You are on page 1of 10

GEJALA FOTOKERATITIS AKUT AKIBAT RADIASI SINAR ULTRAVIOLET (UV)

PADA PEKERJA LAS DI PT. PAL INDONESIA SURABAYA

The Acute Photokeratitis Symptoms Due Ultraviolet (UV) Radiation on Welder atPT.
PAL IndonesiaSurabaya

Ananda Fandi Kurniawan1, Isa Ma'rufi1, Anita Dewi Prahastuti Sujoso1


1Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember


Jl. Kalimantan I/93 Kampus Tegal Boto, Jember 68121
ananda.fandy62@gmail.com

Abstract

Welding is a job has a high physical risk so that in the process requires considerable skill and
specialized equipment. This research was conducted to analyze the UV radiation, workers
factors and factors of personal protective equipment that may affect the acute photokeratitis
symptoms on welders at the welding workshop Division Kapal Niaga of PT. PAL Indonesia
(Persero) Surabaya. This research used a cross-sectional observational analytic method by
using a quantitative approach. Observations and interviews were conducted on a sample of
32 workers. The data analysis consisted of univariable and bivariable analysis that used
Spearman's test with α = 0.05. The research results show that a significant correlation exists
between workers factors ( the age , length of employment , old workings , the distance
welding ) with symptoms photokeratitis acute, there were a significant correlation between
the use of personal protective equipment (PPE) with symptoms photokeratitis acute, there
were a significant correlation between ultraviolet (UV) radiation with acute photokeratitis
symptoms and there were no significant correlation between duration of exposure to the
acute photokeratitis symptoms.

Keywords : the acute photokeratitis symptoms, welder, workers factors, personal protective
equipment, ultraviolet radiation

Abstrak

Pengelasan adalah pekerjaan yang memiliki risiko fisik tinggi sehingga dalam
pengerjaannya memerlukan keahlian serta peralatan khusus. Penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis radiasi sinar UV, faktor pekerja dan faktor alat pelindung diri yang
dapat mempengaruhi gejala fotokeratitis akut pada pekerja las di bengkel Divisi Kapal
Niaga PT. PAL Indonesia (persero) Surabaya. Jenis penelitian ini menggunakan metode
analitik observasional cross sectional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Observasi dan wawancara dilakukan pada sampel penelitian 32 pekerja. Analisis data
terdiri dari analisis univariabel dan analisis bivariabel yang menggunakan uji Spearman
dengan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
faktor pekerja (umur, masa kerja, lama kerja, jarak pengelasan) dengan gejala fotokeratitis
akut, ada hubungan yang signifikan antara penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan
gejala fotokeratitis akut, ada hubungan yang signifikan antara radiasi sinar ultraviolet
1 Ananda Fandi Kurniawan, Isa Ma'rufi, dan Anita Dewi Prahastuti Sujoso adalah Bagian Kesehatan
Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

22
23 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 1 Maret 2017

(UV) dengan gejala fotokeratitis akut dan tidak ada hubungan yang signifikan antara lama
pajanan dengan gejala fotokeratitis akut.

Kata kunci : gejala fotokeratitis akut, pekerja las, faktor pekerja, alat pelindung diri,
radiasi sinar UV

PENDAHULUAN

Pengelasan adalah jenis pekerjaan yang menanggapi rangsangan intensitas


bertujuan menyatukan logam. cahaya yang terlalu lemah atau pun
Pengelasan merupakan pekerjaan yang terlalu kuat adalah mata. Seorang
memiliki risiko fisik tinggi sehingga pekerja di bidang pengelasan, terlalu
dalam pengerjaannya memerlukan sering berhadapan dengan cahaya
keahlian serta peralatan khusus. intensitas tinggi akan memberi dampak
Pengelasan (welding) diartikan sebagai pada sistem kerja matanya. Radiasi yang
salah satu teknik penyambungan logam dihasilkan pada pengelasan ini akan
dengan cara mencairkan sebagian logam membahayakan mata pekerja. Mata
tambahan dan menghasilkan sambungan merupakan indera manusia yang
yang continue [1]. berfungsi sebagai alat penglihatan.
Pada pekerjaan pengelasan Dengan mata kita dapat melihat sesuatu
banyak risiko yang akan terjadi apabila dan mampu melakukan setiap jenis
tidak hati-hati terhadap penggunaan pekerjaan. Untuk itu diperlukan
peralatan, mesin dan posisi kerja yang kemampuan penglihatan yang baik agar
salah. Beberapa risko bahaya pada mendapatkan hasil yang diinginkan. Jika
pengelasan ialah radiasi sinar, arus mata mengalami gangguan dapat
listrik, asap las, dan kebakaran. Risiko menyebabkan berkurangnya konsentrasi
bahaya yang paling banyak pekerja dalam menyelesaikan
mempengaruhi tenaga kerja pada saat pekerjaannya. Cahaya ini dapat
mengelas adalah bahaya radiasi (welding membakar iris dan epitel pigmen retina.
radiation). Radiasi tersebut ditimbulkan Energi sinar ultraviolet dengan panjang
dari sinar-sinar elektromagnetik yang gelombang 280-315 nm sebagian besar
dihasilkan selama proses pengelasan diserap kornea dan dapat pula mencapai
tersebut dan terkait dengan indera mata lensa. Radiasi ini dapat mengakibatkan
yaitu salah satunya sinar ultraviolet. fotokeratitis pada mata, seperti mata
Diantara beberapa proses yang bisa terasa berpasir, air mata keluar secara
memberikan pajanan ultraviolet, berlebih, fotophobia, kedutan abnormal,
pengelasan listrik memberikan efek yang gangguan penglihatan/kabur, rasa nyeri
paling besar terhadap pekerja pada mata, dan iritasi pada mata [3].
dibandingkan dengan proses lainnya. Fotokeratitis merupakan eye
Sinar ultraviolet dibagi ke dalam tiga injury yang sering mengakibatkan
jenis panjang gelombang yang berbeda, hilangnya kemampuan melihat,
yaitu : UV-A, UV-B dan UV-C [2]. setidaknya setengah dari semua kejadian
Salah satu organ tubuh yang kecelakaan dan kesakitan yang pernah
sangat sensitif dalam menanggapi respon terjadi. Sekitar ¼ dari injury pada mata
dari sekitarnya terutama dalam merupakan injury yang berhubungan
Ananda Fandi Kurniawan : Gejala Fotokeratitis Akut ..... 24

dengan pekerjaan. Sekitar 40% dari sectional dengan menggunakan


semua injury mata yang berhubungan pendekatan kuantitatif [5]. Penelitian ini
dengan pekerjaan menyebabkan akan dilaksanakan di Divisi Kapal Niaga
kerusakan penglihatan permanen PT. PAL Indonesia (Persero) yang
(APHA). Pada umumnya, sakit pada mata termasuk sektor industry formal.
dan penurunan ketajaman penglihatan Penelitian ini dilakukan di bulan Mei
terjadi sekitar 6-12 jam setelah injury sampai Juli 2016. Observasi dan
[4]. wawancara dilakukan pada sampel
Berdasarkan hasil studi penelitian 32 pekerja. Teknik
pendahuluan dari total 45 kejadian pengambilan sampel yang digunakan
kecelakaan kerja tahun 2014 terdapat 19 dalam penelitian ini adalah metode
kejadian dimana tenaga kerja mengalami simple random sampling dan dengan
keluhan pada mata akibat sinar las serta menggunakan rumus perhitungan
pada tahun 2015 keluhan mata pada sampel dari Lameshow [6]. Observasi
pekerja meningkat menjadi 25 kejadian dan wawancara dilakukan untuk
dimana pegawai organik (tetap) yang mendapatkan informasi yang lebih
paling banyak mengalaminya dan Divisi mendalam tentang variabel-variabel
Kapal Niaga menjadi tempat kerja yang diteliti.
dengan angka keluhan mata yang paling Variabel bebas dalam penelitian ini
tinggi, sehingga hal inilah yang melatar yaitu faktor pekerja, penggunaan alat
belakangi peneliti untuk melakukan pelindung diri, dan radiasi sinar UV,
penelitian lebih lanjut mengenai dampak sedangkan variabel terikat pada
sinar las (ultraviolet) terhadap keluhan penelitian ini adalah gejala fotokeratitis
mata khususnya pada gejala fotokeratitis akut. Teknik pengumpulan data dalam
akut pada pekerja pengelasan Divisi penelitian ini menggunakan wawancara,
Kapal Niaga PT. PAL Indonesia (persero) observasi, pengukuran dan dokumentasi.
Surabaya. Pada pengambilan data radiasi sinar UV
Tujuan umum penelitian ini menggunakan alat ukur radiatometer UV
adalah Menganalisis hubungan radiasi dan untuk pengukuran jarak pengelasan
sinar UV dengan gejala fotokeratitis akut menggunakan alat ukur meteran.
pada pekerja las di Divisi Kapal Niaga PT. Pengolahan data terdiri dari editing,
PAL Indonesia (persero) Surabaya. pemberian skor dan tabulasi. Teknik
penyajian data dalam penelitian ini
adalah dalam bentuk teks (textular) dan
METODE PENELITIAN tabel [7]. Analisis data terdiri dari
analisis univariabel dan analisis
Jenis penelitian ini menggunakan bivariabel yang menggunakan uji
metode analitik observasional cross Spearman dengan α=0,05.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Pekerja Las yang Mengalami Gejala Fotokeratitis Akut


Gejala fotokeratitis akut Frekuensi (n) Persentase (%)
Menderita gejala fotokeratitis akut 10 31.25
Tidak menderita gejala fotokeratitis akut 22 68.75
Total 32 100
25 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 1 Maret 2017

Tabel 1 menunjukkan bahwa pekerja las responden).Sedangkan yang tidak


yang mengalami gejala fotokeratitis menderita gejala fotokeratitis sebesar 22
sebesar 31,25% (10 responden (68,75%)

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerja


Umur Frekuensi (n) Persentase (%)
18-31 Tahun 5 15.63
32-44 Tahun 22 68.74
>44 Tahun 5 15.63
Total 32 100
Masa Kerja Frekuensi (n) Persentase (%)
0-3 Tahun 23 71.88
>3 Tahun 9 28.12
Total 32 100
Lama Pengelasan Frekuensi (n) Persentase (%)
<8 jam 9 28.12
>8 jam 23 71.88
Total 32 100
Jarak Pengelasan Frekuensi (n) Persentase (%)
<80 cm 12 37.5
>80 cm 20 62.5
Total 32 100
Lama Pajanan Frekuensi (n) Persentase (%)
5 Jam 22 68.75
6 Jam 10 31.25
Total 32 100

Tabel 2 menunjukkan faktor pekerja dengan lama kerja selama >8jam


pekerja di bengkel las Divisi Kapal Niaga sebesar 71,88% (23 responden), pekerja
didominasi pekerja dengan umur 32-44 yang mengelas dengan jarak >80cm
tahun sebesar 68,74% (22 respoden), sebesar 62,5% (20 responden), pekerja
pekerja dengan masa kerja selama 0-3 dengan lama pajanan selama 5 jam
tahun sebesar 71,88% (23 responden), sebesar 69,75% (22 responden).

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan APD


Penggunaan APD Frekuensi (n) Persentase (%)
Buruk 6 18.75
Baik 26 81.25
Total 32 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa kategori baik yaitu sebesar 81,25% (26


faktor penggunaan APD di dominasi responden).
pekerja yang menggunakan APD dengan
Ananda Fandi Kurniawan : Gejala Fotokeratitis Akut ..... 26

Tabel 4. Distribusi Radiasi Sinar UV di Bengkel Las Divisi Kapal Niaga PT. PAL Indonesia
Persero
Radiasi Frekuensi (n) Persentase (%)
>0,0001 mW/cm2 23 71.88
<0,0001 mW/cm2 9 28.12
Total 32 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa dengan radiasi >0,0001 mW/cm2 yaitu


besar radiasi sinar UV di dominasi sebesar 71,88% (23 responden).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan antara Faktor Pekerja


Pekerja dengan Gejala Fotokeratitis Akut
Kejadian Fotokeratitis
Total
Umur Ya Tidak p-value
n (%) n (%) N (%)
18-31 Tahun 0 0 5 100 5 100
32-44 Tahun 10 45.45 12 54.55 22 100
0,0001
>44 Tahun 0 0 5 100 5 100
Total 10 31.25 22 68.75 32 100
Kejadian Fotokeratitis
Total
Masa Kerja Ya Tidak p-value
n (%) n (%) N (%)
0-3 Tahun 3 13,05 20 86,95 23 100
>3 Tahun 7 77.77 2 22,23 9 100 0,0001
Total 10 31.25 22 68.75 32 100
Kejadian Fotokeratitis
Total
Lama Kerja Ya Tidak p-value
n (%) n (%) N (%)
<8 jam 0 0 9 100 9 100
>8 jam 10 43.48 13 56.52 23 100 0,016
Total 10 31.25 22 68.75 32 100
Kejadian Fotokeratitis
Total
Jarak Pengelasan Ya Tidak p-value
n (%) n (%) N (%)
<80 cm 7 58.33 5 41.72 12 100
>80 cm 3 15 17 85 20 100 0,009
Total 10 31.25 22 68.75 32 100
Kejadian Fotokeratitis
Total
Lama Pajanan Ya Tidak p-value
n (%) n (%) N (%)
5 Jam 5 22.63 17 77.27 22 100
0,131
6 Jam 5 50 5 50 10 100
Total 10 31.25 22 68.75 32 100
27 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 1 Maret 2017

Berdasarkan hasil uji Spearman o,131 (p-value > α). Dari beberapa faktor
dengan α = 0,05 didapatkan hasil p-value pekerja dengan nilai p-value < α dapat
untuk faktor umur dengan nilai 0,0001 disimpulkan bahwa terdapat hubungan
(p-value < α), faktor masa kerja antara faktor umur, masa kerja, lama
didapatkan nilai p-value = 0,0001 kerja dan jarak pengelasan dengan gejala
(p-value < α), faktor lama kerja fotokeratitis akut. Fakor lama pemajanan
didapatkan nilai p-value = 0,016 (p-value didapatkan nilai p-value >α dapat
< α), faktor jarak pengelasan didapatkan disimpulkan tidak ada hubungan antara
nilai p-value = 0,009 (p-value < α), faktor lama pajanan dengan gejala fotokeratitis
lama pajanan didapatkan nilai p-value = akut.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Jenis APD


Dengan Gejala Fotokeratitis Akut
Kejadian Fotokeratitis
Total
Jenis APD Ya Tidak p-value
n (%) n (%) N (%)
Tameng muka 10 31.25 22 68.75 32 100 Cannot
Total 10 31.25 22 68.75 32 100 computed
Kejadian Fotokeratitis
Total p-value
Penggunaan APD Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Buruk 4 75 2 25 6 18.75
39
Baik 6 23.08 20 76.92 26 81.25
Total 10 31.25 22 68.75 32 100

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan antara Radiasi Sinar UV


dengan Gejala Fotokeratitis Akut
Kejadian Fotokeratitis
Total
Radiasi Sinar UV Ya Tidak p-value
N (%) N (%) n (%)
>0,0001 mW/cm2 10 43.48 13 56.52 23 100
<0,0001 mW/cm2 0 0 9 100 9 100 0,016
Total 10 31.25 22 68.75 32 100

Tabel 7 menunjukkan nilai antara radiasi sinar UV dengan gejala


p-value = 0,016 (p-value < α). Hasil ini fotokeratitis akut.
menunjukkan bahwa ada hubungan

PEMBAHASAN hasil analisis memberikan data nilai


p-value = 0,0001 (p-value < 0,05). Hal ini
Hasil analisis dengan uji didukung dengan sebuah penelitian yang
Spearman menunjukkan adanya menyebutkan bahwa faktor umur
hubungan antara faktor umur pekerja merupakan salah satu faktor risiko yang
dengan gejala fotokeratitis akut. Tabel 9 bisa memberikan efek buruk dari radiasi
Ananda Fandi Kurniawan : Gejala Fotokeratitis Akut ..... 28

sinar UV terhadap manusia. Penelitian tinggi.


tersebut menyebutkan bahwa dengan Hasil analisis dengan uji
bertambahnya umur akan terjadi Spearman menunjukkan adanya
penurunan sensitivitas dan fragilitas hubungan antara lama kerja dengan
pada kornea yang ditimbulkan oleh gejala fotokeratitis akut. Tabel 11 hasil
rangsangan mekanis. Pekerja dengan analisis memberikan data nilai p-value =
umur dibawah 40 tahun menunjukkan 0,016 (p-value < 0,05). Hal ini didukung
fragilitas kornea masih sama, namun dengan penelitian sebelumnya bahwa
setelah umur manusia diatas 40 th akan terdapat hubungan antara lama kerja
meningkatkan efek dari radiasi sinar UV dengan kejadian fotokeratitis. Banyaknya
sehingga penurunan fragtilitas kornea pekerja yang bekerja selama lebih dari 8
akan cepat menurun [8]. Paparan UV jam dikarenaka adanya jam kerja lembur
akut menyebabkan fotokeratitis dan dan target untuk menyelesaikan
menginduksi apoptosis pada sel kornea pekerjaannya dalam kurun waktu
[9]. Berdasarkan pembahasan hasil tertentu [12].
penelitian yang diuji dengan uji statistik Hasil analisis dengan uji
menunjukkan ada hubungan umur Spearman menunjukkan adanya
pekerja dengan fotokeratitis akut, hubungan antara jarak pengelasan
sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan gejala fotokeratitis akut. Tabel 12
rentan umur 32-44 tahun lebih rentan hasil analisis memberikan nilai data
terhadap gejala fotokeratitis akut. p-value = 0,0009 (p-value < 0,05). Hal ini
Hasil analisis dengan uji didukung dengan penelitian sebelumnya
Spearman menunjukkan adanya dimana jarak 35-77 cm merupakan jarak
hubungan antara masa kerja dengan sumber radiasi sinar UV yang masih
gejala fotokeratitis akut. Tabel 10 hasil termasuk jarak yang berisiko mengalami
analisis memberikan data nilai p-value = gejala fotokeratitis akut. Jarak
0,0001 (p-value < 0,05). Masa Kerja pengelasan merupakan faktor penting
adalah rentan waktu seseorang bekerja yang mempengaruhi besarnya intensitas
yang dihitung mulai dari awal dia bekerja radiasi sinar UV terhadap mata [13].
di sebuah instansi hingga sekarang [10]. Hasil analisis dengan uji
Semakin bertambahnya masa kerja Spearman menunjukkan tidak adanya
seseorang di bengkel las maka risiko hubungan antara lama pajanan dengan
pekerja mengalami gejala fotokeratitis gejala fotokeratitis akut. Tabel 13 hasil
akut akan semakin tinggi. Lensa mata analisis memberikan nilai data p-value =
yang terpapar radiasi sinar las dalam 0,131 (p-value > 0,05). Tidak adanya
waktu yang cukup lama akan berakibat hubungan antara lama pajanan dengan
pada fungsi transparansi lensa menjadi gejala fotokeratitis akut karena pekerja
terganggu, dapat mengiritasi mata yang yang terpajan sinar UV kurang dari 8
ditandai dengan keluhan rasa pedih, jam. Hal ini tidak sejalan dengan
gatal dan pandangan menjadi gelap [11]. penelitian sebelumnya ng menyatakan
Berdasarkan pembahasan dan hasil uji bahwa lama pajama adalah salah satu
dapat disimpulkan bahwa masa kerja fakto yang dapat menyebabkan
pada pekerja las berhubungan dengan timbulnya gejala fotokeratitis akut.
timbulnya gejala fotokeratitis akut. Setiap harinya pekerja hanya terpajan
Semakin bertambah masa kerja pada sinar UV kurang dari 8 jam dimana efek
pekerja las maka risiko untuk mengalami pajanan tergantung dari panjang
gejala fotokeratitis akut akan semakin gelombang, intensitas, dana lama
29 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 1 Maret 2017

pajanan dari radiasi sinar UV. Keparahan mendampingi lebih besar dari pada
efek pajanan terhadap mata pekerja pekerja yang mengelas. Pekerja akan
terjadi apabila pekerja menerima lebih terpapar langsung bahaya tersebut
pajanan sinar UV selama 8 jam setiap sehingga tindakan personal berdasarkan
hari [14]. kesadaran sangat penting dalam
Hasil analisis dengan uji mengurangi paparan terhadap pekerja
Spearman menunjukkan jenis APD tidak [17].
dapat dilakukan uji hubungan. Tabel 14 Hasil analisis dengan uji
hasil analisis tidak dapat mengeluarkan Spearman menunjukkan adanya
nilai p-value. Hal ini dapat terjadi karena hubungan antara radiasi sinar UV dengan
untuk jenis APD yang dgunakan hanya gejala fotokeratitis akut. Tabel 16 hasil
APD jenis tameng muka. Tameng muka analisis memberikan nilai data p-value =
merupakan jenis yang paling tepat untuk 0,016 (p-value < 0,05). Hal ini didukung
mengurangi radiasi sinar UV. dengan penelitian sebelumnya bahwa
Penggunaan APD tameng muka lebih fotokeratitis merupakan inflamasi pada
aman untuk mengurangi radiasi sinar kornea akibat adanya pajanan akut
UV. Jumlah paparan radiasi sinar UV radiasi sinar UV. Mata merupakan organ
yang diserap dan ditularkan oleh lensa yang paling sensitif terhadap radiasi
bervariasi antara merek, bahan dan sinar UV. Radiasi dengan panjang
variabilitas yang besar antara gelombang 320-280 nm bisa menembus
produsen-produsen APD, untuk jenis daerah erythermal. Pajanan radiasi sinar
APD yang lain dapat melindungi mata UV terhadap mata berhubungan dengan
dari radiasi sinar UV tetapi hanya berbagai macam gangguan pada mata.
memberikan perlindungan yang terbatas Radiasi dengan panjang gelombang
[15]. 320-280 nm bisa menembus daerah
Hasil analisis dengan uji erythermal [17]. Radiasi UV pada
Spearman menunjukkan adaya gelombang di daerah ini akan diserap
hubungan antara penggunaan APD oleh kornea mata, tempat bereaksinya
dengan gejala fotokeratitis akut. Tabel 15 UV pertama kali dengan jaringan keras
hasil analisis memberikan nilai data mata dan secara langsung tidak
p-value = 0,039 (p-value < 0,05). menimbulkan efek. Selanjutnya, setelah
Penggunaan APD yang buruk adalah beberapa jam, ketidaknyamanan timbul
salah satu faktor yang dapat dan mengakibatkan mata terasa
mempengaruhi timbulnya gejala berpasir. Inflamasi kornea dengan lesi
fotokeratitis [16]. Potensi bahaya yang yang kecil biasa disebut keratitis.
dialami pekerja dapat berasal dari Beberapa eksperimen menunjukkan efek
kobinasi antara paparan lingkungan pototoksik ditunjukkan pada kornea,
kerja dan perilaku kerja saat berada di termasuk stroma dan endothelium [4].
are pengelasan meskipun tidak dalam
proses mengelas [16]. Dalam proses
mengelas sendiri pekerja sudah taat SIMPULAN DAN SARAN
dalam menggunakan APD tetapi pada
saat mendampingi seseorang pada saat Berdasarkan hasil penelitian
proses pengelasan mereka tidak didapatkan bahwa terdapat responden
menggunakan APD secara langsung. Hal yang mengalami gejala fotokeratitis akut.
ini menyebabkan paparan radiasi yang Sebagian responden didominasi dengan
diterima mata perkerja yang pekerja yang berumur 32-44 tahun,
Ananda Fandi Kurniawan : Gejala Fotokeratitis Akut ..... 30

pekerja dengan masa kerja selama 0-3 [4] Cullen AP. Photokeratitis and other
tahun, pekerja dengan lama kerja selama phototoxic effects on the cornea
>8jam sehari, jarak pengelasan >80cm and conjunctiva. Int J Toxicol;
dan lama pajanan selama 5 jam sehari. 2002. 21(6):455.
Jenis APD yang selamu digunakan adalah [5] Notoatmodjo. Metode Penelitian
tameng muka. Hasil pengukuran radiasi kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta;
didominasi radiasi sinar UV dengan 2012.
pajanan > 0,0001 mW/cm2. Hasil analisis [6] Sugiyono. Metode Penelitian
data didapatkan adanya hubungan Kuantitatif, kualitatif dan R & D.
antara umur, masa kerja, lama kerja dan Bandung: Alfabeta; 2012.
jarak pengelasan, penggunaan APD dan [7] Bungin, Burhan, Metodologi
radiasi sinar UV terhadap gejala Penelitian Kuantitatif Komunikasi,
fotokeratitis akut, dan tidak adanya Ekonomi, dan Kebijakan Publik
hubungan antara lama pajanan dengan serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,
gejala fotokeratitis akut. Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
Berdasarkan hasil kesimpulan di Prenada Media, Jakarta; 2005.
atas maka saran yang dapat diberikan [8] Maryam, R. Siti. Mengenal Usia
adalah diharapkan petugas K3 untuk Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
lebih meningkatkan dalam penjelasan Salemba Medika; 2008.
tentang bahaya-bahaya lingkungan [9] Lenikov, A. Perbaikan dari
tempat kerja terutama pada bahaya dari photokeratitis ultraviolet-induced
radiasi sinar UV dan pengawasan pekerja pada tikus yang diobati. Molecular
dalam menggunakan APD.; pekerja Vision;2012. 455-464.
diharapkan lebih sadar akan bahaya dari [10] Undang-Undang Republik
radiasi sinar UV; dapat digunakan untuk Indonesia No.13 Tahun 2003
penelitian selanjutnya mengenai gejala Tentang Ketenagakerjaan
fotokeratitis akut dengan melengkapi [11] Siswanto, A. Bahaya Las, Surabaya :
dan menambah variabel internal maupun Balai Hiperkes dan Keselamatan
eksternal dan besarnya radiasi yang Kerja Jawa Timur Departemen
dikeluarkan setiap alat las dengan jenis Tenaga Kerja; 1994.
berbeda. [12] Yuan-Lung Yen, MD; Hsing-L Lin,
Hung-Jung Lin, MD; Po-Ching Chen,
MD; Chien-Ren Chen, MD;
DAFTAR RUJUKAN Guo-Huei Chang, MD; How-Ran
Guo, MD, ScD.
[1] Sonawan, Hery dan Rochim Photokeratoconjunctivitis Caused
Suratman, Pengantar untuk by Different Light Sources.
Memahami Proses Pengelasan American Journal of Emergency
Logam, Alfabeta, Bandung; 2003 Medicine; 2004. Vol 22 No.7;
[2] Ilyas Sidarta. Mailangkay. Dkk. Ilmu 511-515.
Penyakit Mata. Sagung Seto. [13] Wahyuni, S. Keluhan Subjektif
Jakarta, Indonesia; 2002. Photokeratitis Pada Tukang Las di
[3] Canadian Centre for Occupational Jalan Bogor, Bandung; 2012 [cited
Health & Safety (CCOHS). Radiation 2016 Februari]. Available
and the Effects On Eyes and Skin. from:http://lib.ui.ac.id/file?file=pd
Canada : Canadian Government; f/abstrak-20308255.pdf .
2008. [14] Canadian Centre for Occupational
31 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 1 Maret 2017

Health & Safety (CCOHS). Radiation Environmental Medicine; 2011. 22;


and the Effects On Eyes and Skin. 144-147.
Canada : Canadian Government;
2008. [17] NIOSH. Developing Hospital Safety
[15] Moore, L. Ulasan photokeratitis: and Health Programs; 2002. (cited
respon kornea terhadap paparan 2016 Januari) Available from:
radiasi ultraviolet (UVR). The http://www.cdc.gov/niosh/hcwol
South African Optometrist; 2010. d2a.html#agencies.
123-131. [18] International Commission on
[16] Scott E. McIntosh, MD, Brian Non-Ionizing Radiation Protection
Guercio, Geoffrey C. Tabin, MD, (ICNIRP). ICNIRP 14: Protecting
Drew Leemon, Tod Schimelpfenig. Workers From Ultra Violet
Ultraviolet Keratitis Among Radiation. (cited 2016 Januari)
Mountaineers and Outdoor Available from:
Recreationalists. Wilderness and http://www.icnirp.de.

You might also like