You are on page 1of 32

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA I

Judul :Viskositas Cairan Sebagai Fungsi Suhu.


Disusun oleh:
Nama :Alpius Suriadi
NIM :H13112020
Nama asisten : Natia Afriani dan Viana
Hari/Tanggal :Jumat, 15 november 2013
Kelompok : 6 (Enam)
Anggota : 1. Ayu fitri
2. Erika juniar sianipar
3. Hesti asparingga
4. Indri puspa ningrum
5. Muhardi
6. Nurhayatun nafsiah
7. Rudi gunawan

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013/2014
ABSTRACT
LIQUID VISCOSITY AS A FUNCTION OF TEMPERATURE
Viscosity is a measure of the viscosity of a fluid declared that states the size of the
friction in the fluid . The greater the viscosity of the fluid , the more difficult a
fluid to flow more difficult and also shows an object moving in a fluid. Viscosity
of the fluid is denoted by (" eta ") as the ratio of shear stress.The viscosity of the
fluid is a function of the size and surface molecules, the attractive force between
the molecules and the structure of the liquid. viscosity due to the cohesive forces
between the particles is no liquid. The instrument used to measure viscosity is
great value viscometer and methods commonly in use are based on law Poisulle
Ostwald method that measured the time required by a certain amount of fluid to
flow through the capillary force caused by the weight of the liquid. Viscosity is
influenced temperature, pressure, other substances, molecular weight and the
strength of the bonds between the molecules. Chloroform has the highest viscosity
value than ethanol , acetone and water . Hydrogen bonds also cause the smaller
the distance between the molecules and the greater the temperature , the density is
getting smaller.

Keywords : viscosity , viscometer , shear stress , cohesion and hydrogen bonding

ABSTRAK
VISKOSITAS CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu fluida yang
menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas fluida,
maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukan semakin
sulit suatu benda bergerak dalam fluida. Viskositas fluida dinotasikan dengan
(eta) sebagai rasio tegangan geser. Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran
dan permukaan molekul, gaya tarik antar molekul dan struktur cairan. viskositas
disebabkan karena ada gaya kohesi antara partikel zat cair. Alat yang di gunakan
untuk mengukur besar nilai viskositas adalah viskometer dan metode yang biasa
di gunakan yaitu metode Ostwald berdasarkan hukum Poisulle yang diukur
adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir
melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan. Viskositas di
pengaruhi suhu, tekanan, zat lain, berat molekul dan kekuatan ikatan antar
molekul. Kloroform mempunyai nilai viskositas tertinggi dibandingkan etanol,
aseton dan air. Ikatan hidrogen juga menyebabkan jarak antar molekul
semakin kecil dan semakin besar suhu, maka densitas semakin kecil.
Kata kunci: viskositas, viskometer, tegangan geser, kohesi dan ikatan hidrogen.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Viskositas atau ukuran kekentalan suatu zat cair adalah sifat dari suatu zat
cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan
gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat
aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu
bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton
menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka
tegangan gesek berbanding lurus dengan viskositas.
Fluida, gas atau cairan, memiliki suatu sifat yang dikenal
sebagai viskositas, yang dapat didefinisikan sebagai tahanan yang dilakukan
suatu lapisan fluida terhadap suatu lapisan lainnya. Salah satu cara untuk
menentukan viskositas cairan adalah metode kapiler dari Poiseulle,
metode Ostwald merupakan suatu variasi dari metode Poiseulle. Pada
percobaan ini akan menghitung viskositas larutan yang berguna untuk
menentukan tahanan fluida berdasarkan suhu yang berbeda- beda.
Viskositas dari suatu cairan murni adalah indeks hambatan aliran cairan.
Pada percobaan ini kita akan mempelajari tentang pengaruh suhu terhadap
viskositas cairan. Cairan yang digunakan dapat bermacam-macam, namun pada
percobaan ini cairan yang digunakan adalah aseton, kloroform dan etanol
sedangkan air bertindak sebagai cairan pembanding. Dengan melakukan
percobaan ini maka akan mengetahui cairan mana yang memiliki viskositas yang
tertinggi.

1.2 Tujuan Percobaan


Menentukan viskositas cairan dengan metode oswald dan mempelajari pengaruh
suhu terhadap viskositas cairan.
1.3 Prinsip Percobaan
Proses penentuan viskositas cairan dengan metode oswald dan pengaruh
suhu terhadap viskositas cairan yang dilakukan dengan proses memasukan cairan
ke dalam P dengan cara mengisap atau meniup cairan kebawa ke Q, dilakukan
sampai melewati garis M. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir secara bebas dan
diukur waktu yang diperlukan untuk mengalir dari M ke N. Saat cairan mengalir
melalui kapiler C, tekanan penggerak tidak tetap dan pada setiap saat sama dengan
h.g.p. Diukur pada suhu tertentu dengan viskometer dan viskositas air sebagai
pembanding. Pada percobaan ini juga untuk menentukan rapatan massa cairan
pada suhu tertentu dengan menggunakan piknometer . prinsip ini banyak dijumpai
pada pelumas mesin yang dikenal oli. Sebagai pelumas mesin, oli akan membuat
gesekan lebih halus dan memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang
ideal. Dalam hal ini cairan yang mengalir dengan aliran laminar , persamaan
poeseuille dinyatakan sebagai:
= . R4 . P . t
8V.L
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu fluida yang
menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas fluida,
maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukan semakin
sulit suatu benda bergerak dalam fluida tersebut (Ariyanti dkk, 2010). Kekentalan
merupakan sifat cairan yang berhubungan dengan hambatan untuk mengalir.
Beberapa cairan ada yang dapat mengalir dengan cepat namun ada yang mengalir
secara lambat. Fluida yang mengalir lambat seperti gliserin, madu dan minyak
atso, ini dikarenkan mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas menentukan
kecepatan mengalirnya cairan (Halliday dan resnick, 1985).
Viskositas adalah gesekan internal fluida. Gaya viskos melawan gerakan
sebagian fluida relatif terhadap yang lain. Viskositas adalah suatu pernyataan
tahanan untuk mengalir dari suatu sistem yang mendapatkan suatu tekanan.
Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya
mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas fluida dinotasikan dengan (eta)
sebagai rasio tegangan geser (Nugroho, 2012). Viskositas cairan adalah fungsi dari
ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik antar molekul dan struktur cairan.
Fluida adalah zat zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan diri dengan
bentuk wadahnya. Apabila berada dalam kesetimbangan, fluida tidak dapat
menahan gaya gesek. Hukum viskositas newton menyatakan bahwa untuk laju
perubahan bentuk sudut fluida tertentu maka tekanan gesek berbanding lurus
dengan viskositas (sukardjo, 2002).
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel zat cair. Zat cair ideal
tidak mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:
apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan bebas
horizontal yang berhubungan dengan atmosfer, mempunyai rapat massa dan berat
jenis, dapat dianggap tidak termampatkan, mempunyai viskositas (kekentalan) dan
mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan fluida (Atkins, 1997).
4.2 Aliran Laminer
Partikel partikel fluida dalam aliran laminer bergerak disepanjang
lintasan lintasan lurus dan sejajar dalam lapisan lapisan atau laminal. Besar
kecepatan kecepatan dari laminae yang berdekatan tidak sama (Giles, 1984).
Aliran laminar diatur dalam hukum yang menghubungkan tegangan gesek ke laju
perubahan. Bentuk sudut, yaitu hasil kali kekentalan fluida dan gradien kecepatan
atau T = m . d . v / d . v . kekentalan fluida tersebut dominan dan karenanya
mencegah setiap kecenderungan menuju kondisi kondisi turbulen
(Keenan,1984).
4.3 Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds, yang tidak berdimensi, menyatakan perbandingan
gaya gaya inersia terhadap gaya gaya kekentalan. Ditemukan bahwa batas atas
aliran laminer yang memiliki arti penting dinyatakan oleh suatu bilangan reynolds
sebesar kira kira 2000 bilangan reynolds dinyatakan dengan persamaan berikut
(Giles,1984). RE = V d p atau v. d = v ( 2 r o)

Persamaan 4.3

Keterangan : v : kecepatan rata rata dalam (m/s)


d : diameter dalam (m)
r0 : jari jari pipa (m)
: kekentalan kinematik fluida dalam (m/s)
p : kerapatan massa fluida dalam (kg/m3)

4.4 Faktor faktor yang mempengaruhi viskositas

Faktor faktor yang mempengaruhi viskositas adalah tekanan, temperatur,


adanya zat lain, ukuran dan berat molekul, ikatan. Pengaruh viskositas tehadap
tekanan yaitu viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas
gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. Viskositas akan turun dengan naiknya suhu,
sedangakan viskositas akan naik dengan turunnya suhu. Pemanasan zat cair
menyebabkan molekul molekulnya memperoleh energi. Molekul molekul
cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan
demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan tempertatur. Adanya
bahan tambahan seperti bahan suspensi meningkatkan viskositas air dan
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Viskositas juga akan naik jika
ikatan rangkap semakin banyak. Viskositas air naik dengan adanya ikatan
hidrogen (Bird, 1994).

3.3 Analisa bahan

3.3.1 Akuades (H2O)


Akuades merupakan larutan tidak berwarna, titik didih 100 0c, titik leleh 00.
Akuades merupakan pelarut yang sangat baik, konstanta dielektriknya paling
tinggi, netral, komposisi kalornya lebih tinggi dibandingkan cairan lain.
Temperatur stabil pada titik beku, serta melarutakan banyak elektrolit dan daerah
kestabilan redoksnya sangat luas (kusuma, 1983).
3.2.2 Aseton (CH3COCH3)
Aseton merupakan senyawa atsiri yang mudah terbakar dan tidak
berwarna, memiliki rapatan sebesa 0,79. Titik lebur -95,4 0C, titik ddih 56,2 0C.
Aseton adalah keton yang paling sederhana yang dapat bercampur dengan air.
Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan mentah pembuatan
plastik. Dianjurkan menggunakan masker dan sarung tangan dalam pemakaiannya
karena baunya yang menyengit dapat mengganggu pernapasan. (Daintith, 1994).
3.3.3 Etanol (C2H5OH)
Etanol adalah senyawa dengan formula (C 2H5OH). Etanol berwujud cair,
tidak berwarna, larut dicampir dalam air, eter, kloroform dan aseton. Etanol
digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut organik, produk yang komersial
mengandung sekitar 95,96% etanol (Basri, 2003).
3.2.4 Kloroform ( CHCl3)
Nama sistematiknya adalah triklorometana. Zat cair yang tidak berwarna,
berbau harum dan beracun. Larut dalam alkohol,benzena dan air. Memiliki titik
leleh -65,3 0C, titik didih 61 0C. Kloroform merupakan arsenik yang ampuh tetapi
dapat merusak hati. Cara penangannya adalah dianjurkan memakai masker dan
sarung tangan dalam pemakaian kloroform karena kloroform berbau tajam yang
dapat merusak hati (Basri, 2003: Daintith, 1994).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ball pipet, botol semprot
500 ml 1 buah, erlenmeyer 50 ml 2 buah, gelas beaker, klem oswald 1 buah,
piknometer 25 ml 1 buah, pipet ukur 10 ml 2 buah, stopwatch 1 set, termometer
termostat 1 set, viskometer oswald.

3.2 Bahan

Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah etanol 20 ml, akua
d.m sebagai cairan pembanding, aseton, dan kloroform.

3.3 Prosedur kerja

Cairan 10 15 ml

Dimasukan kedalam reservoir A

Diatur thermostat pada suhu yang di inginkan

Dibiarkan viskometer dan isisnya selama 5 menit

Diisap cairan melalui sepotong karet sampai diatas garis M

Dibiarkan cairan mengalir bebas

Dicatat waktu yang diperlukan

Ditentukan rapat massa cairan pada suhu yang

bersangkutandengan piknometer.

Dilakukan percobaan ini pada larutan akuades sebagai

pembanding.

Cairan yang diketahui viskositasnya


3.4 Rangkaian Alat

Gambar 3.4.1 rangkaian alat Gambar 3.4.2 pemansan cairan


Viskometer

Gambar 3.4.3 pengukuran suhu cairan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil pengamatan
Temperatur (0C) Massa pikno +
No Cairan 0
20 250 300 35 0
cairan
0
t1= 30 t1= 28,74 t1=28 t1=27,27 20 = 47,9297
t2= 30 t2=28,83 t2=28 t2=27,28 250 = 47,8995
1. Akuades
t3= 30 t3=28,70 t3=28 t3=27,42 300 = 47,8723
t = 30 t = 28,75 t = 28 t = 27,32 350 = 47,8474
t1=17,19 t1=16,57 t1=16,46 t1=16,34 200 = 42,6695
t2=17,02 t2=16,58 t2=16,48 t2=16,38 250 = 42,6482
2. Aseton
t3=17,01 t3=16,59 t3=16,50 t3=16,37 300 = 42,5818
t = 17,07 t = 16,58 t = 16,48 t = 16,36 350 = 42,5409
t1=15,46 t1=16,17 t1=17,38 t1=15,90 200 = 59,4659
t2=18,48 t2=16,78 t2=17.67 t2=16,71 250 = 59,4224
3. Kloroform
t3=19,95 t3=16,50 t3=19,25 t3=16,47 300 = 59,4290
t = 18,13 t = 16,48 t = 18,1 t = 16,36 350 = 59,3247
t1=31,85 t1=30,36 t1=30,03 t1=29,50 200 = 43,0455
t2=31,49 t2=30,39 t2=30,56 t2=30,00 250 = 43, 1059
4. Alkohol
t3=31,16 t3=30,34 t3=30,28 t3=29,87 300 = 43,0405
t = 31,50 t = 30,36 t = 30,29 t = 29,79 350 = 42,9857

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pendahuluan
Viskositas (kekentalan) berasal dari kata viscous. Suatu bahan ketika dipanaskan
sebelum menjadi cair terlebih dahulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat
mengalir pelan, sehingga dapat diamati pengaruh viskositas cairan terhadap fungsi
suhu. Viskositas cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian atau lapisan
cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi
ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan oleh gaya kohesi didalam zat cair.
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel zat cair. Zat cair ideal tidak
mempunyai kekentalan. Viskositas cairan merupakan suatu fungsi dari ukuran
dan permukaan molekul, gaya tarik antar molekul dan struktur cairan.
Metode pengukuran viskositas terdiri dari viskometer kapiler / Ostwald
pada metode ini viskositas ditetntukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan
bagi cairan uji untuk lewat antara dua tanda ketika ia mengalir karena gravitasi,
melalui satuan tabung kapiler vertical. Waktu alir dari cairan yang diuji,
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu cairan yang
viskositasnya sudah diketahui, biasanya air, untuk lewat antara dua tanda tersebut.
Untuk melewati tanda pada viskometer di butuhkan suatu energi yang disebut
dengan energi ambang viskometer oswald, energi ambang adalah energi yang
diperlukan fluida atau zat cair untuk melewati garis M ke N dalam waktu tertentu.
Jika 1, 2 dan 3 maing-masing adalah viskositas dari cairan yg tidak diketahui
dan cairan standar, p1 ,p2 dan p3 adalah kerapatan dari masing-masing cairan, t1,
t2dan t3 masing-masing adalah waktu alir dalam detik.

Besar kecilnya nilai viskositas suatu cairan di pengaruhi oleh beberapa


faktor yaitu tekanan, temperatur, adanya zat lain, ukuran dan berat molekul,
ikatan. Pengaruh viskositas tehadap tekanan yaitu viskositas cairan naik dengan
naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu dan sebaliknya. Pemanasan zat cair
menyebabkan molekul molekulnya memperoleh energi. Molekul molekul
cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan
demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur. Adanya bahan
tambahan seperti bahan suspensi meningkatkan viskositas air dan Viskositas naik
dengan naiknya berat molekul. Viskositas juga akan naik jika ikatan rangkap
semakin banyak. Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen.

4.2.2Analisis prosedur
Pada percobaan ini pertama-tama di lakukan yaitu, diletakkan viskometer
pada posisi vertikal kemudian dipipet sejumlah tertentu (10-15ml) cairan
(akuades, kloroform, etanol dan aseton) yang telah dipanaskan dengan variasi
suhu (20oC, 25oC, 30oC, 35oC) pada termostat dan di sediakan beaker berisi es
untuk mendinginkan cairan sesuai suhu yang di inginkan bila suhunya tinggi. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair. Lalu
di masukkan larutan ke dalam reservoir A sehingga jika cairan ini dibawa ke
reservoir B dan permukaannya melewati garis m, reservior A kira-kira masih terisi
setengahnya. Pengisian tidak di isi terlalu penuh karena cairan dapat tumpah
ketika di hisap. Dengan dihisap dengan ball pipet, cairan B dibawa sampai sedikit
diatas garis m, kemudian dibiarkan cairan mengalir secara bebas. Dicatat waktu
yang diperlukan untuk mengalirkan dari m ke n. Setiap variasi suhu, dilakukan
tiga kali pengaliran air secara bebas, jadi waktu yang diperoleh ada tiga untuk
lebih menambah keakuratan.
Setelah diperoleh waktunya, ditentukan massa jenis cairan pada suhu yang
bersangkutan dengan piknometer dan ditimbang, hal ini dilakukan untuk melihat
pengaruh suhu terhadap besarnya massa jenis setiap cairan. Dilakukan semua
pengerjaan untuk cairan pembanding (akuades). Larutan sampel yang digunakan
adalah aseton, kloroform dan etanol, penggunaan ketiga larutan tersebut karena
memiliki viskositas (kekentalan) yag tidak jauh berbeda. Dalam percobaan
digunakan viskometer yang sama. Harus menggunakan piknometer dan
viskometer yang sama karena setiap alat tersebut berbeda-beda massanya, hal ini
dilakukan agar diperoleh data yang akurat dan sesuai dengan teori.
4.2.3 Analisis hasil
Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur dengan
menggunakan alat viskometer. Semakin tinggi viskositas suatu bahan maka bahan
tersebut akan makin stabil karena pergerakan partikel atau molekul cenderung sulit
untuk bertumbukan dengan semakin kentalnya suatu bahan. Nilai viskositas berkaitan
dengan kestabilan emulsi suatu bahan yang artinya berkaitan dengan nilai stabilitas
emulsi bahan. Viskositas cairan atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah
satu sifat cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser.
Viskositas suatu bahan atau cairan dipengaruhi oleh sifat ikatan molekulnya juga,
cairan yang mempunyai molekul yang berikatan dengan atom hidrogen akan
membentuk suatu ikatan hidrogen, cairan ini akan mempunyai viskositas yang
tinggi karena ikatannya cendrung lebih kuat dan tidak mudah terputus pada saat
mengalami perubhan suhu yang meningkat.
Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekul-
molekul cairan. Suatu cairan dimana viskositas dinamiknya tidak tergantung pada
temperatur, dan tegangan gesernya proposional (mempunyai hubungan liniear)
dengan gradien kecepatan dinamakan suatu cairan Newton. Perilaku viskositas
dari cairan ini adalah menuruti Hukum Newton untuk kekentalan cairan. Setiap
cairan mempunyai energi ambang atau energi minimum untuk molekul molekul
saling bertumbukan yang diperlukan cairan untuk melawan gaya grafitasi saat
cairan turun dari garis M ke garis N pada viskometer oswald. Setiap cairan
berbeda beda energi ambang dimiliki, yang di tunjukan dengan waktu dipelukan
cairan untuk turun dari garis M ke garis N dengan melawan gaya grafitasi.
Massa Jenis dari suatu zat adalah besarnya gaya grafitasi yang bekerja pada suatu
massa dari suatu satuan volume, oleh sebab itu berat jenis dapat didefinisikan
sebagai: berat tiap satuan volume. Pada percobaan ini pertama tama dilakukan
pengukuran massa jenis masing-masing zat yang akan digunakan, yaitu akuades,
aseton, kloroform dan etanol, dengan suhu 20oC, 25oC, 30o C dan 35oC. Percobaan
ini dilakukan dengan menimbang piknometer kosong yang bertujuan untuk
mengetahui masa pikonometer kosong agar mengetahui masa sampel ketika
dimasukkan kedalam piknometer. Saat pengisian ke dalam piknometer tidak boleh
terdapat gelembung karena akan mempengaruhi hasil penimbangan. Pada
percobaan ini di gunakan air sebagai cairan pembanding. Pilih air sebagai cairan
pembanding karena air sudah diketahui viskositas dan massa jenisnya pada tiap
suhu. Dilakukan variasi suhu bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan antara viskositas, massa jenis terhadap suhu. Dari hasil diketahui bahwa
suhu berbanding terbalik dengan massa jenis zat. Semakin tinggi suhu maka
semakin kecil massa jenis zat-nya. Hal ini disebabkan karena ketika suhu
meningkat, molekul pada zat cair akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan
antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis
akan semakin kecil. selanjutnya, zat cair yang telah ditentukan massa jenisnya
dimasukkan ke dalam viskometer dengan mengusahakan agar tidak ada
gelembung dalam viskometer. Hal ini bertujuan agar aliran laminar tidak
terganggu oleh adanya gelembung yang akan mengakibatkan waktu yang
diperoleh tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya.
Dari hasil analisis data percobaan, diperoleh bahwa etanol memiliki
koefisien viskositas lebih rendah debandingkan aseton dan lebih kecil
dibandingkan kloroform. Selain itu dapat juga diketahui bahwa semakin tinggi
suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada
suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya
menurun. Namun pada percobaan ini nilai viskositas cairan tidak stabil turun
seiring bertambahnya suhu hal ini disebabkan oleh penimbangan massa jenis
larutan kurang teliti dan pada saat penimbagan dan suhu larutan sudah cepat
berubah tidak sama saat pertama pegukuran suhu sehingga mempengaruhi
pengukuran massa jenisnya. Suhu dan massa jenis mempengaruhi viskositas
cairan. Dari hasil perhitungan densitas pada setiap suhu dan bahan diperoleh nilai
yang densitas yang naik turun, terkadang densitas menunjukan kenaikan harga,
namun terkadang pula densitas menunjukan penurunan harga. Hal ini dikarenakan
massa yang diperoleh pada tiap bahan menunjukan angka yang naik turun.
Dari percobaan diperoleh hasil percobaan yaitu densitas
b a h a n h a r g a masing-masing viskositas tiap bahan dan grafik hubungan antara
1/T terhadap Ln . Dari harga densitas yang diperoleh pada setiap suhu
(20,25,30,35 o C) antara aseton (0,787 gram/ cm 3 , 0,786 gram/ cm 3 ,
0,783 gram/ cm 3 , 0,781 gram/ cm 3 ), kloroform (1,461 gram/ cm 3 , 1,459
gram/ cm 3 , 1,459 gram/ cm 3 , 1,454 gram/ cm 3 ), etanol (0,802 gram/
cm 3 , 0,805 gram/ cm 3 , 0,802 gram/ cm 3 , 0,799 gram/ cm 3 ) menunjukan
bahwa nilai densitas air (0,9983gram/cm 3 , 0,9971 gram/cm 3 , 0,9957
gram/ cm 3 , 0,9941 gram/ cm 3 ) lebih besar apabila dibandingkan dengan
densitas aseton dan etanol namun lebih kecil dibandingakan etanol. Hal
ini karenakan, massa air lebih besar daripada massa aseton dan eetanol.
Dari hasil perhitungan densitas pada setiap suhu dan bahan diperoleh
nilai yang densitas yang naik turun, terkadang densitas menunjukan
kenaikan harga, namun terkadang pula densitas menunjukan penurunan harga,
Sehingga mempegaruhi viskositas cairan tersebut.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan viskositas cairan sebagai fungsi suhu dan
berdasarkan data yang diperoleh maka di simpulkan bahwa air memiliki densitas
yang paling besar pada suhu (20,25,30,35 o C), apabila dibandingkan dengan
aseton (0,787 gram/ cm 3 , 0,786 gram/ cm 3 , 0,783 gram/ cm 3 , 0,781
gram/ cm 3 ), dan etanol (0,802 gram/ cm 3 , 0,805 gram/ cm 3 , 0,802 gram/
cm 3 , 0,799 gram/ cm 3 ), namun lebih kecil dibandingkan kloroform (1,461
gram/ cm 3 , 1,459 gram/ cm 3 , 1,459 gram/ cm 3 , 1,454 gram/ cm 3 ).
Diketahui juga pengaruh dari suhu dimana semakin tinggi suhu
(20,25,30,35 o C), maka semakin kecil nilai viskositasnya (etanol; 8,67 N.s/m 2,
7,59 N.s/m2, 0,93 N.s/m2, 6,31 N.s/m2, aseton; 4,48 N.s/m2, 4,05 N.s/m2, 3,68
N.s/m2, 3,38 N.s/m2, kloroform; 8,84 N.s/m2, 7,47 N.s/m2, 7,54 N.s/m2, 6,30
N.s/m2). Kloroform mempunyai nilai viskositas tertinggi. Ikatan hidrogen juga
menyebabkan jarak antar molekul semakin kecil dan semakin besar suhu, maka
densitas semakin kecil.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini kedepannya sebaiknya sampel yang akan diuji
viskositasnya bisa ditambah seperti uji viskositas dari bensin, minyak tanah,
minya goreng, etanol, dan metanol agar tampak perbedaan apa saja yang tampak
dari masing masing larutan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, E.S. dan Agus, M, 2010, Otomasasi Pengukuran Koefisien Viskositas
Zat Cair Menggunkan Gelombang Ultrasonik, Jurnal Neutrino, voll. 2,
No. 2 April 2010.
Atkins, p.w, 1997, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.
Basri, s, 2003, Kamus Lengkap Kimia , Erlangga, Jakarta.
Bird, T, 1994, Kimia Fisik Untuk Universitas, Gramedia Pustaka Utama,
jakarta.
Daintith, 1994, oxford; Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Giles, R.V, 1984, Mekanika Fluida dan Hidraulika, Erlangga, jakarta.
Halliday dan Resnick, 1985, Fisika, Erlangga, Jakarta.
Kusuma, S, 1983, Pengetahuan Bahan-Bahan, Erlangga, jakarta.
Nugroho, S.R. dan Hasto, S, 2012, Identifikasi Fisis Viskositas Oli Mesin
Kendaraan Bermotor Terhadap Fungsi Suhu Dengan Menggunkan Laser
Helium Neon, Jurnal Sains Dan Seni, (2012) hal. 1 5.
Sukardjo,1990, Kimia Anorganik, Rineka Cipta. Jakarta.

PERTAYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan bilangan reynold dan bagaimana hubungannya
dengan aliran laminar ?
2. sebutkan cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan !
Berikan penjelasan singkat.
JAWABAN PERTANYAAN
1. bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vs) terhadap gaya viskos
(/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu
kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis
aliran yang berbeda, misalnya laminar .Aliran laminar adalah aliran fluida yang
bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan (lanima-lamina) membentuk garis-garis
alir yang tidak berpotongan satu sama lain. Hal tersebut di tunjukkan oleh
percobaan Osborne Reynold. Pada laju aliran rendah, aliran laminer tergambar
sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran ini mempunyai
Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300.

2. viskositas cairan dapat diukur dengan viskometer oswald selain itu juga dapat
ditentukan dengan menggunakan alat lain seperti viskometer Hoopler, viskometer
Brookfield termosel untuk uji viskositas aspal, Viskometer Cup and Bob,
Viskometer Cone and Plate (Brookefield).

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-
pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih
dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau karbon tetraklorida. Lagi pula,
bila cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfida dan air, eter dan air, dikocok
bersama-sama dalam satu bejana dan campuran kemudian dibiarkan, maka kedua
cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Cairan-cairan seperti itu dikatakan
sebagai tak-dapat-campur (karbon disulfida dan air) atau setengah-campur (eter
dan air), bergantung apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat larut atau
setengah larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan air
kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut. Suatu
keadaan kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan
larutan iod dalam air (Vogel,1986).
Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fase atau lebih, jadi
pada sistem heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat dan gas, atau antara
padatan dan cairan. Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan persoalan pada sistem
heterogen adalah menganggap komponen-komponen dalam reaksi bereaksi pada fase yang
sama. Kesetimbangan heterogen ditandai dengan adanya beberapa fase.
Antara lain fase kesetimbangan fisika dan kesetimbangan kimia. K es eti mbangan
het erogen dapa t dipe laj ari dengan 3 cara ya i tu dengan mempelajari
tetapan kesetimbangannya, cara ini digunakan utntuk kesetimbangan
k i m i a y a n g b e r i s i g a s . Yan g k e d u a d e n g a n h u k u m d i s t r i b u s i
Nernest, u n t u k kesetimbangan suatu zat dalam 2 pelarut. Yang
terakhir yaitu dengan hukum fase,untuk kesetimbangan yang umum. Hukum
distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas
zat terlarut dalam suatu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain yang
diketahui, asalkan kedua pelarut tidak bercampur sempurna satu sama lain. H ukum
dis tribus i ban ya k dip akai dala m pros es eks traks i, anal is is
dan penentuan tetapan kesetimbangan. Oleh karena hukum distribusi ini banyak
digunakan dalam penentuan tetapan kesetimbangan, maka dari itu
dilakukanlah percobaan dis tribus i s olut e(zat ter larut) ant ara dua
pel arut ya ng tak s aling ca mpur ini, agar dapat me nentuk an konstanta
kesetimbangan suatu pelarut yang tidak bercampur.
1.2 Prinsip Percobaan
Prinsip dasar percobaan ini yaitu distribusi zat terlarut ke dalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur yaitu ait dan dietil eter, dimana menurut
hukum distribusi Nerst, jika ke dalam sistem dua fasa cair yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute yang tak dapat larut dalam kedua pelarut tersebut
maka akan terjadi pembagian kelarutan, karena perbedaan kepolaran antara
air(polar) dan dietil eter(non polar), menghasilkan dua lapisan berupa lapisan air
dibawah dan lapisan eter diatas berdasarkan densitas yang dimiliki oleh kedua
cairan, d air = 0,0998 g/cm3, dan d eter = 0,7134 g/cm 3. Ada penambahan zat
ketiga berupa asam asetat dan asam oksalat, sehingga zat terdistribusi antara
lapisan air dan petroleum eter, dilakukan pemisahan, dan hasil pisahan berupa
lapisan airnya dititrasi dengan NaOH standar dengan bantuan indikator PP, yang
akan menunjukkan titik akhir titrasi. Perbandingan konsentrasi solut di dalam
kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu ketetapan pada suhu tetap.
Tetapan tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien distribusi (KD).
Penentuan KD bisa dengan rumus berikut: K=C1/C2.

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini yaitu memperlajari kelarutan suatu zat terlarut
dalam dua pelarut yang tidak saling campur dan menentukan harga konstanta
distribusinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum distribusi atau partisi. Suatu zat yang dapat larut dalam dua zat
pelarut yang tidak saling campur dan ketiga-tiganya ada bersama, maka zat
tersebut akan terbagi kedalam dua pelaruttersebut. Pada keadaan setimbang,
perbandingan fraksi mol dari zat terlarut dalam kedua pelarut berharga tetap pada
temperatur tetap. Pernyataan ini dikenal dengan hukum distribusi. Hukum ini
hanya berlaku bila larutannya encer dan zat terlarut mempunyai struktur molekul
yang sama dalam dua pelarut(Sukardjo,1996).
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka
akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut
organik dan air. Dalam praktek solutakan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam
dua pelarut tersebut setelah di kocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu
tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien
distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan berbagai rumus sebagai
berikut(Soebagio. 2002):
KD = C2/C1 atau KD = Co/Ca
Jika ke dalam sistem dua fasa cair yang tak dapat saling bercampur
ditambahkan zat ketiga yang dapat melarut pada keduanya maka zat ketiga akan
terdistribusi diantara ke dua fasa tadi dalam jumlah tertentu. Bila larutan jenuh I 2
dalam CHCl3 dikocok dalam air yang tidak larut dalam CHCl3, maka I2 akan
terbagi dalam air dan dalam CHCl 3. Setelah tercapai kesetimbangan perbandingan
konsentrasi I2 dalam air dan CHCl3 pada temperatur tetap juga tetap, kenyataan ini
merupakan akibat langsung hukum termodinamika pada
kesetimbangan(Basset,dkk,1994 ).
Jika tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi pada fase-fase tersebut
dan keadaan yang kita punya adalah ideal, maka harga K D sama dengan D. untuk
tujuan praktis sebagai ganti harga KD atau D, lebih sering digunakan istilah persen
ekstraksi (E). ini berhubungan dengan perbandingan distribusi dalam persamaan
sebagai berikut(Khopkar,2008):
D = (Vw/Vo E)/(100-E) , dimana Vw = volume fase air, Vo = volume fase
organik
Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut antaradua
pelarut yang tidak saling campur, maka pada suatu temperatur yang konstanuntuk setiap spesi
molekul terdapat angka banding distribusi ini tidak tergantunngpada spesi molekul yang lain.
Harga angka banding berubah dengan sifat dasarpelarut, sifat dasar zat terlarut, dan
temperatur (Svehla,1990)
Ekstraksi campuran-campuran merupakan suatu teknik dimana suatu
larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua
(biasanya organik), yang pada hakikatnya tidak tercampurkan dengan yang
pertama, dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke
dalam pelarut kedua itu. Untuk suatu zat terlarut A yang didistribusikan antara dua
fasa tidak tercampurkan a dan b, hukum distribusi (atau partisi) Nernst
menyatakan bahwa asal keadaan molekulnya sama dalam kedua cairan dan
temperatur adalah konstan(Basset,dkk, 1994).

Ekstraksi meliputi distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak
dapat campur. Pelarut umum dipakai adalah air dan pelarut organik lain seperti
CHCl3, eter atau pentana. Garam anorganik, asam-asam dan bas a-basa yang dapat
larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air dari
pelarut yang kurang polar. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali
dengan jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi
ekstraksinya hanya sekali (Arsyad, 2001).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dala percobaan ini yaitu corong pisah
250ml 3 buah, erlenmeyer 250ml 8 buah, buret 50ml 2 buah, pipet volume 10ml 2
buah, gelas kimia 2 buah, bulb 2 buah, statif kayi dan besi lengkap, labu ukur,
corong kaca, botol semprot, batang pengaduk, spatula, cawan petri, dan lain-lain.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percbaaan ini yaitu akuades (H2O),
indikator fhenolfthalein(PP), larutan asam asetat(CH3COOH), larutan asam
oksalat(H2C2O4), larutan natrium hidroksida (NaOH) standar dan pelarut
organik(dietil eter).
3.2 Prosedur Kerja
Pertama-tama, dibuat larutan asam asetat, NaOH, dan asam oksalat. Dalam
membuat larutan asam asetat dibuat dengan konsentrasi 0,5M dalam 50ml
akuades, selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat untuk memperoleh asam
asetat dengan variasi konsentrasi 0,25M, 0,125M, dan 0,0625M. Dibuat larutan
oksalat dalam 50ml untuk 3 gram sampel, demikian pula untuk NaOH ditimbang
2 gram dan ditepatkan hingga 500ml akuades.
Kemudian mengambil 20 ml asam asetat salah satu kosentrasi dan
ditambahkan eter 20 ml, kedua larutan tersebut dimasukkan kedalam corong
pisah. Setelah itu dikocok sampai terjadi kesetimbangan selama 15 menit dan
larutan terdistribusi dengan baik. Kemudian didiamkan sehingga terjadi
pemisahan antara pelarut air dan pelarut organik. Setelah dipisahkan kedua lapisan
dengan cara mengambil lapisan paling bawah sampai garis batas lapisan.
Selanjutnya, diambil 5ml hasil pemisahan tersebut yang berupa lapisan air,
ditambahkan indikator PP dan dititrasi dengan larutan standar NaOH. Sebelum
dilakukan titrasi hasil pemisahan lapisan air, terlebih dahulu menitrasi asam
oksalat dengan 2ml asam oksalat dan ditambahkan indikator PP. Dicatat
perubahan yang terjadi, dan dicatat volume NaOH yang dipakai.

3.3 Rangkaian Alat


Gb.1 Rangkaian alat titrasi(dipakai untuk titrasi lapisan air dengan NaOH
standar).

Gb.2. (a). Proses distribusi dengan mengocok larutan dalam corong pisah; (b).
Proses pemisahan dua larutan yang tak saling campur, dimana akan terbentuk dua
lapiran antar kedua larutan yang bersangkutan (yaaiut antara air dan dietil eter)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
4.1.1. Larutan standar
No Volume asam oksalat Volume NaOH
1 2ml 20,4 ml
2 2ml 20 ml

4.1.2. Titrasi asam asetat


No Kosentrasi asam Volume Volume NaoH Perubahan
asetat asam asetat Warna
1 0,5 M 5ml 4,5ml Merah muda
2 0,25 M 5ml 11,1ml Merah muda
3 0,125 M 5ml 4,6ml Merah muda
4 0,0625 M 5ml 6,7ml Merah muda

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hukum Nernst, jika suatu larutan (dalam air) mengandung zat
organik A dibiarkan bersentuhan dengan pelarut organik yang tidak bercampur
dengan air, maka zat A akan terdistribusi baik ke dalam lapisan air (fasa air) dan
lapisan organik (fasa organik). Dimana pada saat kesetimbangan terjadi,
perbandingan konsentrasi zat terlarut A di dalam kedua fasa itu dinyatakan sebagai
nilai Kd atau koefisien distribusi (partisi) dengan perbadingan konsentrasi zat
terlarut A di dalam kedua fasa organik-air tersebut adalah pada temperatur tetap.
Ekstraksi-cair-cair tak kontinyu atau dapat disebut juga ekstraksi bertahap
merupakan cara yang paling sederhana, murah dan sering digunakan untuk
pemisahan analitik. Ekstraksi bertahap baik digunakan jika perbandingan
distribusi besar. Alat pemisah yang biasa digunakan pada ekstraksi bertahap
adalah corong pemisah. Caranya sangat mudah, yaitu cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula,
kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat
yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah terbentuk dua lapisan,
campuran dipisahkan untuk dianalisis kandungan konsentrasi zat terlarut tersebut.
Kesempurnaan ekstraksi bergantung pada banyaknya ekstraksi yang
dilakukan. Semakin sering kita melakuka ekstraksi, maka semakin banyak zat
terlarut terdistribusi pada salah satu pelarut dan semakin sempurna proses
pemisahannya. Jumlah pelarut yang digunakan untuk tiap kali mengekstraksi juga
sedikit, sehingga ketika ditotal jumlah pelarut untuk ekstraksi tersebut tidak
terlalu besar agar dicapai kesempurnaan ekstraksi. Hasil yang baik diperoleh
dengan jumlah ekstraksi yang relatif besar dengan jumlah pelarut yang kecil.
Senyawa-senyawa organik, misalnya dalam percobaan ini digunakan asam
asetat umumnya relatif lebih suka larut ke dalam pelarut-pelarut organik daripada
ke dalam air, sehingga senyawa-senyawa organik mudah dipisahkan dari
campurannya yang mengandung air atau larutannya. Metode penentuan koefisien
distribusi asam asetat dilakukan dengan penentuan konsentrasi asam asetat baik
yang ada dalam fasa air maupun fasa organik. Pelarut organik yang digunakan
dalam percobaan ini adalah dietil eter.
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi
pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada
suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi yang
dinyatakan sebagai perbandingan antara fasa organik dan fasa air. Prinsip pada praktikum kali
ini yaitu berdasarkan pada distribusi Nernst,yaitu terlarut dengan perbandingan tertentu antara
2 pelarut yang tidak salingmelarut atau bercampur seperti eter, kloroform, karbon sulfida.
Prinsip pada titrasi netralisasi yaitu titrasi asam basa yang melibatkan asammaupun basa
sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya, dimana kadar lalrutan
basa dapat ditentukan dengan menggunakanlarutan asam.Dalam percobaan ini digunakan 4
larutan asam asetat dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0,5 M, 0,25M, 0,125M, dan
0,0625M. Sebanyak 20 mL asam asetat dicampur dengan 20 mL dietil eter, dan dilakukan
pengocokan secara manual selama kurang lebih 15 menit.
Setelah pencampuran asam asetat dengan dietil eter dalam corong pemisah, larutan
menjadi berasa dingin (terjadinya penurunan temperatur larutan) dan saat pengocokan
dilakukan, larutan sering menghasilkan gas dimana gas yang terbentuk itu berasal dari larutan
dietil eter yang bersifat mudah menguap. Oleh sebab itu ketika pengocokan dilakukan,
sesekali gas harus dikeluarkan melalui kran.Pengeluaran gas dilakukan saat gas memberikan
tekanan yang kuat pada tutup corong pemisah. Jika gas tidak dikeluarkan, dapat
menyebabkan terjadinya ledakan pada corong pemisah. Dalam prosedur percobaan
seharusnya dilakukan pengocokan dilakukan selama 30 menit dengan menggunakan
pengocok magnetik sehingga kecepatan pengocokan konstan namun prosedur tersebut tidak
dapat dilakukan dengan baik karena pengocokan dilakukan secara manual sehingga
kecepatan pengocokan tidak dapat berjalan dengan konstan dan hanya dilakukan selama 15
menit. Fungsi pengocokan disini untuk membesar luas permukaan untuk membantu proses
distribusi asam asetat pada kedua fasa. Setelah tercapai kesetimbangan pada corong pisah,
campuran kemudian didiamkan dan terbentuk dua lapisan. fasa atasdan fasa bawah. Dari
kedua fsa tersebut yang diambil adalah fasa bawah karena pada fasa tersebut dicurigai
terdapat asam asetat. Pada pelarut eter, asam asetat yang larut dalam air akan berada di lapisan
bawah, sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut petroleum eter berada di
lapisan bawah. Hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis pelarut organik dengan berat jenis
air (massa jenis air lebihbesar di banding masa jenis petroleum eter dimana massa jenis
petroleum eter sebesar 0,66 sedangkan massa jenis air sebesar 0,99)Setelah proses pemisahan
lapisan larutan berjalan dengan sempurna, maka lapisan air yang mengandung asam asetat
dikeluarkan dan selanjutnya sebanyak 5mL larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,5
M Titrasi ini merupakan jenis titrasi asam basa dimana asamnya yaitu asam asetat
(CH3COOH) bertindak sebagai titrat sedangkan basa yaitu NaOH bertindak sebagai titran.
Dilakukan pula untuk konsentrasi 0,25M, 0,125M dan 0,0625M. Penggunaan indikator
berguna untuk mendeteksi titik akhir titrasi, dimana akan terjadi perubahan warna dari bening
menjadi merah muda. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indikator fenolftalein
(pp). Indikator ini merupakan asam diprotik dan tidak berwarna. Saat direkasikan,
fenolftalein terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian, dengan
menghilangnya proton kedua dari indikator ini menjadi ion terkonjugat maka akan dihasilkan
warna merah muda, pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari bening
menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Dari proses titrasi diperoleh volume larutan NaOH 0,5 M yang diperlukan untuk
menetralkan asam dalam larutan yaitu asam asetat, dimana untuk tiap konsentrasi asam asetat
dilakukan pengulangan. Adapun volume NaOH yangdiperlukan untuk konsentrasi asam
asetat 0,5 M adalah 4,5ml; yang 0,25 adalah 11,1ml; yang o,125 adalah 4,6ml dan
dan yaang 0,0625 adalah 6,7ml. Hasil yang diperoleh ini menunjukkan bahwa antara
konsentrasia sam asetat dengan volume NaOH yang diperlukan dalam titrasi memiliki
hubunganyang sebanding. Walaupun ada volume yang sangat sedikit dan ada agat naik
drastis, itu dikarenakan, kurangnya distribusi saat pengocokan, kemudian ada zat yang
tumpah/keluar saat pengocokan, sehingga berpengaruh pada saat proses titrasi yaitu pada
volumenya. Pada dasarnya, Semakin besar konsentrasi asam asetat yang digunakan, maka
volume larutan NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam asetat tersebut juga akan
semakin banyak. Secara teknik, faktor pengocokan sangat penting dan
mempengaruhi proses distribusi suatu larutan organik pada pelarut organik dan air
yang tidak saling campur. Selain itu, temperatur juga mempengaruhi proses
ekstraksi, karena ekstraksi harus dilakukan pada tempertur konstan.
Dari volume NaOH yang diperoleh dapat dilakukan perhitungan untuk mencari nilai
koefisien distribusi dari percobaan yang dilakukanNilai KD untuk larutan asam asetat pada
konsentrasi tiapkonsentrasi secara berurutan sebesar 0,108 M; 0,107 M; 0,107 M; dan
0,107 M. Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai Kddengan perbandingan hampir
sama. Hal ini hampir sesuai dengan literatur dimana semakin tinggi konsentrasi asam asetat
maka nilai KD yang diperoleh juga semakin tinggi. Penyebab dari ketidaksesuaian ini adalah
kecepatan dari pengocokan yang tidak sama antara kedua larutan sehingga tidak terjadi
pemisahan secara sempurna.

.A dapun fungs i bahan dan ala t s ebagai berikut : as a m cuka


(C H 3COOH) berfungsi sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam asetatnya.
Natrium hidroksida (NaOH) berfungsi sebagai larutan standar untuk
menitrasi asam cuka(titran). Indikator Phenolphtalein (pp) berfungsi sebagai
indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi dan untuk akuades berfungsi
sebagai pelarut. Fungsi petroleum eter adalah sebagai pelarut organik yang digunakan
untuk melarutkan asam asetat.Untuk fungsi alatnya yaitu : pipet tetes berfungsi untuk
mengambil indikator dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer.
Erlenmeyer sendiri berfungsi sebagai wadah zat yang akan dititrasi. Statif dan klem
berfungsi sebagai penyanggah berdirinya buret. Fungsi buret itu sendiri adalah sebagai
wadah untuk titrannya(NaOH). Beaker glass berfungsi sebagai wadah campuran
yang diaduk. Corong pisah disini berfungsi untuk memasukkan larutan standar
ke dalam buret. Maupun ke dalam Erlenmeyer. Dan fungsi untuk batang
pengaduk adalah alat untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terbentuk larutan yang
homogen. Sifat fisika dari asam asetat adalah memiliki rumus molekul CH3COOH,
massamolar 60.05 gr/mol, densitas dan fase 1.049 g/cm3, cairan. 1.266 g/cm3,
padatan. Titik lebur 16.50C (289.6 0,5 K) (61.60F). titik lebur sebesar
118.1 0C (391.2 0.6 K) (244.50F). Penampilan cairan higroskopis tak
berwarna. Sedangkan sifat kimianyaa dalah melarut dengan mudah dalam air,
bersifat higroskopis dan korosif, asam asetat merupakan asam lemah dan monobasik.
Asam asetat dapat merubah kertas lakmus biru menjadi merah. Asam asetat
membebaskan CO2
dari karbonat dan as am as et at menyerang logam yang melibatkan hidrogen. Sifat
fisika untuk NaOH adalah memiliki densitas dan fase 2.100 g/cm3, cairan, memiliki titik
lebur dan titik didih sebesar 3180C dan 13900C, penampilan yaitu cairan higroskopis tak
berwarna. Sedangkan untuk sifat kimianya yaitu mudah menyerap gas CO2,
senyawa ini sangat mudah larut dalam air, merupakan larutan basa kuat, sangat
korosif terhadap jaringan tubuh dan tidak berbau. S ifat fis ika untuk indika tor pp
ya it u me mil iki ru mus mo leku l C 20H14O4, pena mpi lan berupa padat an
K ris tal tak berw arna, me mil iki mas s a jenis 1,227, berbentuk larutan,
termasuk asam lemah dan larut dalam air. Sedangkan untuk sifat kimianya adalah
trayek pH berkisar pada 8,2-10, dan merupakan indikator dalam analisis kimia,
tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan, hanya sebagai indikator,
larut dalam 95 % etil alkohol, merupakan asam dwiprotik, tidak berwarna saat
asam dan saat kondisi basa akan berwarna merah lembayung. Adapun sifat fisik dan
kimia dari dietil eter yaitu memiliki rumus molekul CH3CH2-O-CH2-CH3,
dengan titik didih 35 C dan konstanta dielektriknya sebesar 4.3, serta memiliki massa
jenis sebesar 0.713 g/ml. Adapun faktor kesalahan dalam percobaan kali ini yaitu :
K es al ahan pada s aat pengocok an, pen yebabk an ca iran ada ya n g
kelu ar dan dis tr ibus i terha mbat, s ehingga berpeng aruh pada
j umlah volume NaO H ya n g bereaks i
Kesalahan pada saat pengenceran asam asetat, kemungkinan larutan tidak
tepat pada batas tepat,
-mungkin kesalahan pada mentitrasi juga.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Diketahui kelarutan suatu zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling
campur (yaitu air yang tidak bercampur dengan petroleum eter), serta telah
didapat harga konstanta distribusinya yaitu sebesar 0,1073M
5.1 Saran
Adapun saran saya untuk percobaan kedepannya, bisa digunakan pelarut
non polar lain seperti kloroform, etil asetat, benzene ataupun toluena, sehingga
didapat hasil yang bervariasi. Atau mungkin juga bisa menggunakan pelarut non
polarnya selain air, misalnya diginakan etanol atau metanol.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.
Jakarta. . 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT.
Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Soebagio. 2000. Kimia Analitik II (JICA). Malang : Universitas Negeri Malang.
Vogel. 1986. Buku Teks Analisis Secara Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT.
Kalman Media Pustaka.

LAMPIRAN
- Journal
- Data Pengamatan
- Perhitungan
Perhitungan
1. Pembuatan Larutan NaOH
Diketahui: M NaOH = 0,1M
V H2O = 500ml =0,5 L
Mr NaOH = 40

Dit: m NaOH....?
n NaOH

m NaOH =
=

2. Pembuatan Larutan Asam Oksalat untuk Standarisasi NaOH


Diketahui: M asam oksalat = 0,5M
V H2O = 50ml = 0,05 L
Mr asam oksalat = 120

Dit : m asam oksalat...?


n asam oksalat

m asam oksalat =

3. Pembuatan Asam Asetat


Diketahui : M as.asetat Pekat =

V encer = 50 ml
M encer = 0,5 M
Dit : V dari 0,5 M, 0,25M, 0,125M, 0,0625M
a. M

17,49 M V1 0,5 M 50ml

17,49 M V1 25 Mml

V1

V1 1,42 ml

b. M

0,5 M V1 0,25 M 50ml

0,5 M V1 12,5 Mml

V1

V1 25 ml

c. M

0,25 M V1 0,125 M 50ml

0,25 M V1 6,25 Mml

V1

V1 25 ml

d. M

0,125 M V1 0,0625 M 50ml

0,125 M V1 3,125 Mml

V1

V1 25 ml

4. Standarisasi NaOH
H2C2O4. 2H2O + 2NaOH Na2C2O4 +4H2O
Vrata-rata : V1 = 20,4 ml
V2 = 20 ml
V rata-rata

n H2C2O4 . 2H2O
= 0,5 x 2
= 1 mmol
Mol NaOH = x1

= 2mmol
M NaOH =

= 0,099M
5. Perhitungan Konstanta Distribusi Asam Asetat (CH3COOH)
CH3COOH + NaOH CH3COONa +H2O
a. n NaOH =

= 0,099M x 4,5ml
= 0,446 mmol
nCH3COOH = nNaOH = 0,446 mmol

M CH3COOH =

= 0,089M ...(b)
C air = (a-b) M
= ( 4,5 0,089) 0,099
= 0,437
C eter = ( a C air)
= 4,5-0,437
= 4,063
K1 =

= 0,108 M

b. n NaOH =

= 0,099M x 11,1 ml
= 1,099 mmol
nCH3COOH = nNaOH = 1,099 mmol
M CH3COOH =
=

= 0,219 M ...(b)
C air = (a-b) M
= ( 11,1 0,219) 0,099
= 1,077
C eter = ( a C air)
= 11,1-1,077
= 10,023
K2 =

= 0,107 M

c. n NaOH =

= 0.099M x 4,6 ml
= 0,455 mmol
nCH3COOH = nNaOH = 0,455 mmol
M CH3COOH =

= 0,091 M ...(b)
C air = (a-b) M
= ( 4,6 0,091) 0,099
= 0,446
C eter = ( a C air)
= 4,6-0,446
= 4,154
K3 =

= 0,107 M

d. n NaOH =

= 0.099M x 6,7 ml
= 0,663 mmol
nCH3COOH = nNaOH = 0,663mmol
M CH3COOH =

= 0,133 M ...(b)
C air = (a-b) M
= ( 6,7 0,133) 0,099
= 0,650
C eter = ( a C air)
= 6,7 0,650
= 6,05
K4 =

= 0,107 M
K rata-rata =

= = 0,1073

You might also like