You are on page 1of 11

Scabies ● Tinea Cruris ● Pityriasis Versicolor

SEMANGAT!
Semoga sama sama bisa
menjadi dokter yang baik :)
Tim SOOCA Proxima: Sakina, Yasmin, Fadhal, Devi, Asep, Hasna, Dea, Adinda, Azizah, Eveline
Brainstorming Concept Map

Andi, 20 y.o., male

e/ Sarcoptes scabiei e/ Trychophyton rubrum e/ Malassezia furfur

Contact
d/ Scabies Dermatitis d/ Tinea cruris Leprosy d/ Pityriasis versicolor
dermatitis

CC: Itchy tiny pimples on finger webs, CC: Itching-redness-scaly patch CC: Hypopigmented patch on his back, shoulder
wrist, armpit & penis since 2 weeks ago in groin area since 7 weeks ago and around axillae since 3 months ago

HT PE LE HT PE LE HT PE LE:
• Itchy tiny • Pruritic Skin scraping: • Patches on • On left groin, Direct • Patch on his • Hypopigment • Wood’s lamp:
pimples on erythe- oval and groin were there was a well- microscopic back become ed macules positive
finger webs, matous ventrally itchier during defined pruritic- exam of skin itchy when with irregular fluorescence
wrist, armpit popular lesion flattened mite sweaty erythro-papulo- scrapping: long sweaty borders on yellow
& penis since on finger with 0.4 mm • There are cat squamous patch branches septae- • Before going the back, coloured
especially at webs, wrist, long, some eggs around his 5x7 cm with an hyphae with to bed he shoulders, • Direct
night and it armpit & and scybala dormitory irregular border some change his and axilla. microscopic
felt worse scrotum which have • Papules and arthospores pants and Diameter= 0,5 exam of skin
that he had to • Many bald area scales were underwear cm to 3 cm scrapping:
scrath it all canaliculies • He plays more prominent without • Some of the round spores
night on interdigital futsal twice a o its border and changing his lesions were and short
• Live in areas of his week and the patch gave sport shirt covered by hyphae which
dormitory w/ hands rarely taking an impression of fine-scales. resemble
other 8 bath after being more “spaghetti
people in a play, go active on its and meat
crowded directly to border, creating balls”
room (6x6). bed “central appearance
Some of his clearing” area
friends have • Satellite (-)
the same
symptoms
Tropical Medicine – Case 4: Scabies, Tinea Cruris, Pityriasis Versicolor | 1
1. Anatomy & Histology of Skin
Learning Issue o Stratum basale  single layer dari sel basophilic cuboidal atau
columnar yang berada di basement membrane (pada dermal-
• Kulit :integumen terluar yang melapisi tubuh, terdiri dari dermis dan
epidermis yang berada di atas lapisan jaringan subkutan/kutis. epidermal junction), mitosis yang tinggi dan terdapat sel progenitor
• Fungsi kulit: 1) fungsi proteksi; 2) containment (mengatur keluar untuk seluruh lapisan epidermis.
1. Anatomy & histology of skin masuknya cairan tubuh); 3) regulasi panas tubuh; 4) sensasi; 5) sintesis
2. Skin lesions dan penyimpanan (vitamin D); 6) proses perbaikan serta regenerasi luka;
7) fungsi estetika; 8) terdapat innate immunity system juga APC (dendritic
3. Mechanism of pruritus
cells) yang ada di epidermis sebagai proteksi dari agen yang dapat
4. Sarcoptes scabiei menginfeksi tubuh *Fungsi yg terganggu di kasus
5. Tricophyton rubrum • Lapisan kulit (dari luar ke dalam):C
6. Malassezia furfur
7. Clinical science of scabies
8. Dermatomycosis
9. Dematophytosis
10. Clinical science of tinea cruris
11. Clinical science of pityriasis
versicolor
12. Topical drugs form and concepts
of treatment
13. PP of durgs: Di kasus: stratum korneum: lapisan tempat infeksi scabies serta dermatomycosis
• Permethrin terjadi. Pada scabies, Sarcoptes scabiei dapat membuat burrow/canaliculi yang
mengarah dari stratum korneum menuju stratum granulosum, meskipun
• Itraconazole kerusakan sel yang dihasilkan terjadi hanya pada stratum korneum.
• Ketoconazole
14. BHP, PHOP, CRP  Beberapa contoh sel yang terdapat di epidermis yaitu: keratinosit,
melanosit, Langerhans cells (sebagai APCs), juga Merkel cells (tactile
 Epidermis: lapisan terluar kulit yang terdiri dari 5 lapisan (dari bawah epithelial cells  sensitive mechanoreceptor untuk light touch).
ke atas): Di kasus: Melanosit banyak ditemukan di antara sel di basal layer dan folikel
o Stratum corneum  15-20 lapisan stratified squamous keratinized rambut. Sintesis melanin dikatalisasi oleh tyrosinase (mengubah tyrosine 
epithelium, dengan sel keratin berisi filamentous keratins (sel-sel 3,4 dihydroxyphenylananine (DOPA))  melanin. Pityriasis versicolor mampu
mati) menghambat aktivitas tyrosinase sehingga pembentukan eumelanins
o Stratum lucidum  hanya ditemukan pada lapisan kulit yang tebal, (pigmen coklat/hitam) menurun.
flattened eosinophilic keratinocytes (tanpa organel dan nuclei),
terdiri dari sel kulit mati  Dermis: lapisan jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
o Stratum granulosum  beberapa lapis sel yang mengalami proses mengikatkannya ke hypodermis, permukaan irregular dengan adanya
terminal differentiation keratinization. Sitoplasmanya terdapat tonjolan (papillae). Terdapat dua tipe lapisan:
keratohyaline granules. o Papillary layer (superficial dermis)  membentuk dermal papillae,
o Stratum spinosus  lapisan paling tebal, berisi sel polyhedral yang terdiri dari loose connective tissue, mast cells, macrophage, leukosit.
aktif mensistesis keratin. o Reticular layer (deep dermis)  dense irregular connective tissue
Tropical Medicine – Case 4: Scabies, Tinea Cruris, Pityriasis Versicolor | 2

 Subcutaneous Tissue: kelanjutan dari dermis, 2. Skin Lesions ditandai sebagai area dengan warna yg berbeda dg membrane kulit/mukosa di
terdiri atas loose connective tissue dengan sel • Berdasarkan pathogenesis sekitarnya. Warna yg mungkin: hypopigmentation, hyperpigmentation
lemak dan banyak terdapat suplai pembuluh  Primary lesion: macule, papule, plaque, o Patch: larger macule. D: > 0.5 cm, may have fine/very thin scale.
darah. Pada lapisan ini juga terdapat banyak ujung patch, nodules, wheal, vesicle, bulla, o Erythema: kulit/membrane mukosa yang kemerahan dan bersifat blanching;
saraf tepi dan kelenjar getah bening pustule, cyst dikarenakan dilatasi dari arteri/vena di dermis papillary dan reticular
• Pada kulit juga terdapat sensory receptors, dapat o Erythoderma: generalized deep redness of skin, meliputi >90% permukaan tubuh
dibagi menjadi 2 yaitu: (dalam beberapa hari-minggu).
 Unencapsulated receptors  Raised lesions
o Merkel cells : merupakan perpanjangan nerve o Papule: lesi menonjol yang berisi padatan (solid), D: <0.5 cm. tidak terlihat adanya
endings. Fungsi: sensing and light touch cairan, dan ukurannya bervariasi.
o Free nerve endings: terletak di papillary o Plaque: solid, menonjol, D: >0,5 cm, bagian yg menonjol tidak perlu terlalu signifikan
dermis, memanjang ke bagian bawah
o Nodule: solid, round/ellipsoidal, palpable, D: >0,5 cm. yang membedakan nodule dan
epidermis. Fungsi: dalam mendeteksi sensasi
plaque adalah kedalaman lapisan yang terlibat. Ada 5 tipe: epidermal, epidermal-
suhu, nyeri, gatal, juga sebagai tactile
receptors. dermal, dermal, dermal-subdermal, subkutan
o Root hair plexuses: mengelilingi dasar folikel o Cyst: encapsulated sac, dilapisi oleh epithelium, berisi: cairan/semisolid, betuknya
rambut. Fungsi: mendeteksi pergerakan bulat/oval
rambut. o Wheal: pembengkakan kulit, ditandai dg evanescent/cepat hilang, disebut jg urtikaria,
 Encapsulated receptors akibat edema (keluarnya plasma ke dermis)
o Meissner  terdapat di dermal papillae, untuk o Scar: akibat proliferasi jaringan fibrosa yg menggantikan jaringan setelah adanya
sensasi touch luka/ulcer yg merusak reticular dermis
o Paccinian  terdapat di reticular dermis dan  Secondary lesion: Kelanjutan dari o Comedo: dilatasi hair follicle infundibulum berisi keratin dan lipid. Ada open comedo:
hypodermis, untuk coarse touch, pressure, primary lesioin. crust, erosion, ulcer, krn terbuka  teroksidasi  warna hitam. Closed comedo wrn putih krn akumulasi
vibrations keratin
fissure, excoriation, scale, scar
o Ruffini  stretch/tension maupun twisting o Horn: berbentuk kerucut akibat diferensiasi abnormal dr epidermis
(torque) o Calcinosis: keras, whitish nodule of plaques, deposisi kalsium pd dermis/subkutan
 Depressed
o Erosi: hilangnya epidermis, lembab, batas jelas, depressed, akibat: trauma, hilangnya
epidermis, pecahnya vesicle/bullae/epidermal necrosis
o Ulcer: kerusakan dermis dan jaringan sekitarnya  menghambar re-epitelisasi 
defek pd proses healing  scar. Batas, dasar, discharge, dan kulit disekitarnya
beragam
o Athropy: penipisan epidermis  epidermis terlihat glossy, depresi
o Poikiloderma: kombinasi atropi, teleangiectasis, dan perubahan pigmentasi
• Berdasarkan morfologi lesi o Sinus: jalur yg menghubungkan suppurative cavity
 Flat lesions: o Striae: linear depression, permukaannya tipis dan berkerut
o Macule: flat, even with surface level o Burrow/Canaliculi: “terowongan” berliku pada epidermis yang diekskavasi oleh parasit
of surrounding skin. D: < 0.5 cm, o Sclerosis: pengerasan/indurasi kulit,sulit digerakkan, akibat dermal fibrosis
Tropical Medicine – Case 4: Scabies, Tinea Cruris, Pityriasis Versicolor | 3

 Surface change 3. Mechanism of Pruritus • Neuropeptide/mediators


o Scale/desquamation: serpihan yang muncul dari stratum corneum, akibat • Definisi: Pruritus/gatal: sensasi tidak nyaman yang dapat  Histamin  pada kulit sebagian besar
peningkatan laju proliferasi sel epidermis berasal dari dermal mast cells (epidermis),
menimbulkan keinginan untuk melakukan garukan.
o Crust: deposit yg mengeras, hasil serosa, serum, darah, atau purulent yang berhubungan dengan reaksi alergi.
• Keterlibatan saraf: Pruritus berasal dari the skin’s free
mongering di permukaan kulit  5-HT Serotonin  merupakan endogenous
neve endings (banyak terdistribusi di epidermis,
biogenic amine, mampu menstimulasi
o Excoriation: ekskavasi permukaan epidermis akibat penggarukan sementara saraf di reticular dermis dan subkutan tidak
potensial aksi pada sebagian cutaneous C
o Fissure: linear loss of continuity of skin/mucosa dapat menginisiasi persepsi gatal (hanya persepsi nyeri
fiber meskipun sensasi yang ditimbulkan
o Lichenification: penebalan epidermis dg perubahan kolagen saja))  sinyal ini ditransmisikan melalui C fibers 
lebih lemah dibandingkan sensasi dari kerja
o Keratoderma: hyperkeratosis berlebihan pd startum corneum (di palm dan sole) menuju dorsal horn spinal cord  spinothalamic tract
histamin.
o Eschar: hard, moist, black crust, avascular, protein rich, adanya nekrosis  cerebral cortex. Eksaserbasi pruritus dapat terjadi
 Acetylcholine  bersifat less pruritogenic
jaringan, gangrene, deep burn, infark apabila terdapat peradangan kulit, kondisi lingkungan
dibandingkan dengan histamine, dan di saat
 Fluid filled yang kering/terlalu panas, vasodilatasi, serta stressor
yang bersamaan dapat memicu sensasi
o Vesicle: lesi menonjol berisi cairan, D <0,5 cm psikologis.
nyeri.
• Patogenesis: Berdasarkan International Forum for Study
o Bulla/blister: lesi menonjol berisi cairan, D >0,5 cm  Substance P (SP)  neuropeptide, banyak di
of Itch (IFSI), pruritus dapat dibagi menjadi tiga:
o Pustule: lesi menonjol berisi pus, batas jelas temukan pada cutaneous nociceptive nerve
1. Pruritus on diseased (inflamed skin)  masalah
o Furuncle: deep necrotizing folliculitis w/ suppuration. Nodule yg follicle- terminals. Berperan dalam mengaktivasi
dermatologi
centered, mengalami inflamasi dg central necrotic plug, D >1 cm mast cells dan berujung pada pelepasan
2. Pruritus on nondiseased (noninflamed)
o Carbuncle: gabungan dr beberapa furuncle histamin.
3. Pruritus presenting with severe chronic secondary
o Abcess: akumulasi purulent di dermis/subkutan. Biasanya pus tidak terlihat pd  Lainnya: leukotrienes, bradykinin,
scratch lesion
permukaan kulit  terlihat: nodule berwarna pink-kemerahan, hangat, nyeri interleukin/IL-31, protease
*cat: nomor 2 dan 3  pasien dg gangguan sistemik
Di kasus: pasien merasakan gatal baik di lesi
tekan + (kehamilan, obat-obatan, neuropati, penyakit psikologi,
scabies, tinea cruris, maupun pityriasis versicolor
 Vascular dll.)
o Purpura: akibat ekstravasasi RBC dr pembuluh darah kulit  kulit/membrane • Itch-Scratch Cyle: Menggaruk dapat mengaktivasi area
mukosa. Berwarna merah-keunguan. Purpura vs erythema dibedakan dg prefrontal korteks. Aktivitas yang diinduksi oleh aktivasi 4. Sarcoptes scabiei
diascopy test  non-blanching: purpura. Tipe purpura: ptechiae, ecchymosis di prefrontal korteks menyebabkan keingin untuk terus • var. Hominis (human), Family: Sarcoptidae,
o Teleangiectasis: red line/net-like patterns on skin, akibat dilatasi kapiler kecil di menggaruk  aspek rewarding system dari menggaruk.
Class: Arachnida, Filum: Arthropoda
superficial dermis • Karakteristik:
o Infarct: nekrosis kutan krn oklusi pembuluh darah. Nyeri tekan +, irregular, scratch  Penampakannya berbentuk seperti mutiara,
reddish-gray/firm plaque translucent (tembus cahaya), putih, tidak
kasat mata, berbentuk oval
Di kasus: epidermal
itch  Memiliki 4 pasang kaki pendek dan gemuk.
Scabies: Itchy, tiny pimples  Efluorosensi: pruritic, erythematous, papular. Terdapat barrier
2 pasang kaki depan  alat perekat; dan 2
kanalikuli pada area interdigital
pasang kaki belakang
Tinea cruris: Itching-redness-scaly patch  Efluoresensi: well-defined, pruritic, erythro-
 Kutu tidak dapat terbang maupun melompat
papulo-squamous patch, berukuran 5x7 cm, irregular border. Papula dan scales terlihat C nerve  Infestasipd daerah kulit tipis dan lembab
jelas pada bagian border, membentuk “central clearing” area. fibers  Mampu bertahan selama 3 hari di luar host
Pityriasis versicolor: Hypopigmented patch  Efluorosensi: hypopigmented, macula, neuropeptides, tryptase,
inflammatory mediators
(tetapi di tabung steril). 2-3 hari di suhu
irregular borders. Diameter lesi: 0.5-3.0 cm, dengan sebagian lesi ditutupi oleh fine-scales.
ruangan.
Tropical Medicine – Case 4: Scabies, Tinea Cruris, Pityriasis Versicolor | 4

Pebedaan kutu jantan dan betina pouch/burrow sementara  bertemu betina  mating. • General pathology
Mating hanya terjadi 1 kali. Jantan akan mati/ikut  Burrowing mites  merusak
Karakte- bersama lapisan stratum korneum yang terkikis dan
Jantan Betina jaringan kulit  dermatitis
ristik
tidak bertahan di dalam canaliculi. Setelah mating:  Loss of blood or body fluids
Pasangan kaki betina meninggalkan molting pouches  mencari  Allergic reactions
Terdapat
ke-3: rambut tempat lain untuk membuat permanent/serpentine  Prone to secondary bacterial
Kaki rambut
belakang pd ujung
Pasangan kaki burrow (tempat bertelur)  betina bertelur. Telur
ke-4: alat
infections
kakinya (ukuran: 0,1-0,15 mm) yang dihasilkan berjumlah 2-
perekat 3/hari dan menetas 3-4 hari setelahnya. Bertelur
dilakukan selama sisa hidup betina (1-2 bulan) sambil ia 5. Tricophyton rubrum
Ukuran sedikit <
0,4 x 0,3 mm terus memperluas burrow.  telur menetas  menjadi
tubuh betina • Ph: Ascomycota – Or: onygenales –
larva  larva migrasi ke permukaan kulit  menjadi
Lubang Fam: Arthrodermataceae – Gen:
Bentuk nymph (anak kutu dengan 4 pasang kaki)  dalam 10-
Bentuk sederhana, Trichophyton – Sp: T. rubrum
sprt 14 hari: menjadi dewasa  dalam 14 hari: kopulasi 
genitalia antara kaki ke-3 • Termasuk ke dalam antrophopilic
lonceng
dan ke-4 gravid betina  kembali ke siklus awal.
dermatophyte dan bukan flora
normal
• Habitat: area lembab di kulit
manusia, yaitu dilipatan dan kuku,
kadang scalp (py banyak keratin 
utk tumbuh dan survive)
• Tes konfirmasi, salah satunya dg:
kultur selama 2 minggu pada suhu
250C pd Sabouraud’s Dextrose Agar
 Morfologi koloni: tumpukan
melingkar dg bag tengah berwarna
putih, & perifer kemerahan; kadang
kuning-kecoklatan

• Siklus hidup
 Terjadi sepenuhnya di tubuh manusia (parasit obligat pada manusia untuk var. hominis).
Siklus hidup terjadi selama 30 hari di epidermis. Terdiri dari 4 stage: egg – larva – nymph –
adult mites • Mikroskopik (Gambar di hal 5) 
 Kutu betina hinggap di kulit  membuat canaliculi/ burrow miring pada lapisan stratum hifa panjang bercabang dan
korneum (20 menit)  terbentuk burrow. Panjang burrow bisa mencapai 1 cm, awalnya pear/tear-shaped (piriform)
menjadi molting pouch/short burrow  kutu jantan di permukaan puling masuk ke molting microconidia (berspora). Jarang
Tropical Medicine – Case 4: Scabies, Tinea Cruris, Pityriasis Versicolor | 5

terdapat makrokonidia • Morfologi: terlihat sbg kelompok 7. CS of Scabies scabies/Norwegian scabies  plak
yeast-like berbtk lingkaran/oval, • Etiology: Sarcoptes scabiei var. Hominis (human) hiperkeratotik.
disertai hifa pendek tidak • Epidemiology: Penyakit scabies ditemukan di seluruh dunia o Pathognomonic lesion: Burrow
bercabang  pada pemeriksaan dan dapat menyerang semua kelompok usia, ras, (akibat perpindahan kutu di daerah
mikroskopis dg 10% KOH dan sosioekonomi. stratum korneum).
pewarnaan parker ink terlihat spt • Transmission - Risk factor: Transmisi utama melalui kontak • Diagnosis: harus memenuhi setidaknya 2
“spaghetti and meatball” langsung antara kulit/direct (1), sedangkan transmisi dari 4 cardinal signs berikut:
indirect (2) yaitu melalui benda-benda sekitar/fomites 1. Pruritus di malam hari
(sprei, lantai, kursi, handuk, dll.) yang dapat menyimpan 2. Menyerang sekelompok orang
sisa kulit mati yang dihinggapi kutu. 3. Terdapat burrow/canaliculi sesuai
Di kasus, pasien memiliki faktor risiko Scabies  pasien predileksi (Circle of Hebra)
tinggal di asrama di sebuah kamar berukuran kecil (6x6 cm) 4. Ditemukan Sarcoptes scabiei dg skin
• Virulensi: proteases (keritinases), scrapping (+)  definitive diagnosis
yang dihuni oleh 8 orang. Teman sekamar pasien juga
produksinya optimal pd pH asam  invasi Untuk mendapatkan bukti cardinal sign
memiliki gejala serupa dengan pasien.
st corneum u/ meng-inngesi keratin  utk • Pathogenesis: poin 3 dan 4, dapat dilakukan dengan
tumbuh dan survive  Scabies hidup dengan cara memakan epidermal protein pemeriksaan berikut:
• Pathology: athlete’s foot, jock itch, dan • Virulensi: dan host plasma  menyebabkan downregulation dari  Pemeriksaan mikroskopis  melihat
dermatofitosis lainnya  Azelaic acid: menghambat keratinocytes, dermal fibroblast, serta dermal ada atau tidaknya kutu, telur, maupun
tyrosinase (enzim yang terlibat microvascular endothelial cells. fecal matters (scybala). Cara
6. Malassezia furfur pada proses melanogenesis)  Protective immune response  oleh Th1 (CD4+) pengambilan sampel: dg meletakkan
 Malassezin: menginduksi  Terjadi peningkatan IL-10, akumulasi eosinophil, dan setetes mineral oil di atas burrow,
• Ph: Basidiomycota – Or: malasseziales – apoptosis dari melanosit produksi total dan specific IgE pada host kemudian dilakukan scraping
Fam: malasseziacecae – Gen: Malassezia  Pityriacitrin: mengabsorpsi sinar • Clinical manifestation: menggunakan scalpel blade 15
• Karakteristik dan Patogenesis: UV Beberapa individu dapat bertahan pada kondisi sepanjang terowongan dg tetap
 microbiota normal, namun dapat  Pityrialactone: dapat berpendar asimptomatik meskipun infestasi scabies telah terjadi menghindari terjadinya pendarahan
menyebabkan infeksi apabila di bawah sinar UV 366 nm (carriers).  Burrow ink test (gambar berikut) 
dipengaruhi oleh faktor: kelembapan,  Pityriarubins: inhibitor selektif  CC: Pruritus yang disertai/berhubungan dengan lesi dg burrow terlihat seperti wavy line
suhu, pH, juga CO2 tension (eksogen), untuk neutrophil respiratory predileksi di Circle of Hebra. Lesi muncul 4-6 minggu dimana tinta mengisi terowongan di
cushing’s disease, burst* juga hambat aktivitas 5- setelah infestasi awal (bersamaan dengan sensasi gatal), stratum corneum
immunosuppression, malnourished lipoxygenase (5-LO: merupakan dan 2 hari pada kondisi re-infestasi. Burrow ink test
state (endogen)  berkembang dari pathway untuk sumber utama  PE:
bentuk jamur sporofit menjadi leukotriene proinflamasi yang o Ekskoriasi, eczematous dermatitis  terutama pada
mycelium  parasitic mycelial poten, berperan dalam innate sela dan pinggiran jari, palmar dan lateral palmar,
mendominasi. immunity) siku, ketiak, skrotum, penis, labia, dan areola
 Bersifat lipophilic  sebagian besar *rapid release yang dimaksud (wanita). Bagian kepala dan leher dewasa jarang
membutuhkan lipid sebagai medium adalah pengeluaran secara terkena, kecuali pada pasien immunocompromised,
pertumbuhannya cepat substansi yang bersifat lansia, maupun bayi  dapat mengenai seluruh
 Habitat: kulit kepala, tungkai atas, ROS dari neutrophil pada saat permukaan tubuh. • DDx: atopic dermatitis, dyshyrotic eczema,
daerah lipatan  banyak terdapat sel tersebut kontak dengan o Indurasi, nodul, krusta  biasanya di bagian pyoderma, contact dermatitis, insect bite
kelenjar minyak (sebaceous glands) fungi. intertriginous pada anak. Pada jenis crusted reaction, etc
Tropical Medicine – Case 4: Scabies, Tinea Cruris, Pityriasis Versicolor | 6

• Management: 8. Dermatomycosis
 Scabicide: topical digunakan di seluruh tubuh, terutama pd lipatan: antara jari kaki • Definition: penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi fungi.
dan tangan, bokong, pusar, di bawah kuku kecuali pada wajah dan kulit kepala • Classification:
(dewasa). Gejala dapat hilang dalam 3 hari atau bertahan hingga 4 minggu. Pytiriasis versicolor,
Di kasus, klasifikasinya: superficial Non- Black/white piedra, Tinea
Cat: obat scabies yang tersedia di Faskes Tingkat 1 saat ini: Permethrin 5% krim dan nigra palmaris,
mycosis  dermatophytoses  Tinea dermatophytoses Pityrosporum (malassezia)
salep 2-4 (terdiri dari 2% asam salisilat + 4% precipitated sulfur). Cara penggunaan
cruris; dan non-dermatophytoses  folliculitis
salep 2-4 adalah selama 8 jam pada hari 1, 2, dan 3 lalu dibersihkan, tidak efektif bila
Pityriasis versicolor Epidermophyton,
digunakan < 3 hari. Berdasarkan
Microsporum,
etiologi (3 genera)
Trichophyton
Superficial
Berdasarkan Anthropophilic,
habitat Zoophilic, Geophilic
Dermatophytoses

Tinea capitis, Tinea


corporis, Tinea
Candida infection Berdasarkan lokasi barbae, Tinea
Mycoses anatomis manus, Tinea
cruris, Tinea pedis,
Tinea unguium
Sporotrichosis,
Chromomycosis,
Subcutaneous Mucormycosis,
Mycetoma,
Lobomycosis,
Deep
Histoplasmosis,
Systemic/Hemato Blastomycosis,
genesis Zygomycosis,
Phycomycosis
• Risk Factor:
 Faktor Eksogen: Cuaca/iklim panas, kelembapan tinggi, menggunakan pakaian yang terlalu ketat/tebal (biasa
bahan sintetis yang tidak mudah menyerap keringat/air)
Di kasus, pasien diberi krim permethrin 5% untuk dioleskan ke seluruh tubuh setiap 10  Faktor Endogen: Underlying disease (contoh: diabetes mellitus), penggunaan steroid sistemik dalam jangka
jam sekali, lalu diulangi setelah selang 1 minggu. panjang, penggunaan obat-obat immunosuppressant, serta penyakit kronis.
 Fomite control: membersihkan benda2 seperti sprei, handuk, pakaian dijemur secara • Epidemiology: dermatomycosis dapat menginfeksi seluruh kategori usia, ras, tapi lebih banyak terjadi di daerah
serentak pada sekelompok orang yg terkena scabies beriklim tropis.
 Antihistamin & emollient: emollient= pelembab, agar scabicide bertahan lebih lama
• Complication: Impetigo sekunder, APSGN (diinduksi oleh pyoderma akibat Scabies),
trigger u/ terjadinya bullous pemphigoid 9. Dermatophytosis
• Prevention and Control: • Definition: Penyakit kulit yang diakibatkan oleh spesies dermatophyte (fungi yang “memakan” komponen
 Pengobatan hingga tuntas, berikut jg anggota keluarga/orang lainnya di lingkungan kulit) memiliki kemampuan untuk melekat dan menginvasi jaringan berkeratin  memanfaatkan degradation
tempat terjadinya scabies products di kulit sebagai sumber nutrisi.
 Menggunakan pakaian, handuk, kain, dan perlengkapan tidur lainnya yang bersih, • Characteristic:
serta mencucinya menggunakan air panas dan pengering panas. Bila sedang tidak  Dermatofit hanya bertahan di non-viable skin (kulit mati) karena sebagian besar tidak dapat tumbuh pada
dicuci  pastikan kondisinya kering dan terlindungi, tidak di tempat lembab & dingin suhu 370C maupun saat terdapat serum.
 Karpet, lantai, kain furniture  vakum rutin secara tuntas  Infeksinya tidak bersifat life-threatening
Tropical Medicine – Case 4: Scabies, Tinea Cruris, Pityriasis Versicolor | 7

 Gambaran hasil pemeriksaan mikroskopis dari 10. CS of Tinea Cruris KOH (-) untuk hyphae/arthrospore
skin scraping  deteksinya melalui keberadaan  Candidiasis cutis: Sensasi sangat gatal, terbakar/perih. Lesi
• Definition: Dermatophytosis yang menyerang area groin (genitalia, pubis,
hyaline, septate, hyphae bercabang, maupun berbentuk corymbiformis (lesi besar, dengan banyak
perineal, dan kulit area perineal). Biasa juga disebut dengan “Jockey Itch”.
rantai arthroconidia. satellite lesions), macerated juga erosi (+). Pemeriksaan
 Kata kunci : Menginfeksi jaringan berkeratin • Etiology: Disebabkan oleh anthropophilic (dermatophyte), yang mana
KOH (+) untuk yeast, blastospores, juga pseudohyphae.
• Classification: organisme ini bukan termasuk microbiota/flora normal kulit, namun bisa
 Psoriasis inversa: chronic recurrent disease, scaling lebih
 Berdasarkan etiologi: menetap pada struktur keratin kulit. Yaitu: Trichophyton rubrum, tebal dibandingkan tinea, active border dan hasil KOH
o Epidermophyton: Hanya produksi Epidermophyton floccosum (di daerah epidemik), Trichophyton keduanya (-)
macroconidia, Contoh: Epidermophyton mentagrophytes, dan jarang disebabkan oleh Microsporum, T. interdigitale,  Erythrasma : coral-red fluorescence
floccosum (satu-satunya patogen pada T. verrucosum • Management:
genusnya) • Epidemiology: Terjadi di seluruh dunia, mayoritas di negara tropis  Farmakologi
o Microsporum: Cenderung memproduksi (diperparah iklim lembab). Laki-laki > perempuan o Topikal
multicellular macroconidia dengan echinulate • Transmission: 1) Autoinfeksi  mungkin terjadi, dari T. rubrum atau T.  Grup Azole: clotrimazole 2%; miconazole 2%;
walls interdigitale di kaki; 2) Direct contact dengan penderita, maupun indirect sertaconazole 1%; ketoconazole 2%; bifonazole1%
o Trichophyton contact (melalui benda-benda)  Terbinafine 1%
 Berdasarkan habitat/asal penyakit: • Pathogenesis: Fungi akan membentuk hyphae  rantai arthroconidia. Lesi o Sistemik
o Anthropophilic: terbatas pd human, melebar secara sentrifugal  pertumbuhan hifa aktif di bagian tepi lesi. Indikasi: lesi besar/resisten dengan pengobatan topical/
ditransmisikan melalui direct Mannan (komponen dinding sel fungi)  supresi sistem imun. disebabkan oleh infeksi T. rubrum
contact/fomites. Contoh: Epidermophyton • Clinical manifestation:
floccosum, Trichophyton mentagrophyte, T.  Plak berbatas tegas, berbentuk seperti cincin/annular, disertai bagian Obat Dosis (mg/hari) Durasi (minggu)
rubrum, T. tonsurans yang scaly pada bagian raised bordernya, dapat disertai dengan “central Griseofulvin 500 4–6
o Zoophilic: ditransmisikan dari hewan. Contoh: clearing”. Biasanya memanjang dari inguinal fold ke inner thigh, secara
Microsporum canis (kucing dan anjing), bilateral. Ketoconazole 200 4
Microsporum gallinae (unggas), M. nanum  Rasa gatal (pruritus yang semakin parah di siang hari maupun saat
(babi), Trichophyton equinum (horses), T. 200 1
berkeringat) dan perih Itraconazole
verrucosum (ternak) 100 2
• Diagnosis:
o Geophilic: sporadic dari tanah. Contoh:  Dari clinical manifestation Terbinafine 250 1–2
Microsporum gypseum  Kalau ragu dr tanda klinis  Skin scraping (pada lesi aktif, yaitu pada
 Berdasarkan lokasi anatomis: bagian raised border  lalu sampel diletakkan pada slide yang telah  Non-farmakologi  Penting! Karena tinea cruris sering
o Tinea capitis: rambut, kulit kepala ditetesi dengan KOH)  pemeriksaan mikroskopis mengalami infeksi berulang/recurrence, sehingga
o Tinea corporis: glabrous skin (kulit tanpa Pemeriksaan mikroskopis digunakan untuk mencari ada atau tidaknya pencegahannya:
rambut), kecuali telapak hyphae/arthrospore o Tetap menjaga daerah sekitar genitalia tetap kering dan
o Tinea barbae: area sekitar janggut Hasil: long branches septate hyphae dengan beberapa arthospore dalam kondisi bersih
o Tinea manus: telapak tangan dan interdigital (spora tersusun berderetan) o Menghindari memakai pakaian yang ketat untuk
o Tinea cruris: groin, genitalia, pubis, perineal,  Kultur fungi menggunakan Sabouraud Agar selama 1-3 minggu di suhu menghindari pembentukan kelembapan berlebih
kulit perineal  Jock itch ruangan 250C o Menurunkan berat badan untuk yang obesitas 
o Tinea pedis: kaki  bentuk gambaran • Differential Diagnosis: menghindari gesekan atau area yang menempel di lipat
Athlete’s foot  Intertrigo (superficial cutaneous candidiasis) paha sekitar genitalia
o Tinea unguium: kuku, disebut juga  Contact dermatitis: Setelah kontak dengan penyebab iritasi, Biasanya o Menggunakan antifungal powder  membantu area
onychomycosis punya riwayat penyakit serupa, tetapi active border (-), pemeriksaan yang pernah terinfeksi tetap kering
Tropical Medicine – Case 4: Scabies, Tinea Cruris, Pityriasis Versicolor | 8

• Diagnosis: 12. Topical Drugs Form & Concept of Treatment


 Lihat dari clinical manifestation • Topical medication terdiri dari 2 bagian: Active part (semakin akut, semakin rendah
 Scraping  Pemeriksaan mikroskopis konsentrasinya) dan vehiculum (inactive part)
Tinea cruris (dengan penambahan 10% KOH • Ideal vehiculum: Non iritative, nonalergenic, aesthetical; mudah digunakan; bisa
Preparation (20% KOH + Parker Ink/ diterima pasien  compliance nya bagus
diwarnai oleh calcofluor white) • Klasifikasi vehiculum:
Ditemukan: hyphae pendek tidak
bercabang, short cigar-butt, dan spora Powders Monophasic • Pemilihan vehiculum
Biphasic berdasarkan:
11. CS of Pityriasis Versicolor bundar/oval, terlihat seperti gambaran
Triphasic 1. Stadium penyakit kulit
“spaghetti and meatballs” Pastes
• Definition: Infeksi jamur superficial kronik  Hasil pemeriksaan Wood’s lamp : Lotion containing 2. Distribusi dan lokasi
yang bersifat ringan, akibat jamur greases 3. Efek yang diingankan
orange-yellow, bright yellow/golden Cooling
Malassezia sp. Nama lainnya: panu yellow. pastes
(Indonesia) • Differential diagnosis:
• Etiology: Ragi/yeast: Malassezia sp. (M.  Pityriasis alba: Distribusi lesi lebih banyak pada bagian
Liquid Greases
furfur, M. pachydermatis, M. sympodialis, wajah, berwarna keputihan, kadang disertai dengan gatal. Cream
(ointment)
M. obstusa, M. globosa, M. restricta, M. O/W W/O
Pemeriksaan Wood’s lamp (-), KOH (-).
nana, M dermatis, M. Sloffiae, M.  Morbus Hansen: Lesi sangat kronik, anaesthetic, juga dapat 1. Stadium penyakit kulit Di kasus: scabies sejak 2 minggu yg lalu  Sub acute
yamatoensis, M. caprae)  tipe fungi: ditemukan pembesaran saraf. Pemeriksaan Wood’s lamp (-),
Acute Chronic
saprophyte KOH (-), AFB dari Ziehl Neelsen (+)
• Epidemiology: Wet Sub acute Dry
 Vitiligo: Itching (-), scaling (-), warna sangat putih/seperti
 Infeksi jamur yang paling sering susu, pemeriksaan Wood’s lamp (-), KOH (-)
ditemukan. • Management: Liquid O/W cream W/O cream Grease
 Prevalensi di Amerika Serikat yaitu 2-  Topikal: Powder Paste containing grease, cooling paste
8% penduduk. o Azole group 1-2%: miconazole 2%, ketoconazole 2%, Lotion: wide area
 Prevalensi lebih tinggi di daerah tropis ketoconazole shampoo 2% Concentration
(suhu panas, kelembapan tinggi), o Larutan Na toiosulfat 25%  2x1 hari sehabis mandi
mencapai 50% dan hanya 1,1% di 2. Distribusi dan lokasi Di kasus: scabies di finger webs, wrist, armpit & penis
selama 2 minggu
daerah dingin. o Shampo Selenium sulphide 1.8-2.5%  2-3x1 minggu Location Powder Liquid Grease Lotion Paste Cream
 Paling sering menginfeksi kelompok digosokkan pd lesi & diamkan 15-30 menit sebelum
usia 13-24 tahun mandi Generalized + - - + - +
• Clinical manifestation: o Salisilat dan sulfur presipitate Scalp - + - - - +
 Bersifat mild, chronic o Ketoconazole tab. 200 mg/hari  untuk yang reisten
 Predileksi : seluruh bagian tubuh, atau memiliki lesi kulit sangat luas Face + + + + + +
sebagian besar di trunks, axilla, wajah,  Sistemik: Indikasi: untuk extensive dan recurrent disease
serta leher Trunk-
+ + + + + +
 Fine scale patch  warnanya Obat Dosis (mg/hari) Durasi (hari) extremity
bermacam-macam (bisa berupa Ketoconazole 200 5 – 14 Genital + + - + - +
hipopigmentasi, maupun hiper (lebih
jarang)) Itraconazole 200 7 Intertriginous + + + + - +
Tropical Medicine – Case 4: Scabies, Tinea Cruris, Pityriasis Versicolor | 9
14. BHP, PHOP, CRP
Tambahan: Prinsip Kultur Fungi
3. Efek yang diinginkan
 Protective: grease, paste, cooling paste, cream • BHP
 Absorbsion: powder  Scabies: dukung pasien untuk berobat, jangan malu karena sakit
 To dry: liquid kulit Identifikasi spesies berdasarkan beberapa hal berikut, yaitu:
 High penetration: ointment, cream, tincture  Tinea cruris dan Pityriasis versicolor: edukasi pasien untuk a. Macroscopic Morphology/Koloni –growth rate, tekstur permu-
 Soften dry skin: ointment, W/O cream menjaga kebersihan diri, mengganti pakaian dan melakukan kaan, pigmentasi
 Clean lesion: liquid pengobatan b. Microscopic Morphology –macroconidia, microconidia
 Cooling effect: Liquid • PHOP c. Nutritional requirements (terkadang)
 UV protection: powder (Ti02)  Scabies: laporkan kasus ke distrik kesehatan; pentingnya
 Warmth the lesion: closed dressing menjaga sanitasi pakaian, sprei, handuk; jangan gunakan
Di kasus: sehingga, permethrin topikal pd kasus ini diberikan pakaian, handuk bersama (dipakai lebih dari satu orang)
dalam bentuk cream  Edukasi masyarakat untuk tidak memberikan stigma negatif
pada orang2 yg sakit kulit
13. PP of drugs: • CRP
 Scabies: terjadi pada sekelompok orang dan pada lingkungan
• Permethrin 5% cream: insektisida pyrethroid untuk yang padat
berbagai macam pests.  Tinea cruris: mayoritas di Negara tropis, lebih sering terjadi pd
 MoA: bekerja pada membran sel saraf di pests  laki2 dibandingkan perempuan
mengganggu kerja Na+ channel  menghambat fungsi  Pityriasis versicolor: Prevalensi lebih tinggi di daerah tropis,
neuron  spasme otot dan paralisis pada pests  Paling sering menginfeksi kelompok usia 13-24 tahun (remaja,
kematian. dewasa muda)
 Indikasi: infestasi oleh Sarcoptes scabiei
 Kontraindikasi: hipersensitivitas
 Efek samping: sensasi terbakar, gatal Selesai. Semoga bermanfaat :)
• Itraconazole: golongan antifungal (triazole), dengan efek
fungistatic
 MoA: berinteraksi dengan 14-alpha demethylase (enzim
untuk pembentukan dinding sel fungi: mengubah
lanosterol menjadi ergosterol) meningkatkan
permeabilitas seluler fungi konten seluler
bocor/leakage.
 Indikasi: infeksi fungi
 Kontraindikasi: hipersensitivitas, penyakit ginjal/hepar,
 Efek samping: mual-muntah, diare, pusing, gangguan
pencernaan lambung
• Ketoconazole: Broad spectrum anti-fungal agent
 MoA: samap seperti Itraconazole
 Indikasi: Pityriasis Versicolor
 Kontraindikasi: Hipersensitivitas
 Efek samping: Hepatotoksisitas (oral), iritasi, kulit kering

You might also like