You are on page 1of 12

Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th.

2014

PENGARUH METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG DAN PERBANDINGAN


TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG BERAS TERHADAP MUTU COOKIES

(Effect of Method of Making of Corn Flour and the Ratio of Corn Flour and Rice Flour on
the Quality of Cookies)

Hirda Mega Midlanda1*, Linda Masniary Lubis1, Zulkifli Lubis1


1) Program Studi Ilmu danTeknologi Pangan Fakultas Pertanian USU Medan
Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan Kampus USU Medan
*e-mail : hirdamidlanda@gmail.com

Diterima : 14 September 2014/ Disetujui 14 Desember 2014

ABSTRACT
Corn is second search of food after rice which is found higher protein content and avalaible with affordable price. The aim
of this research was to find the effect of the method of making of corn flour and ratio of corn flour and rice flour on the
quality of cookies. The reseach was using completely randomized design with two factors, i.e method of making of corn
flour (M) : (water addition method, modified method, and immersion in a lime solution method) and the ratio of corn flour
and rice flour (T) : (90%:10%, 70%:30%, 50%:50%, and 30%:70%). Parameters analyzed were moisture content, ash
content, protein content, fat content, crude fiber content, organoleptic value colour, flavor, taste, and texture. The results
showed that the method of making corn of flour had highly significant effect on moisture content, ash content, protein
content, crude fiber content, organoleptic value colour, taste, and texture. Ratio of corn flour and rice flour had highly
significant effect on moisture content, ash content, fat content, protein content, crude fiber content, organoleptic value
flavor, taste, and texture. Interaction of the two factors had highly significant effect on moisture content and protein
content. Method of making of corn flour with water addition and ratio of corn and rice flour of 50%:50% produced the best
cookies.

Keywords : Cookies, corn, flour, rice

PENDAHULUAN fungsional seperti serat pangan, unsur Fe, dan


beta-karoten (provitamin A) (Suarni dan
Di Indonesia, kebutuhan akan terigu Firmansyah, 2005). Berdasarkan komposisi kimia
semakin meningkat setiap tahunnya, hingga dan kandungan zat gizinya, jagung mempunyai
semester I tahun 2013, mencapai 2,6 juta metrik prospek yang baik sebagai bahan pangan dan
ton atau naik sekitar 1,08 persen dibanding bahan baku industri. Kelebihan lain yang dimiliki
periode yang sama tahun 2012 (Hidayat, 2013). oleh tepung jagung jika dibandingkan dengan
Salah satu penyebab peningkatan kebutuhan terigu adalah kandungan serat yang lebih tinggi
terigu ini adalah semakin banyaknya produk dari tepung terigu (Suarni, 2009).
makanan yang memakai terigu sebagai bahan Tepung beras juga merupakan salah satu
dasar utama. Tetapi harga terigu yang tersedia di bahan dasar yang sering digunakan masyarakat
pasaran semakin meningkat pula. Indonesia dalam pembuatan produk-produk
Jagung merupakan salah satu serealia olahan pangan. Salah satu kendala dalam
yang bernilai ekonomis. Jagung juga merupakan penggunaan tepung beras pada pengolahan
pangan tradisional atau makanan pokok di beberapa produk pangan yaitu karakteristik
beberapa daerah, serta mempunyai peluang tepung beras yang mempunyai jumlah air bebas
untuk dikembangkan karena kedudukannya lebih tinggi dalam adonan karena ukuran granula
sebagai sumber utama karbohidrat dan protein pati kecil (3-8 mikron) sehingga mengabsorbsi air
setelah beras. Jagung juga berperan penting lebih sedikit. Akan tetapi, cookies tidak
dalam perkembangan industri pangan. Hal ini memerlukan bahan dasar yang volumenya dapat
ditunjang dengan teknik budi daya yang cukup berkembang besar, sehingga cookies dapat
mudah dan berbagai varietas unggul. Kandungan dibuat dengan menggunakan tepung yang
nutrisi jagung tidak kalah jika dibandingkan mengandung gluten <1%. Tujuan penelitian ini
dengan terigu, bahkan jagung memiliki adalah untuk mengetahui pengaruh metode
keunggulan karena mengandung pangan pembuatan tepung jagung, mengetahui cara
pembuatan cookies dari tepung jagung, dan

20
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

mengetahui pengaruh perbandingan tepung dikocok menggunakan mixer selama 5 menit, lalu
jagung dan tepung beras pada pembuatan ditambahkan 90 g tepung sesuai dengan
cookies. perlakuan dan 0,25 g baking powder. Adonan
diaduk hingga rata, selanjutnya dicetak dan
dipanggang pada suhu 180oC selama 20 menit.
BAHAN DAN METODA Dilakukan pengujian pada cookies.
Variabel mutu tepung jagung yang diamati
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kadar air (AOAC, 1995), kadar abu (SNI-
adalah jagung manis, ragi tape, kapur sirih, 01-4351-1994), kadar protein (AOAC, 1995),
tepung beras, mentega, margarin, baking kadar lemak (AOAC, 1995), dan kadar serat
powder, garam, gula halus, telur, dan susu skim. kasar (Apriyantono, dkk., 1989). Variable mutu
Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia yang diamati pada cookies adalah kadar air
untuk analisa kadar lemak, kadar protein, dan (AOAC, 1995), kadar abu (SNI-01-4351-1994),
kadar serat kasar. Alat yang digunakan dalam kadar lemak (AOAC, 1995), kadar protein
penelitian ini adalah alat untuk analisa kadar air, (Metode Kjedahl, AOAC, 1995), kadar serat
kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar kasar (Apriyantono, dkk., 1989), nilai uji skor
serat kasar, serta untuk membuat tepung jagung warna (skala 1: kuning, 2: kuning keemasan, 3:
dan cookies. kuning kecoklatan, 4: kuning), hedonik aroma
dan rasa (skala 1: tidak suka, 2: agak suka, 3:
Pembuatan Tepung Jagung
suka, 4: sangat suka), dan nilai uji skor tekstur
Pembuatan tepung jagung dengan air (Suarni, (skala 1: tidak renyah, 2: agak renyah, 3: renyah,
2009). 4: sangat renyah).
Jagung yang telah dipipil, diblanching
Analisis Data
selama 5 menit, dan dihaluskan dengan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
menggunakan blender dengan perbandingan air
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan
1:1. Bubur jagung yang dihasilkan diletakkan
2 faktor, yaitu metode pembuatan tepung jagung
pada loyang dan dikeringkan dengan
(M) sebagai faktor I dengan 3 taraf perlakuan
menggunakan oven suhu 50oC selama 24 jam.
yaitu M1 = Pembuatan tepung jagung dengan air,
Setelah kering, dilakukan penepungan dan
M2 = Pembuatan tepung jagung dengan ragi, dan
diayak dengan ayakan 80 mesh.
M3 = Pembuatan tepung jagung dengan larutan
Pembuatan tepung jagung dengan ragi
kapur. Faktor II adalah perbandingan tepung
(Richana, 2010)
jagung dan tepung beras (T) dengan 4 taraf
Jagung yang telah dipipil dikeringkan
perlakuan yaitu T1 = 90%:10%, T2 = 70%:30%,
dengan suhu 50oC selama 1 hari dan dikecilkan
dan T3 = 50%:50%, dan T4 = 30%:70%. Setiap
ukurannya dengan menggunakan blender sampai
perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Data
bentuknya menyerupai beras. Beras jagung
dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA), dan
sebanyak 1 kg ditambahkan ragi sebanyak 1 g
perlakuan yang memberikan pengaruh yang
lalu direndam selama 2 hari. Setelah 2 hari,
berbeda nyata atau sangat nyata dilanjutkan
beras jagung ditiriskan, dikeringkan dalam oven
dengan uji Least Significant Range (LSR).
suhu 50oC selama 24 jam, dihaluskan, dan
diayak dengan ayakan 80 mesh.
Pembuatan tepung jagung dengan larutan HASIL DAN PEMBAHASAN
kapur (Resmisari, 2006)
Biji jagung direndam dengan larutan kapur Berdasarkan hasil penelitian yang
1% selama 24 jam. Selanjutnya jagung ditiriskan, dilakukan terhadap karakteristik tepung jagung,
dikeringkan dalam oven suhu 50oC selama 24 diperoleh karateristik kimia tepung jagung yang
jam, dihaluskan, dan diayak dengan ayakan 80 dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian
mesh. menunjukkan bahwa metode pembuatan tepung
jagung dan perbandingan tepung jagung dan
Pembuatan Cookies (Suarni, 2009) tepung beras memberikan pengaruh terhadap
15 g mentega, 25 g margarin, 30 g tepung parameter yang diamati seperti yang terlihat pada
gula, 15 g susu skim, 15 g kuning telur, dan 1 g Tabel 2 dan Tabel 3.
garam ditimbang, kemudian dicampur dan

21
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

Tabel 1. Karakteristik kimia tepung jagung yang dibuat dengan menggunakan 3 cara yang berbeda
Perlakuan

Parameter Pembuatan tepung Pembuatan tepung Pembuatan tepung


jagung dengan air jagung dengan ragi jagung dengan larutan
kapur
Kadar air (%) 7,9496 8,0120 7,5367
Kadar abu (%) 0,6825 0,6911 0,8460
Kadar lemak (%) 3,8592 3,8965 3,8535
Kadar protein (%) 9,4828 9,0980 9,4263
Kadar serat kasar (%) 4,5377 3,2661 3,1001
Keterangan : Data terdiri dari 3 ulangan

Tabel 2. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung terhadap mutu cookies


Metode pembuatan tepung jagung (M)
Parameter M 1 = Pembuatan M2 = Pembuatan M3 = Pembuatan tepung
tepung jagung tepung jagung jagung dengan larutan
dengan air dengan ragi kapur
Kadar air (%) 4,65 bB 5,33 aA 4,18cC
Kadar abu (%) 1,53 bB 1,55 bB 1,63aA
Kadar lemak (%) 21,47aA 21,40aA 21,05aA
Kadar protein (%) 13,60aA 12,49bB 13,48aA
Kadar serat kasar (%) 4,56 aA 4,06 bB 4,08bB
Warna (numerik) 2,39aA 2,18bB 2,43aA
Aroma (numerik) 2,58 aA 2,43 bB 2,52abAB
Rasa (numerik) 2,64 aA 2,34 bB 2,50aAB
Tekstur (numerik) 2,35 aA 1,93 bB 2,08bB
Keterangan : Angka di dalam tabel merupakan rataan dari 3 ulangan. Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda
pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 1% dan 5%.

Tabel 3. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras terhadap mutu cookies
Perbandingan tepung jagung dan tepung beras (T)
Parameter T1 T2 T3 T4
90% : 10% 70% : 30% 50% : 50% 30% : 70%
Kadar air (%) 5,69aA 5,07bB 4,45cC 3,68dD
Kadar abu (%) 1,46aA 1,32bB 1,11cC 0,82dD
Kadar lemak (%) 22,61aA 21,65bB 20,72cC 20,22dD
Kadar protein (%) 14,21aA 13,36bB 12,99cC 12,21dD
Kadar serat kasar (%) 5,04aA 4,47bB 3,95cC 3,48dD
Warna (numerik) 1,51dD 2,05cC 2,66bB 3,11aA
Aroma (numerik) 2,23cC 2,49bB 2,59abAB 2,72aA
Rasa (numerik) 2,03dC 2,40cB 2,63bB 2,92aA
Tekstur (numerik) 1,78dD 1,96cC 2,81bB 2,47aA
Keterangan : Angka di dalam tabel merupakan rataan dari 3 ulangan. Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda
pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 1% dan 5%.

Kadar Air Hubungan pengaruh metode pembuatan tepung


Dari Tabel 2 dan 3 dapat dilihat bahwa jagung dan perbandingan tepung jagung dan
metode pembuatan tepung jagung dan tepung beras terhadap kadar air cookies dapat
perbandingan tepung jagung dan tepung beras dilihat pada Gambar 1. Kadar air tertinggi
memberikan pengaruh yang berbeda sangat diperoleh dari kombinasi perlakuan M2T1 (metode
nyata (P<0,01) pada nilai kadar air cookies. pembuatan tepung jagung dengan ragi dan

22
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

perbandingan tepung jagung dan tepung beras (metode pembuatan tepung jagung dengan
90%:10%) yaitu sebesar 6,7952% dan terendah larutan kapur dan perbandingan tepung jagung
diperoleh pada kombinasi perlakuan M3T4 dan tepung beras 30%:70%) sebesar 3,5244%.

Gambar 1. Pengaruh interaksi metode pembuatan tepung jagung dan perbandingan tepung jagung dan
tepung beras terhadap kadar air cookies

Dari Gambar 1 dapat dilihat pada metode adonan sehingga kemampuan menahan air lebih
pembuatan tepung jagung dengan larutan kapur rendah dibanding terigu.
menghasilkan kadar air yang rendah disebabkan
oleh larutan kapur yang dapat menarik air yang Kadar Abu
terdapat di dalam suatu bahan (Wahyuni, 2012), Metode pembuatan tepung jagung
dan semakin tinggi rasio tepung beras dan memberikan pengaruh yang berbeda sangat
semakin rendah rasio tepung jagung nyata (P<0,01) terhadap kadar abu cookies
menghasilkan kadar air semakin menurun. Hal ini (Tabel 2). Perbandingan tepung jagung dan
disebabkan tepung beras yang memiliki tepung beras memberikan pengaruh berbeda
kemampuan menahan air yang rendah. Menurut sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu
Widjajaseputra, dkk., (2011) tepung beras cookies (Tabel 3). Pengaruh metode pembuatan
memiliki jumlah air bebas lebih tinggi dalam tepung jagung, dan pengaruh perbandingan
adonan (batter system) karena ukuran granula tepung jagung dengan tepung beras terhadap
pati kecil (3-8 mikron) sehingga kadar abu cookies dapat dilihat pada Gambar 2
mengabsorbsi air lebih sedikit. Tepung beras dan Gambar 3.
juga tidak membentuk jaringan gluten dalam

Gambar 2. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan kadar abu cookies

23
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

Gambar 3. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan kadar abu cookies

Dari Gambar 2 dapat dilihat metode mengandung fosfor 140 mg, kalsium 5 mg, dan
pembuatan tepung jagung dengan larutan kapur besi 0,8 mg.
memiliki kadar abu tertinggi. Hal ini disebabkan
dalam proses pembuatannya menggunakan Kadar Lemak
Ca(OH)2 dimana Ca atau kalsium tersebut Metode pembuatan tepung jagung
merupakan unsur mineral. Winarno (2004) memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata
menyatakan natrium, klor, kalsium, fosfor, (P>0,05) terhadap kadar lemak cookies (Tabel
magnesium, dan belerang merupakan unsur 2). Perbandingan tepung jagung dan tepung
mineral dikenal juga sebagai zat anorganik atau beras memberikan pengaruh berbeda sangat
kadar abu. nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak cookies
Dari Gambar 3 dapat dilihat semakin tinggi (Tabel 3). Dari Gambar 4 dapat dilihat semakin
perbandingan tepung jagung maka kadar abu tinggi penggunaan tepung jagung maka kadar
yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini lemak semakin tinggi. Menurut Departemen
disebabkan oleh jagung yang mengandung Kesehatan RI (1996) kadar lemak tepung beras
mineral seperti fosfor, magnesium, besi, seng, sebesar 0,3%. Selain dikarenakan kadar lemak
mangan, dan tembaga. Beberapa mineral yang yang terkandung dalam tepung, bahan-bahan
dikandung oleh tepung jagung lebih tinggi jika yang ditambahkan dalam proses pembuatan
dibandingkan dengan tepung beras. Menurut cookies juga berpengaruh terhadap kadar lemak
Departemen Kesehatan RI (1996) tepung jagung cookies. Mentega, margarin, dan kuning telur
mengandung mineral seperti fosfor sebanyak 256 merupakan bahan tambahan yang digunakan
mg dan besi 2,4 mg. Sedangkan tepung beras dan mengandung lemak yang tinggi. Lemak pada
kuning telur sebesar 31-32%, dan mentega
mengandung 80% lemak (Hendrasty, 2013).

Gambar 4. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras terhadap kadar lemak cookies

24
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

Kadar Protein protein menjadi senyawa yang lebih sederhana


Metode pembuatan tepung jagung oleh mikroba yang terdapat dalam ragi tape
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata khususnya Rhizopus sp. yang mampu
(P<0,01) terhadap kadar protein cookies (Tabel menghasilkan protease, sehingga dengan
2). Perbandingan tepung jagung dan tepung adanya fermentasi maka akan terjadi aktivitas
beras memberikan pengaruh berbeda sangat enzim proteolitik atau protease dalam memecah
nyata (P<0,01) terhadap kadar protein cookies molekul-molekul protein dengan cara
(Tabel 3). Gambar 5 memperlihatkan pengaruh menghidrolisa ikatan peptida menjadi senyawa-
metode pembuatan tepung jagung terhadap senyawa yang lebih sederhana seperti pepton,
kadar protein menunjukkan bahwa metode polipeptida, dan sejumlah asam-asam amino.
pembuatan tepung jagung dengan ragi Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa
menghasilkan kadar protein yang paling rendah. semakin tinggi perbandingan tepung jagung
Dilakukan fermentasi dengan menggunakan ragi maka kadar protein yang dihasilkan cookies juga
tape dapat menyebabkan kandungan protein semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh
semakin menurun dikarenakan ragi dapat tepung jagung mempunyai kadar protein yang
menghasilkan enzim protease yang dapat lebih tinggi dibandingkan dengan tepung beras.
memecah protein. Berdasarkan Departemen Kesehatan RI (1996)
Akbar dan Yunianta (2014) menyatakan diketahui bahwa kadar protein dari tepung beras
selama fermentasi terjadi penurunan kadar sebesar 7 g.
protein. Hal ini dikarenakan adanya hidrolisa

Gambar 5. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan kadar protein cookies

Gambar 6. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras terhadap kadar protein cookies

Kadar Serat Kasar nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar


Metode pembuatan tepung jagung cookies (Tabel 2). Sementara itu, perbandingan
memberikan pengaruh yang berbeda sangat tepung jagung dan tepung beras memberikan

25
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) direndam dalam larutan kapur dapat menurunkan
terhadap kadar serat kasar cookies (Tabel 3). kadar hemiselulosa. Menurut Mulyasari dan
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa pada Melati (2011), alkali merupakan bahan kimia
perlakuan M2 (metode pembuatan tepung jagung yang sangat efektif untuk menurunkan kadar
dengan ragi) dan M3 (metode pembuatan tepung serat kasar. Alkali dapat mengubah strukstur
jagung dengan larutan kapur) memiliki kadar dinding sel yang mencakup hilangnya grup asetil
serat kasar yang lebih rendah dari perlakuan M1 dan asam fenolik, larutnya silika dan
(metode pembuatan tepung jagung dengan air). hemiselulosa, serta kemungkinan terjadinya
Hal ini disebabkan dilakukan perendaman dalam hidrolisis ikatan hemiselulosa-lignin.
pembuatan tepung sehingga dapat menurunkan Dari Gambar 8 dapat dilihat semakin tinggi
kadar serat kasar pada tepung. Suarni dan perbandingan tepung jagung maka kadar serat
Widowati (2006) menyatakan bahwa jagung kasar cookies yang dihasilkan semakin tinggi. Hal
mengandung serat yang tinggi. Pada metode ini disebabkan oleh kadar serat kasar pada
pembuatan tepung jagung dengan larutan kapur, tepung jagung yang lebih tinggi dibandingkan
kadar serat kasar yang dihasilkan sedikit lebih dengan tepung beras. Tepung beras mempunyai
rendah jika dibandingkan dengan metode kandungan serat kasar 0,1-0,4% serat kasar
penambahan air. Hal ini dikarenakan jagung yang (Munarso, dkk. 2004).

Gambar 7. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan kadar serat kasar cookies

Gambar 8. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan kadar serat kasar cookies

26
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

Nilai Organoleptik Warna pereduksi akan terbentuk warna gelap.


Metode pembuatan tepung jagung Terjadinya proses fermentasi yang semakin lama
memberikan pengaruh yang berbeda sangat maka semakin banyak protein yang akan terurai
nyata (P<0,01) terhadap nilai organoleptik warna menjadi asam-asam amino bebas dimana asam
cookies (Tabel 2). Sementara itu, perbandingan amino tersebut merupakan salah satu pemicu
tepung jagung dan tepung beras memberikan terjadinya reaksi Maillard.
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) Dari Gambar 10 dapat dilihat warna
terhadap nilai organoleptik warna cookies (Tabel cookies tepung jagung yang dihasilkan kuning
3). kecoklatan-kuning keemasan. Pada
Dari Gambar 9 dapat dilihat warna cookies perbandingan tepung jagung yang lebih banyak
tepung jagung yang dihasilkan kuning menghasilkan warna yang lebih kecoklatan
kecoklatan-kuning keemasan. Pada metode dibandingkan dengan tepung. Hal ini tidak
pembuatan tepung jagung termodifikasi terlepas dari kandungan protein yang terdapat
mempunyai warna yang lebih kecoklatan pada tepung jagung jagung dan tepung beras
dibandingkan dengan tepung jagung metode sehingga terjadi reaksi Maillard. Menurut Suarni
yang lainnya. Hal ini dikarena adanya reaksi (2009) reaksi Maillard terjadi karena gugus amino
Maillard yang terjadi karena gugus amino yang primer beraksi dengan gula pereduksi sehingga
terdapat pada tepung jagung beraksi dengan terbentuk warna yang lebih coklat, yang sering
gula pereduksi sehingga terbentuk warna yang dikehendaki ataupun menjadi tanda terjadinya
lebih coklat. Menurut, Akbar dan Yunianta (2014) penurunan mutu produk.
gugus amino bila berikatan dengan gula

Gambar 9. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung terhadap nilai organoleptik warna (numerik) cookies

Gambar 10. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan nilai organoleptik warna
(numerik) cookies

27
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

Nilai Organoleptik Aroma satu penyebab perubahan aroma pada tepung


Metode pembuatan tepung jagung jagung. Menurut Arief, dkk. (2011) dalam proses
memberikan pengaruh yang berbeda nyata fermentasi terjadi perubahan glukosa menjadi
(P<0,05) terhadap nilai organoleptik aroma etanol. Etanol yang teroksidasi membentuk asam
cookies (Tabel 2). Perbandingan tepung jagung organik yang dapat menimbulkan rasa dan aroma
dan tepung beras memberikan pengaruh berbeda yang khas.
sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai organoleptik Dari Gambar 12 dapat dilihat nilai
aroma cookies (Tabel 3). organoleptik aroma tertinggi terdapat pada
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa nilai perlakuan T4 dimana pada perlakuan tersebut
organoleptik aroma terendah pada metode jumlah tepung jagung yang ditambahkan semakin
pembuatan tepung jagung dengan ragi. Hal ini sedikit. Tepung beras dalam jumlah yang lebih
dikarenakan pada tepung termodifikasi banyak dapat mengurangi aroma jagung yang
menimbulkan aroma khas fermentasi yang tidak khas sehingga aroma yang dihasilkan lebih
terlalu disukai oleh panelis. Mikroba yang disukai oleh panelis.
digunakan dalam fermentasi merupakan salah

Gambar 11. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan nilai organoleptik aroma cookies (numerik)

Gambar 12. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan nilai organoleptik aroma
cookies (numerik)

Nilai Organoleptik Rasa sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai organoleptik


Metode pembuatan tepung jagung rasa cookies (Tabel 3).
memberikan pengaruh yang berbeda sangat Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa
nyata (P<0,01) terhadap nilai organoleptik rasa cookies tepung jagung dengan ragi mempunyai
cookies (Tabel 2). Perbandingan tepung jagung nilai organoleptik rasa yang lebih rendah. Hal ini
dan tepung beras memberikan pengaruh berbeda dikarenakan pada proses pembuatan tepung
tersebut menggunakan ragi. Ragi yang

28
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

digunakan dalam proses pembuatan tepung menurun. Adanya protein yang terkandung pada
merupakan salah satu penyebab terbentuknya tepung jagung dan tepung beras dapat
rasa yang kurang disukai oleh panelis. Menurut menimbulkan reaksi Maillard yang dapat
Arief, dkk. (2011) Dalam proses fermentasi terjadi memperbaiki rasa pada suatu bahan pangan
perubahan glukosa menjadi etanol. Etanol yang (Winarno, 2004). Akan tetapi tepung jagung
teroksidasi membentuk asam organik yang dapat mempunyai rasa yang sangat khas dan tidak
menimbulkan rasa dan aroma yang khas. terlalu disukai oleh panelis. Oleh karena itu,
Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa nilai tepung beras dengan perbandingan yang lebih
organoleptik rasa (numerik) semakin tinggi banyak lebih disukai oleh panelis dikarenakan
perbandingan tepung jagung maka nilai dapat menutupi rasa dari tepung jagung.
organoleptik rasa (numerik) juga semakin

Gambar 13. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung terhadap nilai organoleptik rasa cookies (numerik)

Gambar 14. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan nilai organoleptik rasa cookies
(numerik)

Nilai Organoleptik Tekstur renyah-renyah. Tekstur dari suatu bahan pangan


Metode pembuatan tepung jagung menentukan kualitas makanan. Menurut Winarno
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (2004) ukuran tekstur tidak pernah konstan
(P<0,01) terhadap nilai organoleptik tekstur diakibatkan adanya perubahan kadar air pada
cookies (Tabel 2). Perbandingan tepung jagung bahan pangan tersebut.
dan tepung beras memberikan pengaruh berbeda Dari Gambar 16 dapat dilihat semakin
sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai organoleptik tinggi penambahan tepung beras, maka
tekstur cookies (Tabel 3). teksturnya akan semakin renyah. Sedangkan
Dari Gambar 15 diketahui cookies tepung semakin tinggi penambahan tepung jagung maka
jagung yang dihasilkan mempunyai tekstur agak tekstur yang dihasilkan semakin tidak renyah.

29
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

Tepung beras mempunyai kadar amilosa yang perekat yang menyebabkan struktur cookies
lebih tinggi dibandingkan dengan tepung jagung. menjadi lebih kokoh. Selain itu, kadar air yang
Kadar amilosa dapat mempengaruhi tekstur yang juga berpengaruh terhadap tekstur suatu bahan
diperoleh oleh suatu bahan pangan. Menurut pangan. Apriliani (2010) menyatakan bahwa
Harzau dan Estiasih, (2013), perbandingan keberadaan air dalam suatu produk pangan akan
antara amilosa dan amilopektin berpengaruh mempengaruhi lunak atau kerasnya suatu
terhadap tekstur cookies. Amilopektin dalam produk.
bahan pangan menghasilkan kemampuan

Gambar 15. Pengaruh metode pembuatan tepung jagung dengan nilai organoleptik tekstur cookies (numerik)

Gambar 16. Pengaruh perbandingan tepung jagung dan tepung beras dengan nilai organoleptik tekstur cookies
(numerik)

KESIMPULAN penambahan air (M1) dengan perbandingan


tepung jagung dan tepung beras 50%:50%.
1. Metode pembuatan tepung jagung
menghasilkan cookies dengan mutu terbaik DAFTAR PUSTAKA
adalah M1 (metode pembuatan tepung
jagung dengan air) Akbar, M. R. dan Yunianta. 2014. Pengaruh lama
2. Perbandingan tepung jagung dan tepung perendaman Na2S2O5 dan fermentasi ragi
beras menghasilkan cookies dengan mutu tape terhadap sifat fisik kimia tepung
terbaik adalah T3 (50%:50%) jagung. Jurnal Pangan dan Industri.
3. Untuk menghasilkan cookies yang baik, maka 2(2) : 91-102.
disarankan untuk menggunakan metode
pembuatan tepung jagung dengan

30
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Munarso, S. J., D. Muchtadi, D. Fardiaz, dan R.
Association of Analytical Chemists. Syarief. 2004. Perubahan sifat fisikokimia
Washington D.C. dan fungsional tepung beras akibat proses
medifikasi ikat-silang. Jurnal Pascapanen.
Apriliani, M. W. 2010. Pengaruh penggunaan 1(1) : 22-28.
tepung tapioka dan carboxymethyl cellulose
(CMC) pada pembuatan keju mozzarella Richana, N. 2010. Tepung jagung termodifikasi
terhadap kualitas fisik dan organoleptik. sebagai pengganti terigu. Jurnal Warta
Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Brawijaya, Malang. 32(6) : 6-7.

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. Puspitasari, dan Resmisari, A. 2006. Review : Tepung jagung
S. Budiyanto. 1989. Petunjuk Laboratorium komposit, pembuatan dan pengolahannya.
Analisis Pangan. IPB-Press, Bogor. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Inovatif Pascapanen Pengembangan
Arief, R. W., I. Irawati, dan Yusmasari. 2011. Pertanian. Balai Besar Penelitian dan
Penurunan kadar asam fitat tepung jagung Pengembangan Pascapanen Pertanian,
selama proses fermentasi menggunakan Bogor.
ragi tape. Seminar Nasional Serealia : 590-
597. Soekarto, E. 1985. Penilaian Organoleptik untuk
Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara
Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Karya Aksara, Jakarta.
Nasional Indonesia. Kadar Abu.
SNI 01-3451-1994. Badan Standarisasi Suarni. 2009. Prospek Pemanfaatan Tepung
Nasional, Jakarta. Jagung Untuk Kue Kering (Cookies). Jurnal
Litbang Pertanian 28(2) : 63-71.
Departemen Kesehatan R.I. 1996. Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Bhratara, Suarni dan I.U. Firmansyah. 2005. Beras jagung:
Jakarta. prosesing dan kandungan nutrisi sebagai
bahan pangan pokok. Prosiding Seminar
Harzau, H. dan T. Estiasih. 2013. Karakteristik dan Lokakarya Nasional Jagung. Makassar
cookies umbi inferior uwi putih (kajian : 393-398.
proporsi tepung uwi : patu jagung dan
penambahan margarin). Jurnal Pangan dan Suarni, dan S. Widowati. 2006. Struktur,
Agroindustri 1(1) : 138-147. komposisi, dan nutrisi jagung. Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung.
Hendrasty, H. K. 2013. Bahan Produk Bakery. Makassar : 410-426.
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Wahyuni, R. 2012. Pengaruh presentase dan
Hidayat, M. S. 2013. Pastikan pasokan pangan lama perendaman dalam kapur sirih
lebaran. http://www.jurnas.com [13 (Ca(OH)2) terhadap kualitas keripik talas
Juli 2013]. ketan. Jurnal Pangan. 2(1) : 63-74.
Mulyasari dan I. Melati. 2011. Upaya penurunan Widjajaseputra, A. I., Harijono, Yunianta, dan T.
serat kasar tepung kulit ubi kayu melalui Estiasih. 2011. Pengaruh Rasio Tepung
perendaman menggunakan kapur tohor Beras dan Air Terhadap Karakteristik Kulit
sebagai alternative penyediakan bahan Lumpia Basah. Jurnal Teknologi dan
baku pakan ikan. Prosiding Forum Inovasi Industri Pangan 22(2) : 184-189.
Teknologi Akuakultur. Balai Riset
Perikanan Budidaya Air tawar, Bogor. Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

31

You might also like