You are on page 1of 12

KUALITAS COOKIES DENGAN KOMBINASI TEPUNG SINGKONG

(Manihot utilissima), TEPUNG AMPAS TAHU, DAN TEPUNG


KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

(Quality Of Cookies with a Combination of Cassava Flour, Tofu Dregs


Flour, and Mung Bean Sprout Flour)

Sara Putri Engkoa*, Franciscus Sinung Pranataa, Yuliana Reni Swastia

a
Program Studi Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

*Penulis koresponden:
Email: sarazengko@gmail.com

ABSTRACT
Cookie is one of the food products that made from flour. Cassava flour, mung bean sprouts flour, and
tofu dregs flour are used as a basic ingredient in cookies to improve the chemical, physical, and
microbiological quality of cookie products. The design used was Completely Randomized Design (CRD)
and uses four variations of the combination between cassava flour, mung bean sprouts flour, and tofu
dregs four (100: 0: 0, 70: 3: 27, 60: 6: 34, 50: 9: 41). The results of this research are cookie products
with a combination of cassava flour, mung bean sprouts flour, and tofu dregs flour having a moisture
content between 4,84% - 5,61%; ash content between 2% - 2,6%; protein content between 3,509% -
6,878%; fat content between 24,75% - 27%; carbohydrate content between 58,926% - 63,553%; crude
fiber content between 12,2% - 16%; soluble fiber content between 3,55% - 9,85%; texture between
1168,25 g – 5230,75 g; the color of cookies product are light source; and microbiological tests in the
form of calculating total plate counts and yeast mold numbers that is in accordance with SNI standards
of cookies. Cookies with treatment 70: 3: 27 are treatment with the best quality.

Keywords : Cookies, Cassava Flour (Manihot utilissima), Tofu Dregs Flour, And Mung Bean Sprouts
Flour (Phaseolus radiatus L.)

ABSTRAK
Cookies merupakan salah satu dari beberapa produk pangan yang dibuat dengan bahan dasar tepung
terigu. Tepung singkong, tepung kecambah kacang hijau, dan tepung ampas tahu digunakan dalam
pembuatan cookies sebagai bahan dasar guna meningkatkan kualitas kimia, fisik, dan mikrobiologis
dari produk cookies. Penelitian ini menggunakan sistem rancangan acak lengkap (RAL) dan
menggunakan empat variasi kombinasi tepung singkong, tepung kecambah kacang hijau, dan tepung
ampas tahu (100 : 0 : 0, 70 : 3 : 27, 60 : 6 : 34, 50 : 9 : 41). Hasil dari penelitian ini adalah produk
cookies dengan kombinasi tepung singkong, tepung kecambah kacang hijau, dan tepung ampas tahu
memiliki kadar air 4,84 % - 5,61 %; kadar abu 2 % - 2,6 %; kadar protein 3,509 % - 6,878 %; kadar
lemak 24,75 % - 27 %; kadar karbohidrat 58,926 % - 63,553 %; kadar serat kasar 12,2 % - 16 %; kadar
serat larut 3,55 % - 9,85 %; tekstur 1168,25 N/mm2 – 5230,75 N/mm2; Warna cookies sumber cahaya;
serta uji mikrobiologis berupa perhitungan angka lempeng total dan angka kapang khamir yang telah
memenuhi SNI cookies. Cookies dengan perlakuan 70 : 3 : 27 merupakan perlakuan dengan kualitas
yang paling baik.

Kata Kunci : Cookies, Tepung Singkong (Manihot utilissima), Tepung Ampas Tahu, Tepung Kecambah
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

15
Sara Putri Engko et al., 2021

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE


Bahan
Cookies adalah salah satu jenis dari Bahan-bahan dalam penelitian ini
biskuit dengan sifat renyah yang terbuat yang akan digunakan meliputi ampas tahu,
dari adonan lunak, sifat renyah pada singkong, kecambah kacang hijau
cookies disebabkan karena tekstur dari (Phaseolus radiatus), aseton, heksan,
cookies yang tidak begitu padat (Mayang, NaCl, etanol 95 %, NaHCO3 4%, K2SO4,
2007). Bahan dalam pembuat cookies H2SO4 pekat, aquadest steril,
berupa tepung terigu, air, garam, susu Phenolpthalein (PP), NaOH 40%, batu
skim, telur, shortening (lemak), emulsifier, didih, HCl 0,1 N, Methyl Red, NaOH 0,1 N,
gula, baking powder (O'Toole, 1999). NaOH 3,25%, baking powder, susu bubuk,
Cookies dalam penelitian yang akan margarin, gula pasir, telur, shortening, PDA
dilakukan ini akan dibuat menggunakan (Potato Dextrose Agar), dan PCA (Plate
kombinasi tepung ampas tahu, tepung Count Agar).
singkong, dan tepung kecambah kacang
hijau sebagai bahan dasarnya. Ampas Pembuatan Tepung Ampas Tahu
tahu merupakan produk sampingan dari (Kaswinarni, 2007) dengan modifikasi
produksi kedelai, salah satu produk olahan Ampas tahu diperas untuk
dari ampas tahu adalah tepung ampas mengurangi kadar air. Setelah itu ampas
tahu. Komponen utama dari tepung ampas tahu dikukus selama ± 15 menit.
tahu adalah protein, serat, lemak, abu, Selanjutnya, ampas tahu dijemur di bawah
kelembaban, dan karbohidrat (Ostermann- terik matahari selama 2-3 hari atau
Porcel dkk, 2017). dikeringkan dengan oven pada suhu 70 oC
Singkong merupakan sumber selama 4-5 jam. Setelah dikeringkan,
karbohidrat pada tanaman singkong ampas tahu dihaluskan dengan grinder.
berasal dari umbinya (Hasanah dkk, 2013), Selanjutnya, diayak dengan ayakan
salah satu produk olahan dari singkong berukuran 80 mesh.
adalah tepung singkong yang merupakan
hasil penepungan semua komponen pada Pembuatan Tepung Kecambah Kacang
singkong yang dapat dimanfaatkan dalam Hijau (Prasetyowati, 2010) dengan
berbagai produk makanan seperti kue, modifikasi
cookies, mie, maupun krupuk (Astawan, Kecambah dikukus selama 15 menit.
2000). Kecambah kacang hijau sendiri Kecambah yang telah dikukus, kemudian
merupakan hasil dari pertumbuhan dari biji dikeringkan selama 12 jam menggunakan
kacang hijau yang disemai, salah satu oven pada suhu 60 oC. Setelah
produk olahan dari kecambah kacang hijau dikeringkan, kecambah kemudian
adalah tepung kecambah kacang hijau ditepungkan dengan grinder. Selanjutnya,
yang merupakan tepung yang terbuat dari diayak dengan ayakan sebesar 80 mesh.
kecambah kacang hijau yang ditepungkan
(Astawan, 2005). Tepung kecambah Pembuatan Cookies (Kementerian
kacang hijau adalah alternatif sumber Negara Riset dan Teknologi, 2006)
bahan pangan yang sangat banyak dengan modifikasi
mengandung gizi yang diperlukan tubuh Bahan berupa lemak (shortening dan
manusia (Wijayanti dkk., 2013). margarin) , gula, susu bubuk, telur, dan
Keunggulan dari cookies dengan bahan garam dicampur dalam mangkuk dan
berupa tepung ampas tahu, tepung dikocok selama 5 menit. Setelah itu, ke
singkong, dan tepung kecambah kacang dalam mangkuk ditambahkan tepung
hijau adalah tidak adanya kandungan singkong, tepung kecambah kacang hijau,
gluten dan adanya kandungan serat pada tepung ampas tahu, dan baking powder.
produk yang diperoleh dari tepung ampas Pengadukan dilakukan hingga adonan
tahu dan tepung kecambah kacang hijau. tercampur rata. Setelah itu, adonan dicetak
Keunggulan dari produk cookies ini dan dipanggang dengan oven pada suhu
diharapkan dapat bermanfaat bagi 150 oC selama 25 menit.
masyarakat.

16
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 20 (1): 15-26, 2021.

Penentuan Kadar Air dengan Moisture serta dititrasi. Kadar protein dihitung
Balance (Sembiring, 2009) dengan rumus:
Alat Moisture Balance dihidupkan, ml NaOH (Blanko−sampel)
(%) Nitrogen = x N
lalu angka pada display dinolkan. Berat sampel x 1000

Sebanyak 1 gram sampel diambil dan NaOH x 14,008 x 100%


ditempatkan pada cawan alumunium. (%) Protein = % Nitrogen x 6,25 (faktor
Selanjutnya, alat ditutup dan ditunggu konversi)
hingga ada tanda yang menandakan
bahwa pengukuran telah selesai. Nilai Penentuan Kadar Lemak dengan
kadar air yang muncul pada display dibaca Metode Soxhlet (AOAC, 2005)
dan dicatat. Labu lemak dikeringkan selama 30
menit dengan oven dengansuhu 105 °C,
Penentuan Kadar Abu (Huriawati dkk, kemudian dalam eksikator selama 15
2016) menit labu lemak didinginkan dan labu
Cawan porselin dikeringkan pada lemak ditimbang (A). Sebanyak 5 gram
suhu 105 oC dengan oven selama 1 jam, sampel ditimbang (S), lalu dibungkus
lalu selama 15 menit dimasukkan ke kertas saring dan dimasukan ke
eksikator dan cawan ditimbang hingga selongsong lemak. Kapas bebas lemak
memiliki berat yang konstan (A). Lima gram digunakam pada selongsong lemak untuk
sampel dimasukkan ke cawan porselin dan ditutup, kemudian dimasukkan ke ruang
ditimbang (B), lalu dipijarkan hingga tidak ekstraktor tabung soxhlet. Selanjutnya,
berasap di atas bunsen. Selanjutnya ke tabung disiram dengan heksan (pelarut
dalam tanur pengabuan sampel lemak), lalu pada destilasi soxhlet tabung
dimasukkan selama 1 jam pada suhu 600 dipasang di atas pemanas listrik dengan
oC, lalu ditimbang hingga memiliki berat suhu sekitar 80 T. Selama minimum 5 jam
yang konstan (C) . Kadar abu kemudian dilakukan refluks hingga pada labu lemak
dihitung dengan rumus sebagai berikut: terdapat pelarut berwarna jernih yang
turun. Pelarut pada labu lemak tersebut
𝐶−𝐴 didestilasi, lalu selama 60 menit hasil
% Kadar Abu : x 100% ekstraksi dalam labu dipanaskan pada
𝐵−𝐴
suhu 105 °C dengan oven, pemanasan
Penentuan Kadar Protein dengan dilakukan hingga beratnya tetap.
Metode Mikro Kjeldahl (Sudarmadji dkk, Selanjutnya, labu lemak didinginkan
1997) selama 20 – 30 menit dalam eksikator dan
Satu gram sampel dimasukan ke ditimbang (B). Kadar lemak dapat dihitung
labu Kjeldahl, kemudian ditambahkan 1 g dengan rumus:
K2SO4 dan 10 ml H2SO4 pekat. Setelah itu,
didestruksi hingga cairan menjadi jernih, Kadar Lemak (%) =
B−A
x 100%
lalu bahan dibiarkan hingga dingin. Berat sampel
Selanjutnya, ke dalam labu destilasi
dimasukkan sampel dan ditambahkan 50 Penentuan Kadar Karbohidrat dengan
ml aquadest, 3 tetes indiikator PP, NaOH Metode Carbohydrate By Differences
40% hingga berwarna biru, serta (Sudarmadji dkk, 1997)
ditambahkan beberapa batu didih. Setelah Penentuan kadar karbohidrat sampel
itu, 10 ml larutan standar HCl 0,1N dan dilakukan dengan cara angka 100
indikator methyl red sebanyak 2 tetes dikurangi jumlah dari hasil perhitungan
dimasukkan ke dalam gelas beker, kadar air, lemak, protein, dan abu. Kadar
kemudian didistilasi hingga dihasilkan filtrat karboohidrat dhitung dengan rumus :
sebanyak 50 ml. Titrasi dilakukan dengan
larutan NaOH 0,1 N pada destilat hingga Kadar karbohidrat (% b/b) = 100 - (KA + A
larutan memiliki warna kuning menyerupai + P + L)
jerami. Setelah itu, dengan akuades dibuat Keterangan :
larutan blanko, lalu didestruksi, didistilasi, KA = Kadar air (%); P = Kadar protein (%);
A = Kadar abu (%); L = Kadar lemak (%)

17
Sara Putri Engko et al., 2021

Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Tepung Singkong, Tepung Kecambah Kacang Hijau, dan
Tepung Ampas Tahu
Tepung Tepung Kecambah Tepung
Parameter (%)
Singkong Kacang Hijau Ampas Tahu
Air 10,42 ± 0,63 8,37 ± 0,36 9,55 ± 0,54
Abu 2,03 ± 0,57 3,43 ± 0,46 5,23 ± 0,15
Protein 1,22 ± 0,12 28,66 ± 0,06 16,24 ± 0,06
Lemak 3,60 ± 0,42 4,80 ± 0,28 6,3 ± 0,70
Karbohidrat 83,03 ± 0,00 54,59 ± 0,00 62,68 ± 1,00
Serat Kasar 3,25 ± 0,07 12,70 ± 0,70 19,50 ± 0,98
Serta Larut 5,05 ± 0,07 7,40 ± 0,70 8,05 ± 0,35

Penentuan Kadar Serat Kasar (Badan Celite dicuci secara berturut-turut dengan 2
Standarisasi Nasional, 1992b) x 1 ml etanol 78 %, 2 x 10 ml etanol 95 %,
Sebanyak 2 gram sampel (X) serta 2 x 10 aseton. Setelah itu, dengan
dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml, oven dikeringkan hingga berat tetap dan
kemudian sebanyak 100 ml H2SO4 1,25% selama kurang lebih 10 menit dimasukkan
ditambahkan dan dimasak selama 30 dalam eksikator, lalu beratnya ditimbang
menit hingga mendidih. Sampel disaring (B). Kandungan serat larut dihitung dengan
dengan kertas saring dan dipindahkan ke rumus:
erlenmeyer baru secara kuantitatif,
B−A−Berat celite
kemudian dicuci menggunakan air panas Kadar serat larut (%) = x 100%
Berat sampel
hingga bebas asam. Sampel lalu
ditambahkan NaOH 3,25% sebanyak 200 HASIL PEMBAHASAN
ml dan dimasak hingga mendidih selama
30 menit. Kertas saring selama 1 jam Uji Pendahuluan Tepung Singkong,
dikeringkan dengan oven pada suhu 110 Tepung Ampas Tahu, dan Tepung
°C dan didinginkam selama 10 menit Kacambah Kacang Hijau
dalam eksikator, lalu ditimbang beratnya Tepung singkong, tepung ampas
(a). Selanjutnya, filtrat disaring dan dibilas tahu, dan tepung kecambah kacang hijau
dengan air panas sebanyak 200 ml hingga digunakan sebagai pengganti tepung
bebas basa. Kertas saring dikeringkan terigu dilakukan uji kandungan kimia
pada suhu 110 °C dalam oven selama 5 – terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas
8 jam. Setelah itu, didinginkan dengan bahan awal sebelum dan sesudah
eksikator dan ditimbang (Y). Kertas saring diaplikasikan ke produk cookies. Kadar air
dapat dipijarkan pada suhu 550 °C selama tepung singkong, kecambah kacang hijau,
8 jam hingga berbentuk abu putih ke labu dan ampas tahu berturut-turut sebesar
dan didinginkan dalam eksikator dan 10,42 %; 8,37 %; 9,55 % (Tabel 1), sesuai
ditimbang kembali (Z), selanjutnya dengan standar kadar air tepung singkong,
kandungan serat kasar dihutung dengam kecambah kacang hijau, dan ampas tahu
rumus : yakni maksimal 12 %; 9,087 %; 9,84 %
Y−Z−a
(Badan Standarisasi Nasional, 1996;
Kadar Serat Kasar (%) = x 100% Prasetyowati, 2010; Laboratorium Ka Balai
X
Penelitian Mutu dan Keamanan Pangan,
Penentuan Kadar Serat Larut (Asp dkk, 2013). Kadar abu tepung singkong sebesar
1983) 2,03 % (Tabel 1), lebih tinggi dari standar
Sebanyak 400 ml etanol 95 % hangat yang ada yakni 1,5 % (Badan Standarisasi
(60 oC) ditambahkan ke filtrat serat kasar Nasional, 1996) yang dapat disebabkan
dan selama 1 jam dibiarkan presipitasi, oleh adanya kandungan mineral (seng,
kemudian dengan kertas saring yang telah magnesium, tembaga, besi, mangan,
dipanaskan dengan oven disaring dan kalium) pada tepung singkong yang cukup
beratnya ditimbang (A). Celite sebanyak tinggi (Bargumono dan Wangsowijaya,
0,5 gram dimasukkan dalam kertas saring. 2013). Kadar abu tepung kecambah

18
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 20 (1): 15-26, 2021.

kacang hijau sebesar 3,43 % (Tabel 1), (Winarno dkk, 1984). Kadar protein tepung
lebih tinggi dari standar yang ada yakni ampas tahu sebesar 6,30 % (Tabel 1),
3,387 % (Prasetyowati, 2010) yang dapat lebih rendah dari standar yang ada yakni
disebabkan karena adanya kandungan 19,69 % (Sulistian, 2004) yang dapat
mineral (kalsium, fosfor, dan besi) dalam disebabkan adanya proses pengepresan
kecambah kacang hijau (Direktorat Gizi ampas tahu segar (Andarwulan dkk.,
Departemen Kesehatan RI, 1981). Kadar 2011).
abu tepung ampas tahu sebesar 5,23 % Kadar karbohidrat tepung singkong
(Tabel 1), lebih rendah dari standar yang sebesar 83,03 % (Tabel 1), lebih rendah
ada yakni 4,58 % (Suprapti, 2005). Adanya dari standar yang ada yakni 88,2 %
kadar abu pada tepung ampas tahu dapat (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI,
disebabkan oleh adanya kandungan 1981) yang dapat disebabkan oleh
mineral (Fe, Mn, Cu, Co, Zn) yang terdapat pengaruh varietas, umur panen, dan
pada ampas tahu (Widjatmoko, 1996) dan musim panen (Richana dan Sunarti, 2004).
karena adanya reaksi pencoklatan Kadar karbohidrat tepung kecambah
enzimatis yang menyebabkan turunnya kacang hijau sebesar 54,59 % (Tabel 1),
derajat putih (Suarni, 2005). lebih rendah dari standar yang ada yakni
Kadar protein tepung singkong 60,442 % (Prasetyowati, 2010) yang dapat
sebesar 1,22 % (Tabel 1), lebih tinggi dari disebabkan oleh proses perkecambahan
standar yang ada yakni maksimal 1,1 % yang dapat menyebabkan karbohidrat
(Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, menjadi menurun (Anggrahini, 2007).
1981) yang dapat disebabkan oleh Kadar karbohidrat tepung ampas tahu
pengaruh varietas, lokasi penanaman, dan sebesar 62,68 % (Tabel 1), lebih rendah
umur panen dari singkong (Feliana dkk, dari standar yang ada yakni 66,24 %
2014). Kadar protein tepung kecambah (Laboratorium Ka Balai Penelitian Mutu
kacang hijau sebesar 28,66 % (Tabel 1), dan Keamanan Pangan, 2013) yang dapat
lebih tinggi dari standar yang ada yakni disebabkan oleh faktor pengeringan yang
26,007 % (Prasetyowati, 2010) yang dapat dapat mengubah konsentrasi senyawa-
disebabkan oleh proses perkecambahan senyawa pada suatu bahan pangan
yang menyebabkan meningkatnya jumlah (Winarno dkk, 1984).
protein (Astawan, 2005). Kadar protein Kadar serat kasar tepung singkong,
tepung ampas tahu sebesar 16,24 % kecambah kacang hijau, dan ampas tahu
(Tabel 1), lebih rendah dari standar yang sebesar 3,25 %; 12,70 %; 19,50 % (Tabel
ada yakni 17,72 % (Laboratorium Ka Balai 1), lebih rendah dari standar yang ada
Penelitian Mutu dan Keamanan Pangan, yakni maksimal 4 %; 4,133 %; 19,44 %
2013) yang dapat disebabkan oleh proses (Badan Standarisasi Nasional, 1996;
pengolahannya seperti semakin efisien Prasetyowati, 2010; Suprapti, 2005). Kadar
proses penggilingan maka kadar protein serat larut tepung singkong sebesar 5,05 %
akan semakin banyak (Imalosita, 1981). (Tabel 1), lebih tinggi dari standar yang ada
Kadar lemak tepung singkong yakni 4,15 % (Widowati dan Wargiono,
sebesar 3,60 % (Tabel 1), lebih tinggi dari 2009). Kadar serat larut tepung kecambah
standar yang ada yakni 1,01 % kacang hijau sebesar 5,30 % (Tabel 1),
(Oladunmoye dkk., 2010) yang dapat lebih tinggi dari standar yang ada yakni 0,7
disebabkan oleh pengaruh varietas, lokasi % (Olwin dan Cornelis, 2005). Kadar serat
penanaman, dan umur panen dari larut ampas tahu sebesar 8,05 % (Tabel 1),
singkong (Feliana dkk., 2014). Kadar tidak jauh berbeda dengan standar yang
lemak tepung kecambah kacang hijau ada yakni 8,75 % (Sulistiani, 2004).
sebesar 4,80 % (Tabel 1), lebih tinggi dari Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa
standar yang ada yakni 1,46 % (Hartoyo tepung singkong, ampas tahu, dan
dan Sunandar, 2006) yang dapat kecambah kacang hijau ini mampu untuk
disebabkan oleh faktor pengeringan yang memenuhi setengah kebutuhan serat per-
dapat mengubah konsentrasi senyawa- hari/orang jika dikonsumsi, sebab rata-rata
senyawa pada suatu bahan pangan

19
Sara Putri Engko et al., 2021

kecukupan serat pangan sebesar 25 hijau dan tepung ampas tahu maka kadar
gram/orang/hari (Yulianis, 2004). abu semakin meningkat (Gambar 2).
Kecambah kacang hijau sendiri memiliki
Uji Kimia Cookies dengan Kombinasi kandungan mineral berupa kalsium, fosfor,
Tepung Singkong, Tepung Ampas dan besi (Direktorat Gizi Departemen
Tahu, dan Tepung Kacambah Kacang Kesehatan RI, 1981), sedangkan ampas
Hijau tahu mengandung unsur-unsur mineral
yakni Fe, Mn, Cu, Co, Zn (Widjatmoko,
Kadar Air 1996). Selain itu tingginya kadar abu juga
Kadar air cookies berkisar antara dapat disebabkan oleh adanya reaksi
4,84 % - 5,61 % (Gambar 1), lebih tinggi pencokelatan enzimatis yang
dari standar SNI yakni maksimal 5 % menyebabkan turunnya derajat putih
(Badan Standarisasi Nasional, 1992a) dan (Suarni, 2005).
lebih rendah dari penelitian cookies 3 2,60b
dengan penggunaan tepung singkong 2.5 2,03a 2,00a 2,16ab

Kadar Abu (%)


yakni 9,04 % dan 6,7 % (Adekunle dan 2
Mary, 2014); Sahé dkk., 2019). Kadar air 1.5
1
cookies meningkat seiring meningkatnya
0.5
penggunaan tepung kecambah kacang 0
hijau dan tepung ampas tahu. Hal ini 100 : 0 : 0 70 : 3 : 27 60 : 6 : 34 50 : 9 : 41
disebabkan karena tingginya kandungan Tepung Singkong : Tepung Kecambah Kacang
protein dan serat pada tepung kecambah Hijau : Tepung Ampas Tahu
kacang hijau dan tepung ampas tahu.
Semakin banyak protein dan serat yang Gambar 2. Kadar Abu (%) Cookies dengan
terkandung dalam bahan maka akan Kombinasi Tepung Singkong,
semakin banyak air yang terikat dalam Tepung Ampas Tahu, dan Tepung
protein dan diserap oleh serat (Winarno, Kecambah Kacang Hijau
2004; Tala, 2009).
6
5,52c 5,61c Kadar Protein
Kadar protein cookies berkisar
Kadar Air (%)

5.5 5,09b
5 4,84a antara 3,50 % - 6,87 % (Gambar 3), lebih
rendah dari standar kadar protein cookies
4.5
pada umumnya yakni minimum 9 %
4 (Badan Standarisasi Nasional, 1992a) dan
100 : 0 : 0 70 : 3 : 27 60 : 6 : 34 50 : 9 : 41
lebih tinggi dari standar kadar protein
Tepung Sigkong : Tepung Kecambah
Kacang Hijau : Tepung Ampas Tahu
cookies dengan penggunaan tepung
singkong yakni 4,93 % dan 3,6 %
(Adekunle dan Mary, 2014; Sahé dkk.,
Gambar 1. Kadar Air (%) Cookies dengan
2019). Semakin banyak penambahan
Kombinasi Tepung Singkong,
Tepung Ampas Tahu, dan tepung kecambah kacang hijau dan tepung
Tepung Kecambah Kacang Hijau ampas tahu maka kadar protein semakin
Kadar Abu meningkat (Gambar 3). Adanya perbedaan
Kadar abu cookies berkisar antara pada kadar protein disebabkan oleh
2,00 % - 2,60 % (Gambar 2), lebih tinggi adanya kandungan protein yang cukup
dari standar kadar abu cookies pada tinggi pada tepung ampas tahu dan tepung
umumnya adalah maksimal 1,5 % (Badan kecambah kacang hijau. Kadar protein
Standarisasi Nasional, 1992a) dan dari tepung kecambah kacang hijau adalah
cookies dengan penggunaan tepung 26,01 % dan tepung ampas tahu adalah
singkong adalah 1,73 % (Adekunle dan 17,72% (Prasetyowati, 2010; Laboratorium
Mary, 2014), serta lebih rendahdari kadar Ka Balai Penelitian Mutu dan Keamanan
abu cookies dengan penggunaan tepung Pangan, 2013).
singkong adalah 2,7 % (Sahé dkk., 2019).
Diketahui bahwa semakin banyak
penambahan tepung kecambah kacang

20
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 20 (1): 15-26, 2021.

8 6,45b 6,59b 6,87b Kadar karbohidrat cookies berkisar


Kadar Protein (%)

6
antara 58,92 % - 63,55 % (Gambar 5), lebih
4
3,50a rendah dari standar kadar karbohidrat
cookies pada umunya adalah min 70 %
2
(Badan Sandarisasi Nasional, 1992a) dan
0
100 : 0 : 0 70 : 3 : 27 60 : 6 : 34 50 : 9 : 41
dari standar kadar karbohidrat cookies
menggunakan tepung singkong yakni 85,2
Tepung Singkong : Tepung Kecambah
Kacang Hijau : Tepung Ampas Tahu % dan 74,9 % (Adekunle dan Mary, 2014;
Sahé dkk., 2019). Diketahui bahwa
Gambar 3. Kadar Protein (%) Cookies dengan semakin banyak penambahan tepung
Kombinasi Tepung Singkong, kecambah kacang hijau dan tepung ampas
Tepung Ampas Tahu, dan Tepung tahu maka kadar lemak semakin menurun
Kecambah Kacang Hijau (Gambar 5). Hal ini dapat disebabkan
karena kandungan karbohidrat pada
Kadar Lemak tepung kecambah kacang hijau dan tepung
Kadar lemak cookies berkisar antara ampas tahu yang lebih rendah dari tepung
24,75 % - 27,00 % (Gambar 4), lebih tinggi singkong. Tepung singkong yang
dari standar kadar lemak cookies pada digunakan dalam pembuatan cookies juga
umumya yakni minimal 9,5 % (Badan semakin menurun seiring bertambahnya
Standarisasi Nasional, 1992a) dan dari penggunaan tepung kecambah kacang
standar kadar lemak cookies hijau dan tepung ampas tahu, sehingga
menggunakan tepung singkong adalah menyebabkan kadar karbohidrat produk
0,79 % dan 18,8 % (Adekunle dan Mary, juga menurun, seiring menurunnya
2014;Sahé dkk., 2019). Diketahui bahwa penggunaan tepung singkong.
semakin banyak penambahan tepung 63,07c 63,55c
64
kecambah kacang hijau dan tepung ampas
Kadar Karbohidrat (%)

tahu maka kadar lemak semakin 62 60,45b


meningkat (Gambar 4). Adanya perbedaan 60 58,92a
pada kadar lemak disebabkan oleh adanya 58
kandungan lemak yang terdapat pada 56
bahan baku yang digunakan dalam 100 : 0 : 0 70 : 3 : 27 60 : 6 : 34 50 : 9 : 41
penelitian ini seperti kandungan lemak
Tepung Singkong : Tepung Kecambah
pada tepung singkong 3,6 %, tepung Kacang Hijau : Tepung Ampas Tahu
kecambah kacang hijau 4;8 %, dan tepung
ampas tahu 6,3 %. Penelitian dengan Gambar 5. Kadar Karbohidrat (%) Cookies
produk rich biscuit ampas tahu setelah dengan Kombinasi Tepung
diberi perlakuan mengalami peningkatan Singkong, Tepung Ampas Tahu,
lemak sebesar 32,98 % (Fasikah, 2013). dan Tepung Kecambah Kacang
28
Hijau
27,00c
Kadar Lemak (%)

27 26,55a
26 25,50b Kadar Serat Kasar
24,75a Kadar serat kasar cookies berkisar
25
24 antara 12,20 % - 16,00 % (Gambar 6), lebih
23 tinggi dari standar serat kasar cookies
100 : 0 : 0 70 : 3 : 27 60 : 6 : 34 50 : 9 : 41 pada umumya adalah maksimal 0,5 %
Tepung Singkong : Tepung Kecambah (Badan Standarisasi Nasional, 1992a) dan
Kacang Hijau : Tepung Ampas Tahu standar kadar serat kasar cookies
menggunakan tepung singkong adalah 1,3
Gambar 4. Kadar Lemak (%) Cookies dengan
% (Sahé dkk., 2019). Diketahui bahwa
Kombinasi Tepung Singkong,
Tepung Ampas Tahu, dan Tepung
kadar serat kasar semakin meningkat
Kecambah Kacang Hijau seiring dengan meningkatnya
penambahan tepung kecambah kacang
Kadar Karbohidrat hijau dan tepung ampas tahu (Gambar 6),
tepung kecambah kacang hijau dan tepung

21
Sara Putri Engko et al., 2021

ampas tahu pada penelitian ini memiliki 15

Kadar Serat Larut (%)


kandungan serat kasar yang cukup tinggi, 9.85c
yakni 12,70 % dan 19,50 %. Meningkatnya 10 6,90b
kandungan serat kasar pada produk juga 3.85a 3.55a
5
dapat disebabkan oleh adanya
peningkatan pada penambahan tepung 0
ampas tahu. Penelitian dengan produk kue 100 : 0 : 0 70 : 3 : 27 60 : 6 : 34 50 : 9 : 41
stick dengan substitusi tepung ampas tahu Tepung Singkong : Tepung Kecambah
paling tinggi (75 %) menghasilkan kadar Kacang Hijau : Tepung Ampas Tahu
serat kasar paling tinggi (1,92 %) yang
menunjukkan bahwa semakin banyak Gambar 7. Kadar Serat Larut (%) Cookies
penambahan tepung ampas tahu maka dengan Kombinasi Tepung
kandungan serat kasar juga meningkat Singkong, Tepung Ampas Tahu,
(Fransiska dan Deglas, 2017). dan Tepung Kecambah Kacang
Hijau
Kadar Serat Larut
Kadar serat larut cookies berkisar Uji Fisik Cookies dengan Kombinasi
antara 3,55 % - 9,85 % (Gambar 7), lebih Tepung Singkong, Tepung Ampas
tinggi dari standar kadar serat larut cookies Tahu, dan Tepung Kecambah Kacang
menggunkan tepung singkong adalah 0,27 Hijau
% (Adekunle dan Mary, 2014). Kadar serat
larut semakin meningkat seiring dengan Analisis Warna
meningkatnya penambahan tepung Cookies kontrol, perlakuan 70 : 3 :
kecambah kacang hijau dan tepung ampas 27, 60 : 6 : 34, dan 50 : 9 : 41 yaitu sumber
tahu (Gambar 7), tepung kecambah cahaya (Tabel 2), sesuai dengan standar
kacang hijau dan tepung ampas tahu pada warna untuk cookies yakni warna normal
penelitian ini memiliki kandungan serat (Badan Standarisasi Nasional, 1992a).
larut yang cukup tinggi, yakni 5,30 % dan Penambahan tepung kecambah kacang
8,05 %. Meningkatnya kandungan serat hijau menyebabkan warna cookies menjadi
juga dapat disebabkan oleh adanya semakin coklat karena warna dasar dari
peningkatan dalam penambahan tepung tepung adalah cokelat akibat proses
ampas tahu. Penelitian dengan produk rich pengeringan dengan oven, sedangkan
biscuit ampas tahu setelah diberi adanya penambahan tepung ampas tahu
perlakuan mengalami peningkatan pada menyebabkan warna cookies menjadi lebih
kandungan serat sebesar 142,2 % muda. Warna coklat pada cookies juga
(Fasikah, 2013). dapat disebabkan oleh reaksi pencoklatan
enzimatis pada protein dari gugus amino
20 16,00c dengan gula pereduksi sederhana, reaksi
Kadar Serat Kasar (%)

13,70b 14,30b
15 12,20a ini biasa disebut reaksi Maillard. Pada
10 reaksi Maillard akan terjadi reaksi
5
hidroksimetil furfural menjadi furfural, lalu
berpolimeriasi dengan gugus amino yang
0 akan membentuk senyawa berwarna
100 : 0 : 0 70 : 3 : 27 60 : 6 : 34 50 : 9 : 41
coklat yang disebut sebagai melanoidin
Tepung Singkong : Tepung Kecambah (Winarno, 1992).
Kacang Hijau : Tepung Ampas Tahu
Analisis Tekstur
Gambar 6. Kadar Serat Kasar (%) Cookies
dengan Kombinasi Tepung
Tekstur kekerasan cookies berkisar
Singkong, Tepung Ampas Tahu, antara 1168,25 g – 5230,75 g (Gambar 8).
dan Tepung Kecambah Kacang Tingkat kekerasan cookies semakin
Hijau meningkat seiring meningkatnya
penambahan tepung kecambah kacang
hijau dan tepung ampa tahu (Gambar 8).
Semakin tinggi kandungan gluten protein
pada tepung gandum, maka tingkat

22
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 20 (1): 15-26, 2021.

Tabel 2. Analisis Warna Cookies dengan Kombinasi Tepung Singkong, Tepung Kecambah Kacang
Hijau, dan Tepung Ampas Tahu
Kombinasi Tepung Warna
Singkong : Kecambah Hasil Warna
L a b
Kacang Hijau : Ampas Tahu
100 : 0 : 0 70.45 12.9 29.25 Sumber Cahaya
70 : 3 : 27 70.2 11.1 28.2 Sumber Cahaya
60 : 6 : 34 67.9 12.35 27.7 Sumber Cahaya
50 : 9 : 41 67.55 11.6 28.05 Sumber Cahaya

kerenyahan yang dimiliki cookies paling sehingga mneghambat pertumbuhan


baik dan sebaliknya (Prasetyo, 1988). mikroba (Effendi, 2012).
Pada penelitian ini tepung singkong, 4 3,46a 3,24a 3,30a

Total Mikroorganisme
tepung kecambah kacang hijau, dan 2,83a
3
tepung ampas tahu tidak mengandung

(Koloni/g)
gluten, sehingga menyebabkan tingkat 2
kerenyahan yang kurang baik. 1
6000 5230,75d 0
Tekstur (N/mm2)

4059,00c 100 : 0 : 070 : 3 : 2760 : 6 : 3450 : 9 : 41


4000 Tepung Singkong : Tepung Kecambah
2493,00b
1168,25a Kacang Hijau : Tepung Ampas Tahu
2000

0 Gambar 9. Jumlah ALT (CFU/gram) Cookies


100 : 0 : 070 : 3 : 2760 : 6 : 3450 : 9 : 41 dengan Kombinasi Tepung
Tepung Singkong : Tepung Kecambah Singkong, Tepung Ampas Tahu,
Kacang Hijau : Tepung Ampas Tahu dan Tepung Kecambah Kacang
Hijau
Gambar 8. Analisis Tekstur (g) Cookies dengan
Kombinasi Tepung Singkong, Angka Kapang Khamir
Tepung Ampas Tahu, dan Angka lempeng total cookies
Tepung Kecambah Kacang Hijau berkisar antar 2,96 CFU/gram – 3,49
CFU/gram (Gambar 10), sesuai dengan
Uji Mikrobiologi Cookies dengan standar angka kapang khamir untuk
Kombinasi Tepung Singkong, Tepung cookies yakni 4 CFU/gram atau 104
Ampas Tahu, dan Tepung Kecambah CFU/gram (Badan Standarisasi Nasional,
Kacang Hijau 1992a). Angka kapang khamir tidak
menunjukkan trend naik ataupun turun
Angka Lempeng Total seiring dengan meningkatnya
Angka lempeng total cookies penambahan tepung kecambah kacang
berkisar antar 2,93 CFU/gram – 3,46 hijau dan tepung ampas tahu (Gambar 10).
CFU/gram (Gambar 9), sesuai dengan Meskipun tidak terlihat trend-nya, angka
standar angka lempeng total untuk cookies kapang khamir pada cookies pada
yakni 4 CFU/gram atau 104 CFU/gram penelitian ini masih memenuhi standart
(Badan Standarisasi Nasional, 1992a). SNI.
Angka lempeng total pada setiap
perlakuan tidak memiliki perbedaan yang
begitu jauh (Gambar 9). Rendahnya angka
lempeng total pada produk dapat
disebabkan karena adanya proses
pemanggangan pada cookies. Pada
proses pemanggangan kadar air akan
menurun hingga pada batas tertentu

23
Sara Putri Engko et al., 2021

3.6 3,49a 3,43a


kandungan α-tokoferol dan
Kapang Khamir (Koloni/g) senyawa proksimat kecambah
3.4
3.2 kacang hijau (Phaseolus radiatus
2,96a 2,96a
3 L.). Agritech 27(4) : 152 – 157.
2.8 Anggrahini, S. 2009. Pengaruh lama
2.6 pengecambahan terhadap
100 : 0 : 0 70 : 3 : 27 60 : 6 : 34 50 : 9 : 41
kandungan α-tokoferol dan
Tepung Singkong : Tepung Kecambah
Kacang Hijau : Tepung Ampas Tahu
senyawa proksimat kecambah
kacang hijau (Phaseolus radiatus
Gambar 10. Jumlah AKK (CFU/gram) Cookies L.). Agritech 27(4) : 152 – 157.
dengan Kombinasi Tepung Asp, N. G., Johansson, C. G., Hallmer, H.,
Singkong, Tepung Ampas Tahu,
dan Siljestrom, M. 1983. Rapid
dan Tepung Kecambah Kacang
Hijau enzymatic assay of insoluble and
soluble dietary fiber. Journal of
KESIMPULAN Agriculture and Food Chemistry
Berdasarkan penelitian cookies 31(3) : 476 – 482.
dengan kombinasi tepung singkong, Association of Official Analytical Chemist
tepung ampas tahu, dan tepung kecambah
kacang hijau yang telah dilakukan (AOAC). 2005. Official Methods of
sehingga dapat diperoleh simpulan bahwa Analysis. Association of Official
kombinasi tepung singkong, tepung Analytical Chemist, USA.
kecambah kacang hijau, dan tepung Astawan M. 2005. Kacang hijau,
ampas tahu memberikan pengaruh antioksidan yang membantu
terhadap sifat kimia, fisik, dan kesuburan pria. www.web.ipb.ac.id.
mikrobiologis produk cookies yang
29 Agustus 2018.
dihasilkan. Kombinasi tepung singkong,
tepung kecambah kacang hijau, dan Astawan, M. 2000. Membuat Mi dan Bihun.
tepung ampas tahu yang baik dan optimal Penebar Swadaya, Jakarta.
adalah perlakuan 70 : 3 : 27. Badan Standarisasi Nasional. 1992a. SNI
01-2973-1992 Tentang Cookies.
UCAPAN TERIMA KASIH BSN, Jakarta.
Banyak pihak yang mendukung dan Badan Standarisasi Nasional. 1992b. SNI
membantu penulis dalam penyusunan
01-2906-1992 Tentang Uji
naskah skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada Makanan dan Minuman. BSN,
staf Labaratorium Teknobio-Pangan Jakarta.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, serta Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI
keluarga dan teman – teman. 01-2997-1996 Tentang Tepung
Singkong. BSN, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Bargumono, H. M. dan Wongsowijaya, H.
Adekunle, O. A. Dan Mary A. A. 2014. S. 2013. 9 Umbi Utama sebagai
Evalution of cookies produced from Pangan Alternatif Nasional. UPN
blends of wheat, cassava and Veteran Yogyakarta, Yogyakarta.
cowpea flour. International Journal Devendra, C. 1977. Cassava as a Feed
of Food Studies 3(2) :175 – 185. Source for Ruminants. Dalam:
Andarwulan, N., Kusnandar, F. dan Nestle, B. dan Graham, M. (eds).
Herawati, D. 2011. Analisis Cassava as Animal Feed, hal 107 –
Pangan. Penerbit Dian Rakyat, 119. IDRC, Canada.
Jakarta. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI.
Anggrahini, S. 2007. Pengaruh lama 1981. Daftar Komposisi Bahan
pengecambahan terhadap

24
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 20 (1): 15-26, 2021.

Makanan. Bhratara Karya Aksara, Pacitan. Bioeksperimen: Jurnal


Jakarta. Penelitian Biologi 2(1) : 35 – 43.
Effendi, H. M. S. 2012. Teknologi IMALOSITA-IPB. 1981. Studi
Pengolahan dan Pengawetan Pemanfaatan Limbah Tahu.
Pangan. Alfabeta, Bandung. Fakultas Teknologi Pertanian
Fasikah, A. U. 2013. Proporsi tepung Bogor, Bogor.
ampas tahu dengan gandum dan Kaswinarni, F. 2007. Kajian teknis
jumlah lemak terhadap mutu pengolahan limbah padat dan cair
organoleptik biskuit berlemak (rich industri tahu. Naskah Tesis S-2.
biscuit). E-Jurnal Boga 2(1) : 18 – Program Pasca Sarjana
28. Universitas Diponegoro,
Feliana, F., Laenggeng, A. H., dan Dhafir, Semarang.
F. 2014. Kandungan gizi dua jenis Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
varietas singkong (Manihot 2006. Cookies. Tekno Pangan dan
esculenta) berdasarkan umur Agroindustri 1(7) : 95 – 97.
panen di desa Siney kecamatan Mayang, A. 2007. Formulasi dan optimasi
Tinombo Selatan kabupaten Parigi produk biskuit berbahan baku sagu
Moutong. Jurnal e-Jipbiol 2(3) : 1 – ubi jalar dan kacang hijau. Naskah
14. Skripsi S-1. Fakultas Teknologi
Fransiska. dan Deglas, W. 2017. Pengaruh Pertanian Institut Pertanian Bogor,
substitusi tepung ampas tahu Bogor.
terhadap karakteristik kimia dan Oladunmoye, O. O., Akinoso, R., &
organoleptik kue stick. Jurnal Olapade, A. A. 2010. Evaluation of
Teknologi Pangan 8(2) : 171 – 179. some physical-chemical properties
Hartoyo, A. dan Sunandar, F. H. 2006. of wheat, cassava, maize and
Pemanfaatan tepung komposit ubi cowpea ours for bread making.
jalarpPutih (Ipomea batatas L.) Journal of Food Quality, 33 (6), 693
kecambah kedelai (Glycine max – 708.
Merr.) dan kecambah kacang Olwin, N. dan Cornelis, A. 2005. Diet Sehat
hijau (Virginia radiate L.) sebagai dengan Serat. Departemen
substituen parsial terigu dalam Kesehatan RI, Jakarta.
produk pangan alternatif biskuit Ostermann-Porcel, M. V., Quiroga-Panelo,
kaya energi protein. Jurnal N., Rinaldoni, A. N., dan
Teknologi dan Industri Pangan Campderrós, M. E. 2017.
17(1) : 50 - 57. Incorporation of okara into gluten-
Hasanah, H., Jannah, A., dan Fasya, A.G., free cookies with high quality and
2013. Pengaruh lama fermentasi nutritional value. Journal of Food
terhadap kadar alkohol tape Quality 2017(23) : 1 – 8.
singkong (Manihot utilissima Pohl). O'Toole, D. K. 1999. Characteristics and
ALCHEMY: Journal of Chemistry use of okara, the soybean residue
2(1) : 68 – 79. from soy milk production a review.
Huriawati, F., Yuhanna, W. L., dan Journal of Agricultural and Food
Mayasari, T. 2016. Pengaruh Chemistry 47(2) : 363 – 371.
metode pengeringan terhadap Prasetyo, B. E. 1988. Analisis
kualitas serbuk seresah Enhalus suplementasi tepung beras dengan
acoroides dari pantai Tawang tepung kacang gude dalam

25
Sara Putri Engko et al., 2021

pembuatan cookies. Naskah Seminar dan Lokakarya Nasional


Skripsi S-1. Fakultas Teknologi Jagung. 29- 30 September 2005.
Pertanian Universitas Gadjah Makasar. Hal. 440 – 444.
Mada, Yogyakarta. Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhadi.
Prasetyowati, S. P. 2010. Pengaruh 1997. Analisa Bahan Makanan dan
penggunaan tepung kecambah Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
kacang hijau (Phaseolus radiatus Sulistiani, 2004. Pemanfaatan ampas tahu
L.) dan tepung jagung (Zea mays dalam pembuatan tepung tinggi
L.) untuk substitusi gandum serat dan protein sebagai alternatif
terhadarp sifat fisiko kimia dan bahan baku pangan fungsional.
sensoris cookies. Naskah Skripsi Naskah Skripsi S-1. Jurusan Gizi
S-1. Fakultas Pertanian Universitas Masyarakat dan Sumberdaya
Sebelas Maret, Surakarta. Keluarga Istitut Pertanian Bogor,
Richana N. dan Sunarti, T. C. 2004. Bogor.
Karakterisasi sifat fisikokimia Suprapti, M. L. 2005. Pembuatan Tahu.
tepung umbi dan tepung pati dari Kanisius, Yogyakarta.
umbi ganyong, suweg, ubi kelapa Tala, Z. Z. 2009. Manfaat Serat bagi
dan gembili. Jurnal Penelitian Kesehatan. Naskah Skripsi S-1.
Pascapanen Pertanian 1(1) : 29 – Fakultas Kedokteran Universitas
37. Sumatera Utara, Medan.
Sahé, A. C., Agbenorhevi, J. K., dan Widjatmoko. 1996. Penggunaan Ampas
Wireko-Manu, F. D. 2019. Quality Tahu dalam Ransum Unggas.
characteristics of cassava-ackee- Poultry Indonesia, Jakarta.
groundnut composite cookies. Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan
American Journal of Food Science Gizi. Gramedia Pustaka Utama,
ang Technology 7(2) : 57 – 64. Jakarta.
Sembiring, N.V.N. 2009. Pengaruh kadar Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan
air dari bubuk teh hasil fermentasi Gizi. Gramedia Pustaka Utama,
terhadap kapasitas produksi pada Jakarta.
stasiun pengeringan di pabrik teh Winarno, F. G., Fardiaz, S., dan Fardiaz, D.
PTPN IV Unit Kebun Bah Butong. 1984. Pengantar Teknologi
Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Pangan. Gramedia, Jakarta.
Utara, Medan. Yulianis, N. 2004. Pemanfaatan tepung
Soekarto, S. T. 1985. Penilaian ampas tahu dalam pembuatan
Organoleptik untuk Industri minuman fermentasi probiotik
Pangan dan Hasil Pertanian. IPB dengan starter Lactobacillus casei.
Press, Bogor. Naskah Skripsi S-1. Fakultas
Suarni. 2005. Karakteristik fisikokimia dan Pertanian Institut Pertanian Bogor,
amilograf tepung jagung sebagai Bogor.
bahan pangan. Dalam: Prosiding

26

You might also like