You are on page 1of 7

8Jurnal Jurnal

Ners dan
NersKebidanan, Volume
dan Kebidanan, Volume5,5,No. 1, April
Nomor 2018
1, April 2018, hlm. 8–14
DOI: 10.26699/jnk.v5i1.ART.p008–014

PERILAKU ORANGTUA DALAM PENCEGAHAN


OBESITAS ANAK PRASEKOLAH BERBASIS THEORY
OF PLANNED BEHAVIOUR (TPB)
(Parent’s Behavior in Preventing Obesity of Pre-school
Children Based on Theory of Planned Behaviour)

Wiwit Dwi Nurbadriyah


STIKes Kepanjen
email: wiwit_dwi@stikeskepanjen-pemkabmalang.ac.id

Abstract: Children obesity is a problem to be watch out for because the incidence rates tend to increase.
Obesity has an impact on child development both physical and psychosocial aspects as well as having
high risk of becoming obese in adulthood and potentially experiencing various illness and death.
Treatment of obesity is difficulty so the prevention in the become the main priority in maintaining a
healthy diet and activity. Parents, especially mothers, plays an important role in the fulfillment of family
nutrition because mother is person who responsible at home including what is eaten by their children.
Planned behavior in the prevention of obesity can be identified with the approach of Planned Behavior
Theory. This study used descriptive explorative design with a sample of 25 respondents that was the
mother of pre-school children in TK Wonokerso Pakisaji Malang through purposive sampling tech-
nique. Data collection used instruments. The data taken were demographic and spesific data such as
attitude, subjective norm, perceived behavior control (PBC), intention. Parent’s behavior in children
obesity prevention was 64% good. Subjective Norms: Perceptions of social support was 52% good,
perception of control (PBC) that was easy or difficult belief about obesity prevention was 68% good,
Desire Intention / parental intention was 52% good. Health workers are expected to conduct health
education with topics of obesity prevention in children, eating habits, commonly consumed foodstuffs,
eating frequency, food portion, feed intake, dietary restrictions, history of physical activity.

Keywords: prevention behavior, child obesity, theory of planned behavior

Abstrak: Obesitas anak merupakan masalah yang perlu diwaspadai karena angka kejadian cenderung
meningkat. Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak dalam aspek fisik dan psikososial
serta berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab
kesakitan dan kematian. Sulitnya tatalaksanan obesitas menyebabkan pencegahan menjadi prioritas utama
dengan pendekatan keluarga dalam menjaga pola makan dan aktivitas yang sehat. Orang tua terutama Ibu
memegang peranan penting terhadap pemenuhan gizi keluarga karena ibu bertanggung jawab di rumah
termasuk apa yang dimakan oleh anak. Perilaku terencana dalam pencegahan obesitas dapat diidentifikasi
dengan pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB). Rancangan penelitian deskriptif eksploratif
dengan sampel 25 responden yaitu ibu dari anak prasekolah di TK Wonokerso Pakisaji Malang melalui
teknik sampling purposive. Pengumpulan data menggunakan instrumen. Data yang diambil yaitu demografi
dan data khusus yaitu sikap, norma subyektif, perceived behavior control (PBC), intensi. Sikap Keyakinan
orangtua dalam pencegahan obesitas Anak 64% baik. Subyektive Norms Persepsi dukungan sosial yang
dirasakan 52% baik, persepsi terhadap pengendalian (PBC) yaitu keyakinan mudah atau sulit tentang
pencegahan obesitas 68% baik, Intensi Keinginan/ niat orangtua 52% baik. Tenaga kesehatan diharapkan
melakukan pendidikan kesehatan dengan topik pencegahan obesitas pada anak, kebiasaan makan, jenis

8
Nurbadriyah, Perilaku Orangtua dalam Pencegahan Obesitas Anak Prasekolah... 9

bahan makan yang biasa dikonsumsi, frekuensi makan, porsi makan, asupan makan, pantangan makan,
riwayat aktivitas fisik.

Kata kunci: perilaku pencegahan, obesitas anak, theory of planned behavior

PENDAHULUAN psikososial. Obesitas pada anak berisiko tinggi


Pemenuhan gizi seorang anak sangat dipenga- menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi
ruhi oleh orang tua. Perilaku orang tua seperti me- mengalami berbagai penyebab kesakitan dan ke-
makan makanan hingga habis dan mencuci tangan matian, antara lain penyakit kardiovaskular dan
sebelum makan merupakan salah satu perilaku diabetes melitus. Obesitas pada anak juga dapat
pemenuhan gizi yang dapat di contoh oleh anak. mengakibatkan kelainan metabolik, misalnya athero-
Peran orang tua sangat mempengaruhi pola makan genesis, resistensi insulin, gangguan trombogenesis
anak. Hubungan antar keluarga juga sangat dan karsinogenesis (Dhayanaputri, Hartini, &
mempengaruhi aktivitas anak terutama pola makan Kristina, 2011). Obesitas pada masa anak dapat me-
anak. Jika keluarga memberikan pola asuh sesuai ningkatkan kejadian DM tipe 2, juga berisiko men-
dengan tahap perkembangan anak maka diharapkan jadi obesitas saat dewasa serta berpotensi gangguan
pemenuhan gizi anak tercapai secara optimal (Mira- metabolisme glukosa dan penyakit degeneratif
yanti, 2012). Orang tua terutama Ibu memegang seperti penyakit jantung, penyumbatan pembuluh
peranan penting terhadap pemenuhan gizi keluarga- darah dan lain-lain. Selain itu, obesitas pada anak
nya, Karena ibu bertanggung jawab di rumah, ibu usia 6-7 tahun juga dapat menurunkan tingkat kecer-
bertanggung jawab terhadap apa yang dimakan oleh dasan karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi
keluarganya (Aprilia, 2011). menurun dan cenderung malas akibat kelebihan
Penelitian (Anggraini, 2008) di Bogor anak berat badan (Dhayanaputri, Hartini, & Kristina,
yang mengalami Obesitas sebesar 11,94%. Anak 2011).
laki-laki 58,7% dan perempuan 37,9%. Kemudian
anak yang lahir dengan berat badan lebih saat ini BAHAN DAN METODE
mengalami Obesitas sebanyak 66,7%. Sama halnya Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah
di Inggris, anak laki-laki (17%) dan anak perempuan sebagian orang tua yang memiliki anak usia prase-
(15%) usia 2-15 tahun mengalami obesitas (Devi, kolah. Penentuan sampel berdasar kriteria inklusi:
2014). Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan keluarga inti, anak tinggal bersama orangtua, keluar-
(Sartika, 2011) didapatkan hasil obesitas pada anak ga yang dapat membaca menulis, bersedia berpar-
usia 5-15 tahun sebesar 8,3%. Pada artikel yang tisipasi dalam penelitian, ibu sebagai food handler
dimuat oleh (American Heart Association - American utama. Sedangkan kriteria eksklusi: Terdapat keter-
Stroke Association, 2011) hampir 14% anak-anak batasan baik fisik atau mental yang dapat meng-
prasekolah usia 2-5 tahun yang kelebihan berat ganggu penelitian (contoh: buta, gangguan pen-
badan tahun 2014, naik 10% dari tahun 2000. Selain dengaran (tuli), dan dimensia.
itu untuk anak-anak usia 2-5 tahun, prevalensi Penelitian ini jumlah sampel adalah 24 orang
kegemukan meningkat 5,0-10,4 % sedangkan usia tua dengan anak prasekolah di TK Wonokerso
6-11, prevalensi meningkat dari 4,0 ke 19,6%. Pakisaji Malang.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
beberapa Desa di Kecamatan Turen yang dilakukan ini secara Purposive Sampling, yaitu pemilihan
dengan cara wawancara pada orang tua sebanyak sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh
5 orang tua, didapatkan hasil bahwa sebanyak 2 ibu peneliti.
dari anak bekerja dan 3 ibu tidak bekerja, 5 ibu Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
mengatakan kesediaan makanan untuk anaknya adalah: Kuisioner data Umum: Data demografi ter-
cukup, 5 ibu mengatakan tidak mengetahui tentang diri dari data orang tua (ibu) dan data anak, data
obesitas, Sedangkan dari 5 anak berdasarkan berat orang tua meliputi: nama, jenis kelamin, usia, pendi-
badan menurut umur mengalami obesitas. dikan, pekerjaan. Data anak meliputi nama anak,
Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh usia. Serta Kuisioner berbasis Teori Planned Of
kembang anak terutama dalam aspek organik dan Behavior (TPB) yaitu Sikap orangtua dalam pen-
10 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 8–14

cegahan obesitas, Norma subyetif, Perceived 2012). Kebiasaan lain adalah mengkonsumsi makan-
behavioral control, Intensi orangtua dalam pence- an camilan yang banyak mengandung gula sambil
gahan obesitas anak prasekolah. menonton televisi. Camilan yang dipilih bisa dipe-
ngaruhi iklan, hal ini bisa meningkatkan resiko
HASIL PENELITIAN jumlah konsumsi makanan sehingga asupan energi
Data umum responden mayoritas berusia 20- juga meningkat (Wilkinson, 2008 dalam Budiyati,
40 tahun, yaitu 20 (80 %) orang. Usia Rata-rata 30 2012).
tahun dan semua responden 25 orang (100%) Porsi makan atau asupan gizi yang tidak seim-
berasal dari Suku Jawa. Pendidikan 44% lulusan bang bisa meningkatkan resiko obesitas anak. Tidak
SMU. Sedangkan data khusus didapatkan lebih dari membiasakan sarapan pagi dapat mengakibatkan
50% responden memiliki sikap yang positif dalam makan berlebihan pada siang hari sehingga kele-
pencegahan obesitas anak usia prasekolah, yaitu bihan asupanya disimpan dalam bentuk lemak.
sebanyak 16 responden (64%). Meskipun terdapat Makanan lain yang tinggi kalori namun rendah gizi
9 (36%) responden yang memiliki sikap negatif juga menunjang penimbunan lemak (Anggraini,
terhadap pencegahan obesitas. Sikap diartikan 2008)
sebagai perasaan yang mendukung atau memihak Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan ku-
(favorableness) atau perasaan tidak mendukung rangnya pembakaran energi oleh tubuh sehingga
atau tidak memihak (unfavorableness) terhadap kelebihan energi dalam tubuh akan dismpan dalam
suatu objek dalam hal ini pencegahan obesitas. bentuk lemak sehingga mengakibatkan obesitas.
Norma subyektif sebagian besar dalam Pola makan yang tidak seimbang yaitu konsumsi
pencegahan obesitas anak usia prasekolah yaitu kalori berlebih daripada kalori yang keluar untuk
sebanyak 13 (52%) orang. Norma subyektif diar- aktivitas fisik mengakibatkan ketidakseimbangan
tikan persepsi dari individu terhadap tekanan sosial energi (Suraoka, 2012 dalam Musralianti, 2016).
atau sejumlah orang yang dianggap penting dalam Theory of Planned Behavior menyampaikan
menganjurkan untuk melakukan atau tidak melaku- bahwa sikap yang dimiliki seseorang terhadap suatu
kan perilaku pencegahan obesitas pada anak prase- tingkah laku dilandasi oleh belief seseorang ter-
kolah dan berkeinginan untuk mematuhi anjuran atau hadap konsekuensi (outcome) yang akan dihasilkan
larangan tersebut. Lebih dari 50% responden jika tingkah laku tersebut dilakukan (outcome
memiliki persepsi yang baik (Perceived behavior evaluation) dan kekuatan terhadap belief tersebut
control) dalam pencegahan obesitas anak usia (belief strong) (Fishbein & Ajzen, 2010). Intensi
prasekolah yaitu sebanyak 17 (68%) orang. bahwa yang baik cenderung dipengaruhi oleh sikap positif
lebih 50% responden memiliki intensi yang baik ibu dalam pencegahan obesitas. Menurut Theory
dalam pencegahan obesitas anak usia prasekolah. of Planed Behavior perilaku individu dipengaruhi
oleh niat individu itu (behavioral intention) terha-
PEMBAHASAN dap perilaku tertentu. TPB didasarkan pada prinsip
logis bahwa orang akan mengevaluasi konsekuensi
Sikap orangtua dalam pemenuhan gizi anak sebelum melakukan tindakan tertentu (Sharifirad et
sebagai upaya pencegahan obesitas al, 2015). Menurut TPB, tindakan manusia dipandu
Sikap merupakan Keyakinan orangtua dalam salah satunya oleh sikap yaitu keyakinan tentang
pencegahan obesitas terdiri dari: kebiasaan makan, kemungkinan hasil dari perilaku dan evaluasi dari
jenis bahan makan yang biasa dikonsumsi, frekuensi hasil (Javadi M et al, 2013).
makan, porsi makan, asupan makan, pantangan Sikap dianggap sebagai penyebab pertama dari
makan, riwayat aktivitas fisik anak (Kemenkes RI, intensi perilaku tertentu, dalam hal ini perilaku
2012). Kejadian obesitas pada anak dipengaruhi oleh pencegahan obesitas pada anak prasekolah. Se-
diet sehari-hari, terutama diet tinggi kalori dari orang individu akan berniat untuk menampilkan
karbohidrat dan lemak Masukan energi yang lebih suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara
besar dari pada yang digunakan. Sekarang ini sering positif. Orangtua akan berniat (memiliki intensi yang
dijumpai anak prasekolah mengkonsumsi makanan baik) untuk menampilkan perilaku pencegahan
cepat saji (fast food dan junk food), yang umum- obesitas ketika menilai secara positif (bersikap
nya mengandung energi tinggi karena 40-50% positif). Sikap ditentukan oleh kepercayaan individu
berasal dari lemak (Syarief, 2002 dalam Budiyati, mengenai konsekuensi dari suatu perilaku dan
Nurbadriyah, Perilaku Orangtua dalam Pencegahan Obesitas Anak Prasekolah... 11

berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuen- menjadi baik. Demikian sebaliknya, lingkungan yang
sinya. Sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh cenderung melakukan kebiasaan sekedarnya dalam
langsung terhadap intensi berperilaku. Keyakinan pencegahan obesitas pada anak akan mempenga-
orangtua dalam pencegahan obesitas tentang ruhi orang lain di lingkungan tersebut. Seseorang
kebiasaan makan, jenis bahan makan yang biasa cenderung berperilaku sama dalam lingkungan
dikonsumsi, frekuensi makan, porsi makan, asupan sosialnya (peer group).
makan, pantangan makan, riwayat aktivitas fisik Norma subyektif adalah pihak-pihak yang
dianggap berperan dalam perilaku seseorang dan
Norma subyektif orangtua dalam pemenuhan memiliki harapan pada orang tersebut, dan sejauh
gizi anak sebagai upaya pencegahan obesitas mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut
Persepsi dukungan sosial yang dirasakan oleh (Ismail dan Zain, 2008). Norma subyektif yaitu
orangtua dalam pencegahan obesitas tentang: ke- keyakinan tentang harapan normatif orang lain
biasaan makan, jenis bahan makan yang biasa (normative beliefs) dan motivasi untuk memenuhi
dikonsumsi, frekuensi makan, porsi makan, asupan harapan tersebut (motivation to comply) (Fishbein
makan, pantangan makan, riwayat aktivitas fisik. & Ajzen, 2010). Azwar (2010) menyampaikan
Berdasarkan saran dari: Keluarga inti, keluarga bahwa orang lain disekitar kita merupakan salah
besar, lingkungan (Kemenkes RI 2012). satu komponen sosial yang ikut mempengaruhi
Tahap tumbuh kembang anak perlu variasi keyakinan. Seseorang yang dianggap penting,
nutrisi dengan porsi tertentu sesuai pedoman gizi. seseorang yang diharapkan persertujuannya bagi
Akan tetapi selain nutrisi dalam menu makanan, pola setiap tingkah laku dan pendapat kita, seseorang
makan anak juga harus dibentuk sedini mungkin. tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang mem-
Makanan yang biasa dikonsumsi anak prasekolah pengaruhi pembentukan sikap dan keyakinan terha-
tergantung dari makanan yang disediakan orangtua- dap sesuatu. Pada umumnya, individu cenderung
nya. Jika anak tidak diperkenalkan dengan ikan atau untuk memiliki sikap atau keyakinan yang konformis
sayuran, bisa jadi saat dewasa anak kurang menyukai atau searah dengan orang yang dianggapnya
makanan tersebut. Peran orangtua sangat penting penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
untuk memberi contoh makanan bergizi cukup dan oleh keinginan untuk mengindari konflik dengan
seimbang karena kebiasaan dalam keluarga mempe- orang yang dianggap penting. Penelitian ini menun-
ngaruhi pola makan anak (Karomah, 2013). jukkan orang atau kelompok yang dianggap mem-
Pola makan anak bisa dibentuk oleh ibu dengan beri dukungan terhadap orantua dalam pencegahan
memperhatikan jumlah, jenis dan jadwal. Jumlah obesitas adalah keluarga inti, keluarga dan ling-
makanan sesuai kebutuhan kalori, tidak kurang atau kungan.
lebih dengan jenis meliputi karbohidrat, protein, buah,
sayur, lemak serta susu. Agar bervariasi, menu Perceived Behavioral Control Orangtua Dalam
makanan anak disamakan dengan menu keluarga Pemenuhan Gizi Anak Sebagai Upaya
agar tidak cepat bosan. Jadwal makan bisa dibuat Pencegahan Obesitas Anak
teratur, tiga kali makan utama dan 2 kali snack serta Keyakinan mudah atau sulit tentang pence-
membiasakan untuk sarapan sebagai persiapan gahan obesitas: terdiri dari Pola Hidup Sehat Cegah
energy sebelum aktivitas (Irfan dkk, 2013). Obesitas (Kemenkes RI, 2012) yaitu: Konsumsi
Faktor lain yang mempengaruhi norma subyek- buah dan sayur, membatasi menonton TV, bermain
tif orangtua dalam pencegahan obesitas anak prase- komputer, game/playstation, Tidak menyediakan tv
kolah yaitu dukungan lingkungan sosial. Orang di kamar anak, Mengurangi makanan dan minuman
cenderung bersama sesuai kelompok sosialnya misal manis, Mengurangi makanan berlemak dan
umur, jenis kelamin, hobi dan pekerjaan yang sama. gorengan, Kurangi makan diluar, Biasakan makan
Seseorang cenderung bertindak dan berperilaku pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah,
seperti anggota dari kelompok tersebut. Pada Biasakan makan bersama keluarga 1x sehari, Ma-
penelitian Kusumadewi (2012) didapatkan hubungan kanlah makanan sesuai dengan waktunya, Ting-
positif antara dukungan sosial peer group dengan katkan aktifitas fisik minimal 1 jam/ hari, Melibatkan
kebiasaan dalam berperilaku. Lingkungan yang keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pence-
melakukan kebiasaan baik akan membuat yang lain gahan gizi lebih
12 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 8–14

Pada usia prasekolah merupakan peralihan dari tambahan makan pagi anak sebagai kebutuhan gizi
balita ke usia sekolah.. Periode ini merupakan anak yang meningkat selama masa pertumbuhan.
periode kritis dalam pemeliharaan makan, karena Selain itu membawa bekal sendiri juga bisa meng-
anak belajar memilih makanan dan belum mengerti hindarkan penggunaan zat kimia berbahaya dalam
makanan yang bergizi sehingga butuh peran makanan jajanan seperti pewarna, penyedap rasa
orangtua dalam memilih atau menentukan makanan dan pengawet yang perlu diwaspadai. Kesibukan
yang diinginkan (Vertikal, 2012). orangtua (terutama ibu) yang bekerja juga membatasi
Menurut Emirza (2012), bahwa pengetahuan mereka dalam meyiapkan dan menyajikan bekal
kesehatan dan pembinaan gizi tentang pentingnya untuk anak. Menurut Karomah, 2013 kebiasaan
sarapan dan membawa bekal, sanitasi dan jajanan membawa bekal merupakan salah satu faktor pemu-
yang sehat berhubungan dengan status gizi anak. dah yang mendorong terwujudnya pemilihan makan-
Peran orangtua sangat penting dalam memperha- an jajanan yang baik dan sebagai salah satu upaya
tikan pola jajan anaknya yaitu dengan membiasakan mencegah obesitas pada anak.
anak sarapan pagi dan menyiapkan bekal agar me- Rekomendasai aktifitas fisik pada anak untuk
ngurangi jajan di sekolah. mencegah kegemukan antara lain: a. aktivitas fisik
Kebiasaan konsumsi sayur dan buah perlu diper- di sekolah dilakukan melalui kurikulum intra dan
hatikan. Sayur dan buah merupakan serat yang pen- ekstrakurikuler 3-4 jam dalam seminggu dan me-
ting bagi anak dalam masa pertumbuhan. Anak manfaatkan waktu istirahat dengan bermain di
overweight dan obesitas butuh makanan tinggi serat. halaman sekolah. b). aktivitas fisik di rumah dilaku-
Berdasar PUGS (Pedoman Umum Gizi seimbang) kan bersama keluarga dan teman bermain. c). latihan
konsumsi sayur buah minimal 3 porsi/hari. Pola fisik untuk melatih kemampuan gerak dasar,
penduduk Indonesia cenderung lebih rendah daripada fleksibilitas, kekuatan otot dan keseimbangan (Ke-
jumlah yang dianjurkan. Hal ini sesuai dengan menkes RI, 2012).
penelitian Irfan (2013) bahwa frekuensi konsumsi Variabel Perceived Behavional Control
sayur 98,3% jarang mengkonsumsi sayur dan 100% diasumsikan merefleksi pengalaman masa lalu, dan
kategori jarang. mengantisipasi halangan yang mungkin terjadi atau
Perilaku sedentary (aktivitas fisik yang rendah Perceived Behavional Control adalah persepsi
seperti menonton TV dan bermain games) mem- seseorang tentang kemudahan atau kesulitan untuk
punyai hubungan dengan kejadian gizi lebih. (Verti- berperilaku tertentu. Perceived Behavional
kal, 2012). Penelitian Musthtaq et al, 2011 dalam Control diasumsikan memiliki pengaruh motiva-
Vertikal, 2012 pada anak usia 5-12 tahun di Lahore sional terhadap intensi. Individu yang menyakini
Pakistan perilaku sedentary lebih dri 1 jam/hari bahwa ia tidak memiliki kesempatan untuk berperi-
mempunyai kemungkinan lebih besar menjadi gizi laku, tidak akan memiliki intensi yang kuat, meskipun
lebih. ia bersikap positif dan didukung oleh referents
Diet mempunyai peran besar dalam kejadian (orang-orang disekitarnya) (Fishbein & Ajzen,
obesitas pada anak, terutama tinggi kalori dari 2010).
karbohidrat dan lemak. Makanan cepat saji (fast Perceived Behavional Control ini dihasilkan
food dan junk food) mempunyai energy tinggi oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu
karena 40-50% dari lemak. Masukan energy lebih mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk mela-
besar dari eneri yang digunakan (Syarief, 2002 da- kukan perilaku pendokumentasian. Perceived
lam Budiyati, 2011). Penelitian di Iran oleh Maddah Behavional Control ini sangat penting ketika rasa
dan Nikooyeh, 2009 dalam Budiyati, 2011 menye- percaya diri seseorang cukup dalam berada dalam
butkan bahwa melewatkan makan pagi pada anak kondisi yang lemah, karena Perceived Behavional
dapat meningkatkna resiko berat badan lebih dan Control meningkatkan motivasi. Hasil penelitian
obesitas. Pada anak yang melewatkan makan pagi menunjukkan bahwa intensi yang baik dihasilkan
dapat meningkatkan resiko berat badan lebih oleh PBC yang baik.
sebanyak 17%. Melewatkan makan pagi berhubung-
an dengan konsumsi makanan tinggi kalori selama Intensi Orangtua dalam pencegahan obesitas
di sekolah karena rasa lapar sehingga cenderung anak usia prasekolah
makan camilan yang manis.
Sebagian besar ibu tidak membawakan bekal Keinginan/niat orangtua dalam tentang pence-
gahan obesitas: terdiri dari Pola Hidup Sehat Cegah
makanan ke sekolah. Makanan bekal dapat menjadi
Nurbadriyah, Perilaku Orangtua dalam Pencegahan Obesitas Anak Prasekolah... 13

Obesitas (Kemenkes RI, 2012). Konsumsi buah dan Perceived Behavior Control (PBC) Orangtua
sayur, membatasi menonton TV, bermain komputer, Dalam Pemenuhan Gizi Anak Sebagai Upaya Pen-
game/playstation, Tidak menyediakan tv di kamar cegahan Obesitas Anak 68% baik, Intensi Orangtua
anak, Mengurangi makanan dan minuman manis, Dalam Pemenuhan Gizi Anak Sebagai Upaya
Mengurangi makanan berlemak dan gorengan, Ku- Pencegahan Obesitas Anak 52% baik.
rangi makan diluar, Biasakan makan pagi dan mem-
bawa makanan bekal ke sekolah, Biasakan makan Saran
bersama keluarga 1x sehari, Makanlah makanan Bagi petugas kesehatan setempat: Perlu me-
sesuai dengan waktunya, Tingkatkan aktifitas fisik ningkatkan pendidikan kesehatan dengan topik
minimal 1 jam/ hari, Melibatkan keluarga untuk pencegahan obesitas pada anak, kebiasaan makan,
perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih. jenis bahan makan yang biasa dikonsumsi, frekuensi
Faktor intensi perilaku merupakan inti dari peri- makan, porsi makan, asupan makan, pantangan
laku terencana, namun penyebab intensi tidak hanya makan, riwayat aktivitas fisik, Bagi ibu dengan anak
dua (sikap terhadap perilaku pendokumentasian prasekolah, diharapkan meningkatkan pemahaman
asuhan keperawatan dan norma subyektif) melain- tentang Pola Hidup Sehat Cegah Obesitas seperti
kan tiga dengan diikutsertakan aspek kontrol perilaku Konsumsi buah dan sayur, membatasi menonton TV/
(Perceived Behavional Control). Ketiga kom- game/playstation, Mengurangi makanan manis dan
ponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi berlemak, melalui pencarian informasi secara
intensi yang pada gilirannya akan menentukan mandiri melalui internet.
apakah perilaku yang bersangkutan dalam hal ini
perilaku pendokumentasin asuhan keperawatan akan DAFTAR RUJUKAN
dilakukan atau tidak (Azwar,2010).
Ajzen, Albarracin, & Hornik. 2010. Prediction and
Ajzen menyatakan bahwa niat seseorang mela-
Change of Health Behavior. Appliying The
kukan perilaku akan menentukan dilakukan atau Reasoned Action research. New Jersey: LEA
tidak dilakukan perilaku tersebut (Ajzen, Albarracin, Publisher.
& Hornik, 2010). Intensi merupakan faktor motiva- American Heart Association - American Stroke
sional yang memiliki pengaruh pada perilaku, sehing- Association. 2011. Understanding Chilhood
ga orang dapat mengharapkan orang lain berbuat Obesity.
sesuatu berdasarkan intensinya. Pada umumnya, Anggraini, S. 2008. ‘Faktor Resiko Obesitas Pada Anak
intensi memiliki kolerasi yang tinggi dengan perilaku, Taman Kanak- Kanak Di Kota Bogor’. Skripsi.
oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan)
perilaku. Intensi diukur dengan sebuah prosedur Aprilia, A. Bondika. 2011. ‘Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemilihan Makanan Pada Anak Sekolah
yang menempatkan subyek di dimensi probabilitas
Dasar’. Skipsi, Universitas Diponegoro (Tidak
subyektif yang melibatkan suatu hubungan antara Dipublikasikan)
dirinya dengan tindakkan (Fishbein & Ajzen, 2010). Azwar, S. 2010. Sikap Manusia, Teori dan
Intensi juga merupakan faktor penentu apakah pe- Pengukuranya. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
rilaku yang bersangkutan dalam hal ini perilaku Budiyati. 2011. ‘Analisis Faktor Penyebab Obesitas
pendokumentasian asuhan keperawatan akan Pada Anak Usia Sekolah di SD Islam Al Azhar 14
dilakukan atau tidak (Azwar, 2010). Semarang’, Skripsi, Universitas Indonesia (Tidak
Dipublikasikan)
SIMPULAN DAN SARAN Dhayanaputri, I. S., Hartini, T. N. S., & Kristina, S. A.
2011. ‘Persepsi ibu, guru dan tenaga kesehatan
Simpulan tentang obesitas pada anak taman kanak-kanak’.
Perilaku ibu dalam pencegahan obesitas anak Berita Kedokteran Masyarakat, vol 27, No.1, hal.
prasekolah berbasis Theory Of Planned 32–40.
Bahaviour di TK Wonokerso Pakisaji Kabupaten Emirza, P. 2012. ‘Hubungan Asupan Makanan dan
Faktor Lainya Terhadap Kejadian Kelebihan
Malang adalah: Sikap Orangtua Dalam Pemenuhan
Berat badan’, Skripsi, Universitas Indonesia (Tidak
Gizi Anak Sebagai Upaya Pencegahan Obesitas Dipublikasikan)
Anak 64% baik, Subyektive Norms/Norma subyek- Fishbein & Ajzen. 2010. Predicting and changing
tif Orangtua Dalam Pemenuhan Gizi Anak Sebagai Behavior. The reasoned Action Approach, New
Upaya Pencegahan Obesitas Anak 52% baik, York: Psychology Press
14 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 8–14

Irfan, dkk. 2013. ‘Pola Konsumsi Sayur, Buah dan Kusumadewi. 2012. Hubungan Dukungan Sosial Peer
Aktivitas Sedentari Mahasiswa Obesitas’, Skripsi, Group dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan
Universitas Hasanuddin (Tidak dipublikasikan) terhadap Peraturan pada Remaja Putri. Retrieved
Ismail, V.Y dan Zain, E. 2008. ‘Peranan Sikap, Norma from http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/
Subyektif dan Perceived Bahavior Control terhadap index.php/candrawijaya/article/view/25/15
Intensi Pelajar SLTA untuk Memilih Fakultas Musralianti, F dkk. 2016. Hubungan Antara Aktivitas
Ekonomi’, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 5, No 3 Fisik dan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas
hal 237-257 Pada Siswa SMP Kristen Eben Haizar I Manado.
Javadi, M., Kadkhodaee, M., Yaghoubi, M., Marofi, M., Skripsi Universitas Sam Ratulangi (Tidak Dipublika-
dan Sham. 2013. Appliying Theory of planned sikan)
Behavior In Predicting of patient Safety Behaviors Sartika, R. A. D. 2011. ‘Faktor Risiko Obesitas pada Anak
of Nurses. Mater Sociomed. 5-15 Tahun di Indonesia’, Makanan Kesehatan,
Karomah, A. 2013. ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan Vol.15, No.1, hal 37–43.
Dengan Status Gizi Lebih Pada Anak Pra Sekolah Sharifirad, G., Mostafavi, F., Reisi, M., Mahaki, B,
di TK Salman ITB Ciputat’, Skripsi, UIN Syarif Javadzade, Heydarabadi dan Esfahani, M. 2015.
Hidayatullah(Tidak Dipublikasikan) Predictors of Nurses Intention and Behavior in
Kementerian kesehatan Republik Indonesia. 2012. Using Health Literacy Strategies in patient
Pedoman Pencegahan dan penanggulangan kege- Education Based on the Theory of Planned
mukan dan Obesitas. Jakarta: Direktorat jenderal Behavior. Mater Sociomed.
bina gizi dan kesehatan ibu dan anak Vertikal, L. 2012. ‘Aktivitas Fisik, Asupan Energi,
Mirayanti, N. K. 2012. Hubungan Pola Asuh Pemenuhan Asupan Lemak Hubunganya dengan Gizi Lebih
Nutrisi dalam Keluarga dengan Status Gizi Balita pada Siswa SD Pondok Cina I’, Tesis, Universitas
di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Indonesia (Tidak dipublikasikan).
Cimanggis Kota Depok. Retrieved from http://
perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3558.pdf

You might also like