Professional Documents
Culture Documents
2014
(Effect of Method of Making of Corn Flour and the Ratio of Corn Flour and Rice Flour on
the Quality of Cookies)
ABSTRACT
Corn is second search of food after rice which is found higher protein content and avalaible with affordable price. The aim
of this research was to find the effect of the method of making of corn flour and ratio of corn flour and rice flour on the
quality of cookies. The reseach was using completely randomized design with two factors, i.e method of making of corn
flour (M) : (water addition method, modified method, and immersion in a lime solution method) and the ratio of corn flour
and rice flour (T) : (90%:10%, 70%:30%, 50%:50%, and 30%:70%). Parameters analyzed were moisture content, ash
content, protein content, fat content, crude fiber content, organoleptic value colour, flavor, taste, and texture. The results
showed that the method of making corn of flour had highly significant effect on moisture content, ash content, protein
content, crude fiber content, organoleptic value colour, taste, and texture. Ratio of corn flour and rice flour had highly
significant effect on moisture content, ash content, fat content, protein content, crude fiber content, organoleptic value
flavor, taste, and texture. Interaction of the two factors had highly significant effect on moisture content and protein
content. Method of making of corn flour with water addition and ratio of corn and rice flour of 50%:50% produced the best
cookies.
20
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
mengetahui pengaruh perbandingan tepung dikocok menggunakan mixer selama 5 menit, lalu
jagung dan tepung beras pada pembuatan ditambahkan 90 g tepung sesuai dengan
cookies. perlakuan dan 0,25 g baking powder. Adonan
diaduk hingga rata, selanjutnya dicetak dan
dipanggang pada suhu 180oC selama 20 menit.
BAHAN DAN METODA Dilakukan pengujian pada cookies.
Variabel mutu tepung jagung yang diamati
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kadar air (AOAC, 1995), kadar abu (SNI-
adalah jagung manis, ragi tape, kapur sirih, 01-4351-1994), kadar protein (AOAC, 1995),
tepung beras, mentega, margarin, baking kadar lemak (AOAC, 1995), dan kadar serat
powder, garam, gula halus, telur, dan susu skim. kasar (Apriyantono, dkk., 1989). Variable mutu
Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia yang diamati pada cookies adalah kadar air
untuk analisa kadar lemak, kadar protein, dan (AOAC, 1995), kadar abu (SNI-01-4351-1994),
kadar serat kasar. Alat yang digunakan dalam kadar lemak (AOAC, 1995), kadar protein
penelitian ini adalah alat untuk analisa kadar air, (Metode Kjedahl, AOAC, 1995), kadar serat
kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar kasar (Apriyantono, dkk., 1989), nilai uji skor
serat kasar, serta untuk membuat tepung jagung warna (skala 1: kuning, 2: kuning keemasan, 3:
dan cookies. kuning kecoklatan, 4: kuning), hedonik aroma
dan rasa (skala 1: tidak suka, 2: agak suka, 3:
Pembuatan Tepung Jagung
suka, 4: sangat suka), dan nilai uji skor tekstur
Pembuatan tepung jagung dengan air (Suarni, (skala 1: tidak renyah, 2: agak renyah, 3: renyah,
2009). 4: sangat renyah).
Jagung yang telah dipipil, diblanching
Analisis Data
selama 5 menit, dan dihaluskan dengan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
menggunakan blender dengan perbandingan air
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan
1:1. Bubur jagung yang dihasilkan diletakkan
2 faktor, yaitu metode pembuatan tepung jagung
pada loyang dan dikeringkan dengan
(M) sebagai faktor I dengan 3 taraf perlakuan
menggunakan oven suhu 50oC selama 24 jam.
yaitu M1 = Pembuatan tepung jagung dengan air,
Setelah kering, dilakukan penepungan dan
M2 = Pembuatan tepung jagung dengan ragi, dan
diayak dengan ayakan 80 mesh.
M3 = Pembuatan tepung jagung dengan larutan
Pembuatan tepung jagung dengan ragi
kapur. Faktor II adalah perbandingan tepung
(Richana, 2010)
jagung dan tepung beras (T) dengan 4 taraf
Jagung yang telah dipipil dikeringkan
perlakuan yaitu T1 = 90%:10%, T2 = 70%:30%,
dengan suhu 50oC selama 1 hari dan dikecilkan
dan T3 = 50%:50%, dan T4 = 30%:70%. Setiap
ukurannya dengan menggunakan blender sampai
perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Data
bentuknya menyerupai beras. Beras jagung
dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA), dan
sebanyak 1 kg ditambahkan ragi sebanyak 1 g
perlakuan yang memberikan pengaruh yang
lalu direndam selama 2 hari. Setelah 2 hari,
berbeda nyata atau sangat nyata dilanjutkan
beras jagung ditiriskan, dikeringkan dalam oven
dengan uji Least Significant Range (LSR).
suhu 50oC selama 24 jam, dihaluskan, dan
diayak dengan ayakan 80 mesh.
Pembuatan tepung jagung dengan larutan HASIL DAN PEMBAHASAN
kapur (Resmisari, 2006)
Biji jagung direndam dengan larutan kapur Berdasarkan hasil penelitian yang
1% selama 24 jam. Selanjutnya jagung ditiriskan, dilakukan terhadap karakteristik tepung jagung,
dikeringkan dalam oven suhu 50oC selama 24 diperoleh karateristik kimia tepung jagung yang
jam, dihaluskan, dan diayak dengan ayakan 80 dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian
mesh. menunjukkan bahwa metode pembuatan tepung
jagung dan perbandingan tepung jagung dan
Pembuatan Cookies (Suarni, 2009) tepung beras memberikan pengaruh terhadap
15 g mentega, 25 g margarin, 30 g tepung parameter yang diamati seperti yang terlihat pada
gula, 15 g susu skim, 15 g kuning telur, dan 1 g Tabel 2 dan Tabel 3.
garam ditimbang, kemudian dicampur dan
21
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
Tabel 1. Karakteristik kimia tepung jagung yang dibuat dengan menggunakan 3 cara yang berbeda
Perlakuan
Tabel 3. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras terhadap mutu cookies
Perbandingan tepung jagung dan tepung beras (T)
Parameter T1 T2 T3 T4
90% : 10% 70% : 30% 50% : 50% 30% : 70%
Kadar air (%) 5,69aA 5,07bB 4,45cC 3,68dD
Kadar abu (%) 1,46aA 1,32bB 1,11cC 0,82dD
Kadar lemak (%) 22,61aA 21,65bB 20,72cC 20,22dD
Kadar protein (%) 14,21aA 13,36bB 12,99cC 12,21dD
Kadar serat kasar (%) 5,04aA 4,47bB 3,95cC 3,48dD
Warna (numerik) 1,51dD 2,05cC 2,66bB 3,11aA
Aroma (numerik) 2,23cC 2,49bB 2,59abAB 2,72aA
Rasa (numerik) 2,03dC 2,40cB 2,63bB 2,92aA
Tekstur (numerik) 1,78dD 1,96cC 2,81bB 2,47aA
Keterangan : Angka di dalam tabel merupakan rataan dari 3 ulangan. Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda
pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 1% dan 5%.
22
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
perbandingan tepung jagung dan tepung beras (metode pembuatan tepung jagung dengan
90%:10%) yaitu sebesar 6,7952% dan terendah larutan kapur dan perbandingan tepung jagung
diperoleh pada kombinasi perlakuan M3T4 dan tepung beras 30%:70%) sebesar 3,5244%.
Gambar 1. Pengaruh interaksi metode pembuatan tepung jagung dan perbandingan tepung jagung dan
tepung beras terhadap kadar air cookies
Dari Gambar 1 dapat dilihat pada metode adonan sehingga kemampuan menahan air lebih
pembuatan tepung jagung dengan larutan kapur rendah dibanding terigu.
menghasilkan kadar air yang rendah disebabkan
oleh larutan kapur yang dapat menarik air yang Kadar Abu
terdapat di dalam suatu bahan (Wahyuni, 2012), Metode pembuatan tepung jagung
dan semakin tinggi rasio tepung beras dan memberikan pengaruh yang berbeda sangat
semakin rendah rasio tepung jagung nyata (P<0,01) terhadap kadar abu cookies
menghasilkan kadar air semakin menurun. Hal ini (Tabel 2). Perbandingan tepung jagung dan
disebabkan tepung beras yang memiliki tepung beras memberikan pengaruh berbeda
kemampuan menahan air yang rendah. Menurut sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu
Widjajaseputra, dkk., (2011) tepung beras cookies (Tabel 3). Pengaruh metode pembuatan
memiliki jumlah air bebas lebih tinggi dalam tepung jagung, dan pengaruh perbandingan
adonan (batter system) karena ukuran granula tepung jagung dengan tepung beras terhadap
pati kecil (3-8 mikron) sehingga kadar abu cookies dapat dilihat pada Gambar 2
mengabsorbsi air lebih sedikit. Tepung beras dan Gambar 3.
juga tidak membentuk jaringan gluten dalam
Gambar 2. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan kadar abu cookies
23
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
Gambar 3. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan kadar abu cookies
Dari Gambar 2 dapat dilihat metode mengandung fosfor 140 mg, kalsium 5 mg, dan
pembuatan tepung jagung dengan larutan kapur besi 0,8 mg.
memiliki kadar abu tertinggi. Hal ini disebabkan
dalam proses pembuatannya menggunakan Kadar Lemak
Ca(OH)2 dimana Ca atau kalsium tersebut Metode pembuatan tepung jagung
merupakan unsur mineral. Winarno (2004) memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata
menyatakan natrium, klor, kalsium, fosfor, (P>0,05) terhadap kadar lemak cookies (Tabel
magnesium, dan belerang merupakan unsur 2). Perbandingan tepung jagung dan tepung
mineral dikenal juga sebagai zat anorganik atau beras memberikan pengaruh berbeda sangat
kadar abu. nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak cookies
Dari Gambar 3 dapat dilihat semakin tinggi (Tabel 3). Dari Gambar 4 dapat dilihat semakin
perbandingan tepung jagung maka kadar abu tinggi penggunaan tepung jagung maka kadar
yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini lemak semakin tinggi. Menurut Departemen
disebabkan oleh jagung yang mengandung Kesehatan RI (1996) kadar lemak tepung beras
mineral seperti fosfor, magnesium, besi, seng, sebesar 0,3%. Selain dikarenakan kadar lemak
mangan, dan tembaga. Beberapa mineral yang yang terkandung dalam tepung, bahan-bahan
dikandung oleh tepung jagung lebih tinggi jika yang ditambahkan dalam proses pembuatan
dibandingkan dengan tepung beras. Menurut cookies juga berpengaruh terhadap kadar lemak
Departemen Kesehatan RI (1996) tepung jagung cookies. Mentega, margarin, dan kuning telur
mengandung mineral seperti fosfor sebanyak 256 merupakan bahan tambahan yang digunakan
mg dan besi 2,4 mg. Sedangkan tepung beras dan mengandung lemak yang tinggi. Lemak pada
kuning telur sebesar 31-32%, dan mentega
mengandung 80% lemak (Hendrasty, 2013).
Gambar 4. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras terhadap kadar lemak cookies
24
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
Gambar 5. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan kadar protein cookies
Gambar 6. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras terhadap kadar protein cookies
25
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) direndam dalam larutan kapur dapat menurunkan
terhadap kadar serat kasar cookies (Tabel 3). kadar hemiselulosa. Menurut Mulyasari dan
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa pada Melati (2011), alkali merupakan bahan kimia
perlakuan M2 (metode pembuatan tepung jagung yang sangat efektif untuk menurunkan kadar
dengan ragi) dan M3 (metode pembuatan tepung serat kasar. Alkali dapat mengubah strukstur
jagung dengan larutan kapur) memiliki kadar dinding sel yang mencakup hilangnya grup asetil
serat kasar yang lebih rendah dari perlakuan M1 dan asam fenolik, larutnya silika dan
(metode pembuatan tepung jagung dengan air). hemiselulosa, serta kemungkinan terjadinya
Hal ini disebabkan dilakukan perendaman dalam hidrolisis ikatan hemiselulosa-lignin.
pembuatan tepung sehingga dapat menurunkan Dari Gambar 8 dapat dilihat semakin tinggi
kadar serat kasar pada tepung. Suarni dan perbandingan tepung jagung maka kadar serat
Widowati (2006) menyatakan bahwa jagung kasar cookies yang dihasilkan semakin tinggi. Hal
mengandung serat yang tinggi. Pada metode ini disebabkan oleh kadar serat kasar pada
pembuatan tepung jagung dengan larutan kapur, tepung jagung yang lebih tinggi dibandingkan
kadar serat kasar yang dihasilkan sedikit lebih dengan tepung beras. Tepung beras mempunyai
rendah jika dibandingkan dengan metode kandungan serat kasar 0,1-0,4% serat kasar
penambahan air. Hal ini dikarenakan jagung yang (Munarso, dkk. 2004).
Gambar 7. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan kadar serat kasar cookies
Gambar 8. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan kadar serat kasar cookies
26
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
Gambar 9. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung terhadap nilai organoleptik warna (numerik) cookies
Gambar 10. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan nilai organoleptik warna
(numerik) cookies
27
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
Gambar 11. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan nilai organoleptik aroma cookies (numerik)
Gambar 12. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan nilai organoleptik aroma
cookies (numerik)
28
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
digunakan dalam proses pembuatan tepung menurun. Adanya protein yang terkandung pada
merupakan salah satu penyebab terbentuknya tepung jagung dan tepung beras dapat
rasa yang kurang disukai oleh panelis. Menurut menimbulkan reaksi Maillard yang dapat
Arief, dkk. (2011) Dalam proses fermentasi terjadi memperbaiki rasa pada suatu bahan pangan
perubahan glukosa menjadi etanol. Etanol yang (Winarno, 2004). Akan tetapi tepung jagung
teroksidasi membentuk asam organik yang dapat mempunyai rasa yang sangat khas dan tidak
menimbulkan rasa dan aroma yang khas. terlalu disukai oleh panelis. Oleh karena itu,
Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa nilai tepung beras dengan perbandingan yang lebih
organoleptik rasa (numerik) semakin tinggi banyak lebih disukai oleh panelis dikarenakan
perbandingan tepung jagung maka nilai dapat menutupi rasa dari tepung jagung.
organoleptik rasa (numerik) juga semakin
Gambar 13. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung terhadap nilai organoleptik rasa cookies (numerik)
Gambar 14. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan nilai organoleptik rasa cookies
(numerik)
29
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
Tepung beras mempunyai kadar amilosa yang perekat yang menyebabkan struktur cookies
lebih tinggi dibandingkan dengan tepung jagung. menjadi lebih kokoh. Selain itu, kadar air yang
Kadar amilosa dapat mempengaruhi tekstur yang juga berpengaruh terhadap tekstur suatu bahan
diperoleh oleh suatu bahan pangan. Menurut pangan. Apriliani (2010) menyatakan bahwa
Harzau dan Estiasih, (2013), perbandingan keberadaan air dalam suatu produk pangan akan
antara amilosa dan amilopektin berpengaruh mempengaruhi lunak atau kerasnya suatu
terhadap tekstur cookies. Amilopektin dalam produk.
bahan pangan menghasilkan kemampuan
Gambar 15. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan nilai organoleptik tekstur cookies (numerik)
Gambar 16. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan nilai organoleptik tekstur cookies
(numerik)
30
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Munarso, S. J., D. Muchtadi, D. Fardiaz, dan R.
Association of Analytical Chemists. Syarief. 2004. Perubahan sifat fisikokimia
Washington D.C. dan fungsional tepung beras akibat proses
medifikasi ikat-silang. Jurnal Pascapanen.
Apriliani, M. W. 2010. Pengaruh penggunaan 1(1) : 22-28.
tepung tapioka dan carboxymethyl cellulose
(CMC) pada pembuatan keju mozzarella Richana, N. 2010. Tepung jagung termodifikasi
terhadap kualitas fisik dan organoleptik. sebagai pengganti terigu. Jurnal Warta
Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Brawijaya, Malang. 32(6) : 6-7.
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. Puspitasari, dan Resmisari, A. 2006. Review : Tepung jagung
S. Budiyanto. 1989. Petunjuk Laboratorium komposit, pembuatan dan pengolahannya.
Analisis Pangan. IPB-Press, Bogor. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Inovatif Pascapanen Pengembangan
Arief, R. W., I. Irawati, dan Yusmasari. 2011. Pertanian. Balai Besar Penelitian dan
Penurunan kadar asam fitat tepung jagung Pengembangan Pascapanen Pertanian,
selama proses fermentasi menggunakan Bogor.
ragi tape. Seminar Nasional Serealia : 590-
597. Soekarto, E. 1985. Penilaian Organoleptik untuk
Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara
Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Karya Aksara, Jakarta.
Nasional Indonesia. Kadar Abu.
SNI 01-3451-1994. Badan Standarisasi Suarni. 2009. Prospek Pemanfaatan Tepung
Nasional, Jakarta. Jagung Untuk Kue Kering (Cookies). Jurnal
Litbang Pertanian 28(2) : 63-71.
Departemen Kesehatan R.I. 1996. Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Bhratara, Suarni dan I.U. Firmansyah. 2005. Beras jagung:
Jakarta. prosesing dan kandungan nutrisi sebagai
bahan pangan pokok. Prosiding Seminar
Harzau, H. dan T. Estiasih. 2013. Karakteristik dan Lokakarya Nasional Jagung. Makassar
cookies umbi inferior uwi putih (kajian : 393-398.
proporsi tepung uwi : patu jagung dan
penambahan margarin). Jurnal Pangan dan Suarni, dan S. Widowati. 2006. Struktur,
Agroindustri 1(1) : 138-147. komposisi, dan nutrisi jagung. Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung.
Hendrasty, H. K. 2013. Bahan Produk Bakery. Makassar : 410-426.
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Wahyuni, R. 2012. Pengaruh presentase dan
Hidayat, M. S. 2013. Pastikan pasokan pangan lama perendaman dalam kapur sirih
lebaran. http://www.jurnas.com [13 (Ca(OH)2) terhadap kualitas keripik talas
Juli 2013]. ketan. Jurnal Pangan. 2(1) : 63-74.
Mulyasari dan I. Melati. 2011. Upaya penurunan Widjajaseputra, A. I., Harijono, Yunianta, dan T.
serat kasar tepung kulit ubi kayu melalui Estiasih. 2011. Pengaruh Rasio Tepung
perendaman menggunakan kapur tohor Beras dan Air Terhadap Karakteristik Kulit
sebagai alternative penyediakan bahan Lumpia Basah. Jurnal Teknologi dan
baku pakan ikan. Prosiding Forum Inovasi Industri Pangan 22(2) : 184-189.
Teknologi Akuakultur. Balai Riset
Perikanan Budidaya Air tawar, Bogor. Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
31