahun 2004 KUHP
Kekerasan Dalam 20:00
Rumah Tangga WIB.
Sumber: Polri Daerah Metro Jaya Resort Tangerang Selatan Sektor
Pamulang, 2017.
dari budaya patriarki. Disebut budaya karena patriarki sudah ada sejak dahulu
40
mengatur perempuan sesuai keinginannya. Inilah yang menimbulkan
tangga.
Jika melihat insiden pemukulan yang dilakukan oleh suami kepada istri
tersebut berujung pada pemukulan yang terjadi di pinggir jalan dekat rumah
adik korban. Tak hanya itu, suamipun belum bekerja lagi sehingga tidak
keluarganya. Dalam kasus ini, budaya patriarki terlihat pada saat suami kesal
Data terbaru pada tahun 2016 dan tahun 2017 menunjukan terdapat lima
data korban perempuan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang masuk ke
mengalami kerugian berupa memar pada wajah dibagian bawah mata sebelah
kanan disebabkan oleh penyiksaan yang dilakukan pelaku dengan cara memar
41
pada wajah dibagian bawah mata sebelah kanan. Untuk kasus kedua, kerugian
yang dialami Y selaku istri dari pelaku, S, adalah mengalami luka bengkak
Sementara untuk kasus ketiga, luka memar pada bagian lengan tangan kiri
dan paha sebelah kanan merupakan kerugian yang dialami oleh NA akibat
menggunakan pisau kecil oleh suaminya, AIS, mengalami luka tusuk dibagian
paha sebelah kiri, dada sebelah kiri, dan pinggang sebelah kiri. Dan pada kasus
tangga dan mengalami kerugian luka memar akibat ulah dari suaminya, yaitu
E. Profil Informan
Penulis memperoleh data pengalaman kekerasan dalam rumah tangga dari
kekerasan dalam rumah tangga merupakan aib yang seharusnya ditutupi dan
42
1. Informan S
S merupakan seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai
pedagang cilok. Ibu dari tiga orang anak ini berasal dari daerah L,
suaminya yang selisih empat tahun dari seorang sahabat kakak iparnya.
sangat santun, lembut, agamis, dan tidak bersifat kasar sama sekali.
setelah dua tahun usia pernikahannya, yaitu pada tahun 2008 ketika
Jadi memang ketika awal menikah tahun 2006 itu saya liat nih, emang
udah mulai keliatan nih orang gampang badmood dan sekali badmood itu
sembuhnya lama, cuman itu aja. Tapi sebagai yang namanya pasutri awal
43
ya, saya gak langsung bilang, “Gak cocok,” gitu. Pastinya kita sebagai
muslimah berpikir bahwa kita harus jadi istri yang baik. Jadi ini adalah
masa adaptasi. Nah yang mulai saya tuh gak sreg, sangat gak sreg itu
ketika udah punya anak di tahun 2008 (Wawancara pada 17 Mei 2017 di
Kantor P2TP2A).
2. Informan LY
LY adalah informan kedua merupakan seorang ibu rumah tangga
berusia 38 tahun yang bertempat tinggal di wilayah PA. Ibu dari tiga
juga menilai bahwa suaminya adalah sosok yang pendiam, baik, tidak
Yang saya lihat awalnya itu dia mudah gelisah ya, orangnya mudah
panik, terus saya baru tahu kalo ternyata dia tertekan oleh orang tuanya.
Sikap orang tuanya yang sering menyalahkan suami. Apa-apa masalah
keluarga suami yang dibebankan, suami juga yang disalahkan gitu,
banyak tekanan. Jadi di situ dia keliatan gampang panik gitu, suka gelisah
gitu (Wawancara pada 17 Mei 2017 di Kantor P2TP2A).
44
Sebelum sikap suaminya berubah menjadi gampang gelisah dan
mengatakan,
3. Informan M
Berikutnya adalah informan yang berinisial M dan menjadi seorang
karena satu divisi dalam kantor yang sama, namun memiliki pekerjaan
adalah baik. Perkenalan pada bulan Maret 2010 membuat M dan suami
45
lainnya. Memutuskan untuk menikah pada bulan Agustus 2010, dan
Mungkin kalo perubahan sikap sih yang paling keliatan setelah kita
ngontrak rumah sendiri ya. Itu di tahun 2012 setelah dia (putri pertama)
lahir ya. Kan setelah kita nikah itu tinggal sama orang tua saya di J.
Cuma pas begitu anak pertama saya lahir, kita mutusin ngontrak. Yaudah
ngontrak di sana, baru mulai sering pulang jam 10 malem, jam 12 malem.
Lama-lama jam 4 pagi (Wawancara 21 Juni 2017 di Kantor P2TP2A).
Awal mulanya itu (karena pulang malam). Kalau kasar mungkin ketika di
rumah kontrakan juga sih. Mungkin ketika saya sudah berhenti kerja,
terus saya nanyain permasalahan hutang. Disitu saya bertanya, “Masih
ada berapa sih hutang-hutang dari persiapan kita nikah sampai dia
(putri pertama) keluar,” itu tuh kalo udah menanyakan masalah uang itu
yang pertama diem aja gak dijawab. Lama-lama kok responnya nadanya
kenceng gitu (Wawancara 21 Juni 2017 di Kantor P2TP2A).
tidak pulang dan M jarang sekali diberi nafkah. Hal ini membuat M
selalu menerima kekerasan dari segi psikis dan ekonomi selama enam
tahun pernikahannya.
46
4. Informan TST
Selanjutnya merupakan informan yang berinisial TST dan telah
dari orang tua dan kakaknya hingga membuat TST merasa takut. Dia
menceritakan,
Yaa gini ya, karena diiniin (ditekan) sama Mamak saya juga. Sebenernya
pilihan saya sendiri juga ya kurang bener juga ya. Karena Mamak saya
juga bilang, “Nanti tuh dia (suami) kasihan udah dateng terus,” teruskan
saya suka pergi sama kakak saya, terus kakak saya, “Lihat tuh kamu udah
berumur.” Jadikan ketakutan juga saya begitu. Terus Mamak saya
akhirnya, “Itu kasihan dia (suami) datang-datang terus,” gitu
(Wawancara 21 Juni 2017 di Kantor P2TP2A).
Akibat dari desakan orang tua dan kakaknya, TST harus menerima
Married satu hari itu udah ketahuan galaknya. Waktu pacaran enggak
ketahuan sifat jahatnya. Terus, kan, malem pertama lagi menstruasikan
ya, dia pake juga. Kita bilang jangan, tapi ya tetep aja dia begitu. Saya
kalo mau berhubungan intim sama dia tuh takut gara-gara itu
(Wawancara 21 Juni 2017 di Kantor P2TP2A).
kekerasan fisik, psikis, dan ekonomipun kerapkali dia terima. Selain itu,
47
TST juga harus menerima bahwa suaminya telah selingkuh dengan
perempuan lain.
5. Informan A
Informan terakhir merupakan seorang ibu rumah tangga berinisial A
yang bertempat tinggal di wilayah P. Dia merupakan ibu dari dua orang
ini baru menginjak usia 25 tahun dan memiliki usaha pada bidang
saat itu, A telah hamil di luar nikah. Saat mengetahui dirinya hamil, dia
48
Ayah A menolaknya dan membuat A harus turun tangan langsung.
oleh suaminya dengan alasan ingin wisuda dan bekerja terlebih dahulu,
49
Tabel II.E.10. Daftar Ringkasan Korban beserta Kekerasan dalam Rumah Tangga
yang Diterima
No Nama (Inisial) Jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga yang
Diterima
1. Ibu S Kekerasan fisik, psikis, seksual, spiritual, dan
ekonomi.
2. Ibu LY Kekerasan fisik, psikis, seksual, dan ekonomi.
3. Ibu M Kekerasan psikis dan ekonomi.
4. Ibu TST Kekerasan fisik, psikis, seksual, dan ekonomi.
5. Ibu A Kekerasan psikis, bahasa, dan ekonomi.
Sumber: Olahan Penulis Pribadi berdasarkan pada Data Wawancara, 2017.
50
BAB III TEMUAN DAN
ANALISIS
Persoalan mengenai geografi dan demografi wilayah yang terdiri dari posisi
serta dampak yang dialami korban kekerasan dalam rumah tangga dengan
subjek perempuan.
kelima informan.
1. Faktor Pendorong
1.1. Budaya Patriarki
51
wawancarai, S, LY, TST, dan A yaitu menempatkan suami mereka
diceritakan oleh S,
Dirinya mengatakan,
Saya fotoin itu (luka lebam) dan saya kirim ke suami. Saya bilang,
“Maaf kalo misalkan Abi enggak percaya. Nih, Umi enggak
52
ngangkat telepon karna kecapekan.” Jadi dia nelpon saya, tapi
enggak saya angkat-angkat karena saya kecapekan dan enggak
denger. Padahal itu volumenya udah maksimal. Capek banget,
sampai saya enggak kedengeran (Wawancara 17 Mei 2017 di Kantor
P2TP2A).
Nah di situ, orang di rumah itu gak tau kalo suami saya itu
menerapkan sebuah aturan kalo misalkan Abi nelepon harus
langsung diangkat. Tidak ada yang tau aturan itu, cuma sayakan. Dia
tuh marah besar. Marah tuh sampe dua jam, maki-maki saya
ditelepon. Sebenernya saya tuh gak mau meloudspeaker itu. Tapi
karena puanasnya kuping saya, “Aduh panas banget, udah gitu maki-
maki pula,” akhirnya saya loudspeaker, kan. Saya taruh di meja
biarlah dia mau ngomong apa gitu. (Wawancara 17 Mei 2017 di
Kantor P2TP2A).
Jadi ya itu, saya jadi kurang tidur karena sehabis bertengkar tuh dia
pasti minta dilayanin. Dan cara mintanya tuh cuma pake kode aja,
kurang ajar kan itu ya. Kan saya minta maaf, “Yaudah deh,” kan
untuk meredakan amarahnya dia. Terus nanti dia bilang, “Orang
bayangannya udah ngebayangin kalo pulang tuh bisa main gitu,”
maksudnya kalo bilangnya hubungan intim tuh dia bilangnya main
(Wawancara 17 Mei 2017 di Kantor P2TP2A).
53
LY harus selalu standby untuk membukakan pintu ketika suaminya
Dalam hati saya, “Ih kurang ajar banget. Dia pulangnya gak
nyenengin,” kan saya abis bukain pintu saya langsung tidur ya, “L, L,
ayok bikin minum. Bikinin abang mie.” Saya, kan, tidur lagi sampai
akhirnya tangan saya ditarik, didudukin, “Aduh nih tulang punggung
rasanya gimanaaa gitu. Sampe gemeteran gitu.” Akhirnya saya ke
kamar mandi cuci muka, sikat gigi, terus saya masakin indomie sama
bikin teh anget (Wawancara 17 Mei 2017 di Kantor P2TP2A).
mengungkapkan,
54
Saya dibilang mencuri motor padahal motornya ada dua waktu saya
setelah kecelakaan, motornya ditaro sana (di rumah), Dek. Terus
saya ngambil motor saya itu, eh motor yang biru ini dikatain
mencuri. Mencuri motor, makanya make nama dia semua
(Wawancara 21 Juli 2017 di Kantor P2TP2A).
mantap. A menuturkan,
55
Selain mengatur-ngatur dalam hal berpakaian, A juga dilarang
rumahnya selalu bersih dan rapi. Mau tidak mau, A tetap harus
melarangnya.
56
dirinya melakukan kesalahan, suaminya langsung mengaitkan
Dogma-dogma itu lho kayak, “Istri yang durhaka.” Jadi sampe saya
bilang gini, “Abi menikah sama umi karena umi akhwat, ya?” Bener,
saya sampe kayak gitu, kenapa? Kan dia pernah bilang, “Selera Abi
tuh yang akhwat.” Iyalah kalo akhwat kan bisa didogma ya kalo
salah sedikit, “Kamu gimana sih? Enggak pernah liat fikih
wanitanya, ya?” gitu. Jadi mereka menuntut wanita itu untuk bisa
sesuai fikih wanita karena mereka gak ngacak, mereka suami kayak
apa (Wawancara 17 Mei 2017 di Kantor P2TP2A).
tersebut.
orang. LY mengatakan,
Bahkan jalan sama dia (suami) aja, saya gak pede (percaya diri)
karena saya terlalu sering kayak dikatain anjing, bangsat, gitu.
Pokoknya saya merasa jelek gitu. Karena setiap ngomong tuh kasar
di depan orang-orang. Kesalahan saya yang kecil aja itu
dimarahinnya berlebihan, bentak-bentaknya depan orang-orang
(Wawancara 17 Mei 2017 di Kantor P2TP2A).
alami ketika istri dihukum jika berbuat salah. Hal ini membuat LY
57
TST merupakan informan selanjutnya yang menerima ucapan
2. Faktor Pemicu
2.1. Perselingkuhan Suami
Jadi saat saya dicaci maki saya selalu bilang, “Yaudah kalo emang
saya ini salah, mudah-mudahan kamu dapet istri yang lebih baik,”
sampai saya ngomongnya begitu. Saking saya gini, “Coba deh cari
perempuan lain yang bisa ngertiin dia dan keluarganya gitu. Kok
saya dicaci maki,” maksud saya begitu. Tapi akhirnya dia beneran
58
nikah sama orang lain (Wawancara 17 Mei 2017 di Kantor
P2TP2A).
mengejar status baik. Hal ini serupa dengan salah satu poin yang
seorang PSK (Pekerja Seks Komersial) yang pada saat itu masih
menuturkan,
59
PSK, penari telanjang. Saya baru tahu semuanya. (Wawancara 21
Juli 2017 di Kantor P2TP2A).
tersebut bekerja pada salah satu klub PSK dan hanya melihat
TST mengatakan,
Saya dikasih tahu oleh salah satu orang di universitas tersebut kalau
suami saya mengambil gajinya bersama dengan seorang perempuan.
Saya enggak dikasih tahu kalau suami langsung transfer gaji ke
rekening perempuan itu (Wawancara 21 Juni 2017 di Kantor
P2TP2A).
A menuturkan,
60
cuma temen main. Si perempuan ini nih pacaran sama temen dia
(suami) namanya B. B resign dari salah satu bank, deketlah sama
suami saya (Wawancara 22 Juli 2017 di Kantor P2TP2A).
suaminya.
61
hutang-hutangnya dengan bekerja sebagai pedagang pakaian di
oleh TST mulai dari motor dan rumah harus menjadi milik suami.
Bahkan, emas dan berlian yang dimiliki oleh TST yang diberikan
Kalo saya tuh ngadu (ke Ayah) baru bulan April kemarin gara-gara
saya disuruh (suami) minjem nyari uang kontrakan. Itu saya udah
ngomong sama Ayah saya. Ayah saya bilang, “Suamimu, dong,
telepon saya,” kata dia suruh tanggung jawab. Akhirnya saya
telepon, saya tuh enggak bisa ngehubungin si K (suami) karena
nomor saya diblokir, WhatsApp saya diblokir, Line saya diblokir.
Jadi saya cuma dari Path, itupun dari PathTalk enggak pernah
dibaca sama dia. Dan saya suruh ibunya nelepon, “Suruh telepon
saya, Mak. Bilangin A (saya) mau ngomong,” dan itupun enggak
nelepon-nelepon (Wawancara 22 Juli 2017 di Kantor P2TP2A).
.
Karena ibu mertuanya tidak kunjung menghubungi anaknya, A
62
Karena tidak diangkat, akhirnya A menelepon suaminya dengan
harus memutar otak untuk bertahan hidup jika tidak dinafkahi oleh
oleh A.
63
istrinya sudah memiliki penghasilan sendiri. Sehingga tidak
tangga.
2.3. Stereotipe
manjadi-jadi.
tersebut. LY menuturkan,
64
Saya jawab omongannya karena dia banyak nuduh saya. Tapi dia
yang suka nendang pintu lemari sampe engselnya copot. Nendang
lemari plastik sampe bolong, banting piring sampe ancur. Saya mah
ngomong marahpun, saya duduk aja (Wawancara 17 Mei 2017 di
Kantor P2TP2A).
Saya dengerin aja. Saya (menjawab) dalem hati aja, „Ih kok jadi
Jadi saya pada saat itu ya kalo memang sudah waktunya meninggal,
ya meninggal aja. Toh saya tahu hidup saya kenapa dalam lima
tahun terakhir. Kalo kemarin-kemarinkan masih tanda
tanya,”Kenapa, ya? Kenapa begini? Kenapa begitu?” gitu, lho.
Kalopun saya mati, saya enggak mau mati penasaran gitu. Jadi
waktu kemarin pas saya digituin (ditekan lehernya dengan siku),
yaudah kalo memang mau bunuh, bunuh. Tapi jangan di depan anak-
anak (Wawancara 21 Juli 2017 di Kantor P2TP2A).
mengatakan,
65
Waktu saya kecil katanya saya dikatain kayak orang hilang ingatan.
Saya selalu dikatain bego, tolol, selalu dikatain gitu. Enggak bisa
nulis, enggak bisa baca, enggak bisa segala macem. Katanya
pendengaran saya terganggu. Pokoknya itu semua, dijelek-jelekin.
Tapi saya diem aja, enggak digubris (Wawancara 21 Juli 2017 di
Kantor P2TP2A).
dia jadi saya takut sama dia gitu. Nurutin aja karena saya takut
66
salah satu jembatan antara anak dan menantunya untuk mencegah
terlalu ikut campur dalam rumah tangganya. Hal ini terbukti jika
mengatakan,
67
pandangan saya. Tapi dia jalanin saran saya. Saya diberi kesempatan
untuk berpendapat. (Wawancara 17 Mei 2017 di Kantor P2TP2A).
Saya waktu baru kawin, tinggal di rumah Adik saya. Adik saya di
Amerika, saya tempatin rumahnya di wilayah S. Di situ tiba-tiba
mertua saya dateng, itu mertua saya bikin masalah, lah. Ya
pokoknya saya enggak tahu ya waktu itu masalah apa. Kayaknya
mertua saya tuh cemburu bahwa saya, “Kok ada, sih, baru kawin
punya itu?” sedangkan itukan disiapin orang tua saya, misalnya
rumah gitu ya, terus punya pembantu (Wawancara 21 Juli 2017 di
Kantor P2TP2A).
68
permasalahannya. Karena anak A ditahan oleh bidan, mertuanya
Mbak itu abis operasi, cesar. Kalo ada apa-apa sama Mbak di
tanggung jawab?”
tetangga-tetangganya. A menuturkan,
69
baik suami maupun istri yang tinggal satu atap bersama mertua
bentuk dalam kekerasan dalam rumah tangga, yaitu kekerasan fisik, psikis,
ekonomi, dan seksual. Hanya tiga dari lima orang informan mengalami
keempat bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan sisanya hanya mengalami
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik merupakan salah satu bentuk serangan berupa fisik
70
kepalanya. Saat dirinya sedang menerima kekerasan fisik tersebut,
mata ibunya.
bagian paha sebelah kiri oleh suaminya. Selain itu, suaminya juga
Tapi saya enggak dipukul, saya ditendang aja. Waktu itu kena ini saya
(paha sebelah kiri). Jadi posisinya dia berdiri, saya duduk di lantai, gitu.
Dan dia tendang itu (paha kiri) lumayan keras ya dan saya kaget kok dia
berani, belum pernah soalnya. Ternyata, dia sambil on telponnya.
Telponan sama yayangnya (selingkuhan suami) (Wawancara 17 Mei
2017 di Kantor P2TP2A).
perkataan selingkuhannya.
71
Informan terakhir yang menerima kekerasan secara fisik, yaitu M
fisik dua kali, yaitu pada tahun 2016 di mana kepalanya ditekan
Iya tahun kemarin sama tahun ini. Tahun kemarin saya dicekik. Bukan
dicekik, sih. dia kayaknya gak mau ninggalin fingerprint (sidik jari), ya.
Jadi pake ini (siku) terus diteken (leher). Jadi saya gak bisa bangun dan
tangan saya diginiin (dipelintir) (Wawancara 21 Juli 2017 di Kantor
P2TP2A).
Saya cuma bisa bilang, “Kalau memang mau mutusin nadi saya, jangan
di depan anak-anak. Di luar rumah aja,” saya bilang. Saya langsung aja
sambil tidur tuh saat menyusui anak. Terus dia, “Ma.. Ma..” ya nadanya
juga biasa, “Bentar lagi, M (anak) masih nyusu,” saya bilang. Tapi kok
sakit banget, bahu saya diginiin (ditekan dengan tangan) kayak keras.
Terus badan saya dibalik dan dia bilang, “Kamu punya bukti apa?
72
Kamu nemu bukti apa?” gitu (Wawancara 21 Juli 2017 di Kantor
P2TP2A).
73
2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis merupakan bentuk kekerasan yang menjadi
74
melalui benda-benda, seperti pisau dan palu yang ingin dipukulkan ke
kepalanya.
mencaci maki, mengancam, „Gua bunuh lu! Gua bunuh sama anak-
anak saya tidur, jadi deket lehernya gitu. Jadi di situ saya enggak
menuturkan, “Bukan fisik aja tapi nada bicara (psikis) kayak gitu ya,
(cerai),‟ karena udah tau kok ada orang lain (selingkuhan suami).
75
tangganya membuat M semakin mantap untuk menggugat cerai
suaminya tersebut.
sering, saya kalo salah sedikit gitu, dimarahin. Sedikit, sedikit aja
gitu.”
dirampas, seperti takut, trauma, dan tidak berdaya ketika digertak atau
3. Kekerasan Bahasa
Kekerasan bahasa merupakan kekerasan dalam bentuk pengucapan
“anjing” dan “bangsat” merupakan hal yang biasa bagi LY. Hal ini
menceritakan, “Bahkan jalan sama dia aja, saya gak percaya diri
76
Pokoknya saya merasa jelek gitu. Karena setiap ngomong tuh kasar,
di depan orang-orang.”
kan sebenernya saya sakit hati, ya. Jadi ngerasa malu juga kadang
kalo misalnya dia abis ngomong gitu.” Kata “gemuk” yang diterima
candaan.
4. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah kekerasan yang dilakukan suami kepada
istri dengan cara memaksa dalam hubungan seksual dan tidak wajar,
serta tidak disukai pasangan dengan tujuan tertentu. Tiga dari lima
77
terancam. Selain itu, S pun mengatakan bahwa setiap berhubungan
mengatakan,
Dan maaf ya, seksualnya itu dia mintanya tuh, enggak yang normally.
Tapi yang harus oral seks, yang minta ancaman ditelanlah spermanya
gitukan. Yang dipancurkan di wajah atau di dada, yang tidak pada
tempatnya. Jadi itu merendahkan martabat perempuan (Wawancara 17
Mei 2017 di Kantor P2TP2A).
maki. LY menceritakan,
78
Adapula TST mengalami kekerasan seksual hampir serupa dengan
yang dirasakan oleh LY dan S. TST mengaku jika suaminya tidak puas
Dia kalo sekarang-sekarang ini kalo main itu ya, padahal dia yang
kurang, tapi malah saya yang dikatain enggak bener. Dia lebih seneng
diginiin, Dek (dioral), dipegang alat kelaminnya, dijilat-jilat itunya.
Saya enggak mau itu, kalo jilat-jilat saya enggak mau. Yang begini
(oral) bisalah kita giniin (pegang). Tapikan dia juga kurang. Waktu pas
saya hisap juga, keadaan itunya enggak bangun juga. Tapi kita yang
disalahin (Wawancara 21 Juli 2017 di Kantor P2TP2A).
BF atau Blue Film. Hal ini membuatnya merasa tidak sreg dengan
itu juga.
5. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi adalah kekerasan berupa diterlantarkan dengan
bekerja oleh suami. Larangan untuk bekerja ini akan menimbulkan istri
79
terhadap suami atau pihak yang melarang. Semua informan yang
“Dia itu minta maaf karena hanya takut karena ada laporan pengaduan ke
kepolisian. Buktinya apa ya? Ya salah satunya tidak ada niatan untuk
Gak ada larangan untuk bekerja. Kalo secara eksplisit, enggak kayak
misalnya gini, “Bi, umi nih kepingin usaha ini,” gitu. Secara di mulut
enggak akan dilarang. Cuma secara dukungan, kan beda ya antara orang
yang boleh kemudian bener-bener mendukung sama yang „100% iya‟
antara yang sekedari „iya‟ itu beda gitu (Wawancara 17 Mei 2017 di
Kantor P2TP2A).
80
Kadang ngirim uang tuh kadang kan saya minta sehari Rp100.000,-
(seratus ribu rupiah) ya. Awalnya si perempuan itu gak ngomentar
apa-apa dan gak bilang, “Oh iya baik,” gak ngomong gitu. Marahpun
enggak, jadi diem. Tapi setelah mereka nikah dan saya bilang, “Bang,
abang ngirim Rp200.000,- (duaratus ribu rupiah) tapi udah tiga hari
abang gak ngirim uang lagi. L tuh abis nyari pinjeman kemana-mana.”
Ternyata di situ istrinya denger, “Mewah banget kamu Rp100.000,-
(seratus ribu rupiah) sehari. Sebulan Rp3.000.000,- (tiga juta
rupiah), gaji saya jadi PNS itu.” (Wawancara 17 Mei 2017 di Kantor
P2TP2A).
sebesar Rp300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) namun untuk tujuh hari ke
Kalo dibatasi untuk bekerja, iya, dari awal nikah karena dia cemburu.
Dia takut kalo ada yang saya pergi keluar, saya usaha buka warung,
nanti ada laki-laki yang belanja suka sama saya segala macem yang
berinteraksi dengan saya ya. Saya tuh mikirnya lebay gitu ya.
(Wawancara 17 Mei 2017 di Kantor P2TP2A).
berselingkuh di belakangnya.
81
setengah. Ternyata di sana diakan punya kartu kredit, punya mobil,
punya rumah, punya segala macem. Iya dia belikan semuanya untuk
wanita itu jadi kesedot ke sana semua (selingkuhan suami) (Wawancara
21 Juli 2017 di Kantor P2TP2A).
Oh dia pinter, bukti nafkah tidak pernah ada. Dia kasih cash. Bukti
nafkahkan saya enggak tahu dia bisa bilang gitu aja tiap bulan bayar
cash dan kenyataannya ada memang. Misalnya Januari ada, Februari
enggak ada, Maret ada, April enggak ada, Mei enggak ada, Juni enggak
ada, itu terus enggak ada gitu (Wawancara 21 Juli 2017 di Kantor
P2TP2A).
Kalo kerja memang saya enggak boleh bekerja di kantor pake rok
pendek. Saya bisnis juga sebenernya enggak boleh juga sama dia,
dilarang. Cuma mertua saya ngomong begini, “Ikut bantu suami,” gitu
ya. Makanya saya ikut sedikit-sedikit bantuin dia jugalah ya, gitu.
(Wawancara 21 Juli 2017 di Kantor P2TP2A).
Bantuan ini menimbulkan prasangka buruk jika orang tua TST terlalu
82
ikut campur dalam permasalahan ekonomi keluarganya. Namun TST
suami. A menuturkan,
Sebenernya dia itu dari kita baik-baik aja, dia itu masih belanjain
bulanan kayak pampersnya anak dulu itukan. Pampersnya dia, beli
beraskan dua minggu sekali, itu bapaknya yang beli. Cuma kalo untuk
sehari-hari itu pasti Rp70.000,- (tujuh puluh ribu rupiah) buat satu
minggu. Kalo kata ayah saya sih itu gila. Cuma kalo kata saya ya yang
namanya kita lagi ngerangkak dari bawah, ya kita belajar nerima gitu
(Wawancara 22 Juli 2017 di Kantor P2TP2A).
ketika sudah mulai selingkuh dan jarang pulang ke rumah. Selama dua
6. Kekerasan Spiritual
Kekerasan yang dinilai merendahkan dan melecehkan kepercayaan
agama, serta memaksa salah satu pihak untuk melakukan suatu ritual
83
termasuk dalam kekerasan spiritual. Hal ini pernah dialami oleh S
ketika perannya terbentur sebagai istri dan ibu sekaligus. Jika tidak
rumah tangga, tak bisa dipungkiri bahwa dampak akan dirasakan oleh korban.
Berikut dampak yang dirasakan istri setelah menerima kekerasan dalam rumah
tangga:
munculnya rasa takut, trauma, rasa tidak percaya diri, bahkan hingga
stres. Hal ini dialami oleh S yang merasa trauma menerima kekerasan
84
ancaman-ancaman, kemudian kekerasan seksual, baru kemudian
tidak pernah merasa percaya diri selama menjadi seorang istri. “Nah
kesalahan saya satu aja dan menurut saya sepele itu bukan main
jadi istrinya, saya makin enggak pede.” Ancaman dan caci maki
“Saya suka kalo mau dalam hal bersetubuh sama dia tuh takut gara-
gara pengalaman itu.” Lain TST, lain juga A yang akan melampiaskan
sih stres lagi mikirin dia. Bukan mikirin dia sih tapi mikirin masalah.
Balik lagi ngerokok, kalo udah ke Kota D pasti ngerokok lagi sama
temen-temen tapi kalo udah pada tidur.” Dalam hal ini, dampak yang
diterima oleh TST dan A sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga
85
seperti yang dikutip oleh Nurrachmawati (2013: 35) mengelompokkan
mengalami haid dan tidak sehat akan berakibat fatal terhadap kesehatan
Saya juga sempat kena herves di bagian paha karena hubungan badan
dengan dia. Kalo herves biasa tuh kenanya di bagian yang terbuka nih
kena angin, seperti di leher. Kalo saya kenanya di bagian sini nih (paha
dalam) (Wawancara pada 21 Juni 2017 di Kantor P2TP2A).
daerah kelamin.
pasti sakit karena saya sedang haid. Besoknya juga dia masih
yang terjadi ketika TST sedang haid menimbulkan rasa sakit pada perut
dan kelaminnya.
86
Menurut Dixon-Mudler seperti yang dikutip oleh Nurrachmawati,
seperti HIV atau AIDS, dan penyakit lainnya di sekitar kelamin wanita.
dampak dari segi ekonomi yang dirasakan oleh perempuan yang bekerja
dirinya sudah tidak memiliki uang lagi untuk bertahan hidup karena
Ya kalo ekonomi jelas ya, saya udah enggak punya apa-apa. Tabungan
saya kan habis, hasil kerja saya, masa pensiun saya juga habis untuk
ngehidupan kita (keluarga) selama dia (suami) pengangguran
(Wawancara pada 21 Juni 2017 di Kantor P2TP2A).
TST juga mengalami hal serupa karena dirinya tidak diberi nafkah
87
D. Perempuan sebagai Objek Kekerasan dalam Rumah Tangga
Gambar III.D.2 Skema Perempuan sebagai Objek Kekerasan dalam Rumah tangga
Budaya Patriarki dan
Interpretasi Agama yang Bias
Bentuk KDRT Menurut
Poerwandari (2006: 21):
1. Kekerasan Fisik,
Kekerasan dalam Rumah
2. Kekerasan Psikis,
Tangga
3. Kekerasan Seksual,
4. Kekerasan Ekonomi, dan
5. Kekerasan Spiritual.
Laki-laki Perempuan
Mendominasi Terdominasi
agama. Hal ini disebabkan oleh faktor pendorong, seperti budaya patriarki dan
Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi dapat menimbulkan dampak untuk
88
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa serta hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga pada masyarakat modern ini masih saja terjadi.
Salah satu faktor yang paling menonjol terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga adalah adanya budaya patriarki. Selain itu, pemahaman agama yang
patriarki dan pemahaman agama yang keliru ini jelas akan menimbulkan
kekerasan fisik dan kekerasan seksual yang dialami oleh tiga dari lima
informan, kekerasan bahasa dialami oleh dua dari lima informan, dan
89
B. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijabarkan
1. Akademis
kepada interaksi sosial serta masalah sosial bagi mereka yang mengalami
2. Praktis
a. Pemerintah
rumah tangga dapat mengetahui adanya aturan ini dan upaya dalam
Anak (P2TP2A)
90
yang selama ini bisu, maka P2TP2A diharapkan mampu untuk
berlaku.
d. Masyarakat
lingkungan sekitar. Hal ini diperlukan jika salah satu sanak keluarga
91
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Alison M. Jaggar and Paula S. Rothenberg. 1993. Feminist Frameworks. Cet. III;
New York: McGraw-Hill.
Atherton, C.R., & Klemmarck, D.L. 1982. Research Methods in Social Work: An
Introduction. Lexington, Massachusetts: D.C. Health & Co.
Jamaluddin dan Nanda Amalia. 2016. Buku Ajar Hukum Perkawinan. Sulawesi:
Unimal Press.
Ritzer, George dan Douglas, J, Goodman. 2014. Dari Teori Sosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Mutakhir Sosiologi Modern. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
92
Rokhmansyah, Alfian. 2016. Pengantar Gender dan Feminisme:Pemahaman
Awal Kritik Sastra Feminisme. Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca.
Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press.
Bahasoan, Aminah dan Amir Faisal Kotarumalo. 2014. Praktek Relasi Wacana
dan Kuasa Foucaltdian dalam Realias Multi Profesi di Indonesia. ISSN
1907-9893 Populis, Volume 8 No. 1 Maret 2014
93
(ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=960, diakses dan diunduh
pada Kamis, 12 Januari 2017. Pukul 23:09 WIB).
Cahyanti, Susy Nur. 2017. Dampak Campur Tangan Orang Tua Terhadap Rumah
Tangga Anak (Studi Kasus Tentang Pasangan Suami Istri Yang
Mengalami Ketidakharmonisan Dalam Kehidupan Rumah Tangga Di
Desa Panerusan Kulon Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara).
Skripsi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Fakultas Dakwah IAIN
Purwokerto
(http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2423/1/COVER_BAB%20I_BAB
%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf, diunduh dan diakses pada Rabu, 09
Agustus 2017. Pukul 14:03 WIB).
94
REMPUAN, diakses dan diunduh pada Kamis, 10 Agustus 2017. Pukul
10:06 WIB).
Jurnal Cita Hukum. 2014. Jurnal Vol. II No. 2 Desember. Diterbitkan oleh
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Konstitusi dan
Legislasi Nasional (POSKO-LEGNAS) UIN Jakarta.
95
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Tangerang Selatan.
Skripsi Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(repository.uinjkt.ac.id/dspace/.../1/RENA%20DWITIYA%20RAHAYU
%20-FDK.pdf, diakses dan diunduh pada Rabu, 25 Oktober 2017. Pukul
13:19 WIB).
Rofiah, Nur. 2017. Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta DPK Institut PTIQ.
Susanti, Vinita. 2015. Pembunuhan Oleh Istri Dalam Konteks Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (Kdrt) (Studi Terhadap Empat Terpidana Perempuan Di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bandung). Disertasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Program Pascasarjana
Departemen Sosiologi.
Sutrisminah, Emmi. 2017. Dampak Kekerasan Pada Istri Dalam Rumah Tangga
Terhadap Kesehatan Reproduksi.
(https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/45214983/62-112-1- .
96
SM.pdf, diakses dan diunduh pada Selasa 11 September 2017. Pukul 23:56
WIB).
Sumber Elektronik:
https://news.detik.com/berita/2488918/malam-tragis-sang-mahasiswi-di-sudut-
new-delhi, diakses pada Selasa, 09 Mei 2017. Pukul 14:49 WIB.
97
http://perempuan.or.id, diakses pada Kamis, 23 Februari 2017. Pukul 19:14 WIB.
http://www.tangerangnews.com/tangsel/read/3150/Dipukul-Suami-Polisi-Datangi-
Villa-Dago, diakses pada Minggu, 23 April 2017. Pukul 14:12 WIB.
http://tangseloke.com/2014/03/28/dinsosnakertras-siap-salurkan-rp14934-miliar-
bansos/, diakses pada Minggu, 23 April 2017. Pukul 13:45 WIB.
http://tangselpos.co.id/2015/11/03/2015-kasus-kdrt-di-tangsel-menurun/, diakses
pada Kamis, 23 Februari 2017. Pukul 19:12 WIB.
Wawancara
Wawancara dengan S, 17 Mei 2017
Wawancara dengan LY, 17 Mei 2017
Wawancara dengan M, 21 Juni 2017
Wawancara dengan TST, 21 Juni 2017
Wawancara dengan A, 22 Juni 2017
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
Nama (alias): Alamat:
Etnis: Tanggal/Waktu:
Pendidikan terakhir:
(Pertanyaan Sebelum Menikah)
5. Bentuk kekerasan apa yang diterima dan seberapa banyak frekuensi calon
8. Apakah Ibu mengetahui bagaimana sikap dan sifat calon suami ketika
xii
9. Apakah Ibu menikah dengan calon suami karena dijodohkan atau karena
pilihan sendiri?
sekarang?
KDRT?
10. Apakah Ibu pernah menerima kekerasan psikis seperti perilaku yang
13
11. Apakah Ibu pernah menerima kekerasan seksual seperti pemaksaan
hubungan seksual dengan cara tidak wajar atau tidak disukai dan
dibatasi atau dilarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah?
15. Kerugian apa yang Ibu terima akibat dari KDRT yang suami Ibu perbuat?
16. Apa yang Ibu rasakan setelah menerima kekerasan dari suami?
17. Ketika Ibu merasa kesakitan setelah menerima KDRT dari suami, apa
18. Ketika mendapatkan KDRT, apakah Ibu pernah mengadu atau bercerita ke
19. Apa alasan Ibu berani melaporkan KDRT yang diterima ke Polsek
Pamulang?
20. Setelah melapor ke Polsek Pamulang, apa yang Ibu cari atau harapkan?
21. Bagaimana cara Ibu menyelesaikan kasus KDRT yang telah dilaporkan?
kekeluargaan).
14
23. Setelah menerima KDRT, mengapa Ibu tidak memilih untuk kabur dari
rumah?
24. Bagaimana hubungan antara Ibu dan suami jika mengambil suatu
keputusan?
25. Biasanya keputusan seperti apa yang diperdebatkan? Dan siapa yang
paling mendominasi?
seperti apa?
28. Menurut Ibu, apakah peraturan tersebut berjalan sesuai dengan aturan yang
ada?
29. Apa harapan Ibu agar pemerintah dapat mengurangi KDRT sesuai dengan
Rumah Tangga?
(Pertanyaan Tambahan)
1. Selama Ibu berumah tangga dengan suami, apakah suami Ibu pernah
2. Apakah ada aturan yang diterapkan oleh suami Ibu untuk dipatuhi oleh
15
Proses Penelitian
a. Tahap Pertama
Pada tahap awal penelitian ini, penulis sempat merasa kebingungan karena
kasus kekerasan dalam rumah tangga pada penelitian ini sama sekali tidak
permasalahan yang ada pada media-media, salah satunya televisi yang masih
yang selalu tertindas dan selalu menjadi korban meskipun sudah ada aturan
penulis langsung dan ketika penulis masih menginjak bangku Sekolah Dasar
dalam rumah tangga hingga akhirnya penulis mengetahui sendiri melalui hasil
rumah tangga masih saja terjadi. Berbekal pada informasi di televisi dan
16
sekali bepergian keluar rumah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap sulitnya
Tangerang Selatan.
b. Tahap Kedua
Pada tahap kedua, penulis memiliki sedikit kebingungan untuk mencari data
yang akan dimasukkan ke dalam Bab II pada skripsi ini. Penulis mencari data
melalui sumber internet namun tidak kunjung ketemu. Akhirnya atas inisiatif
dari penulis, pada tanggal 16 April 2017 penulis mendatangi tempat bernama
Graha Mitra yang merupakan salah satu perpustakaan umum yang berada di
Karena berhubung waktu sudah sore, sekitar pukul 16:00 WIB dan pada saat
itu Kantor Walikota sudah sepi karena para staf sudah tidak memiliki jam
harinya, penulis menemui salah seorang staf yang bergerak di bidang HUMAS
kepada staf tersebut dan akhirnya penulis dimintai nomor telepon jika nantinya
tersebut.
xvii
Permasalahan selanjutnya terletak pada Bab III mengenai Temuan dan
tangga jika tidak ada informan untuk diwawancarai? Akhirnya setelah dari
informan untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga dan dapat diwawancarai.
atau mencari data dari kampus. Setelah surat tersebut diberikan, akhirnya
penulis diberikan data berupa kasus kekerasan dalam rumah tangga pada tahun
sangat menjaga kerahasiaan dari korban jika diberikan izin untuk wawancara.
Namun akhirnya, pihak tersebut tidak memberikan izin kepada peneliti untuk
c. Tahap Ketiga
meminta izin wawancara namun akhirnya ditolak. Pada tahap ini, penulis
dimaksud oleh penulis untuk memberikan surat izin wawancara atau mencari
181
818
Sebelum mengetahui adanya tempat pemberdayaan P2TP2A, penulis
disarankan oleh dosen pembimbing untuk mencari korban di LBH APIK yang
izin untuk melakukan penelitian, maka penulis harus mendatangi tempat LBH
APIK tersebut.
Selang beberapa hari setelah penulis memasukkan surat izin penelitian dari
kampus beserta proposal skripsi yang berisikan Bab I, penulis dihubungi oleh
Kak Nur selaku pengurus P2TP2A bahwa keesokan harinya ada dua informan
P2TP2A.
d. Tahap Keempat
Pada tahap ini, penulis dihubungi oleh pihak P2TP2A untuk datang ke
kantor karena ada korban yang bersedia untuk diwawancara. Saat itu penulis
mewawancarai dua orang informan dalam satu hari karena sudah dijadwalkan
oleh pihak P2TP2A pada 17 Mei 2017. Setelah wawancara berakhir, penulis
P2TP2A tidak merasa keberatan dan akan menghubungi kembali jika sudah
19
Penulis awalnya sedikit ragu ketika dihadapkan oleh informan, “Apakah
dalam keluarga yang seharusnya tidak diceritakan kepada orang asing. Namun,
takut jika penulis melakukan sedikit kesalahan, maka para informan akan
merasa sakit hati. Namun sebisa mungkin penulis menjaga ucapan agar tidak
Sampai penulis telah mewawancarai dua orang informan, pihak staf bagian
teman penulis memiliki data tersebut dalam format .pdf. Akhirnya data tersebut
e. Tahap Kelima
20
memberitahukan bahwa ada tiga orang korban kekerasan dalam rumah tangga
melapor pada saat itu. Tanggal 21 Juli 2017 penulis mewawancarai dua
mengatakan akan kembali lagi jika data yang dibutuhkan kurang dan jika
Setiap akhir wawancara, penulis selalu meminta kontak para informan yang
bisa dihubungi. Tujuannya adalah ketika penulis melewatkan salah satu atau
dengan kontak yang diberikan. Penulis juga meminta alamat persis yang
informan tinggali dengan maksud ketika nomor yang diberikan tidak dapat
21