You are on page 1of 46

MODUL PEMODELAN

MATEMATIS 2018

Picture from: https://www.123rf.com/photo_17350280_children-and-computer.html

Name/NIM: 1. SATRIO WAHYUDI 16/395218/TK/44510


2. SUKSMA SOTYA P 16/395220/TK/44512
3. TEUKU AGAM CPSA 16/395221/TK/44513

Disusun oleh:
Muhammad Mufti Azis, Ph.D
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UGM
2018
Course: 1. Course code and number of credits : TKK 3150 (3 credit units)
Mathematical 2. Prerequisites:
modeling Numerical Methods (TKK 2243) and Computation Laboratory Work (TKK 2244)
3. Aim:
Ability to formulate mathematical equations to model chemical engineering phenomena
based on fundamental concepts of chemical engineering and also to solve the formulated
equations by computer programming

4. Learning Outcome: After successfully finishing this course, students are able
Level of Bloom Taxonomy
No Learning Outcome 1 2 3 4 5 6
1 To formulate mathematical models in the form of √
ordinary differential equations for time-dependent,
position-dependent systems as well as homogenous
and heterogeneous, isothermal and non-isothermal
systems
2. To formulate mathematical models in the form of √
partial differential equations for homogenous and
heterogeneous systems
3. To solve the formulated models by utilizing modern √
computational tools
4. To interpret calculation results in written reports √
5. To recognize mathematical models for phenomena √
involving uncertainties
5. Topics
a. Review on chemical engineering tools.
b. Mathematical models for time-dependent, position-dependent, time and position
dependent phenomena.
c. Formulation of simultaneous ordinary differential equations.
d. Mathematical models for processes in series, for example: simultaneous mass transfer
and chemical reaction.
e. Mathematical models for phenomena involving uncertainty

Source: picture was taken from google

1
THEORY OF FINITE DIFFERENCE APPROXIMATION & METHOD OF LINES
FOR PDE
1. Approximation for first derivative

forward
df f ( x  x)  f ( x)
 first order error
dx x
df  f ( x  2x)  4 f ( x  x)  3 f ( x)
 second order error
dx 2x

backward
df f ( x)  f ( x  x)
 first order error
dx x
df 3 f ( x)  4 f ( x  x)  f ( x  2x)
 second order error
dx 2x

centered
df f ( x  x)  f ( x  x)
 centered
dx 2x

2. Approximation for second order derivative

d2 f f ( x  x)  2 f ( x)  f ( x  x)
 centered
dx 2
x 2
3. Method of lines

• Method of lines is a numerical method to solve partial differential equation (PDE)


• Introduction of FDA to the highest order derivative in the PDE
• One PDE is converted into many ODEs
4. Example of MOL:

 2T 1 T

x 2  t

The x space is divided into N pieces of increment with a length of x each. The highest order of
derivative in the PDE is approached with FDA.

At point i, the PDE will be converted into ODE


Ti 1  2Ti  Ti 1 1 dTi

x 2  dt

dTi T  2Ti  Ti 1
  i 1
dt x 2

2
Latihan 1 Pemodelan transfer panas dalam sirkular fin
Suatu sirkular fin berjari-jari Rout, tebal b, melekat pada pipa berjari-jari Rin. Suhu permukaan luar
pipa Ts, sedangkan suhu udara Tu. Konduktivitas panas bahan fin k, koefisien perpindahan panas
antara permukaan fin dan udara h. Karena fin cukup tipis, gradien suhu dalam fin ke arah aksial
diabaikan.

https://www.syvum.com/cgi/online/serve.cgi/eng/heat/heat1003.html

Tentukan distribusi suhu fin dalam keadaan steady (T=f(r)) !


Data-data yang diketahui (semua satuan sudah dianggap sesuai):
k = 5e-1 Rin= 3 B= 2e-1 Ts= 400
h = 7e-3 Rout= 11 Tu=30

Latihan 2 Pemodelan Transfer Panas Unsteady-State pada Batang Silinder di Udara


(Penerapan FDA dan ODE)

Suatu batang silinder memilik panjang L dan diameter D salah satu ujungnya menempel pada
dinding panas bersuhu Ts. Suhu udara tetap Tu. Koefisien perpindahan panas antara
permukaan batang-udara h. Diameter batang cukup kecil sehingga gradien suhu arah radial
dapat diabaikan. Batang terbuat dari bahan yang memiliki kapasitas panas Cp, densitas  dan
konduktivitas panas k.
Diketahui
k=2e-1 cal/s/cm/C D=1 cm Ts=400C rho=2,7 g/cc Nz=50
2
h=7e-4 cal/s/cm /C L=20 cm Tu=30C Cp=2e-1 cal/g/C tspan=[0:1:500]
Susunlah persamaan matematika yang dapat menggambarkan distribusi suhu dalam batang
secara aksial pada berbagai waktu (unsteady state)! Selesaikan persamaan tersebut dan
gambarkan distribusi suhu yang Saudara peroleh dengan imagesc.

Latihan 3 Pemodelan Transfer Panas pada Slab Tipis dengan PD Parsial (penerapan FDA
dengan ODE)
Suatu padatan bentuk slab, tebal 2L dan permukaan cukup luas, mula-mula bersuhu T0. Mulai suatu
saat, padatan didinginkan dengan cara dicelupkan ke dalam cairan bersuhu tetap Tf. Koefisien
perpindahan panas permukaan padatan-cairan h. Jika padatan memiliki kapasitas panas Cp, densitas 
dan konduktivitas panas k, susun dan selesaikanlah persamaan matematis yang dapat digunakan
untuk menentukan distribusi suhu di dalam padatan setiap saat.

3
Data :
T0=200+273;%K L=2e-1;% m h=250;% W/(m2.K) Cp=450;%J/(kg.K) tspan=linspace(0,400,401);
Tu=30 + 273 ;%K k=40 ;%W/(m.K) rho=1500;% kg/m3 Nz=51;% titik;

Latihan 4 Pemodelan Transfer Panas pada Bola (penerapan FDA dengan ODE)

Sebuah bola berjari-jari R mula-mula bersuhu T0. Mulai suatu saat, bola tersebut didinginkan dengan
cara dicelupkan ke dalam cairan bersuhu tetap Tf. Koefisien perpindahan panas padatan bola-cairan h
k
dan material bola memiliki nilai difusivitas thermal α dimana   . Saudara diminta untuk
  Cp
menyelesaikan persaman matematis yang menggambarkan distribusi suhu di dalam padatan tiap saat
dan posisi. Jalankan simulasi Saudara untuk memperoleh distribusi suhu bola pada berbagai posisi dan
waktu! Gambarkan suhu di berbagai posisi dan waktu dengan imagesc!

Untuk perhitungan, gunakan data-data berikut (semua satuan dianggap sudah sesuai):
R=1; tspan=linspace(0,200,51)'; h=1; Tf=30;
Nr=40; T0=400; k=1; alfa=1e-3

Latihan 5 Pemodelan Unsteady-State Transfer Massa dan Reaksi pada Katalis Silinder
(penerapan FDA dengan ODE)

Reaksi heterogen A→Produk terjadi dalam katalisator padat berbentuk silinder berjari-jari R dengan
laju reaksi : rA  k  C A dengan satuan mol/ volum / waktu.
Difusivitas efektif A di dalam katalis diketahui sebesar De. Bila konsentrasi A fasa gas di permukaan
luar katalis konstan sebesar CA0, tentukan distribusi konsentrasi A (CA) di dalam katalis pada berbagai
waktu. Data untuk perhitungan adalah sebagai berikut (semua satuan dianggap telah sesuai satuan
SI):
CA0=2 R=1e-1 k=1e-2
Nr=50 Da=4e-5 tspan=linspace(0,200,201);

Latihan 6 Adsorpsi Gas Buang A dengan Kolom Penjerap (penerapan FDA dengan ODE)
Gas buang mengandung polutan A akan dikurangi kadarnya dengan cara dilewatkan suatu kolom
dengan panjang L yang berisi tumpukan butir penjerap. Aliran gas masuk kolom berkonsentrasi Ca0.
Kesetimbangan antara konsentrasi A di gas dan di penjerap dinyatakan dengan hubungan :
𝑋𝐴 = 𝐻 × 𝐶𝐴
Dengan XA adalah konsentrasi A di padatan penjerap. Porositas campuran butir penjerap εb. Ingin
disusun persamaan matematis yang dapat digunakan untuk menentukan distribusi konsentrasi A di
gas (CA) dan di penjerap (XA) sepanjang kolom setiap saat.
Gunakan data-data berikut untuk simulasi (semua satuan dianggap sudah sesuai):
L=3; eps=0.5; a=10;
Nz=50; Da=7e-3; H=0.5;
dz=L./(Nz-1); kc=1; tspan=linspace(0,500,51)';
Ca0=1; U=1e-2; Cinit=zeros(1,2.*Nz);

4
Latihan 7 Pemodelan Transfer Massa pada Reaktive Falling Film (penerapan FDA
dengan ODE)
Cairan yang mengandung bahan A mengalir secara vertikal karena gravitasi pada suatu permukaan
padat membentuk suatu lapisan film setebal . Padatan mengandung bahan B yang larut dalam cairan.
Cairan di dekat permukaan padat dianggap selalu jenuh dengan B (CBs). Di dalam cairan A dan B
bereaksi menurut persamaan A+ 2B  Produk
Dengan laju reaksi
rA  k  CA  CB dengan satuan mol/volum/waktu
Aliran cairan arah y dianggap laminer mengikuti persamaan (dengan x jarak dari permukaan padatan).
𝜌𝑔𝛿 𝑥2
𝑣𝑦 = (𝑥 − )
𝜇 2𝛿
Ingin disusun persamaan matematis yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi A dan B
dalam cairan yang mengalir pada berbagai posisi pada keadaan steady-state.
Untuk perhitungan, gunakan data-data berikut (semua satuan dianggap sudah sesuai):
nx = 50; k = 1e-1; CBs = 2e-1;
rho = 1; DA = 3e-5; CAin = 1e-1;
g = 1e3; DB= 4e-5; ny=41;
delta = 3e-2; miu = 1e-2; L=2e2;
Jalankan simulasi yang menggambarkan konsentrasi A dan B pada berbagai posisi x dan y! Gambarkan
konsentrasi A dan B di berbagai posisi dengan imagesc!.

Latihan 8. Pemodelan reactive falling film in the outer part of a vertical circular pipe
(Penerapan FDA dan ODE)
Sebuah pipa silinder tegak berjari-jari R (tebal pipa dapat diabaikan) berfungsi untuk mereaksikan
larutan B dengan gas A. Pada bagian luar pipa (r=R), larutan B mengalir dari bagian atas ke bagian
bawah pipa dengan membentuk lapisan film setebal  . Gas A dihembuskan pada bagian luar pipa
secara berlawanan arah dan berlebih sehingga gas A dapat diasumsikan bertekanan konstan sepanjang
pipa. Gas A selanjutnya mendifusi ke dalam lapisan film dan bereaksi dengan larutan B sbb:

A(l )  2B(l )  produk  rA  k1.CA .CB 2 mol.vol 1.s 1

Aliran cairan pada lapisan film dapat dianggap laminer dan mengikuti persamaan:

  R    r 2 
vz  vm 1    
    

Dimana r adalah jarak radial dari pusat pipa. Konsentrasi A pada permukaan lapisan film (r=R+  ) dapat
dianggap jenuh sebesar CAs (konstan). Difusivitas A dan B dalam cairan lapisan film diketahui sebesar
DA dan DB. Tuliskan persamaan matematis steady-state yang dapat digunakan untuk menghitung
konsentrasi A dan B di dalam lapisan film pada berbagai posisi aksial (z) dan radial (r).

Untuk simulasi, gunakan parameter-parameter berikut (semua satuan sudah dianggap sesuai):

vm=1.5;%cm/s nr=50;
DA=4e-5;%cm2/s nz=80;
DB=2e-5;%cm2/s dr=delta/(nr);

5
CAs=2e-1;%mol/cm3 zspan=linspace(0,L,nz);
CB0=1e-1;%mol/cm3 r=linspace(0,delta,nr+1);
delta=5e-1;%cm
k=1e-1;%cm^6/mol^2
L=5e2;%cm
R=5;%cm

Susunlah persamaan matematika dan jalankan simulasi untuk menjelaskan profil konsentrasi A dan
B (secara radial) pada berbagai posisi axial!

Latihan 9. Evaluasi tetapan dalam sistem kesetimbangan uap cair campuran biner (VLE)
n-pentane dan acetone
Seorang mahasiswa S1 sedang melakukan praktikum untuk mempelajari kesetimbangan fasa
campuran biner: n-pentane (komponen 1) dan asetone (komponen 2). Data kesetimbangan fasa
diperoleh dari data literatur Lo et al. dalam J. Chem. Eng. Data 7:327 (1962) pada tekanan 1 Bar sebagai
berikut:

x1 0.021 0.134 0.292 0.503 0.728 0.953


y1 0.108 0.475 0.614 0.678 0.739 0.906
T(oC) 49.15 39.58 34.35 33.35 31.93 33.89
P1sat 1.560 1.146 0.960 0.903 0.880 0.954
P2sat 0.803 0.551 0.453 0.421 0.410 0.445

Model kesetimbangan yang ingin digunakan adalah model kesetimbangan Gibss Excess Energy yang
nilainya dapat dihitung dari data eksperimen dengan persamaan:
GE yi  P
 x1  ln  1  x2  ln  2 dengan  i 
RT xi  Pi sat

Selanjutnya mahasiswa tersebut ingin melakukan fitting nilai Gibbs Excess Energy dengan berbagai
model yang ada yaitu:

 One parameter Margules


𝐺𝐸
= 𝐴 ∙ 𝑥1 ∙ 𝑥2
𝑅𝑇
 Two parameters Margules
𝐺𝐸
= 𝑥1 ∙ 𝑥2 ∙ (𝐴21 ∙ 𝑥1 + 𝐴12 ∙ 𝑥2 )
𝑅𝑇
 Van Laar
𝐺𝐸 𝐴12 ∙ 𝐴21 ∙ (𝑥1 ∙ 𝑥2 )
=
𝑅𝑇 (𝑥1 ∙ 𝐴12 + 𝑥2 ∙ 𝐴21 )

Hitunglah nilai parameter dari tiap-tiap model dengan melakukan proses fitting (minimasi SSE)
terhadap data percobaan yang ada!

6
Latihan 10. Parameter estimation in polymer degradation kinetics
The mechanism of polymer degradation reaction kinetics is suspected to follow Avrami or random
nucleation reaction,
(𝑇 − 𝑇0 ) −𝐸
𝑓(𝛼) = 𝐴 . exp( )
𝑏 𝑅𝑇

where 𝑓(𝛼) = − ln(1 − 𝛼), T is the absolute temperature (K), b is the heating rate in K/min, A is the
frequency factor with units of rate constant, R is the gas constant (8.314 kJ/kmol-K) and T0 is the
activation temperature. Given that T0 = 338.75 K, b =10 K/min and conversion, α, at different
temperatures are as given in the table below.

Temp (K) 360 370 380 390 400 410


Conversion,α 0.1055 0.2010 0.3425 0.5146 0.6757 0.8026

By performing non-linear regression analysis, estimate the values of A and E from the experimental
data !

Latihan 11. Evaluasi tetapan pada persamaan diferensial parsial


Sebuah saluran pipa sepanjang L mula-mula berisi cairan bersuhu T0 yang mendekati suhu lingkungan.
Mulai suatu saat dialirkan cairan panas bersuhu Thot ke dalam saluran tersebut. Perpindahan panas
hanya terjadi pada arah x secara konveksi dan konduksi, yang direpresentasikan dalam bentuk
persamaan matematis sebagai berikut:

T  2T T
 2 v
t x x
dengan:
T = suhu x = jarak υ = kecepatan alir
t = waktu 𝑘
𝛼=
𝜌 𝑐𝑝
Initial Conditions (IC):
t=0, maka T(x,0)=T0
Boundary Conditions (BC):
x=0, maka T(0,t) = Thot;
T
x=L, maka 0
x
Untuk perhitungan, gunakan data-data berikut (semua satuan dianggap sudah sesuai):

L=1; v=0.25; tspan=linspace(0,5,51)'; Tinit(1)=Thot;


Thot=1e2; T0=30; Tinit=T0.*ones(1,Nx);

Pada sebuah percobaan, seorang mahasiswa ingin meneliti sifat fluida tersebut dengan cara
menghitung nilai α dari fluida tersebut. Hal ini dilakukan dengan meletakkan termokopel pada aliran
cairan di bagian ujung outlet pipa (x=L). Hasil pengukuran suhu cairan di bagian outlet pipa sebagai
fungsi waktu tersaji dalam file dataJW1.mat. Hitunglah nilai alfa cairan tersebut dari data yang ada!
Plot suhu pada bagian outlet berdasarkan data percobaan dan hasil pemodelan! Untuk optimisasi,
gunakan: alfa tebakan awal=1, lower bound (lb) =0, upper bound (ub)=1;

7
Latihan 12. Evaluasi tetapan transfer panas konveksi pada circular fin
Sebuah circular fin seperti dalam gambar di bawah ini, mula-mula suhunya sama dengan suhu ruangan
yaitu Tu.

r1
r2

Mulai suatu saat pipa dialiri cairan panas yang bersuhu Tp. Persamaan matematis yang
merepresentasikan kasus ini adalah

𝜕𝑇 𝑘 𝜕2𝑇 𝑘 𝜕𝑇 2ℎ
= + − (𝑇 − 𝑇𝑢)
𝜕𝑡 𝜌𝑐𝑝 𝜕𝑟 2 𝜌𝑐𝑝 𝑟 𝜕𝑟 𝜌𝑐𝑝 𝑏
dengan:

T = suhu r = jari-jari fin k = konduktivitas panas fin h = koefisien perpindahan panas konveksi
t = waktu b = tebal fin cp = kapasitas panas fin

Initial Conditions (IC):


t=0, maka T(r,0)=Tu
Boundary Conditions (BC):
r=r1, maka T(r1,t) = Tp;
T h
r=r2, maka   (T  Tu )
r r  r2 k r  r2

Untuk perhitungan, gunakan data-data berikut (semua satuan dianggap sudah sesuai):

r1=0.1; nr=61; Tp=700; k=80.4; cp=460.5;


r2=0.15; tspan=linspace(0,60,121); Tu=25; =7874; b=0.005;

TUGAS 1.
Jalankan simulasi yang menggambarkan suhu circular fin pada berbagai posisi dan waktu! Gambarkan
suhu di berbagai posisi dan waktu dengan imagesc! Ambil nilai h=2 dan waktu 0≤t≤60
TUGAS 2.
Pada sebuah percobaan, seorang mahasiswa ingin meneliti pengaruh nilai koefisien perpindahan panas
konveksi (h) terhadap perpindahan panas dalam circular fin tersebut. Udara dihembuskan dengan
blower ke arah fin tersebut sehingga peristiwa konveksi paksaan (forced convection) terjadi. Untuk
mengukur suhu, sebuah termokopel diletakkan di tepi luar fin (r = r2). Hasil pengukuran suhu tepi luar
fin tersebut sebagai fungsi waktu tersaji dalam file dataJW3.mat. Hitunglah nilai tetapan transfer panas
konveksi h dari data yang ada! Plot suhu pada bagian tepi luar fin berdasarkan data percobaan dan
hasil pemodelan! Untuk optimisasi, gunakan: h tebakan awal=100, lower bound (lb) =0, upper bound
(ub)=300;

1. NOMOR 3

8
2. Problem
susun dan selesaikanlah persamaan matematis yang dapat digunakan untuk
menentukan distribusi suhu di dalam padatan setiap saat.
3. Persamaan
Neraca Panas di elemen volume :
RoHi – RoHo =RoHa
T T dT
 K .A   K .A   . A.x.Cp
x x  x x  x dt
T T

 x x  x  x x  .Cp dT
lim 
x  0 x K dt
IC : T(x,0) = T0 = 473 K
dT
BC : =0
dx x  0
dT
K.  h(T  Tu )
dx x  L xL

4. Hasil

9
5. Pembahasan

Pada grafik diatas ( grafik distribusi suhu sebagai fungsi jarak dan waktu ), diketahui
bahwa pada t=0 ( suhu mula-mula ) maka pada semua posisi di slab suhunya sama, yaitu
masih 473 K, dapat dibuktikan dengan warna kuning pada t=0 seluruhnya. Karena tejadi
pendinginan maka suhu slab semakin menurun sepanjang waktu dan sepanjang jarak
dari pusat slab. Terlihat pada grafik distribusi suhu, suhu slab bagian dalam lebih tinggi
dari pada slab bagian luar, hal ini terjadi karena konveksi pada permukaan slab yang
berkontak dengan fluida. Pada permukaan slab setelah waktu yang lama ( 400 s )
memiliki suhu kurang dari 380K

Pada grafik perbandingan suhu terhadap waktu di pusat slab, terlihat bahwa suhu dari
pusat slab semakin menurun seiring berjalannya waktu. Pada waktu t=400 s, suhu di pusa
slab telah mencapai 418 K,hal ini terjadi akibat adanya transfer panas secara konduksi di
dalam slab

10
6. Program

11
1. Latihan soal nomor 1
a. Problem
Tentukan distribusi suhu fin dalam keadaan steady (T=f(r))
b. Persamaan
RoHi-RoHo=RoHa
 T   T 
 k 2 rB    k 2 rB   2h2 r r (T  Tu )  0
 r z r   r r r  r 

 T   T 
r r 
 r r  r  r   r z  r  2hr (T  Tu )
lim  0
r 0 r kB

  T  2hr (T  Tu )
r  0
r  r  kB

 2T T 2hr (T  Tu )
r   0
r 2 r kB
 2T 1 T 2h(T  Tu )
  0
r 2 r r kB
BC : 1. r=0  T=Ts

 T 
2. r=R   kA   hA(T  Tu )
 z r  R 

T h(T  Tu )

z r  R k

c. Hasil

12
d. Pembahasan
Pada grafik hasil Matlab dapat dilihata bahwa suhu pada pusat jari jari fin sekitar 400
derajat celcius. Semakin jauh dari pusat jari jari fin yang berbentuk lingkaran terlihat
terjadi penurunan suhu hingga dibawah 50 derajada celcius.
Hal itu terjadi karena semakin jauh posisi fin yang berbentuk lingkaran dari pusat dan
pipa, maka akan semakin jauh dari sumber panas sedangkan fin terpapar suhu udara
luar.

e. Program

13
2. Latihan soal nomor 2
a. Problem
Susunlah persamaan matematika yang dapat menggambarkan distribusi suhu
dalam batang secara aksial pada berbagai waktu (unsteady state)! Selesaikan
persamaan tersebut dan gambarkan distribusi suhu yang Saudara peroleh dengan
imagesc
b. Persamaan
RoHi-RoHo=RoHa
 2 T   2 T  T
  k r     k r   h 2 r z (T  Tu )   r z Cp
2

 z z  z   z z  z  z  t
 T   T 
  
 z z  z  z   z z  z  2h(T  Tu )  Cp T
lim  
z 0 z kr k t
  T  2h(T  Tu )  Cp T
  
z  z  kr k t
 2T 2h(T  Tu )  Cp T
 
z 2 kr k t
 T 2h(T  Tu ) 1 T
2
 
z 2 kr  t

14
BC : 1. Z=0  T=Ts

 T 
2. z=L   kA   hA(T  Tu )
 z z  L 

T h(T  Tu )

z z  L k

c. Hasil

15
d. Pembahasan
a. GAMBAR 1
Pada Gambar 1 terlihat bahwa pada posisi 0 cm dan waktu 0 sekon suhu batang silinder
sama dengan suhu dinding yaitu Ts=400 0 C ditunjukkan dengan warna kuning pada
gambar 1. Karena pada awalnya suhu silinder batang homogeny maka ketika waktu 0
sekon suhu dari batang pada ujung dan yang menempel di dinding sama 40 0 C
ditunjukkan oleh warna kuning pada bagian pinggir atas gambar 1.
Sedangkan bagian batang silinder yang menempel di dinding suhunya tetap Ts sepanjang
waktu.
Bagian silindr yang semakin jauh dari dinding akan mengalami penurunan suhu karena
kelihangan panas melalui proses konveksi melalui permukaan silinder
B. GAMBAR2
Gambar 2 meruapakan grafik hubungan antara suhu pada silinder dengan tiap posisi
jarak silinder batang dari dinding.
Kurva yang terbentuk meruapakan kurva tiap interval waktu dari t=0 sampai dengan
t=500 sekon dengan interval 100 sekon.
Terlihat bahwa suhu turun secara logaritmik dimana t=0 memiliki level tertinggi(kurva
berwarna merah) dan t=500 memiliki suhu terendah (kurva berwarna biru). Hal ini terjadi
karena semakin lama panas berpindah ke udara yang memiliki suhu Tu. Sehingga
semakin lama fin terpapar suhu Tu maka akan semakin banyak perpindahan suhu ke
udara.
e. Program

16
3. Latihan nomor 4
Problem: Distribusi suhu pada bola

Tf

R
R

Persamaan :

Neraca Panas pada Elemen Volume Bola (4𝜋r2∆r):

𝑅𝑜𝐻𝑖 − 𝑅𝑜𝐻𝑜 = 𝑅𝑜𝐻𝑎𝑐𝑐


𝑑𝑇 𝑑𝑇 𝑑𝑇
−𝑘4𝜋𝑟 2 |𝑟 − (−𝑘4𝜋𝑟 2 |𝑟+∆𝑟 ) = 𝜌𝑉𝐶𝑝
𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑡
𝑑𝑇 𝑑𝑇
𝑘𝑟 2 | − (−𝑘𝑟 2 | )
lim 𝑑𝑟 𝑟 𝑑𝑟 𝑟+∆𝑟 = 𝜌𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑟→0 ∆𝑟 𝑑𝑡
17
𝑑 𝑑𝑇 𝑑𝑇
(𝑘𝑟 2 ) = 𝜌𝐶𝑝
𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑡
𝑑2 𝑇 𝑑𝑇 𝜌𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑟2 2
+ 2𝑟 =
𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑘 𝑑𝑡
𝑑2 𝑇 2 𝑑𝑇 𝜌𝐶𝑝 𝑑𝑇
+ =
𝑑𝑟 2 𝑟 𝑑𝑟 𝑘 𝑑𝑡
𝑑2 𝑇 2 𝑑𝑇 1 𝜕𝑇
+ =
𝑑𝑟 2 𝑟 𝑑𝑟 𝛼 𝜕𝑡

Initial Condition :

t = 0  T(0,r) = To

Boundary Condition :
𝑑𝑇
r = 0 𝑑𝑟 = 0
𝑑𝑇
r = R −𝑘 𝑑𝑟 = ℎ(𝑇 − 𝑇𝑢)

Persamaan diubah menggunakan Metode Of Lines

𝜕²𝑇 𝑇(𝑖 + 1) − 2𝑇(𝑖) + 𝑇(𝑖 + 1)


=
𝜕𝑥² ∆𝑥²
Sehingga persamaan menjadi:
𝑇(𝑖 + 1) − 2𝑇(𝑖) + 𝑇(𝑖 + 1) 2 𝑇(𝑖 + 1) − 𝑇(𝑖 − 1) 1 𝜕𝑇
+ =
∆𝑥² 𝑟 2 ∆𝑟 𝛼 𝜕𝑡
(𝑇(𝑖 + 1) − 2𝑇(𝑖) + 𝑇(𝑖 + 1) 2 𝑇(𝑖 + 1) − 𝑇(𝑖 − 1) 𝜕𝑇
𝛼( 2
+ )=
∆𝑥 𝑟 2 ∆𝑟 𝜕𝑡

Boundary condition:
𝑑𝑇
1. 𝑑𝑡
=0
−𝑇(3) + 4𝑇(2) − 3𝑇(1)
=0
3
4𝑇(2) − 𝑇(3)
𝑇(1) =
3
𝑑𝑇
2. −𝑘 𝑑𝑟 = ℎ(𝑇 − 𝑇𝑢)
3𝑇(𝑁𝑟 + 1 − 4𝑇(𝑁𝑟) + 𝑇(𝑁𝑟 − 1)) ℎ
= (𝑇 − 𝑇(𝑁𝑟 + 1)
2𝑑𝑟 𝑘
2𝑑𝑟ℎ
3𝑇(𝑁𝑟 + 1) − 4𝑇(𝑁𝑟) + 𝑇(𝑁𝑟 − 1) = (𝑇𝑢 − 𝑇(𝑁𝑟 + 1)
𝑘
2𝑑𝑟ℎ𝑇𝑢
+ 4𝑇(𝑁𝑟) − 𝑇(𝑁𝑟 − 1)
𝑇(𝑁𝑟 + 1) = 𝑘
2𝑑𝑟ℎ
3+
𝑘

18
Slab dari r= 0 sampai r =R dibuat Nr+1 titik.

i=1 i=2 i=… i=Nr i=Nr+1

i=2 sampai i=Nr menggunakan FDA centered, sedangan i=1 menggunakan FDA forward dan i=Nr+1
menggunakan FDA backward.

Penyelesaian selanjutnya menggunakan MATLAB

Hasil :

0 400

20 380

40 360

60
340

80
320
waktu

100
300
120
280
140
260
160
240
180
220
200
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
r position

Gambar 1. Distribusi Suhu dalam Bola sebagai Fungsi Posisi dan Waktu

19
grafik suhu sebagai fungsi waktu dengan nilai k=1
400
r=0.0
380 r=0.25
r=0.5
360
r=0.75
r=1
340

320
Suhu,K

300

280

260

240

220

200
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
waktu

Gambar 2. Grafik Distribusi Suhu sebagai Fungsi Waktu pada Berbagai Nilai r

Pembahasan :

Pada Gambar 1, pada r=0 (pusat bola) pada saat t=0 suhunya adalah 400oC dan seiring
bertambahnya waktu suhu terus menurun hingga pada t=200, suhu pada pusat bola mencapai kurang
lebih 315oC. Pada r=0.4, saat t=0 suhunya mencapai 400oC dan seiring bertambahnya waktu suhu terus
menurun hingga pada t=200, suhunya mencapai kurang lebih 300oC. Pada r=1, saat t=0 suhunya
mencapai kurang lebih 390oC dan terus menurun seiring bertambahnya waktu hingga pada saat t=200,
suhunya mencapai kurang lebih 210oC. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa suhu paling tinggi
berada pada pusat bola dan seiring bertambahnya waktu dan posisi r semakin besar, maka suhunya
akan terus menurun dan suhu bola terendah tercapai pada posisi R=1. Hal ini menandakan bahwa
terjadi transfer panas dari bola menuju fluida.

Pada Gambar 2, distribusi suhu sebagai fungsi waktu pada berbagai nilai r (jari-jari).
Pada r=0, r=0.25, r=0.5, dan r=0.75, suhu mula-mula saat t=0 adalah 400oC. Sementara itu, suhu mula-
mula (t=0) pada r=1 adalah sekitar 390oC. Pada t=200, suhu pada r=0 adalah sekitar 315oC; pada r=0.25
adalah sekitar 310oC; pada r =0.5 adalah sekitar 300oC; pada r=0.75 adalah sekitar 250OC; dan pada r=1
adalah sekitar 210oC. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penurunan suhu semakin besar pada
posisi jari-jari bola yang lebih besar.

Program :

function dTdt = funbola(t,T,k,h,Nr,alpha,Tf,dr,r)


dTdt = zeros(Nr,1);
T(1) = (4.*T(2)-T(3))./3;
atas = 2*dr*h/k*Tf + 4*T(Nr) - T(Nr-1);
bawah = 3 + 2*dr*h/k;

20
T(Nr+1) = atas/bawah;
for i = 2:Nr
d2Tdr2(i) = (T(i+1)-2*T(i)+T(i-1))/(dr^2);
dTdr(i) = (T(i+1)-T(i-1))/(2*dr);
dTdt(i) = alpha*(d2Tdr2(i)+2./r(i)*dTdr(i));
end

end

clc
clear all
close all

%data
R = 1;
Nr = 40;
tspan = linspace(0,200,51);
To = 400;
h = 1;
k = 1;
Tf = 30;
alpha = 1e-3;
r = linspace(0,R,Nr+1);
dr = R./Nr;

%solver
IC = To*ones(1,Nr);
[t,T] = ode15s(@funbola,tspan,IC,[],k,h,Nr,alpha,Tf,dr,r);

%recalculation
T(:,1) = (4*T(:,2)-T(:,3))/3;
atas = 2*dr*h*Tf/k + 4*T(:,Nr) - T(:,Nr-1);
bawah = 3 + 2*dr*h/k;
T(:,Nr+1) = atas./bawah;

%plotting
sumbux = linspace(0,R,Nr+1);
sumbuy = tspan;
imagesc(sumbux,sumbuy,T);
title ('distribusi suhu sebagai fungsi waktu dan posisi pada k=1')
colorbar
xlabel('r position')
ylabel('waktu');
grid on
colormap('jet')

figure(2)
plot(t,T(:,1),t,T(:,11),t,T(:,21),t,T(:,31),t,T(:,41))
grid on
xlabel('waktu')
ylabel('Suhu,K')
title('grafik suhu sebagai fungsi waktu dengan nilai k=1')

21
4. Latian nomor 5
Problem
Ingin dicari distribusi konsentrasi A (CA) di dalam katalis berbentuk silinder pada berbagai waktu

Elemen volume :
V  2. .r.L.r
Persamaan
Asumsi:
- Perpindahan massa secara difusi terjadi satu dimensi ke arah r saja

Elemen volum: V  2. .r.L.r


  Ca     Ca   Ca
  Da. A       Da. A    k .Ca.V   V .
  r  r    r  r r  t
 Ca   Ca   Ca 
 Da.2. .r.L    Da.2. .r.L    k .Ca.2. .r.r.L  2. .r.r.L  
 r  r  r  r r  t 
  Ca   Ca  
r   r  
  r  r r  r  r  k
 .r.Ca 
r Ca
.
r Da Da t
  Ca  k r Ca
r  .r.Ca  .
r  r  Da Da t
 2Ca Ca k r Ca
r   .r.Ca  .
r 2
r Da Da t
Ca  2Ca Da Ca
 Da. 2  .  k .Ca
t r r r

Boundary Condition:
IC : Ca (r , 0)  0
BC : r  0  Ca  finite
Ca
0
r
rR  Ca  Ca 0

22
Hasil

Program
clc;
clear;
close all;

Data
CAinit = 0;
CA0 = 2;
R = 1e-1;

23
k = 1e-2; %reaction rate constant
Nr = 50;
dr = R./Nr;
r = linspace(0,R,Nr+1);
Da = 4e-5;
tspan = linspace(0,200,201);
IC = CAinit.*ones(1,Nr);

Solver
[t,CA] = ode15s(@sofun5_FDA_batangr,tspan,IC,[],CAinit,CA0,R,k,Nr,dr,r,Da);

Recalculation
CA(:,1) = (4.*CA(:,2)-CA(:,3))./3;
CA(:,Nr+1) = CA0;
% Effectiveness factor
eff_factor = (trapz(r, r.*CA(end,:))./trapz(r, r.*CA0))

eff_factor =

0.7781

Ploting
figure(1)
sumbux = linspace(0,R,Nr+1);
sumbuy = tspan;
imagesc(sumbux,sumbuy,CA)
c=colorbar('eastoutside');
c.Label.String='Konsentrasi A';
title('Profil Konsentrasi A di Katalis pada Berbagai Waktu')
xlabel('jari-jari')
ylabel('waktu')

figure(2)
plot(sumbux,CA(end,:))
grid on
title('Profil Konsentrasi A di Katalis pada akhir reaksi')
xlabel('jari-jari')
ylabel('Konsentrasi A')

24
5. Latian Nomor 6
Problem:

Gas buang mengandung polutan A akan dikurangi kadarnya dengan cara dilewatkan suatu kolom
dengan panjang L yang berisi tumpukan butir penjerap. Aliran gas masuk kolom berkonsentrasi Ca0.
Kesetimbangan antara konsentrasi A di gas dan di penjerap dinyatakan dengan hubungan :
𝑋𝐴 = 𝐻 × 𝐶𝐴
Dengan XA adalah konsentrasi A di padatan penjerap. Porositas campuran butir penjerap εb. Ingin
disusun persamaan matematis yang dapat digunakan untuk menentukan distribusi konsentrasi A di
gas (CA) dan di penjerap (XA) sepanjang kolom setiap saat.
Gunakan data-data berikut untuk simulasi (semua satuan dianggap sudah sesuai):
L=3; eps=0.5; a=10;
Nz=50; Da=7e-3; H=0.5;
dz=L./(Nz-1); kc=1; tspan=linspace(0,500,51)';
Ca0=1; U=1e-2; Cinit=zeros(1,2.*Nz);

Ilustrasi:

Gas buang dari A

Persamaan:

Δz

Gas buang mengandung sedikit A

Elemen volum:

ΔV=A.Δz

Neraca massa A di gas di elemen volum:

ROM I – ROM O = ROM A

25
 C A   C A  C A
  De .A  UA C A z    De .A  UA C A  k c a C A  C A *  A z   A z
 z z   z z z
z z
 t

  C A  C A C A
De   U  k c a C A  C A *  
z  z  z t

 2C A C A  x  C A
De U  k c a C A  A  
z 2
z  H  t

Neraca massa A di padatan di elemen volum:

ROM I – ROM O = ROM A

 x  x
k c a C A  A  A z  1    A A z
 H  t

 x  x A
k c a C A  A  A z  1    A z
 H  t

BC:

z=0, C A =C A 0

C A
z=L, 0
t

t=0, C A =0

xA 0

Hasil:

26
Pembahasan:

27
Pada Grafik 1 ( Distribusi Ca sebagai fungsi waktu dan posisi ), terlihat bahwa konsentrasi A akan
bertambah sepanjang nilai L seiring dengan pertambahan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
senyawa A yang terjerap semakin sedikit

Pada Grafik 2 ( Grafik Ca sebagai fungsi waktu ) terlihat bahwa semakin lama proses terjadi maka
akan semakin tinggi konsentrasi A pada gas keluar kolom. Hal ini membuktikan bawah kemampuan
padatan untuk menjerap senyawa A semakin lama semakin menurun

Pada grafik

Program:

clear all
clc
close all

%main program
L=3;
eps=0.5;
a=10;
Nz=50;
De=7e-3;
H=0.5;
dz=L./Nz;
kc=1;
tspan=linspace(0,500,501);
Ca0=1;
U=1e-2;
Cinit=zeros(1,2.*Nz);

%Solver
[t Y]=ode15s(@fun6,tspan,Cinit,[],L,eps,a,Nz,De,H,dz,kc,Ca0,U);

%Recalculation
Ca=Y(:,1:Nz);
xa=Y(:,Nz+1:2.*Nz);
Ca(:,1)=Ca0;
Ca(:,Nz+1)=(4.*Ca(:,Nz)-Ca(:,Nz-1))./3;
xa(:,1)=Ca(:,1).*H;
xa(:,Nz+1)=Ca(:,Nz+1).*H;

%Plotting
figure(1)
imagesc(linspace(0,L,Nz+1),tspan,Ca)
colormap('jet')
xlabel('x position,cm')
ylabel('time,s')
grid on

figure(2)
plot(tspan,Ca(:,Nz+1))
xlabel('time,s')
ylabel('concentration,mol/L')

28
function dYdt=fun6(t,Y,L,eps,a,Nz,De,H,dz,kc,Ca0,U)

dYdt=zeros(2.*Nz,1);
Ca=Y(1:Nz);
xa=Y(Nz+1:2*Nz);
Ca(1)=Ca0;
Ca(Nz+1)=(4.*Ca(Nz)-Ca(Nz-1))./3;
dCadt=zeros(Nz,1);
dxadt=zeros(Nz,1);

for i=2:Nz
d2Cadz2(i)=(Ca(i+1)-2.*Ca(i)+Ca(i-1))./dz.^2;
dCadz(i)=(Ca(i+1)-Ca(i-1))./2./dz;
dCadt(i)=De/eps.*d2Cadz2(i)-U/eps.*dCadz(i)-kc.*a/eps.*(Ca(i)-xa(i)/H);
dxadt(i)=kc.*a./(1-eps).*(Ca(i)-xa(i)./H);
end
dYdt=[dCadt;dxadt];
end

6. Latian nomor 7
Problem :
Reaksi cairan pada permukaan padatan yang membentuk suatu lapisan film
setebal .
Menentukan konsentrasi A dan konsentrasi B dalan cairan yang mengalir
pada permukaan (berbagai posisi) dalam keadaan steady state.
Ingin dicari CB=f(x) dan CA=f(x)

Persamaan :
a. Neraca Massa
Elemen volume (ΔV) = LδxΔy

Neraca Massa A di elemen volume


𝝏𝑪𝑨
(𝒗∆𝒙𝑳𝑪𝑨 |𝒚 − 𝑫𝑨 ∆𝒚𝑳 | )
𝝏𝒙 𝒙
𝝏𝑪𝑨
− (𝒗∆𝒙𝑳𝑪𝑨 |𝒚+∆𝒚 − 𝑫𝑨 ∆𝒚𝑳 | − 𝒌𝑪𝑨 𝑳∆𝒙∆𝒚) = 𝟎
𝝏𝒙 𝒙+∆𝒙
Rearrangement :
𝝏𝑪𝟐 𝑨 𝝏𝑪𝑨
𝑫𝑨 𝟐
− 𝒗(𝒙) − 𝒌𝑪𝑨 𝑪𝑩 = 𝟎
𝝏𝒙 𝝏𝒚
𝝏𝑪𝑨 𝟏 𝝏𝑪𝟐 𝑨
= (𝑫𝑨 − 𝒌𝑪𝑨 𝑪𝑩 )
𝝏𝒚 𝒗 𝝏𝒙𝟐
Analog untuk B :

29
𝝏𝑪𝟐 𝑩 𝝏𝑪𝑩
𝑫𝑩 𝟐
− 𝒗(𝒙) − 𝟐𝒌𝑪𝑨 𝑪𝑩 = 𝟎
𝝏𝒙 𝝏𝒚
𝝏𝑪𝑩 𝟏 𝝏𝑪𝟐 𝑩
= (𝑫𝑨 − 𝟐𝒌𝑪𝑨 𝑪𝑩 )
𝝏𝒚 𝒗 𝝏𝒙𝟐
Dimana,
𝝆𝒈𝜹 𝒙𝟐
𝒗(𝒙) = (𝒙 − )
𝝁 𝟐𝜹
b. Kondisi batas
𝝏𝑪𝑨
x=0 𝝏𝒙
=𝟎 CB = CBS
𝝏𝑪𝑨 𝝏𝑪𝑩
x=𝜹 𝝏𝒙
=𝟎 𝝏𝒙
=𝟎
y=0 (at the top) CA = CAin ; CB = 0

Hasil :
Pembahasan :

clc;clear all;close all


%Data
tic
rho=1;
g=1e3;
k=1e-1;
Da=3e-5;
Db=4e-5;
miu=1e-2;
CBs=2e-1;
CAin=1e-1;
L=2e2;
delta=3e-2;

ny=40;
nx=50;

dx=delta/nx;
dy=L/ny;

x=linspace(0,delta,nx+1);
y=linspace(0,L,ny+1);

%solver
IVP=[ones(1,nx)*CAin zeros(1,nx)];
[y C]=ode15s(@funfall,y,IVP,[],rho,g,k,Da,Db,miu,CBs,CAin,ny,nx,dx,dy,x,delta);

Ca=C(:,1:nx);
Cb=C(:,nx+1:2.*nx);

%Recalculation
Ca(:,1)=1./3.*(4.*Ca(:,2)-Ca(:,3));
Cb(:,1)=CBs;

30
Ca(:,nx+1)=1/3.*(4.*Ca(:,nx)-Ca(:,nx-1));
Cb(:,nx+1)=1/3.*(4.*Cb(:,nx)-Cb(:,nx-1));

%Plotting
figure(1)
imagesc(x,y,Ca)
xlabel('x')
ylabel('y')
colorbar
colormap jet

figure(2)
imagesc(x,y,Cb)
xlabel('x')
ylabel('y')
colorbar
colormap jet

function dCdy=funfall(y,C,rho,g,k,Da,Db,miu,CBs,CAin,ny,nx,dx,dy,x,delta)

Ca=C(1:nx,1);
Cb=C(nx+1:2*nx,1);
dCady=zeros(nx,1);
dCbdy=zeros(nx,1);

Ca(1)=1./3.*(4.*Ca(2)-Ca(3));
Cb(1)=CBs;

Ca(nx+1)=1/3.*(4.*Ca(nx)-Ca(nx-1));
Cb(nx+1)=1/3.*(4.*Cb(nx)-Cb(nx-1));

for i=2:nx
v(i)=rho*g*delta/miu.*(x(i)-x(i).^2./(2.*delta));

d2Cadx2(i)=(Ca(i+1)-2.*Ca(i)+Ca(i-1))./(dx.^2);
dCadx(i)=(Ca(i+1)-Ca(i-1))/(2.*dx);
dCady(i)=1./v(i).*(Da.*d2Cadx2(i)-k.*Ca(i).*Cb(i));

d2Cbdx2(i)=(Cb(i+1)-2.*Cb(i)+Cb(i-1))./(dx.^2);
dCbdx(i)=(Cb(i+1)-Cb(i-1))/(2.*dx);
dCbdy(i)=1./v(i).*(Db.*d2Cbdx2(i)-2.*k.*Ca(i).*Cb(i));
end

dCdy=[dCady;dCbdy];
end

31
Published with MATLAB® R2016a

7. Latian Nomor 8
32
Problem :
Sebuah pipa silinder tegak berjari-jari R berfungsi untuk mereaksikan larutan B dengan gas
A, sehingga terbentuk adanya lapisan film.

Ingin dicari persamaan matematis steady-state yang dapat digunakan untuk menghitung
konsentrasi A dan B di dalam lapisan film pada berbagai posisi aksial (z) dan radial (r).
CA = f(z,r)
Cb = f(z,r)

Persamaan :
Elemen Volume (ΔV) = 𝟐𝝅𝒓∆𝒓∆𝒛

a. Neraca Massa A di elemen volume :


Rate of mass input – Rate of mass output = Rate of mass accumulatiom
𝝏𝑪𝑨
[𝒗𝟐𝝅𝒓∆𝒓𝑪𝑨 |𝒛 − 𝑫𝑨 𝟐𝝅𝒓∆𝒛 | ]
𝝏𝒓 𝒓
𝝏𝑪𝑨
− [𝒗𝟐𝝅𝒓∆𝒓𝑪𝑨 |𝒛+∆𝒛 − 𝑫𝑨 𝟐𝝅𝒓∆𝒛 |
𝝏𝒓 𝒓+∆𝒓
+ 𝒌𝑪𝑨 𝑪𝑩 𝟐 𝟐𝝅𝒓∆𝒓∆𝒛] = 𝟎

Rearrangement :
𝝏𝟐 𝑪𝑨 𝑫𝑨 𝝏𝑪𝑨 𝝏𝑪𝑨
𝑫𝑨 𝟐
+ −𝒗 − 𝒌𝑪𝑨 𝑪𝑩 𝟐 = 𝟎
𝝏𝒓 𝒓 𝝏𝒓 𝝏𝒛
Amalog :
𝝏𝟐 𝑪𝑩 𝑫𝑩 𝝏𝑪𝑩 𝝏𝑪𝑩
𝑫𝑩 𝟐
+ −𝒗 − 𝟐𝒌𝑪𝑨 𝑪𝑩 𝟐 = 𝟎
𝝏𝒓 𝒓 𝝏𝒓 𝝏𝒛
b. Kondisi Batas
𝝏𝑪𝑨 𝝏𝑪𝑩
r=R 𝝏𝒓
=𝟎 𝝏𝒓
=𝟎
𝝏𝑪𝑩
r =𝑹+𝜹 CA=CAS 𝝏𝒓
=𝟎
z = 0 (at the top) CB = CBin

Hasil :
Pembahasan :
Program :

clc;clear all;close all

%data
vm=1.5;
DA=4e-5;
nr=50;
nz=80;

33
DB=2e-5;
CAs=2e-1;
CB0=1e-1;
delta=5e-1;
k=1e-1;
L=5e2;
R=5;
dr=delta/(nr);
zspan=linspace(0,L,nz);
r=linspace(R,R+delta,nr);

%Solver
IVP=[zeros(1,nr) CB0.*ones(1,nr)];
[z C]=ode15s(@reactive,zspan,IVP,[],vm,DA,nr,DB,CAs,delta,k,R,dr,r);

Ca=C(:,1:nr);
Cb=C(:,nr+1:2*nr);

%Recalculation
Ca(:,1)=1./3.*(4.*Ca(:,2)-Ca(:,3));
Cb(:,1)=1./3.*(4.*Cb(:,2)-Cb(:,3));

Ca(:,nr+1)=CAs;
Cb(:,nr+1)=1/3.*(4.*Cb(:,nr)-Cb(:,nr-1));

%Plotting
figure(1)
imagesc(r,z,Ca)
xlabel('jari-jari, cm')
ylabel('panjang, cm')
c=colorbar;
c.Label.String='konsentrasi A';
colormap jet

figure(2)
imagesc(r,z,Cb)
xlabel('jari-jari, cm')
ylabel('panjang, cm')
c=colorbar;
c.Label.String='konsentrasi B';
colormap jet

function dCdz=reactive(z,C,vm,DA,nr,DB,CAs,delta,k,R,dr,r)

Ca=C(1:nr,1);
Cb=C(nr+1:2*nr,1);
dCadz=zeros(nr,1);
dCbdz=zeros(nr,1);

Ca(1)=1./3.*(4.*Ca(2)-Ca(3));
Cb(1)=1./3.*(4.*Cb(2)-Cb(3));

Ca(nr+1)=CAs;
Cb(nr+1)=1/3.*(4.*Cb(nr)-Cb(nr-1));

for i=2:nr
v(i)=vm.*(1-((R+delta-r(i))/delta).^2);

34
d2Cadr2(i)=(Ca(i+1)-2.*Ca(i)+Ca(i-1))./(dr.^2);
dCadr(i)=(Ca(i+1)-Ca(i-1))/(2.*dr);
dCadz(i)=1./v(i).*(DA.*d2Cadr2(i)+DA./r(i).*dCadr(i)-k.*Ca(i).*Cb(i).^2);

d2Cbdr2(i)=(Cb(i+1)-2.*Cb(i)+Cb(i-1))./(dr.^2);
dCbdr(i)=(Cb(i+1)-Cb(i-1))/(2.*dr);
dCbdz(i)=1./v(i).*(DB.*d2Cbdr2(i)+DB./r(i).*dCbdr(i)-2*k.*Ca(i).*Cb(i).^2);
end

dCdz=[dCadz;dCbdz];
end

35
Published with MATLAB® R2016a

8. Latian Nomor 9
Problem :
Ingin dicari nilai parameter dari tiap-tiap model dari percobaan kesetimbangan fasa
dengan proses fitting (minimasi SSE) terhadap data percobaan
Persamaan :
Model Gibbs Excess Energy :
𝑮𝑬
= 𝒙𝟏 𝒍𝒏𝜸𝟏 + 𝒙𝟐 𝒍𝒏𝜸𝟐
𝑹𝑻
𝑮𝑬
𝒎𝒊𝒔𝒂𝒍, 𝒀 =
𝑹𝑻
𝒚𝒊 𝑷
𝒅𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂, 𝜸𝒊 =
𝒙𝒊 𝑷𝒔𝒂𝒕
Sehingga,
𝒚𝟏 𝑷
𝜸𝟏 =
𝒙𝟏 𝑷𝒔𝒂𝒕
𝒚𝟐 𝑷
𝜸𝟐 =
𝒙𝟐 𝑷𝒔𝒂𝒕
𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏, 𝒙𝟐 = 𝟏 − 𝒙𝟏 𝒅𝒂𝒏 𝒚𝟐 = 𝟏 − 𝒚𝟐
Maka perhitungan nilai Y yang baru :
a. Model One Parameter Argules
𝒀𝒄𝒂𝒍𝒄 = 𝑨𝒙𝟏 𝒙𝟐

36
b. Model Two Parameter Argules
𝒀𝒄𝒂𝒍𝒄 = 𝒙𝟏 𝒙𝟐 (𝑨𝟐𝟏 𝒙𝟏 + 𝑨𝟏𝟐 𝒙𝟐 )
c. Model Van Laar
𝑨𝟏𝟐 𝑨𝟐𝟏 (𝒙𝟏 𝒙𝟐 )
𝒀𝒄𝒂𝒍𝒄 =
(𝑨𝟏𝟐 𝒙𝟏 + 𝑨𝟐𝟏 𝒙𝟐 )
Hasil :
Nilai A berbagai metode
1. Metode One Parameter Margules
A1= 1.734
2. Metode Two Parameters Margules
A12= 1.980 A21= 1.461
3. Metode Van Laar
A12= 2.067 A21= 1.458

37
Published with MATLAB® R2016a

Pembahasan :
Program :

38
clc;clear all;close all
%Data
x1=[0.021 0.134 0.292 0.503 0.728 0.953]';
y1=[0.108 0.475 0.614 0.678 0.739 0.906]';
P1_sat=[1.56 1.146 0.96 0.903 0.88 0.954]';
P2_sat=[0.803 0.551 0.453 0.421 0.41 0.445]';
T=[49.15 39.58 34.35 33.35 31.93 33.89]';

x2=1-x1;
y2=1-y1;
P=1;
%misal Y=GE/RT

gamma_1=y1.*P./(x1.*P1_sat);
gamma_2=y2.*P./(x2.*P2_sat);
Y_data=x1.*log(gamma_1)+x2.*log(gamma_2);
pguess=[1];
lb=[0];
ub=[];

%solver 1
[p,SSEout_1]=lsqnonlin(@residual,pguess,lb,ub,[],x1,x2,Y_data);
Am1=p(1);
Y_calc=Am1.*x1.*x2; %model one parameter Margules

%plotting
figure(1)
plot(x1,Y_data,'o',x1,Y_calc)
title('fitting model one parameter Margules')
xlabel('x')
ylabel('y')
legend('y data','y persamaan')
grid on

pguess2=[1 1];
lb=[];
ub=[];

%solver 2
[p2,SSEout_2]=lsqnonlin(@residual2,pguess2,lb,ub,[],x1,x2,Y_data);
A2_1=p2(1);
A2_2=p2(2);
Y_calc2=x1.*x2.*(A2_1.*x1+A2_2.*x2);

figure(2)
plot(x1,Y_data,'o',x1,Y_calc2)
title('fitting model two parameter Margules')
xlabel('x')
ylabel('y')
legend('y data','y persamaan')
grid on

pguess3=[1 1];
lb=[];
ub=[];

39
%solver 3
[p3,SSEout_3]=lsqnonlin(@residual3,pguess3,lb,ub,[],x1,x2,Y_data);
AV_1=p3(1);
AV_2=p3(2);
Y_calc3=AV_1.*AV_2.*x1.*x2./(x1.*AV_1+x2.*AV_2);

figure(3)
plot(x1,Y_data,'o',x1,Y_calc3)
title('fitting model Van Laar')
xlabel('x')
ylabel('y')
legend('y data','y persamaan')
grid on

fprintf('Nilai A berbagai metode\n')


fprintf('1. Metode One Parameter Margules\n')
fprintf(' A1= %4.3f\n',Am1)
fprintf('2. Metode Two Parameters Margules\n')
fprintf(' A12= %4.3f A21= %4.3f \n',A2_2,A2_1)
fprintf('3. Metode Van Laar\n')
fprintf(' A12= %4.3f A21= %4.3f \n',AV_1,AV_2)

9. Latian Nomor 10
Problem :
Ingin dicari nilai A dan E dari persamaan kinetika reaksi yang berdasarkan
analisis dengan non regresi linear model avrami
Persamaan :
(𝑇 − 𝑇0 ) −𝐸
𝑓(𝛼) = 𝐴 . exp( )
𝑏 𝑅𝑇

Hasil :
Nilai E dan A yang diperoleh adalah
A= 1286.051
E= 29444.046

40
Pembahasan :
Program :

clc;clear all;close all


%Data
T0=338.75;
R=8.314;
b=10;
T=[360 370 380 390 400 410]';
alfa=[0.1055 0.2010 0.4325 0.5146 0.6757 0.8026]';

fdata=-log(1-alfa);

pguess=[1e3 1e3];
lb=[0 0];
ub=[];
%Solver
[P,SSEout]=lsqnonlin(@res_kinetik,pguess,lb,ub,[],T0,R,b,T,fdata);
A=P(1);
E=P(2);
fcalc=A.*(T-T0)./b.*exp(-E./R./T);

%Plotting
plot(T,fdata,'ob',T,fcalc,'r')
legend('Data','Perhitungan')
xlabel('Suhu,K')
ylabel('-log(1-alfa)')
grid on

fprintf('Nilai E dan A yang diperoleh adalah \n')

41
fprintf('A= %4.3f\n',A)
fprintf('E= %4.3f\n',E)

function residu=res_kinetik(P,T0,R,b,T,fdata)
A=P(1);
E=P(2);
fcalc=A.*(T-T0)./b.*exp(-E./R./T);
residu=fdata-fcalc;
end

10. Latian Nomor 11

T  2T T
 2 v
t x x
dengan:
T = suhu x = jarak υ = kecepatan alir
t = waktu 𝑘
𝛼=
𝜌 𝑐𝑝
Initial Conditions (IC):
t=0, maka T(x,0)=T0
Boundary Conditions (BC):
x=0, maka T(0,t) = Thot;
T
x=L, maka 0
x
Untuk perhitungan, gunakan data-data berikut (semua satuan dianggap sudah sesuai):

L=1; v=0.25; tspan=linspace(0,5,51)'; Tinit(1)=Thot;


Thot=1e2; T0=30; Tinit=T0.*ones(1,Nx);

clc;clear all

%data
load dataJW1.mat;
L=1;
Nx=40;
dx=L./(Nx);
v=0.25;
Thot=1e2;
T0=30;
tspan=linspace(0,5,51);
Tinit=T0.*ones(1,Nx);

p_tebakanawal=0.1;
lb=0;
ub=1;

42
[p]=lsqnonlin(@rescalc,p_tebakanawal,lb,ub,[],Nx,Thot,v,dx,tspan,data,Tinit
);

alfa=p
[t,T]=ode15s(@myJW1,tspan,Tinit,[],Nx,Thot,alfa,v,dx);
T(:,1)=Thot;
T(:,Nx+1)=(4.*T(:,Nx)-T(:,Nx-1))./3;
Ycalc=T(:,Nx+1);

figure (1)
plot (tspan,Ycalc,'-r','LineWidth',3)
hold on
plot (data(:,1),data(:,2),'ob','MarkerSize',12);
grid on
title('Profil Suhu di Ujung Pipa tiap Waktu')
xlabel('waktu')
ylabel('Suhu, ^oC')

function residual=rescalc(p,Nx,Thot,v,dx,tspan,data,Tinit);

alfa=p(1);
[t,T]=ode15s(@myJW1,tspan,Tinit,[],Nx,Thot,alfa,v,dx);
T(:,1)=Thot;
T(:,Nx+1)=(4*T(:,Nx)-T(:,Nx-1))./3;
Ycalc=T(:,Nx+1);

%ekstrak Y percobaan dr data


Yexp=data(:,2);
%residual=sse(Ycalc-Yexp);
residual=Ycalc-Yexp;
end

function dTdt=myJW1(t,T,Nx,Thot,alfa,v,dx)

dTdt=zeros(Nx,1);
T(1)=Thot;
T(Nx+1)=(4.*T(Nx)-T(Nx-1))./3;
for i=2:Nx;
dT2dx2(i)=1./dx.^2.*(T(i+1)-2*T(i)+T(i-1));
dTdx(i)=1./(2.*dx).*(T(i+1)-T(i-1));
dTdt(i)=alfa.*dT2dx2(i)-v.*dTdx(i);
end
end

43
Gambar Profil Suhu di Ujung Pipa tiap Waktu menunjukkan bahwa setiap pertambahan waktu
maka suhu cairan didalam pipa akan meningkat terus hingga mencapai kesetimbangan dengan
T cairan awal, maka kenaikan suhu akan dominan konstan

Hasil perhitungan:
alfa =

0.3576

44
45

You might also like