You are on page 1of 9

Jurnal Informatika dan Bisnis

PERANCANGAN BUSINESS CONTINUITY PLAN :


STUDI KASUS PADA PT.PAM

Humdiana1)
1)
Staf Pengajar Program Studi Sistem Informasi
Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII)
Jl. Yos Sudarso Kav.87 Sunter Jakarta Utara 14350
http://www.humdiana@ibii.ac.id

ABSTRACT
Business Continuity Plan is needed to complement and strengthen the system so that a reliable
system. Indonesia is a disaster prone areas are less aware of the business principals to the disaster.
BCP using Sharing Vision Framework to produce a form of design that suits your needs and business
processes with case studies PT.PAM company that operates in the automotive industry, workshop and
body repair services specialist. Sharing Vision Framework methodology starting from the
identification of business processes, identify conditions and determination of IT Risk Assessment of
risk and analysis that will produce the matrix for the next Risk Assessment and then carried to the
process of collecting data in the Business Impact Assessment malalui questionnaires, interviews, or
discussion by PT.PAM IT managers. Based on the results of Risk Assessment and Business Impact
Assessment, then conducted the search and selection of alternative plans BCP strategy is the reference
key in preparing a BCP document.Risk Assessment Results opportunity to explain the highest ranking
threats to earthquake, fire, hacker attacks, BCP is not affected if there threats to strike and supplier
failure. BIA results most business processes are at high and moderate categories, This shows every
process in the service and Part Shop PT.PAM Workshop has a strong dependency relationship. Fifteen
kinds of threats of disaster, the order of highest to lowest are: earthquakes, fires, hacker attacks,
floods, bomb threats, software problems, hardware problems, problems of telecom, electricity supply
problems, dangerous diseases / accidents, supplier failure, leaks B3, chaos , utility failure, and strike.
Can in anticipation of the Strategy Plan are: Strategy Backup Hardware, Backup Strategy for
electricity supply, Backup Strategy, Backup Strategy tekomunikasi channels, Backup Strategy of
required supplies, personnel Backup Strategy, Site Recovery Strategy, Strategy Offsite libraries,
escalation procedures and activation, and Insurance.

Keywords: Business Continuity Plan, Sharing Vision Framework.

1. PENDAHULUAN
Business Continuity adalah kemampuan perusahaan jasa, khususnya workshop/service
perusahaan atau organisasi untuk dapat tetap station tidak menyadarinya [3]. Setidaknya,
melanjutkan proses bisnis yang kritikal dalam mengacu hasil survei Menurut Sharing Vision
situasi normal maupun gangguan/bencana. Para pada 2008 lalu yang menunjukkan bahwa baru
pelaku bisnis melakukan perencanaan Business 56% responden perusahaan yang pernah menguji
Continuity Plan agar dapat mengantisipasi sistem menyatakan baru 53% responden yang
bencana yang datang dengan tidak terduga. sudah menguji BCP mereka. Responden juga
Bencana bisa berupa apa saja yang menimbulkan merasa bahwa 78% sistem cadangan mereka baru
kerusakan atau kehilangan dalam jumlah besar. lengkap. Prihatinnya, responden sendiri tidak
Contoh dari bencana adalah banjir, gempa bumi, teguh betul untuk bertekad terus memelihara dan
kebakaran, demonstrasi merusak, dan lain melatih timnya dalam mengembangkan DRP
sebagainya. Akibat bencana yang datang sangat maupun BCP. Ini terlihat dari angka hanya 41%
cepat, tidak terduga dan tidak memiliki suatu responden yang ingin kembangkan BCP [7]. Masih
prosedur dalam menanggapinya, maka bisnis menurut Dimitri Mahayana, Chief Lembaga Riset
perusahaan akan kandas. Telematika Sharing Vision dalam bisnis.com
Posisi geografi Indonesia yang secara natural menyatakan di tengah posisi negara yang memiliki
memang rawan bencana setiap saat, banyak ancaman bencana setiap saat serta berkaca

1
Jurnal Informatika dan Bisnis
pengalaman yang sudah-sudah, kesadaran pelaku terutama Workshop-Workshop ATPM (Agen
bisnis BCP masih belum optimal, pelaku bisnis Tunggal Pemegang Merek).
sebenarnya tahu bahwa sistemnya belum lengkap, Tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui
sementara potensi bencana terus mengintai, tapi kondisi internal perusahaan dalam menghadapi
minat perusahaan menyiapkan sistem yang andal segala resiko yang ditimbulkan akibat bencana
masih rendah. Melihat situasi tersebut, Sharing alam atau yang lainnya yang mengakibatkan
Vision menilai wajar jika tidak kunjung muncul sistem terhenti berfungsi, Mengetahui dampak
perbaikan layanan dari satu bencana ke bencana resiko yang timbul akibat terjadinya bencana
lainnya. Sebab kedua sistem itu dinilai masih terhadap bisnis perusahaan, Menyusun strategi
sekadar sistem cadangan yang ada untuk syarat untuk mengatasi sistem yang terhenti akibat
formalitas. bencana.
Dalam survei lainnya yang dikemukakan Pada bagian berikutnya membahas teori
oleh Andrew Hiles FBCI, MBCS-Oxford, UK- yang menjadi dasar dalam perancangan BCP dan
Auditing Business Continuity : Global Best penelitian terdahulu tentang BCP dan
Practice menyatakan bahwa sebanyak 85% BCP penerapannya pada perusahaan jasa, metodologi
gagal diuji ketika pertama kali dan 50% BCP tidak penelitian yang digunakan, hasil analisa penelitian
pernah diuji sama sekali [7]. Pengujian terhadap dan pembahasan serta kesimpulan.
BCP harusnya menjadi prioritas utama bagi
perusahaan sehingga perusahaan dapat
meminimalisasi resiko dan kerugian jika terjadi 2. LANDASAN/KERANGKA
bencana. PEMIKIRAN
Pada penelitian ini akan dilakukan BCP didefinisikan sebagai perencanaan
perumusan BCP yang sesuai untuk PT.PAM yang yang berfokus mempertahankan kelangsungan
memiliki bidang usaha pada Workshop and Part fungsi – fungsi bisnis saat gangguan terjadi dan
shop (service station). Keberadaan Workshop setelahnya [7].
(service station) tentu saja tidak terlepas dari Kerangka kerja Business Continuitiy Plan
pertumbuhan penjualan kendaraan dan industri (BCP) sebagai kerangka kerja untuk merancang
otomotif di Indonesia, khususnya Jabodetabek. BCP bagi perusahaan terdiri dari beberapa tahap,
Selain itu pertumbuhan penjualan unit kendaraan yaitu : Risk Assessment (RA), Business Impact
bermotor khususnya roda empat mulai dari tahun Assessment (BIA), Strategy Plan, Procedure,
2009 sampai 2015 memiliki rata-rata pertumbuhan Testing, Audit, Training, dan Maintenance[7].
18% pertahunnya diyakini dengan persyaratan Berdasarkan tinjauan studi sebelumnya dan
pertumbuhan ekonomi minimal 5% dan harga untuk menemukan solusi dari masalah yang ada,
minyak stabil serta situasi politik di tanah air maka penelitian yang akan dilakukan dimulai dari
kondusif. menganalisis proses bisnis pada bagian Workshop
Untuk wilayah DKI Jakarta saja, dan Part shop (service station) PT.PAM untuk
berdasarkan data dari Polda Metro Jaya yang menemukan masalah dan membandingkannya
diumumkan oleh Komisi Kepolisian Indonesia dengan peluang yang ada untuk selanjutnya
bahwa jumlah kendaraan yang terdaftar untuk dilakukan dengan pendekatan strategy plan
wilayah DKI Jakarta dengan jumlah penduduk Sharing Vision dan kemudian menentukan strategi
8.513.385 Jiwa sampai akhir Maret 2009 adalah pengembangan yang melibatkan analisis resiko,
9.993.867 Unit kendaraan yang terdiri dari analisis dampak bisnis, dan perumusan strategi
7.084.753 unit sepeda motor dan 2.909.114 unit yang cocok untuk menjawab masalah yang
mobil dan kendaraan khusus [3]. Data tersebut dihadapi PT.PAM, selanjutnya untuk membuat
diatas belum termasuk kendaraan milik rancangan BCP yang sesuai dengan kebutuhan
TNI/POLRI, dari data tersebut jelas adanya trend PT.PAM, penulis melakukan wawancara, diskusi,
industri dan pertumbuhan kendaraan yang dan kuiesioner kepada Manajer TI PT.PAM,
meningkat pesat dan bisa dijadikan peluang bisnis selanjutnya dilakukan proses implementasi dan
perWorkshopan dan suku cadang kendaraan secara bertahap dilakukan pengukuran sebagai
(service station) yang memiliki segmen khusus review agar hasil yang di dapat sesuai dengan
dan potensial. Untuk itu perlu dilakukan harapan dan tujuan BCP PT.PAM.
peningkatan kualitas pelayanan jasa dan barang Sebagai hasil dari rancangan BCP maka
yang dijual ke konsumen kendaraan bermotor guna disusunlah rumusan Risk Assessment, Business
mengantisipasi persaingan antar Workshop Impact Assessment, dan Strategy Plan yang sesuai
dengan kebutuhan PT.PAM

2
Jurnal Informatika dan Bisnis
seleksi strategi, tahap rencana persiapan,
pengujian, dan pemeliharaan.
Masalah Peluang c. Kusmayadi [4] (2009) melakukan
Ketergantungan Resiko dpt diketahui
Teknologi Fault Tolerant (Pengalihan
penelitian Perancangan BCP studi kasus PT.X
terhadap TI utk dgn cara
proses bisnis sangat mengantisipasi Teknologi) dibuat dengan menggunakan framework
tinggi resiko yg terjadi
Business Continuity dan Disaster Recovery
dari Sharing Vision serta berpedoman pada
Approach Strategy Plan Developement kepada penerapan manajemen resiko dalam
Analisis
penggunaan teknologi informasi yang
Analisis Perumusan
Strategy Plan Sharing Vision
Resiko
Dampak
Bisnis
Strategi ditetapkan Bank Indonesia No.9/15/PBI/2007
yang telah disesuaikan dengan nature bisnis
perusahaan khususnya untuk penetapan
Implementasi
Pengukuran definisi dan syarat minimal yang harus tersedia
Business Contingency Plan Review
dalam sebuah dokumen BCP [1]. Templete-
templete pada penelitian sebelumnya dapat
digunakan dalam mengeksekusi tiap langkah
Hasil penyusunan BCP di PT.X[4].
d. Selain itu bisa sebagai pembanding dan
Business Impact
Risk Assessment
Assessment
Strategy Plan
acuan dapat dilihat pada contoh output BCP
diantaranya berupa dokumen dari penelitian
pembentukan kerangka kerja BCP pada Bank
X (Slamet, 2004) dan kajian dan analisis BCP
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian BCP
studi kasus pada PT. Bank XYZ [1].
Beberapa pekerjaan terdahulu yang
3. METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan oleh beberapa peneliti terkait dengan
Penelitian yang dilakukan bersifat
perancangan BCP dan penerapannya pada
kualitatif. Pola yang dilakukan mengikuti
perusahaan jasa adalah:
framework Sharing Vision. Penelitian diawali
a. Cahyadi [2] (2006) melakukan penelitian
dengan mengumpulkan data-data pendahuluan
Business Continuity Plan Berdasarkan
yang diperlukan, data tersebut diperoleh dari
Kuantifikasi Nilai Ekonomis Sistem Aplikasi
dokumen internal perusahaan seperti kebijakan
Pada Industri Penerbangan : Studi Kasus Pada
perusahaan, struktur organisasi, SOP, infrastruktur
PT. Garuda Indonesia. Tujuan dalam
TI, dan dokumentasi bencana yang pernah ada.
penelitian tersebut adalah menganalisa
Data internal perusahaan tersebut kemudian
pendekatan dalam mengkuantifikasi nilai
digunakan sebagai bahan inputan dalam
ekonomis yang timbul akibat kegagalan atau
menentukan ruang lingkup pada perancangan BCP
tidak berfungsinya suatu sistem aplikasi TI
yang akan dilakukan. Kemudian setelah ruang
sebagai dasar dalam melakukan evaluasi dan
lingkup penelitian di tetapkan maka dilakukan
pengukuran investasi TI yang diharapkan
pengumpulan data-data kemungkinan ancaman
dapat digunakan sebagai bagian dari
dan peluang potensi terjadinya bencana, baik dari
implementasi BCP. Penelitian tersebut telah
sumber internal maupun dari sumber eksternal
mengkuantifikasi nilai manfaat tangible
perusahaan, kemudian data tersebut digunakan
maupun intangible dari sistem aplikasi untuk
sebagai inputan dalam proses identifikasi
mengetahui kerugian bisnis dan potensi biaya
kemungkinan dan potensi ancaman terhadap
yang akan timbul bila sistem tidak berfungsi
perusahaan. Selanjutnya dalam proses analisa Risk
serta biaya untuk mengimplementasikan
Assessment yang akan menghasilkan matriks Risk
alternatif-alternatif pendekatan BCP.
Assessment dan untuk selanjutnya kemudian
b. Slamet [6] (2004) dan Novianto [5]
dilakukan pengumpulan data untuk di proses
(2006) melakukan penelitian Kerangka kerja
dalam Business Impact Assessment malalui
yang terbukti lebih teruji adalah menggunakan
kuesioner, wawancara, atau diskusi oleh Manajer
Price Waterhouse System Management
TI PT.PAM. Berdasarkan hasil Risk Assessment
Methodology, PWSMM+ terdiri dari tiga
dan Business Impact Assessment tersebut, maka
tahap utama, tiap tahap dibagi dalam beberapa
dilakukan pencarian alternative dan pemilihan
fase, yaitu: tahap analisa dampak bisnis, tahap
rencana strategi BCP yang menjadi acuan pokok

3
Jurnal Informatika dan Bisnis
dalam penyusunan dokumen BCP, selanjutnya Permasalahan hardware meliputi masalah-
dapat dilihat Gambar 2. masalah hardware pada server, PC, printer
dotmatriks, printer laser, mesin photo copy ,
scanner, dan utility failure, untuk jenis
Tahap I 1.Identifikasi Proses Bisnis kerusakan-kerusakan yang terjadi pada Wokshop
2.Identifikasi Kondisi SI/TI
Analisis Resiko 3.Identifikasi & Penentuan Resiko dan Part shop di sesuaikan dengan BCP PT.PAM.
Pada Tabel 1. Hasil Akhir Risk Assessment
menjelaskan proses bisnis yang menduduki
1.Menganalisis dampak kritikal peringkat dan mempengaruhi hasil akhir penilaian
Tahap II
Perumusan Matriks BIA
proses bisnis kualitatif (operasional)
dan kuantitatif (keuangan)
resiko proses bisnis utama (Risk Assessment) pada
2.Menentukan formula parameter layanan workshop dan part shop. Peringkat
nilai efek & nilai MAOT
tertinggi berada pada gempa bumi, kebakaran,
hacker, dan banjir dan tingkat terendah berada
Mendefinisikan alternatif strategi
Tahap III antisipasi ancaman/bencana pada mogok, huru-hara dan utility failure.
Perumusan Strategy Plan berdasarkan RA, BIA dan daya
dukung TI perusahaan
Selanjutnya data rinciannya dapat di lihat pada
Tabel 1.
Dari tahapan Risk Assessment dapat
Tahap IV Mengevaluasi tahap I, II, III dan diketahui secara keseluruhan dampak peringkat
memastikan kebutuhan BCP
Review PT.PAM
potensi gangguan/bencana terhadap layanan
Workshop dan Part shop pada PT.TAM seperti
yang terlihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2. sangat
jelas terlihat peringkat tertinggi berpotensi peluang
Gambar 2. Tahapan Penelitian ancaman pada gempa bumi, kebakaran, hacker
attack dengan demikian diharapkan setiap strategi
BCP harus lebih efektif menanggulangi potensi
gangguan/bencana sesuai rating. Berdasarkan
4. HASIL PENELITIAN DAN pemaparan Peringkat Dampak Potensi
PEMBAHASAN Gangguan/Bencana terhadap Layanan Workshop
Berdasarkan studi dokumen dan hasil dan Part shop PT.PAM tersebut BCP tidak
wawancara mendalam diperoleh data tentang terpengaruh jika terjadi ancaman mogok dan
proses bisnis, kondisi SI/TI dan analisis resiko supplier failure.
pada PT.PAM maka segera dirumuskan Risk
Assessment, Bisnis Impact Assessment, dan Tabel 1. Hasil Akhir Risk Asseessment.
Strategy Plan.

4.1. Risk Assessment


Pada Risk Assessment dilakukan
identifikasi kemungkinan gangguan/bencana yang
disusun berdasarkan dokumen tanggap darurat
PT.PAM dikombinasikan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya, sementara daftar proses
bisnis di peroleh dari analisa SOP (Standard
Operating Procedure) perusahaan yang berkaitan
dengan layanan Workshop dan Part shop.
Gempa bumi, kebakaran, ancaman bom,
keracunan bahan beracun berbahaya (B3), dan
utility failure diperoleh dari dokumen tanggap
keadaan darurat. Sementara resiko TI failure yang
ada pada dokumen tersebut dikembangkan
menjadi software problem, hardware problem,
telecom poblem, electric supply problem, dan
hacker attack. Kemudian ditambahkan
kemungkinan ancaman bencana banjir, huru-hara,
dan mogok dari penelitian sebelumnya (Novianto,
2004).

4
Jurnal Informatika dan Bisnis

Tabel 2. Peringkat Dampak Potensi Gangguan - pelanggan, Menyimpan data kerusakan kendaraan,
Bencana Terhadap Layanan Workshop Menyimpan data perbaikan yang dilakukan oleh
dan Part shop PT.PAM mekanik, dan Menerima pembayaran dari
pelanggan. Hal ini menunjukkan setiap proses
pada layanan Workshop dan Part Shop PT.PAM
memiliki hubungan ketergantungan yang cukup
kuat.

Tabel 3. Matriks Business Impact Assessment

4.2. Business Impact Assessment


Pada penelitian ini mengguanakan efek
level adalah 1 (aspek minor pada organisasi,
severity 10); 2 (aspek moderat pada satu unit,
severity 25); 3 (aspek moderat pada organisasi atau
banyak unit, severity 60); 4 (aspek catastrophic Selanjutnya pada Tabel 4. Menjelaskan skala
pada satu unit, severity 80); 5 (aspek catastrophic waktu target pemulihan proses bisnis di workshop
pada seluruh organisasi, severity 100). Selanjutnya dan partshop. Tabel 4. Terperinci beberapa proses
dilakukan identifikasi Maximum Acceptable bisnis meskipun digolongkan sebagai tingkat
Outage Time (MAOT) atau durasi waktu kritikal high (Menerima dan Mengumpulkan data
maksimum pemberhentian operasi sebelum pelanggan service, Menerima dan Mengumpulkan
mempengaruhi operasional atau menimbulkan data pelanggan asuransi, Mencatat dan
dampak yang tidak bisa diatasi untuk tiap proses Menganalisis keluhan dan kerusakan Kendaraan
bisnis. Pengklasifikasian MAOT yang Pelanggan, Menyimpan data kerusakan kendaraan,
dipergunakan adalah 1,0 (MAOT<2 hari); 0,8 ( Menyimpan data perbaikan yang dilakukan oleh
3≤MAOT<6 hari); 0,6 ( 6≤MAOT<11 hari); 0,3 mekanik, Menerima pembayaran dari pelanggan,
(11≤MAOT<14 hari); 0,1 (MAOT≥ 14 hari). dan proses melakukan pembelian dan penerimaan
Kendala yang dihadapi selalu ada pada suku cadang), dapat ditempatkan pada alokasi
saat penentuan level, tetapi melalui kesepakatan, waktu pemulihan kurang dari 4 jam karena dapat
maka kategori kritikal dari setiap proses bisnis ditandai dengan proses manual. Sedangkan untuk
pada layanan Workshop (service station) pada proses bisnis Proses membuat laporan bengkel,
penelitian ini adalah seperti pada tampilan pada Proses merawat inventori dan Proses membuat
matriks Business Impact Assessment (BIA) pada laporan suku cadang digolongkan pada tingkat
Tabel 3. kritikal low.
Pada Tabel 3. bertujuan untuk mengetahui tingkat
kritikal dari setiap proses bisnis. Dari tampilan
tersebut nampak sebagian besar proses bisnis
berada pada kategori high dan moderat, yaitu
proses Menerima dan Mengumpulkan data
pelanggan service, Menerima dan Mengumpulkan
data pelanggan asuransi, Mencatat dan
Menganalisis keluhan dan kerusakan kendaraan

5
Jurnal Informatika dan Bisnis
Jika jangka pendek (sort term) apabila perkiraan
Tabel 4. Skala Waktu Target Pemulihan lama bencana akan terjadi antara 0 sampai 7 hari,
Jika jangka panjang (long term) apabila
perkiraan lama bencana akan terjadi >7 hari,
kemudian dilakukan inventarisasi kebutuhan
sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan
proses bisnis tersebut selama periode bencana.
Dalam penelitian ini hanya dilakukan
identifikasi kebutuhan sumber daya jangka
pendek. Identifikasi kebutuhan sumber daya
jangka panjang tidak dilakukan dengan asumsi
pada proses layanan Workshop (service station)
dan Parshop PT.PAM apabila terjadi bencana
dalam waktu cukup lama maka proses diundur atau
dilakukan pencatatan secara manual. Selain itu
pada Tabel 5 terlihat hasil identifikasi sumber data
minimum yang harus dipenuhi pada saat melayani
pelanggan pada saat kritikal. Terlihat pada saat
proses kritikal layanan workshop sumber daya
minimum yang harus ada adalah PC, Vital Record,
dan Desk, tetapi pada proses melakukan pembelian
dan penerimaan suku cadang supplies diperlukan.
Sedangkan untuk printer, fax, phone tidak harus
Mengacu pada penelitian terdahulu, maka analisis selalu ada, kemudian untuk suplies dan other tidak
kebutuhan sumber daya minimum bisa dibedakan diperlukan.
dalam dua kondisi bencana/gangguan berdasarkan
asumsi lamanya penelitian bencana akan terjadi.

Tabel 5. Identifikasi Kebutuhan Sumber Daya Minimum

6
Jurnal Informatika dan Bisnis

4.3. Rekomendasi e. Strategi Backup of Required Supplies


Untuk mengurangi resiko kerugian yang semua persediaan yang diperlukan untuk
disebabkan bencana alam maka rekomendasi yang kelanjutan kegiatan normal dalam upaya
diusulkan pada PT. PAM adalah : pemulihan. Termasuk SOP lengkap terkini
a. Strategi Backup Hardware yang dapat digunakan sebagai panduan bagi
potensi gangguan bencana pada gempa bumi, contact person pengganti disaat pemulihan.
kebakaran, serangan hacker, banjir, ancaman Meskipun potensi kegagalan proses akibat
bom, secara langsung yang dapat ketidaktersediaan supplies pada kondisi
mengakibatkan masalah pada hardware dapat normal selama ini tidak pernah terjadi.
diantisipasi dengan melakukan perjanjian Namun Strategi Backup of Required Supplies
dengan vendor dalam hal pengadaan harus tetap dilakukan untuk antisipasi kondisi
hardware, menggunakan hardware yang yang tidak diinginkan.
umum dipakai, dengan konsekuensi peralatan f. Strategi Backup personel
harus di update secara berkala agar tetap Ketersediaan personel/staf kunci dapat
uptodate dengan perkembangan hardware, menghambat kualitas layanan yang diberikan.
dan Software juga harus dikelola dengan baik Sementara potensi ancaman/bencana terhadap
agar kompatibel dengan hardware yang personel cukup banyak seperti gempa bumi,
digunakan oleh proses bisnis yang kritikal. ancaman bom, kebakaran, banjir, kebocoran
b. Strategi Backup Electricity Supply gas berbahaya/kecelakaan, penyakit, mogok,
Potensi terhentinya layanan yang diakibatkan huru-hara dan mogok. Untuk mengatasi hal
terhentinya alat-alat akibat ketidaktersediaan tersebut maka strategi backup personel perlu
pasokan listrik, dapat diantisipasi dengan dijalankan yaitu dengan kebijakan tiap jenis
penggunaan UPS (Uninterupted Power pekerjaan minimal memiliki seorang backup
Supply), terutama untuk alat-alat elektronik personel serta dibuatkan daftar telepon
yang digunakan oleh proses kritikal. backup personel tersebut agar dapat
Sementara itu yang lain bisa juga digunakan dihubungi ketika terjadi bencana.
genset. g. Strategi Recovery Site
c. Strategi Backup Data Empat jenis recovery site yang dapat
Setiap server database di PT.PAM minimal diterapkan pada BCP, yaitu: tempat
memiliki harddisk redundant untuk berkumpul yang digunakan karyawan saat
memastikan data di server tersebut aman. terjadi bencana sebaiknya tidak perlu terlalu
Backup terhadap data transaksional dapat jauh dari original facility tetapi cukup aman,
dilakukan harian setiap jam 3 dinihari., dari tempat ini ditentukan tahap recovery
PT.PAM juga telah memiliki perjanjian selanjutnya (assembly location), tempat untuk
Collocation dengan pihak ketiga. File-file kontrol aktifitas recovery yang dilakukan
backup rutin di transfer ke Server tempat ini dilengkapi dengan fasilitas
Collocation. komunikasi yang sebaiknya berdekatan atau
d. Strategi Backup Saluran Telekomunikasi satu lokasi dengan user recovery site
infrastruktur telekomunikasi untuk (command center), tempat dimana karyawan
mendukung layanan Workshop dan Part shop melakukan kegiatan selama terjadi bencana
di PT.PAM menggunakan strategi alternative yang memiliki ruang, fasilitas, dan minimum
routing. Jalur komunikasi yang diperlukan konfigurasi sesuai dengan kebutuhan proses
untuk proses workshop kritikal yaitu yang bisnis. Sebaiknya berlokasi terpisah dan
berada pada kantor pusat dan gateway telah memiliki fasilitas yang independent di lokasi
menggunakan jalur frame relay yang secara utama (user recovery site), dan dapat berupa
fisik memiliki dua link dan menggunakan dua hot site, cold site, mobile site, atau
media yang berbeda yaitu fiber optic dan repriprocal aggreement, PT.PAM dapat
BWA (Broadband Wirelless Access). Kedua menggunakan kantor cabang terdekat untuk
link tersebut saling membackup satu sama tempat recovery site (computer recovery site).
lain, sehingga apabila jalur fiber optic h. Strategi Offsite libraries
bermasalah, link otomatis langsung melewati Value record seperti SOP, dokumentasi
jalur BWA yang ada. Kecuali link ke ATPM sistem dan program, prosedur khusus,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab ATPM duplikat dokumen atau laporan yang
yang bersangkutan. dibutuhkan untuk keperluan auditing, analisis,

7
Jurnal Informatika dan Bisnis
legal, atau klaim asuransi, serta duplikat bidang BCP di industri otomotif khususnya
dokumen BCP itu sendiri harus disimpan perbengkelan (workshop/service station) dari
dalam satu atau lebih Offsite Libraries untuk mulai strategi dalam menghadapi bencana
keperluan backup. sampai proses pemulihan yang mempunyai
i. Prosedur Eskalasi dan Aktifasi bentuk tersendiri.
Strategi mitigasi yang diterapkan ditopang
dengan prosedur dan adaptasi untuk
membiasakan karyawan agar mengetahui 5. KESIMPULAN
bagaimana proses evakuasi dan eskalasi Dari analisis berdasarkan berbagai data
apabila terjadi bencana. yang didapat, maka analisis atas dampak
j. Insurance gangguan/bencana terhadap perusahaan dibuat
Proteksi asset perusahaan terdapat beberapa berdasarkan tingkat kerusakan (impact to business)
cakupan asuransi yang dapat dipergunakan dan kemungkinan terjadinya (likelihood of their
seperti asuransi fasilitas dan peralatan sistem occurance). Pada hasil akhir Risk Assessment
informasi, media (software) reconstruction, menjelaskan proses bisnis yang menduduki
extra expense, business interruption, valuable peringkat dan mempengaruhi hasil akhir penilaian
paper and record, kesalahan dan kelalaian resiko proses bisnis utama (Risk Assessment) pada
dan media transparantation. layanan workshop dan part shop. Peringkat
tertinggi berada pada gempa bumi, kebakaran,
4.4. Implikasi Penelitian hacker, dan banjir dan tingkat terendah berada
1. Implikasi penelitian pada Manajerial adalah : pada mogok, huru-hara dan utility failure.
a. Pembentukan Tim Kerja BCP harus Peringkat Dampak Potensi gangguan
secara formal dan terdapat job description, /bencana terhadap layanan Workshop dan Part
reward and funishment harus jelas. Shop sangat jelas terlihat peringkat tertinggi
b. BCP membuka kesadaran dan berpotensi peluang ancaman pada gempa bumi,
pengetahuan manajerial dalam pentingnya kebakaran, hacker attack dengan demikian
keselamatan dan kelanjutan proses bisnis diharapkan setiap strategi BCP harus lebih efektif
setelah terjadinya bencana secara menanggulangi potensi gangguan/bencana sesuai
terencana dan terarah. rating. Berdasarkan pemaparan Peringkat Dampak
c. Manajemen mempertimbangan kesiapan Potensi Gangguan/Bencana terhadap Layanan
dan kemampuan dalam menghadapi segala Workshop dan Part shop PT.PAM tersebut BCP
kemungkinan bencana yang terjadi untuk tidak terpengaruh jika terjadi ancaman mogok dan
meminimalkan dampak kerugian dan supplier failure.
percepatan pemulihan bisnis. Untuk menentukan tingkat kritikal, maka
2. Implikasi penelitian pada Sistem adalah : tiap proses bisnis ditentukan tingkat dampak yang
a. BCP dibuat lebih detil terutama dalam ditimbulkan jika layanan terhenti (severity of
hal prosedur, testing, dan maintenance impact). Dari hasil BIA sebagian besar proses
sehingga BCP dapat di evaluasi bisnis berada pada kategori high dan moderat,
dikemudian hari. yaitu proses Menerima dan Mengumpulkan data
b. Dibuat biaya tambahan karena pelanggan service, Menerima dan Mengumpulkan
menggunakan peralatan cadangan, contoh : data pelanggan asuransi, Mencatat dan
backup data server, tetapi bila Menganalisis keluhan dan kerusakan kendaraan
dibandingkan dengan benefitnya yang pelanggan, Menyimpan data kerusakan kendaraan,
sangat tinggi maka biaya tersebut menjadi Menyimpan data perbaikan yang dilakukan oleh
murah/low cost. mekanik, dan Menerima pembayaran dari
c. BCP memiliki dampak terhadap sistem pelanggan. Hal ini menunjukkan setiap proses
yaitu dengan dilengkapinya sistem dengan pada layanan Workshop dan Part Shop PT.PAM
peralatan dan infrastruktuktur yang memiliki hubungan ketergantungan yang cukup
mendukung kesehatan, keamanan dan kuat.
keselamatan kerja. Sistem mempunyai Disamping itu perlu ditentukan target
perencanaan pemulihan yang jelas dan waktu pemulihan beberapa proses bisnis
dapat dilaksanakan oleh semua bagian meskipun digolongkan sebagai tingkat kritikal
dengan baik dan benar. high (Menerima dan Mengumpulkan data
3. Implikasi penelitian pada bidang ilmu adalah pelanggan service, Menerima dan Mengumpulkan
untuk menambah pustaka keilmuan dalam data pelanggan asuransi, Mencatat dan

8
Jurnal Informatika dan Bisnis
Menganalisis keluhan dan kerusakan Kendaraan failure, kebeocoran B3, huru-hara, utility failure,
Pelanggan, Menyimpan data kerusakan kendaraan, dan mogok.
Menyimpan data perbaikan yang dilakukan oleh
mekanik, Menerima pembayaran dari pelanggan, 6. DAFTAR PUSTAKA
dan proses melakukan pembelian dan penerimaan
suku cadang), dapat ditempatkan pada alokasi [1] Bank Indonesia. (2007). Pedoman Penerapan
waktu pemulihan kurang dari 4 jam karena dapat Manajemen Resiko dalam Penggunaan NO.
ditandai dengan proses manual. Sedangkan untuk 9/15/PBI/2007.
proses bisnis Proses membuat laporan bengkel, [2] Cahyadi, Edi. (2006). Kajian Business
Proses merawat inventori dan Proses membuat Continuity Plan Berdasarkan Kualifikasi Nilai
laporan suku cadang digolongkan pada tingkat Ekonomis Sistem Aplikasi Pada Industri
kritikal low. Untuk menunjang proses BIA Penerbangan GIA. Laporan Proyek Akhir
diperlukan sumber daya minimum yang Program Magister Teknologi Informasi,
dibutuhkan pada saat melayani pelanggan pada Fasilkom, Universitas Indonesia. Tidak
saat kritikal. Terlihat pada saat proses kritikal diterbitkan.
layanan workshop sumber daya minimum yang [3] Komisi Kepolisian Indonesia. (2009, August
harus ada adalah PC, Vital Record, dan Desk, 5). Jumlah Kendaraan Sampai dengan Maret
tetapi pada proses melakukan pembelian dan 2009. February 27, 2010.
penerimaan suku cadang supplies diperlukan. http://www.komisikepolisianindonesia.com
Sedangkan untuk printer, fax, phone tidak harus /main.php?page=artikle&id=1187
selalu ada, kemudian untuk suplies dan other tidak [4] Kusmayadi. (2010). Perancangan Business
diperlukan. Continuity Plan : Studi Kasus PT. X Laporan
Ada Sepuluh tahap strategy plan alternatif Proyek Akhir Program Magister Teknologi
strategi mitigasi (peringatan) yang di sesuaikan Informasi, Fasilkom, Universitas Indonesia.
dengan hasil Risk Assessment dan Business Impact Tidak diterbitkan.
Assessment proses layanan Workshop dan Part [5] Novianto, Sandra. (2006). Kajian dan Analisis
Shop PT. PAM, yaitu : Strategi Backup Business Continuity Plan pada Bank XYZ.
Hardware, Strategi Backup electricity supply, Laporan Proyek Akhir Program Magister
Strategi Backup data, Strategi Backup saluran Teknologi Informasi, Fasilkom, Universitas
tekomunikasi, Strategi Backup of required Indonesia. Tidak diterbitkan.
supplies, Strategi Backup personnel, Strategi [6] Slamet, K. (2004). Pembentukan Kerangka
Recovery site, Strategy Offsite libraries, Prosedur Kerja Business Continuity Plan pada Bank
eskalasi dan aktifasi, Insurance. Dari sepuluh Ritel X. Laporan Proyek Akhir Program
strategi seleksi pada layanan Workshop dan Part Magister Teknologi Informasi, Fasilkom,
Shop sangat mungkin dapat terancam lima belas Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan.
macam bencana. Dari ke lima belas ancaman [7] Sharing Vision, (2008). Business Continuity
potensial dari urutan tertinggi ke terendah yaitu : and Disaster Recovery Trend and Issue in
gempa bumi, kebakaran, serangan hacker, banjir, Indonesia 2008. Materi Workshop Sharing
ancaman bom, software problem, hardware Vision,Bandung.
problem, telecom problem, electricity supply http://www.sharingvision.biz.
problem, penyakit berbahaya/kecelakan, supplier

You might also like