You are on page 1of 12

ANALISIS ARTIKEL

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

“USING THE TEACH-BACK AND OREM’S SELF-CARE DEFICIT


NURSING THEORY TO INCREASE CHILDHOOD IMMUNIZATION
COMMUNICATION AMONG LOW-INCOME MOTHERS”

Fatma S. Ruffaida, Ns., MNS.

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Anna Sessi Inti Peranita 1610913220002


Irene Adelina Silalahi 1610913220008
Muhammad Faisal Amir 1610913310022
Muhammad Hasan 1610913310024
Nadilla Shinta 1610913320028
Nor Amelia 1610913320030
Okta Vianus Augustus Musi Waso 1610913210014
Tri Widya Romadaningsih 1610913320040
Uun Shafa’atun Nikmah 1610913320041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas I


Dosen Pengajar : Fatma S. Ruffaida, Ns., MNS.
Kelompok : 4 (Empat)
Nama Anggota : Anna Sessi Inti Peranita (1610913220002)

Irene Adelina Silalahi (1610913220008)

Muhammad Faisal Amir (1610913310022)

Muhammad Hasan (1610913310024)

Nadilla Shinta (1610913320028)

Nor Amelia (1610913320030)

Okta Vianus Augustus Musi Waso (1610913210014)

Tri Widya Romadaningsih (1610913320040)

Uun Shafa’atun Nikmah (1610913320041)

Banjarbaru, 01 Juli 2019

Fatma S. Ruffaida, Ns., MNS.


ANALISIS ARTIKEL

Using The Teach-Back and Orem’s Self-Care Deficit Nursing Theory to Increase
Childhood Immunization Communication among Low-Income Mothers
(Menggunakan Metode Pengajaran Kembali dan Teori Keperawatan Defisit
Perawatan Diri Orem untuk Meningkatkan Komunikasi tentang Imunisasi Anak
pada Ibu Berpenghasilan Rendah)

1. Identitas Artikel
a. Judul Artikel
Using The Teach-Back and Orem’s Self-Care Deficit Nursing Theory to
Increase Childhood Immunization Communication among Low-Income
Mothers
(Menggunakan Metode Pengajaran Kembali dan Teori Defisit Perawatan
Diri Orem untuk Meningkatkan Komunikasi tentang Imunisasi Anak pada
Ibu Berpenghasilan Rendah)
b. Pengarang
1. Feleta L. Wilson, PhD, RN
2. Lynda M. Baker, PhD
3. Cheryl K. Nordstrom, PhD, MPH, CHES
4. Carol Legwand, BSN
c. Tanggal Publikasi
22 Juli 2008 (Disetujui 1 November 2007)
d. Sumber
Informa Healthcare USA, Inc.
e. Kata Kunci
Childhood Immunization, Health Communication, Health Literacy, Teach-
Back
f. Abstrak
Guided by Orem’s Self-care Deficit Nursing theory, the purpose of the
pilot study was to assess the relationship between maternal health literacy
and the mother’s ability to comprehend and communicate information
about childhood immunizations. Communication is the key to positive
health results, particularly for patients with low literacy skills, yet few
studies have examined patients’ ability to converse about health
information taught to them by providers. The study was conducted in an
urban walk-in immunization clinic. A quantitative–qualitative research
design was used. Convenience sampling was applied to obtain 15 mothers
with one child (M1) and 15 mothers with more than one child (M > 1). The
Rapid Estimate of Adult Literacy (REALM) was used to assess literacy
level. Vaccine information statements on inactive poliovirus (IPV) and
pneumococcal conjugate vaccine (PCV) were instructional materials used
in the teachback procedure. Although the results of the study were mixed,
patterns and trends were noted. Mothers with higher literacy levels
provided more correct responses for the benefits of the polio vaccine than
did those mothers with lower literacy levels (F2,25 = 4.70, p = .02). For
both IPV and PCV vaccines, more mothers gave correct answers for risks
and benefits, but more mothers gave incorrect answers for safety. There
also was some relationship between mother’s age and correctness of
responses regarding risk of pneumonia vaccination (F2,24 = 3.79, p =
.04). The inconsistency of the mothers’ responses to communicate critical
immunization information about vaccines indicates the need to further
assess how best to increase parents’ vaccine knowledge and
communication skills.
2. Tujuan Artikel
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan efektivitas metode
pengajaran kembali tentang imunisasi anak. Tujuan khusus penelitian ini
untuk menentukan:
a. Perbedaan dalam kemampuan untuk mengomunikasikan manfaat, risiko,
dan masalah keselamatan vaksin pada anak (Dependent Care Agency)
antara ibu dengan satu anak (M1) dan ibu dengan banyak anak (M > 1);
b. Hubungan antara tingkat melek huruf (Foundational Capability) dan
kemampuan ibu untuk mengomunikasikan manfaat, risiko, dan masalah
keselamatan vaksin pada anak (Dependent Care Agency);
c. Hubungan antara usia dan pendapatan (Basic Conditioning Factors)
dengan kemampuan ibu untuk mengomunikasikan manfaat, risiko, dan
masalah keselamatan vaksin pada anak (Dependent Care Agency).

3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif-kualitatif.
Pengambilan sampling menggunakan convience sampling dan didapatkan 15
ibu dengan satu anak (M1) dan 15 ibu dengan lebih dari satu anak (M > 1).
Semua ibu tersebut membawa anaknya ke klinik imunisasi di Midwest.
Instrumen yang digunakan penelitian ini ada dua, yaitu:
a. Data demografis yang dikembangkan peneliti untuk mendapatkan data
umur, tingkat pendidikan, jenis asuransi, struktur keluarga, dan
transportasi ke klinik;
b. REALM yang telah disesuaikan dengan tes standar lain yaitu Wide Range
Achievment (r = 0,87) dan Peabody Individual Achievment (r = 0,97).
Dalam penelitian ini kisi-kisi yang digunakan yaitu Pernyataan Informasi
Vaksin CDC pada vaksin virus polio yang inaktif dan vaksin konjugasi
pneumokokus. Prosedur penelitian yang digunakan telah disetujui oleh
Dewan Peninjau Konstitusional dan sample yang telah setuju untuk diteliti
masing-masing diwawancara untuk mengkaji data demografis dan wawancara
tersebut direkam.
Dalam proses pengajaran kembali digunakan formulir VIS dan peneliti
memberikan informasi mengenai IPV dan PCV yang terdiri atas:
a. Nama vaksin termasuk akronimnya;
b. Manfaat menerima vaksin
c. Risiko menerima vaksin (seperti demam tinggi, pegal, bengkak di tempat
suntikan, suara serak, mengi, gatal-gatal);
d. Masalah keamanan tentang vaksin (seperti apa yang harus dilakukan jika
terjadi risiko, bagaimana alur pelaporannya, pemantauan vaksin oleh
pemerintah, dan hubungan vaksin serta autisme).
Setelah itu, masing-masing ibu diminta mengulangi lagi mengenai keempat
materi diatas dari kedua vaksin yang sudah dijelaskan sesuai dengan
pemahamannya dan kata-katanya sendiri. Setiap penjelasan oleh sample
dihitung, seperti manfaat (benar 2 dari 3), faktor risiko (benar 3 dari sekitar 7-
8 faktor), dan isu-isu keselamatan (benar 3 dari sekitar 6-7 faktor). Jawaban
yang hampir benar menerima skor 0,5, sedangkan jawaban yang salah
menerima skor 0. Jumlah total penjelasan yang benar, hampir benar, dan tidak
benar dihitung oleh 2 penilai (reliabilitas antar keduanya = 85%) untuk
mendapatkan nilai rata-rata.

4. Penjelasan Isi Artikel


Di Amerika Serikat, imunisasi anak mencapai angka tertinggi, kecuali
pada anak-anak perkotaan dan berpenghasilan rendah berusia dua tahun ke
bawah, yang disebabkan karena terbatasnya akses ke perawatan, waktu
tunggu yang lama untuk layanan klinik, masalah transportasi, dan
kesenjangan layanan kesehatan. Orem dalam teorinya, Defisit Perawatan Diri
(keterbatasan pengetahuan tentang situasi atau pilihan yang tersedia untuk
agen perawatan diri terkait kesehatan yang membuat tidak mampu
memberikan perawatan diri), menyatakan bahwa terdapat agen perawatan diri
yang merupakan komponen utama bagi individu untuk melakukan perawatan
dirinya. Komponen tersebut ialah menulis, membaca, keterampilan verbal,
bernalar, dan berhitung.
Hal tersebut juga yang menjadi dasar dari fenomena melek kesehatan bagi
pasien. Komunikasi adalah kunci untuk meraih kesehatan yang positif,
khususnya bagi pasien yang keterampilan membacanya rendah. Orem
berpendapat bahwa ibu yang memiliki keterbatasan untuk membaca dan
memahami informasi tertulis dapat menghambat ibu tersebut menentukan
tindakan tepat yang harus diambil, termasuk tindakan perawatan seperti
imunisasi anak. Padahal ibu adalah agen yang tidak hanya bertanggung jawab
dalam perawatan dirinya sendiri, namun juga dalam perawatan diri anaknya.
Konsep Teori Orem yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Perawatan Diri: Kondisi ketika ibu merawat dirinya sendiri;
b. Basic Conditioning Factors (BCF): Merupakan faktor terkuat yang
memengaruhi agensi perawatan diri, terdiri atas usia, jenis kelamin, status
perkembangan, statu kesehatan, faktor sistem perawatan kesehatan, sistem
keluarga, pola hidup, faktor lingkungan, ketersediaan sumber daya, dan
pendidikan (termasuk literasi);
c. Dependency Care Agency (DCA): Merupakan kemampuan mengetahui
dan melakukan hal tertentu yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan
perawatan diri dari individu yang tidak dapat merawat diri mereka sendiri,
termasuk anak-anak. Kemampuan ini mencakup keterampilan yang
dipelajari seperti membaca, menulis, dan berhitung, serta keterampilan
verbal dan persepsi. Dalam penelitian ini, DCA dikonseptualisasikan
sebagai kemampuan ibu untuk memenuhi kebutuhan imunisasi anak-
anaknya;
d. Dependent Care (DC): Merupakan tindakan yang disengaja yang
dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri anak. Dalam
penelitian ini, persyaratan perawatan diri mencakup pengetahuan imunisasi
(dan kepatuhan) untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan anaknya;
e. Defisit Perawatan Diri Dependen: Kondisi ketika kebutuhan atau tuntutan
anak lebih besar dari kemampuan ibu untuk perawatan dependen. Adanya
defisit perawatan diri dependen menunjukkan perlunya intervensi
keperawatan. Tujuan umum intervensi keperawatan adalah untuk
mempromosikan dependent self-care
Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut, yaitu:
a. Basic Conditioning Factors (BCF): Usia ibu dalam penelitian ini berkisar
antara 18-47 tahun, dengan usia rata-rata 26 tahun. Tingkat literasi aktual,
sebagaimana diukur oleh REALM, menunjukkan skor tingkat membaca
rata-rata 54,2 yang setara dengan anak kelas 7 hingga 8. Ini menunjukkan
bahwa para ibu akan kesulitan untuk membaca sebagian besar informasi
tertulis yang ditujukan untuk pasien, sehingga memerlukan instruksi
tambahan dari tenaga kesehatan terkait. Literasi yang rendah juga
berhubungan dengan kemampuan kosa kata yang terbatas dan akan
berdampak pada pemahaman seseorang terhadap konsep-konsep kritis,
misalnya kemampuan untuk mengomunikasikan keuntungan, risiko, dan
keamanan dari vaksin untuk anak. Orem menyatakan bahwa keterbatasan
informasi, keterbatasan pemahaman, dan keterbatasan penilaian dan
pengambilan keputusan akan menciptakan keterbatasan perawatan diri.
Tidak ada perbedaan dalam skor REALM antara M 1 dan M > 1.
b. Sosial-Budaya, Faktor Sistem Keluarga, dan Ketersediaan Sumber Daya:
Para ibu dalam penelitian ini didominasi orang Afrika-Amerika, kepala
rumah tangga yang tinggal di daerah perkotaan. Dua puluh satu ibu (70%)
menunjukkan pendapatan $20.000 atau kurang per tahun. Hanya satu ibu
yang menunjukkan penghasilan di atas $ 35.000. 77% ibu adalah penerima
asuransi Medicaid dan 23 persen tidak diasuransikan. Beberapa sumber
daya yang tersedia untuk para ibu ini terbatas, contohnya sebagian besar
peserta menggunakan transportasi umum untuk pergi ke klinik imunisasi.
c. Analisis Kuantitatif dari Tanggapan Pengajaran Kembali: Untuk IPV dan
PCV, lebih banyak ibu memberikan jawaban yang benar untuk risiko dan
manfaat, tetapi lebih banyak jawaban yang salah untuk keselamatan.
Untuk tujuan khusus penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Secara spesifik, terdapat perbedaan dalam kemampuan untuk
mengomunikasikan manfaat, risiko, dan masalah keselamatan vaksin
pada anak (Dependent Care Agency) antara ibu dengan satu anak (M1)
dan ibu dengan banyak anak (M > 1). Manfaat, risiko, dan keamanan
vaksin pneumonia diidentifikasi secara benar oleh ibu M 1 masing-
masing sebesar 71%; 86%; 29%, sedangkan oleh ibu M > 1 masing-
masing sebesar 100%; 57%; 14%. Untuk manfaat, risiko, dan keamanan
vaksin polio diidentifikasi secara benar oleh ibu M 1 masing-masing
sebesar 64%; 86%; 36%, sedangkan oleh ibu M > 1 masing-masing
sebesar 71%; 71%; 21%. Ini menunjukkan bahwa lebih sedikit respons
benar diberikan untuk keamanan imunisasi daripada untuk manfaat dan
risiko pada kedua jenis vaksin.
2) Ada hubungan yang menarik secara statistik antara tingkat melek huruf
(Foundational Capability) dan kemampuan ibu untuk
mengomunikasikan manfaat, risiko, dan masalah keselamatan vaksin
pneumonia dan polio pada anak (Dependent Care Agency). Contohnya
untuk manfaat dari vaksin polio, ibu yang memberikan respons yang
benar memiliki skor REALM (alat ukur tingkat literasi atau melek huruf
aktual) = 60, sedangkan ibu yang memberikan respons yang salah
memiliki skor REALM = 51, dan ibu yang memberikan respons hampir
benar memiliki skor REALM = 32.
3) Usia tidak secara signifikan berhubungan dengan kemampuan ibu untuk
menyampaikan manfaat dan keamanan dari vaksin pneumonia atau
polio. Namun, ada beberapa hubungan antara usia ibu dan kebenaran
respons ibu mengenai risiko vaksinasi pneumonia, dengan ibu yang
lebih muda (usia rata-rata 24 tahun) memberikan jawaban yang benar-
benar tepat dan ibu yang lebih tua memberikan jawaban hampir benar
dan salah (usia masing-masing sekitar 35 dan 30 tahun). Pola yang
sama terlihat pada hubungan antara usia dan respons terhadap risiko
vaksinasi polio. Untuk penghasilan secara umum tidak terkait dengan
ketepatan respons pengajaran kembali. Namun ada satu pengecualian
yang jelas, yaitu hubungan penjelasan kembali mengenai risiko polio
dengan tingkat pendapatan, yang menunjukkan hasil ini condong oleh
ibu satu-satunya yang menjawab salah juga ibu yang satu-satunya
memiliki penghasilan lebih dari $35.000.
Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prosedur pengajaran
kembali, yang merupakan intervensi keperawatan yang digunakan dalam
penelitian ini, terbukti efektif digunakan untuk menilai dan meningkatkan
pemahaman ibu. Ibu bisa saja sering menerima informasi dan instruksi dari
penyedia layanan kesehatan, tetapi tidak diketahui apa yang mereka pahami
atau apakah mereka dapat bertindak berdasarkan informasi tersebut untuk
meningkatkan kesehatan mereka. Metode mengajar kembali memungkinkan
ibu untuk mengartikulasikan, dengan kata-kata mereka sendiri, pemahaman
mereka tentang apa yang telah diajarkan mengenai imunisasi anak sebelum
dia meninggalkan klinik. Strategi ini juga memberikan informasi untuk
petugas kesehatan tentang hal-hal yang membutuhkan instruksi atau
demonstrasi tambahan agar lebih mudah dipahami oleh pasien.

5. Pendapat Kelompok tentang Artikel


a. Kelebihan Artikel
1. Hasil penelitian menjawab tujuan umum dan khusus dari penelitian;
2. Terdapat keywords yang memudahkan pembaca mengetahui inti
pembahasan dari artikel;
3. Latar belakang peneliti melakukan penelitian sangat jelas dijabarkan
sesuai dengan Teori Defisit Perawatan Diri Orem yang diaplikasikan
pada komunikasi tentang informasi imunisasi anak sebagai salah satu
komponen perawatan diri;
4. Metode yang digunakan, yaitu pengajaran kembali, termasuk mudah
untuk dilakukan oleh perawat, sehingga bisa dilakukan penelitian
terkini untuk mengetahui apakah metode tersebut masih efektif atau
tidak;
5. Menggunakan kalimat yang masih mudah untuk dipahami sehingga
pesan secara umum yang ingin disampaikan peneliti dapat diterima
dengan mudah oleh pembaca.
b. Kekurangan Artikel
1. Tahun penelitian terlalu tua, yaitu lebih dari 10 tahun yang lalu;
2. Tampilan hasil penelitian kurang menarik bagi pembaca karena hanya
disajikan dengan banyak kalimat yang menumpuk dan tabel saja;
3. Ukuran sampel kecil sehingga hasilnya hanya bisa digeneralisasi pada
sampel penelitian ini saja.
c. Kritik dan Saran
1. Tahun penelitian terlalu tua, sehingga sebaiknya dilakukan penelitian
ulang untuk meninjau kembali apakah hasil penelitian masih efektif
digunakan pada masa kini
2. Tampilan hasil penelitian yang kurang menarik bagi pembaca sebaiknya
dapat dikombinasikan dengan diagram atau penyusunan yang tidak
terlalu rapat antar baris kalimat;
3. Sebaiknya digunakan ukuran sampel yang lebih besar agar hasil
penelitian tidak general pada sampel penelitian tersebut saja.
d. Manfaat dan Implikasi Penelitian bagi Keperawatan
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi menggunakan metode
pengajaran kembali dapat meningkatkan pemahaman seseorang. Oleh
sebab itu hasil penelitian dapat memberikan informasi lebih bagi perawat
untuk menggunakan strategi komunikasi, salah satunya metode pengajaran
kembali dalam memberikan layanan kesehatan. Sebab ketika perawat
menggunakan strategi komunikasi dan pengajaran kembali secara efektif,
maka perawat dapat berhasil meningkatkan literasi kesehatan ibu dan
mengatasi masalah defisit perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Wilson, F.L. et al. 2008. Using The Teach-Back and Orem’s Self-Care Deficit
Nursing Theory to Increase Childhood Immunization
Communication among Low-Income Mothers. Informa
Healthcare USA, Inc. 31: 7 – 22.

You might also like