You are on page 1of 7

186

EFEKTIVITAS EKSTRAK BABADOTAN (Ageratum conyzoides L.)


TERHADAP TINGKAT KEMATIAN LARVA Spodoptera litura F.
EFFECTIVITY OF BABADOTAN EXTRACT (Ageratum conyzoides L.) TO MORTALITY OF
LARVAL Spodoptera litura F.

Sonja Verra Vinneke Lumowa*)


*) ProgramStudi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Samarinda
Jl. Muara Pahu, Kampus UNMUL, Samarinda, Telp.+62-541-743651, Fax. +62-541-743929
Email: sonjalumowa@yahoo.co.id

ABSTRACT

Effectivity of babadotan extract (Ageratum conyzoides L.) to mortality larval of Spodoptera litura F. had
been conducted at the Laboratory of Wood Chemistry, Faculty of Forestry and the Laboratory of Biology
Education, Faculty of Teacher Training and Education University of Samarinda Mulawarman from June
to October 2010. The study aimed to determine the effectivity of the babadotan extract to mortality of
larval S. litura (instarIV). Research activities were the preliminary test and advanced test. Preliminary
test was the concentration of six treatments namely 0%, 0.001%, 0.01%, 0.1%, 1% and 10%, while the
advanced test consisted of four treatments viz the concentration of 0%, 5%, 10% and 20%. The result
showed that the concentration of 10% resulted death rate by 60% of test larvae in preliminary trials.
Whereas, the treatment of advanced test with a concentration of 20% revealed that the death rate was
100% with the periode of mortality 26-60 minutes.
Keywords: extract babadotan, Spodoptera litura larvae

ABSTRAK

Penelitian efektivitas ekstrak babadotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap tingkat kematian larva
instar IV Spodoptera litura F. telah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Kayu Fakultas Kehutanan, dan
di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman
Samarinda 30 Juni 2010 sampai dengan 8 oktober 2010. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
efektivitas ekstrak babadotan (A. conyzoides) terhadap tingkat kematian larva instar IV S. litura instar.
Kegiatan penelitian terdiri dari uji pendahuluan dan uji lanjutan. Uji pendahuluan digunakan 6 perlakuan
yaitu konsentrasi 0%, 0,001%, 0,01%, 0,1%, 1% dan 10%; sedangkan uji lanjutan terdiri dari 4
perlakuan yaitu konsentrasi 0%,5%,10% dan 20%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada uji
pendahuluan dengan perlakuan konsentrasi 10 % menghasilkan tingkat kematian larva uji sebesar 60
%; sedangkan pada uji lanjutan dengan perlakuan konsentrasi 20 % menghasilkan tingkat kematian
larva uji sebesar 100 % dengan lama kematian larva uji 26-60 menit.
Kata kunci: ekstrak babadotan, larva Spodoptera litura
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 187

PENDAHULUAN saponin, polifenol, dan minyak atsiri (Kardinan,


2001).
Serangga mempunyai peranan penting S. litura merupakan serangga hama yang
dalam kehidupan manusia. Manusia mendapatkan menyerang atau memakan tanaman pada bagian
banyak manfaat dari kehadiran serangga. Bebera- daun sehingga meninggalkan lubang (Sudarmo,
pa jenis serangga bermanfaat sebagai pollinator 2000). larva biasanya menyerang tanaman padi,
atau serangga penyerbuk, penghasil madu dan su- kubis, sawi, kacang-kacangan, kentang, cabai,
tera. Sebaliknya banyak jenis serangga yang dapat bawang merah dan tanaman lainnya (Soemadi,
merugikan manusia, seperti serangga perusak ta- 2003 dan Pracaya, 2005). Kemampuan merusak
naman, serangga vektor baik yang menyebabkan serangga hama ini tergantung pada perkemba-
penyakit pada tanaman maupun pada manusia ngan stadianya (Harahap, 2005). Larva instar I ulat
(Jumar,1997). memakan epidermis daun hingga menyisakan se-
Setiap jenis tanaman pertanian tidak akan rat-serat daun. Larva instar II dan III memakan he-
pernah terhindar dari gangguan hama dan penya- laian daun dengan meninggalkan tulang-tulang
kit. Serangga hama dapat menyebabkan tunas ta- daunnya. Sedangkan larva instar IV dan V dapat
naman meranggas, daunnya berlubang atau se- memakan seluruh daun sampai ketulang-tulang
mua daunnya habis hingga tersisa tulang daun daunnya sehingga akan sangat mengganggu per-
atau serat daunnya saja. Kondisi seperti ini dapat tumbuhan tanaman yang diserangnya.
menyebabkan terjadinya penurunan kuantitas Berbagai cara dilakukan untuk mengen-
maupun kualitas hasil tanaman pertanian. dalikan hama S. litura, diantaranya memanfaatkan
Usaha pengendalian hama yang dilaku- tanaman babadotan dengan cara membuat ekstrak
kan oleh petani di Indonesia masih sering menggu- dari tanaman tersebut, dan telah diketahui bahwa
nakan insektisida sintetis sehingga menyebabkan pengendalian dengan cara ini ramah lingkungan
efek samping yang serius seperti terjadinya pence- karena tidak mengandung bahan kimia yang ber-
maran udara, tanah dan air, matinya organisme bahaya yang dapat merusak komponen tanah
non sasaran (musuh alami), dan terjadinya resur- maupun organisme yang ada di sekitar tanaman.
jensi hama (Pandit, 2006). Penelitian bertujuan untuk mengetahui
Sejak berdirinya Pusat Ilmu Pengetahuan efektivitas ekstrak babadotan (A. conyzoides) ter-
Botani oleh Belanda pada tahun 1888, banyak dila- hadap tingkat kematian larva S. litura instar IV.
kukan penelitian tentang tanaman beracun di
Indonesia dan sejak tahun 1950-an telah dilakukan METODE PENELITIAN
penelitian tentang pemanfaatan tanaman seperti
Penelitian ini dilaksanakan sejak 30 Juni
tanaman tuba, bunga krisan liar sebagai pestisida
2010 sampai dengan 8 oktober 2010. Penelitian
nabati (Novizan, 2002). Hamid & Nuryani
dilaksanakan pada areal pertanian Lempake Desa
(1992) mencatat di Indonesia terdapat 50
Joyo Mulyo, kemudian dilanjutkan di Laboratorium
famili tumbuhan penghasil racun. Famili tum-
Kimia Kayu Fakultas Kehutanan untuk ekstrasi dan
buhan yang d i a n g g a p m e r u p a k a n s u m -
Laboratorium Biologi untuk pengenceran dan pe-
ber potensial insektisida nabati ada-
ngujian ekstrak.
l a h M e l i a c e a e , Annonaceae, Asteraceae,
Piperaceae dan Rutaceae (Arnason et.al., Prosedur Kerja
1993; Isman,1995). Seperti halnya tanaman be- Rearing Larva S. litura
racun lainnya, babadotan juga memiliki kemampu- Larva S. litura diambil pada lahan pertain-
an sebagai insektisida nabati (racun serangga), ka- an (lokasi Desa Joyo Mulyo kecamatan Lempake)
rena dalam babadotan terkandung senyawa pen- kemudian dipelihara di dalam stoples-stoples (ber-
ting atau senyawa metabolit yang bersifat sebagai diameter ± 10-25 cm) yang sudah disediakan.
insektisida seperti alkaloid, flavonoid, kumarin, Tiap-tiap toples ditutup dengan menggunakan kain
sifon.
Lumowa, S.V.V. : Efektivitas Ekstrak Babadotan …………….. 188

Pakan untuk pemeliharaan larva adalah (kontrol); 0,001%; 0,01%; 0,1%; 1% dan 10%.
daun sawi, pakan diganti setiap hari, pagi dan sore Masing-masing perlakuan diberi larva uji sebanyak
hari agar larva selalu mendapatkan pakan yang 5 ekor, sehingga jumlah sampel larva uji adalah
segar dan sebelumnya stoples-stoples tersebut sebanyak 30 ekor. Larva uji diberi pakan berupa
dibersihkan terlebih dahulu. Masing-masing stop- daun sawi yang telah disemprot dengan ekstrak
les diberi 5 lembar daun sawi (ukuran hampir sama larutan babadotan berdasarkan masing-masing
besar). konsentrasi, kemudian diamati selama 24 jam.
Setelah larva mencapai stadia pupa, dile- Penentuan ambang atas dan bawah kon-
takkan pada wadah yang diberi alas kapas lembab sentrasi ekstrak babadotan mengikuti rumus :
dan dipelihara di dalam kotak pemeliharaan se- =
rangga. Setelah menjadi imago dibiarkan tetap di
N = Konsentrasi ambang atas
dalam kotak pemeliharaan untuk berkopulasi. Ima-
n = konsentrasi ambang bawah
go diberi larutan madu sebagai makanannya. Te-
k = jumlah konsentrasi yang akan diuji
lur-telur yang diperoleh dari hasil rearing dipelihara
a = konsentrasi terkecil dalam deretan yang akan
sampai menetas dan menjadi larva dan dipelihara
ditentukan setelah n.
terus sampai mencapai instar IV yang digunakan
Dengan menggunakan rumus tersebut
sebagai larva uji. Larva diberi lembar daun sawi
maka dapat ditentukan nilai konsentrasi a,b,c,d,
yang diganti setiap harinya. Pengamatan dilakukan
dan e dengan rumus:
setiap hari untuk mengetahui lama hidup masing-
masing stadia. = = = = =
Berdasarkan rumus di atas dosis yang digu-
Pembuatan Ekstrak Babadotan nakan 0,001 %; 0,01%; 0,1%; 1%; 10% dan kontrol
Babadotan dibersihkan kemudian dipo- (tidak diberi ekstrak) maka terdapat 6 perlakuan.
tong dan dikeringkan dikeringkan selama lebih ku-
rang 10 hari, kemudian ditumbuk dan ditimbang Uji Lanjutan
berat kering 0.5 kg. Bubuk babotan dilakukan ma- Uji lanjutan dilakukan berdasarkan hasil uji
serasi dengan menggunakan pelarut etanol 90% di pendahuluan untuk menetapkan ambang lethal
dalam gelas kimia selama 3 hari sekali diaduk konsentrasi yang akan digunakan. Larva instar IV
dengan menggunakan sendok kayu. sebanyak 10 ekor masing-masing dimasukkan ke
Setelah 3 hari hasil rendaman tersebut di- dalam stoples berdiameter 25 cm. Daun sawi ma-
saring dengan menggunakan kertas saring dan co- sing-masing disemprot dengan ekstrak babadotan
rong ke dalam gelas kimia. Dilakukan maserasi berdasarkan tingkat perlakuan/konsentrasi yaitu
kembali dengan menggunakan larutan etanol 96% 5%, 10%, dan 20% (2,5 gr dalam 50 ml aquades
dari sisa ampas maserasi sebelumnya hingga eks- untuk konsentrasi 5%; 5 gr dalam 50 ml aquades
traksi yang dihasilkan jernih. untuk konsentrasi 10%; dan 10 gr dalam 50 ml
Kemudian hasil ekstraksi tersebut dilaku- aquades untuk konsentrasi 20%). Penyemprotan
kan pemekatan larutan dengan menggunakan ro- dilakukan masing-masing sebanyak 8 kali semprot-
tary evaporator. Ekstrak yang pekat dimasukkan an pada daun sawi sebagai makanan larva uji. Pe-
kembali ke dalam oven vakum hingga wujudnya ngamatan dilakukan selama 24 jam dengan men-
menjadi agak kental seperti menyerupai pasta. catat jumlah larva uji yang mati dan waktu kemati-
an larva setelah aplikasi ekstrak babadotan.
Pengujian Ekstrak Babadotan
Uji Pendahuluan Pengamatan
Uji pendahuluan digunakan untuk menen- Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini
tukan konsentrasi ambang atas dan konsentrasi adalah lama hidup S. litura, tingkat kematian larva
ambang bawah, dimana pada uji pendahuluan ini uji (uji pendahuluan dan uji lanjutan).
menggunakan 6 perlakuan yaitu konsentrasi 0%
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 189

HASIL DAN PEMBAHASAN hari. Lebih lanjut, Cabizza et al. (2004) melaporkan
bahwa senyawa tefrosin dan deguelin dapat di-
Lama Hidup S. litura degradasi oleh cahaya matahari. Prijono (1999)
Hasil pengamatan pada rearing S. litura di mengemukakan bahwa beberapa kekurangan in-
laboratorium ternyata lama hidup masing-masing sektisida botani antara lain persistensinya yang
stadia perkembangan S. litura bervariasi seperti rendah, sehingga pada tingkat populasi hama yang
terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 ter- tinggi untuk mencapai keefektifan pengendalian
nyata total lama hidup S. litura di laboratorium yang maksimum diperlukan aplikasi yang ber-
mencapai 41 hari yang terdiri dari stadium telur 3 ulang-ulang.
hari dimulai sejak peletakan telur sampai menetas
menjadi larva, stadium larva terdiri dari 5 instar Uji Lanjutan
mencapai 20 hari untuk berubah menjadi prapupa, Pada uji lanjutan menggunakan 4 perla-
stadium prapupa mencapai waktu 2 hari untuk kuan yaitu konsentrasi 0% (kontrol), 5%, 10% dan
menjadi pupa, stadium pupa mencapai 9 hari, dan 20%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada
lama hidup imago mencapai 7 hari. perlakuan konsentrasi 5% mortalitas larva 30%,
Menurut Ardiansyah (2007) sekor imago perlakuan konsentrasi 10% menghasilkan mortali-
betina dapat meletakkan 2000-3000 telur. Ulat ber- tas sebanyak 70%, sedangkan pada konsentrasi
kepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa 20% mortalitas larva uji mencapai 100%.
rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan Hasil penelitian menunjukkan bahwa eks-
dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berki- trak babadotan dapat digunakan sebagai insektisi-
sar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari, da botani untuk mengendalikan lara S. litura. Pada
larva yang terdiri dari 5 instar : 20-46 hari, pupa: 8- dosis perlakuan 20% dapat menyebabkan tingkat
11 hari). Selanjutnya Kalshoven (1981) menyata- mortalitas sebesar 100% dengan waktu lebih kecil
kan bahwa S. litura diklasifikasikan dalam ordo dari 1 jam. Gejala pada sampel larva uji yang mati
Lepidoptera dan famili Noctuidae adalah serangga setelah perlakuan adalah tubuh larva uji mengecil
hama penting pada beberapa tanaman pertanian. pada bagian abdomennya dan mengeluarkan bau
Perkembangan S. litura dari stdium telur sampai yang tidak sedap.
imago mencapai 30- 36 hari. Babadotan merupakan tumbuhan meru-
pakan tumbuhan yang berbentuk herba yang ba-
Pengaruh Ekstrak Tanaman Babadotan nyak tumbuh di kawasan hutan sampai ketinggian
Uji Pendahuluan 2.100 meter dpl. Daun Babadotan mengandung
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa senyawa alkaloid dan flafanoid.
pada uji pendahuluan hanya perlakuan dosis 10% Menurut Dinata (2007) flafonoid dapat di-
yang dapat membunuh larva uji dengan tingkat ke- manfaatkan sebagai bahan aktif dalam pembuatan
matian mencapai 60% seperti terlihat pada Tabel insektisida nabati. Sedangkan alkaloid menurut
2. Suryani (1991) dalam Sanyoto (2003), merupakan
Pada perlakuan dengan konsentrasi 0-1% senyawa pahit dan beracun dapat menyebabkan
tidak ditemukan adanya kematian larva. Hal ini di- rasa pusing dan tidak mau makan daun sawi di-
duga karena rendahnya residu senyawa aktif yang sebabkan rasanya yang pahit dan akhirnya mati.
tertinggal pada daun perlakuan setelah penyem- Lebih lanjut Samsudin (2008) menyatakan bahwa
protan. Rendahnya deposit senyawa aktif dapat di- kandungan aktif tanaman babadotan adalah
sebabkan karena terjadinya degradasi bahan aktif saponin, flavanoid dan polifenol mampu mencegah
oleh faktor lingkungan terutama sinar matahari dan hama mendekati tanaman (penolak) dan mampu
suhu. Scott et.al. (2003, 2004) melaporkan penuru- menghambat pertumbuhan larva menjadi pupa.
nan residu senyawa dapat disebabkan sinar mata-
Lumowa, S.V.V. : Efektivitas Ekstrak Babadotan …………….. 190

Tabel 1. Lama Hidup S. litura Di Laboratorium


(Table 1. Life Cycle of S. litura in the Laboratory)
No. Fase Perkembangan Lama hidup (hari)
1. Telur 3 Hari
2. Larva Instar 1 2 Hari
Larva Instar 2 3 Hari
Larva Instar 3 4 Hari
Larva Instar 4 5 Hari
Larva Instar 5 6 Hari
3. Prapupa 2 Hari
Pupa 9 Hari
Imago 7 Hari
Lama Hidup 41 Hari

Tabel 2. Mortalitas Larva pada Uji Pendahuluan


(Table 2. Larval Mortality in the Introduction Test)
Perlakuan/konsentrasi Jumlah Sampel Larva Jumlah Larva yang Persentase
Ekstrak Babadotan (%) Uji Mati (24 jam) Kematian (%)
0 5 0 0
0,001 5 0 0
0,01 5 0 0
0,1 5 0 0
1 5 0 0
10 5 3 60

Tabel 3. Mortalitas Larva pada Uji Lanjutan


(Table 3. Larval Mortality at the Follow-Up Test)
Perlakuan/konsentrasi Jumlah sampel Jumlah larva yang Persentase Waktu kematian
ekstrak babadotan (%) larva uji mati (24 jam) kematian (%) (jam)
0 (kontrol) 10 0 0 0
5 10 3 30 4-12
10 10 7 70 4 - 19
20 10 10 100 <1

Pestisida nabati dapat mengendalikan se- makin tinggi konsentrasi ekstrak babadotan yang
rangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang diberikan maka ekstrak babadotan semakin tinggi
unik, yaitu dapat melalui perpaduan beberapa cara tingkat mortalitas larva uji
atau secara tungal. Cara kerja sangan spesifik
yaitu: merusak perkembangan, telur,larva dan Saran
pupa, penolak makan, menghambat reproduksi Dengan adanya hasil penelitian ini, diha-
serangga betina hama, mengusirserangga dan rapkan dapat memberikan informasi bagi semua
menghambat penggantian kulit serangga (Solikin, pihak bahwa tanaman babadotan dapatb diguna-
2011). kan sebagai insektisida yang ramah lingkungan.
Diharapkan penelitian ekstrak babadotan
KESIMPULAN DAN SARAN ini dapat dilanjutkan untuk diujikan langsung ke ta-
naman yang terserang serangga.
Kesimpulan Diharapkan adanya penelitian lebih anjut
Ekstrak babadotan bersifat sebagai insek- mengenai pengaruh ekstrak babadotan terhadap
tisida botanis terhadap larva instar IV S. litura. Se- jenis serangga lainnya.
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 191

Pandit, I. 2006. Resiko Pestisida Nabati.


DAFTAR PUSTAKA http://www.balopost.co.id/ balipostcetak
/2006/4/5/02.htm.
Ardiansyah. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman Per- Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Pe-
kebunan. Penerbit Kanisius Yogyakarta nebar Swadaya: Jakarta.
Dinata,A. 2007. Basmi Lalat dengan Jeruk Nipis Samsudin, H. 2008. Pengendalian Hama Dengan
http://www/litbang.depkes. Insektisida Botani. http://www.pertanian
go.id/lokaciamis/artikel/lalat-arda.htm. sehat.or.id/index.php?pilih=news&mod=ye
Harahap, I. 2005. Seri PHT Hama Palawija. Pene- s&aksi=lihat&id=20.
bar Swadaya: Jakarta. Soemadi, W. 2003. Pengendalian Hama Tanaman
Jumar. 1997. Entomologi Pertanian. Penerbit Rine- Pangan. CV Aneka: Bogor.
ka Cipta : Banjar Baru. Sudarmo, S. 2000. Pengendalian Serangga Hama.
Kardinan, A. 2001. Pestisida Nabati Ramuan dan Kanisius: Yogyakarta.
Aplikasi Cetakan ke-3. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Noviza. 2002. Membuat dan Memanfaatkan
Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia
Pustaka: Jakarta
192

You might also like